28
Guru Sebagai Evaluator Disusun Oleh : MUHAMAD YOGI 41032161121007 HASAN 41032124121010 SATRIADI 41032161121008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2012

Guru Sebagai Evaluator

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Guru Sebagai Evaluator

Guru Sebagai EvaluatorDisusun Oleh :

MUHAMAD YOGI 41032161121007 HASAN 41032124121010

SATRIADI 41032161121008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAANDAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARABFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARABANDUNG

2012

Page 2: Guru Sebagai Evaluator

BAB I 1.PENDAHULUAN

Fungsi Guru sebagai evaluator memegang kunci yang penting karena akan bisa menentukan tingkat keberhasilan siswa. Untuk itu guru harus pandai memainkan peranan nya sebelum memberikan evaluasi terhadap siswa. Guru harus merumuskan dulu apa tujuan dari evaluasi tersebut, selain itu guru harus pandai menyusun alat evaluasi yang tepat yang akan di gunakan untuk mengukur tujuan dari apa yang hendak di ukur. Belajar dan berlatih menyusun alat evaluasi adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan. Di dalam pembelajaran, fungsi guru sebagai evaluator tidak hanya menilai produk ( hasil dari pengajaran ), tetapi juga menilai proses, karena dengan kedua kegiatan itu akan di peroleh feedback tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah di laksanakan.

Page 3: Guru Sebagai Evaluator

1.1  Latar BelakangDalam dunia pendidikan,kita ketahui bahwa setiap jenis dan jenjangpendidikan pada waktu-

waktu tertentu/periode pendidikan selalu mengadakan evaluasi, artinya penilaian yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik. Demikian pula setiap kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Penilaian perlu dilakukan, karena melalui penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain penilaian ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.

Dalam penilaian, guru dapat menetapkan apakah seorang siswa termasuk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Kiranya jelasl bahwa guru harus mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dalam penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia mengikuti proses belajar mengajar. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Page 4: Guru Sebagai Evaluator

guru mempunyai peranan utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

1.2  Rumusan Masalah1.2.1  Apa kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator?1.2.2  Apa pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi?1.2.3  Apa prinsip-prinsip dan teknik evaluasi?1.2.4  Bagaimana cara menyusun tes?1.2.5  Bagaimana cara menganalisis hasil tes?1.2.6  Bagaimana cara memberi nilai hasil tes? 1.3  Tujuan Pembahasan1.3.1  Mengetahui kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator.1.3.2  Mengetahui pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi.1.3.3  Mengetahui prinsip-prinsip dan teknik evaluasi.1.3.4  Mengetahui cara menyusun tes.1.3.5  Mengetahui cara menganalisis hasil tes.1.3.6  Mengetahui cara member nilai hasil tes.BAB II PEMBAHASAN2.1 Kedudukan dan Peranan Guru Sebagai EvaluatorPeranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai

pengajar, pendidik dan sebagai evaluator dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Bedasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan

Page 5: Guru Sebagai Evaluator

yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, didalam maupun diluar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik.Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk, pelanggaran seks, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangat serius . Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik yang mempunyai etik tinggi.Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi norma-norma itu sehingga menjadi bagian dari pribadinya. Ada norma-norma yang umum bagi semua guru di suatu Negara, adapula yang di tentukan oleh norma-norma yang khas yang berlaku di daerah tertentu menurut adat istiadat yang terdapat dilingkungan itu.Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia seorang dewasa . Dalam masyarakat kita orang yang lebih tua harus di hormati. Oleh sebab guru lebih tua daripada muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi karena guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula diperlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru harus pula dapat memandang murid sebagai anak. (Nasution,1995)

