24
IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP) http://ilmukeperawatananakapridoni.blogspot.com/2012/10/asuhan- keperawatan-idiopatik.html MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2 ASUHAN KEPERAWATAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA Disusun oleh: 1. Dwi Apriadi (10620312) 2. Marienlanda Kahar R (10620328) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI 2012

Immune Thrombocytopenic Purpura

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Immune Thrombocytopenic Purpura

IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)

http://ilmukeperawatananakapridoni.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-idiopatik.htmlMAKALAH

KEPERAWATAN ANAK 2

ASUHAN KEPERAWATAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA

Disusun oleh:

1.      Dwi Apriadi                               (10620312)2.      Marienlanda Kahar R                 (10620328)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2012

KATA PENGANTAR

Page 2: Immune Thrombocytopenic Purpura

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah  melimpahkan Rahmat danHidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ITP”

dalam rangka untukmemenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun juga berterimakasih kepada semua pihak yang

terlibatdalam penyusunan makalah ini, diantaranya :

1.      Fatma Sayekti R, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak 2

2.      Semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kitasemua.

Kediri,  04 Oktober 2012

Penyusun,

Page 3: Immune Thrombocytopenic Purpura

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................  iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah............................................................................ 11.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 21.3 Tujuan....................................................................................................... 21.4 Manfaat ................................................................................................... 3BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 ... Definisi.................................................................................................. 4

2.2.... Anatomi Fisiologi Darah....................................................................... 5

2.3 ... Etiologi Dari ITP................................................................................... 7

2.4 ... Jenis Dari ITP........................................................................................ 9

2.5 ... Epidemiologi Dari ITP.......................................................................... 9

2.6 ... Patofisiologi Dari ITP......................................................................... 10

2.7 ... Manifestasi Klinis Dari ITP................................................................ 11

2.8 ... Pemeriksaan Penunjang ITP................................................................ 13

2.9 ... Penatalaksanaan Medis ITP................................................................ 13

2.10 . Komplikasi Dari ITP........................................................................... 14

2.11 . Prognosis Dari ITP. ............................................................................ 14

2.12 . Pathway.............................................................................................. 16

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1     Asuhan Keperawatan.......................................................................... 18

BAB 4 PENUTUP

4.1     Kesimpulan......................................................................................... 26

4.2     Saran................................................................................................... 27 

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari pembekuan darah pada orang

normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.00-450.00/ul, rata – rata berumur 7-10 hari kira – kira

1/3 dari jumlah trombosit didalam sirkulasi darah mengalami penghancuran didalam limpa oleh karena itu untuk

mempertahankan jumlah  trombosit  supaya  tetap  normal  di  produksi150.000-450000 sel trombosit perhari. Jika

jumlah trombosit kurang dari30.000/mL,  bisa  terjadi  perdarahan  abnormal  meskipun  biasanyagangguan  baru

timbul  jika  jumlah  trombosit  mencapai  kurang  dari10.000/mL. (Sudoyo, dkk ,2006). Trombositopenia dapat

bersifat kongenital atau di dapat, danterjadi  akibat  penurunan  reproduksi  trombosit,  seperti  pada  anemiaaplastik,

mielofibrosis,  terapi  radiasi  atau  leukimia,  peningkatanpenghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ;

toksisitas obat, ataukoagulasi  intravaskuler,  diseminasi  (DIC);  distribusi  abnormal  atausekuestrasi pada limpa ;

atau trombositopenia dilusional setelah hemoragiatau tranfusi sel darah merah. (Sandara, 2003).  

Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi yangdiinduksi oleh obat seperti yang ditemukan

pada quidinin dan emas. Atauoleh autoantibodi(anti bodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri).Antibodi-

Page 4: Immune Thrombocytopenic Purpura

antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus,leukimia limfositik kronis, limfoma tertentu, dan

purpura trombositopenik idiopatik (ITP). ITP terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanifestasisebagai

trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosityang sering kurang dari 10.000/mm3. antibodi Ig G

yang ditemukan padamembran trombosit dan meningkatnya pembuangan dan penghancurantrombosit oleh sistem

makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006).

