Upload
erieos
View
83
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
good
Citation preview
Hukum Membaca Isti’adzah (Ta’awudz)Membaca Isti’adzah (Ta’awudz), yakni bacaan ( � �م ي ج� الر� �ط�ان� ي الش� م�ن� �الله� �ع�و�ذ�ب (أhukumnya sunnah, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
� �م ي ج� الر� ن� �ط�ا ي الش� م�ن� �الله� ب �ع�ذ� ث س� ف�ا �ن� ا �ق�ر� ال ء�ث� ق�ر� ذ�ا � ف�إ
‘’Apabila engkau akan membaca Al Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk. “ (Q.S. An Nahl: 89).
Maksudnya: Apabila kita akan membaca Al Qur’an, maka disunahkan membaca Ta’awudz kemudian membaca Basmalah, kecuali pada surat At Taubah (cukup membaca Ta’awudz saja, tanpa membaca Basmalah).
Makalah tentang Hukum Isti'adzah dalam Al-Qur'an
BAB I
ISTI’AZAH
Seluruh Ulama sepakat bahwa membaca Isti’azah diperintahkan bagi
orang yang mau membaca Al-Qur'an. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT pada
surat an-Nahl ayat 98.
Namun terjadi ikhtilaf (perbedaan), apakah Amr (perintah) dalam ayat
tersebut sebagai Sunnat atau wajib.
Jumhur (sebagian besar) Ulama dan Ahlul Ada’ (ahli membaca)
berpendapat bahwa perintah pada ayat tersebut adalah Sunnat dan bila qari’
tidak membaca Isti’azah tidak berdosa. Sedangakan sebagian Ulama yang lain
berpendapat bahwa perintah pada ayat tersebut adalah Wajib.
A. Sigat Isti’azah
Sigat yang terpilih menurut seluruh Ulama Qiraat adalah :
�ع�و�د�باذ الله من الشيطان الرجيم sebab sigat ا ini tercantum
pada surat an-Nahl ayat 98. Dikalangan Ulama Qiraat juga tak ada Khilaf
(perbedaan), bahwa sigat tersebut boleh dikurangi seperti: الله �ع�و�د�باذ ا
: atau ditambah, seperti من الشيطان
�ع�و�د�باذ الله السميع العليم من الشيطان الرجيم ا
اعودب((ا الل((ه العظيم الس((ميع العليم من الش((يطان
الرجيم
اعودباالل((ه من الش((يطان ال((رجيم ان((ه ه((و الس((ميع
العليمAtau semacamnya yang biasa dipakai oleh Imam-imam Qiraat.
B. Cara Membaca Isti’azah
Diriwayatkan bahwa NAFI dan HAMZAH membaca Isti’azah di mana saja
dalam Al-Qur'an, dengan suara samar/pelan. Yang mengamalkan tariqah (cara)
HAMZAH dengan suara pelan ini adalah sebagian Ulama Qiraat, di antaranya Al-
Imam Abul Abbas AhMad bin Ammar Al-Mahdawi, seorang Muqri’ (ahli membaca
al-Qur’an) dan ahli Tafsir yang wafat tahun 430 H.
Diriwayatkan pula bahwa KHALAF (periwayat HAMZAH) membaca
Isti’azah dengan suara nyaring pada awal surat al-Fatihah dan membacanya
dengan suara samar pada tempat-tempat (selain Al-Fatihah) dalam Al-Qur'an.
Begitu juga diriwayatkan bahwa KHALLAD (diriwayat HAMZAH) membaca
Isti’azah pada seluruh tempat dalam Al-Qur'an dengan suara samar atau dengan
suara nyaring (yakni tak ada bedanya). Tapi menurut pendapat yang terpilih,
dalam masalah cara membaca Isti’azah ini, seluruh Imam Qiraat mempunyai
rincian. Maksudnya ada tempat-tempat yang disunatkan membaca dengan suara
samar dan ada pula tempat-tempat yang disunatkan membaca dengan suara
nyaring.