Page 6: Guru Sebagai Evaluator

Adapun sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru sejalan dengan peranannya sebagai evaluator dalam interaksi belajar-mengajar ini adalah:1.Memahami sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan program, pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan untuk memahami tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan materi pengajaran.2.Berusaha mengidentifikasi fungsi dan pemanfaatan lanjut dari evaluasi, misalnya apakah berkaitan dengan perbaikan rancangan program karena hasil belajar ternyata tidak sesuai dengan situasi belajar-mengajar yang akan diciptakan, untuk mengadakan bimbingan belajar, bimbingan pribadi atau mungkin juga bersangkutan dengan pelaksanaan program itu sendiri.3.Merancang alat pengukur yang akan digunakan, baik dalam kaitannya dengan penilaian rancangan program pengajaran, pelaksanaan pengajaran, terutama yang bersangkutan dengan rancangan tes yang memiliki sasaran siswa sebagai subjek belajar.4.Mengembangkan rancangan tes sesuai dengan bentuk yes yang telah ditetapkan, sesuai dengan tujuan serta pengalaman belajar yang dimiliki siswa.5.Berusaha memahami tingkat kelebihan alat pengukur yang digunakan.6.Mengadministrasikan tes, baik dari pemberian skor, penentuan hasil, pengarsipan, dan penyimpanan alat ukur.7.Menyusun bahan umpan-balik hasil tes terhadap siswa maupun guru itu sendiri sebagai perancang maupun pelaksana program dalam interaksi belajr-mengajar. (Masnur,Hasanah, Bassenang,1987)2.2 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan2.2.1 Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Page 7: Guru Sebagai Evaluator

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memaknainya hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi sementara orang yang lain, membadakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh di bawah ini:1.Apabila ada orang yang akan member sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang khusus.2.Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya.Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengatakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.•Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.•Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.•Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.

Page 8: Guru Sebagai Evaluator

Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evalution inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu)(Suharsimi, 1984)2.2.2 Tujuan evaluasi pendidikanEvaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan.Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah iu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolahan ini disebut transformasi.Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:•Penempatan pada tempat yang tepat•Pemberian umpan balik•Diagnosis kesulitan belajar siswa•Penentuan kelulusan2.2.3 Fungsi Evaluasi PendidikanDengan mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa hal:

Page 9: Guru Sebagai Evaluator

1.Evaluasi berfungsi selektifDengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itusendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:2.Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu3.Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.4.Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.5.Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.2. Evaluasi berfungsi diagnostikApabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnaya, guru akan mengetahuai kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-seba kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.3.Evaluasi berfungsi sebagai penempatanSistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakar sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok

Page 10: Guru Sebagai Evaluator

mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Sekompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.4..Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilanFungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum.2.3 Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi2.3.1 Prinsip-prinsip EvaluasiTerdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempunanya teknik evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi pun kurang akan kurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai berikut:1.KeterpaduanEvaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tukuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.2.Keterlibatan siswa

Page 11: Guru Sebagai Evaluator

Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan swauatu yang ingin dihindari. Penyajian evaluasioleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mangenai kemajuannya dalam program belajar-mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi.3.KoherensiDengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukurbahan yang belum disajika dalam kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur.4.PedagogisDisamping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagigis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.  Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.5.AkuntabilitasSejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability). Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan, masyarakatlingkungan pada umumnya, dan lembaga

Page 12: Guru Sebagai Evaluator

pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya.

2.3.2 Teknik EvaluasiSecara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2

macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes.1.Teknik non-tesAda beberapa teknik non-tes yaitu:1.Skala bertingkat (rating scale)Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil

pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor atau biji yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8, digambarkan ditempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5.

Biasanya angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.

