Upload
riclind-linda
View
77
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)
http://ilmukeperawatananakapridoni.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-idiopatik.htmlMAKALAH
KEPERAWATAN ANAK 2
ASUHAN KEPERAWATAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA
Disusun oleh:
1. Dwi Apriadi (10620312)2. Marienlanda Kahar R (10620328)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat danHidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ITP”
dalam rangka untukmemenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun juga berterimakasih kepada semua pihak yang
terlibatdalam penyusunan makalah ini, diantaranya :
1. Fatma Sayekti R, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak 2
2. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kitasemua.
Kediri, 04 Oktober 2012
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMasalah............................................................................ 11.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 21.3 Tujuan....................................................................................................... 21.4 Manfaat ................................................................................................... 3BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 ... Definisi.................................................................................................. 4
2.2.... Anatomi Fisiologi Darah....................................................................... 5
2.3 ... Etiologi Dari ITP................................................................................... 7
2.4 ... Jenis Dari ITP........................................................................................ 9
2.5 ... Epidemiologi Dari ITP.......................................................................... 9
2.6 ... Patofisiologi Dari ITP......................................................................... 10
2.7 ... Manifestasi Klinis Dari ITP................................................................ 11
2.8 ... Pemeriksaan Penunjang ITP................................................................ 13
2.9 ... Penatalaksanaan Medis ITP................................................................ 13
2.10 . Komplikasi Dari ITP........................................................................... 14
2.11 . Prognosis Dari ITP. ............................................................................ 14
2.12 . Pathway.............................................................................................. 16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan.......................................................................... 18
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................... 26
4.2 Saran................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari pembekuan darah pada orang
normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.00-450.00/ul, rata – rata berumur 7-10 hari kira – kira
1/3 dari jumlah trombosit didalam sirkulasi darah mengalami penghancuran didalam limpa oleh karena itu untuk
mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi150.000-450000 sel trombosit perhari. Jika
jumlah trombosit kurang dari30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanyagangguan baru
timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari10.000/mL. (Sudoyo, dkk ,2006). Trombositopenia dapat
bersifat kongenital atau di dapat, danterjadi akibat penurunan reproduksi trombosit, seperti pada anemiaaplastik,
mielofibrosis, terapi radiasi atau leukimia, peningkatanpenghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ;
toksisitas obat, ataukoagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC); distribusi abnormal atausekuestrasi pada limpa ;
atau trombositopenia dilusional setelah hemoragiatau tranfusi sel darah merah. (Sandara, 2003).
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi yangdiinduksi oleh obat seperti yang ditemukan
pada quidinin dan emas. Atauoleh autoantibodi(anti bodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri).Antibodi-
antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus,leukimia limfositik kronis, limfoma tertentu, dan
purpura trombositopenik idiopatik (ITP). ITP terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanifestasisebagai
trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosityang sering kurang dari 10.000/mm3. antibodi Ig G
yang ditemukan padamembran trombosit dan meningkatnya pembuangan dan penghancurantrombosit oleh sistem
makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006).
Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kmatian akibatkehilangan darah atau perdarahan dalam
organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap tahun. Dengan anak melingkupiseparuh
daripada bilangan tersebut. Kejadian atau insiden immuneTrombositopenia Purpura diperkirakan 5 kasus per
100.000 anak-ana dan2 kasus per 100.000 orang dewasa. Tetapi data tersebut dari populasi atauperkumpulan
berbasis pendidikan yang sangat luas. Kebanyakan kesusutan immune trombositopenia purpura (ITP) yang pada
umumnya terjadi pada anak–anak kurang perhatian medis. Immunetrombositopenia purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per
100.000 orang di mirland.(Emedicine, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ITP?
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan keperawatan pada pasien ITP dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Dari ITP.
2. Mengetahui Anatomi Fisiologi Darah
3. Mengetahui Etiologi Dari ITP.
4. Mengetahui Jenis Dari ITP.
5. Mengetahui Epidemiologi Dari ITP.
6. Mengetahui Patofisiologi Dari ITP.
7. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari ITP.
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ITP.
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis ITP.
