75
HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh DIANA ARDHI PRATIWI NIM. 131000343 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD

RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI

TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

DIANA ARDHI PRATIWI

NIM. 131000343

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Page 2: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD

RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI

TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIANA ARDHI PRATIWI

NIM. 131000343

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Page 3: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

i

Page 4: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

ii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 17 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.

Anggota : 1. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S.

2. Ir. Kalsum, M.Kes.

Page 5: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat

Bagian UGD RSUD DR. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019” beserta

seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2020

Diana Ardhi Pratiwi

Page 6: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

iv

Abstrak

Keluhan muskuloskeletal masih sering terjadi pada perawat akibat aktivitas kerja

patient handling. Tenaga perawat penting untuk berlangsungnya penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di rumah sakit, tugas perawat sangat bervariasi antara lain

melakukan aktivitas patient handling yaitu melakukan kegiatan mengangkat,

menurunkan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan objek. Semua

aktivitas melibatkan kelompok otot terutama kelompok otot penyangga tulang

belakang yang berfungsi memelihara postur tubuh dan keseimbangan, dan

koordinasi gerakan yang tidak benar akan berisiko mendapat keluhan

muskuloskeletal. Berdasarkan hasil survei pendahuluan terdapat beberapa orang

perawat mengeluh gejala-gejala muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara patient handling dengan keluhan

muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di kota

Binjai. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional, yang

menggunakan total populasi sebagai sampel yaitu 28 orang. Untuk pengumpulan

data peneliti menggunakan kuesioner (data aktivitas patient handling), nordic

body map (data keluhan muskuloskeletal). Analisis statistik menggunakan uji chi-

square dengan taraf kesalahan 0,05. Pada penelitian ini dari 28 responden yang

dianalisis diperoleh keluhan muskuloskeletal pada kategori rendah sebanyak 5

orang (17,9%) dan 2 orang (7,1%) keluhan muskuloskeletal pada kategori tinggi.

Responden dengan aktivitas patient handling intesitas tinggi sebesar 8 orang

(28,6%) dan aktivitas patient handling intensitas rendah sebesar 20 orang

(71,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan

antara aktivitas patient handling dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,03).

Perawat sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya keluhan muskuloskeletal

dengan melakukan pekerjaan mengikuti aturan Standar Operasional Prosedur

(SOP), serta pihak rumah sakit bisa menerapkan pemasangan CCTV untuk

mengawasi kinerja para perawat serta melakukan evaluasi perbulan terhadap

kinerja perawat dan mengadakan pelatihan terkait kegiatan patient handling atau

ergonomi untuk mengurangi keluhan terhadap gangguan muskuloskeletal.

Kata kunci : Muskuloskeletal, patient handling, perawat

Page 7: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

v

Abstract

Musculoskeletal complaints is often occurs to nurse because of patient handling

work activity. Nurses important to continuing health services' implementation at

hospital. Nurse job has variation such as do patient handling activity which is do

such as lift up, bring down, push, pull, carry and move object's activities. All this

activity involves group of muscles especially spine's support muscles group which

has function to maintain body posture and balancing, and wrong coordination of

movement will risk to obtain musculoskeletal complaints. Based on early survey's

result there are some nurses that complained musculoskeletal's symptoms. This

research is purpose to know if that there is a relation between patient handling

with musculoskeletal complaints of the nurse at emergency section in RSUD Dr.

R.M. Djoelham in Binjai. This research's design use cross sectional method, that

reduce total of population as the sample as many as 28 persons. The researcher

use questionnaire (patient handling activity's data), Nordic Body Map

(musculoskeletal complaints' data) for data collecting. The statistic analyse use

chi square with 0,05 error standard. In this research more than 28 respondent

that had been analysed was obtained the musculoskeletal complaints at low

category as many as 5 person (17,9%) and 2 person (7,1%) at high category

musculoskeletal complaints. The respondent with high intensity patient handling

activity as many as 8 person (28,6%) and low intensity patient handling activity

as many as 20 person (71,4%). This research showed that there is significant

relationship between patient handling activity and musculoskeletal complaints

(p=0,03). The nurses should do a prevention of musculoskeletal complaints by

follow the rule of Standard Operational of Procedure (SOP), also the hospital

could apply a CCTV installation to controlling nurse's work also do monthly

evaluation to nurse's performance and have a workshop about patient handling

activity or about ergonomy to reduce complaints of musculoskeletal disruption.

Keywords : Musculoskeletal, patient handling, nurses

Page 8: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Patient Handling

dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Bagian UGD RSUD DR.

R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019” ini dengan baik. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga penulis khususnya

kepada kedua orang tua penulis yang paling penulis sayangi (Alm. Khaidir Pohan

dan Sri Yuliana) yang dengan penuh kesabaran dalam membesarkan,

membimbing, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan selalu

mendoakan penulis dalam menyelesaikan pendidikkan dan penulisan skripsi ini.

Penulis juga tidak dapat terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Page 9: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

vii

4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis

selama masa pengerjaan skripsi ini.

5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S., selaku Dosen Penguji I Skripsi yang

telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Penguji II Skripsi yang telah banyak

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Staf

Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang membantu

dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Rasmi Perangin Angin, S.Kep. Ners., selaku Kepala Ruang UGD RSUD Dr.

R.M. Djoelham Binjai yang telah membantu penulis selama melakukan

penelitian.

9. Teristimewa saudara yang sangat penulis sayangi Vira Khairunisa yang

sudah memberi semangat dan doa yang tiada pernah terputus untuk penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Rekan-rekan Seperjuangan Periode 2016-2017, Adinda, Kakanda dan

Abangda di keluarga besar HMI FKM USU yang telah memberikan

kekuatan, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis selama ini.

11. Seluruh teman dan sahabat penulis yang selalu ada untuk memberikan

semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

Page 10: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

viii

12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna serta masih

memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, Januari 2020

Diana Ardhi Pratiwi

Page 11: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

ix

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 7

Patient Handling 7

Definisi patient handling 7

Klasifikasi manual handling 8

Faktor risiko patient handling 10

Risiko dan bahaya manual handling 12

Risiko manual handling pada Perawat 13

Muskuloskeletal Disorders 15 Definisi sistem muskuloskeletal 15

Sistem muskuler /sistem otot 15

Definisi keluhan muskuloskeletal 17

Faktor-faktor yang mempengaruhi muskuloskeletal 17

Gejala muskuloskeletal disorders 19

Pencegahan muskuloskeletal disorders 20

Nordic Body Map 21

Perawat 23

Definisi perawat 23

Tugas perawat 24

Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam

pemindahan pasien 25

Page 12: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

x

Landasan Teori 27

Kerangka Konsep 27

Metode Penelitian 28

Jenis Penelitian 28

Lokasi dan Waktu Penelitian 28

Populasi dan Sampel 28

Variabel dan Definisi Operasional 28

Metode Pengumpulan Data 29 Metode Pengukuran 29 Metode Analisis Data 30

Hasil Penelitian 31

Deskripsi Wilayah Penelitian 31

Klasifikasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai 31

Visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M.

Djoelham Kota Binjai 31

Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian 32

Pembahasan 35

Analisis Karakter Sampel Penelitian 35

Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal 36

Keterbatasan Penelitian 39

Kesimpulan dan Saran 41

Kesimpulan 41

Saran 41

Daftar Pustaka 43

Lampiran 46

Page 13: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

xi

Daftar Tabel

No Judul

Halaman

1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian

32

2 Hubungan antara Patient Handling dengan Keluhan

Musculoskeletal

34

Page 14: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

xii

Daftar Gambar

No

Judul

Halaman

1 Kegiatan mengakat /menurunkan

8

2 Kegiatan mendorong /menarik

9

3 Kegiatan memutar

9

4 Kegiatan membawa

10

5 Kegiatan menahan

10

6 Nordic body map

22

7 Kerangka konsep

27

Page 15: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Persetujuan Responden

46

2 Kuesioner Penelitian

47

3 Surat Keterangan Selesai Penelitian

51

4 Master Data

52

5 Output Olahan SPSS

53

6 Dokumentasi Penelitian 55

Page 16: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

xiv

Daftar Istilah

IR Insiden Rate

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LBP Low back Pain

MMD Manual Material Handling

MSDs Muskuloskeletal Disorders NBM Nordic Body Map RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

WHO World Health Organization

Page 17: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Diana Ardhi Pratiwi berumur 24 tahun, dilahirkan di

Kuala pada tanggal 16 Oktober 1995. Penulis beragama Islam, anak pertama dari

dua bersaudara dari pasangan Khaidir Pohan dan Sri Yuliana.