Trombositopenia berat dapat mengakibatkan  kmatian akibatkehilangan darah atau perdarahan dalam

organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap tahun. Dengan anak melingkupiseparuh

daripada  bilangan  tersebut.  Kejadian  atau  insiden  immuneTrombositopenia Purpura diperkirakan 5 kasus per

100.000 anak-ana dan2 kasus per 100.000 orang dewasa. Tetapi data tersebut dari populasi atauperkumpulan

berbasis pendidikan yang sangat luas. Kebanyakan kesusutan immune trombositopenia purpura (ITP) yang pada

umumnya terjadi pada anak–anak kurang perhatian medis. Immunetrombositopenia purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per

100.000 orang di mirland.(Emedicine, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ITP?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan keperawatan pada pasien ITP dengan baik dan benar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.      Mengetahui Definisi Dari ITP.

2.      Mengetahui Anatomi Fisiologi Darah

3.      Mengetahui Etiologi Dari ITP.

4.      Mengetahui Jenis Dari ITP.

5.      Mengetahui Epidemiologi Dari ITP.

6.      Mengetahui Patofisiologi Dari ITP.

7.      Mengetahui Manifestasi Klinis Dari ITP.

8.      Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ITP.

9.      Mengetahui Penatalaksanaan Medis ITP.

10.  Mengetahui Komplikasi Dari ITP.

11.  Mengetahui Prognosis Dari ITP.

12.  Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan ITP.

1.4  Manfaat1.4.1. Manfaat teoritis

1.      Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ITP.

2.      Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ITP yang sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.

1.4.2. Manfaat praktis

Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien ITPdengan baik.

Page 5: Immune Thrombocytopenic Purpura

BAB  2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi

ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya penyebabnya tidak

diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet

yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalamkulit, membrane mukosa atau permukaan serosa

(Dorland, 1998).

ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang

berlebihan (Suraatmaja, 2000).

ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau ekimosis di kulit ataupun

pada selaput lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab

yang tidak diketahui (FK UI, 1985).

Trombositopenia  adalah  suatu  kekurangan  trombosit,  yang merupakan bagian dari pembekuan darah.

ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 

yang ditandai dengan mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple. Biasanya penderita

menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan

bekuan tidak memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.

ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit maupun selaput lendir dan berbagai

jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura Trombositopenia Idiopatika

adalah suatu kelainan yang didapat, yang ditandai oleh trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP

adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya.

Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang

memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune

Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).

ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat ppenurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam

keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput

lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak

tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2). ITP

adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi 3). ITP adalah

syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum

normal.

Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang

mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem

retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G.

Adanya trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit

bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan

hemostasis normal.

2.2    Anatomi Fisiologi

2.2.1        Sel darah merah (eritrosit).

Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai

hampir separuh dari volume darah. 

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari

paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.

Page 6: Immune Thrombocytopenic Purpura

Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang

akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

2.2.2        Sel darah putih (leukosit).

Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah

merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh

dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibody.        Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul, jumlahnya paling

banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-

sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita ( imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen

(matur, matang).        Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa

menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan limfosit B (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau

sel plasma).        Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap

berbagai organisme penyebab infeksi.        Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.

        Basofil juga berperan dalam respon alergi.

2.2.3        Platelet (trombosit).

Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah atau sel

darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit

berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan,

trombosit akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu menutup

pembuluh darah dan menghentikan perdarahan.

Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu mempermudah pembekuan. Sel darah

merah cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel

darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding

untuk masuk ke jaringan yang lain.

Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau masalah lainnya, mereka melepaskan

bahan-bahan yang akan lebih banyak menarik sel darah putih. Fungsi sel darah putih adalah seperti tentara,

menyebar di seluruh tubuh, tetapi siap untuk dikumpulkan dan melawan berbagai organisme yang masuk ke dalam

tubuh.

Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel

stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih

atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan

pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit. Fungsinya adalah mencegah ke bocoran

darah spontan pada pembuluh darah kecil,membant proses pembekuan darah

2.3         Etiologi

Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibodi yang

menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun,

dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah

respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP,

antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. (Family  Doctor, 2006). Meskipun

pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi

kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.

Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh

masih belum diketahui. (ana information center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme,

Page 7: Immune Thrombocytopenic Purpura

infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor

pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID),  autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP

dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya

kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada  anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya

terjadi pada orang dewasa).  (ana information center, 2008) Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV.

Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan

Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti

yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung,

pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.

ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat dari:      Hipersplenisme,

      Infeksi virus,

      Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).

      Bahan kimia,

      Pengaruh fisi (radiasi, panas),

      Kekurangan factor pematangan (malnutrisi),

      Koagulasi intra vascular diseminata CKID,

      Autoimnue.