2.KuesionerKuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah

sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Tentang macam-macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:

Page 13: Guru Sebagai Evaluator

1)      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:a)      Kuesioner langsungKuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.b)      Kuesioner tidak langsungKuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.2)      Ditinjau dari segi cara menjawab:a)      Kuesioner tertutup.Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal member tanda pada jawaban yang dipilih.Contoh :Tingkat pendidikan yang sekarang Anda ikuti adalah:SD                    SLTP           SLTU              Perguruan TinggiTanda cek (V) di bubuhkan pada kotak di depan “perguruan tinggi” jika pengisi berstatus mahasiswa.b)      Kuesioner terbukaKuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila

Page 14: Guru Sebagai Evaluator

Pernyataan Penting Biasa Tidak penting

1. Melihat pemandangan

2. Olahraga tiap hari

3. Melihat film

macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya adalah beranekaragam.Contoh:Untuk membimbing mahasiswa kea rah kebiasaan membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara?Jawaban :………………………………………….1.Daftar cocok (check list)Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya disingkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) di tempat yang sudah disediakan.Contoh : berikan tanda cek pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.

2.Wawancara (interview)Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak.Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

Page 15: Guru Sebagai Evaluator

a)      Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.b)      Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai pemimpin, mengarahkan dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sesuai dengan keadaan responden.3.Pengamatan (observation)Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.Ada 3 macam observasi:1)      Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jka pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.2)      Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.

Page 16: Guru Sebagai Evaluator

3)      Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.4.Riwayat hidupRiwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan temtang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai. 2. Teknik tesTes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.Ditinjau dari segi kegunaanuntuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:a)      Tes diagnostikTes diagnostik adalah yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.b)      Tes formatifDari arti kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.

Page 17: Guru Sebagai Evaluator

TIK dan Aspek tingkah laku

Ingatan

Pemahaman

Aplikasi

Keterangan

1. Sisawa dapat menjumlah kan 2 bilangan

bersusun

V V

Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau res akhir proses.c)      Tes sumatifEvaluasi simatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan res sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.(Daryanto,2007)2.4 Langkah-langkah penyusunan tesTentu saja setiap guru akan dengan mudah mengatakan bagian pelajaran mana yang akan dicakup dalam sebuah tes jika sudah diketahui tujuannya. Urutan langkah yang dilakukan adalah:1.Menentukan tujuan mengadakan tes.2.Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.3.Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.4.Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.Contoh :Tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.

Page 18: Guru Sebagai Evaluator

Bilangan bersusun

1. Siswa dapat menerangkan hukum komulatif

dan sebagainya

V V

1.Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukurbeserta imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terperinci tentang tabel spesifikasi, akan disajikan bada bab berikutnya.2.Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup. Apabila TIK ditulis sangat khusus, maka satu TIK diukur oleh satu butir soal. jika TIKitu merupakan TIKesensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dengan satu butir soal.(Suharsimi,1984))2.5 Menganalisis Hasil Tes2.5.1 Menilai tes yang dibuat sendiriAda 4 cara untuk menilai tes, yaitu:1.Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut.Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:(1)   Apakah pertanyaan soal untuk tiap topik sudah seimbang?(2)   Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan

Page 19: Guru Sebagai Evaluator

(3)   Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan?(4)   Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?(5)   Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?2.Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (terms analysis)Analisis soal adalah suatu proses yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.Faedah mengadakan analisis soal:(1)   Membantu kita dalam mengidentifikasi bitur-butir soal yang jelek(2)   Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.(3)   Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.3.Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatn guru adalah validitas kulikuler (content validity). Utuk mengadakan checking validitas kulikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.Tes yang tidak mempunyai validitas kulikuler atau walaupun mempunyai tetapi kecil, maka dapat juga terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan khusus tidak dicantumkan dalam tabel spesifik. Semakin banyak tujuan khusus yang tidak dicantumkan, berarti bahwa validitas kulikulernya semakin kecil

Page 20: Guru Sebagai Evaluator

4.Cara keempat adalah dengan mengadakan Checking reabilita. Salah satu indicator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.

2.5.2 Analisis Butir-butir SoalAnalisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang

baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.

Kapan sebuah soal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu:

1.Taraf kesukaranSoal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu

mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyababkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

2.Daya pembedaDaya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan remdah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tamda negatif. Tanda negative pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.

