28
BAB I KONSEP MEDIS A. DEFENISI. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Bruner & Sudarth, 2002).. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok ( Helmi ,2013 dalam purnamasari 2014).

FRAKTUR FEMUR.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FRAKTUR FEMUR.docx

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya

disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,

kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar

dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur terbuka

adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk

terjadi infeksi (Bruner & Sudarth, 2002)..

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa

terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian),

dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini

dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia

jatuh dalam syok ( Helmi ,2013 dalam purnamasari 2014).

Menurut suddhart 2002, ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu:

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan

kapsula.

a. Melalui kepala femur (capital fraktur)

b. Hanya di bawah kepala femur

c. Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

a.  Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih

besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di

bawah trokhanter kecil.

Page 2: FRAKTUR FEMUR.docx

B. ETIOLOGI

1. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka

dengan garis patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

4. Fraktur patologik

yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur

tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh

kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor

lain yang menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses

penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi

akibat keganasan (Bruner & Sudarth, 2002). .

C. PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang

lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang

yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah

terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,

marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi

karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula

tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.

Page 3: FRAKTUR FEMUR.docx

Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi

yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi

sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang. ( Price & Wilson ).

Fraktur bisa disebabkan karena proses patolgi dan bisa pula disebabkan

krena trauma akibat kecelakaan atau tekanan benda keras yang akan

mengakibatkan trauma dan sehingga akan terjadi fraktur. Apa bila tulang

mrngalami fraktur akan menyebabkan beberapa masalah yang pertama akan

dilakukannya pemasangan gips , traksi, pin, paku atau skrup. Sehingga

sirkulasi udara tidak leluar dan mengakibatkan peroses penyembuhan lama dan

terganggu, akibatnya akan terjadi kerusakan integritas kulit. Biasanya pada

kasus fraktur banyak pasien yang malu menutuo diri dengan orang lain karena

kerusakan integritas kulit yang mereka alami sehingga membuat koping

individu mereka tidak efektif. Selain itu efek dari pemasangan gips juga dapat

membuat ketidak nyamanan saat tidur dikarenakan posisi tidur hanya satu

karena keterbatasan gerak. Yang kedua terjadinya diskontuinitas jaringan

sehingga mengakibatkan spasme otot sehingga akan merangsang mediator

kimia yakni histamin bradikinin dan prostaglandin, mediator kimia inilah yang

merangsang reseptor nyeri di thalamus dan di teruskan ke korteks serebri

sehingga nyeri dipersepsikan. Selain itu pada fraktur terbuka apa bila terjadi

diskontuinitas jaringan itu merupakan tempat masuknya kuman yang dapat

menginfeksi. Yang ketiga jika terjadi fraktur akan mengakibatkan immobilisasi

sehingga pergerakan terbatas karena penurunan kekuatan dan kontrol otot, dam

karena penurunan kekuatan otot sehingga akan terjadi kelemahan yang

membuat pasien harus bedres di tempat tidur. Yang ke empat pada fraktur juga

dapat menegakibatkan cedera vaskuler sehingga akan terjadi perdarahan apa

bila terjadi perdarahan yang hebat pasien akan mengalami syok sehinggatpada

pasien terjadi perubahan status kesehatan.

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Helmi, 2012 dalam firdaus 2014 tanda dan gejala dari fraktur :

Page 4: FRAKTUR FEMUR.docx

1. Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang

berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi

seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang

2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah

dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur

3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5. Tenderness/keempukan

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/perdarahan)

8. Pergerakan abnormal

9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

10. Krepitas

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

1. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,

pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuai untuk

pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengobatan.

2. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur

sehingga didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler

diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi

normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta

perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment

yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan

reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus,

angulasi <5>

Page 5: FRAKTUR FEMUR.docx

3. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan

memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat

dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan

fiksasi interna meliputi inplan logam seperti screw.

4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

(Bruner & Sudarth, 2002).

F. KOMPLIKASI

Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak.

Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union,

malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat traksi

yang berlebihan (Bruner & Sudarth, 2002).

Komplikasi awal

1. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik

kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan

cairan eksternal kejaringan yang rusak.

2. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat

masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih

tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh

reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan

terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

3. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi

jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.

Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena

fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan

yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema

atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi,

cidera remuk.