                     

2.4         Jenis ITP

2.4.1   Akut.

  Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.

  Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).

  Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

2.4.2   Kronik

  Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.

  Awitan tersembunyi dan berbahaya.

  Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.

  Bentuk ini terutama pada orang dewasa.

2.4.3   Kambuhan

  Mula-mula terjadi trombositopenia.

  Relaps berulang.

  Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

2.5         Epidemologi

Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak,

sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita

penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi

pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan. (Family Doctor, 2006).

ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu jika

dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak

sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008)

Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik

(Bakta, 2006; Mehta, et. al, 2006)

Page 8: Immune Thrombocytopenic Purpura

ITP akut ITP kronikAwal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahunRasio L:P 1:1 1:2-3Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mLLama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahunPerdarahan Berulang Beberapa hari/minggu

2.6    Patologi dan Patofisiologi

2.6.1 Patologi

1.    ITP akut :

       Proses alergi terhadap trombosit, megakariosit dan terhadap pembuluh darah.

       Didapat antiplatelet aglutinin da atau lysin, akan tetapi sukar memperlihatkan aglutininl/lysin tersebut.

2.    ITP menahun

Pengaruh hormonal memegang peranan pada tahap ini terutama terhadap terjadinya purpura dan trombositopenia

sebelum menstruasi

2.6.2     Patofisiologi

Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan

oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja

melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek.

Seperti kita ketahui bahwa gangguan –gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering

menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit ITP, yang

memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes.

Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi protein

komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG

lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa

dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.

Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang akan

mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh

sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah

yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.

Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan pemeriksaan pada

penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah

menerima serum ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP,

juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat

juga timbul setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan

biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

2.7    Manifestasi Klinik

1. ITP akut :

       Hanya 16% yang betul-betul idiopatik.

       Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau menarche.

       Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia rusaknya megakariosit, juga terjadi

perubahan pembuluh darah.

       Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.

       Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar

Page 9: Immune Thrombocytopenic Purpura

2. ITP menahun :

        Biasanya pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun, kadang menetap.

        Permulaan tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi yang lama.

        Perdarahan relatif lebih ringan.

        Jumlah trombosit 30.000-80.000/mm3.

        Biasanya tanpa anemi, lekopeni dan splenomegali.

        Penghancuran trombosit lebih dari normal.

        Sering terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang

3. ITP recurrent

∞       Diantaranya episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada purpura/petechiae dan masa hidup trombosit norma.

∞       Hasil pengobatan dengn kortikosteroid baik.

∞       Kadang tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri.

∞       Remisi berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan

4. ITP siklik

Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran klinis ITP adalah :

o   Adanya petechiae, echymose atau perdarahan .

o   Trombositopenia.

o   Megakariosit dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan morfologi abnormal.

o   Splenomegali atau tidak

2.8    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan  adalah :

1.      Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:

         Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.

         Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.

         Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.

         Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak

2.      Pemeriksaan darah tepi.

Hematokrit normal atau sedikit berkurang

3.      Aspirasi sumsum tulang

Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal

(ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).

Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium

pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan

kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.

2.9         Penatalaksaan Klinis

a.       ITP Akut

  Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.

  Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.

  Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.

Page 10: Immune Thrombocytopenic Purpura

  Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.

b.      ITP Menahun

         Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.

Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin

(IV).

         Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.

o   Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.

o   Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.

         Splenektomi.

o   Indikasi:

  Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.

  Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang

sampai berat.

  Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis

yang baik tanpa perdarahan.

o   Kontra indikasi:

  Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati,

kelenjar getah bening dan thymus)

2.10     Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :

  Hemorrhages

  Penurunan kesadaran

   Splenomegali

2.11     Prognosis

          Pada umumnya baik. Pada anak kadang terjadi remisi lengkap tanpa pengobatan.

          ± 90% penderita ITP mengalami remisi setelah mendapat pengobatan selama 3 minggu-3 bulan dan tidak timbul lagi

gejala.

          10% jadi ITP menahun dan < 1% meninggal.

          Pada dewasa sering relaps dalam waktu 4-15 tahun.

          Prognosa lebih buruk pada wanita hamil dan bila ada komplikasi, terutama perdarahan otak yang dapat

menyebabkan kematian.

Page 12: Immune Thrombocytopenic Purpura

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang

mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan dan evaluasi.