Pendidikan formal dimulai sekolah dasar di SDN 005 Kandis Tahun 2001-

2007, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kandis Tahun 2007-2010, sekolah

menengah atas di SMAN 1 Kuala Tahun 2010-2013, selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat pada Tahun

2013 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2020

Diana Ardhi Pratiwi

Page 18: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai

spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang

dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam Alamsyah (2011),

rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang

terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan

kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta

pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Lingkungan rumah sakit terdapat beberapa bahaya-bahaya potensial yang

dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Bahaya-bahaya

potensial tersebut, umumnya disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor

ergonomi, faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor biologi dapat berupa virus,

bakteri, jamur, parasit. Faktor kimia berupa antiseptik, reagent, gas anestesi.

Kemudian untuk faktor ergonomi sering berhubungan dengan lingkungan kerja,

cara kerja, posisi kerja yang salah. Faktor fisik dapat berupa suhu, cahaya, bising,

listrik, getaran, radiasi, sedangkan faktor psikologi berupa kerja bergilir, beban

kerja, hubungan sesama pekerja atau atasan (Kemenkes RI, 2010).

Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya

perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja

senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses

produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2014).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, pasal 23 menyatakan

Page 19: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

2

bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di

semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10

orang.

Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah

Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman

bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para

pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun

pengunjung rumah sakit. Dengan demikian pihak pengelola rumah sakit harus

menerapkan upaya K3 rumah sakit (Kemenkes RI, 2007).

Manual Material Handling (MMH) merupakan penyebab tersering

kelelahan kerja dan nyeri punggung bawah (Canadian Centre For Occupational

Health and Safety, 2013). Menurut Tarwaka (2010) dalam Primala (2012),

aktivitas kerja manual handling adalah suatu rangkaian aktivitas ataupun

pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik,

menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua

tangan maupun dengan pengerahan seluruh badan.

Perawat merupakan tenaga kerja di rumah sakit, memiliki tugas yang

sangat bervariasi. Aktivitas kerja perawat dirumah sakit cukup berat dan

mempunyai potensi menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, salah

satunya adalah faktor yang berhubungan dengan ergonomi antara lain

mengangkat, mendorong, menarik, menjangkau, membawa benda dalam hal

penanganan pasien. Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah

penting dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita

Page 20: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

3

oleh perawat. Penyakit akibat kerja yang umum terjadi adalah Low Back Pain

(LBP). Seorang perawat yang mengalami low back pain akan mengalami

penurunan dalam hal produktivitasnya sehingga berdampak pada kualitas

pelayanan pasien.

Menurut Andini (2015), sebanyak 90% kasus low back pain bukan

disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam

bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari low back pain

yang menyebabkan 80% kasus.

Pada Tahun 2010, untuk asisten perawat, perawat dan petugas lainnya

memiliki gangguan muskuloskeletal (MSDs) tertinggi. Ada 27.020 kasus, setara

dengan tingkat kejadian atau Insiden Rate (IR) yaitu 249 per 10.000 pekerja, tujuh

kali lebih tinggi dari semua sektor industri. Jauh dibandingkan dengan pekerja

harian yang memiliki IR 34 per 10.000 pekerja. Untuk tingkat buruh kontruksi

memiliki IR sebesar 85,0. Rata-rata tingkat kejadian kasus gangguan

muskuloskeletal suatu pekerjaan tiap harinya meningkat 4%, sedangkan tingkat

kejadian MSDs untuk asisten perawat, perawat dan petugas lainnya meningkat

10% (OSHA, 2013).

Pada penelitian perawat di Malaysia yang dilakukan oleh Rahmah, dkk

(2008) mengenai prevalence of back pain among nurses working in government

health clinics and hospital in port dickson Malaysia dari 126 perawat yang diteliti

diketahui 100 perawat (79,4%) diantara mengalami nyeri punggung bagian

bawah. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyanti, dkk (2009)

mengenai hubungan sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada

perawat perempuan dengan nyeri punggung bawah terdapat hubungan bermakna

Page 21: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

4

sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan

dengan nyeri punggung di rumah sakit “X” yang terletak di wilayah Jakarta Pusat.

Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna sudut lengkung

punggung > 45˚ pada waktu melakukan pekerjaan mengangkat dan memindahkan

pasien dari kursi roda ke tempat tidur.

Dalam penelitian Kurniawidjaja, dkk (2014) mengenai pengendalian risiko

ergonomi kasus low back pain pada perawat di tiga rumah sakit. Hasil uji statistik

didapatkan hubungan yang bermakna antara postur membungkuk, sudut lengkung

punggung dan transfer pasien dengan tingkat risiko low back pain.

Berdasarkan survei awal, RSUD Dr. R.M. Djoelham memiliki jumlah

perawat di Unit Gawat Darurat sebanyak 28 orang. RSUD Dr. R.M. Djoelham

memberikan pelayanan jasa kesehatan selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift.

Dari survei pendahuluan yang dilakukan terdapat beberapa perawat yang

mengalami pegal atau nyeri pada tulang punggung dan pinggang setelah masa

bertugas selesai atau pada saat pergantian shift.

Tingginya mobilitas pada UGD mengakibatkan jam kerja perawat tinggi,

serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki perawat berkaitan dengan pekerjaan

patient handling seperti, tehnik mendorong /menarik, membawa, memutar,

menahan, dan mengangkat /menurunkan pasien dapat mengakibatkan cedera pada

tulang belakang.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada

perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai.

Page 22: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

5

Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang perumusan masalah dalam penilitian ini adalah

apakah ada hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada

perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian

UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui tingkat risiko patient handling pada perawat di RSUD Dr. R.M.

Djoelham.

2. Mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal pada perawat di RSUD Dr.

R.M. Djoelham.

3. Untuk mengetahui hasil pengukuran Nordic Body Map (NBM) pada perawat

di RSUD Dr.R.M. Djoelham.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian hubungan patient handling dengan keluhan

muskuloskeletal pada perawat bagian UGD di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota

Binjai adalah:

Bagi pihak rumah sakit. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam

merencanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).

Bagi perawat. Mengetahui penyebab keluhan musculoskeletal disorders

pada perawat sehingga diharapkan dapat meminimalisir penyebab tersebut.

Page 23: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

6

Bagi peneliti. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan

patient handling dengan keluhan muskuloskeletal.

Page 24: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

7

Tinjauan Pustaka

Patient Handling

Definisi patient handling. Manual patient handling merupakan kegiatan

yang membutuhkan kekuatan untuk mendorong, menarik, mengangkat,

menurunkan, transfer atau dalam beberapa cara memindahkan atau mendukung

seseorang atau bagian tubuh seseorang dengan atau tanpa alata bantu (ISO, 2012).

Menurut Nurmianto (2004), faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya

nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan dingkat dan frekuensi

aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada beberapa

industry berikut ini: industri berat, pertambangan, pemindahan material,

konstruksi /bangunan, pertanian, rumah sakit, dan lain-lain. Beberapa aktivitas

yang dapat menimbulkan efek sampingan negatif (hazard) antara lain mengangkat

beban berat di kantor /perusahaan, mengangkat pasien di rumah sakit,

mengoperasikan peralatan /fasilitas kerja di industri manufaktur atau jasa, dan

lain-lain. Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Beban yang harus diangkat

2. Perbandingan antara berat badan dan orangnya

3. Jarak horizontal dan beban terhadap orangnya

4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan

mempunyai jarak Center of Gravity (CG) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa

mengganggu jarak pandangannya).

Menurut European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA)

Tahun 2007, manual handling adalah segala kegiatan transportasi atau

Page 25: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

8

mengangkat beban yang dilakukan oleh satu atau lebih pekerja. Kegiatan tersebut

termasuk mengangkat, menahan, meletakkan, mendorong, menarik, membawa

atau memindahkan sebuah beban (Barnard, 2012). Beban dapat berupa objek

bernyawa seperti manusia atau hewan, serta objek yang tidak bernyawa seperti

boks, peralatan dan sebagainya. Manual handling juga dapat disebut manual

material handling (MMH) (EU-OSHA, 2007).

Klasifikasi manual handling. Occupational Safety and Health

Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling

menjadi lima yaitu sebagai berikut (Suhadri, 2008).

Mengangkat /menurunkan (lifting /lowering). Mengangkat adalah

kegiatan memindahkan barang ke empat yang lebih tinggi yang masih dapat

dijangkau oleh tangan, kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.

Gambar 1. Kegiatan mengangkat /menurunkan

Mendorong /menarik (push /pull). Kegiatan mendorong adalah kegiatan

menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk

memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.

Page 26: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

9

Gambar 2. Kegiatan mendorong /menarik

Memutar (twisting). Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang

merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara

tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap, Kegatan memutar ini dapat

dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.

Gambar 3. Kegiatan memutar

Membawa (carrying). Kegiatan membawa /carrying merupakan kegiatan

memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi

berat total pekerja.