10. Mengetahui Komplikasi Dari ITP.
11. Mengetahui Prognosis Dari ITP.
12. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan ITP.
1.4 Manfaat1.4.1. Manfaat teoritis
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ITP.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ITP yang sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
1.4.2. Manfaat praktis
Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien ITPdengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya penyebabnya tidak
diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet
yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalamkulit, membrane mukosa atau permukaan serosa
(Dorland, 1998).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang
berlebihan (Suraatmaja, 2000).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau ekimosis di kulit ataupun
pada selaput lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab
yang tidak diketahui (FK UI, 1985).
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah.
ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3
yang ditandai dengan mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple. Biasanya penderita
menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan
bekuan tidak memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit maupun selaput lendir dan berbagai
jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura Trombositopenia Idiopatika
adalah suatu kelainan yang didapat, yang ditandai oleh trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP
adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya.
Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang
memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat ppenurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam
keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak
tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2). ITP
adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi 3). ITP adalah
syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum
normal.
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang
mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem
retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit
bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan
hemostasis normal.
2.2 Anatomi Fisiologi
2.2.1 Sel darah merah (eritrosit).
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai
hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang
akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
2.2.2 Sel darah putih (leukosit).
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah
merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh
dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibody. Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul, jumlahnya paling
banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-
sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita ( imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen
(matur, matang). Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa
menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan limfosit B (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau
sel plasma). Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap
berbagai organisme penyebab infeksi. Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.
Basofil juga berperan dalam respon alergi.
2.2.3 Platelet (trombosit).
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah atau sel
darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit
berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan,
trombosit akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu menutup
pembuluh darah dan menghentikan perdarahan.
Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu mempermudah pembekuan. Sel darah
merah cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel
darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding
untuk masuk ke jaringan yang lain.
Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau masalah lainnya, mereka melepaskan
bahan-bahan yang akan lebih banyak menarik sel darah putih. Fungsi sel darah putih adalah seperti tentara,
menyebar di seluruh tubuh, tetapi siap untuk dikumpulkan dan melawan berbagai organisme yang masuk ke dalam
tubuh.
Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel
stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih
atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan
pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit. Fungsinya adalah mencegah ke bocoran
darah spontan pada pembuluh darah kecil,membant proses pembekuan darah
2.3 Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibodi yang
menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun,
dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah
respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP,
antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006). Meskipun
pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh
masih belum diketahui. (ana information center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme,
infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor
pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP
dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya
kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya
terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV.
Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan
Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti
yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung,
pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat dari: Hipersplenisme,
Infeksi virus,
Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
Bahan kimia,
Pengaruh fisi (radiasi, panas),
Kekurangan factor pematangan (malnutrisi),
Koagulasi intra vascular diseminata CKID,
Autoimnue.
2.4 Jenis ITP
2.4.1 Akut.
Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).
Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2.4.2 Kronik
Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
Awitan tersembunyi dan berbahaya.
Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
2.4.3 Kambuhan
Mula-mula terjadi trombositopenia.
Relaps berulang.
Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
2.5 Epidemologi
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak,
sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita
penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi
pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan. (Family Doctor, 2006).
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu jika
dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak
sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008)
Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik
(Bakta, 2006; Mehta, et. al, 2006)
ITP akut ITP kronikAwal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahunRasio L:P 1:1 1:2-3Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mLLama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahunPerdarahan Berulang Beberapa hari/minggu
2.6 Patologi dan Patofisiologi
2.6.1 Patologi
1. ITP akut :
Proses alergi terhadap trombosit, megakariosit dan terhadap pembuluh darah.
Didapat antiplatelet aglutinin da atau lysin, akan tetapi sukar memperlihatkan aglutininl/lysin tersebut.
2. ITP menahun
Pengaruh hormonal memegang peranan pada tahap ini terutama terhadap terjadinya purpura dan trombositopenia
sebelum menstruasi
2.6.2 Patofisiologi
Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan
oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja
melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek.
Seperti kita ketahui bahwa gangguan –gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit ITP, yang
memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi protein
komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG
lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa
dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.
Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang akan
mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh
sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah
yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan pemeriksaan pada
penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah
menerima serum ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP,
juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat
juga timbul setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan
biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
2.7 Manifestasi Klinik
1. ITP akut :
Hanya 16% yang betul-betul idiopatik.
Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau menarche.
Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia rusaknya megakariosit, juga terjadi
perubahan pembuluh darah.
Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.
Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar
2. ITP menahun :
Biasanya pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun, kadang menetap.
Permulaan tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi yang lama.
Perdarahan relatif lebih ringan.
Jumlah trombosit 30.000-80.000/mm3.
Biasanya tanpa anemi, lekopeni dan splenomegali.
Penghancuran trombosit lebih dari normal.
Sering terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang
3. ITP recurrent
∞ Diantaranya episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada purpura/petechiae dan masa hidup trombosit norma.
∞ Hasil pengobatan dengn kortikosteroid baik.
∞ Kadang tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri.
∞ Remisi berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan
4. ITP siklik
Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran klinis ITP adalah :
o Adanya petechiae, echymose atau perdarahan .
o Trombositopenia.
o Megakariosit dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan morfologi abnormal.
o Splenomegali atau tidak
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.
Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal
(ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium
pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan
kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.
2.9 Penatalaksaan Klinis
a. ITP Akut
Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin
(IV).
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
o Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
o Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
Splenektomi.
o Indikasi:
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang
sampai berat.
Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis
yang baik tanpa perdarahan.
o Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati,
kelenjar getah bening dan thymus)
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :
Hemorrhages
Penurunan kesadaran
Splenomegali
2.11 Prognosis
Pada umumnya baik. Pada anak kadang terjadi remisi lengkap tanpa pengobatan.
± 90% penderita ITP mengalami remisi setelah mendapat pengobatan selama 3 minggu-3 bulan dan tidak timbul lagi
gejala.
10% jadi ITP menahun dan < 1% meninggal.
Pada dewasa sering relaps dalam waktu 4-15 tahun.
Prognosa lebih buruk pada wanita hamil dan bila ada komplikasi, terutama perdarahan otak yang dapat
menyebabkan kematian.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang
mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan dan evaluasi.
Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik dalam memberikan
pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien
seperti yang tersebut diatas yaitu melalui empat tahapan keperawatan. (Proses keperawatan : 9 & 12)
1) Pengkajian
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
a) Petekie terjadi spontan.
b) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
d) Menoragie.
e) Hematuria.
f) Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
a) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan rendah.
b) Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
a) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
b) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
a) Gejala : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
b) Tanda : Depresi.
g. Eliminasi.
a) Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
b) Tanda : Distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
a) Gejala : Penurunan masukan diet. Mual dan muntah.
b) Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
a) Gejala : Sakit kepala, pusing. Kelemahan, penurunan penglihatan.
b) Tanda : Epistaksis.
c) Mental: Tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
a) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
a) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
l. Keamanan
a) Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
b) Tanda : Petekie, ekimosis.
Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah klien. Untuk
mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek adalah
data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari
suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga
bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat harus
jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah keadaan kesehatan klien
sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 1990). Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi
data yang diperoleh dari pengkajian data. Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau
potensial dan pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat
ditanggulangi. (Lismidar, 1990).
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid
dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
2) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan
kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan. Setelah itu
dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. (Lismidar, 1990 :
34&44).
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien pada dasarnya sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan
digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan
diatas, maka perencanaan yang dibuat sebagai berikut :
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi/rasional
1 Kekurangan volume
cairan elektrolit b.d
perdarahan
Tujuan
:Menghentikan
perdarahan
Memenuhi kebutuhan
Cairan
Kriteria hasil:
Perdarahan dapat
teratasi
Cairan pasien
dapat diatasi
Berikan nutrisi yang adekuat
secara kualitas maupun
kuantitas.
Rasional : mencukupi
kebutuhan kalori setiap hari.
Berikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil
dapat meningkatkan masukan
yang sesuai dengan kalori.
Pantau pemasukan makanan
dan timbang berat badan
setiap hari.
Rasional : anoreksia dan
kelemahan dapat
mengakibatkan penurunan
berat badan dan malnutrisi
yang serius.