Proses keperawatan ini merupakan  suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik dalam memberikan

pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien

seperti yang  tersebut diatas yaitu melalui empat tahapan keperawatan.  (Proses keperawatan : 9 & 12) 

1)      Pengkajian

a.       Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.

b.      Tanda-tanda perdarahan.

a)        Petekie terjadi spontan.

b)        Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.

c)        Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.

d)       Menoragie.

e)        Hematuria.

f)         Perdarahan gastrointestinal.

c.       Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.

d.      Aktivitas / istirahat.

a)    Gejala :  Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan rendah.

b)   Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

e.       Sirkulasi.

a)        Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat. Palpitasi (takikardia

kompensasi).

b)        Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

f.       Integritas ego.

a)      Gejala : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.

b)      Tanda : Depresi.

g.      Eliminasi.

a)      Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.

b)      Tanda : Distensi abdomen.

h.      Makanan / cairan.

a)      Gejala : Penurunan masukan diet. Mual dan muntah.

b)      Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.

i.        Neurosensori.

a)      Gejala : Sakit kepala, pusing. Kelemahan, penurunan penglihatan.

b)      Tanda : Epistaksis.

c)      Mental: Tak mampu berespons (lambat dan dangkal).

j.        Nyeri / kenyamanan.

a)      Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.

b)      Tanda : Takipnea, dispnea.

k.      Pernafasan.

a)      Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.

b)      Tanda : Takipnea, dispnea.

Page 13: Immune Thrombocytopenic Purpura

l.        Keamanan

a)      Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.

b)      Tanda : Petekie, ekimosis.

      Analisa data

Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah klien.  Untuk

mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi  data subyek dan dan data obyek.  Data subyek adalah

data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari

suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga

bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada.  Untuk perawat harus

jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai  bahan perbandingan apakah keadaan kesehatan klien

sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 1990).      Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang

dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.  Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi

data yang diperoleh dari pengkajian data.  Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau

potensial dan pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat

ditanggulangi.  (Lismidar, 1990).   

Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid

dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut:

1.      Kekurangan volume cairan b.d perdarahan

2.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman

oksigen dan nutrisi ke sel.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

2)      Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan

kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan.  Setelah itu

dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. (Lismidar, 1990 :

34&44).

Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien pada dasarnya sesuai

dengan masalah yang  ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang telah ada.  Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan

digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan

diatas, maka perencanaan yang dibuat  sebagai berikut :

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi/rasional

1 Kekurangan volume

cairan elektrolit b.d

perdarahan

Tujuan

:Menghentikan

perdarahan

Memenuhi kebutuhan

Cairan

Kriteria hasil:

Perdarahan dapat

teratasi

Cairan pasien

dapat diatasi

Berikan nutrisi yang adekuat

secara kualitas maupun

kuantitas.

Rasional : mencukupi

kebutuhan kalori setiap hari.

Berikan makanan dalam porsi

kecil tapi sering.

Page 14: Immune Thrombocytopenic Purpura

Rasional : porsi lebih kecil

dapat meningkatkan masukan

yang sesuai dengan kalori.

Pantau pemasukan makanan

dan timbang berat badan

setiap hari.

Rasional : anoreksia dan

kelemahan dapat

mengakibatkan penurunan

berat badan dan malnutrisi

yang serius.

Lakukan konsultasi dengan

ahli diet.

Rasional : sangat bermanfaat

dalam perhitungan dan

penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien.

Libatkan keluarga pasien

dalam perencanaan makan

sesuai dengan indikasi.

Rasional : meningkatkan rasa

keterlibatannya, memberikan

informasi pada keluarga untuk

memahami kebutuhan nutrisi

pasien.

2 Perubahan perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

penurunankosentrasi

Hb dan darah;suplai

oksigen berkurang.

Tekanan darah

normal.

Pangisian kapiler

baik.

Menunjukkan

perbaikan perfusi

yang dibuktikan

dengan TTV stabil.

Awasi TTV, kaji pengisian

kapiler.

Rasional : memberikan

informasi tentang derajat/

keadekuatan perfusi jaringan

dan membantu menentukan

kebutuhan intervensi.

Tinggikan kepala tempat tidur

sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan

ekspansi paru dan

memaksimalkan oksigenasi

untuk kebutuhan seluler.

Kaji untuk respon verbal

melambat, mudah

terangasang.

Rasional : dapat

mengindikasikan gangguan

fungsi serebral karena

hipoksia.

