Upload
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO
TESIS
Diajukan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Oleh:
Dwi Susanto NPM : 1605511
PASCASARJANA (Ps)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H / 2018 M
ii
IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO
TESIS
Diajukan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Oleh:
Dwi Susanto NPM : 1605511
Pembimbing I : Dr. Mahrus As’ad, M. Ag
Pembimbing II : Dr. Khoirurrijal, MA
PASCASARJANA (Ps)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H / 2018 M
iii
ABSTRACT
DWI SUSANTO. 2017. CLINICAL SUPERVISION IMPLEMENTATION IN
IMPROVING THE PROFESSIONAL COMPETENCE OF TEACHERS OF
ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION IN SMK MUHAMMADIYAH 1
METRO
This thesis aims to examine the problems of implementation of clinical
supervision in improving professional competence of PAI teachers in SMK
Muhammadiyah 1 Metro with the focuses of this research are: 1) How is the
implementation of clinical supervision in improving professional competence of
PAI teachers in SMK Muhammadiyah 1 Metro? 2) What supporting factors are
faced in the implementation of clinical supervision in improving the professional
competence of PAI teachers in SMK Muhammadiyah 1 Metro? 3) What inhibiting
factors are faced in the implementation of clinical supervision in improving the
professional competence of PAI teachers in SMK Muhammadiyah 1 Metro? 4)
What kind of efforts to solve the obstacle of the implementation of clinical
supervision in improving professional competence of PAI teachers in SMK
Muhammadiyah 1 Metro?
The design of this research uses qualitative approach with descriptive
research model. So this research is descriptive qualitative research. Data
collecting was conducted through interview, observation and documentation
while data analysis is using miles and Huberman techniques, those are: data
reduction, data presentation, and conclusion.
The results showed that: (1) Clinical Supervision performed by
headmaster of SMK Muhammadiyah 1 Metro assisted by Vice Principal of
Curriculum Field that way of individual techniques, class observation and private
conversation to Islamic religious education teacher through planning,
implementation and monitoring evaluation. (2) Another factors are high support
from school management regarding the completeness of assessment instruments,
facilities and infrastructure, and human relationships between supervisors and
teachers of Islamic religious education. (3) Barriers to the implementation of
clinical supervision: (a) lack of time of clinical supervision; (b) teachers
sometimes feel poorly prepared and disturbed because they are not used to being
supervised clinically; (c) the assessment of Islamic religious education teachers is
only formative; (d) in teaching and learning process some teachers have not used
media tools; (e) teachers have limited ability in developing teaching materials;
(4) Efforts to solve the obstacles: (a) problems are made of priority scale in the
solution; (b) supervisors need to consider psychological, sociological, religious,
comfort and other aspects; (c) the improvement and coaching of the working
group of teachers of Islamic religious education; (d) the need for training,
seminars, short course, and making higher education; (e) conducting regular,
gradual and sustainable coaching and conducting comparative study visit to more
advanced schools.
iv
ABSTRAK
DWI SUSANTO. 2017. IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO
Tesis ini berupaya mengkaji permasalahan implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetensi profesional di SMK Muhammadiyah 1 Metro
dengan fokus penelitian ini adalah: 1) Bagaimana implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro? 2) Faktor pendukung apa saja yang dihadapi dalam implementasi supervisi
klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro? 3) Faktor penghambat apa saja yang dihadapi dalam
implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru
PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro? 4) Upaya apa saja untuk mengatasi
penghambat implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
profesional PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Desain penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan
model penelitian deskriptif. Jadi penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi sedangkan analisa data menggunakan teknik Miles and Huberman
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Supervisi klinis dilakukan oleh
kepala sekolah SMK Muhammadiyah 1 Metro yang dibantu Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum dengan cara teknik perorangan, observasi kelas dan
percakapan pribadi terhadap guru pendidikan agama Islam dengan melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring serta evaluasi. (2) faktor pendukung:
adanya dukungan yang tinggi dari pihak pengelola sekolah berkenaan dengan
kelengkapan intrumen penilaian, sarana dan prasarana, dan hubungan yang
manusiawi terhadap supervisor dengan guru pendidikan agama Islam. (3)
Hambatan pelaksanaan supervisi klinis: (a) kurangnya waktu supervisi klinis; (b)
guru terkadang merasa kurang siap dan terganggu karena belum terbiasa
disupervisi klinis; (c) penilaian guru pendidikan agama Islam hanya secara
formatif saja; (d) dalam proses belajar mengajar sebagian guru belum memakai
alat media; (e) guru terbatas kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar; (4)
Upaya dalam mengatasi hambatan: (a) permasalahan dibuat skala prioritas dalam
pemecahannya; (b) supervisor perlu mempertimbangkan aspek psikologis,
sosiologis, religius, kenyamanan dan lainnya; (c) perbaikan serta pembinaan
bersama kelompok kerja guru pendidikan agama Islam; (d) perlu adanya
pelatihan/diklat, seminar, shortcourse, dan sekolah lanjut; (e) pembinaan secara
rutin, bertahap dan berkelanjutan dan melakukan studi komparatif visitasi ke
sekolah-sekolah yang lebih maju.
v
vi
vii
viii
MOTTO
أيها ي ا إذا قيم نكى تفسحىا في ٱنذي هض ءايى ج يفسخ ٱفسحىا ف ٱن نكى ٱلل
يزفع ٱششوا ف ٱششوا وإذا قيم ٱلل ءايىا يكى و ٱنذي ٱنعهى أوتىا ٱنذي
ت و درج خبيز ٱلل هى ا تع ١١ب
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan1
1 Departemen Agama RI , Al-Hikmah Al- Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV
Diponegoro, 2006), h. 543
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ṭ ط Tidak dilambangkan ا
ẓ ظ B ب
´ ع T ت
g غ ś ث
f ف J خ
q ق ḥ ح
k ك Kh ج
l ل D د
m و ż ذ
R n ر
w و Z س
S h ص
` ء Sy ش
y ئ Ş ص
ḍ ض
Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
ي -ا - â
ي - î
و - û
ا ي - ai
ا و - au
Pedoman Transliterasi ini dimodifikasi dari : Tim Puslitbang Lektur Keagamaan,
Pedoman Transliterasi Arab-Latin, Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur
Pendidikan Agama, Badan Lotbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen
Agama RI, Jakarta, 2003.
x
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia
dan hidayah-Nya, maka saya persembahkan karya saya ini kepada:
1. Istri tercinta (Mariana) yang penuh kasih sayang, perhatian serta kesabaran
dalam mendo’akan demi keberhasilan saya.
2. Kedua anakku tercinta (Meliana Ayu Safitri dan Edo Prasetya Wibowo),
yang menjadi motivasi saya dalam menyelasaikan penulisan Tesis ini.
xi
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن الله بسم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan inayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Penulisan Tesis ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program Strata Dua (S2) atau magister pada
Pascasarjana (Ps) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro guna memperoleh
gelar M.Pd.
Dalam upaya penyelesaian Tesis ini, penulis telah banyak menerima
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis
mengucapkan terimakasih kepada Yth:
1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Metro.
2. Dr. Hj. Tobibatussa’adah, M.Ag selaku Direktur sekaligus selaku Kaprodi
Hukum Keluarga Pascasarjana (Ps) IAIN Metro yang senantiasa tanggap
terhadap kesulitan-kesulitan mahasiswanya dan senantiasa memberikan
motivasi terhadap mahasiswa.
3. Dr. Sri Andri Astuti, M.Ag., selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana (Ps) IAIN Metro yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-
kesulitan mahasiswanya dan senantiasa memberikan motivasi terhadap
mahasiswa.
xii
4. Dr. Mahrus As’ad, M.Ag, selaku asisten direktur Pascasarjana (Ps) IAIN
Metro sekaligus sebagai pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk
melakukan bimbingan dan arahan.
5. Dr. Khoirurrijal, S.Ag., MA, selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab
Pascasarjana (Ps) IAIN Metro sekaligus pembimbing II yang telah
menyediakan waktu untuk melakukan bimbingan dan arahan.
6. Segenap dosen dan karyawan Pascasarjana (Ps) IAIN Metro, yang telah
banyak memberikan bantuan dan bimbingan.
7. Istri dan anak-anakku tercinta yang telah banyak memberikan motivasi.
Kritik dan saran demi perbaikan Tesis ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian ini
kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam.
Aamiin.
