27
BAB I PENDAHULUAN Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk menegakkan diagnosis yang akurat. 1

hal 1-20.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hal 1-20.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen.

Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk menegakkan diagnosis yang akurat.

1

Page 2: hal 1-20.doc

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 FOTO KEPALA

Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk

pula mandibula, yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang

(atau 28 tulang termasuk tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih

tulang-tulang rawan hidung yang menyempurnakan bagian anteroinferior dari

dinding-dinding lateralis dan septum hidung (nasal). Adapun pembagiannya

dapat di gambarkan sebagai berikut :

      1.2 8 buah tulang tengkorak (cranial bones)

Tulang – tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari :

·         1 os. Frontal

·         2 os. Parietal

·         1 os. Occipital

·         1 os. Ethmoid

·         1 os. Sphenoid

·         2 os. Temporal

2

Page 3: hal 1-20.doc

1.3 Landmark Dalam Pemeriksaan Radiografi Skull

Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah

dan variasi anatomis landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan

digunakan setepat mungkin disesuaikan dengan posisi kaset. Telinga,

hidung, dan dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh seperti

mastoid tipos, dan orbital margin merupakan landmark yang tepat.   

Adapun beberapa garis anatomi yang digunakan sebagai landmark pemeriksaan radiografi skull antara lain :  

Gb. 2. Anterior Landmark

1.4   Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull

Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam

pemeriksaan radiografi skull, yakni :

·         PA

·         PA Axial (Caldwell)

·         Lateral

·         AP Axial (Towne)

·         SMV (Submentovertical).

3

Page 4: hal 1-20.doc

Ringkasan singkat mengenai proyeksi pemerikaan radiografi skull dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 

Tabel 1. Proyeksi Pemeriksaan Radiografi Skull (dalam bahasa Inggris)

1.5.      Towne Methode (AP Axial)

            Meskipun metode towne menunjukkan keadaan umum, pada tahun 1912 Grashey mempresentasikan deskripsi pertamanya poyeksi AP Axial tulang kranium. Tahun 1926 Altschul merekomendasikan dengan tekanan dagu dan CR langsung melewati foramen magnum dngan sudut 400 ke caudad. Towne merkomendasikan bahwa dengan tekanan dagu, CR langsung MSP dari titik 3 inci (7,5 cm) di atas alis ke foramen magnum. Towne tidak spesifik memberikan sudut CR, tapi tentu saja ini akan tergantung pada kelenturan leher. 

4

Page 5: hal 1-20.doc

Gb. 3. Towne Method

1.6.      Teknik Pemeriksaan Methode Towne

     Indikasi PemeriksaanBerhubung menurut sumber yang di dapat tidak ada yang

menyebutkan alasan klinis khusus mengenai penggunaan methode towne,

maka dapat dikatakan penggunaan methode towne pada pemeriksaan skull

bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada tulang

oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous

bones, dan juga os. mastoids

        Persiapan Pasien dan Persiapan Alat

            a. Persiapan Pasien

            Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain : 

Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah

yang akan diperiksa seperti : perhiasan-perhiasan logam agar tidak

merusak gambar radiografi. 

Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan

dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.                       

   b. Persiapan Alat

Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat

pemeriksaan radiografi antara lain : 

Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi

pesawat) 

5

Page 6: hal 1-20.doc

Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa

(untuk method towne digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30

cm) 

Marker (pemberi tanda R :right, L :left) 

Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon,

dsb)

            Posisi Pasien 

o Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke

garis tengah grid. 

o Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk

dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama. 

o Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan. 

o Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang

diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad

dengan mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi

horizontal. Stewart, merekomendasikan sudut 400. Proyeksi

oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan dalam

proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic. 

o Metode Hass  adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial

(Towne), tapi memberikan hasil sebanding.

            Posisi Objek

o  Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset. 

o Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke

bidang film. 

6

Page 7: hal 1-20.doc

o Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah aturlah

sehingga garis infra orbito meatal tegaklurus dan kemudian

menmbah sudut CR 70 . 

o Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film

sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset

pada foramen magum. 

o Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous

pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan

CR 

o Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala. 

o Tahan napas saat ekspose. 

Gb. 4. Posisi Pasien method towne (supine)

FFD (SID) : 40 inchi (96 cm)

Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)

·         CR (central ray) = Untuk pemeriksaan umum, arahkan CR ke

foramen magnum dengan penyudutan caudad (1) 30 0 ke garis orbito

meatal atau (2) 37 0 ke garis infraorbitomeatal.