Awasi upaya parnafasan,

Page 15: Immune Thrombocytopenic Purpura

auskultasi bunyi nafas.

Rasional : dispne karena

regangan jantung lama /

peningkatan kompensasi curah

jantung.

3 Intoleransi aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan.

Meningkatkan

partisipasi dalam

aktivitas.

Menunjukkan

peningkatan

toleransi aktivitas.

Kaji kemampuan pasien untuk

melakukan aktivitas normal,

catat laporan kelemahan,

keletihan.

Rasional : mempengaruhi

pilihan intervensi.

Awasi TD, nadi, pernafasan.

Rasional : manifestasi

kardiopulmonal dari upaya

jantung dan paru untuk

emmbawa jumlah oksigen ke

jaringan.

Berikan lingkungan tenang.

Rasional : meningkatkan

istirahat untuk menurunkan

kebutuhan oksigen tubuh.

Ubah posisi pasien dengan

perlahan dan pantau terhadap

pusing.

Rasional : hipotensi postural /

hipoksin serebral

menyebabkan pusing,

berdenyut dan peningkatan

resiko cedera.

3)      Pelaksanaan

Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan

literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.  Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan.  Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas

yang dimiliki.

 Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik  jika klien mempunyai keinginan

untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus

melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.  dan

meprioritaskannya.  Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.

3.      Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor

kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penilaian sesuai

dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.

Page 16: Immune Thrombocytopenic Purpura

Meskipun tahap evaluasi diletakkan  pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian

integral pada setiap tahap proses keperawatan.  Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik

dapat dicapai dan efektif.

Page 17: Immune Thrombocytopenic Purpura

BAB 4

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami ataupada  resiko  tinggi  untuk mengalami

insufisiensi  trombosit  sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun,distribusi

trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusivaskuler. Gejala dan tanda pada pasien yang menderita

penyakit ITP adalah Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darahpada urin dan feses

Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikandapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang

berkepanjangan padawanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan padaotak dapat

menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yangrendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan),

sulit berkonsentrasi,atau gejala yang lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau

mengatasi perdarahan yang terjadi.

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui

penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti

seseorang memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune

Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006). Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP)

merupakan kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit.Tidak jelas apakah

antigen pada permukaan trombosit dibentuk. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di

kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak

diketahui.kemungkinan akibat dari:Hipersplenisme, Infeksi virus dan Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino

salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).

4.2  Saran

4.2.1 Bagi Tenaga KesehatanUntuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan memahami tentang pengertian,

penyebab, pencegahan dan pegobatan dari ITP agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.4.2.2 Bagi Pasien dan Keluarga

Bagi pasien diharapkan  mengerti tentang penyebab, pengobatan dan pencegahan dari ITP, agar pada saat terjadi ITP dapat melakukan pencegah dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.

Page 18: Immune Thrombocytopenic Purpura

DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta

——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.

D o r l a n d , W . A N e w m a .   2 0 0 6 .   Kamus Kedokteran Dorland ,  E d i s i   2 9 .  Jakarta: EGC.

Guyton. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta

Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta

Page 19: Immune Thrombocytopenic Purpura

Heart and Blood Conditions

Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP)http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/heart-blood-conditions/itp-treatment/

What Is ITP?

ITP, or immune thrombocytopenic purpura, is a disease that destroys platelets in the blood.

Platelets are the blood cells that help form clots to stop bleeding and close up wounds. When

the platelet count is low, bleeding too much can be a problem. ITP can also stand for idiopathic

thrombocytopenic purpura. “Idiopathic” means that we do not know what causes it.

“Thrombocytopenic” means that there are not enough platelets in the blood. “Purpura” means

bruises in the skin. The immune system usually fights germs or infections. If your child has ITP,

their immune system instead attacks the body’s platelets and destroys them. The platelets are

mostly destroyed in the spleen.

ITP in Children

Any child can get ITP. Even though we are not sure what causes it, ITP sometimes happens

when children get some kinds of viruses or take some kinds of medicines. It can be more likely

in children with certain kinds of immune disorders. Even though ITP can start with a virus, it is

not an infection. Your child cannot not catch ITP from someone else. For most children with ITP,

it goes away within six months. Platelet count usually goes back to normal in four to six weeks.

When ITP lasts longer than 12 months, it is called chronic ITP. Chronic ITP happens in about

one in four children with ITP.