Tempat-tempat yang disunatkan membaca Isti’azah dengan suara samar
adalah:
1. Bilamana pembaca Al-Qur'an memakai suara pelan.
2. Bilamana pembaca Al-Qur'an berada pada tempat yang sepi
(sendirian)
3. Bilamana pembaca Al-Qur'an sedang mengerjakan salat
4. Bilamana pembaca Al-Qur'an berada di dalam suatu jamaah
yang mengadakan tadarrus, sedang dia tidak sebagai pembaca pertama.
Selain 4 tempat ini, pembaca Al-Qur'an membaca Isti’azah dengan suara
nyaring.
C. Memulai Bacaan Al-Qur'an Awal Surat
Bilamana pembaca Al-Qur'an memulai dari Awal surat, disunatkan
memakai bacaan Basmalah (seperti yang akan diterangkan di bab Basmalah
nanti). Maka dari itu bagi pembaca Al-Qur'an, dalam mewaqafkan bacaan
Isti’azah atau meWasalkan dengan Basmalah, boleh memakai 4 wajah (cara)
berikut :
1. Waqaf pada Isti’azah dan juga pada Basmalah;
2. Waqaf pada Isti’azah, dan meWasalkan Basmalah dengan Awal
Surat;
3. MeWasalkan Isti’azah dengan Basmalah dan Waqaf di Basmalah;
4. MeWasalkan Isti’azah dengan Basmalah, begitu juga
meWasalkan Basmalah dengan Awal Surat.
Keempat wajah ini dipakai oleh semua Imam Qiraat, ketika mau membaca
Al-Qur'an dari setiap awal surat, kecuali surat At-Taubah.
Sedang bila pembaca memulai dari surat At-Taubah Imam-Imam Qiraat
mempunyai dua wajah :
1. Waqaf pada Isti’azah dan tidak memakai Basmalah;
2. MeWasalkan Isti’azah dengan Awal Surat.
D. Memulai Bacaan Al-Qur'an dari Pertengahan Surat
Bilamana pembaca Al-Qur'an memulai dari pertengahan surat,
maksudnya tidak dari Awal Surat, maka menurut semua Imam Qiraat, pembaca
boleh memakai dan boleh juga tidak memakai bacaan Basmalah. Dan bilamana
memakai Basmalah, tentunya dapat memberlakukan 4 wajah tersebut di atas.
Namun bilamana tidak memakai Basmalah, maka boleh memberlakukan dua
wajah berikut :
1. Waqaf pada Isti’azah;
2. MeWasalkan Isti’azah dengan awal ayat.
Catatan: Bilamana Pembaca Al-Qur’an terputus bacaannya karena
keadaan yang terpaksa, seperti batuk, bersin, dan lain-lain, atau bicara yang
masih ada hubungannya dengan bacaan Al-Qur’an misalnya dia ragu tentang
suatu bacaan lalu bertanya kepada orang di sampingnya, maka tidak usah
membaca Isti’azah lagi. Tapi bilamana bacaan Al-Qur’an terputus karena
disengaja, atau karena berbicara yang tidak berhubungan dengan bacaanAl-
Qur’an, maka Pembaca disunnatkan lagi memulai dengan Isti’azah.
Hukum Isti’adzah
1.1 Definisi Isti’adzahAllah Ta’ala berfirman:“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl ayat 98)Kemudian firman Allah Ta’ala:“Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mu’minun ayat 97-98)Isti’adzah yaitu: meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan.
1.2 Makna Setan Secara BahasaSetan disebut jauh dari kebaikan karena tidak mungkin dia itu diharapkan kebaikan dan manfaatnya.Maka setan adalah setiap makhluk yang congkak dan melampaui batas dari jin dan manusia.1.3 Definisi Lafazh Ar-Rajim
Setan disifati Ar-Rajim karena dia dirajam dengan bintang pada saat ingin mencoba naik untuk mendengar khabar dari langit.Allah Ta’ala berfirman:“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan.” (Al-Mulk ayat 5)Ulama lain berkata: “karena dia (setan) dikutuk dengan laknat dan murka Allah serta tidak mendapatkan rahmat.”
