12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8 buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan: 64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah. Fungsi kerangka antara lain: menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru- paru tempat melekatnya otot-otot untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan

FrakTur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fraktur 2

Citation preview

Page 1: FrakTur

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya

saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8 buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang

wajah: 14 buah; Tulang belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang

lengan: 64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah.

Fungsi kerangka antara lain:

menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh

melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru

tempat melekatnya otot-otot

untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot

tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah

memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju

industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas

masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi

/kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah

“kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan

kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali

menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan

mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna

melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah

terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan

lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan

langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan

kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya

meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.

Page 2: FrakTur

B.     Rumusan Masalah

a.       Mengetahui jenis-jenis/klasifikasi faktur

b.      Menjelaskan proses penyembuhan tulang

c.       Merincikan konsep dasar penanganan faktur

Page 3: FrakTur

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.     Pengertian Faktur

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang

yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan

dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang

akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson,

1995 : 1183)

Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

B.   Etiologi

Penyebab fraktur diantaranya :

a. Trauma

1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.

2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

b. Fraktur Patologis

Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

C.   Manifestasi Klinis

a.       Nyeri lokal

b.      Pembengkakan

c.       Eritema

d.      Peningkatan suhu

Page 4: FrakTur

e.       Pergerakan abnormal

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang   diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas.

Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas

tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi  normal otot bergantung pada integritas tulang

tempat melengketnya obat.

Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah  tempat fraktur.

Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm.

Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.

Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. Pembengkakan dan

perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

D.    Klasifikasi / Jenis

a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran dari posisi normal.

b)    Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c)  Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak

menembus jaringan kulit.

d)    Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya

menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur

(terkontaminasi oleh benda asing)

1)      Grade I       : Luka bersih, panjang <>

2)      Grade II     : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif

3)      Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan

lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat.

e)      Jenis khusus fraktur

1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok.

Page 5: FrakTur

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3)  Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

4)   Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

5)   Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6)    Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah)

7)  Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

8)   Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel,

tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

10)   Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11)   Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

E.   Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma

dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.

b. Stadium Proliferasi

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi

precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan

sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.

c.  Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus

terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah

kecelakaan terjadi.

d. Stadium Konsolidasi

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-

tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

e.   Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang

berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

Page 6: FrakTur

F.  Konsep Dasar Penanganan Faktur

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a.       Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui

riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang

peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

b.   Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini

dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk

mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf

lokal.

c.  Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan

kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi

eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator

eksterna.

d.  Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM

aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan

setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

G. Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi

Page 7: FrakTur

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

H. Pemeriksaan penunjang fraktrur

1. Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat

perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada

masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.

2. Radiologi

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.

Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur

fraktur yang kompleks. 

Page 8: FrakTur

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang

utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).

Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian

masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idul fitri banyak terjadi kecelakaan lalu

lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian

alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan

fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada

seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia

pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.

B.     Saran

Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat memahami

tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hati-hati dalam bekerja

ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta dapat membantu pasien fraktur .

Page 9: FrakTur

DAFTAR PUSTAKA

1.      http://id.wikipedia.org/wiki/Fraktur_tulang

2.      http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.html