Goiter Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Goitre

Citation preview

GOITRENur Rahmah Rasyid, Syahrul Gani, Amir

I. PENDAHULUANGoiter atau gondok merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang abnormal dan diikuti oleh terjadinya kelainan fungsi kelenjar tiroid.[1-4] Mendiagnosis suatu goiter adalah tergolong hal yang sulit sebab kondisi goiter dapat disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu, produksi hormon tiroid secara berlebihan (hyperthyroidism), sedikit (hypothyroidism), atau bahkan produksi hormon yang normal (euthyroidism).[1-6]Hipotiroidisme merupakan suatu keadaan dimana efek hormon di jaringan berkurang. Keadaan ini tergantung dari usia pasien, cepat tidaknya hipotiroidisme terjadi, dan ada atau tidaknya kelainan lain.[1] Sedangkan, hipertiroidisme merupakan kelebihan hormon tiroid didalam sirkulasi yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. [1-6]

II. EPIDEMIOLOGIPrevalensi kejadian hipertiroidesme dan hipotiroidisme dengan manifestasi goiter masing-masing bervariasi. Menurut survey, kondisi hipotiroidisme yang terbanyak memberikan manifestasi goiter dijumpai pada kasus Tiroiditis Hashimoto dan Iodine Deficiency berturut-turut sekitar 1-1.5% dan 90% dari jumlah populasi. Sedangkan keadaan suatu hipertiroidisme yang terbanyak memberikan manifestasi goiter dijumpai pada 1-2% kasus Graves Disease, 5-50% Nodul Tiroid, 5-10% Karsinoma Tiroid dan sekitar 10% Tumor Hipofisis dari jumlah populasi.[2-7]Baik hipertiroidisme maupun hipotiroidisme, keduanya lebih sering terjadi pada wanita dengan rasio 1.5-3 kali lebih sering dibanding pria.[1-7] Selain itu, faktor usia juga ikut berperan dalam kejadian tersebut, usia lanjut lebih rentan terkena dibandingkan usia muda.[1]

III. ANATOMI DAN FISIOLOGIKelenjar tiroid terletak dibawah leher merupakan jaringan endokrin yang terdiri atas dua lobus, yang menyatu dibagian tengah dan dihubungkan oleh isthmus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3.[1,3-6,8] Gambar 1. Anatomi kelenjar tiroid (Dikutip dari kepustakaan 6)

Terdapat kapsula fibrosa yang menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea sehingga pada saat menelan, selalu diikuti oleh gerakan terangkatnya kelenjar tiroid kearah kranial,yang merupakan ciri khas dari kelenjar tiroid. Setiap lobus tiroid berbentuk lonjong berukuran 2.5 4 cm, lebar 1.5 2 cm dan tebal 1 1.5 cm. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan iodium. Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10 20 gram. [1, 3-6,8] Kelenjar tiroid kaya akan vaskularisasi. Vaskularisasi arteri tiroid sangat baik, terdapat a. tiroidea superior kanan dan kiri yang berasal dari a. carotis eksterna dan a. tiroidea inferior kanan dan kiri yang berasal dari a. brakiosefalik, salah satu cabang arkus aorta. Kadangkala dijumpai arteri ima, cabang dari trunkus brakiosepalika, yang sering menimbulkan perdarahan saat melakukan trakeostomi.[1,5]

Gambar 2. Vaskularisasi kelenjar tiroid. (Dikutip dari kepustakaan 6)

Gambar 3. Potongan axial kelenjar tiroid. (Dikutip dari kepustakaan 6)

Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan dengan pleksus trakealis secara bebas. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus pralaring yang tepat berada diatas isthmus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang langsung ke duktus torasikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid. [1,3-6]Kelenjar tiroid menghasilkan hormon T3 (triodotironin) dan T4 (tiroksin) oleh sel sel sekretorik yang tersusun membentuk unit fungsional menjadi gelembung-gelembung berongga yang disebut folikel. Melalui mikroskop, dapat terlihat kelenjar tiroid yang terdiri atas berbagai folikel yang berukuran antara 50 500 mm. Dinding folikel tersebut terdiri atas selapis sel tunggal dengan puncak menghadap kearah lumen, sedangkan basisnya menghadap kearah membran basalis. Gelembung gelembung folikel ini terisi oleh substansi koloid, suatu bahan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormon-hormon tiroid. [3-6]

Gambar 4. Histologi kelenjar tiroid (Dikutip dari kepustakaan 9)

