22
OBAT ANTIPSIKOTIK I. PENDAHULUAN Dopamine merupakan salah satu neurotransmitter pada manusia yang sangat berperan pada mekanisme terjadinya gangguan psikotik. Dopamine sendiri diproduksi pada beberapa area di otak, termasuk substantia nigra dan area ventral tegmental. Dopamine jua merupakan neurohormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utama hormone ini adalah menghambat pembentukan prolaktin dan lobus anterior kelenjar pituitary. (1)(3) Dopamine mempunyai banyak fungsi di otak termasuk peran pentingnya pada perilaku dan kognisi, pergerakan volunteer, motivasi, penghambat produksi prolaktin (berperan dalam masa menyusui), mood tidur, perhatian, dan proses belajar. (5) Dopaminergik neuron (neuron yang menggunakan dopamine sebagai neurotransmitter utamanya terdapat pada area ventral tegmental (AVT) pada midbrain, substantia nigra pars compacta dan nucleus arcuata pada hipotalamus, jalur dopaminergik merupakan jalur neural pada otak yang mengirimkan dopamine dari satu region di otak ke region lainnya. Ada 4 jalur dopaminergik: - Jalur mesolimbic : mengirimkan dopamine dari area ventral tegmental (AVT), ke nucleus accumbens, AVT terletak pada daerah midbrain dan nucleus accumbens pada system limbic.

Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

OBAT ANTIPSIKOTIK

I. PENDAHULUAN

Dopamine merupakan salah satu neurotransmitter pada manusia yang sangat

berperan pada mekanisme terjadinya gangguan psikotik. Dopamine sendiri diproduksi pada

beberapa area di otak, termasuk substantia nigra dan area ventral tegmental. Dopamine jua

merupakan neurohormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utama hormone ini adalah

menghambat pembentukan prolaktin dan lobus anterior kelenjar pituitary.(1)(3)

Dopamine mempunyai banyak fungsi di otak termasuk peran pentingnya pada perilaku

dan kognisi, pergerakan volunteer, motivasi, penghambat produksi prolaktin (berperan dalam

masa menyusui), mood tidur, perhatian, dan proses belajar.(5)

Dopaminergik neuron (neuron yang menggunakan dopamine sebagai neurotransmitter

utamanya terdapat pada area ventral tegmental (AVT) pada midbrain, substantia nigra pars

compacta dan nucleus arcuata pada hipotalamus, jalur dopaminergik merupakan jalur neural

pada otak yang mengirimkan dopamine dari satu region di otak ke region lainnya. Ada 4 jalur

dopaminergik:

- Jalur mesolimbic : mengirimkan dopamine dari area ventral tegmental (AVT), ke nucleus

accumbens, AVT terletak pada daerah midbrain dan nucleus accumbens pada system

limbic.

- Jalur mesocorticoal: mengirimkan dopamine dari AVT ke frontal korteks. Gangguan

pada jalur ini berhubungan dengan skizofrenia.

- Jalur Nigrostriatal: mengirimkan dopamine dari substantia nigra ke striatum. Jalur ini

berhubungandengan control motorik dan degenerasi pada jalur ini berhubungan dengan

penyakit Parkinson.

- Jalur tuberoinfundibular: mengirimkan dopamine dari hipotalamus ke kelenjar pituitary.

Jalur ini mempengaruhi hormone tertentu termasuk prolaktin.

Page 2: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

II. PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Antipsikotik (juga disebut neuroleptik) adalah kelompok obat-obatan psikoaktif umum tetapi

tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis, yang ditandai oleh skizofrenia. Obat

antipsikotik memiliki beberapa sinonim antara lain neuroleptik dan transquilizer mayor. Seiring

waktu berbagai antipsikotik telah dikembangkan. Antipsikotik generasi pertama, yang dikenal

sebagai antipsikotik tipikal, ditemukan pada 1950-an. Sebagian besar obat-obatan pada generasi

kedua, yang dikenal sebagai antipsikotik atipikal, baru-baru ini telah dikembangkan, meskipun

anti-psikotik atipikal pertama, clozapine, ditemukan pada 1950-an, dan diperkenalkan secara

klinis pada 1970-an. Kedua kelas obat-obatan antipsikotik mencakup berbagai target reseptor.(1)(5)