Lakukan konsultasi dengan
ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat
dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien.
Libatkan keluarga pasien
dalam perencanaan makan
sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa
keterlibatannya, memberikan
informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi
pasien.
2 Perubahan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
penurunankosentrasi
Hb dan darah;suplai
oksigen berkurang.
Tekanan darah
normal.
Pangisian kapiler
baik.
Menunjukkan
perbaikan perfusi
yang dibuktikan
dengan TTV stabil.
Awasi TTV, kaji pengisian
kapiler.
Rasional : memberikan
informasi tentang derajat/
keadekuatan perfusi jaringan
dan membantu menentukan
kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler.
Kaji untuk respon verbal
melambat, mudah
terangasang.
Rasional : dapat
mengindikasikan gangguan
fungsi serebral karena
hipoksia.
Awasi upaya parnafasan,
auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dispne karena
regangan jantung lama /
peningkatan kompensasi curah
jantung.
3 Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan.
Meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas.
Menunjukkan
peningkatan
toleransi aktivitas.
Kaji kemampuan pasien untuk
melakukan aktivitas normal,
catat laporan kelemahan,
keletihan.
Rasional : mempengaruhi
pilihan intervensi.
Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi
kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk
emmbawa jumlah oksigen ke
jaringan.
Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan
istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh.
Ubah posisi pasien dengan
perlahan dan pantau terhadap
pusing.
Rasional : hipotensi postural /
hipoksin serebral
menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan
resiko cedera.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan
literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas
yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan
untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan
meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penilaian sesuai
dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik
dapat dicapai dan efektif.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami ataupada resiko tinggi untuk mengalami
insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun,distribusi
trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusivaskuler. Gejala dan tanda pada pasien yang menderita
penyakit ITP adalah Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darahpada urin dan feses
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikandapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang
berkepanjangan padawanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan padaotak dapat
menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yangrendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan),
sulit berkonsentrasi,atau gejala yang lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau
mengatasi perdarahan yang terjadi.
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui
penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti
seseorang memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006). Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP)
merupakan kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit.Tidak jelas apakah
antigen pada permukaan trombosit dibentuk. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di
kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui.kemungkinan akibat dari:Hipersplenisme, Infeksi virus dan Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino
salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Tenaga KesehatanUntuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan memahami tentang pengertian,
penyebab, pencegahan dan pegobatan dari ITP agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.4.2.2 Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien diharapkan mengerti tentang penyebab, pengobatan dan pencegahan dari ITP, agar pada saat terjadi ITP dapat melakukan pencegah dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta
——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
D o r l a n d , W . A N e w m a . 2 0 0 6 . Kamus Kedokteran Dorland , E d i s i 2 9 . Jakarta: EGC.
Guyton. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta
Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta
Heart and Blood Conditions
Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP)http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/heart-blood-conditions/itp-treatment/
What Is ITP?
ITP, or immune thrombocytopenic purpura, is a disease that destroys platelets in the blood.
Platelets are the blood cells that help form clots to stop bleeding and close up wounds. When
the platelet count is low, bleeding too much can be a problem. ITP can also stand for idiopathic
thrombocytopenic purpura. “Idiopathic” means that we do not know what causes it.
“Thrombocytopenic” means that there are not enough platelets in the blood. “Purpura” means
bruises in the skin. The immune system usually fights germs or infections. If your child has ITP,
their immune system instead attacks the body’s platelets and destroys them. The platelets are
mostly destroyed in the spleen.
ITP in Children
Any child can get ITP. Even though we are not sure what causes it, ITP sometimes happens
when children get some kinds of viruses or take some kinds of medicines. It can be more likely
in children with certain kinds of immune disorders. Even though ITP can start with a virus, it is
not an infection. Your child cannot not catch ITP from someone else. For most children with ITP,
it goes away within six months. Platelet count usually goes back to normal in four to six weeks.
When ITP lasts longer than 12 months, it is called chronic ITP. Chronic ITP happens in about
one in four children with ITP.
ITP at Seattle Children's
At Seattle Children's Hospital, we offer a full range of services to diagnose and treat this
disease. If your child has mild ITP, he may not need treatment.