Konstituen utama koloid adalah suatu molekul besar dan kompleks yang dikenal sebagai triglobulin. Biosintesis hormon T3 (triodotironin) dan T4 (tiroksin) terjadi didalam tiroglobulin pada batas antara apeks sel-koloid yang nantinya akan disimpan dalam koloid. Hormon ini hanya akan dilepaskan apabila ikatan dengan triglobulin ini dipecah oleh enzim khusus. Bersama dengan TPO (tiroperoksidase), suatu enzim yang homolog dengan mieloperoksidase, triglobulin dan TPO akan bertindak sebagai antigen yang dapat digunakan sebagai petanda penyakit [1,3,6]

Gambar 5. Folikel kelenjar tiroid (Dikutip dari kepustakaan 9)

Karena vaskularisasinya yang sangat baik, sehingga setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu dipermukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.[1,3,8] Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/menit; dalam keadaan hipertiroidisme keadaan ini dapat meningkatkan aliran darah sehingga pada stetoskop akan terdengar bising aliran darah dengan jelas diujung bawah kelenjar. [1,3,4,7]Kelenjar tiroid memiliki efek dan pengaruh penting terhadap metabolisme tubuh. Dalam menjalankan fungsinya, terdapat tiga dasar pengaturan faal kelenjar tiroid yaitu mekanisme autoregulasi, kontrol TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang disintesis oleh hipofisis dan kontrol TRH (Thyroid Releasing Hormone) yang disintesis oleh hipotalamus, ketiganya saling mengadakan suatu mekanisme kompensasi terhadap proses umpan balik. [1,3-6,8]

IV. ETIOLOGI DAN PATOGENESISGoiter atau pembesaran kelenjar tiroid dapat dijumpai oleh keadaan, yaitu :1. HipotiroidHipotiroid merupakan suatu keadaan dimana efek tiroid pada jaringan berkurang. Secara klinis, sebab terjadinya hipotiroid dapat dibagi menjadi tiga yaitu;a. Hipotiroidisme Sentral (sekunder)Hipotiroid jenis ini terjadi apabila terdapat gangguan atau kegagalan pada area hipofisis, sering juga dikenal dengan hipotiroidisme sekunder, sedangkan jika kegagalannya berada pada hipotalamus maka disebut hipotiroidisme tertier. Sebagian besar penyebabnya adalah tumor hipofisis. Sebenarnya tumor hipofisis dapat memberikan kesan yang bervariasi. Selain terkadang justru mengakibatkan hipersekresi, semakin bertambah besar suatu tumor juga dapat mengakibatkan terjadi kegagalan fungsi pituitary (hipopituitarism) sehingga kontrol dan perintah ke kelenjar tiroid pun terganggu, akibatnya dapat terjadi pembesaran tiroid yang tak terkendali, sehingga lambat laun dapat menyebabkan goiter secara progresif.[1,3]b. Hipotiroidisme Perifer (primer)Hipotiroidisme jenis ini terjadi akibat adanya hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hipotiroidisme ini jarang ditemukan, namun merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Kerusakan tiroid jenis ini dapat terjadi karena pascaoperasi, pascaradiasi, tiroiditis autoimun, karsinoma, tiroiditis subakut, dishormogenesis dan atrofi. Secara umum, kesemua etiologi ini menyebabkan berkurangnya hormon akibat defek/kerusakan anatomi kelenjar tiroid, akibatnya terjadi defek kelenjar. Hal ini justru akan semakin meningkatkan aktivitasnya sebagai upaya dekompensasi sehingga terjadi hiperaktivitas kelenjar yang nantinya juga dapat memperlihatkan manifestasi pembesaran kelenjar (goiter). Penyakit yang sering mengakibatkan hipotiroidisme jenis ini adalah Tiroiditis Hashimoto.[1,6,7]Tiroiditis Hashimoto adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid sebagai targetnya melalui proses inflamasi. Pada keadaan ini tubuh membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid, selanjutnya parenkim tiroid akan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit, plasma sel dan sel radang lainnya. Sehingga terjadi destruksi sel-sel tiroid, sel- sel yang telah rusak akan diganti dengan jaringan penyambung antarsel yang melimpah. Kedua proses ini, yakni proses inflamasi akan mengakibatkan timbulnya pembesaran kelenjar (goiter) dan proses penggantian jaringan menyebabkan menurunnya fungsi tiroid, sehingga produksi hormon tiroid pun berkurang.[1,10,11]c. Hipotiroidisme akibat sebab lainHipotiroidisme jenis ini terjadi akibat faktor farmakologis, defisiensi iodium, kelebihan iodium, dan resistensi perifer. Dosis obat anti tiroid (OAT) yang berlebihan dapat menyebabkan hipotiroidisme, seperti pemberian lithium karbonat pada pasien psikosis, penggunaan fenitoin dan fenobarbital yang nantinya dapat meningkatkan metabolisme tiroksin di hepar. Iodida, sulfonamid, tionamid dapat menghambat sintesis hormon tiroid dan kolestipol/kolestiramin dapat mengikat hormon tiroid diusus (mengambat jalur enterohepatik). Untuk hipotiroidisme jenis ini, kasus yang paling sering menyebabkan Goiter adalah defisiensi iodium [1,2]. Iodium merupakan salah satu elemen yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon tiroid. Tubuh tidak memproduksi iodine, sehingga diperlukan asupan iodin dari luar tubuh. Jika kadar iodin berkurang, maka hormon tiroid yang akan di hasilkan pun akan berkurang. Karena menurunnya jumlah hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi, hal ini akan memicu aksis hipotalamus-pituitary untuk melepaskan TSH lebih banyak untuk menstimulasi kelenjar tiroid agar produksi hormon dapat ditingkatkan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, sebagai efek kompensasi, terjadilah pembesaran kelenjar (goiter). Goiter jenis ini sering juga dikenal dengan non-toxic goitrous.[1,6,10,11]