Skizofrenia berhubungan dengan peningkatan aktifitas pada jalur mesolimbik dan jalur

mesocortikal dopaminergik. Dopamine memiliki reseptor yang berguna untuk menerima sinyal

yang dikirimkan dari satu bagian otak ke bagian yang lainnya. Reseptor dopamine sebenarnya

dibagi menjadi 2 tipe (D1 dan D2). Saat ini terdapat 5 reseptor dopamine yang digolongkan ke

dalam 2 tope ini. Reseptor yang menyerupai D1 termasuk D1 dan D5. Sementara yang

menyerupai D2 adalah D2,D3,D4. Reseptor dopamine yang menyerupai D1 terutama terlibat

dalam inhibisi pascasinaps. Sebagian besar obat neuroleptik memblok reseptor D1, tetapi aksi ini

tidak berhubungan dengan aktivitas antipsikotiknya. Secara khusus, butirofenon merupakan

neuroleptik poten, namun merupakan antagonis lemah reseptor D1. Reseptor dopamine yang

menyerupai D2 terlibat dalam inhibisi prasinaps dan pascasinaps. Reseptor D2 merupakan

subtipe yang dominan dalam otak dan terlibat dalam sebagian besar fungsi dopamine yang

diketahui. Reseptor D2 terdapat dalm system limbic, yang berhubungan dengan mood dan

kestabilan emosi, dan dalam ganglia basalis di mana reseptor D2 terlibat dalam kognisi dan

emosi.

Penilitian terbaru menggunakan single photon emission computed tomography (SPECT)

menunjukkan bahwa pada skizofrenia terdapat lebih banya reseptor D2 yang di tempati. Hal ini

menunjukkan stimulasi dopaminergik yang lebih hebat. Hal ini menyebabkan semua obat-obatan

antipsikotik ditujukan untuk memblokade reseptor ini. (1)(2)

Page 3: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

MEKANISME KERJA OBAT ANTIPSIKOTIK DAN EFEK SAMPING SECARA

UMUM

Afinitas obat neuroleptik terhadap reseptor D2 berkaitan erat dengan potensi

antipsikotiknya, dan blockade reseptor D2 pada otak depan diyakini menjadi dasar efek

terapeutiknya. Sayangnya, blockade reseptor D2 pada ganglia basalis biasanya menyebabkan

gangguan pergerakan. Beberapa neuroleptik, selain memblok reseptor D2, juga merupakan

antagonis reseptor 5HT2. Beberapa peneliti menduga obat ini mungkin bias mengurangi

gangguan pergerakan yang disebabkan oleh antagonism D2.

INDIKASI PENGGUNAAN

Gejala sasaran untuk antipsikosis adalah pada sindrom psikosis. Butir-butir sindrom

psikosis adalah adanya hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas, bermanifestasi

dalam gejala kesadaran diri yang terganggu, daya nilai norma sosial yang terganggu dan daya

tilikan yang terganggu. Terdapat hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi

dalam gejala gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar(waham),

gangguan persepsi (halusinasi),gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), dan perilaku

yang aneh atau tidak terkendali (disorganized). Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-

hari, bermanifestasi dalam gejala seperti tidak mampu bekerja, hubungan social terganggu dan

hendaya melakukan kegiatan rutin. Sindrom psikosis dapat terjadi pada sindrom psikosis

fungsional seperti skizofrenia, psikosis paranoid, psikosis afektif, psikosis reaktif singkat dll. Ia

juga biasa terjadi pada sindrom psikosis organik seperti pada sindrom delirium, dementia,

intoksikasi alkohol,dll.

JENIS-JENIS DAN KLASIFIKASI OBAT ANTIPSIKOTIK

Page 4: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

I. OBAT ANTIPSIKOSIS TIPIKAL(4)

Phenothiazine

- rantai Aliphatic :

o CHLORPROMAZINE (Largactil)

o LEVOMEPROMAZINE (Nozinan)

- rantai Piperazine :

o PERPHENAZINE (Trilafon)

o TRIFLUOPERAZINE (Stelazine)

o FLUPHENAZINE (Anatensol)

- rantai Piperidine :

o THIORIDAZINE (Melleril)

Butyrophenone

- HALOPERIDOL (Haldol, Serenace, dll)

Diphenyl-butyl-piperide

- PIMOZIDE (Orap)

II. OBAT ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL

Benzamide

- SULPIRIDE (Dogmatil)

Dibenzodiazepine

- CLOZAPINE (Clozaril)

- OLANZAPINE (Zyprexa)

- QUETIAPINE (Seroquel)

Benzisoxazole

- RISPERIDONE (Risperidal)

Page 5: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

INDIKASI PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK

I. ANTIPSIKOTIK TIPIKAL

A. DERIVAT PHENOTHIAZINE

1)CHLORPROMAZINE

Prototype kelompok ini adalah chlorpromazine (CPZ).