Metro, 05 Februari 2018
Penulis
Dwi Susanto
NPM . 1605511
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ........................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
ABSTRACT ......................................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... vi
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... x
KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Pertanyaan Penelitian ................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 10
xiv
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 11
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 17
A. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ..................... 17
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Islam ................................................................................................. 17
2. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Islam ................................................................................................. 21
3. Tipologi Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam . 24
4. Faktor Pembentuk Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam ................................................................. 32
B. Supervisi Klinis Untuk Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam ...................................................................... 50
1. Pengertian Supervisi Klinis ............................................................. 50
2. Tujuan dan Prinsip Supervisi Klinis ................................................ 52
3. Peranan Supervisor dalam Peningkatan Kompetensi Profesional
Guru Pendidikan Agama Islam ........................................................ 55
4. Prosedur Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ................ 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 68
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 68
xv
B. Sumber Data/Informan Penelitian ....................................................... 70
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 71
1. Wawancara ....................................................................................... 71
2. Pengamatan (Observasi) .................................................................. 72
3. Dokumentasi .................................................................................... 73
D. Teknik Pengujian Keabsahan Data ....................................................... 73
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 77
A. Temuan Umum Penelitian .................................................................... 77
1. Sejarah Berdirinya SMK Muhammadityah 1 Metro ....................... 77
2. Identitas Sekolah .............................................................................. 79
3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Muhammadiyah 1 Metro ................... 80
4. Kondisi Sosiologis dan lokasi penelitian ........................................ 84
B. Temuan Khusus Penelitian ................................................................... 96
1. Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan Kompetensi
Profesional Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro ................ 95
2. Faktor pendukung implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro .......................................... 116
3. Faktor penghambat implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro .......................................... 123
xvi
4. Upaya mengatasi hambatan implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro .......................................... 126
C. Pembahasan ......................................................................................... 130
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 143
A. Kesimpulan ........................................................................................... 143
B. Implikasi ............................................................................................... 145
C. Saran .................................................................................................... 145
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 :: Data perbedaan supervise klinis dan non klinis ............................ 63
Tabel 2 : Keadaan peserta didik SMK Muhammadiyah 1 Metro T.P.
2017/2018 ..................................................................................... 86
Tabel 3 : Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Muhammadiyah
1 Metro T.P. 2017/2018 ............................................................... 87
Tabel 4 : Data Sarana dan Prasana SMK Muhammadiyah 1 Metro ........... 90
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK
Muhammadiyah 1 Metro ............................................................... 147
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara dengan Waka Kurikulum SMK
Muhammadiyah 1 Metro ............................................................... 150
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
SMK Muhammadiyah 1 Metro ..................................................... 152
Lampiran 4 : Pedoman Dokumentasi ................................................................... 154
Lampiran 5 : Pedoman Observasi ........................................................................ 155
Lampiran 6 : Petikan Wawancara ........................................................................ 156
Lampiran 7 : Foto Kegiatan Penelitian ................................................................ 180
Lampiran 8 : Instrumen Penilaian Supervisi Klinis ............................................. 188
Lampiran 9 : Biografi Penulis .............................................................................. 189
Lampiran 10 : Surat Izin Research ........................................................................ 190
Lampiran 11 : Surat Tugas Research ..................................................................... 191
Lampiran 12 : Surat Balasan Izin Penelitian ......................................................... 192
Lampiran 13 : Kartu Konsultasi Bimbingan Tesis ................................................ 193
xix
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru, Bandung: Alfabeta, 2012
Agustinus Hermino, Kepeimpinan Pendidikan di Era Globalisasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perpektif Islam, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada, 2013
Akhyak, Profil Pendidik Profil Pendidik Sukses,Surabaya: Elkaf, 2005
Ali Rohmad, Kapita selekta Pendidikan, Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004
Ani Puspa Rini, Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMKN 10 Malang), dalam
http;//www.Digilib UIN Malang, (diakses tanggal 10 Mei 2017)
Arif Maulana, Supervisi Akademik Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kinerja Mengajar Guru (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Malang
1), dalam http;//www.Digilib UIN Malang, (diakses tanggal 10 Mei 2017)
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek, (Yogyakarta:
TERAS, 2009
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis, Didaktika
Religia Vol 1, No 2 , 2013
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Rosda Karya,
2007
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, Bandung: CV Yrama Widya, 2008
Farida Rahmawati, Peran Pengawas dalam Meningkatkan Kompetensi Sosial
Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar di Kecamatan Tulung
Kabupaten Klaten Tahun 2008 dalam http;//www. Digilib UIN Sunan
Kalijaga (diakses tanggal 15 Mei 2017)
Hammzah B Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
xx
H.M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina
Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial dan Agama, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2010
J. R, Raco, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karaktersistik dan keunggulannya,
Jakarta: Grasindo, 2010
Juhri AM, Profesi Kependidikan dan Bimbingan Konseling, Metro, CV. Laduny
Alifama, Tt
Karniti, Supervisi Klinis dengan Pendekatan “PIS” Sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Guru” Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan
Kepengawasan, UPT Dindikbud Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, ISSN
2355-9683 Vol. 1, No. 2, Oktober 2014
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2002
Luk-Luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Jember: CSS, 2008
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007, cet, ke 21
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali, 2009
_________, Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung
Persada Press Group, 2013
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004
xxi
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif “Memberdayakan dan Mengubah Jalan
Hidup Siswa” Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Nasution, Metode Researh, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta:
Bumi Aksara, 2004
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Piet A. Suhertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional, 2006
Rohimah, Pelaksanaan Supervisi Klinis di Sekolah Upaya Peningkatan Kinerja
Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar, (dalam http;//www. Digilib IAIN Surakarta
(diakses tanggal 10 Mei 2017)
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010
_________, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2011
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1990
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Proses pendidikan Bandung:
Alfabeta,2010, cet ke- 2
___________, Kemampuan Profesional dan Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Alfabeta, 2009
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan kualitas Profesionalisme
Guru, Bandung: Alfabeta, 2013
xxii
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1989
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan
Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang
selalu menyerpurnakan iman, taqwa, dan akhlak serta berupaya membangun
peradapan dan keharmonisan kehidupan khususnya dalam membangun
peradapan bangsa yang bermatabat, oleh sebab itu seorang guru pendidikan
agama Islam dituntut untuk menanamkan peranan bukan hanya sekedar
melaksanakan transformasi ilmu, tetapi juga harus melaksanakan tugasnya
sebagai seorang pendidik, artinya guru harus dapat membentuk sikap anak
didiknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Sebagai pendidik atau pengajar, guru merupakan satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi
pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan daya manusia yang
dihasilkan dari upaya pendidikan bermuara pada faktor guru. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.1
Guru berperan dalam menentukan mutu pendidikan manakala memiliki
kualifikasi, kompentensi, dan profesionalisme yang memadai. Tercapainya
tujuan pendidikan nasional juga menjadi tanggung jawab guru, sebagaimana
dinyatakan dalam UU SPN No. 20 tahun 2003 pasal 42 bahwa pendidik harus
mempunyai kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), cet, ke 21 h. v
2
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.2
Sehingga seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.3
Namun sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi di zaman
globalisasi sekarang ini semakin canggih dan mengalami pertukaran yang
sangat cepat. Maka sebagai seorang guru pendidikan agama Islam harus dapat
menyesuaikan dengan keadaan tersebut salah satunya dengan cara selalu
meningkatkan kompetensi profesional.
Guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan,
pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Disinilah
tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan,
meningkatkan kualitas pendidikannya sehingga apa yang diberikan kepada
peserta didiknya tidak terlalu ketinggalan dengan perkembangan kemajuan
zaman.4
Salah satu di antara beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi
guru dengan mengedepankan profesionalisme menurut Kunandar adalah:
2 Agustinus Hermino, Kepeimpinan Pendidikan di Era Globalisasi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014), h. 190 3 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 8-9. 4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…., h. 3
3
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan
mendasar. Dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan
responsif, arif dan bijaksana. Responsif artinya guru harus bisa menguasai
dengan baik produk ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang
berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan
menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan Iptek yang baik, maka guru
akan tertinggal dan menjadi korban Iptek.5
Sementara itu menurut Kunandar salah satu di antara beberapa
paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini adalah guru
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir
sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi
terkini. Guru mempunyai visi ke depan dan mampu membaca tantangan
zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang
membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.6
Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma (pola pikir) guru,
dari pola pikir tradisional menuju pola pikir profesional. Apalagi lahirnya
Undang-Undang Guru dan Dosen menuntut sosok guru yang berkualifikasi,
berkompetensi, dan bersertifikasi.7
Dewasa ini banyak guru sudah memperoleh sertifikat sebagai guru
profesional, namun realitas di lapangan pola pembelajaran sebagai guru
5 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 38 6 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,.. h. 43 7Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,...h. 42
4
profesional belum nampak secara signifikan perubahannya, diakibatkan
kurangnya penguasaan materi yang diajarkan, sistem penilaian yang belum
berorientasi pada penilaian pada kinerja siswa serta pengembangan profesi
dalam kegiatan-kegiatan masih rendah sehingga proses pembelajaran kurang
berjalan dengan baik.8
Di samping masalah-masalah di atas yang banyak mengakibatkan
seorang guru tidak profesional dalam menjalankan tugasnya adalah
kurangnya seorang guru pendidikan agama Islam dalam menggunakan alat
media pembelajaran di tempat mereka mengajar serta berbagai macam
persoalan hidup baik itu pribadi guru yang bersangkutan yang mana
mengakibatkan guru pendidikan agama Islam kurang profesional dalam
mengajarnya.