1.4 Perseteruan Setan dengan Anak Adam (manusia)
Allah Ta’ala berfirman:“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu).” (Fathir ayat 6)Kemudian Allah Ta’ala berfirman:“Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (An-Nas ayat 4-6)Godaan setan seperti menyibukkan berbicara sehingga lupa apa yang harus dikerjakan, sehingga lupa menyandarkan sebab (kelupaan) ini kepada setan.Sebagaimana firman Allah Ta’ala:“Maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku
untuk menceritakannya kecuali setan.” (Al-Kahfi ayat 63)Hati adalah pangkal dan sumber kemauan. Oleh karena itu setan berusaha merusaknya sebab bila kemauan sudah rusak maka amalpun akan rusak.
1.5 Anjuran Isti’adzah
Para ulama sepakat bahwa dianjurkan (anjuran yang ditekankan sekali) berlindung kepada Allah pada saat akan membaca Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah Ta’ala:“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl ayat 98)
1.6 Isti’adzah dalam Shalat
Imam Abu Hanifah dan Asy-Syafi’i berpendapat bahwa dianjurkan membaca ta’awudz dalam setiap jenis shalat, dan Abu Hanifah menganjurkan membaca hanya pada raka’at awal saja (yakni sebelum basmalah pada Al-Fatihah) dan demikian itu sudah menjadi ta’awudz bagi seluruh bacaan.
1.7 Pendapat Para Ulama dalam Masalah Ta’awudz
Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa ta’awudz hukumnya sunnah dan jika tidak membacanya, maka shalat tetap sah. Inilah pendapat imam 4 madzhab (yakni Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad).(Catatan: Untuk bacaan ta’awudz bermacam-macam, silahkan lihat buku ini yakni menelanjangi setan hal.25)
1. MOHAMAD ZAHIER BIN ZAMAHSHARIMOHAMAD HUSAINI BIN ABDUL HISHAMPISMP PENDIDIKAN ISLAM 1 (SJKC)1 2. HukumMembacaBentukTempatdiperlahankanIsti’azah2 3. Menurut Jumhur Ulama Isti’azah amatdituntut bila mana seseorang hendakmemulakan bacaan Al-Quran sama ada dipermulaan surah atau dipertengahannya. Namun para ulama berselisih dalammenafsirkan perkataan tuntut samaada wajibatau sunat3 4. Sebahagian ulama berpendapat membaca di awal Quranhukumnya adalah sunat- Dalil : Surah An-Nahl: 98Yang bermaksud : “Apabila kamu hendak membaca Al-Quran(mohonlah perlindungan dengan Allah dari syaitan yangdirejam” Berdasarkan dalil ini tidak berdosa jika tidak membacaIsti’azah4 5. Segolongan ulama pula berpendapatmembaca Isti’azah wajib pada permulaanbacaan berdasarkan dalil yang sama. Berdosa bagi sesiapa yang tidak membacanya Ibnu Sirin (ulama yang menghukum
wajibmembaca Istiazah) berpendapat cukuplahsekadar sekali membaca dalam seumur hidupsebagai menggugurkan wajib.5 6. Al-Imam Al-Dani : Terdapat beberapa bentukuntuk bacaan dan yang terbaik ialah :انرجيم انشيطان مه باهلل اعىذBentuk-bentuk lain ialah:انر Ianya sesuai dengan firman Allahجيم انشيطان مه انعهيم انسميع باهلل اعىذyang terdapatdalam surah An-Nahl :6 7. Nyaring Perlahan7 8. Semasa Majlis Tilawatul Quran, Majliskeugamaan dan semasa belajar. Dibaca dalam sembahyang dan seorang diri.