Most children with ITP do not need treatment. Often it goes away on its own in a span of weeks
or months. We focus on helping you understand what's happening with your child's platelets and
how to know if a more serious problem is developing. If your child does need treatment, our
doctors can provide it.
Symptoms of ITP
Having ITP means your child has fewer platelets than normal. Most symptoms of ITP are from
bleeding problems: Bleeding more easily than usual Bruising or purplish areas on the skin (purpura). These are caused by bleeding under the skin. Tiny round red spots on the skin (petechiae, or puh-TEE-key-eye) that may look like a rash.
These are also caused by bleeding under the skin. Nosebleeds Bleeding from the gums and blood blisters in the mouth Blood in your child’s pee (urine) or bowel movements (stool)
Any bleeding that is difficult to stop Heavy menstrual bleeding
ITP Diagnosis
Because there are other health problems that can cause low platelet levels, your child’s
healthcare team will talk to you in detail about your child’s health. They will need to know more
than your child’s platelet level before they know whether your child has ITP. Your child’s
provider will ask about your child’s symptoms, recent illnesses and medicines that may affect
platelets. They will also ask about any immune problems that your child might have.
Your child’s healthcare provider will also do the following to find out if your child has ITP:
Look for signs of bleeding, bruising or petechia, or other health problems Do blood tests Sometimes, they may need to do a bone marrow test.
Bone marrow tests
If your child needs a bone marrow test, they will get medicine to make them sleep so that they
do not feel pain during the procedure. Then, a member of the healthcare team will place a
needle into the hip bone and use a syringe to take out a small amount of bone marrow
(aspiration). Sometimes, they may also need to take out a very small piece of bone (biopsy).
There may be a little soreness in the hip for one to two days after the procedure.
ITP Treatment Options
Many children with ITP do not need treatment. It often goes away on its own in a few weeks or
months.
For more serious cases, your child’s provider may recommend treatment. This will not cure ITP,
but it will help your child make more platelets and slow down the speed that platelets get
destroyed. Here are the main ITP treatment options:
Intravenous gamma globulin (IVIG)
IVIG is made from blood plasma. It may help block the antibodies that cause platelet
destruction. It is given into the vein over several hours. IVIG can cause nausea, headache, and
other side effects.
WinRho SDF
This is also made from blood plasma. It causes the spleen to destroy some of your child’s red
blood cells instead of platelets. This medicine may cause a temporary drop in red blood cells
(anemia), but may help to raise the platelet levels. It is given into the vein over about 15
minutes. Your child’s healthcare team will watch your child for several hours after treatment.
Corticosteriods
These medicines may help slow down the speed that the spleen takes platelets out of the blood.
They are usually taken by mouth. Steroids, like prednisone or dexamethasone, have several
side effects. They make your child gain weight, feel hungrier than usual, have an upset stomach
or feel moody. If your child gets this treatment, their provider will talk with you about how to
manage side effects.
Taking out the spleen (splenectomy)
For some very serious or long-lasting cases of ITP, healthcare providers might recommend a
splenectomy. This surgery has long-term effects, so it is important to talk with your child’s
medical provider about what to consider and what to expect.
Other treatments
Other medicines are sometimes used for ITP, especially when it is very serious or chronic. Your
child’s provider may talk with you about these if your child may need them.
Many people wonder about using transfusions as a treatment. We almost never use platelet
transfusions in ITP treatment because the transfused platelets are destroyed by the spleen as
quickly as the child's own platelets.
Your child’s provider will talk with you about when and how often your child’s platelet count
should be checked. Right after treatment for ITP, we will check your child’s platelet count often
(every two to three days). If there are no problems, we may check weekly for the next month.
After that, we will check less often. When the platelet count is normal and stable, we can stop
checking platelet levels.
If your child does not need treatment, or if they have ITP longer than four to six weeks, they may
not need to be checked so often. But if your child develops new symptoms or has problems like
bruising again, that is usually a time to check the platelet count.
Your child’s provider will talk with you about the plan to monitor your child. This plan will depend
on your child’s individual needs. We will work with you and with your primary care provider to
decide where to have those blood tests done and whom to talk to about the results.