·         CP (central point) = diarahkan menuju MSP (mid sagittal plane)

dengan titik kira-kira   2-2,5 inchi (6 cm) diatas glabella, dan diarahkan ke

pertengahan film.

7

Page 8: hal 1-20.doc

1.7.      Struktur Gambar dan Kriteria Gambar

-  Struktur Gambar yang Tampak

Proyeksi AP Axial menunjukkan gambaran simetris dari petrous pyramid,

bagian posterior, foramen magnum, tulang oksipital dan bagian posteiror

tulang parietal, proyeksi dorsum sellae dan procesus clinoid dalam

foramen magnum. Proyeksi ini juga digunakan untuk mempelajari

tomographic telinga, canal wajah, foraminal jugular dan foramina

rotundum.

- Kriteria Gambar

Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :

·  Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama

kedua sisinya.

·  Petrous pyramid sama kedua sisinya.

·  Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen

magnum

      Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

Gb. 5. Kriteria gambar proyeksi AP Axial (towne method)

8

Page 9: hal 1-20.doc

2.1. Macam – Macam Cara Pemeriksaan

FLUOROSCOPY THORAXAdalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar

roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluoresensi bila terkena sinar tersebut. Umumnya cara ini tidak dipakai lagi,hanya pada keadaan tertentu,yaitu bila kita ingin menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru- paru.

ROENTGENOGRAPHYAdalah pembuatan foto roentgen toraks. Agar distorsi dan

magnifikasi yng diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film harus 1,80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam (inspirasi).

TOMOGRAPHYIstilah lainnya : Planigrafi , Laminagrafi , atau

Stratigrafi.Pemeriksaan lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi adanya tumor atau atelektase yang bersifat padat

.

COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT SCAN)Yaitu Tomography transversal, dengan X-ray dan komputer.

Pemeriksaan ini terutama untuk daerah mediastinum.

BRONCHOGRAPHYIalah pemeriksaan percabangan bronkus, dengan cara mengisi

saluran bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung jodium (lipiodol, dionosil, dsb).

9

Page 10: hal 1-20.doc

Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada Bronkiektasis untuk meneliti letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar; dan pada tumor-tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan.

ARTERIOGRAPHYMengisi kontras pada pembuluh darah pulmonale, sehingga dapat

diketahui vaskularisasi pada mediastinum atau pada paru.

ANGIOCARDIOGRAPHYAdalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan

pembuluh-pembuluh darah besar dengan sinar roentgen (fluoroskopi atau roentgenografi), dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopaque, misalnya Hypaque 50%, dimasukkan kedalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara intravena.

2.2. Indikasi Dilakukan Foto Thorax

Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain :

1. Infeksi traktus respiratorius bawah ( TBC Paru, bronkitis, Pneumonia )2. Batuk kronis/ berdarah3. Trauma dada4. Tumor5. Nyeri dada6. Metastase neoplasma7. Penyakit paru akibat kerja8. Aspirasi benda asing

10

Page 11: hal 1-20.doc

2.3. Posisi Pada Foto Thorax

Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak menutupi parenkim paru.

11

Page 12: hal 1-20.doc

Posisi AP (Antero Posterior)Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif.

Film diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi PA.

Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di

12

Page 13: hal 1-20.doc

sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.

Posisi Lateral Dekubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film

13

Page 14: hal 1-20.doc

diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.

Posisi Apikal (Lordotik)

14

Page 15: hal 1-20.doc

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.

Posisi Oblique Iga

RAO

15

Page 16: hal 1-20.doc

LAOHanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal

pembengkakan lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.

Posisi EkspirasiAdalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita

dalam keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.

2.4. Kriteria Kelayakan Foto 16

Page 17: hal 1-20.doc

Foto thorax harus memenuhi beberapa criteria tertentu sebelum di nyatakan layak baca. Kriteria tersebut adalah:

1. Factor KondisiYaitu factor yang menentukan kualitas sinar X selama di kamar rontgen (tempat expose) factor kondisi meliputi hal hal berikut yang biasa di nyatakan dengan menyebut satuannya

Waktu/lama exposure millisecond (ms) Arus listrik tabung mili Ampere (mA) Tegangan tabung kilovolt (kV)

Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah

Cukup/ normal Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar) Lebih : bila foto thorax terlihat sangat hitam

Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja di buat, tergantung bagian mana yang ingin di perikasa. Yaitu:

a. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendahInilah kondisi yang standar pada foto thorax, sehingga gambaran parenkim dan corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo kondisinya cukup atau tidak:1. Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh2. Memperhatikan vertebra thorakalis:

Pada proyeksi PA kondisi cukup: tampak Vth I-IV Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VThI

b. Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto dengan kV tinggiCara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak:1. Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tak terlihat lagi.