2. HipertiroidHipertiroidisme merupakan tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Hipertiroidisme dapat pula tidak menyertai tirotoksikosis. Tirotoksikosis merupakan kelebihan hormon tiroid didalam sirkulasi. Hipertiroidisme juga dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hipertiroidisme primer seperti pada penyakit Graves, gondok multinoduler toksik, dan adenoma toksik. Sedangkan hipertiroidisme sekunder, seperti pada TSH-secreting tumor dan chGH-secreting tumor. Untuk kasus hipertiroidisme, penyebab tersering adalah hipertiroidisme jenis primer khususnya pada kasus Graves Disease, Nodul Tiroid, Karsinoma Tiroid dan Tumor Hipofisis.[1-3,6,8,11]Graves Disease merupakan penyakit autoimun yang memproduksi antibodi (TSHR-Ab) yang dapat meningkatkan afinitas TSH-reseptor (TSHR) terhadap rangsangan TSH, sehingga memicu kelenjar tiroid untuk meningkatkan aktivitasnya sehingga timbul suatu manifestasi goiter.[1,6,11]Nodul Tiroid atau adenoma tiroid merupakan neoplasia endokrin yang cukup sering ditemukan di klinik, meski dapat memberikan manifestasi berupa hipofungsi dan normofungsi kelenjar, nodul tiroid lebih sering memberikan kesan hiperfungsi. Patogenesis perubahan atau pertumbuhan sel-sel folikel tiroid menjadi nodul sepenuhnya masih belum dimengerti. Konsep yang masih dianut hingga kini adalah kecurigaan adanya keterkaitan atau sinergitas TSH terhadap Insulin-like growth factor I. [1,3,6,10,11]Karsinoma Tiroid merupakan keganasan yang tersering terjadi diantara keganasan endokrin lainnya. Suatu nodul tiroid yang semula jinak dapat berkembang menjadi ganas. Secara klinis, sulit untuk membedakan antara nodul tiroid jinak dan nodul tiroid yang ganas, bahkan baru diketahui apabila pemeriksaan sitologi dilakukan.[1,6,10,11] Tumor Hipofisis merupakan neoplasma yang relatif sering dari seluruh neoplasma intrakranial. Walaupun telah banyak penelitian mengenai tumor hipofisis, patogenesis terjadinya tumor ini belum jelas sepenuhnya. Penelitian biomeolekular menunjukkan bahwa tumor hipofisis baik functioning maupun non-functioning, berasal dari pertumbuhan satu klon (monoklonal).[1,6,11]

V. DIAGNOSISDiagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis yang dapat diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, selanjutnya dikoreksi dengan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. (1,3-6]A. Gambaran Klinis1. HipotiroidPada keadaan hipotiroid dapat ditemukan keluhan dan tanda- tanda yang bervariasi, tergantung penyebabnya. [1,6,10]

Gambar 6. Manifestasi klinis hipotiroid (dikutip dari kepustakaan 12)

Umumnya dijumpai keluhan dan tanda-tanda pembesaran kelenjar disertai dengan penurunan metabolisme tubuh, seperti kurang energi, mudah lesu, lamban bicara, gampang lupa, obstipasi, bradikardia, tak tahan dingin, berat badan naik dan anoreksia, ditemukan tanda-tanda depresi, oligomenorea, infertile, aterosklerosis.[1,5,6,12] Pada tiroiditis Hashimoto dan penderita defisiensi iodium, keluhan-keluhan ini bersifat progresif. Selain itu, anamnesis mengenai daerah atau tempat tinggal penderita juga ikut dipertimbangkan untuk menilai kecurigaan daerah yang ditinggali sekarang termasuk aderah endemik yang rawan defisinsi iodium.[2,7] Adapun jika penyebabnya akibat tumor hipofisis, biasanya keluhan disertai dengan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti gangguan visus, sakit kepala, dan muntah.[1,6,8]