G. PENATALAKSANAAN

1. Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis

Page 6: FRAKTUR FEMUR.docx

a. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke

posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.

b. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

c. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi.

Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau

batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen

tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

2. imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan.

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai trejadi

penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi

interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai

interna untuk mengimobilisasi fraktur.

3. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah

dilakukan reduksi dan imobilisasi (Arif, 2000)..

H. PROGNOSIS

Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat

ringannya trauma yang dialami, bagaimana pengananan yang tepat dan usia

penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat

cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan,

jika penaganan baik maka komplikasi dapat diminamilasir, begitupun

sebaliknya. (Smeltzer, 2001)..

Page 7: FRAKTUR FEMUR.docx

BAB IIKONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas Klien

Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian serta siapa yang bertanggung jawab terhadap klien

2. Keluhan utama Penderita biasanya mengeluh nyeri.

3. Riwayat kesehatana. Riwayat kesehatan dahulu

Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan operasi apa tidak.

b. Riwayat kesehatan sekarangPada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka (pre/post op).

c. Riwayat kesehatan keluargaDidalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.

4. Keadaan umumKesadaran: compos mentis, somnolen, apatis, sopor koma dan koma dan apakah klien paham tentang penyakitnya.

5. Pengkajian Kenutuhan Dasara. Rasa nyaman/nyeri

Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan

Page 8: FRAKTUR FEMUR.docx

tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf.Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)

b. NutrisiPada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

c. Kebersihan PeroranganKlien fraktur pada umumnya sulit melakukan perawatan diri.

d. CairanPerdarahan dapat terjadi pada klien fraktur sehingga dapat menyebabkan resiko terjadi kekurangan cairan.

e. Aktivitas dan LatihanKehilangan fungsi pada bagian yang terkena dimana Aktifitas dan latihan mengalami perubahan/gangguan akibat adanya luka sehingga perlu dibantu.

f. Eliminasi

Page 9: FRAKTUR FEMUR.docx

Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

g. Tidur dan IstirahatSemua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur

h. NeurosensoryBiasanya klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan lunak dan hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan.Gejala : Kesemutan, Deformitas, krepitasi, pemendekan, kelemahan.

i. KeamananTanda dan gejala : laserasi kulit, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan local

j. SeksualitasDampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.

Page 10: FRAKTUR FEMUR.docx

k. Keseimbangan dan Peningkatan Hubungan Resiko serta Interaksi SosialPsikologis : gelisah, sedih, terkadang merasa kurang sempurna.Sosiologis : komunikasi lancar/tidak lancar, komunikasi verbsl/nonverbal dengan orang terdekat/keluarga, spiritual tak/dibantu dalam beribadah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera fisik.

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik:

perubahan sirkulasi, imobilisasi dan penurunan sensabilitas (neuropati).

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.

4. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengetahuan yang kurang

untuk menghindari pajanan pathogen...

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang

didapatkan mengenai penyakitnya

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan saat tidur

8. Defisit perawatan diri : mandi/hygiene berhubungan dengan nyeri,

kelemahan

C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera fisik.

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,

klien mampu mengontrol nyeri, nyeri berkurang dan tingkat

kenyamanan meningkat.

Kriteria hasil :

Klien dapat melaporkan nyeri, frekuensi nyeri, ekspresi wajah, dan

menyatakan kenyamanan fisik dan psikologis.

TD : 120/80 mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36-36,5°C, P : 16-

20x/menit.

Page 11: FRAKTUR FEMUR.docx

Intervensi NIC:

a. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.

Rasional : Mengetahui intervensi keperawatan selanjutnya yang

akan diberikan kepada klien.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

Rasional : Tingkat nyeri yang dirasakan dapat mempengaruhi

intervensi keperawatan apa yang akan diberikan selanjutnya.

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik

Rasional : Komunikasi terapeutik merupakan terapi yang

digunakan untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

d. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan.

Rasional : Mengurangi nyeri dan memberi kenyamanan.

e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non

farmakologis).

Rasional : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas

secara aman dan efektif.

f. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll)

Rasional : Teknik relaksasi, distraksi dll, digunakan dalam

mengetasi nyeri.

g. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri/kontrol nyeri.