*Nota Tambahan :Jika isti’azah telah dibaca dengan nyaring sewaktumemulakan bacaan oleh orang pertama dalam majlismembaca Al-Quran secara bergilir-gilir maka pembaca-pembaca yang berikutnya harus membaca secara perlahan.8 9. • Sunat membaca suara sirri.• Kitab Al-Mughni : Isti’azah dibaca dengan suarasirri dan tidak dengan suara jahri(lantang).9 10. Isti’azah antara األوفال dengan انتىبت Terdapat 3 cara :1) قطع iaitu berhenti pada kalimah عهيم sertabernafas kemudian memulakan2) سك diakhir surah tanpa bernafas laluعهيم iaitu berhenti pada kalimah تmeneruskanbacaan.3) وصم iaitu menyambung عهيم dengan 10براءة sertabernafas kemudian عهيم iaitu berhenti pada kalimah قطع (1 .11memulakan11 12. 2) سكت iaitu berhenti pada kalimah عهيمdiakhir surah tanpa bernafas lalu meneruskanbacaan.12 13. 3) وصم iaitu menyambung عهيم dengan 13براءة 14. Hukum MembacaMembacaBasmalah dipertengahan SurahBasmalah DiAntara Dua surahBasmalah AntaraAl-Anfal denganAt-TaubahSebab Larangan14 15. Para ulama bersepakat bahawa hukum membacabasmalah adalah sunat kerana tertulis basmalahpada setiap awal surah kecuali surah At-Taubah Wajib hukumnya bagi surah Al-Fatihah keranaianya adalah satu ayat daripadanya. Tidak Harus membaca basmalah bagi permulaansurah At-Taubah kerana tidak ditulis basmalahpada permulaan surah tersebut.15 16. Dalil : Sabda Rasullullah وسهم عهيه هلال صه هلال رسىل قال:بال ذي امر Maksudnya : Setiap perkaraكمفهى انرحيم انرحمه هلال ببسم فيه يبدأ الأقطعbaik yang tidakdimulai dengan Basmalah maka ia terputus(keberkatannya)] في حبان وابه ماجت وابه وانىسائي داود أبىهريرة أبي
16حديث مه صحيحه[ 17. Menurut Jumhur Ulama hukum harusmembaca basmalah di pertengahan surah. Lafaz bacaan basmalah :- Ertinya : Dengan Nama Allah Yang MahaPemurah, Lagi Maha Mengasihani17 18. Terdapat 4 cara : - 3 diharuskan- 1 tidak diharuskanDiharuskan ققطعووصمانبسمهتبانسىر iaitu wakaf di akhir surah dan Basmalah - طعانجميعوص wakaf di akhirsurah lalu sambung Basmalah dengan awal surah - ة sambung akhir surah denganbasmalah dan wakaf dengan awal - مانجميعsurah.18
19. - Tidak Diharuskan Wasal Basmalah dengan akhir surahkemudian wakaf.19 20. Basmalah tidak tertulis di awal At-taubah.Sebaliknya Basmalah tertulis di awal surah-surahyang lain. Surah Bara’ah (At-Taubah) diturunkan waktupeperangan seperti yang ditegaskan oleh ibnuAbbas-Yang Bermaksud :“ Aku bertanya Saidina Ali ( (عه kenapa tidak ditulisBasmalah di awal surah Bara’ah, jawabnya keranabasmalah itu aman sedangkan Bara’ah tidak amankerana ia diturunkan di waktu peperangan.20 21. Takbir bukan sebahagian daripada ayat al-Qurandan tidak ditulis di dalam Mashaf al-Quran. Terdapat 3 lafaz Takbir,iaitu:كبر هلال وهلال Hukum membacanya adalahوهلال هلال إال إنه الكبروهللانحمدهلال إال إنه الكبرSUNAT. 22. Sejarah Bacaan “Takbir” Diriwayatkan bahawa Nabi Muhammad S.A.W telah terputus menerima wahyudari Allah S.W.T seketika sehingga orang-orang Musyrik berkata : “Muhammadtelah ditinggalkan oleh tuhannya!” Tidak berapa lama selepas itu turunlahsurah ad-Dhuha Nabi Muhammad S.A.W berkata : (AllahMaha Besar) dan ( .(سورةالضحىBaginda mengarahkan kepada pembaca al-Quran supayamembaca “Takbir” apabila sampai pada surah ad-Dhuha (سورةالضحى) danseterusya pada surah-surah selepas itu sehingga tamat bacaan. Sebahagian ulama’ meriwayatkan bahawa Nabi Muhammad S.A.W bertakbiratas sebab bersyukur kepada Allah S.W.T kerana menafikan kata-kata orang-orang Musyrik. Manakala sebahagian yang lain mentafsirkannya sebagaikegembiraan Nabi diatas turunnya wahyu selepas beberapa ketika terhenti. 23. Ada 2 pendapat mengenai bilakah bermulanya bacaan takbir ini.Pendapat tersebut ialah : Bermula selepas akhir surah ad-Dhuha س Walaupun( (سورةالليل Bermula selepas akhir surah al-Lail( (ورةالضحىulama’ berselisih pendapat mengenai bilakah bermulanyabacaan takbir ini. Namun, mereka bersepakat mengenai tempatberakhirnya bacaan takbir iaitu selepas tamat bacaan surah an-Nasسورةالناس). ) Selepas menghabiskan bacaan surah an-Nas سورةالناس), ) pembaca al-Quran hendaklah menyambung bacaan merekadengan membaca surah al-Fatihah الفاتحت) )dan disambung dengan 5ayat dari awal surah al-Baqarah البقرة) )kemudian diikuti denganbacaan ayat 115 surah al-An’am األنعام). ) 24. Buku Haji Abdul Qadir Leong (Al-Azhari), TajwidAl-Quran, Pustaka Salam 1998. Ustaz Hassan Mahmud Al-Hafiz, PelajaranIlmu Tajwid Al-Quran Rasm Usmani, DiniePublisher. Fiqih Sunah, Sayid Sabiq Bahrul Mazi, Muhamad Idris Al-Marbawi24
Tafsir al-Isti'azah (أعوذ بالله من الشيطان الرجيم)
Tafsir al-Isti'azah (اإلستعاذة)
Aku berlindung dengan Allah daripada kejahatan syaitan) أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
yang direjam)
Huraian makna :
•Aku minta perlindungan dari sisi Allah, dan mencari perlindungan daripada kejahatan
syaitan yang angkuh lagi penderhaka, yang akan memudharatkan agama dan
duniaku, yang akan menghalangku daripada melaksanakan perintahMu. Dan aku
berlindung dengan pencipta yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
daripada gangguan, godaan dan bisikannya. Sesungguhnya Syaitan tidak dapat
dihalang daripada mengganggu manusia melainkan dengan bantuan Allah Tuhan
seluruh alam.
•Daripada Nabi s.a.w, sesungguhnya apabila baginda bangun pada waktu malam,
baginda akan memulakan (membuka) solatnya dengan takbir kemudian
menyebut:
(أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه ونفخه ونفثه)
"Aku berlindung dengan Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui daripada
Syaitan yang direjam, daripada bisikannya, kesombongannya, dan tiupannya.
(Hadis ini dikeluarkan oleh Ashab as-Sunan).
•Amru berkata : همزه المؤتة ، ونفثه الشعر ، ونفخه الكبر (Hamaza bermaksud kegilaan,
Nafasa bermakna syair dan Nafakha bermaksud sombong). Ibnu Majah pula
berkata:
-al) المؤتة يعني الجنون. والنفث: نفخ الرجل من فيه من غير أن يخرج ريقه. والكبر: التيه
mu'tah bermaksud gila. an-naftsu ialah seorang lelaki meludah dari mulutnya
tanpa mengeluarkan air liurnya. dan al-Kibru bermakna keangkuhan) (al-Jami' li
ahkam al-Quran, al-Qurtubi)
•Peringatan: lafaz isti'azah bukanlah ayat al-Quran, ia merupakan adab yang Allah s.w.t
ajarkan kepada kita ketika hendak membaca al-Quran al-Karim.
surah an-Nahl: 98 [ فإذا قرأت القرآن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم ]
Oleh yang demikian ia tidak ditulis di dalam al-Quran berbeza dengan basmalah.
Hukum berkaitan Isti'azah:
[ فإذا قرأت القرآن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم ]
"Maka, apabila engkau (Muhammad) hendak membaca al-Quran mohonlah
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk" (surah an-Nahl: 98)
•Jumhur ulama' berkata: perintah di dalam ayat ini adalah sunat setiap kali ingin
membaca al-Quran selain di dalam sembahyang.
•Ulama' berselisih pendapat tentang bacaan isti'azah di dalam sembahyang.
Diriwayatkan daripada an-Naqash dari 'Atho' bahawa isti'azah adalah wajib, Ibnu
Sirin, Nakhaie dan terdapat satu golongan, mereka membaca isti'azah di setiap
rakaat di dalam sembahyang, bagi mereka perintah membaca isti'azah adalah
umum. Manakala Abu Hanifah dan Syafie, mereka membaca isti'azah pada
rakaat pertama sahaja di dalam solat dan diriwayatkan daripada keduanya
bahawa bacaan di dalam sembahyang semuanya adalah seperti satu bacaan.
Adapun Malik tidak ada meriwayatkan bacaan isti'azah di dalam solat fardhu,
akan tetapi terdapat riwayat membacanya ketika Qiyam Ramadhan.
wallahu'alam.
Rujukan:
1.Tafsir bahasa Melayu
2.al-Jami' fi Ahkam al-Quran, Abi Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansori al-Qurtubi
(671H), Jil. 1, 1999, Dar al-Fikr, Bayrut.
3.Sofwatu at-Tafasir, Syeikh Muhammad Ali as-Sobuni
4.Mu'jam al-Wasit
5.Kamus al-Miftah
Al-ISTI‘AZAH ( االستعاذة )
Oleh : Ustaz Muhammad Amiri bin Ab.Ghani
Pensyarah Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra ( KIAS ),
Nilam Puri.
Maksud isti‘azah ialah minta perlindungan kepada Allah daripada syaitan yang direjam.
Maka apabila seseorang membaca isti‘azah ketika hendak memulakan bacaan
al-Quran, dia seolah-olah memohon perlindungan kepada Allah dan
pemeliharaanNya.
1. Hukum Isti‘azah :
Ulama’ telah bersepakat bahawa membaca isti‘azah adalah dituntut bagi sesiapa yang
ingin memulakan bacaan al-Quran sama ada pada awal surah atau
dipertengahannya. Mereka berdalilkan pada firman Allah S.W.T ( Al-Nahl: 98 )
bermaksud;
“ Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari syaitan yang terkutuk ”.
Namun ulama’ berselisih pendapat adakah tuntutan itu bermaksud sunat atau wajib.
Menurut pendapat jumhur ulama’ ianya adalah sunat. Manakala sebahagian
ulama’ berpendapat ianya adalah wajib.
2. Sighah / Bentuk-bentuk ucapan Isti‘azah
Terdapat lapan (8) lafaz yang harus dibaca iaitu [1] ;
3. Keadaan Bacaan Isti‘azah
Bagi bacaan isti‘azah terdapat dua keadaan ;
3.1 Diperlahankan bacaan isti‘azah
3.2 Dinyaringkan bacaan isti‘azah
3.1 Tempat diperlahankan isti‘azah [2]
3.1.1 Jika membaca al-Quran secara perlahan sama ada seorang diri atau di majlis.
3.1.2 Jika membaca seorang diri ditempat sunyi sama ada membaca al-Quran secara
nyaring atau perlahan.
3.1.3 Di dalam solat sama ada menjadi imam atau makmum, sama ada solat sirriyyah
[3] atau jahriyyah [4].
3.1.4 Jika membaca di dalam jama‘ah tadarus al-Quran dan qari tersebut bukan orang
pertama yang memulakan bacaan al-Quran.
Selain daripada tempat-tempat tersebut di atas bolehlah dinyaringkan isti‘azah,
antaranya;
i. Jika di tempat pengajian atau dalam jama‘ah tadarus dan qari tersebut adalah orang
pertama yang memulaan bacaan.
ii. Jika qari membaca al-Quran secara nyaring di hadapan khalayak ramai yang
mendengar bacaan tersebut.