Dalam hal ini guru pendidikan agama Islam sebagai tenaga pendidik
yang terjun langsung dalam proses belajar mengajar juga harus bisa
menguasai teknologi pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut
peningkatan kompetensi profesional guru sangat diperlukan. Peningkatan
kompetensi profesional guru tidak lepas dari peran guru senior, kepala
sekolah, pengawas sekolah dan seluruh stakehorder dalam sebuah lembaga
pendidikan.
Berdasarkan pra survey di SMK Muhammadiyah 1 Metro sebagai
lembaga pendidikan yang mempunyai nilai positif yang mempunyai visi
menyiapkan calon wira usaha yang memiliki Imtaq dan Iptek. Keberadaan
8 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 202
5
sekolah ini dituntut untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu
pendidikan nasional dan yayasan Muhammadiyah agar dapat bersaing dengan
sekolah umum salah satunya dengan peningkatan kompetensi profesional
guru pendidikan agama Islam.9
Untuk mewujudkan visi pendidikan di SMK Muhammadiyah 1 Metro
harus melibatkan faktor, baik yang berhubungan dengan usaha lembaga, anak
didik, guru dan prasarana, serta lingkungan pendidikan sebagai suatu sistem
saling mendukung melengkapi dalam keberlangsungan proses pendidikan
agama Islam, maka kemungkinan besar akan membawa keberhasilan peserta
didik. Sebab keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kompetensi
profesional guru dan kemampuan nalar peserta didiknya.
Berdasarkan wawancara awal dengan kepala sekolah SMK
Muhammadiyah 1 Metro, diperoleh bahwa untuk mewujudkan visi dan misi
SMK Muhammadiyah 1 Metro guru pendidikan agama Islam sangatlah
berperan namun saat ini kenyataannya masih ada salah satu guru pendidikan
agama Islam yang belum menyandang gelar sarjana pendidikan agama Islam,
kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran, mengolah materi
pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik, melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.10
9 Pra Survey di SMK Muhammadiya 1 Metro, tanggal 17 Juli 2017
10 Wawancara dengan Suharto, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Metro
6
Untuk itu kegiatan supervisi penting dilaksanakan oleh supervisor
terhadap guru pendidikan agama Islam, karena itu merupakan fungsi atau
proses manajemen yang wajib dilaksanakan secara nyata di sekolah. Sesuai
dengan hakekatnya kegiatan supervisi dilakukan oleh supervisor dalam
rangka mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan itu tercapai sehingga akan
diketahui faktor-faktor penyebab yang menghambat tujuan pendidikan
tercapai dengan efektif dan efisien.
Dalam praktik supervisi pendidikan, ada beberapa yang dilakukan yaitu
konvensional, ilmiah, klinis dan artistic. Supervisi klinis merupakan bantuan
bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya
dan dapat dilakukan untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra-
jabatan maupun latihan dalam jabatan.11
Penerapan supervisi pendidikan di
sekolah ada beberapa pertimbangan rasional, apa yang menjadi keinginan dan
apa yang menjadi harapan kepala sekolah, guru, dan staf sekolah beserta
stakeholder yang ada di dalamnya.
Setiap supervisi pendidikan mempunyai sisi-sisi kelemahan dan
kelebihan. Untuk itu sebagai supervisor seharusnya cermat dan penuh
pertimbangan secara obyektif dan ilmiah apabila akan menggunakan
supervisi pendidikan.
Supervisi klinis merupakan salah satu tugas kepala sekolah, guru senior
dan tim pengawas dari dinas pendidikan dalam membina guru melalui fungsi
pengawasan. Pengawasan pada intinya yaitu melakukan pembinaan,
11
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Referensi
Gaung Persada Press Group, 2013), h. 63
7
bimbingan untuk memecahkan masalah pendidikan termasuk masalah yang
dihadapi guru secara bersama dalam proses pembelajaran dan bukan mencari
kesalahan guru.
Kenyataan di lapangan secara umum, fungsi supervisi belum
dilaksanakan secara profesional sesuai dengan hakikat supervisi itu sendiri.
Supervisi dilaksanakan secara insendental ketika membuat laporan untuk
kebutuhan sesaat tanpa ada tindak lanjut dari hasil pengawasan. Selain itu,
berdasarkan suatu studi diketahui adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan dalam rangka pelaksanaan supervisi. Kesenjangan dapat dilihat
dari sifat dan tujuan supervisi. Diketahui bahwa tujuan supervisi seharusnya
membantu dalam perbaikan proses pembelajaran, kenyataannya dalam
praktiknya supervisor lebih menekankan pada tanggung jawab administratif
guru.12
Ada beberapa faktor yang mendorong dikembangkannya supervisi
klinis bagi guru-guru, antara lain: 1) kenyataannya yang dilakukan dalam
supervisi, para supervisor hanya melakukan evaluasi guru semata. 2) Pusat
pelaksanaan adalah supervisor, bukan berpusat pada apa yang dibutuhkan
guru, baik kebutuhan professional sehingga guru-guru tidak memperoleh
sesuatu yang berguna bagi pertumbuhan profesinya. 3) Dengan menggunakan
merit rating (alat penilaian kemampuan guru), maka aspek-aspek yang diukur
terlalu umum dan abstrak. 4) Umpan balik yang diperoleh dari hasil
pendekatan, bersifat memberi arahan, petunjuk, intruksi, dan tidak menyentuh
12
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2010), cet ke- 2, h.98
8
masalah manusia yang terdalam yang dirasakan guru-guru, sehingga hanya
bersifat di permukaaan. 5) Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan
analisis diri, sehingga guru-guru melihat konsep dirinya. 6) Melalui diagnosis
dan analisis dirinya sendiri, guru menemukan jati dirinya. Ia harus sadar akan
kemampuan dirinya dengan menerima dirinya dan timbul motivasi untuk
memperbaiki dirinya sendiri.13
Dari praktik-praktik yang kurang manusiawi itu, menyebabkan
kegagalan dalam pemberian supervisi kepada guru-guru. Oleh karenanya
sagat diperlukan adanya supervisi klinis. Maka dapat dikatakan bahwa tujuan
dari supervisi klinis adalah memberi layanan dan bantuan secara manusiawi,
dalam arti lebih mengedepankan pola pendekatan dan pengembangan guru
secara personal agar mereka dapat menemukan dirinya sendiri dan pada
gilirannya mampu meningkatkan pola pembelajaran secara lebih baik.
Berdasarkan berbagai masalah di atas dapat diambil sub fokus masalah
diantaranya: kurang maksimalnya guru pendidikan agama Islam dalam
rangka pengembangan kompetensi profesionalnya, pola guru masih berfikir
secara tradisional, kurangnya penguasaan materi pembelajaran, penilaian
belum berbasis pada kinerja siswa, guru pendidikan yang belum menyandang
gelar sarjana pendidikan agama Islam, kesulitan dalam menyusun perangkat
pembelajaran, mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif,
melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan
13
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia), (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 37
9
diri, supervisi klinis dilaksanakan hanya isendental saja, supervisor lebih
menekankan pada tanggung jawab administratif guru.
Berdasarkan sub fokus masalah di atas salah satu faktor penyebab yang
paling dominan diduga karena kurangnya kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam, dalam rangka meningkatkan profesional guru
pendidikan agama Islam salah satunya dengan implementasi supervisi klinis.
Berdasarkan berbagai uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui
tentang implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam, maka penulis memilih judul
“Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan Kompetensi Profesional
Guru Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro”.