Rasional : Mengetahui sejauh mana klien mampu mengatasi

nyerinya.

h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

Rasional : Pemberian analgetik merupakan cara mengendalikan

nyeri agar tidak menjadi lebih berat.

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik:

perubahan sirkulasi, imobilisasi dan penurunan sensabilitas (neuropati)

Page 12: FRAKTUR FEMUR.docx

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,

terjadi penyembuhan pada luka dan keutuhan struktur maupun fungsi

fisiologis normal kulit.

Kriteria hasil : Tidak ada tanda atau gejala infeksi, tidak ada lesi, dan

tidak terjadi nekrosis .

Intervensi NIC :

a. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan

klasifikasi pengaruh ulkus.

Rasional : Mengetahui intervensi keperawatan selanjutnya yang

akan diberikan kepada klien.

b. Bersihkan dengan cairan anti bakteri.

Rasional : Menghilangkan benda asing dan bakteri lainnya agar

tidak terjadi infeksi.

c. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%.

Rasional : NaCl 0,9% dapat mengikat jaringan sehingga luka cepat

kering.

d. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan

Rasional : Menghindari kontaminasi dan infeksi dari luar.

e. Lakukan pembalutan

Rasional : Pembalutan dapat mencegah meluasnya jaringan luka

pada kulit.

f. Amati setiap perubahan pada balutan

Rasional : Mengetahui perubahan luka agar tidak meluas.

g. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka

Rasional : Memudahkan intervensi selanjutnya.

h. Berikan posisi terhindar dari tekanan.

Rasional : Posisi yang baik dapat membantu klien untuk

memperoleh kenyamanan dan keamanan serta dapat mencegah

terjadinya infeksi

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal.

Page 13: FRAKTUR FEMUR.docx

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan klien menunjukkan mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan posisi fungsional.

b. Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.

Intervensi NOC :

a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cidera/pengobatan dan

perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

Rasional : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi

diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan

informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

b. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan

pusing.

Rasional : Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai

tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (contoh

kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi

tegak).

c. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif

pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.

Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk

meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah

kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.

d. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari,

termasuk air asam/jus.

Rasional : Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko

infeksi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.

e. Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi

pertama.

Rasional : Pada adanya cidera musculoskeletal, nutrisi yang

diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat, sering

Page 14: FRAKTUR FEMUR.docx

mengakibatkan penurunan berat badan sebanyak 20-30 pon selama

traksi tulang. Ini dapat mempengaruhi massa otot, tonus, dan

kekuatan.

f. Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat,

sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan

alat mobilitas.

Rasional : Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring

(contoh flebitis), dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi

fungsi organ. Belajar memperbaiki cara menggunakan alat penting

untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien.

g. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas

dalam.

Rasional : Mencegah/menurunkan insiden komplikasi

kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis, pneumonia).

h. Kolaborasi, konsul dengan ahli terapi fisik.

Rasional : Mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

4. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengetahuan yang kurang

untuk menghindari pajanan pathogen .

NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, diharapkan

tidak terjadi infeksi pada luka

Kriteria hasil:

a. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu

b. Bebas drainase purulen, eritem dan demam

Intervensi NIC :

a. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi

Rasional : Mendeteksi resiko/masalah kesehatan yang

kemungkinan terjadi.

b. Perhatikan keluhan klien terhadap keluhan peningkatan nyeri, rasa

terbakar, eritema atau bau tak sedap.

Page 15: FRAKTUR FEMUR.docx

Rasional : Keluhan yang dilapokan klien harus segera diatasi

dengan melakukan intervensi keperawatan selanjutnya.

c. Observasi luka terhadap pembentukan bula, perubahan warna luka,

bau drainase yang tidak sedap.

Rasional : Mengetahui tingkat keparahan luka sehingga perubahan

pada luka yang semakin parah dapat teratasi.

d. Lakukan perawatan luka sesuai protocol dengan tehnik steril.

Rasional : Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan

memfasilitasi penyembuhan luka.

e. Lakukan perlindungan infeksi.

Rasional : Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang

berisiko.

f. Berikan therapy obat-obatan sesuai indikasi; anti biotic, TT dll

Rasional : Terapi antibiotik dan TT dapa meningkatkan daya tahan

tubuh dan mencegah infeksi pada luka.

5. Defisit perawatan diri : mandi/hygiene berhubungan dengan nyeri,

kelemahan .

NOC :Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, klien mampu

melakukan atau mmenuhi aktivitas mandi/hygiene.