2. Hipertiroid,Pada keadaan hipertiroid ditemukan keluhan dan tanda- tanda berlawanan dengan kasus hipotiroid.[1,5]

Gambar 7. Manifestasi klinis hipertiroid (dikutip dari kepustakaan 12)

Selain ditemukannya pembesaran kelenjar, dijumpai pula keluhan dan tanda-tanda peningkatan metabolisme tubuh seperti, tak tahan hawa panas, hiperkinesis, cepat lelah, berat badan turun, pertumbuhan lebih cepat, hiperdefekasi, cepat haus, banyak makan, disfagia, splenomegali, infertil, amenorea, ginekomasti, rambut rontok, berkeringat, kulit basah, tremor, aritmia, palpitasi, gagal jantung dan sebagainya.[1,3,5,6]Pada kasus Graves Disease, selain ditemukannya struma difus dan gejala-gejala umum diatas, sekitar 50% juga ditemukan oftalmopati, 0.5-4% ditemukan dermopati dan sekitar 1% ditemukan akropaki.[1,2,5,6,11]Pada penderita nodul tiroid dan karsinoma tiroid, selain ditemukannya struma difus dan gejala-gejala umum diatas, dijumpai riwayat terhadap paparan radiasi pengion semasa kanak-kanak, riwayat menderita karsinoma dalam keluarga, terkadang ditemukan kesulitan menelan dapat atau tanpa rasa nyeri, dan diikuti dengan suara serak.[1,5,6,8,10,11]Pada kasus tumor hipofisis, selain ditemukannya struma difus dan gejala-gejala umum diatas, dapat pula ditemukan defisiensi satu atau lebih hormone hipofisis, kelebihan hormon (terutama prolaktin, GH, dan ACTH) dan memberikan efek tumor (sakit kepala, gangguan saraf kranial, hemianopsia bitemporal, dan sebagainya).[1,3,6,10]

B. Gambaran Radiologis Jika serang ahli klinis meraba suatu tonjolan di daerah tiroid, maka akan selalu timbul pertanyaan seperti :a. Apakah tonjolan itu berada dalam tiroidb. Apakah tonjolan tersebut bersifat kistik atau solidc. Apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari satu, ataud. Apakah tonjolan itu bersifat jinak atau ganas Sehingga selain melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang teliti, maka dewasa ini dibutuhkan pula beberapa pemeriksaan diagnostik dan pencitraan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan seperti diatas dalam rangka menegakkan suatu diagnosis.Skintigrafi tiroid, ultrasonografi, tomografi komputer, bahkan magnetic resonance imaging, kesemuanya masing-masing memiliki perbedaan dari segi tingkat nilai akurasi diagnostik, biaya pemeriksaan, dan lain-lain. Sehingga penggunaan pemeriksaan tersebut tergantung jenis keluhan dan tanda yang diberikan pasien.[13]1. UltrasonografiPemakaian USG tiroid mejadi semakin popular dan berkembang, terutama setelah dilengkapinya dengan daya resolusi yang tinggi. Selain non-invasive, alat ini memiliki nilai akurasi diagnostik yang tinggi, murah, mudah, cepat, dan melalui pemeriksaan ini pasien tidak perlu diekspos dengan sinar pengion sehingga aman untuk dilakukan berulang-ulang.[13,14] Adapun peranan USG pada pemeriksaan tonjolan tiroid adalah sebagai berikut :[13]a. Dapat dengan cepat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau diluar tiroid.b. Dapat dengan cepat dan akurat membedakan lesi kistik dan lesi solid.c. Dapat dengan mudah mengenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari satu.d. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui tumor primernya.e. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid.f. Sebagai pengarah pada biopsy aspirasi tiroid.

baa

Thyroid gland lobeThyroid gland isthmusTracheaCommon carotid artery6. Infrahyoid strap muscle7. Sternocleidomastoideus muscle8. Prevertebral muscle

Gambar 8. (a) dan (b) Ultrasonografi kelenjar tiroid normal.(Dikutip dari kepustakaan 15 dan 16)

Pada foto USG Kelenjar tiroid normal dapt terlihat tiroid yang terdiri atas dua lobus pada scan posisi anterior cervical (x) dan dibelakangnya terdapat bayangan trakea (T).[15]Tiroid yang normal memiliki konfigurasi panjang sekitar 40-70 mm, lebar 10-30 mm dan tebal 10-20 mm. Jika terjadi pembesaran kelenjar baik karsinoma, nodul atau karena proses peradangan, ukuran tiroid yang tadinya normal akan menjadi lebih besar.[14,17]

BA

DC Gambar 9. Foto ultrasonografi kelejar tiroid abnormal (karsinoma tiroid).(Dikutip dari kepustakaan 14)