Page 27: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

10

Gambar 4. Kegiatan membawa

Menahan (holding). Kegiatan menahan /holding merupakan kegiatan

memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam dan membungkuk (statis).

Gambar 5. Kegiatan menahan

Faktor risiko patient handling. Faktor risiko terjadinya cedera akibat

patient handling pada perawat menurut OSHA (2009) yaitu :

1. Kekuatan fisik yaitu upaya yang diperlukan untuk melakukan tugas (seperti

angkat berat) atau untuk mempertahankan control peralatan atau alat.

2. Aktivitas repetitif yaitu upaya melakukan gerakan yang sama atau

serangkaian gerakan terus-menerus atau sering.

Page 28: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

11

3. Postur janggal, dengan asumsi posisi yang menempatkan tekanan pada tubuh,

seperti mencapai di atas tinggi bahu, berlutut, jongkok, membungkuk di atas

tempat tidur, atau memutar badan sambil mengangkat.

Menurut Tarwaka (2015), faktor-faktor risiko yang dominan yang

berkaitan dengan pekerjaan manual handling antara lain meliputi:

1. Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan (seperti: badan membungkuk

dan memuntir kesamping, jongkok, berlutut, dll).

2. Gerakan berulang (seperti : sering menjangkau, mengangkat, membawa objek

kerja).

3. Pengerahan tenaga yang berlebihan (seperti: membawa atau mengangkat

objek kerja yang terlalu berat).

4. Sikap kerja statis (seperti: harus mempertahankan sikap diam untuk waktu

yang lama pada satu jeni aktivitas), dan lain sebagainya.

Menurut The International Organization Standardization (ISO, 2012)

manual patient handling sering menyebabkan beban tinggi pada sistem

muskuloskeletal, khususnya pada bagian punggung bawah. Manual patient

handling seharusnya dapat dihindari jika mungkin atau dapat dilakukan dengan

cara yang tidak berisiko tinggi. Faktor-faktor seperti jumlah, kapasitas,

pengalaman, dan kualifikasi perawat yang berhubungan dengan kondisi tersebut

dapat meningkatkan risiko gangguan muskuloskeletal :

1. Jumlah, jenis dan kondisi pasien yang akan ditangani.

2. Postur janggal dan kekuatan tenaga.

3. Ketidakcukupan atau tidak adanya peralatan yang memadai.

4. Ruang terbatas dimana pasien ditangani.

Page 29: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

12

5. Kurangnya pendidikan dan pelatihan dalam tugas-tugas tertentu.

Risiko dan bahaya manual handling. Cedera akibat manual handling

bisa terjadi dimana pun manusia bekerja – di peternakan atau perkebunan dan

lokasi pembanguna gedung, dalam pabrik, kantor, gudang, rumah sakit, bank,

laboraturium, dan pada jasa pengirirman (Health and Safety Executive (HSE),

2012). Melakukan salah satu atau lebih kegiatan manual handling secara berulang-

ulang dan terus menerus dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan.

Seiring berjalannya waktu, cedera punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan,

atau bagian tubuh lainnya dapat muncul. Dapat pula terjadi kerusakan otot,

tendon, ligament, saraf, dan pembuluh darah. Cedera seperti ini deikenal sebagai

musculoskeletal disorders atau MSDs (California Department of Industrial

Relations, 2007).

OSHA membagi dua kelompok cedera yang disebabkan oleh kegiatan

manual handling yaitu sebgai berikut.

1. Luka, memear, patah tulang dan sebagainya, akibat kejadian tiba-tiba dan

tidak diharapkan seperti kecelakaan.

2. Kerusakan sistem muskuloskeletal tubuh (otot, tendon, ligamen, tulang,

sendi, pembuluh darah dan saraf) sebagai konsekuensi selama melakukan

aktivitas manual handling berulang. Cedera ini disebut penyakit

muskuloskeletal (MSDs) dan dapat dibagi ke dalam tiga grup :

a. Penyakit pada leher dan ekstremitas atas (neck and upper limb disorders).

b. Penyakit ekstremitas bawah (lower limbs disorders).

c. Nyeri punggung dan cedera punggung (back pain and back injuries).

Page 30: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

13

Risiko manual handling pada perawat. Menurut Workcover NSW

(WorkCover New South Wales) tahun 2006, manual patient handling masih

menjadi penyebab cedera utama dan terbesar pada perawat. Cedera akibat manual

patient handling merupakan penyebab signifikan kehilangan profesi perawat dari

pelayanan komunitas dan kesehatan. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi

termasuk petugas kebersihan rumah sakit dan asiten bangsal.

Pada edisi pertama Guide the Health Industry Classification Project tahun

1997, dilaporkan bahwa bebrapa berikut menjadi contributor utama penyebab

cedera pada perawat, yaitu manual patient handling, stress muskular tanpa

memegang objek, tergelincir, tersandung, terjatuh, manual handling troli,

penggunaan dan penyetelan tempat tidur, serta mengatur kain linen dan celemek

timbal (lead aprons).

Di bawah ini beberapa risiko dari manual patient handling untuk

keselamatan dan kesehatan menurut Occupational Safety and Health Branch

Labour Departement (2000).

Berat memindahkan pasien. Khususnya pasien dewasa yang memiliki

keterbatasan bisa menyebabkan cedera pada tenaga kesehatan. Cedera dapat

disebabkan oleh berbagai hal, contohnya pekerjaan yang terlalu keras, faktor

kebugaran dan keterampilan, frekuensi, kondisi kerja, serta kondisi pasien yang

sedang ditangani.

Jarak. Semakin jauh jarak antara batang tubuh dan tangan, semakin besar

efek dari berat. Oleh karena itu, jarak yangmemisahkan pekerja dengan pasien

dapat menyebabkan cedar. Juga seperti tiang infus, pagar pengaman tempat tidur,

kursi roda, dan furniture dekat tempat tidur.

Page 31: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

14

Postur aktivitas mengangkat. Postur yang janggal, dilakukan terpisah atau

bersamaan dengan pengerahan tenaga dapat menyebabkan cedar atau penyakit.

Contoh postur janggal adalah membungkuk lama, memutar ke samping, meraih

sesuatu melewati tinggi bahu, mengangkat atau membawa dengan satu tangan.

Tugas yang berisiko. Tugas yang berat dengan tiga faktor yaitu berat,

jarak dan postur yang janggal, memindahkan pasien dapat mengakibatkan

penyakit muskuloskeletal. Yang termasuk tugas yang paling sering berisiko yaitu:

1. Memindahkan pasien yang sangat tergantung pada orang lain

2. Memindahkan pasien yang tidak kooperatif

3. Mengangkat pasien dari lantai

4. Lateral transfer-memindahkan pasien, pasien tetap dalam keadaan berbaring

5. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya

6. Memindahkan pasien dari kursi ke kursi (misalnya, dari atau ke kursi roda,

toilet)

7. Memandikan pasien

8. Mereposisi pasien di tempat tidur atau kursi

9. Menimbang pasien

10. Menepatkan pispot atau mengganti alas atau bantalan inkontinensia

11. Mencoba menghentikan pasien yang akan terjatuh

12. Membantu pasien dengan disabilitas untuk memasuki kendaraan

Lainnya. Hal-hal lain yang meningkatkan risiko keselamatan dan

kesehatan saat memindahkan pasien yaitu:

1. Lantai yang tidak rata, basah atau licin

2. Ruang tidak cuckup untuk melakukan maneuver

Page 32: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

15

3. Secara manual memindahkan pasien dalam jarak jauh

4. Pencahayaan kurang

5. Peralatan yang cacat atau tidak terawatt

6. Kelemahan genggaman tangan karena kondisi kesehatan tertentu

7. Kelelahan akibat aktivitas patient handling berulang

8. Mendorong dan menarik bersamaan dengan reposisi

9. Menggenggam kain pengangkat pasien

Muskuloskeletal Disorders

Definisi sistem muskuloskeletal. Sistem musculoskeletal merupakan

penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen

utama sistem musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang,

sendi, otot rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang

menghubungkan struktur-struktur ini (Price, 2006).

Sistem muskuler /sistem otot. Menurut Sherwood (2011), sistem

muskuler /system otot terdiri dari:

Otot. Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat

gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot merupakan jaringan tubuh yang

memiliki kemampuan berkontruksi. Terdapat tiga jenis otot dalam tubuh manusia

yaitu otot rangka (skelet), otot polos dan otot jantung. Muskuler atau otot rangka

melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka menggerakkantulang-tulang yang

melekat kepadanya sehingga tubuh dapat melakukan berbagai aktivitas mototrik.