Cara mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas paru dengan jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas keduanya tampak sama

2. Memperhatikan vertebra thorakalis Proyeksi PA kondisi keras: tampak Vth V-VI Proyeksi PA kondisi keras: yang tampak VTh I-XII

selain itu densita jaringan lunak dan kosta terlihat mirip

2. Inspirasi Cukup

Foto thorax harus di buat dalam keadaan inspirasi cukup.

Cara mengetahui cukup tidaknya inspirasi adalah:

a. Foto dengan inspirasi cukup: Diagfrma setinggi Vth X (dalam keadaan expirasi diagframa

setinggi Vth VII-VIII) Kosta VI anterior memotong dome diagframa

17

Page 18: hal 1-20.doc

b. Foto dengan inspirasi kurang Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat

menyebabkan salah interpretasi Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi

salah interpretasi

3. Posisi sesuai

Seperti telah di terangkan di atas, posisi standar yang paling banyak di pakai adalah PA dan lateral. Foto thorax biasanya juga diambil dalam posisi erek

Cara membedakan foto thorax posisi PA dan AP adalah sebagai berikut:

1. Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara pada foto PA scapula terletak di luar bayangan thorax

2. Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak di bandingkan foto PA

3. Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas4. Pada foto AP gambaran vertebra biasanya terlihat lebih jelas5. Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada

foto PA label biasanya terletak di sebelah kanan foto

Cara membedakan foto posisi erek dengan supine:

1. Erecta. Di bawah hemidiagframa sinistra terdapat gambaran udara dalam

fundus gaster akibat aerofagia. Udara ini samar samar karena bercampur dengan makanan. Jarak antara udara gaster dengan permukaan diagframa adalah 1cm atau kurang. Udara di fundus gaster ini di namakan magenblase

b. Terdapat gas di flexura lienalis akibat bakteri komensal yang hidup di situ. Warna lebih lusen (gelap)

2. Supinea. Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster) sehingga

jarak udara magenblase dengan diagframa 3cm. jadi biasanya pada posisi supine udara magenblase tidak terlihat

4. Simetris

18

Page 19: hal 1-20.doc

Cara mengetahui kesimetrisan foto:

Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis median adalah sama. Jika jarak antara kanan dan kiri berbeda berarti foto tidak simetris

5. foto thorax tidak boleh terpotong

2.5. INTERPRETASI FOTO THORAX

Cara sistematis untuk membaca foto thorax, sebagai berikut :

1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan keraguan karena bisa menyerupai suatu penyakit misal kongesti paru, kardiomegali atau mediastinum yang lebar. Kesampingkan bayangan-bayangan yang terjadi karena rambut, pakaian atau lesi kulit.

2. Cek apakah Exposure sudah benar ( bila sudah diperoleh densitas yang benar, maka jari yang diletakkan di belakang “daerah yang hitam” pada foto tepat dapat terlihat). Foto yang pucat karena “underexposed” harus diinterpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru bisa memberi kesan adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena “overexposed” bisa memberi kesan adanya emfisema.

3. Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll) Normal.4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus

seperti pectoralis mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat terlihat mammae serta nipplenya.

5. Cek apakah posisi diafragma normal ; diafragma kanan biasanya 2,5 cm lebih tinggi daripada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan memotong pada pertengahan hemidiafragma kanan.

6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa

abnormal, dan carilah trachea.8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar.

Diameter jantung pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada. Atau dapat menentukan CTR (Cardio Thoracalis Ratio).

9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf

19

Page 20: hal 1-20.doc

dan pembuluh limfe. Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.

2.6. SYARAT FOTO THORAX PASyarat- syarat foto thorax PA bila memungkinkan :1. Posisi penderita simetris. Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat

apakah proyeksi tulang corpus vertebra thoracal terletak di tengah sendi sternoclavikuler kanan dan kiri.

2. Kondisi sinar X sesuai. mAs (jumlah sinar) cukup dankV (kualitas sinar) cukup.

3. Film meliputi seluruh cavum thorax. Mulai dari puncak cavum thorax sampai sinus-sinus phrenicocostalis kanan kiri dapat terlihat pada film tersebut.

2.7. KELAINAN RADIOLOGI THORAXBerikut ini adalah kelainan – kelainan radiologi toraks :

1. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu penyakit, misal : - sendi sternoclavicula sama jauhnya dari garis tengah

- Diafragma letak tinggi- Corakan meningkat pada kedua lobus

bawah- Diameter jantung bertambah

2. Pada Jantung : Cardiomegali

20