Pada koreksi foto echocardiografi leher diatas;a) Tampak gambaran hiperekoik homogen pada nodus-nodus limfa yang berasal dari metastasis karsinoma papillare tiroidb) Tampak bayangan inhomogen dari nodus-nodus limfa yang berasal dari metastasis karsinoma papillare tiroidc) Tampak pembesaran , bayangan heterogen, kalsifikasi nodus yang berasal dari metastasis karsinoma papillare tiroid d) Tampak gambaran kistik local yang rekuren total setelah proses radioablasi.Tanda tanda lesi ganas atau jinak pada USG [13]:1. Lesi Ganasa. Batas; tak teratur dan tak tegasb. Internal; homogen, tunggalc. Penampakan lesi; solidd. Halo; negatif2. Lesi jinake. Batas; teratur dan tegasf. Interna; homogen, multipelg. Penampakan lesi;kistik campur solida. Halo; komplit

2. Computed Tomografi - Scan

Internal jugular vein11. anterior jugular vein12. levator scapulae muscle13. longus capitus and colli muscles15. longus colli muscle25. sternocleidomastoideus muscle26. sternohyoideus muscle27. thyroid gland28. oesophagus29. common carotid arterial33. tracheaCT-scan dapat digunakan untuk melihat pengaruh pendesakan atau metastase dari irisan rongga tubuh yang dicurigasi mengalami proses spesifik tertentu. [13,15,17-20]

Gambar 10 Potongan aksial CT-scan kelenjar tiroid(Dikutip dari kepustakaan 16)

ba Gambar 11. A. Potongan sagital CT-scan leher. (Dikutip dari kepustakaan 19), dan B. Potongan aksial CT-scan tirod abnormal.(Dikutip dari kepustakaan 14)

Pada potongan sagital, tampak adanya massa hingga kearah vertebra. Pada potongan aksial, tampak pergeseran trakea, kompresi vena jugularis interna dan infiltrasi pada fasia prevertebralis akibat karsinoma anaplastik tiroid.[19]

Gambar 12.Karsinoma tiroid (Dikutip dari kepustakaan 14)

Pada gambar diatas, terlihat massa (M) yang mulai keluar menginvasi jaringan disekitarnya (trakea). Foto ini memperlihatkan adanya keganasan berupa metastase dari lobus kiri tiroid.[14]

3. MRIMagnetic Resonance Imaging (MRI) biasanya lebih sering digunakan untuk pemeriksaan kepala, organ organ tertentu dan tulang.

28. paratiroid gland44. thyroid gland45. sternocleidomastoideus muscle46. trachea49. retromandibuler vein50. anterior arch of C1 Gambar.13 Potongan corona MRI pharynx normal.(Dikutip dari kepustakaan 16)

Gambar 14. Pembesaran kelenjar (goiter) menekan vena jugularis(Dikutip dari kepustakaan 6)

ba Gambar 15. A. Metastasis Karsinoma tiroid menekan vena jugularis kanan bawah; B.Metastasis karsinoma tiroid menekan vena jugularis kanan atas. (Dikutip dari kepustakaan 14)

Penggunaan MRI pada pembesaran tiroid biasanya memberikan hasil yang kurang baik sehingga biasanya tidak digunakan untuk mengevaluasi nodul tiroid. Selain itu, kecenderungan untuk mengalami kesalahan intensitas pada pemeriksaannya sangat besar, misalnya pada pemeriksaan perdarahan tiroid dan peningkatan protein cairan koloid sebelum pemberian kontras, memberikan hasil hiperintens pada T1. Hal ini dapat mengaburkan validitas intensitas sebab kista dan limfoma juga memberikan hasil yang sama. Penggunaan MRI lebih diutamakan untuk mengetahui posisi anatomi nodul atau jaringan tiroid terhadap organ disekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trakea karena nodul. Sehingga diperlukan keterangan atau pemeriksaan tambahan untuk mengoreksi hasil foto yang ada. [14]

4. Foto konvensionalFoto konvensional masih sering digunakan untuk menilai kecurigaan proses patologis yang telah sampai pada rongga mediastinum.