B. Fokus Pertanyaan
Mengingat cukup banyak masalah di atas, serta keterbatasan penulis
dalam melakukan penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
profesional guru pendidikan Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
2. Faktor pendukung apa saja yang dihadapi dalam implementasi supervisi
klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
10
3. Faktor penghambat apa saja yang dihadapi dalam implementasi supervisi
klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
4. Upaya apa saja untuk mengatasi penghambat implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam
di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor pendukung apa saja yang
dihadapi dalam implementasi supervisi klinis dalam peningkatan
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor penghambat apa saja yang
dihadapi dalam implementasi supervisi klinis dalam peningkatan
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya apa saja dalam mengatasi
penghambat implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
11
profesional guru pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 1
Metro.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berusaha untuk dapat mengambil manfaat atau kegunaan
penelitian ini dari dua sisi, yaitu teoritis dan praktis :
1. Manfaat teoritis :
Penelitian ini akan bermanfaat sebagai masukan atau sumbangsih
pemikiran kepada praktisi pendidikan, khususnya di SMK Muhammadiyah
1 Metro dalam rangka peningkatan kompetensi guru pendidikan agama
Islam.
2. Manfaat praktis antara lain :
a) Bagi almamater, hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai masukan
atau sumbangan pemikiran dan menambah sumber bacaan di
perpustakaan serta sebagai pertimbangan tambahan sumber referensi
dari literatur-literatur yang ada.
b) Bagi peneliti, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan, wawasan dan pengalaman penulis, khususnya yang
berkenaan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
c) Bagi lembaga obyek penelitian, dengan adanya penelitian ini
setidaknya dapat dipergunakan sebagai masukan bagi pengelola
sekolah dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam.
12
d) Bagi ilmu pendidikan, hasil penelitian ini akan turut memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan pada
khususnya.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan penelusuran di berbagai perpustakaan sejauh ini belum
ditemukan karya ilmiah yang secara khusus meneliti tentang Implementasi
Supervisi Klinis dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro.
Namun demikian ada sejumlah karya tulis ilmiah yang secara umum
berkaitan dengan penelitian ini. Karya tulis tersebut diantaranya berjudul :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arif Maulana 2012 dengan judul Supervisi
Akademik Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru
(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Malang 1).14
Yang terfokus pada
dual hal yaitu: a) Bagaimana supervisi akademik yang dilakukan kepada
kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di Madrasah
Aliyah Negeri Malang 1?. Dan b) Apa kendala kepala madarasah beserta
solusi yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja
mengajar guru di Madrasah Aliyah Negeri malang 1?. Penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rangcangan studi kasus.
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah (1) Supervisi
14
Arif Maulana, Supervisi Akademik Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kinerja
Mengajar Guru (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Malang 1), dalam http;//www.Digilib
UIN Malang, (diakses tanggal 10 Mei 2017)
13
akademik yang dilakukan kepala madrasah Aliyah Negeri Malang 1
merupakan bentuk dari serangkaian kegiatan usaha memberikan bantuan
terhadap guru dalam meningkatkan kinerja mengajarnya. (2) Kendala yang
dihadapi beserta solusi kepala Madrasah Aliyah Negeri Malang 1 dalam
melaksanakan supervisi dalam meningkatkan kinerja guru mengajar
diantataranya meliputi: (a) Faktor guru yang kurang berkenan dengan
kegiatan supervisi dan karakter tiap individu guru yang tidak ingin maju
atau kurang minat terhadap supervisi membuat jalannya kegiatan supervisi
menjadi kurang maksimal. Adapun solusi yang diambil adalah dengan
lebih meningkatkan dalam memberikan motivasi kepada guru-guru dengan
memberikan reward terhadap guru yang mampu menunjukan prestasi
dalam meningkatkan kinerja mengajarnya. (b) Waktu supervisi yang
dijadwalkan seringkali menjadi tidak terlaksana karena tugas dan
kewajiban kepala madrasah selain supervisi. Adapun solusi yang diambil
diantaranya adalah memberikan intruksi khusus kepada wakil kepala
madrasah bidang kurikulum untuk sementara menggatikan posisi kepala
sekolah menjadi supervisor. (c) dana menjadi salah satu terhambatnya para
guru lambat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan kinerja mengajar guru. Adapun solusinya yang diambil
diantaranya dengan menganggarkan dana dari madrasah untuk
pengembangan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar,
workshop, dan sejenisnya. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah
sama-sama meneliti supervisi yang dilakukan supervisor. Adapun
14
perbedaannya adalah penelitian ini difokuskan pada supervisi akademik
yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja mengajar
guru.
2. Peneltian yang dilakukan oleh Ani Puspa Rini, 2001 dengan judul
Supervisi Kepala Sekolah dalam Peninkatan Kinerja Guru Pendidikan
Agama Islam (Studi Kasus di SMKN 10 Malang).15
Fokus penelitian
tersebut pada beberapa hal, yakni (1) Unsur-unsur yang disupervisi kepala
sekolah terhadap guru pendidikan agama Islam di SMKN 10?, (2)
Bagaimanakah strategi supervisi kepala SMKN 10 dalam meningkatkan
kinerja guru pendidikan agama Islam?, (3) Apakah feed back dan tindak
lanjut pelaksanaan supervisi kepala SMKN 10 dalam meningkatkan
kinerja guru pendidikan agama Islam?. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan rangcangan studi kasus tunggal. Adapun
hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah (1) Unsur-unsur yang
supervisi kepala sekolah SMKN 10 Malang adalah bidang kompetensi
pedagogik khusunya perencana pembelajaran, proses mengajar mengajar,
dan evaluasi pembelajaran, (2) Strategi yang dilakukan kepala SMKN 10
Malang dalam meningkatkan kinerja guru pendidikan agama Islam yaitu
melakukan kunjungan kelas dan observasi, mengadadakn rapat dan diklat
serta pertemuan pribadi dengan guru pendidikan agama Islam. (3) feed
back dan tindak lanjut supervisi kepala SMKN 10 Malang dalam
15
Ani Puspa Rini, Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMKN 10 Malang), dalam http;//www. Digilib UIN
Malang, (diakses tanggal 10 Mei 2017)
15
meningkatkan kinerja guru pendidikan agama Islam diantanya: berusaha
memperbaiki kemampuan merencanakan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dengan cara observasi kepada guru
pendidikan agama Islam lainnya, mempelajari buku-buku pembelajaran
dan mengikuti musyawarah guru mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Tindak lanjut supervisi kepala sekolah SMKN 10 Malang dalam
meningkatakan kinerja guru pendidikan agama Islam diantaranya
memberikan komentar tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, apabila perencanaan pembelajaran
yang telah dibuat kurang baik, maka guru pendidikan agama Islam diminta
memperbaiki, dan kepala SMKN 10 Malang memberi kesempatan
mengikuti pelatihan kepada guru pendidikan agama Islam dalam
pembuatan perencanaan pembelajaran, pelaksanan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran.
3. Peneltian yang dilakukan oleh Karniti, (2014) dengan judul Supervisi
Klinis dengan Pendekatan “PIS” Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Guru”16
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas
pembelajaran guru melalui supervisi klinis dengan pendekatan PIS di SD
Negeri 01 Bondansari Kabupaten Pekalongan. Subyek penelitian ini
adalah 8 orang guru. Teknik pengumpulan data melalui dokumen kegiatan
pembelajaran dan observasi (pengamatan) pembelajaran yang dilakukan
16
Karniti, Supervisi Klinis dengan Pendekatan “PIS” Sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Guru” Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan, UPT
Dindikbud Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, ISSN 2355-9683 Vol. 1, No. 2, Oktober 2014
16
oleh peneliti dengan menggunakan instrumen supervisi klinis, lembar
penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar penilaian
pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan, semua guru
mampu menyiapkan rancangan dan pelaksanaan dengan baik serta
memiliki dokumen pembelajaran yang tersaji rapi.
Persamaan penelitian ini dengan peneliti sama-sama meneliti supervisi,
adapun perbedaannya adalan penelitian ini memfokuskan pada
Implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional
guru pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kompetensi berarti
“kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
hal”.17
W. Robert Huston mendefinisikan kompetensi dengan “Competence
ordinarily is defined as adequacy for a task or as possesi on of reguire
knowledge, skill, and abilities”. (Suatu tugas yang memadai atau pemilikan
pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
seseorang).18
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti
memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.19
Kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai
“kemampuan”.20
Kata ini sekarang menjadi kunci dalam dunia pendidikan.