Kriteria hasil :

a. Klien mampu mengakses kamar mandi

b. Klien mampu mengambil perlengkapan mandi

c. Klien mampu membersihkan tubuh

Intervensi NIC :

a. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu.

Rasional: Mengetahui kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas secara mandiri.

b. Kaji kemampuan mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari.

Rasional : Mengetahui kemampuan klien dalam melakukan

personal hygiene.

Page 16: FRAKTUR FEMUR.docx

c. Anjurkan klien/keluarga penggunaan metode alternative untuk

mandi dan hygiene oral.

Rasional : Mengajarkan klien agar melakukan hygiene secara

mandiri.

d. Dukung kemandirian klien dalam melakukan mandi dan hygiene

oral, bantu klien hanya jika diperlukan.

Rasional : Memotivasi klien/keluarga untuk melakukan hygiene

secara mandiri.

e. Tawarkan untuk mencuci tangan setelah eliminasi dan sebelum

makan.

Rasional : Menjaga penurunan kondisi tubuh akibat kuman/bakteri

di sekitar.

f. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.

Rasional : Keluarga mengetahui dan mampu membantu dalam

proses penyembuhan klien.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan .

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan ansietas pasien dapat diatasi.

Kriteria hasil :

a. Pasien tampak rileks

Intervensi NIC :

a. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebabnya bila mungkin.

Rasional : Meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapi

kenyataan dengan lebih realistis.

b. Berikan informasi tertulis atau rekaman.

Rasional : Klien dapat merujuk pada materi tertulis atau rekaman

sesuai kebutuhan untuk menyegarkan daya ingat/mempelajari

informasi baru.

c. Berikan waktu untuk mendengarkan pasien mengenai masalah dan

dorong ekspresi perasaan yang bebas, misalnya marah, ragu atau

takut.

Page 17: FRAKTUR FEMUR.docx

Rasional : Mengurangi beban pikiran klien.

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan saat tidur

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan ansietas pasien dapat diatasi

Kriteria Hasil :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Klien tidak sering terbangun di malam hari

c. Tidak mengalami kesulitan untuk tidur/tetap tidur

d. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup

Intervensi NIC :

a. Kaji dan pantau TTV dan catat jika adanya perubahan

Rasional : Terganggunya pola tidur klien dapat mengakibatkan

meningkatnya risiko hipotensi atau TTV dalam batas yang tidak

normal

b. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti

cemas efek obat-obatan dan suasana ramai

Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang

lain dialami dan dirasakan pasien

c. Anjurkan klien untuk memberi klien rutinitas relaksasi untuk

persiapan tidur.

Rasional : dapat membantu klien untuk cepat tertidur dan membuat

tidur lebih nyeyak sehingga meminimalkan risiko terbangun malam

hari.

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang

didapatkan mengenai penyakitnya

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan kurang pengetahuan pasien dapat diatasi

Kriteria Hasil :

e. Dapat menghubungkan gejala dan faktor penyebab

f. Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam

program pengetahuan

Page 18: FRAKTUR FEMUR.docx

Intervensi NIC :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan prognosa dan

pengobatan

Rasional : untuk memberiinformasi yang tepat pada pasien

b. Diskusi bersama pasien tentang penyakitnya

Rasional : memberi pengetahuan dasar dimana pasien cepat

membuat pertimbanagan dalam memilih gaya hidup

c. Tinjau ulang program pengobatan

Rasional : pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat

meningkatkan penggunan yang tepat

d. Berikan he secara bertahap dan sesuai rencana

Rasional : memberikan informasi yang akurat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Firdhaus,dkk, 2014. “Efektivitas terapi musik mozart terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah”.jurnal Penelitian, VOL 1 no.2.

Firdhaus,dkk, 2014. “Efektivitas Terapi Musik Mozart Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah”.jurnal Penelitian, VOL 1 no.2.

Page 19: FRAKTUR FEMUR.docx

Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Price S.A, Wilson L.M. 2006. Patofifisiologi Konsepklinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Purnamasari, E, 2014. “Efektivitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Rs Ungaran”.jurnal keperawatan.

Smeltzer. 2001 .Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth. Jakarta: EGC

Wilkinson Mjudith, Ahern R. 2011. Buku Saku Diangnosa Keperawatan Edisi 9Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC