24
BAB I PENDAHULUAN Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak, Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai faktur tipe green-stick. Daerah metafisis pada anak relatif masih lemah sehingga fraktur banyak terjadi pada daerah ini, selebihnya dapat mengenai suprakondiler humeri (transkondiler humeri), diafisis femur dan klavikula, sedangkan yang lainnya jarang. 1 Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti. 2,3 Fraktur supracondylar humerus adalah cedera siku yang umumnya pada anak yang secara historis berhubungan dengan morbiditas baik karena malunion, komplikasi neurovaskular, dan sindrom kompartemen. Radiografi AP- 1

Fraktur supracondylus gartland

  • Upload
    qyura

  • View
    119

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fraktur supracondylus gartland

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak, Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai faktur tipe green-stick. Daerah metafisis pada anak relatif masih lemah sehingga fraktur banyak terjadi pada daerah ini, selebihnya dapat mengenai suprakondiler humeri (transkondiler humeri), diafisis femur dan klavikula, sedangkan yang lainnya jarang.1Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.2,3Fraktur supracondylar humerus adalah cedera siku yang umumnya pada anak yang secara historis berhubungan dengan morbiditas baik karena malunion, komplikasi neurovaskular, dan sindrom kompartemen. Radiografi AP-lateral secara esensi tidak hanya untuk diagnosis yang akurat, tetapi juga untuk membuat rencana pengobatan untuk cedera tersebut. Sebuah staging sistem(berdasarkan radiografi lateral) untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan fraktur dapat membantumanajemen definitif.2,3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi4Ujung distal humerus berbentuk pipih antero-posterior, bersama-sama dengan ujung proksimal radius dan ulna membentuk persendian jenis ginglimus di arthroradialis atau hinge joint. Ujung distal humerus terdiri dari dua kondilus tebal (lateralis dan medialis) yang tersusun oleh tulang konselous. Pada anak, ujung distal humerus terdiri dari kartilago. Batas massa kartilago dengan batas tulang merupakan tempat yang lemah, dimana sering terjadi pemisahan epifise. Karena itu penting untuk mengetahui kapan timbulnya penulangan, konfigurasi dan penyatuan dengan batang humerus.Kondilus lateralis ditumpangi oleh kapitulum yang merupakan tonjolan yang berbentuk kubah yang nantinya akan bersendi dengan cekungan kaput radii. Di kranial kapitulum pada pada permukaan anterior humerus, terdapat cekungan (fossa) yang akan menampung ujung kaput radii, pada keadaan fleksi penuh sendi siku.

Gambar 1. Anatomi humerus dan elbow joint tampak depan dan belakangSeluruh permukaan troklea dilapisi kartilago sampai fossa olekranon. Sedikit di kranial troklea humerus menipis untuk membentuk fossa koronoidea, di anterior dan fossa olekranon di posterior. Fossa tersebut akan menampung prosessus koronoideus ulna pada gerakan fleksi dan ujung prossesus olekranon pada gerakan ekstensi. Hiperostosis pada fossa tersebut atau disekitar tonjolan/ prominensia ulna akan membatasi gerak sendi siku di kranial kedua kondilus yaitu di bagian lateral dan medial humerus terdapat epikondilus tempat melekatnya tendon-tendon otot. Satu-satnya tendo yang merupakan tempat asal kelompok fleksor pronator berasal terutama dari epikondilus medialis dan dari medial suprakondiler ridge yang terdapat sedikit di kranial epikondilus. Demikian juga kelompok otot ekstensor supinator berasal dari epikondilus lateralis dan lateral suprakondiler ridge

Gambar 2. Anatomi humerus dan elbow joint tampak lateral

2.2DefinisiFraktur suprakondiler merupakan salah satu jenis fraktur yang mengenai daerah siku, dan sering ditemukan pada anak-anak. Fraktur suprakondilus adalah fraktur yang mengenai humerus bagian distal di atas kedua kondilus.2,3

2.3Klasifikasi2,3Pada fraktur jenis ini dapat dibedakan menjadi fraktur supracondylar extension type (pergeseran posterior) dan flexion type (pergeseran anterior) berdasarkan pada bergesernya fragmen distal dari humerus. Jenis fleksi adalah jenis yang jarang terjadi. Jenis ekstensi terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah dalam posisi supinasi dan dengan siku dalam posisi ekstensidengan tangan yang terfiksasi. Fragmen distal humerus akan terdislokasi ke arah posterior terhadap humerus.2,3Fraktur humerus suprakondiler jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dansiku dalam posisi sedikit fleksi. Pada pemeriksaan klinis didapati siku yang bengkak dengan sudut jinjing yang berubah. Didapati tanda fraktur dan pada foto rontgen didapati fraktur humerus suprakondiler dengan fragmen distal yang terdislokasi ke posterior.2,3

Galmbar 3. Fraktur suprakondiler tipe ekstensi dan tipe fleksiPada anak, fraktur suprakondiler dapat diklasifikasikan menurut Gartland, yaitu sebagai berikut:1. TipeI:tidakadapergeseran.2. TipeII:ada pergeseran dengan korteks posterior intak, dapat disertai angulasi atau rotasi.3. TipeIII:pergeserankomplit;posteromedialatauposterolateral.

Gambar 4. Klasifikasi fraktur suprakondiler menurut Gartland

2.4EpidemiologiAngka kejadiannya pada anak sekitar 55% sampai 75% dari semua fraktur siku. Insidensi puncaknya adalah pada anak berusia 5-8 tahun. Fraktur supracondylar merupakan cedera sikuyang umum pada anak, 16%dari semua frakturpediatrik dan merupakan 2/3 dari kasus injury pada siku yangdirawat inap. Sekitar 98% dari fraktur suprakondiler pada anak adalah fraktur suprakondiler tipe ekstensi.2Usia merupakan faktor kunci dalam kejadian supracondylar fracture.Fraktur ini lebih sering terjadi pada sekeletal imatur pada anak daripada orang dewasa. Puncak usiauntuk fraktur supracondylar adalah antara 6 dan 7tahun. Pada usia ini, daerah supracondylar biasanya menjadi lebih tipis dengan korteks lebih ramping yang menjadi predisposisi untuk terjadi fraktur pada daerah tersebut.2

2.5Mekanisme Cedera3Fraktur suprakondilus biasanya ditemukan pada anak-anak. Fragmen distal dapat bergeser ke posterior atau anterior.Pergeseran posterior menunjukkan cedera yang luas, biasanya akibat jatuh pada tangan yang terentang. Humerus patah tepat di atas kondilus. Fragmen distal terdesak ke belakang dan (karena lengan bawah biasanya dalam pronasi) terpuntir ke dalam. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi menyodok jaringan lunak ke bagian anterior, kadang-kadang mencederai arteri brakialis atau saraf medianus.Pergeseran anterior yang jauh lebih jarang terjadi diperkirakan akibat benturan langsung (misalnya, jatuh pada siku) saat siku dalam keadaan fleksi. Biasanya fraktur suprakondiler terjadi akibat jatuh yang mengenai elbow joint dalam keadaan fleksi. Garis fraktur yaitu mulai dari cranial mengarah ke postcaudal dan fragmen distal mengalami pergeseran ke arah anterior. Jenis fraktur ini harus dibedakan dari fraktur tipe ekstensi karena reposisi dan imobilisasinya dalam keadaan ekstensi.

Gambar 5. Mekanisme cedera fraktur suprakondiler tipe fleksi

2.6Gejala Klinis2,3,5Setelah jatuh anak merasa nyeri dan siku mengalami pembengkakan. Biasanya anak enggan untuk menggerakan sikunya. Siku dapat terangulasi dan lengan atas memendek. Deformitas pada siku biasanya jelas serta kontur tulang tampak abnormal.Selain itu juga dapat dijumpai sindroma kompartemen akut yang merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada fraktur suprakondiler ini. Tanda paling awal adalah nyeri akut pada daerah trauma. Secara klinis, dapat ditemukan tanda pain, pallor, pulselessness, paresthesia, dan paralysis.Peningkatan tekanan interstitial dalam kompartemen fasia secara tertutup dapat menyebabkan sindrom kompartemen. Peningkatan tekanan ini bisa mengakibatkan sirkulasi, saraf dan otot dalam kompartemen tersebut terganggu. Peningkatan tekanan pada jaringan menghambat aliran keluar vena pada kompartemen, yang berkontribusi terhadap peningkatan tekanan dan pembengkakan. Iskemia terjadi pada tekanan yang meningkat di atas sirkulasi arteriol. Otot dan jaringan syaraf dapat mengalami kerusakan dalam waktu 4-6 jam setelah peningkatan tekanan.

2.7Diagnosis1. Anamnesis2,3Biasanya anak datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Anak biasanya datang karena adanyja nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.Pada anak yang masih sangat kecil sering terdapat kesulitan untuk mendapatkan anamnesa, terutama jika ada saksi yang melihat saat terjadinya trauma. Jika terdapat orang tua pasien, biasanya anamnesa mengenai saat jatuh, jatuh setelah berjalan atau jatuh setelah belajar melangkah bisa didapatkan.2. Pemeriksaan Fisik3Dalam pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang umumnya daat terlihat pada fraktur suprakondiler humerus, yaitu:a. Elbow joint dalam posisi ekstensi atau semifleksi dengan daerah siku tampak bengkak.b. Angulasi berbentuk huruf S pada siku yang merupakan tanda fraktur komplit (tipe III), yang terjadi akibat fraktur pada dua titik angulasi.c. Pucker sign, merupakan indentasi kulit anterior akibat penetrasi fragmen proksimal ke m.brachialis. Pucker sign menandakan reduksi fraktur mungkin akan sulit dilakukan dengan manipulasi sederhana.Pemeriksaan neurovaskular yang teliti dilakukan dengan pemeriksaan integritas n.medianus, n.radialis, dan n.ulnaris serta cabang-cabangnya. Capillary refill dan pulsasi distal harus diperiksa. Pemeriksaan neurovaskular perlu diulangi setelah pemasangan splint atau tindakan manipulasi lainnya. Berikut adalah tanda-tanda cedera pada n.radialis, n.medianus, dan n.ulnaris:

Gambar 6. Wrist drop, tanda cedera n.radialis

Gambar 7. Okay sign, tanda cedera n.medianus

Gambar 8. Pointing sign, tanda cedera n.medianus

Gambar 9. Froment sign, tanda cedera n.ulnaris

3. Radiologi2,3Radiografi pada injury anggota gerak harus mencakup anteroposterior (AP) dan lateral pada siku dan lokasi deformitas, nyeri, atau nyeri tekan yang lain. Pada radiografi AP dan lateral dari siku, gambaran yang dapat terlihat adalah sebagai berikut:a. Sudut Baumann, umumnya digunakan untuk mengevaluasi fraktur dan mengestimasi besarnya sudut (sikap varus atau valgus pada humerus distal dan siku). Sudut ini merupakan sudut antara garis lateral kondiler epifisis dengan axis panjang dari humerus. Nilai normalnya 15-20 derajat dan sama pada kedua sisi.b. Sudut humeral-ulnar, dibentuk oleh intersection dari bisektor diafisis dari humerus dan ulna. Sudut ini paling baik untuk merefleksikan true carrying angle.c. Sudut metafisis-diafisis. Sudut ini dibentuk olek bisektor dari shaft humerus dengan garis dari titik terlebar dari metafisis humerus distal.Gambar 10. Sudut Baumann

Gambar 11. Sudut humeral ulnar dan sudut metafisis diafisisRadiografi dari siku kontralateral harus digunakan untuk perbandingan atau jika diperlukan karena sudut Baumann bervariasi pada semua individu. Pada radiografi lateral, hubungan antara garis humerus anterior (garis yang ditarik sepanjang anterior humerus) dan pusat ossifikasi capitellum harus diperiksa. Dalam siku yang normal garis ini harus melewati capitellum.Foto lateral dari siku yang difleksikan hingga 90 derajat dapat memberikan gambaran berikut:a. Tear drop. Bayangan ini dibentuk oleh batas posterior fossa coronoid pada anterior, batas anterior fossa olecranon pada posterior, dan batas superior dari pusat osifikasi capitellum pada inferior.b. Sudut diafisis-kondiler. Sudut ini berada 30-45 derajat anterior. Epifisis posterior capitellum biasanya lebih lebar dibandingkan anterior.c. Anterior humeral line. Saat diperpanjang ke distal, garis ini akan membagi sepertiga tengah dari pusat osifikasi capitellum.d. Coronoid line. Garis ini mengarah ke proksimal di sepanjang batas anterior dari processus coronoid, sehingga membentuk sudut dengan aspek anterior dari kondilus lateral.Selain itu pada radiografi jika tampak sebuah ''fat pad pada posterior dapat menunjukkan adanya efusi intra-artikular. Adapun 3 fat pad yang melingkupi struktur mayor dari sendi siku adalah sebagai berikut:a. Fat pad anterior (coronoid). Lusensi triangular ini terlihat anterior dari distal humerus, dan dapat menggambarkan displace fat pad akibat efusi sendi. Fossa coronoid berukuran kecil, sehingga displace anterior dari fat pad sangat sensitif terhadap efusi. Namun demikian, fat pad yang melebar dapat terlihat pada trauma, sehingga spesifisitas dari fat pad anterior berkurang.b. Fat pad posterior (olecranon). Fossa olecranon profunda normalnya melingkupi seluruh fat pad posterior. Akibatnya efusi sedang hingga berat dapat menimbulkan displace posterior. Spesifisitas fat pad posterior menjadi tinggi untuk kelainan intra articular.c. Fat pad supinator. Fat pad ini merupakan lapisan lemak pada aspek anterior dari m.supinator, yang melingkupi radius proksimal. Displace anterior dari fat pad ini merupakan tanda fraktur cullum radius. Namun tanda ini hanya ditemukan positif pada 50% kasus.Gartlands staging diklasifikasikan berdasarkan radiografi lateral, banyak digunakan pada fraktur supracondylar karena dapat membantu panduan pengobatan. Gartland Tipe I menunjukkan fraktur tanpa adanya pergeseran dari kedua fragmen, kadangkala garis fraktur sukar dilihat pada gambaran radiologis. Gartland Tipe II menunjukkan fraktur disertai dengan pergeseran dan korteks posterior masih intak. Gartland Tipe III menunjukkan fraktur disertai dengan pergeseran dan kedua korteks tidak intak.

Gambar 12. Gartland tipe I

Gambar 13. Gartland tipe II

Gambar 14. Gartland Tipe III

2.8Penatalaksanaan3,5,6Penatalaksanaan secaraumum:1. Bila terjadi trauma, dilakukanprimary survey terlebih dahulu.2. Sebelum penderita diangkut, pasang bidaiuntuk mengurangi nyeri, mencegah (bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerakbagian atas untuk sementara anggotayang sakit dibebatkan ke badan penderita.Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang yang patah dalamjangka waktusesingkat mungkin. Jika pembengkakan tak hebat dapat dilakukan reposisi dalam narkoseumum. Setelah tereposisi, posisi siku dibuat fleksi diteruskan sampai a.Radialis mulai tak teraba. Kemudian diekstensi siku sedikit untukmemastikan a.Radialis teraba lagi. Dalam posisi fleksi maksimal ini dilakukan imobilisasi dengan gips spal. Posisi fleksi maksimal dipindahkan karena penting untuk menegangkan otot trisep yang berfungsi sebagai internal splint. Jika dalam pengontrolan dengan radiologi hasilnya sangat baik gips dapat dipertahankan dalam waktu 3-6 minggu. Kalau dalam pengontrolan pasca reposisi ditemukan tanda Volkmanns iskaemik secepatnya posisi siku diletakkan dalam ekstensi, untuk immobilisasinya diganti dengan skin traksi dengan sistem Dunlop.Gartland Tipe I diperlakukan dengan reduksi tertutup dan pembebatan. Hindari imobilisasi dengan fleksi siku melebihi 100 karena dapat menurunkan aliran darah ke lengan bawah, kemungkinan meningkatkan risiko sindrom kompartemen.Gartland Tipe II memerlukan reduksi tertutup dan fiksasi perkutan jika bebat pada lengan tidak cukup menahan reduksi. Imobilisasi dengan bebat pada lengan dapat dihentikan setelah 3 minggu. Kegagalan dalam mereduksi deformitas ini dan mempertahankan reduksi dengan pin perkutan dapat mengakibatkan cubitus varus.Gartland Tipe III dikelola dengan reduksi tertutup dengan fiksasi perkutan diikuti oleh 3 minggu imobilisasi pembebatan lengan. Metode yang tepat untuk mempertahankan pengurangan telah berkembang. Teknik cross-pin medial dan lateral merupakan gold standard, tetapi beresiko terhadap nervus ulnaris. Dengan demikian, beberapa ahli bedah menganjurkan mini-open pin placement untuk menghindari cedera saraf. Cedera langsung ke saraf ulnaris biasanya hanya menghasilkan neurapraxia, dan anak-anak akhirnya mengalami pemulihan penuh fungsi saraf ulnaris.

2.9Komplikasi3,71. Pembentukan lepuh kulitPembengkakan sendi siku terjadi karena gangguan drainase atau mungkin juga karena verban yang terlalu kuat.2. Maserasi kulit di daerah antekubitiKomplikasi ini terjadi karena setelah reposisi, dilakukan fleksi akut pada sendi siku yang menyebabkan tekanan pada kulit.3. Iskemik VolkmanTerutama terjadi pada fraktur suprakondiler humeri tipe ekstensi, fraktur antebrakhi ( fraktur ulna dan radius ) dan dislokasi sendi siku. Iskemik yang terjadi karena adanya obstruksi sirkulasi vena karena verban yang terlalu ketat, penekanan gips atau fleksi akut sendi siku. Disamping terjadi pula obstruksi pembuluh darah arteri yang menyebabkan iskemik otot dan saraf lengan bawah.4. Gunstock deformityBentuk Varus cubitus akibat patah tulang pada siku condylar di mana sumbu lengan diperpanjang tidak kontinyu dengan lengan tetapi dipindahkan ke garis tengah.

2.10Prognosis3Evaluasi union sekitar 3-4 minggu untuk anak usia 4 tahun dan sekitar 4-5 minggu untuk anak-anak usia 8 tahun dengan pemeriksaan klinis dan radiologi. Dengan meletakkan jari di atas tendon biceps kemudian dilakukan fleksi dan ekstensi elbow. Adanya spasme m.biceps brachii menunjukkan elbow belum siap mobilisasi. Setelah melepas splints, dilakukan latihan aktif dalam beberapa bulan sampai range of motion tercaai sesuai dengan yang diharapkan.

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Fraktur suprakondilus adalah fraktur yang mengenai humerus bagian distal di atas kedua kondilus yang sering terjadi pada anak-anak.2. Fraktur suprakondilus dapat dibedakan menjadi fraktur supracondylar extension type (pergeseran posterior) dan flexion type (pergeseran anterior) berdasarkan pada bergesernya fragmen distal dari humerus.3. Radiologi sangat berperan dalam penentuan Gartlands staging pada fraktur suprakondilus.4. Gartlands staging diklasifikasikan berdasarkan radiografi lateral, banyak digunakan pada fraktur supracondylar karena dapat membantu panduan pengobatan.5. Gartland Tipe I menunjukkan fraktur tanpa adanya pergeseran dari kedua fragmen, kadangkala garis fraktur sukar dilihat pada gambaran radiologis. Gartland Tipe II menunjukkan fraktur disertai dengan pergeseran dan korteks posterior masih intak. Gartland Tipe III menunjukkan fraktur disertai dengan pergeseran dan kedua korteks tidak intak.6. Tatalaksana masing-masing tipe berbeda. Gartland Tipe I diperlakukan dengan reduksi tertutup dan pembebatan. Gartland Tipe II memerlukan reduksi tertutup dan fiksasi perkutan jika bebat pada lengan tidak cukup menahan reduksi. Gartland Tipe III dikelola dengan reduksi tertutup dengan fiksasi perkutan diikuti oleh 3 minggu imobilisasi pembebatan lengan.7. Prognosisnya perlu dilakukan evaluasi union sekitar 3-4 minggu untuk anak usia 4 tahun dan sekitar 4-5 minggu untuk anak-anak usia 8 tahun dengan pemeriksaan klinis dan radiologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley and Solomon. Fracture and Joint Injuries in Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 7th Ed. Butterwordh-Heinemann, London. 19932. Noffsinger, MA. Supracondylar Humerus Fractures. Available at http://www.emedicine.com. Accessed on25 February 2014.3. Subagyo. Fracture supracondylair humeri pada anak. 2013. Diakses dari http://www.ahlibedahtulang.com pada tanggal 25 Februari 2014.4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa, Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006.5. Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbookoffractures. Philadelphia Lippincott Williams& Wilkins.2010. p.193-229;604-614.6. Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2009. Bab 9;Orthopaedi.7. Nochimson, Geofrey. Fraktur suprakondiler humerus. 2009. Diakses dari: http://emedicine.medscape.com pada tanggal 25 Februari 2014.1