Dengan memiliki kompetensi yang memadai, khususnya seorang guru dapat
17
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h.608 18
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h. 65 19
Akhyak, Profil Pendidik Profil Pendidik Sukses,(Surabaya: Elkaf, 2005), h. 19
20
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif “Memberdayakan dan Mengubah Jalan
Hidup Siswa” (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 56
18
melaksanakan tugasnya dengan baik. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya
dunia pendidikan jika para gurunya tidak memiliki kompetensi memadai.
Makna penting kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan atas
pertimbangan rasional bahwasanya proses pembelajaran merupakan proses
yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling berkaitan dan
memengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran. Mereka yang
yang mampu memberi pencerahan kepada siswanya dapat dipastikan
memiliki kompetensi sebagai guru professional.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang menjadi bagian dari
dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Pengertian kompetensi guru adalah
“seperangkat penguasaan, kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar
dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif”.21
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme.22
21
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,…, h. 55 22
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Rosda Karya,
2007), h. 26
19
Pengertian kompetensi guru adalah “seperangkat penguasaan,
kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan
kinerjanya secara tepat dan efektif”.23
Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan, dengan
demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau kerja
yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai
tujuan.24
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak,
kompetensi guru terdiri dari kompetensi pribadi dan kompetensi profesional
di dalam kompetensi itu terdapat kemampuan yang terdiri dari kemampuan
mengelola kelas, keterampilan mengelola bahan dan keterampilan proses
belajar mengajar.25
Dari beberapa pengertian kompetensi guru di atas dapat disimpulkan
bahwa kompetensi guru adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang guru
yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik agar dapat mewujudkan
kinerjanya secara tepat dan efektif.
Dalam pandangan Muhammadiyah Guru adalah orang yang merasa
bertanggung jawab atas perkembangan anak didiknya sehingga seorang guru
23
Kunandar, Guru Profesional Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru …, h. 55 24
Wina Sanjaya, “Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi” dalam Akhyak, Profil Pendidik Sukses…, h. 20 25
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada, 2013), h. 8
20
dapat disimpulkan mempunyai tanggung jawab menunaikan amanat vertikal
(Allah) dan amanat horizontal (manusia) untuk menunaikan kedua amanat itu,
jalan terbuka hanya satu yaitu bekerja secara profesional.26
Dalam Ilmu pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi guru yang
baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya, hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmaninya,
baik akhlaknya, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.27
Kesadaran akan kompetensi juga menuntut tanggungjawab yang berat
bagi para guru itu sendiri. Dia harus berani menghadapi tantangan dalam
tugas maupun lingkungannya, yang akan mempengaruhi perkembangan
pribadinya. Berarti dia juga harus berani merubah dan menyempurnakan diri
sesuai dengan tuntutan zaman.
Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam tidak terlalu berbeda dengan guru
pada umumnya yang meliputi kompetensi guru pendidikan agama Islam
penguasaan materi pendidikan agama Islam secara luas dan mendalam
bertaqwa kepada Allah, sehat jasmaninya, berakhlak mulia, serta
membimbing peserta didik, pengembangan pribadi dengan memenuhi standar
kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional pendidikan,
bertanggung jawab dan berjiwa nasional.
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perpektif Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 114 27
H.M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 124-
125
21
2. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Seorang guru profesional adalah “orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan atau dengan kata lain ia
telah terdidik dan terlatih dengan baik”.28
Terdidik dan terlatih bukan
hanya memperoleh pendidikan formal saja akan tetapi juga harus
menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar
mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang
tercantum dalam kompetensi guru.
Gary dan Margaret mengemukakan bahwa guru yang efektif dan
kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif
b. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen
pembelajaran
c. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan
penguatan (reinforcement)
d. Memiliki kemampuan untuk meningkatkan diri.29
Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, bahwa
ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi,
yaitu sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran
terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan
melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar melaksanakan
pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien.
28
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional …, h. 15 29
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru …., h. 21
22
c. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu
untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya,
misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat
peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik.
d. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya
standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan,
demokratis, dan lain-lain)
e. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar,
reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji,
dan lain-lain.
f. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau
untuk mempelajari sesuatu.30
Guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan
kemungkinan adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap
institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara
profesional apabila:
a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan
sebaik-baiknya.
b. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara
berhasil.
c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan (tujuan instruksional) sekolah.
d. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses
mengajar dan belajar dalam kelas.31
Sedangkan tugas guru pendidikan agama Islam adalah mendidik
muridnya dengan cara mengajar dan cara-cara yang lain, menuju tercapainya
perkembangan yang maksimal dengan nilai-nilai Islam.32
30
E. Mulyasa, “Menjadi Guru Profesional” dalam Kunandar, Guru Profesional…, h.
53 31
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,… h. 38
23
Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh para siswa
adalah guru-guru yang mempunyai karakter:
a. Demokratis, yakni guru tidak bersifat otoriter dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berperan serta dalam
berbagai kegiatan.
b. Suka bekerja sama (kooperatif), guru bersikap saling memberi dan
menerima yang dilandasi oleh kekeluargaan dan toleransi tinggi.
c. Baik hati, yakni suka memberi dan berkorban untuk anak didiknya.
d. Sabar, yakni guru yang tidak suka marah dan bisa menahan diri.
e. Adil, yakni guru tidak membeda-bedakan anak didik.
f. Konsisten, yakni selalu berkata dan bertindak sama sesuai dengan
ucapannya.
g. Bersifat terbuka, yakni bersedia menerima kritik dan saran serta
mengakui kekurangan dan kelebihannya.
h. Suka menolong, yakni selalu membantu anak-anak yang
mengalami kesulitan atau masalah tertentu.
i. Ramah tamah, yakni mudah bergaul dan disenangi oleh semua
orang.
j. Suka humor, yakni pandai membuat anak-anak menjadi gembira
dan tidak tegang.
k. Memiliki bermacam ragam minat, dengan ini guru akan dapat
merangsang peserta didik dan dapat melayani berbagi minat dari
peserta didik.
l. Menguasai bahan pelajaran, yakni dapat menyampaikan pelajaran
secara lancar dan menumbuhkan semangat pada diri peserta didik.
m. Bersikap fleksibel yakni tidak kaku dalam bersikap dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
n. Menaruh minat yang baik kepada peserta didik, yakni peduli dan
perhatian kepada minat peserta didik.33
Sedangkan menurut Spencer karakteristik kompetensi guru dibagi
menjadi lima yaitu:
a. Motif yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang
menyebabkan sesuatu.
b. Sifat yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi
dan informasi.
c. Konsep diri yaitu sikap, nilai dan image diri seseorang.
d. Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu.
32
H.M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam,…h. 114 33
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru ,…, h. 62
24
e. Keterampilan yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan fisik dan mental.34
Dari pemaparan di atas dapat diambil pemahaman bahwa karakteristik
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam adalah guru mampu
mengembangkan tanggung jawabnya dengan baik, guru mampu
melaksanakan peran-perannya secara berhasil, guru mampu bekerja dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan nasional, serta guru patut dicontoh oleh
peserta didik karena guru pendidikan agama Islam itu harus mempunyai
perilaku yang dapat dicontoh oleh murid-muridnya dan warga sekolah,
sehingga dengan adanya karakteristik kompetensi profesional itu, maka guru
pendidikan agama Islam dapat mengelola aktivitas pendidikan dengan baik
menuju tercapainya perkembangan peserta didik yang maksimal dengan
nilai-nilai Islam.
3. Tipologi Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 dan
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dinyatakan bahwa “kompetensi guru
meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial”.35
Adapun jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik
antara lain:
a. Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan
yang luas dari subjeck matter (bidang studi) yang akan diajarkan
34
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan “Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 63 35
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008), h. 17
25
serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis
mampu memperoleh metode dalam proses belajar-mengajar.
b. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap
sehingga mejadi intensifikasi bagi subyek. Dalam hal ini berarti
memiliki kepribadian yang pantas diteladani mampu melaksanakan
kepimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara,
yaitu Ing Sung Tulada, Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani.
c. Kompetensi Sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu
beriteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupu dengan
sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat
d. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya berarti
mengutamakan nilai-nilai sosial dan nilai material.36
Keempat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan indikator
esensialnya diuraikan sebagai berikut:
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan “kemampuan yang
mencerminkan kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia”.37
kompetensi pribadi yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan
kemampuan individu daam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang
mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, adentitas diri
dan pemahaman diri. Kompetensi pribadi meliputi “kemampuan-
kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri
dan menghargai diri”.38
Secara rinci subkompetensi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
36
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 69 37
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru.., h. 18 38
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru …, h. 55
26
1) Subkompetensi kepribadian yang mantab dan stabil memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum,
bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2) Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator
esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta
didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam berfikir dan bertindak.
4) Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator
esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5) Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai norma religius (iman dan
takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
6) Subkompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri memiliki
indikator esensial: memilki kemampuan untuk berintropeksi, dan
mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.39
Kompetensi pribadi adalah “sikap pribadi guru berjiwa pancasila
yang mengutamakan budaya bangsa indonesia, yang rela berkorban
bagi kelestarian bangsa dan negara”.40
Dalam kompetensi pribadi, guru
sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal, oleh
karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan
(yang harus di-gugu dan ditiru). Sebagai seorang model, guru harus
memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan
kepribadian (personal competencies).41
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi
39
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru...,h. 18 40
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru …, h. 56 41
Akhyak, Profil Pendidik Sukses…, h. 19
27
kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan
sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat,
kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.42
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Pribadi guru juga sangat berperan dalam pembentukan pribadi peserta
didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang
suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam
membentuk kepribadiannya. Semua itu menunjukkan bahwa
kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh
peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.
b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik dijelaskan dalam Standar Nasional
Pendidikan pasal 26 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi
pedagogik adalah:
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.43
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
42
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru …, h. 117 43
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,.., h. 75
28
potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan
menjadi indikator esensial sebagai berikut:
a. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam
memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,
dan mengidentifikasi bekal awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: memahami landasan pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Subkompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki
indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan
melaksanakan evaluasi (asessement) proses dan hasil belajar
dengan menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning),
dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
e. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai kompetensinya, memiliki indikator
esensial: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik.44
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah “kompetensi atau kemampuan
yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan”.45
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh
sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh
44
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru...,h. 19-20 45
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 7-8
29
sebab itu tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari
kompetensi ini.
Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan
akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan dan
terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga
guru memiliki wibawa akademik.46
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah:
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.47
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut
memiliki indikator esensial sebagai berikut:
1) Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan
bidang studi memiliki memiliki indikator esensial: memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur,
konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait, dan menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
46
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru …, h. 56 47
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru …, h. 135
30
untuk memperdalam pengetahuan materi bidang studi secara
profesional dalam kontek global.48
Kompetensi profesional menurut Usman dalam buku Saiful Sagala yang
berjudul kemampuan profesional dan tenaga kependidikan, meliputi:
1) Penguasaan terhadap landasan kependidikan, dalam kompetensi ini
termasuk memahami tujuan, mengetahui fungsi sekolah di
masyarakat
2) Menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan
baik materi pelajaran yang akan diajarkan. Penguasaan terhadap
materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan
3) Kemampuan menyusun program pengajaran, mencakup kemampuan
menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan bahan pelajaran
dan mengembangkan strategi pembelajaran
4) Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses
pembelajaran.49
Dari pemaparan di atas, dapat difahami bahwa kompetensi
profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru
pendidikan agama Islam dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas
utamanya mengajar, yang meliputi penguasaan landasan pendidikan,
memahami tujuan, mengetahui fungsi sekolah di masyarakat serta
mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
menindaklanjut pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan
tercapai dengan efektif dan efisien.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
48
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru..., h. 21 49
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional dan Guru dan Tenaga Kependidikan,. h. 41
31
sesama pendidik, tenaga kepandidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan
dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif.50
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
esensial sebagai berikut:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik., subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga pendidik.
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.51
Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas dan
tanggungjawab, membina dan membimbing masyarakat ke arah
norma yang berlaku. Untuk itu maka guru perlu memiliki kemampuan
sosial dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses
belajar mengajar yang efektif. Karena dengan kemampuan sosial yang
dimiliki guru tersebut, secara otomatis hubungan sekolah dengan
masyarakat akan berjalan beriringan dengan lancar. Sehingga bila ada
permasalahan antara sekolah dan masyarakat (orang tua atau wali)
tidak merasa kesulitan dalam mencari jalan penyelesaiannya.
Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi
(kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial) tersebut dalam
praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik) yang dapat
50
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru …, h. 56 51
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru..., h. 22
32
diperoleh melalui pendidikan akademik sarjana atau diploma empat,
pendidikan profesi ataupun melalui pembinaan dan pengembangan
profesi guru. Pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam
jabatan dapat dimanfaatkan baik untuk pengembangan potensi
maupun untuk pengembangan karir guru.
4. Faktor Pembentuk Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Islam
Peningkatan kompetensi guru harus dilakukan oleh semua pihak, baik
dari guru maupun dari lembaga (personal) pendidikan lainnya. Maka ada
dua upaya peningkatan kompetensi guru yang sangat mempengaruhi, yaitu
upaya yang dilakukan guru dan upaya yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Faktor pembentuk kompetensi guru
pendidikan agama Islam dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
1) Faktor Internal
Ada kaitan erat antara etos kerja dengan profesionalisme
kompetensi guru atau mutu produk kerja seseorang. Peningkatan etos
kerja akan merupakan pelengkap dari usaha untuk meningkatkan mutu
produk kerja dan semangat profesionalisme. Agar suatu profesi dapat
menghasilkan mutu produk yang baik ia harus dibarengi dengan etos
kerja yang mantap pula. Ada tiga ciri dasar yang selalu dapat dilihat
pada setiap profesional yang baik mengenai etos kerjanya yaitu:
33
a) Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job quality).
b) Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan.
c) Keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat melalui
karya profesionalnya.52
Selama guru pendidikan agama Islam belum puas dengan mutu
yang hasil pendidikan agama dari para lulusan suatu sekolah yang
diserahkan kepada masyarakat, maka ia mempunyai kewajiban moral
untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan agama, profesionalisme dan
etos kerjanya di sekolah. Selama masyarakat mengeluh tentang mutu
hasil pendidikan agama dari suatu sekolah, maka guru agama mempunyai
kewajiban sosial untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan agama,
profesionalisme dan etos kerjanya di sekolah.
2) Faktor eksternal
Dalam konteks pertimbangan eksternal terutama yang menyangkut
lingkungan kerja, secara lebih terinci M. Arifin menyatakan bahwa ada
beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja yaitu:
1. Volume upah kerja yang memenuhi kebutuhan seorang guru.
2. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan
komunikasi yang serasi dan manusiawi antara pimpinan dan bawahan
(kepala sekolah dengan guru ataupun staf).
3. Penanaman sikap dan pengertian di kalangan pekerja (guru dan staf).
4. Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud
dalam kenyataan.
5. Penghargaan terhadap need for achievement (hasrat dan kebutuhan
untuk maju) menunjang bagi yang berprestasi.
6. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik seperti
tempat olahraga, masjid, hiburan dll.53
52
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 123
34
Dari pendapat di atas faktor pendukung peningkatan kompetensi
guru pendidikan terdiri dari faktor internal diantaranya: keinginan untuk
menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job quality), menjaga harga diri
dalam melaksanakan pekerjaan, keinginan untuk memberikan layanan
kepada masyarakat melalui karya profesionalnya. Sedangkan faktor
eksternal diantaranya: Volume upah kerja yang memenuhi kebutuhan
seorang guru, Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim kerja
harmonis, sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan,
penghargaan terhadap need for achievement (hasrat dan kebutuhan untuk
maju) menunjang bagi yang berprestasi, dan Sarana yang menunjang
bagi kesejahteraan mental dan fisik.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat guru dalam meningkatkan kompetensinya dalam
proses belajar mengajar juga bisa datang dari dalam diri guru tersebut atau
datang dari luar yaitu, bisa dari lingkungan kerjanya. Faktor-faktor
tersebut seharusnya ditanggulangi bahkan dihindari agar guru dapat
semaksimal mungkin meningkatkan kompetensinya dalam proses belajar
mengajar.
1) Faktor internal
Seseorang agaknya akan sulit melakukan tugas atau pekerjaan
dengan tekun jika pekerjaan itu kurang bermakna baginya, dan tidak
bersangkutan dengan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun
53
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah”,…,h. 119
35
tidak langsung. Cara kerja yang memandang pekerjaannya sebagai
kegiatan untuk mencari nafkah semata atau hanya untuk emperoleh gaji,
berbeda dengan cara kerja seseorang yang memandang tugas atau
pekerjaannya sebagai panggilan tugas dan amanah yang hendak
dipertanggung jawabkan dihadapan tuhan.