Gambar 16. Foto Konvensional tiroid dan rongga mediastinum normal, tidak didapatkan pergeseran trakea (tidak ada tanda pembesaran tiroid)(Dikutip dari kepustakaan 21)

ba Gambar 17. Foto Konvensional tiroid abnormal.(Dikutip dari kepustakaan 14 dan 20)

Pada koreksi foto konvensional leher, dapat ditemukan gambaran pembesaran tiroid yang secara umum pembesarannya dapat mengarah ke arah trakea, mengarah ke lumen hipofaringeal atau bahkan ke lumen esophagus, kesemua organ tersebut terdesak keluar menjauhi garis pertengahan dan dapat dijumpai tanda-tanda kalsifikasi yang kasar.[13]C. Pemeriksaan LaboratoriumDapat diperiksa kadar TT4, TT3, dan TSH, eksresi iodium urin, kadar tiroglobulin, uji tangkap I131, sintigrafi dan kadang dibutuhkan pula FNA (fine needle aspiration biopsy), antibodi tiroid (ATPO-Ab, ATg-Ab) dan TSI. [1,3,5,6,11]1. Hipotiroida. Pada kasus Tiroiditis Hashimoto, didapatkan kadar T3,T4 dan TSH dalam batas normal kecuali pada keadaan berat dapat dijumpai hipotiroid yang nyata, uptake iodium radioaktif rendah, kadar triglobulin serum tinggi, anemia ringan, leukositosis, peningkatan LED dan biasanya didapatkan peningkatan antibodi terhadap tiroid peroksidase (TPO) maupun triglobulin.

Gambar 18. Tiroiditis Hashimoto (Dikutip dari kepustakaan 11)

Pada gambaran patologi anatomi menunjukkan adanya inti di tengah koloid yang dikelilingi oleh sel raksasa berinti banyak, lesi ini kemudian akan berkembang menjadi granuloma, disamping itu didapatkan pula infiltrasi neutrofil, limfosit dan histiosit yang profus, disruption, dan kolaps folikel tiroid, nekrosis dan destruksi sel-sel folikel. Fibrosis dan area hiperplasi sel folikular terlihat pada tiroiditis Hashimoto yang berat akibat TSH yang meningkat.[11]b. Pada kasus defisiensi iodium, kelainan biokimiawi dapat ditemukan berupa eksresi iodium urine rendah, kadar PBI dan T4 normal atau rendah, sedangkan T3 dapat normal, rendah atau tinggi, reaksi berlebihan terhadap TSH dan uptake iodium radioaktif nya meningkat. Pada gambaran patologi, didapatkan pembesaran folikel yang berisi koloid tanpa adanya proses peradangan dan infiltrasi sel-sel yang spesifik.[1,5,6,11]

2. Hipertiroida. Graves Disease, ditemukan peningkatan kadar triglobulin serum, kadar T4,T3 dan disertai TSH yang dapat normal. [1,5,6,11]

Gambar 19. Hiperplasia difusa pada Grave Disease(Dikutip dari Kepustakaan 11)

Pada gambaran patologi anatominya ditemukan pembesaran folikel tiroid yang difus. Folikel dikelilingi oleh sel-sel kolumnar yang tinggi, tampak sel-sel tersebut ramai melebar kearah lumen. [11] b. Nodul tiroid, ditemukan peningkatan kadar triglobulin dan T4 disertai penurunan penangkapan iodium (radiodine uptake.)[1,5,6,11]

Gambar 20. Medullary karsinoma tiroid(Dikutip dari kepustakaan 11)

Pada gambaran patologi anatominya ditemukan dan dapat ditemukan regresi yang spontan, kecuali adenoma yang berkembang menjadi ganas. Kapsula fibrosa nya biasanya menebal namun cukup tajam dan belum ditemukan adanya invasi pembuluh darah.[11]c. Karsinoma tiroid, ditemukan peningkatan kadar triglobulin namun tidak spesifik, uji tes genetik positif.[1,5,6,11]

Gambar 21. Karsinoma tiroid meduler.(Dikutip dari kepustakaan 11)

Gambaran patologi anatomimya dapat menunjukkan adanya material ekstraselular yang terdiri atas derivate kalsitonin selain itu ditemukan pula adanya invasi pembuluh darah pertanda karsinoma.[11]d. Tumor Hipofisis, ditemukan sekresi hormon hipofisis yang meningkat atau menurun, yang dapat dideteksi dengan konfirmasi prolaktin.[1,5,6,10,11]

Gambar 22.Prolactinoma (Dikutip dari kepustakaan 11)

Dari gambaran patologi anatomi, dapat ditemukan adanya pembesaran kelenjar prolaktin (prolaktinoma) sebagai manifestasi dari tumor hipofisis.[11]

VI. DIAGNOSIS BANDINGBenjolan pada leher tidak saja berasal dari kelenjar tiroid. Namun, dapat berasal dari pembesaran, desakan dan metastase organ-organ lain seperti pada Limfoma, Timoma, dan Teratoma.[14,19,20]a. LimfomaLimfoma merupakan keganasan yang termasuk paling sering ditemui di dalam rongga mediastinum pada usia produktif. Baik limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin, keduanya dapat menyerang mediastinum. Dengan prevalensi sekitar 75% kasus nodus limfoma Hodgkin dan 20% non-Hodgkin terjadi pada mediastinum.[1,5,6]Limfoma yang berlokasi didaerah mediastinum atas dapat mendesak dan menggeser trakea dan pembuluh darah disekitarnya.[1,5-7]