Tipe otot rangka /otot skelet adalah sebagian besar otot ini melekat pada

tulang walaupun dalam jumlah kecil melekat ke fascia, aponeurosis dan tulang

Page 33: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

16

rawan. Otot ini juga disebut otot lurik, dan kadang-kadang juga disebut otot sadar.

Setiap orang memiliki sekitar 600 otot rangka, yang ukurannya berkisar dari otot

mata eksternal yang halus dan mengontrol gerakan mata serta mengandung hanya

beberapa ratus serat, hingga otot kaki yang besar dan kuat yang mengandung

beberapa ratus ribu serat.

Tendon. Jaringan ikat akan meluas melewati ujung-ujung otot untuk

membentuk tendon kolagenosa. Tendon dapat cukup panjang, melekat ke suatu

tulang yang berjarak dari bagian daging otot. Jadi, tendon berfungsi untuk

melekatkan otot dengan tulang atau otot dengan otot.

Ligamen. Ligamen berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan

menempel pada tulang. Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya

dislokasi dan sekaligus berfungsi untuk membatasi rentang gerakan.

Skeletal. Skeletal terbagi menjadi beberapa bagian antara adalah sebagai

berikut:

Tulang /rangka. Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak

pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh yang berfunsi untuk

menyangga tubuh dan otot-otot yang melekat pada tulang metabolism kalsium dan

mineral dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang

dinamis. Tubuh manusia memiliki 206 tulang yang membentuk rangka.

Sendi. Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang

memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun

tidak dapat bergerak satu sama lain. Secara anatomik, sendi dibagi 3, yaitu

sinartrosis, diatrosis, dan amfiatrosis.

Page 34: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

17

Definisi keluhan muskuloskeletal. Keluhan pada sistem muskuloskeletal

adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang

mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima

beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon.

Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal

(Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, 2015).

Menurut Kuswana (2014), gangguan musculoskeletal (MSDs) adalah

cedera pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau cakram tulang

belakang. MSDs biasanya hasil dari setiap peristiwa sesaat atau akut (seperti slip,

perjalanan, atau jatuh), selain itu mencerminkan perkembangan yang lebih

bertahap atau kronis.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan

dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah

otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,

pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan sistem musculoskeletal

tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back

pain) (Tarwaka,2015). Menurut Waters (1996) dalam Tarwaka (2015), National

Safety Coumcil melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya

paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi musculoskeletal. Menurut Peter Vi

(2000) dalam Tarwaka (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut:

Page 35: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

18

Peregangan otot yang berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan pada

umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut

pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik,

dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi

Karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.

Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya

keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera sistem

muskuloskeletal.

Aktivitas berulang. Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan

secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar,

angkat-angkat dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat

beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

Sikap kerja tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja

yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala

terangkat, dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh,maka

semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal. Sikap kerja

tidak alamiah ini pada umumnya karena karakterisktik tuntutan tugas, alat kerja

dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja

(Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996;

Manuaba, 2000 dalam Tarwaka 2015).

Faktor penyebab sekunder. Faktor penyebab sekunder antara lain yaitu:

Tekanan. Terjadi tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai

contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang

Page 36: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

19

lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini

sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

Getaran. Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi

otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancer,

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

Mikroklimat. Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi

lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian

juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh

yang terlampau besar menyebabkan sebagian energy yang ada dalam tubuh akan

termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila

hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energy yang cukup, maka akan terjadi

kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang

lancer, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat

dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

Penyebab kombinasi. Risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal

akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan

pada beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus

melakukan aktivitas angkat angkut dibawah tekanan panas matahari seperti yang

dilakukan oleh para pekerja bangunan.

Gejala Muskuloskeletal Disorders (MSDs). Gejala muskuloskeletal

disorders dapat menyerang secara cepat dan lambat (berangsur-angsur), ada 3

tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:

Page 37: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

20

Tahap 1. Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala

ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak

berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.

Tahap 2. Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah

bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya

performance kerja.

Tahap 3. Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi

ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan

pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

Pencegahan muskuloskeletal disorders. Menurut Tarwaka (2015),

tindakan ergonomic untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua

cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa

manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif ini dimaksudkan

untuk mengeleminir, overexertion dan mencegah adanya sikap kerja tidak

alamiah.

Rekayasa teknik. Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui

pemulihan beberapa alternatif sebagai berikut :

1. Eliminasi yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini

jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan untuk mengguanakan peralatan yang ada

2. Substitusi yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang

aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur

penggunaan peralatan.

Page 38: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

21

3. Partisi yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerjaan

4. Ventilasi yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit

misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas

Rekayasa manajemen. Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui

tindakan-tindakan sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pelatihan, pekerja lebih memahami lingkungan dan alat kerja

sehingga diharapkan dapat melekukan penyesuaian dan inovatif dalam

melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja

2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan

dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat

mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.

3. Pengawasan yang intensif melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan

pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit

akibat kerja.

Nordic Body Map (NBM)

Nordic body map adalah pengukiran keluhan sakit pada tubuh yang

dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode nordic body map meliputi

28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai

dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu

otot pada kaki. Pengukuran otot skeletal dengan menggunakan kuesioner ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.

Page 39: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

22

Gambar 6. Nordic body map

Keterangan :

0. Leher atas 10. Siku kiri 20. Lutut kanan

1. Tengkuk 11. Siku kanan 21. Betis kiri

2. Bahu kiri 12. Lengan bawah kini 22. Betis kanan

3. Bahu kanan 13. Lengan bawah kanan 23. Pergelangan kaki

4. Lengan atas kiri 14. Pergelangan tangan atas kiri

5. Punggung 15. Tangan kiri 24. Pergelangan kaki

6. Lengan atas kanan 16. Tangan kanan kanan

7. Pinggang 17. Paha kiri 25. Telapak kaki kiri

8. Pinggul 18. Paha kanan 26. Telapak kaki

9. Pantat 19. Lutut kiri kanan

Page 40: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

23

Perawat

Definisi perawat. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan

program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk

memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

Perawat adalah profesi dengan pekerjaan berisiko tinggi low back pain,

karena aktivitas perawat berhubungan dengan peningkatan risiko pada gangguan

tulang belakang terutama aktivitas angkat-angkut atau mobilisasi pasien, dan juga

pekerjaan dengan postur membungkuk. Membungkuk merupakan posisi pekerjaan

perawat yang tidak mungkin dihindari terutama saat memberikan pelayanan

kepada pasien yang sedang berbaring di tempat tidur.

Pada proses transfer pasien merupakan pergerakan simultan yang banyak

membebani tulang belakang, otot, dan juga ligamen yang menunjang tulang

belakang. Postur janggal dan beban membuat otot, tulang, dan ligament pada

vertebra berkontraksi maksimal sehingga bila dilakukan terus menerus dalam

durasi yang lama dan sering maka dapat menimbulkan kelelahan pada otot akibat

menumpuknya sisa metabolisme berupa asam laktat, yang diikuti kelemahan

ligament dan selanjutnya terjadi keluhan low back pain (Kurniawidjaja dkk,

2014).

Fasilitas perawatan kesehatan khususnya rumah sakit telah diidentifikasi

sebagai sebuah lingkungan kerja yang dapat menimbulkan risiko yang disebabkan

oleh factor ergonomi. Akibat dari faktor ergonomi tersebut dapat menyebabkan

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada perawat yang belum

diidentifikasi dan ditangani dalam program fasilitas keselamatan dan kesehatan

Page 41: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

24

secara efektif. Banyak pasien yang bergantung kepada perawat dalam melakukan

aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, makan, maupun buang hajat.

Masing-masing kegiatan tersebut melibatkan beberapa interaksi dengan

penanganan atau pemindahan pasien dan dapat menyebabkan cedera pada perawat

(OSHA, 2013).

Tugas perawat. Adapun tugas yang akan dilakukan perawat antara adalah

sebagai berikut:

1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standard.

2. Mengadakan serah terima (operan) jaga dengan tim/group lain (petugas

pengganti) yang shift selanjutnya.

3. Membaca buku laporan shift sebelumnya.

4. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh shift

sebelumnya.

5. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota tim.

6. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter.

7. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan

dokter.

8. Memberikan terapi baik oral maupun injeksi kepada pasien.

9. Membantu melaksanakan rujukan seperti mengantar pasien untuk kegiatan

pemeriksaan rontgen atau lab.

10. Mempersiapkan ruangan operasi.

11. Memandikan pasien atau mengganti balutan.

12. Memberikan makan pada pasien.

13. Melaksanakan orientasi terhadap pasien/keluarga baru.

Page 42: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

25

14. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.

15. Memelihara kebersihan ruang rawat.

16. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

17. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

18. Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungan.

19. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga pasien.

20. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien. (Nursalam,

2007)

Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam

pemindahan pasien. Adapun tahap Standar Operasional Prosedur (SOP) pada

perawat dalam pemindahan pasien antara lain yaitu:

Memindahkan pasien dari brangkar ke tempat tidur atau sebaliknya.

Tahap memindahkan pasien dari brangkar ke tempat tidur atau sebaliknya:

1. Dekatkan brangkar/tempat tidur kesisi tempat tidur

2. Pasien diangkat sekurang-kurangnya tiga orang perawat

3. Ketiga perawat berdiri pada sisi kanan pasien dengan ururtan sebagai berikut :

a. Perawat 1 (paling tinggi) berdiri pada bagian kepala

b. Perawat 2 berdiri dibagian pinggang

c. Perawat 3 berdiri dibagian kaki

4. Lengan kiri perawat 2 berada di bawah tengkuk sampai pangkal lengan dan

lengan kanan perawat berada di bawah punggung pasien (bila pasien gemuk,

lengan kanan perawat 1 melalui badan pasien ke bawah pinggang sehingga

berpegangan dengan pergelangan tangan kiri perawat 2).

Page 43: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

26

5. Lengan kiri perawat 2 berada di bawah pinggang pasien, lengan kanan

berada di bawah bokong pasien.

6. Kedua lengan perawat 3 mengangkat seluruh tungkai pasien.

7. Setelah siap, salah seorang perawat memberikan aba-aba untuk bersama

mengangkat pasien.

8. Setelah pasien berada di atas tempat tidur posisi pasien diatur dan selimut

dipasang atau dirapikan

Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur. Tahap

Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur.

1. Kursi roda didorong ke sisi tempat tidur pasien dan roda belakang ditahan

atau direm agar kursi roda tidak bergerak kemudian buka tumpuan kaki.

2. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi yang lemah/sakit

dan pasien dianjurkan bertumpu pada sisi yang kuat.

3. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi dan berjalan bersama

menuju tempat tidur.

4. Pasien bersandar pada sisi tempat tidur. Kemudian dibantu oleh perawat

untuk naik.

5. Setelah pasien berada di atas tempat tidur, posisinya diatur sesuai dengan

kebutuhan kemudian dirapikan

Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. Tahap

Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda:

1. Kursi roda didorong kesisi tempat tidur pasien dan roda belakang ditahan atau

direm agar kursi roda tidak bergerak kemudian buka tumpuan kaki.

Page 44: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

27

2. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi yang lemah/sakit

dan pasien dianjurkan bertumpuan pada sisi yang kuat.

3. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi roda dan berjalan bersama

menuju kursi roda.

Landasan Teori

Menurut ISO (2012), manual patient handling merupakan kegiatan yang

membutuhkan kekuatan untuk mendorong, menarik, mengangkat, menurunkan,

transfer atau dalam beberapa cara memindahkan atau mendukung seseorang atau

bagian tubuh seseorang dengan atau tanpa alata bantu.

Menurut Price (2006), musculoskeletal merupakan penunjang bentuk

tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem

musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot

rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan

struktur-struktur ini.

Nordic body map adalah pengukiran keluhan sakit pada tubuh yang

dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode nordic body map meliputi

28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai

dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu

otot pada kaki.

Kerangka Konsep

Gambar 7. Kerangka konsep

Variabel Independen:

Patient Handling

Variabel Dependen:

Kejadian Muskuloskeletal

Page 45: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

28

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan pendekatan

cross sectional karena variabel independen dan variabel dependen diamati pada

waktu yang sama untuk melihat hubungan patient handling dengan keluhan

muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota

Binjai Tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham

yaitu di Jalan Sultan Hasanuddin No. 9 Kartini Binjai Kota, Kota Binjai Sumatera

Utara.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2019

sampai dengan Agustus 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bekerja di bagian UGD di RSUD Dr. R.M. Djoelham dengan total jumlah perawat

adalah sebanyak 28 orang.

Sampel. Sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi yaitu

sebanyak 28 orang.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel independen pada penelitian ini adalah patient handling dan

variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal pada

perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.

Page 46: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

29

Patient handling. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan

kegiatan mendorong,menarik, mengangkat, menurunkan, transfer pasien dengan

atau tanpa alat bantu.

Keluhan muskuloskeletal. gejala yang ada pada salah satu bagian tubuh

atau lebih yang dirasakan mulai dari keluhan ringan sampai keluhan sangat sakit

pada perawat.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada perawat

dengan melakukan observasi /pengamatan terhadap perawat seperti mendorong,

mengangkat, memindahkan, menarik, dan menjangkau pasien, alat bantu medis,

dan lingkungan. Serta melakukan pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner

tantang patient handling dan kuesioner NBM (Nordic Body Map).

Data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari pihak

RSUD Dr. R.M. Djoelham yaitu data mengenai perawat bagian UGD.

Metode Pengukuran

Patient handling. Patient handling pada perawat dapat diukur

menggunakan kuesioner untuk mengukur. Hasil ukur patient handling

dikategorikan sebagai berikut:

1. ≥ 44 = Tinggi

2. < 44 = Rendah

Keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal pada perawat dapat

diukur menggunakan kuesioner NBM (Nordic Body Map) untuk mengukur letak

keluhan yang dirasakan setelah bekerja. Dengan langkah-langkah pengukuran

sebagai berikut:

Page 47: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

30

1. Melakukan pengukuran keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner

NBM (Nordic Body Map) yang berisi pertanyaan karakteristik responden dan

28 pertanyaan mengenai titik-titik otot skeletal.

2. Peneliti mengukur langsung tingkat risiko gangguan sistem muskuloskeletal

dengan menunjuk dan menekan ke-28 otot skeletal yang dirasa sangat sakit

/nyeri.

Keluhan muskuloskeletal dikelompokkan menjadi 4 kategori :

1. 0 = Skor akhir penilaian sebesar 0-20 : Rendah

2. 1 = Skor akhir penilaian sebesar 21-41 : Sedang

3. 2 = Skor akhir penilaian sebesar 42-62 : Tinggi

4. 3 = Skor akhir penilaian sebesar 63-84 : Sangat Tinggi (Tarwaka,2015)

Metode Analisis Data

Dalam tahap analisa data, data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik

tertentu. Data dianalisis dengan menggunakan software computer. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi-square, uji ini

digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan atau tidak.

Dengan pengambilan keputusan hipotesis penelitian berdasarkan pada

tingkat signifikan (nilai p) yaitu:

1. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian H0 diterima

2. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian H0 ditolak (Notoatmodjo,2012)

Page 48: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

31

Hasil Penelitian

Deskripsi Wilayah Penelitian

Klasifikasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. R.M. Djoelham adalah Rumah Sakit Umum milik pemerintah daerah.

Rumah sakit ini juga sudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berlokasi di Jalan Sultan

Hasanuddin No. 9, Kartini, Binjai. Pada tahun 2018 RSUD Dr. R.M. Djoelham

Kota Binjai menjadi salah satu dari tiga rumah sakit umum di Sumatera Utara

yang meraih Akreditasi Paripurna. Rumah sakit ini juga salah satu rumah sakit

terbaik untuk tipe B.

Visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota

Binjai. Adapun visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham

Kota Binjai antara lain adalah sebagai berikut:

Visi. Menjadi rumah sakit rujukan yang bermutu, berdaya saing, dan

berwawasan lingkungan.

Misi. Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi

2. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional, sehat, produktif dan

sejahtera

3. Mewujudkan sistem informasi manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi

4. Mewujudkan Rumah Sakit yang bersih, nyaman dan aman

5. Meningkatkan dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan secara

akuntabel, transparan, efektif dan efisien.

Page 49: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

32

Motto. Motto RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu “SMART”

yang merupakan singkatan dari:

1. Selalu Mengutamakan Keselamatan Pasien

2. Menjunjung Tinggi Nilai Etika Profesi

3. Akurat dalam Menetapkan Diagnosa

4. Ramah dan Santun

5. Terpadu dan Terbuka dalam Melaksanakan Tindakan

Kebijakan mutu. Adapun kebijakan mutu yang dimiliki RSUD Dr. R.M.

Djoelham Kota Binjai yaitu:

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berkomitmen

untuk meningkatkan jumlah pasien yang dilayani melalui penerapan standar

pelayanan minimal dan peningkatan kualitas serta kuantitas layanan kesehatan

dengan mengutamakan keselamatan dan kepuasan pelanggan.

Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian

Dalam penelitian ini, sebanyak 28 subjek terpilih untuk menjadi sampel.