Munculnya sikap malas, santai dan tidak disiplin waktu dalam
bekerja dapat bersumber dari pandangannya terhadap pekerjaan dan
tujuan hidupnya. Sikap malas, lemahnya kesadaran terhadap waktu dan
kebiasaan atau jiwa hidup santai pada seseorang akan berimplikasi pada
sikap sembrono atau acuh tak acuh dalam bekerja, kurang peduli
terhadap proses dan hasil kerja yang bermutu, suka menganggap enteng
bentuk-bentuk kerja yang dilaksanakannya, kurang sungguh-sungguh
dan tidak teliti, tidak efisien dan efektif, dan kurang memiliki dinamika
dan komitmen terhadap pekerjaannya.
2) Faktor eksternal
Sebenarnya faktor penghambat guru pendidikan agama Islam
dalam pelaksanaan kompetensinya dalam proses belajar mengajar
adalah dari sistem yang selama ini selalu dilaksanakan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah yakni:
a) Pendekatan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam masih
cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan
norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya
36
sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai
nilai yang hidup dalam keseharian.
b) Kurikulum pendidikan agama Islam dirancang disekolah sebenarnya
lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi,
tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku
padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan
pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.
c) Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas maka guru
pendidikan agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode
yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga
pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.
d) Keterbatasan sarana prasarana mengakibatkan pengelolaan
cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek
yang penting, seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan
fasilitas.
Dari beberapa pendapat di atas yang penjadi pendukung dan
penghambat dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam terdiri dari faktor internal kondisi kompetensi guru pendidikan
itu sendiri dan faktor eksternal.
Upaya peningkatan kompetensi guru di sekolah dalam proses belajar
mengajar selain tanggungjawab pimpinan lembaga sebagai pimpinan, para
gurupun juga dituntut melakukan upaya-upaya meningkatkan
profesionalnya dan kredibilitasnya.
37
Efektifitas guru dalam mengembangkan hubungan interpersonal,
hubungan yang dilandasi dengan aspek, interes, sensitifitas, perhatian,
kepercayaan, tak ada guru yang melecehkan guru lain. Mereka juga
mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa dan selalu mendorong
siswa untuk melakukan yang terbaik. Mereka juga memiliki catatan
kemajuan siswa dan memberitahukannya kepada siswa agar siswa
mengetahui perkembagannya.
Upaya peningkatan profesionalitas dan kredibilitas guru dapat
dilakukan dengan cara, antara lain:
a. Mengikuti Penataran Guru.
Penataran dilakukan berkaitan dengan kesempatan bagi guru-guru
untuk berkembang secara profesional untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Mengingat tugas rutin
di dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas mendidik dan mengajar, maka
guru perlu untuk menambah ide-ide baru melalui kegiatan penataran.
Mengikut sertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk
menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai
jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan
38
sekolah, yang pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan
pembelajaran.54
Peyelenggaraan penataran, sebagai salah satu teknik peningkatan
kompetensi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) Sekolah yang bersangkutan mengadakan penataran sendiri dengan
menyewa tutor (penatar) yang dianggap profesional dan dapat
memenuhi kebutuhan.
2) Sekolah bekerja sama dengan sekolah-sekolah lain atau lembaga-
lembaga lain yang sama-sama membutuhkan penataran sebagai
upaya peningkatan personalia.
3) Sekolah mengirimkan atau mengutus para guru untuk mengikuti
penataran yang dilaksanakan oleh sekolah lain, atau lembaga
departemen yang membawahi.
Ada beberapa asumsi yang mendasari pengembangan penataran
ini, yaitu:
1) Penataran guru adalah kebutuhan lestari dan berkelanjutan yang
dapat membawa kemajuan.
2) Teknologi pendidikan adalah salah satu inovasi yang dapat
dikembangkan, diperbaiki dan disempurnakan, diserap atau
disesuaikan untuk dapat diterapkan oleh guru dalam proses belajar
mengajar.
54
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 100
39
3) Pendidikan seumur hidup akan memperoleh makna yang besar bila
dalam pelaksanaan tugas mereka, guru-guru telah memiliki
perspektif baru dan ide-ide inovatif.
4) Dengan mengikutsertakan guru-guru dalam penataran yang
diorganisasi dan dilaksanakan dengan baik oleh pendidik yang
berkompetensi tinggi, baik metode maupun isi pengetahuan, dan
bentuknya, mereka pasti menjadi alat yang strategis dan unsur-
unsur perubahan yang memiliki tenaga yang kuat dalam
penyebaran inovasi.
5) Upaya mempersatukan organisasi, manajemen dan tanggungjawab
penataran adalah suatu keharusan bagi organisasi yang sehat dan
efektif.
6) Keberhasilan dan kemajuan pendidikan dalam bidang penataran
guru di masa depan terletak pada kompetensi sumber-sumber (guru
dan fasilitas) dan program dari pusat penataran yang bersangkutan.
b. Mengikuti MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi)
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya, sudah pasti akan
menjumpai permasalahan-permasalahan yang harus dicari
pemecahannya. Permasalahan ini mungkin datang dari pihak luar atau
mungkin dari teman sejawat, yang hal ini perlu dengan segera untuk
mencari pemecahannya, misalnya melalui MGBS yaitu ; guru dalam
mata pelajaran berkumpul bersama untuk mempelajari atau membahas
masalah dalam proses belajar mengajar.
40
Adapun MGBS ini bertujuan untuk menyatukan terhadap
kekurangan konsep makna dan fungsi pendidikan serta pemecahannya
terhadap kekurangan yang ada. Disamping itu juga untuk mendorong
guru malakukan tugas dengan baik, sehingga mampu membawa mereka
kearah peningkatan kompetensinya.
c. Mengikuti Kursus
Mengikuti kursus merupakan suatu kegiatan untuk membantu guru
dalam mengembangkan pengetahuan sesuai dengan keahliannya masing-
masing. Dengan mengikuti kursus guru diarahkan ke dalam dua hal,
pertama sebagai penyegaran dan kedua sebagai upaya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu.55
Penyegaran berarti bahwa guru telah mendapatkan pengetahuan
disiplin ilmu tertentu, dan penyegaran di sini mengupayakan kembali
untuk mengingat, meningkatkan dan mengembangkan disiplin ilmu yang
dimilikinya.
d. Menambah Pengetahuan Melalui Media Masa atau Elektronik.
Sebagai tambahan pengetahuan keilmuan, seorang guru tidak
cukup mempelajari atau mendalami dari buku-buku pustaka yang ada,
melainkan memerlukan media tambahan sebagai pendukung atau bekal
dalam proses belajar mengajar. Salah satu media yang cukup membantu
dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar
adalah media cetak dan media elektronik. Hal ini akan membawa
55
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,…,h. 121
41
pemikiran-pemikiran baru dan wawasan-wawasan baru bagi seorang guru
dalam pengajaran.
Peningkatan kompetensi guru melalui media ini bisa diupayakan
oleh sekolah, dengan menempatkan media elektronik dan media cetak di
sekolah. Melalui media ini guru tidak hanya mengandalkan dari pustaka
yang ia miliki, melainkan dapat memberikan perubahan kearah
peningkatan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan.
Dari uraian di atas, menjelaskan bahwa untuk meningkatkan
kualitas guru dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Dan upaya
peningkatan kompetensi guru terletak pada profesionalismenya dalam
proses belajar mengajar.
Guru yang dalam proses belajar mengajarnya hanya mampu untuk
“menerangkan” dan “memindahkan” pengetahuannya kepada peserta
didik tanpa memperhatikan skill atau fitrah peserta didiknya, belum dapat
dikatakan guru yang profesional. Sebab pengetahuan yang diberikan
adalah untuk membentuk pribadi yang utuh (holistic atau insan kamil).
e. Peningkatan Profesi Melalui Belajar Sendiri
Cara lain yang baik untuk meningkatkan profesi guru adalah
berusaha mengikuti perkembangan dengan cara belajar sendiri, dan
belajar sendiri dapat dilakukan perorangan dengan mengajarkan kepada
guru untuk membaca dan memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan di
sekolah. Yang penting sebagai hasil membaca ini bukan hanya
memperoleh pengetahuan saja, tetapi manfaat yang dapat diambil dan
42
mempraktikkan dalam rangka upaya meningkatkan situasi mengajar yang
lebih baik. Dan sebagai sumber bacaan dapat dipergunakan buku-buku,
majalah, surat kabar yang layak untuk dijadikan bahan bacaan
profesional.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa usaha ini merupakan cara
yang paling sederhana, namun kadang-kadang sulit untuk dilaksanakan
oleh guru. Dan guru yang sadar akan tugas dan tanggungjawabnya, lebih
banyak berusaha dan belajar sendiri. Oleh karena itu kesanggupan
berusaha dan belajar sendiri merupakan kecakapan modal dasar yang
perlu dikembangkan karena selain memperbaiki pengetahuan dan
kecakapan sekaligus memperkuat jabatan guru sebagai pendidik yang
profesional.