Page 21: Guru Sebagai Evaluator

3. Pola jawaban soalYang dimaksud dengan pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan

pilihan jawabanpada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam evaluasi disebut omit, disingkat O.

Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui:(1)   Taraf kesukaran soal.(2)   Taraf pembeda soal.(3)   Baik dan tidaknya distraktor.Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara:a) Diterima, karena sudah baik.b) Ditolak karena tidak baikc) Ditulis kembali, karena kurang baik.Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis

kembali, dengan perubahan seperlunya.Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat

Page 22: Guru Sebagai Evaluator

Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih 5% pengikut tes.(evaluasi pendidikan, daryanto)2.6 Pemberian NilaiPemberian nilai (grading) merupakan proses penerjemahan skor hasil tes yang telah dikonversikan., kedalam klasifikasi evaluasi menurut norma atau kriteria yang relevan.Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai.Skor      : adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.Nilai       : adalah angka ubahan dari skor, dimana sudah dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan suatu standar tertentu. (dasar2 evaluasi pendidikan, suharsimi)2.6.1 Penilaian RelatifPenilaina relative adalah pemberian nilai terhadap siswa yang didasarkan atas norma kelas atau norma kelompok yaitu dengan menentukan posisi relatifnya terhadap siswa lain. Nama lain untuk penilain relatif adalah norm-referenced evaluation. Norma sendiri berarti rata-rata, yang menunukkan kepada kecenderungan umum suatu kelompok. Karakteristik distribusi hasil tes akan sangat menentukan skor yang menjdai batas angka yang sesuai dengan norma penilaiain yang berlaku bagi masing-masing kelompok siswa yang bersangkutan. Skor yang menjadi batasan angka yang sesuai dengan norma itu baru dapat dihitung bila data skor tes

Page 23: Guru Sebagai Evaluator

telah diperoleh akan tetapi norma penilaiannya sendiri harus sudah ditetapkan terlebih dahulu.Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa prosedur pemberian nilai relatif.1.Penilaian dengan persentilSalah satu prosedur penilaian relatif adalah dengan menggunakan persentil (pn) yang dihitung

dari distribusi skor kelas. Dengan cara ini ditentukan terlebih dahulu suatu norma penilaian yang diinginkan.Norma tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:E                    D                     C                    B                     A(10%)        (20%)              (40%)              (25%)              (5%)P10 P30 P70 P95

Selanjutnya, apabila distribusi skor para siswa telah didapat, keempat skor presentil yang telah ditentukan itu dihitung. Setelah harga masing-masing persentil ditemukan, maka skor mentah para siswa dapat diterjemahkan kedalam nilai huruf yang dikehendaki semula.2.Penilaian dengan skor standarPemberian nilai yang menggunakan skor standar dilakukan dengan mengubah skor hasil tes siswa ke dalam bentuk penyimpangannya dari mean dalam satu deviasi srandar. Dalam hal ini pun suatu pedoman pemberian nilai yang merupakan norma, ditentukan terlebih dahulu.Sebagai suatu contoh, untuk memberikan suatu nilai dalam lima kategori seperti di atas, ditetapkan terlebih dahulu norma

Page 24: Guru Sebagai Evaluator

3.Penilaian dengan stanineStanine (dibaca stenain) adalah semacam skor standar yang membagi distribusi frekuensi

skor kedalam Sembilan bagian. Istilah stanine berasal dari kata standard nine.Dalam system penilaian ini, angka stanine yang tertinggi adalah 9 dan yang terendah adalah

1 sehingga terdapat  9 klasifikasi nilai dengan angka 5 terletak ditengah-tengah klasifikasi. Distribusi stanine merupakan distribusi skor standar yang memiliki mean sebesar 5 dan deviasi standar sebesar 1. Setiap nilai stanine, kecuali 0 dan 1, mencakup sebaran skor mentah yang luasnya 0,50s.