Dari keseluruhan sampel, gambaran karakteristik responden yang diamatai

meliputi jenis kelamin, usia, dan lama kerja, patient handling, dan

musculoskeletal.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik n %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

10

18

35,7

64,3

Usia

≤ 35 tahun

> 35 tahun

18

10

64,3

35,7

(bersambung)

Page 50: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

33

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik n %

Lama Kerja

1-5 tahun

6-10 tahun

> 10 tahun

10

10

8

35,7

35,7

28,6

Patient Handling

Tinggi

Rendah

8

20

71,4

28,6

Muskuloskeletal

Tinggi

Sedang

Rendah

2

21

5

7,1

75,0

17,9

Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbesar dari 28 sampel adalah

perempuan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%), sedangkan untuk laki-laki sebanyak

10 orang (35,7%). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dengan distribusi

terbanyak pada usia ≤35 tahun sebesar 18 orang (64,3%).

Berdasarkan kategori massa kerja, didapati bahwa 10 orang (35,7%) telah

bekerja selama 1-5 tahun, sedangkan 10 (35,7%) telah bekerja selama 6-10 tahun

dan 8 orang (28,6%) telah bekerja selama >10 tahun.

Berdasarkan tabel 1 didapati bahwa lebih banyak sampel yang melakukan

patient handling dengan intensitas rendah yaitu 20 orang (71,4%), sedangkan

patient handling dengan intensitas tinggi dijumpai pada 8 orang (28,6%).

Ditinjau dari keluhan muskuloskeletal, diketahui bahwa sampel dengan

keluhan rendah yaitu 5 orang (17,9%), sedangkan dengan keluhan sedang

sebanyak 21 orang (75,0%) dan sampel dengan keluhan tinggi dijumpai pada 2

orang (7,1%).

Page 51: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

34

Tabel 2

Hubungan antara Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal

Patient

Handling

Keluhan Muskuloskeletal Total

P value Tinggi Sedang Rendah

n % n % n % n %

Tinggi 2 25,0 6 75,0 0 0,0 8 28,6 0.03

Rendah 0 0,0 15 75,0 5 25,0 20 71,4

Total 2 7,1 21 75,0 5 17,9 28 100,0

Data pada tabel 2 diuji dengan chi square yang kemudian diperoleh nilai p

sebesar 0,03. Dari hasil yang tertera, dengan nilai p ≤ 0,05 berarti H0 ditolak,

yang artinya terdapat hubungan antara patient handling dengan keluhan

muskuloskeletal.

Page 52: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

35

Pembahasan

Analisis Karakter Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 28 sampel dan didapati jumlah sampel yang

memiliki keluhan musculoskeletal pada kategori tinggi sebanyak 2 orang (7,1%).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya muskuloskeletal.

Ruangan UGD di dominasi oleh perempuan. Menurut Astrand dan Rodahl (1996)

dalam Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya dua

pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita.

Kondisi kesehatan perawat dalam keadaan sehat, dimana diketahui bahwa

keadaan kesegaran badan seseorang yang dapat mempengaruhi terjadinya

gangguan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya

aktivitas fisik. Kondisi kesehatan juga merupakan faktor terpenting dalam setiap

aktivitas.

Berdasarkan karakteristik umur responden diketahui bahwa sebanyak

64,3% dalam kategori umur ≤ 35 tahun. Menurut Betti’e, dkk (1989) dalam

Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa kekuatan maksimal otot terjadi pada saat

umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan

bertambahnya umur. Pada saat umur mecapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot

menurun sampai 20%, dan saat kekuatan otot mulai menurun maka risiko

terjadinya keluhan otot akan meningkat.

Penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa masa kerja sebanyak 8

responden bekerja > 10 tahun, 2 orang diantaranya mengalami keluhan

Page 53: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

36

musculoskeletal pada kategori tinggi. Semakin lama masa kerja seorang perawat

semakin banyak pengalaman yag diperolehnya delam pekerjaannya sehingga

dapat menurunkan kehati-hatiannya dalam bekerja.

Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam.

Lebih dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal yang negatif. Makin panjang

waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal tidak diinginkan.

Gangguan pada otot muncul 2 tahun setelah bekerja dengan jenis pekerjaan yang

sama. Pekerjaan yang sama merupakan pekerjaan yang menggunakan otot yang

sama dalam waktu yag lama atau lebih dari 2 jam (Suma’mur, 2009).

Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal

Kegiatan patient handling di RSUD Dr.R.M. Djoelham Kota Binjai

dengan mengambil responden di ruang UGD. Perawat yang mengalami

muskuloskeletal paling banyak pada patient handling kategori tinggi yaitu

sebanyak 2 responden (7,1%). Hasil uji statistic Chi Square didapatkan nilai p

value (0,030≤0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara patient

handling dengan keluhan muskuloskeletal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

As’adi, dkk (2014) dimana berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dengan

menggunakan RWL dan LI didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden

berisiko mengalami keluhan, karena sebagian besar bekerja dengan sikap yang

tidak natural yakni sebanyak 28 responden. Responden yang bekerja dengan sikap

tidak alamiah berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal akibat kerja berat

sebanyak 17 responden yaitu sekitar 60,7%. Berdasarkan hasil analisis bivariat

diperoleh hasil (p = 0,018). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat

Page 54: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

37

hubungan antara variabel Manual Material Handling (MMH) dengan keluhan

muskuloskeletal akibat kerja karena nilai p value < 0,05.

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ulfah, dkk (2014),

dengan judul sikap kerja dan risiko musculoskeletal disorders pada pekerja

laundry. Penelitian ini mengguanakan uji kai kuadrat untuk menghubungkan

antara tiap bagian proses jassa laundry, yaitu penimbangan, pencucian,

pengeringan,penyetrikaan dan pengemasan dengan keluhan MSDs. Dari analisis

bivariate yang berhubungan dengan keluhan MSDs hanya terdapat pada bagian

pencucian dengan p value 0,014 < 0,05.

Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah

satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward

posture). Hal-hal yang dapat mempengaruhi postur tubuh ketika bekerja adalah

karakteristik perawatan (kebutuhan perawat), desain tempat kerja dan faktor

personal perawat. Menurut Nurmianto (2008), postur kerja yang sering dilakukan

oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, jongkok,

membungkuk, berjalan, dan lain-lain. Jika kondisi system kerjanya tidak sehat

akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang

tidak aman.

Pekerja yang sering mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat bekerja

maupun setelah bekerja. Studi tentang MSDs menunjukkan bahwa bagian otot

yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher,

bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot bagian bawah (Astuti,

2007).

Page 55: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

38

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuryaningtyas, dkk

(2014), hasil uji statistic chi square di dapatkan nilai p value (0,033<0,05)

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja dengan

keluhan muskuloskeletal. Hal tersebut disebabkan oleh posisi kerja dari perawat

yang banyak melakukan aktivitasnya dengan berjalan dan berdiri. Pada saat

melakukan tindkan perawatan ke pasien, perawat seringkali menggunakan posisi

berdiri dan membungkuk pada waktu yang lama disertai penggunaan lengan atas

dan lengan bawah yang menggantung serta posisi leher menekuk ke depan.

Sikap kerja tidak alamiah dapat menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh

bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat,

punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh

posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko

terjadinya keluhan system musculoskeletal termasuk low back pain. Sikap kerja

tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan

stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja

(Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 &

Manuaba, 2000 dalam Tarwaka 2015).

Menurut Martiyas, dkk (2015), keluhan muskuloskeletal yang disebabkan

oleh sikap kerja yang tidak alamiah perlu diminimalkan, karena adanya keluhan

muskuloskeletal pada pekerja menyebabkan pekerja tidak dapat bekerja dengan

optimal. Dengan demikian, agar risiko pekerjaan yang dihadapi tidak menjadi

semakin besar, sebaiknya diberikan pelatihan khusus terkait prosedur

pengangkutan beban yang baik dan benar kepada pekerja baru atau pekerja lama,

serta melakukan pengawasan rutin pada pekerja. Dengan diadakannya pendidikan

Page 56: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

39

dan pelatihan khusus yang diberikan kepada pekerja, selanjutnya pekerja akan

lebih memahami pekerjaannya sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian

dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan kea rah yang lebih baik.

Untuk menjaga stabilitas otot baik pada usia <25 tahun maupun pada usia

lanjut, dapat dilakukan dengan cara stretching. Peregangan dapat dilakukan di

segala tempat dan tidak memerlukan peralatan khusus. Jika dilakukan dengan

benar, peregangan dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung

akibat dari duduk dalam waktu lama dengan sikap kerja yang salah, otot

menegang yang diakibatkan oleh tubuh tidak bergerak dalam waktu yang lama,

sendi yang mengencang, peredaran darah yang terhambat, cidera ketegangan

berulang, ketegangan dan tekanan (Anderson, 2010).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar perawat dengan

patient handling dan keluhan muskuloskeletal dalam kategori tinggi, hal ini

dikarenakan posisi tubuh saat bekerja atau sikap kerja yang tidak alamiah serta

masih kurangnya pengetahuan perawat serta dalam melakukan pekerjaan patient

handling tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah

ada. Juga dapat disebabkan oleh posisi tubuh yang salah, seperti : pada saat

membungkuk ketika bekerja, mengangkat dan memindahkan pasien, kemudian

tinggi perawat yang tidak sesuai dengan tempat tidur pasien sehingga

menyebabkan kaki perawat tidak bertumpu pada bidang yang rata dan ada gerakan

yang dipaksakan karena dalam menjangkau pasien untuk dipindahkan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan

acuan atau saran guna perbaikan penelitian berikutnya. Penelitian ini bersifat

Page 57: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

40

survei analitik, dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan

patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD

RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019. Keterbatasan pada

penelitian ini yaitu proses pengumpulan data, dimana peneliti harus menyesuaikan

waktu dengan para perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham. Pada

penelitian ini penulis tidak mengalami kesulitan, melainkan penulis harus siap

menunggu jam istirahat atau jam pulang supaya bias mendapatkan data dari

perawat lewat wawancara kuesioner.

Page 58: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

41

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Patient Handling dengan

Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Bagian UGD di RSUSD Dr. RM.

Djoelham Kota Binjai dapat disimpulkan bahwa:

Diketahui hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value

(0,030≤0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara patient

handling dengan keluhan muskuloskeletal.

Saran

Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Bagi perawat. Perawat sebaiknya mengikuti aturan SOP (standard

operating procedure) mengenai angkat angkut pasien/mobilisasi pasien yang

sudah ada.

Bagi instansi rumah sakit. Adapun saran bagi instansi rumah sakit antara

lain yaitu:

1. Diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera terhadap sikap kerja pada

pekerjaan patient handling untuk mencegah terjadinya risiko cedera yang

lebih tinggi pada sistem muskuloskeletal.

2. Menerapkan pemasangan CCTV dan melakukan pengawasan cara kerja

perawat di ruang UGD serta melakukan evaluasi setiap bulan.

3. Mengadakan pelatihan terkait kegiatan patient handling atau ergonomi untuk

mengurangi keluhan terhadap gangguan muskuloskeletal.

Page 59: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

42

Bagi peneliti lain. Bagi penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-

variabel lain seperti faktor lingkungan, faktor psikososial maupun faktor-faktor

lainnya yang dapat mengakibatkan keluhan muskuloskeletal.

Page 60: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

43

Daftar Pustaka

Alghadir, A., & Anwer, S. (2015). Prevalence of musculoskeletal pain construction wokers in Saudi Arabia. The Scientific World Journal, 20(15), 1-5 Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4355810 /pdf/TSWJ2015-529873.pdf

Anderson, B. (2010). Stretching in the office (Peregangan untuk orang kantoran).

Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Andini, F. (2015). Risk factor of low back pain in workers. Medical Journal of

Lampung University, 4(1), 12-19. Diakses dari http://juke.kedokteran. unila.ac.id/index.php/majority/article/view/495/496

Asruhi, S. (2013). Hubungan cara kerja angkat angkut manual handling pasien

dewasa dan keluhan nyeri punggung bawah pada para medis di RSUD Leuwiliang Bogor (Skripsi, Universitas Esa Unggul). Diakses dari https://www.esaunggul.ac.id/hubungan-cara-kerja-angkat-angkut-manual-handling-pasien-dewasa-dan-keluhan-nyerih-punggung-bawah-pada-para-medis-di-rsud-leuwiliang-bogor- -dengan-studi-literatur/

Barnard, C. (2012). EU employment law. United Kingdom: Oxford University

Press. Bull, E., & Archard, G. (2007). Simple guide nyeri punggung (Terjemahan

Surapsari). Jakarta: Erlangga. Dahlan, M. S. (2013). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam

penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Elyas, Y. (2012). Gambaran tingkat risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)

pada perawat saat melakukan aktivitas kerja di ruang ICU PJT RSCM berdasarkan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) (Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia). Diakses dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20309053-gambaran-tingkat-resiko-fulltext.pdf

Fatmawati, A. Z. (2016). Hubungan risiko patient handling dengan keluhan

muskuloskeletal pada perawat bagian IGD RSUD DR. Moewardi di Surakarta (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/41880/

Handayani, W. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pekerja di bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia Tbk. Tangerang (Skripsi, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta). Diakses dari http://www.repository.uinjkt.ac.id/ dspace/bitstream/123456789/25983/1/WITA%20HANDAYANI-fkik.pdf

Page 61: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

44

Himawan, F., Handoyo, & Keksi, G.S. (2009). Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low back pain pada perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman, 7(2), 86-92. Diakses dari http://jks.fikes.unsoed. ac.id/index.php/jks/article/view/360/198

Ice, D. (2017, 12 Oktober). Bangsal Sehat. Diakses 4 Juli 2019, dari

https://bangsalsehat.blogspot.com/2017/10/sop-pemindahan-pasien.html. Jan, D., & Weerdmeester, B. (2008). Ergonomics for Beginners. New York: CRC

Press Taylor. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087 Tahun 2010

tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Kurniawidjaja L. M., Purnomo E., Maretri. N., & Pujiriani. (2014). Pengendalian

risiko ergonomi kasus low back pain pada perawat di rumah sakit. Majalah Kedokteran Bandung, 46(4), 226-233. Diakses dari http://journal.fk. unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/342/pdf_158

Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lukman, N. S., & Nurna, N. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Mahadewa, Tjokorda, G. B., & Sri, M. (2009). Diagnosis dan tatalaksan kegawat

daruratan tulang belakang. Jakarta: Sagung Seto. Martiyas, P. W. P., Putri, S. H., & Idet, H. (2015). Hubungan aktivitas berulang

dan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengangkutan sawit di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus, 3(1), 35-42. Diakses dari http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/ index.php/JKM/article/download/115/92

Maysyaroh, N. D. (2016). Hubungan patient handling dengan kejadian

musculoskeletal disorders pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Delanggu). Diakses dari http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/48223/3/.

Muttaqin, A. (2011). Buku saku gangguan muskuloskeletal aplikasi pada praktik

klinik keperawatan. Jakarata: EGC. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmianto, E. (2008). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya (Edisi ke-2).

Surabaya: Prima Printing.

Page 62: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

45

Nuryaningtyas, B. M., & Martiana, T. (2014). Analisis tingkat risiko

Muskuloskeletal Disorders (MSDs) dengan the Rapid Upper Limbs

Assessment (RULA) dan karakteristik individu terhadap keluhan MSDs.

The Indonesian Journal os Occupational Safety and Health, 3(2), 160-169.

Diakses dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k331e290a467

full.pdf

OSHA. (2009). Guidelines For Nursing Homes Ergonomic For The Prevention

Musculoskeletal Disorders. Diakses dari https://www.osha.gov/ergonomi

cs/guidelines/nursinghome/final_nh_guidelines.html.

OSHA. (2013). Healthcare Wide Hazard Ergonomic. Diakses dari.

https://www.osha.gov/SLTC/etools/hospital/hazard/ergo/ergo.html.

OSHA. (2013). Safe Patient Handling. Diakses dari. https://www.osha.

gov/SLTC/healthcarefacilities/safepatienthandling.html.

Praptiningsih, S. (2006). Hukum perawat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rahmah, M. A., Rozy, J., Halim, I., Jamsiah, M. & Shamsul, A. S. (2008).

Prevalence of back pain among nurses working in government health

clinics and hospital in Port Dickson Malaysia. Journal of Community

Health, 14(2), 11-18. Diakses dari http://journalarticle.ukm.my/4607/

1/Vol14%281%29-aniza.pdf

Suma’mur, P. K. (2009). Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes).

Jakarta: PT. Gunung Agung.

Tania, C. (2015). Hubungan antara aktivitas kerja manual handling dengan

keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik

Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/123456789.

Tarwaka. (2014). Keselamatan dan kesehatan kerja manajemen dan implementasi

K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2015). Ergonomi industri dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan

aplikasi di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.

Widiyanti, E. C. L., Basuki, E., & Jannis, J. (2009). Hubungan sikap tubuh saat

mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan dengan

nyeri punggung bawah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 59(3), 107-112.

Diakses dari https://journal.mki.ac.id/bkm/article/view/25623

Page 63: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

46

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN

Kpd. Yth. Responden

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Diana Ardhi Pratiwi mahasiswi Universitas Sumatera Utara Fakultas

Kesehatan Masyarakat, jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang

“Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat

Bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019”. Penelitian

ini merupakan bagian dari skripsi untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian pekerjaan dan posisi

saudara. Untuk keperluan tersebut diharapkan kesediaan dan kesungguhan saudara

untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya karena kejujuran jawaban

yang saudara berikan sangat mempengaruhi proses penelitian ini.

Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Pernyataan:

Saya menyatakan bahwa saya secara sukarela untuk menjadi responden

dalam penelitian ini.

Binjai, Juli 2019

Responden

(……………………….)

Page 64: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

47

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD

RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI

TAHUN 2019

A. Identitas Responden

Tulislah identitas saudara atau coret yang tidak perlu

1. No. Responden :

2. Nama :

3. Umur/Tgl Lahir :

4. Jenis Kelamin : Pria/Wanita

5. Masa Kerja :

6. Tinggi Badan : .......... Cm

7. Berat Badan : .......... Kg

B. Pertanyaan untuk aktivitas kerja Patient Handling

Berikanlah tanda () untuk jawaban yang sesuai dengan keadaan

Saudara/i yang sebenarnya.

Contoh:

Pertanyaan SS S KK TP

Saat bekerja objek yang dikerjakan

terlalu besar

SS : Sering Sekali

S : Sering

KK : KadangKadang

TP : Tidak Pernah

Page 65: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

48

Pertanyaan SS S KK TP

Saat bekerja objek yang dikerjakan terlalu

besar.

Saat bekerja objek sulit dipegang oleh

pekerja.

Pekerjaan dilakukan dengan mendorong

beban.

Pekerjaan dilakukan dengan menarik beban.

Sebelum memulai pekerjaan dilakukan

briefing.

Pekerjaan membawa beban dilakukan

dengan waktu yang lama.

Pekerjaan dilakukan dengan memuntirkan

badan.

Pada saat menarik beban secara manual,

beban objek sulit digerakkan.

Pekerja mengangkat beban tidak

menggunakan alat bantuan.

Pada saat posisi kerja membungkuk pekerja

mengangkat beban lebih dari 25 kg.

Membawa beban objek lebih dari 25 kg.

Pada saat bekerja tidak memerlukan teknik

(keahlian khusus).

Pekerjaan memerlukan pengerahan tenaga

yang berlebih.

Anda tidak mempunyai istirahat jam kerja

yang cukup stiap harinya.

Pada saat mengangkat beban dilakukan

dengan posisi yang dipaksakan.

Jumlah skor

Total skor

C. Petunjuk Pengisian Nordic Body Map (NBM)

Dibawah ini adalah cara pengisian Kuesioner

1. Berilah tanda (√) pada lembar Kuesioner Individual Nordic Body Map sesuai

apa yang saudara rasakan

2. Tanda (√) diisikan pada kolom skoring

Page 66: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

49

3. Keterangan skoring:

Skor 0 : Tidak ada keluhan/ kenyerian pada otot-otot atau tidak ada rasa sakit

sama sekali yang dirasakan oleh pekerja selama melakukan

pekerjaan (tidak sakit).

Skor 1 : Dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian pada bagian otot,

tetapi belum menganggu pekerjaan (agak sakit).

Skor 2 : Dirasakan adanya keluhan /kenyerian atau sakit pada bagian otot

dan sudah menganggu pekerjaan, tetapi rasa kenyerian segera

hilang setelah dilakukan istirahat dari pekerjaan (sakit).

Skor 3 : Dirasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri pada bagian otot

dan kenyerian tidak segera hilang meskipun telah beristirahat yang

lama atau bahkan diperlukan obat pereda nyeri otot (sangat sakit).

Page 67: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

50

Lembar Nordic Body Map (NBC)

Sistem Muskuloskeletal Skoring

Sistem Muskuloskeletal Skoring

0 1 2 3 0 1 2 3

0 = Leher atas 1 = Tengkuk

2 = Bahu kiri 3 = Bahu kanan

4 = Lengan atas 5 = Punggung

6 = Lengan atas kanan 7 = Pinggang

8 = Pinggul 9 = Pantat

10 = Siku kiri 11 = Siku kanan

12 = Lengan bawah kiri 13 = Lengan bawah kanan

14 = Pergelangan tangan

kiri

15 = Pergelangan tangan

kanan

16 = Tangan kiri 17 = Tangan kanan

18 = Paha kiri 19 = Paha kanan

20 = Lutut kiri 21 = Lutut kanan

22 = Betis kiri 23 = Betis kanan

24 = Pergelangan kaki

kiri

25 = Pergelangan kaki

kanan

26 = Kaki kiri 27 = Kaki kanan

Total Skor Kiri

Total Skor Kanan

Total Skor Individu MSDs = Total Skor Kiri + Total Skor Kanan

Page 68: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

51

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Page 69: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

52

Lampiran 4. Master Data

Tabel

Analisis Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Perawat Bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019

No. Resp. Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Patient Handling MSDs

1 Laki-laki 26 tahun 5 tahun Rendah 21

2 Perempuan 29 tahun 2 tahun Rendah 17

3 Perempuan 30 tahun 5 tahun Rendah 7

4 Perempuan 33 tahun 12 tahun Rendah 37

5 Perempuan 27 tahun 4 tahun Rendah 10

6 Perempuan 30 tahun 9 tahun Tinggi 24

7 Laki-laki 31 tahun 5 tahun Rendah 24

8 Perempuan 44 tahun 15 tahun Tinggi 43

9 Perempuan 24 tahun 2 tahun Rendah 28

10 Perempuan 37 tahun 12 tahun Tinggi 34

11 Laki-laki 39 tahun 5 tahun Rendah 25

12 Perempuan 36 tahun 9 tahun Rendah 23

13 Laki-laki 41 tahun 9 tahun Rendah 19

14 Perempuan 30 tahun 9 tahun Rendah 28

15 Laki-laki 35 tahun 10 tahun Rendah 23

16 Perempuan 39 tahun 12 tahun Tinggi 41

17 Perempuan 35 tahun 13 tahun Tinggi 42

18 Laki-laki 35 tahun 10 tahun Tinggi 26

19 Perempuan 44 tahun 12 tahun Tinggi 35

20 Laki-laki 41 tahun 11 tahun Rendah 30

21 Laki-laki 41 tahun 9 tahun Rendah 26

22 Perempuan 41 tahun 12 tahun Tinggi 41

23 Laki-laki 32 tahun 7 tahun Rendah 23

24 Perempuan 28 tahun 4 tahun Rendah 16

25 Perempuan 30 tahun 7 tahun Rendah 28

26 Laki-laki 30 tahun 5 tahun Rendah 24

27 Perempuan 26 tahun 2 tahun Rendah 21

28 Perempuan 31 tahun 6 tahun Rendah 26

Page 70: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

53

Lampiran 5. Output Olahan SPSS

Analisis Deskriptif

Umur

18 64.3 64.3 64.3

10 35.7 35.7 100.0

28 100.0 100.0

=<35 tahun

>35 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

Percent

Sex

10 35.7 35.7 35.7

18 64.3 64.3 100.0

28 100.0 100.0

Laki-laki

Perempuan

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Masa_Kerja

10 35.7 35.7 35.7

10 35.7 35.7 71.4

8 28.6 28.6 100.0

28 100.0 100.0

1-5 tahun

6-10 tahun

>10 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Patient_Handling

20 71.4 71.4 71.4

8 28.6 28.6 100.0

28 100.0 100.0

Rendah

Tinggi

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Kejadia_Muskulostetal

5 17.9 17.9 17.9

21 75.0 75.0 92.9

2 7.1 7.1 100.0

28 100.0 100.0

Rendah

Sedang

Tinggi

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Page 71: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

54

Analisis Bivariat

Patient_Handling * Kejadia_Muskulostetal Crosstabulation

5 15 0 20

25.0% 75.0% .0% 100.0%

100.0% 71.4% .0% 71.4%

17.9% 53.6% .0% 71.4%

0 6 2 8

.0% 75.0% 25.0% 100.0%

.0% 28.6% 100.0% 28.6%

.0% 21.4% 7.1% 28.6%

5 21 2 28

17.9% 75.0% 7.1% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

17.9% 75.0% 7.1% 100.0%

Count

% within Patient_

Handling

% within Kejadia_

Muskulostetal

% of Total

Count

% within Patient_

Handling

% within Kejadia_

Muskulostetal

% of Total

Count

% within Patient_

Handling

% within Kejadia_

Muskulostetal

% of Total

Rendah

Tinggi

Patient_

Handling

Total

Rendah Sedang Tinggi

Kejadia_Muskulostetal

Total

Chi-Square Tests

7.000a 2 .030

8.376 2 .015

5.775 1 .016

28

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is .57.

a.

Page 72: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

55

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Ruang IGD

Gambar 2. Ruang tunggu IGD

Page 73: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

56

Gambar 3. Ruang periksa pasien IGD

Gambar 4. Ruang rawatan sementara IGD

Page 74: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

57

Gambar 5. Pengisian kuesioner oleh para perawat

Gambar 6. Pengisian kuesioner oleh para perawat

Page 75: HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …

58

Gambar 7. Pengisian kuesioner oleh para perawat