AB AGambar 23. (A) Limfoma tiroid. (Dikutip dari kepustakaan 14)Gambar 24. (B) Limfoma (Dikutip dari kepustakaan 20)

(A). Tampak pembesaran difuse kelenjar tiroid akibat pendesakan massa homogen relative (limfoma) (B).Tampak pelebaran nodus-nodus limfa yang berlokasi di anterior mediastinum. Pembesaran nodus-nodus limfa dapat disebabkan karena proses peradangan seperti tuberculosis atau sarkoidosis.

b. TimomaTimoma merupakan tumor terbanyak kedua rongga mediastinum dan sangat khas pada rentang usia 40-50 tahun. Sekitar 70% timoma dapat berkembang menjadi keganasan.[5,6,10,14,20]

Gambar. 25 Foto thoraks lateral (Dikutip dari kepustakaan 20)Tampak pembesaran jaringan lunak depan yang mengarah ke pembuluh darah-pembuluh darah besar. Keadaan ini sangat khas terjadi pada pembesaran timus (timoma).[20]

Timus memang membesar pada usia anak-anak. Namun hal ini tidak memperlihatkan pergeseran trakea sebab pembesarannya sangat halus. Timus akan mengecil secara perlahan dan akan terlihat seperti bentuk segitiga pada rongga mediatinum bagian depan. Secara klinis, tumor timus memiliki hubungan dengan kejadian Myasthenia Gravis.[3,14,20]

Gambar 26. Foto aksial CT-scan dada. (Dikutip dari kepustakaan 20)

Pada foto aksial CT-scan dada diatas, setelah dimasukkan kontras tampak adanya massa yang hanya tampak pada anterior kearah aorta ascendens dan trunkus pulmonalis. Hal ini terlihat pada timoma jinak.[20]

c. TeratomaTeratoma merupakan salah satu jenis tumor yang sering disebut dengan nonseminomatous germ cell tumor (N.S.G.C.T.).[22] Teratoma biasanya terjadi akibat kongenital sebab sel tumor ini berasal dari lapisan lapisan embrionik tubuh yang arah perkembangannya mengalami gangguan. Jenis teratoma bergantung pada asal dari germ cell atau sel pluripotent yang mengalami gangguan perkembangan tersebut.[20,22]

Gambar. 27 Teratoma (Dikutip dari kepustakaan 20)Tampak massa dibawah angle azygos (panah). Tampak lesi kalsifikasi yang parsial pada bagian depan potongan lateral (teratoma)

Teratoma dapat terdiri atas elemen-elemen tubuh yang berasal dari lapisan blastodermis seperti lemak, tulang dan gigi.Teratoma biasanya berasal dari jaringan atau organ tubuh sisi medial seperti, otak, hidung, lidah, jaringan dibawah lidah, di leher, mediastinum, retroperitonium dan sering mengenai sutura otak. Namun jarang mengenai organ-organ padat seperti jantung dan kandung kemih.[20,22]

VII. PENATALAKSANAAN a. Hipotiroid [1]Selain terapi kausal atau penyebab. Pada kasus goiter yang memberikan manifetasi berupa hipotiroidisme, dapat diberikan terapi simtomatik, seperti meringankan keluhan dan gejala, menormalkan metabolisme, menormalkan TSH (bukan mensupresi ), membuat T3 (dan T4) normal dan menghindarkan komplikasi dan resiko . Dapat digunakan metode subtitusi. Prinsip substitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormon tiroid endogen pasien. Indikator kecukupan optimal sel yang dipakai ialah kadar TSH normal. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam melaksanakan substitusi, yaitu (a) makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosis awal dan makin landai peningkatan dosis, (b) geriatrik dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati hati. Dosis supresi tidak dianjurkan, sebab ada resiko gangguan jantung dan densitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-triodotironin (T3), maupun pulvus tiroid. Pulvus tak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T3 tidak digunakan sebagai substitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik ialah T4. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kombinasi pengobatan T4 dengan T3 (50 ug T4 diganti 12.5 ug T3) memperbaiki mood dan faal neurosipkologis.Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang mengganggu serapan dari usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorbsi, short bowel syndrome, sirosis, obat sukralfat, alumunium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfas ferosus, kalsium karbonat. Dilantin, rifampisin, fenobarbital dan tegretol meningkatkan ekskresi empedu. Dosis rerata substitusi L- T4 ialah 112 ug/hari atau 1.6 ug/kg BB atau 100-125 mg sehari. Untuk L-T3 25-50 ug. Kadar TSH awal seringkali dapat digunakan patokan dosis pengganti : TSH 20 uU/ml btuh 50-75 ug tiroksin sehari , TSH 44-75 uU/ml butuh 100-150 ug. Sebagian besar kasus membutuhkan 100-200 ug L-T4 sehari.