4. Wajah-wajah isti‘azah
A. Isti‘azah dengan awal surah
Apabila seseorang qari ingin memulakan bacaan pada awal surah kecuali al-
Taubah,maka harus dibaca dengan empat (4) wajah. Empat (4) wajah tersebut
adalah sebagaimana berikut ;
4.1 Waqaf kesemuanya.
4.2 Waqaf pada isti‘azah kemudian menyambung basmalah dengan awal surah.
4.3 Menyambung isti‘azah dengan basmalah dan waqaf padanya kemudian baca awal
surah.
4.4 Menyambung kesemuanya.
B. Isti‘azah dengan awal surah al-Taubah
Apabila hendak memulakan bacaan pada awal surah al-Taubah, maka harus dibaca
dengan dua(2) wajah sahaja iaitu ;
i. Memutuskan isti‘azah daripada awal al-Taubah. Misalnya ;
ii. Menyambung isti‘azah dengan awal al-Taubah. Misalnya ;
Kedua-dua wajah ini dibaca dengan tanpa basmalah.
C. Isti‘azah dengan pertengahan surah
Bagi seseorang qari, harus menyambung isti‘azah dengan sesuatu ayat daripada mana-
mana surah atau sebaliknya sama ada dihubung dengan basmalah atau tanpa
basmalah. Misalnya ; (Al-Baqarah:142)
Namun, mewaqafkan pada isti‘azah adalah lebih utama sekiranya ayat tersebut bermula
dengan sesuatu nama daripada nama-nama Allah, atau dhamir(gantinama) yang
merujuk kepada Allah, atau nama rasul atau sifat-sifat bagi rasul.Ini adalah
kerana ianya boleh memberi makna yang tidak sepatutnya. Misalnya ; Tidak
boleh kita membaca menyambung isti‘azah dengan ayat ;
( Al-Fath:29) , ( Al-Baqarah:257) , (Fussilat:47)
Sekiranya qari tersebut ingin mewasalkan isti‘azah dengan ayat-ayat yang seumpama
itu, maka dikehendaki membaca basmalah terlebih dahulu. Pada setengah
keadaan pula meninggalkan basmalah adalah lebih utama misalnya apabila
hendak memulakan bacaan pada ayat berikut ; ( Al-Baqarah:268)
Perhatian ;
1. Sekiranya seseorang qari terhenti bacaannya kerana sesuatu sebab yang terdesak
seperti, batuk, bersin, berdehem atau memberhentikan bacaannya kerana
bercakap tetapi berkaitan dengan bacaan seperti bertanya hukum tajwid atau
terlupa ayat lalu bertanya kepada orang bersebelahannya, maka tidak perlu
diulangi isti‘azah.
2. Sekiranya seseorang qari berhenti daripada bacaan al-Quran kerana sudah tidak
berhajat untuk menyambungkan bacaannya atau bercakap yang tidak ada kaitan
dengan al-Quran walaupun memberi atau menjawab salam, maka apabila dia
ingin memulakan semula bacaannya, hendaklah membaca isti‘azah terlebih
dahulu.
[1] Kursus Qari dan Qari‘ah, oleh Hj Abdullah bin Haji Saleh ( Aqhas ), hlm 131.
Walaubagaimanapun masih ada lagi sighah isti‘azah yang harus dibaca sama
ada ditambah atau dikurangkannya dengan syarat ianya sahih daripada imam-
imam qurra’. Lihat Taisir al-Rahman Fi Tajwid al-Quran, oleh Dr. Saad Ab.Hamid.
[2] Sila lihat al-Budur al-Zahirah Fi al-Qiraat al-‘Asyr al-Mutawatirah Min Tariqay Al-
Syatibiyyah Wa al-dura, hlm 12, karangan al-Syaikh Abdul Fattah al-Qadhi.
[3] Solat Zohor dan ‘Asar.
[4] Solat Maghrib, ‘Isya’ dan Subuh.