Stanine             1          2          3          4          5          6          7          8          9Presentase        4%       7%       12%     17%     20%     17%     12%     7%       4%

2.6.2 Penilain Absolut

Penilaian absolut adalah pemberian nilai yang didasarkan atas tercapainya suatu standar atau criteria penguasaan (competence) tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Penilaian absolut tidak membandingkan posisi atau kedudukan relatif sibjek yang satu dengan posisi subjek yang lain dalam kelompoknya akan tetapi melihat apakah performansi subjek sudah mencapai batas tertentu. Dengan kata lain, penilaian absolute akan melihat apakah subjek mampu melakukan tugas spesifik yang ada dalam tes. Karena itu pula, penilaian absolute biasanya dipergunakan dalam mastery testing dimana setiap tujuan tes dinyatakan dalam tugas-tugas spesifik secara tegas. Kriteria sebagai ukuran penugasan yang diindikasikan oleh performansi subjek dapat berupa kecepatan penyelesaian, kecermatan pengerjaan, ataupun persentase aitem yang dapat dijawab dengan benar.

Page 25: Guru Sebagai Evaluator

2.6.3 Penilaian KombinasiProsedur penilain relatif maupun penilaian absolut yang diterapkan

seperti apa adanya tidak selalu dapat memuaskan. Bahkan kadang-kadang tidak mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan keadaan distribusi skor hasil tes yang tidak selalu mumanuhi asumsi tertentu sebagai syarat penggunaan salah satu prosedur yang bersangkutan atau disebabkan alas an-alasan praktis dan pertimbangan-pertimbangan didaktik lain.

Menghadapi kemungkinan tidak dapatnya penerapan prosedur penilaian relatif atau absolut secara murni, suatu kombinasi dari kedua prosedur tersebut dapat digunakan sebagai jalan keluar.

Gambaran Sederhana prosedur kombinasi ini adalah penetapan lebih dahulu suatu skor sebagai criteria yang harus dicapaioleh siswa kemudian penerapan norma penilaian relatif pada kelompok siswa yang melampaui criteria tersebut.

(Saifudin Azwar,1996)

Page 26: Guru Sebagai Evaluator

BAB III 3.PENUTUP

3.1 KesimpulanPada dasarnya guru sebagai evaluator harus

memahami dan menguasai sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan program, pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan untuk memahami tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan materi pengajaran.

Page 27: Guru Sebagai Evaluator

3.2 Saran

Agar tujuan pembelajaran dapat berhasil dan predikat guru sebagai guru professional yang diidolakan maka guru bersama-sama saling intropeksi sudah sampai sejauh mana peran para guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Janganlah kita hanyamenuntut hak tapi lalai dalam melaksanakan tugas, tetapi marilah kita melaksanakan tugas kita sebaik-baik nya kemudian kita menuntut hak kita. Sebagai ujung tombak dalam keberhasilan pembelajaran, marilah menjadi guru yag professional demi keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan

Page 28: Guru Sebagai Evaluator

3.3. Daftar Pustaka

Sujadi,Hamid.1990.Panduan Penilaian Terhadap Siswa. Surabaya : Universitas Surabaya

Usman,Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional . Jakarta : PT. GramediaWahyuni, Eliza. 1997. Modul Pedoman Guru Sebagai Evaluator. Solo : Balai PustakaWebsite : http:e-resourses.pnri.go.id Suharsimi.1984. .Pengertian,Tujuan,dan Fungsi Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Masnur, Hasanah & Bassenang,1987.Peranan Guru.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press Nasution.1995.Kedudukan Guru dan Peranan Guru Sebagai Evaluator. Jakarta : Universitas Negeri JakartaAzwar ,Saifudin.1996.Pemberian Nilai Terhadap Siswa. Yogyakarta : Universitas TerbukaDaryanto.2007.Teknik Evaluasi. Jakarta : PT. Gelora Aksara