b. Hipertiroid [1,5,6]Prinsip pengobatan pada kasus hipertiroid tergantung dari etiologi tirotoksikosis , usia paten , riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan dan sebagainya. Perlu diskusi mendalam dengan pasien tentang cara pengobatan yang dianjurkan. Pengobatan tirotoksikosis dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu tirostatika, tiroidektomi dan iodium radioaktif. Tirostatika atau OAT (obat anti tiroid) terpenting adalah kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazol 5 mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5,10,30mg) dan derivat tiourasil. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penggunaan OAT ini, pertama berasarkan titrasi : mulai dengan dosis besar dan kemudian berdasarkan klinis/laboratoris dosis diturunkan sampai mencapai dosis terendah dimana pasien masih dalam keadaan eutirodisme. Kedua disebut sebagai blok- substitusi, dalam metode ini pasien diberi dosis besar terus menerus apabila mencapai keadaan hipotiroidisme, lalu ditambah hormon tiroksin hingga menjadi eutiroidisme dean pulih kembali. Cara kedua ini termasuk rasional sebab dosis tinggi dan lama pemberian mengakibatkan kemungkinan perbaikan proses imunologik yang mendasari, misalnya pada proses penyakit Graves. Efek samping yang sering rash, urtikaria, demam dan malaise, alergi, eksantem, nyeri otot dan artralgia, yang jarang keluhan gastrointentinal, perubahan rasa dan kecap, artritis dan yang paling ditakuti yaitu agranulositosis, terakhir ini kalau terjadi hampir selalu pada 3 bulan pertama penggunaan obat.Selain OAT, dapat pula dilakukan tiroidektomi. Namun, operasi baru dikerjakan jika keadaan pasien sudah mencapai eutiroid baik secara klinis maupun biokimiawi. Melalui tindakan bedah dapat dilakukan dekompresi terhadap jaringan vital disekitar benjolan. Di samping dapat diperoleh spesimen untuk pemeriksaan patologi, hemitiroidektomi dapat dilakukan pada nodul jinak, sedangkan berapa luas tiroidektomi yang akan dilakukan pada nodul ganas tergantung pada jenis histologi dan tingkat resiko prognostik. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyulit seperti pendarahan pasca pembedahan ,obstruksi trakea pasca-pembedahaan, gangguan pada n. rekurens laringeus, hipoparatiroidi atau benjolan kembali kambuh.

Iodium radioaktif (radio active iodium RAI).Dosis RAI hipotiroidisme, ada yang langsung dengan dosis besar untuk mencapai hipotiroidisme kemudian ditambah tiroksin sebagai substitusi. Terapi dengan Iodium radioaktif (I-131) dilakukan pada nodultiroid autonom atau nodul panas (fungsional) baik yang dalam keadaan eutiroid maupun hipertiroid .Terapi iodium radioaktif juga dapat diberikan pada struma multinodosa non-toksik terutama bagi pasien yang tidak bersedia dioperasi atau mempunyai resiko tinggi untuk operasi. Iodium radioaktif dapat mengurangi volume nodul tiroid dan memperbaiki keluhan dan gejala penekanan pada sebagian besar pasien. Yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya tiroiditis radiasi (jarang) dan disfungsi tiroid pasca-radiasi seperti hipertiroidisme selintas dan hipotiroidisme. Kehawatiran bahwa radiasi menyebabkan karsinoma, leukemia, tidak terbukti. Dan satu satunya kontra indikasi ialah graviditas. Komplikasi ringan kadang terjadi tiroditis sepintas.

VIII. KOMPLIKASIa. HipotiroidKeadaan hipotiroidisme dapat mengganggu kesuburan dan siklus menstruasi. Wanita hamil dengan PBI rendah lebih banyak mengalami abortus. IQ anak yang lahir dari ibu dengan hormon tiroid rendah berbeda dengan anak yang lahir dari ibu dengan kadar hormon tiroid yang relatif lebih tinggi.[1,2,5,6]

b. Hipertiroid Umumnya kasus-kasus hipertiroid yang tidak ditangani dapat berlanjut menjadi suatu hipertiroid dengan benjolan yang mengarah pada keganasan atau metastase ke berbagai organ ditubuh disekitarnya, selain itu dapat pula mengalami kondisi krisis tiroid.[1,5,6]

IX. PROGNOSISa. HipotiroidUmumnya kasus hipotiroid yang diterapi dengan pengobatan mendapat respon yang baik terhadap pengobatan.[1,5,6]

b. HipertiroidPrognosis kasus-kasus hipertiroid tergantung pada tingkat keganasan dan derajat pembesaran nodul yang ada.[1,5,6,11] 17