KIMIA: Chlorpromazine (CPZ) adalah 2-chlor-N-(dimethyl-aminopropil)-phenothiazine.

Derivate phenothiazine lain didapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti

phenothiazine.

FARMAKODINAMIK: CPZ (Largactil) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactil

diambil dari kata large action.

INDIKASI.

Indikasi utama phenothiazine adalah skizofrenia gangguan psikosis yang sering

ditemukan. Gejala psikotik yang dipengaruhi secara baik phenothiazine dan antipsikosis

lain ialah ketegangan, hiperaktivitas, combativeness, hostility, halusinasi, delusi akut,

susah tidur, anoreksia, perhatian diri yang buruk, negativism, dan kadang-kadang

mengatasi sifat menarik diri. Pengaruhnya terhadap pandangan, penilaian, daya ingat dan

orientasi kurang. Pemberian antipsikotik sangat memudahkan perawatan pasien.

Walaupun antipsikosi sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis akut, namun

penggunaan antipsikosis saja tidak mencukupi untuk merawat pasien psikotik. Perawatan,

perlindungan, dan dukungan mental spiritual terhadap pasien sangatlah penting.

CPZ merupakan obat terpilih menghilangkan hiccup. Obat ini hanya diberikan pada

hiccup yang berlangsung berhari-hari sangat mengganggu. Penyebab hiccup seringkali

tidak ditemukan, tetapi nervositas dan kelainan esophagus atau lambung mungkin

merupakan kausanya. Dalam hal yang terakhir, terapi kausal harus dilakukan.

SEDIAAN.

Chlorpromazine tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan larutan suntiksuntik

25mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi merah jambu olah pengaruh

cahaya.

Perfhenazine tersedia sebagai obat suntik tablet 2 dan 4 mg.

Thioridazine tersedia dalam bentuk tablet 25 mg.

Page 6: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

Fluphenazine tersedia dalam bentuk tablet 1 mg. masa kerja fluphenazine cukup

lama, sampai 24 jam.

FARMAKOKINETIK. Pada umumnya semua phenothiazine diabsorbsi dengan baik

bila diberikan per oral maupun parenteral. Penyebaran luas ke semua jaringan dengan

kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar suprarenal, dan limpa. Sebagian

phenothiazine mengalami hidroksisali dan konjugasi, sebagian lain diubah menjadi

sufoksid yang kemudian diekskresi bersama feses dan urin. Setelah pemberian CPZ

dosis besar, maka masih ditemukan ekresi CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.

2) THIORIDAZINE

Kelebihan obat ini adalah relative jarang menyebabkan rasa kantuk yang berarti. Aktifitas

antikolinergiknya jelas dan biasa menyebabkan disfungsi seksual, termasukejakulasi

retrograde. Dosis tinggi biasa menyebabkan degenerasi retina, walaupun jarang terjadi.

Thioridazine dapat menyebabkan aritmia ventrikel dan kini merupakan obat lini kedua

B. BUTYROPHENONE

HALOPERIDOL

Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania penderita psikosis yang karena

hal tertentu tidak dapat diberi phenothiazine. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%

penderita yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan derivative butirophenon yang

banyak persamaannya dengan CPZ. Oksipertine berefek blockade adrenergic dan

antiemetic serta dapat menimbulkan parkinsonisme pada manusia dan katalepsi pada

hewan.

INDIKASI.

Indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Butyrophenone merupakan obat pilihan

untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette, suatu kelainan neurologic yang aneh

yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive

utterances of foul expletives (coprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok).

FARMAKOKINETIK.

Haloperidol sepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai

dalam waktu 206 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih ditemukan

dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1%

Page 7: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

dari dosis yang diberikan diekskresikan melalui empedu. Ekskresi haloperidol lambat

melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis

tunggal.