ITP at Seattle Children's

At Seattle Children's Hospital, we offer a full range of services to diagnose and treat this

disease. If your child has mild ITP, he may not need treatment.

Most children with ITP do not need treatment. Often it goes away on its own in a span of weeks

or months. We focus on helping you understand what's happening with your child's platelets and

how to know if a more serious problem is developing. If your child does need treatment, our

doctors can provide it.

Symptoms of ITP

Having ITP means your child has fewer platelets than normal. Most symptoms of ITP are from

bleeding problems: Bleeding more easily than usual Bruising or purplish areas on the skin (purpura). These are caused by bleeding under the skin. Tiny round red spots on the skin (petechiae, or puh-TEE-key-eye) that may look like a rash.

These are also caused by bleeding under the skin. Nosebleeds Bleeding from the gums and blood blisters in the mouth Blood in your child’s pee (urine) or bowel movements (stool)

Page 20: Immune Thrombocytopenic Purpura

Any bleeding that is difficult to stop Heavy menstrual bleeding

ITP Diagnosis

Because there are other health problems that can cause low platelet levels, your child’s

healthcare team will talk to you in detail about your child’s health. They will need to know more

than your child’s platelet level before they know whether your child has ITP. Your child’s

provider will ask about your child’s symptoms, recent illnesses and medicines that may affect

platelets. They will also ask about any immune problems that your child might have. 

Your child’s healthcare provider will also do the following to find out if your child has ITP:

  Look for signs of bleeding, bruising or petechia, or other health problems Do blood tests Sometimes, they may need to do a bone marrow test.

 

Bone marrow tests

If your child needs a bone marrow test, they will get medicine to make them sleep so that they

do not feel pain during the procedure. Then, a member of the healthcare team will place a

needle into the hip bone and use a syringe to take out a small amount of bone marrow

(aspiration). Sometimes, they may also need to take out a very small piece of bone (biopsy).

There may be a little soreness in the hip for one to two days after the procedure.

ITP Treatment Options

Many children with ITP do not need treatment. It often goes away on its own in a few weeks or

months.

For more serious cases, your child’s provider may recommend treatment. This will not cure ITP,

but it will help your child make more platelets and slow down the speed that platelets get

destroyed. Here are the main ITP treatment options:

Intravenous gamma globulin (IVIG)

IVIG is made from blood plasma. It may help block the antibodies that cause platelet

destruction. It is given into the vein over several hours. IVIG can cause nausea, headache, and

other side effects.

WinRho SDF

This is also made from blood plasma. It causes the spleen to destroy some of your child’s red

blood cells instead of platelets. This medicine may cause a temporary drop in red blood cells

(anemia), but may help to raise the platelet levels. It is given into the vein over about 15

minutes. Your child’s healthcare team will watch your child for several hours after treatment.

Page 21: Immune Thrombocytopenic Purpura

Corticosteriods

These medicines may help slow down the speed that the spleen takes platelets out of the blood.

They are usually taken by mouth. Steroids, like prednisone or dexamethasone, have several

side effects. They make your child gain weight, feel hungrier than usual, have an upset stomach

or feel moody. If your child gets this treatment, their provider will talk with you about how to

manage side effects.

Taking out the spleen (splenectomy)

For some very serious or long-lasting cases of ITP, healthcare providers might recommend a

splenectomy. This surgery has long-term effects, so it is important to talk with your child’s

medical provider about what to consider and what to expect.

Other treatments

Other medicines are sometimes used for ITP, especially when it is very serious or chronic. Your

child’s provider may talk with you about these if your child may need them.

Many people wonder about using transfusions as a treatment. We almost never use platelet

transfusions in ITP treatment because the transfused platelets are destroyed by the spleen as

quickly as the child's own platelets.

Your child’s provider will talk with you about when and how often your child’s platelet count

should be checked. Right after treatment for ITP, we will check your child’s platelet count often

(every two to three days). If there are no problems, we may check weekly for the next month.

After that, we will check less often. When the platelet count is normal and stable, we can stop

checking platelet levels.

If your child does not need treatment, or if they have ITP longer than four to six weeks, they may

not need to be checked so often. But if your child develops new symptoms or has problems like

bruising again, that is usually a time to check the platelet count.

Your child’s provider will talk with you about the plan to monitor your child. This plan will depend

on your child’s individual needs. We will work with you and with your primary care provider to

decide where to have those blood tests done and whom to talk to about the results.