II. OBAT ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL

Obat-obat jenis ini disebut atipikal karena obat ini berhubungan dengan insidensi

gangguan pergerakan yang lebih rendah dan ditoleransi lebih baik daripada anpsikosis

lainnya. Mekanisme kerja secara umum obat ini adalah dengan menghambat reseptor

dopamine D2 dan reseptor serotonin 5HT2.(1)

1) CLOZAPINE

Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik

yang positif (irritabilitas) maupun yang negative (social disinterest dan

incompetence, personal neatness) efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2

minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat

ini berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter dan terganggu berat selama

pengobatan. Selain itu, karena resiko efek samping ekstrapiramidal yang sangat

rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapiramidal

yang berat bila diberikan antipsikosis yang lain, maka penggunaanya hanya

dibatasi pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis yang

lain. Pasien yang diberi clozapine perlu dipantau jumlah sel darah putihnya setiap

minggu.

FARMAKOKINETIK. Clozapine diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada

pemberian per oral; kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah

pemberian obat. Clozapine secara ektensif diikat protein plasma (>95%), obat ini

dimetabolisme hamper sempurna sebelumdiekskresi lewat urin dan tinja, dengan

waktu paruh rata-rata 11,8 jam.

2) OLANZAPINE (Zyprexa)

Digunakan untuk mengobati gangguan psikotik termasuk skizofrenia, akut manic

episode, dan pemeliharaan dari gangguan bipolar. Dosing 2.5 hingga 20 mg per

hari.

Page 8: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

3) RISPERIDONE (Risperdal)

Dosis 0,25-6 mg per hari dan dititrasi ke atas; dibagi dianjurkan dosis titrasi awal

sampai selesai, dan pada saat obat dapat diberikan sekali dalam sehari. Digunakan

off-label untuk mengobati sindrom Tourette dan gangguan kecemasan.

4) QUETIAPINE (Seroquel)

Digunakan terutama untuk mengobati gangguan bipolar dan skizofrenia, dan “off-

label” untuk mengobati kronis insomnia dansindrom kaki resah, melainkan obat

penenang yang kuat. Dosis dimulai pada 25 mg dan terus sampai maksimum

400mg per hari, tergantung pada keparahan dari gejala yang sedang dirawat.

Page 9: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

EFEK SAMPING OBAT ANTI PSIKOTIK

I. EFEK SAMPING OBAT ANTI PSIKOTIK TIPIKAL

1) DERIVAT PHENOTHIAZINE

CHLORPROMAZINE

Batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini cukup aman. Efek samping

umumnya merupakan efek perluasan farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin

timbul berupa ikterus, dermatitis dan leucopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam

darah perifer

a) Neurologis

Pada dosis berlebihan, semua derivate phenothiazine dapat menyebabkan gejala

ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala

sindrom neurologic yang karakteristik dari obat ini. Empat antaranya biasa terjadi

waktu obat diminum, yaitu distonia akut, akatisisa, parkinsonisme dan sindrom

neuroleptik malignant yang terakhir jarang terjadi. Dua sindrom yang terjadi

setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun berupa tremor perioral

(jarang) dan diskinesia Tardif. CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap

acuh tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama, dapat

timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari

status emosional penderita sebelum minum obat.

Chlorpromazine berefek antipsikosis terlepas dari efek sedasinya. Reflex

terkondisi yang diajarkan pada tikus hilang oleh CPZ. Pada manusia kepandaian

pekerjaan tangan yang memerlukan kecekapan dan daya pemikiran berkurang.

Aktivitas motorik diganggu antara lain terlihat sebagai efek kataleptik pada tikus.

CPZ menimbulkan efek yang menenangkan pada hewan buas. Efek ini juga

dimiliki oleh obat lain, misalnya barbiturate, narkotik, meprobamat, dan

chlordiazepoksid.

Berbeda dengan baibiturate, CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat

rangsang listrik maupun rangsang oleh obat. Semua derivate phenothiazine

mempengaruhi ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek

ekstrapiramidal).

Page 10: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

CPZ dapat mengurangi dan mencegah muntah yang disebabkan rangsang pada

chemoreceptor trigger zone. Muntah yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna

atau vestibuler, kurang dipengaruhi tetapi phethiazine potensi tinggi dapat

berguna untuk keadaan tersebut.Phenothiazine yang terutama potensinya rendah

menurunkan ambang bangkitan sehingga penggunaannya pada pasien epilepsy

harus sangat berhati-hati. Derivate piperazine dapat digunakan secara aman pada

penderita epilepsy bila dosis diberikan bertahap dan bersama antikonvulsan.

b) Non-neurologis

Kardiovaskular.

Hipotensi ortostatik sering terlihat pada penderita dengan system masomotor

yang labil. Takar lajak tioridazin (lebih dari 300 mg) menyebabkan aritmia

ventricular dan blok jantung. Karena efek terhadap jantung mungkin aditif dengan

antitioridazin dan pimozoid dapat menyebabkan kelainan EKG mirip

hipokalemia. Efek samping hipotermia dapat digunakan pada terapi hibernasi.

Efek kolinergik berupa takikardia, mulut dan tenggorak kering sering terjadi pada

pemberian phenothazoine. Perlu digunakan berhati-hati pada penderita glaucoma

dan hipertrofi prostat.

Efek pada Otot Rangka

CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada dalam keadaan spastic.

Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral sebab sambungan saraf otot dan

medulla spinalis tidak dipengaruhi CPZ.

Efek pada Endokrin.

CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH.

Efek terhadap system endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap

hypothalamus.

Semua phenothazine, kecuali chlorzapine menimbulkan hiperprolaktinemia lewat

penghambatan efek sentral dopamine.

pada jantung. Toleransi dapat timbul terhadap efek hipotensif CPZ.

Page 11: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

Piperazine ( FLUPHENAZINE, PERPHENAZINE, TRIFLUOPERAZINE)

Aktivitas sedative dan antikolinergiknya kurang dibandingkan chlorpromazine,

tetapi obat ini mungkin menyebabkan gangguan pergerakan pada orang lanjut

usia.

2) BUTYROPHENONE

HALOPERIDOL

FARMAKOLOGI.

Struktur haloperidol berbeda dengan phenothiazine, tetapi butirophenon

memperlihatkan banyak sifat farmakologi phenothiazine. Pada orang normal, efek

haloperidol mirip phenothiazine perphenazin. Haloperidol memperlihatkan banyak

memperlihatkan banyak sifat farmakologi phenothiazine. Haloperidol

memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif untuk fase mania panyakit manic

depresif dan skizofrenia. Efek phenothiazinr perpherazine dan butyrophenone

berbeda secara kuantitatif karena butyrophenone selain menghambat efek dopamine

juga menghambat turn over ratenya.

a) Efek Neurologis

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami

eksitasi. Efek sedative haloperidol kurang kuat disbanding CPZ yakni memperlambat

dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat

menurunkan ambang rangsang konvusif. Haloperidol menghambat sistem dopamine

dan hipotalamus. Juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.

Efek pada system saraf otonom.

Efek haloperidol terhadap system saraf otonom lebih kecil daripada efek antipsikotik

lain. Walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur. Obat ini

menghambat aktivasi reseptor α yang disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi

hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ.

b) Efek Non-Neurologis

Efek pada Sistem Kardiovaskular dan respirasi.

Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat CPZ.

Haloperidol menyebabkan takikardia meskipun EKG belum pernah dilaporkan.

Page 12: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

Chlorpromazine atau haloperidol dapat menimbulkan potensiasi dengan obat

penghambat respirasi.

Efek pada Sistem Endokrin

Seperti CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore dan response endocrine lain.

EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI.

Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi

terutama pada penderita usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimilai

dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania atau sebagai efek

samping yang sebenarnya. Perubahan hematologic ringan dan selintas dapat terjadi

tetapi hanya agranulositosis sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat

haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai

terdapat bukti bahwa obat ini menimbulkan efek teratogenik.

II. EFEK SAMPING OBAT ANTI PSIKOTIK ATIPIKAL

1) CLOZAPINE

Merupakan salah satu golongan obat ini yang menunjukkan efek antipsikosis

lemah. Profil farmakologiknya atipikal bila dibandingkan antiosikosis yang lain.

Terutama resiko timbulnya efek samping ekstrapiramidal obat ini sangat minimal,

dan kadar prolaktin serum pada manusia tidak ditingkatkan. Diskinesia Tardif

belum pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi obat ini, walaupun

beberapa pasien telah diobati hingga 10 tahun.

a) Efek Neurologis

Dibandingkan terhadap psikotropik yang lain, Clozapine menunjukkan efek

dopaminergik lemah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamine pada

system mesolimbik-mesokortikal otak; yang berhubungan dengan fungsi

emosional dan mental yang lebih tinggi, yang berbeda dari dopamine neuron di

area nigrostriatal (daerah gerak) dan tuberinfundibular (daerah neuroendokrin).

b) Efek Non-neurologis

Page 13: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

Agranulositosis merupakan efek samping utama yang ditimbulkan pada

pengobatan dengan clozapine. Pada pasien yang mendapatkan clozapine selama 4

minggu atau lebih, resiko terjadinya kira-kira 1,3%. Gejala ini paling sering

timbul 6-18 minggu setelah pemberian obat. Pengobatan dengan obat ini tidak

boleh lebih dari 6 minggu kecuali bila terlihat adanya perbaikan.

Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain hipertermia, takikardia, sedasi,

pusing kepala, hipersalivasi.

Gejala takar lajak meliputi antara lain; kantuk, latergi, koma, disorientasi,

delirium, takikardia, depresi napas, aritmia, kejang dan hipertemia.

KESIMPULAN

Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang

meningkat.(Hiperaktivitas system dopaminergi sentral). Mekanisme kerja obat antipsikosis

tipikal adalah memblokade Dopamine pada reseptor pascasinaptik neuron di otak, khususnya di

system limbic dan system ekstrapiramidal ( dopamine D2 receptor antagonist). Sedangkan obat

antipsikosis yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 receptors”, juga

terhadap “Serotonin 5HT2 receptors” (Serotonin-dopamin antagonists).Obat neuroleptik

membutuhkanwaktu beberapa minggu untuk mengendalikan gejala skizofrenia dan sebagian

besar pasien akan membutuhkan terapi rumatan selama bertahun-tahun. Relaps sering terjadi

bahkan pada pasien yang dipertahankan dengan obat dan lebih dari dari dua petiga pasien

mengalami relaps dalam 1 tahun bila menghentikan terapi. Sayangnya, neuroleptik juga

memblok reseptor dopamine pada ganglia basalis dan seringkali menyebabkan gangguan

pergerakan (efek ektrapiramidal, kanan) yang menyebabkan stress dan kecacatan. Gangguan ini

termasuk parkinsonisme, reaksi distonia akut ( yang bias membutuhkan terapi dengan obat anti-

kolinergik), akatisia (gerakan-gerakan motorik tidak terkendali), dan diskinesia tardiv (gerakan

orofasial dan batang tubuh) yang biasa ireversibel. Tidak diketahui apa yang menyebabkan

diskinesia tardiv, tetapi karena diskinesia tardiv bisa memperburuk dengan menghilangkan obat,

diduga bahwa reseptor dopamin striatum menjadi supersensitive. Beberapa obat atipikal bebas

atau relative bebas dari efek samping ekstrapiramidal pada dosis rendah.potensi masing-masing

obat dalam memblok reseptor otonom dan dominasi efek samping perifernya, tergantung pada

kelas kimia obat tersebut.

Page 14: Hashimah Refarat Obat Antipsikotik (2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Michael J. Neal, Medical Pharmacology at a Glance, fourth edition, 2002 by

Black well Science Ltd, a Blackwell Publishing Company,UK. Halaman 60-61.

2. Lawrence J. Albers,MD,Rhoda K Hahn, MD, Handbook of Psychiatric

Drugs,2005, Current Clinical Strategies Publishing, California. Halaman

3. Roni Shiloh and friends,Atlas of Psychiatric Pharmacotherapy,second edition,

Taylor and Francis Group,London and New York. Halaman 90-102.

4. Dr. Rusdi Maslim, SpKJ,Penggunaan Praktis Penggunaan Klinis Obat

Psikotropik, edisi ketiga,2007. Halaman 14-23.

5. Rosdiana, Obat Antipsikotik [online] 2010-2012 [cited Februari 2013]

www.artikelkedokteran.com/805/obat-antipsikotik.html

6. Laurence Brunton,Keith Parker, Goodmans & gilman’s Manual of Pharmacology

and Therapeutics,2008 by McGraw-Hills Company Inc. USA, halaman 299-306.

7. Heinz Lullmann,Klaus Mohr, Albrech Zigler, Color Atlas of Pharmacology,

second edition,2000,Thieme FlexiBook. Halaman 236-239.

ADE kamu tidak perbaiki reparatmu hanya mengikuti susunannya, tolong perbaiki

mekanisme kerja antara atipikal dan tipikal supaya kalo kamu ujian kamu sdh tau kr ini

yang paling sering ditanyakan, coba lht diagnosis banding skizofrenia. Dan efek

sampingnya secara umum neurologis dan non neurologis, tak usah satu persatu obat, kl

satu persatu boleh kamu simpang dicontoh obat tipikal dan atipikal. Efek samping itu

adalah neurologis itu seperti sindrom parkinsom, tardive diskinesia,distonia dan akatisia