Upaya lembaga pendidikan dalam meningkatkan kompetensi guru
dapat dilaksanakan sebagai berikut:
Sebagai pimpinan lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab
yang sangat besar atas maju dan mundurnya suatu lembaga pendidikan
yang dikelolanya, dan tak terlepas dari kerja sama antara pimpinan
lembaga, dewan guru, siswa dan orang tua wali.
Kepala sekolah yang memegang utama lembaga, sedangkan guru
sebagai mediator (sarana) yang membawa dan mengarahkan siswa
kepada tujuan yang telah ditentukan, mempunyai peran yang sangat
penting dalam optimalisasi profesional guru. Di sini pimpinan lembaga
43
dituntut mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi
guru di sekolah.
Berbeda dengan lembaga-lembaga lain (seperti perbankan,
perkantoran), pimpinan lembaga di sekolah yang baik adalah bercirikan
kepemimpinan instruksional sebagai lawan dari manager, yaitu
kepemimpinan yang mengarahkan sumber-sumber non manusia dan
sumber manusia untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong
pencapaian belajar siswa
Dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja tenaga pendidikan
dan kualitas sekolah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu
yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan
dan peserta didik yang ada disekolah.
2) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.
3) Mengkomunikasikan pesen yang berkaitan dengan kualitas.
4) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan
kebijakan lembaga/sekolah.
5) Menyakinan terhadap para pelanggan (peserta didik, orng tua,
masyarakat), bahwa terdapat”channel” cocok untuk menyampaikan
harapan dan keinginannya.
6) Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
7) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa
dilandasi bukti yang kuat.
8) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.
9) Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab
yang jelas.
10) Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap
penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.
11) Mengembangkan tim kerja yang efektif.
12) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan
monitoring dan evaluasi.56
56
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,….h. 86
44
Adapun yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan
lembaga dalam meningkatkan kompetensi guru diantaranya :
a) Mengadakan Supervisi
Dengan adanya pengawasan akan dapat menciptakan kedisiplinan
dan semangat kerja yang tinggi. Hal ini sangat penting guna membantu
guru dalam menjalankan tugasnya. Pengawasan ini hendaknya dilakukan
dengan penuh keterbukaan dan kesungguhan sebab bila tidak, akan
menimbulkan kesenjangan antara pimpinan lembaga dan dewan guru.
Pengawasan ini dimaksudkan untuk membantu guru dalam
memecahkan problem yang dihadapi, dimana pengawasan ini perlu
didukung adanya percakapan pribadi. Mungkin dengan percakapan
pribadi ini kerahasiaan masing-masing guru dapat terjaga sehingga akan
mendorong guru untuk lebih bersemangat dalam menunaikan tugasnya
sehari-hari.
Sebenarnya tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan
teknis dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah lain agar personil
tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam
melaksanakan tugas yaitu melaksanakan proses pembelajaran.
Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat
demikian juga dengan pembelajarannya, maka diharapkan prestasi
belajar siswa juga akan meningkat. Pemberian bantuan pembinaan dan
bimbingan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung
kepada guru yang bersangkutan. Tujuan umum supervisi adalah
45
membantu guru agar dapat melaksanakan dan mengevaluasi proses
belajar dan mengajar secara efektif dan efisien57
Dengan demikian supervisi ini sangat penting bagi guru dalam
rangka meningkatkan kompetensi demi menciptakan mutu pendidikan
yang berkualitas karena dalam supervisi ini guru dapat mendapatkan
solusi dari permasalahan dalam proses mengajar yang di lakukannya,
selain itu guru juga dapat meningkatkan mutu mengajarnya dengan baik
dan maksimal.
b) Menumbuhkan Kreatifitas Guru
Kreatifitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan
produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang
merupakan modivikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal
yang sudah ada. Guru yang kreatif akan selalu mencari cara bagaimana
agar proses belajar mengajar mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan
serta berupaya mengadaptasikan dengan tingkah lakunya dalam mengajar
dengan tuntutan pencapaian tujuan dengan mengembangkan faktor
situasi dan kondisi belajar siswa. Kreatifitas yang demikian
memungkinkan guru menemukan bentuk-bentuk mengajar yang sesuai
khususnya dalam memberi bimbingan, dorongan, dan arahan agar siswa
dapat belajar secara aktif.
57
Pupuh Fatuhurrohman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan
Proses Pengajaran, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. 42
46
Tumbuhnya kreatifitas dikalangan guru memungkinkan
terwujudnya ide perubahan dan upaya peningkatkan secara continue serta
sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat dimana sekolah itu berada.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka pimpinan lembaga bisa
dikatakan berhasil, dan inipun akan membawa dampak yang positif yakni
semangat guru dalam meningkatkan kompetensinya akan terus
meningkat.
c) Penyediaan Fasilitas Pendidikan yang Cukup
Mengingat tugas mengajar guru membutuhkan tersediannya
fasilitas yang cukup, maka hal ini membutuhkan perhatian yang serius
dari semua pihak terutama kepala sekolah.
Penyediaan fasilitas ini tidak hanya terbatas pada buku saja akan
tetapi perlu juga dilengkapi dengan alat-alat praktikum, laboratorium dan
gedung-gedung yang dirasa perlu dan memenuhi syarat.
d) Memperhatikan Masalah Ekonomi Guru
Guru adalah manusia biasa yang dalam kehidupan sehari-hari tetap
membutuhkan penghasilan (income) yang layak untuk dapat hidup
sejahtera serta mempertahankannya secara wajar dan terhormat. Guru
tentu menghendaki hidup sejahtera sebagaimana layaknya manusia yang
lain, apalagi dalam jaman yang cenderung matrealistis.58
Suatu realitas yang tidak bisa dipungkiri bahwa perbaikan ekonomi
merupakan faktor yang cukup dominan sebagai upaya peningkatan
58
Ali Rohmad, Kapita selekta Pendidikan, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h. 61
47
kompetensi guru. Penghasilan atau gaji yang terlalu kecil akan
memberikan dampak atau pengaruh yang cukup besar bagi seorang guru.
Hal ini perlu diperhatikan sebagai upaya peningkatan kompetensi
guru. Dengan perbaikan kesejahteraan ekonomi akan menumbuhkan
semangat kerja guru, sebaliknya penghasilan atau gaji yang tidak
mencukupi akan menimbulkan pemikiran yang lain atau upaya-upaya
yang lain sebagai tambahan penghasilan guru.
Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk mampu
mengendalikan dan mengatur roda perputaran keuangan sekolah, terlebih
gaji atau penghasilan guru sebagai upaya perbaikan dan peningkatan
kompetensi guru.
e) Mengadakan Rapat Sekolah
Rapat sekolah yang juga disebut rapat staf atau rapat guru
merupakan kumpulan atau pertemuan antara seluruh staf atau guru
dengan pimpinan lembaga, dimana dibicarakan berbagai masalah oleh
penyelenggaraan sekolah.
Pertemuan dalam bentuk rapat mengenai pembinaan sekolah, siswa
dan bidang studi lainnya merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh
untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengajar.
Disamping itu banyak masalah atau persoalan sekolah yag dapat
diselesaikan melalui rapat. Dimana setiap guru dapat mengemukakan
pendapatnya dan buah pikirannya serta upaya-upaya lainnya.
48
Adapun tujuan rapat pimpinan lembaga secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut: Pertama, Untuk mengintegrasikan seluruh
anggota staf yang berbeda pendapat, pengalaman dan kemampuannya
menjadi satu keseluruhan potensi yang menyadari tujuan bersama dan
tersedia untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan itu. Kedua, Untuk
mendorong atau menstimulasi setiap anggota staf dan berusaha
meningkatkan efektifitas. Ketiga, Untuk bersama-sama mencari dan
menemukan metode dan prosedur dalam menciptakan proses belajar
yang paling sesuai bagi masing-masing disetiap situasi. Rapat kerja
sekolah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tujuan rapat dirumuskan dengan jelas, misalnya untuk merumuskan
visi dan misi sekolah atau mengembangkan program kerja lain.
2. Masalah yang dibahas dalam rapat berkaitan langsung dengan kinerja
tenaga kependidikan di sekolah.
3. Dihadiri dan dipimpin langsung oleh kepala sekolah dan seluruh atau
sebagian basar tenaga kependidikan di sekolah baik guru ataupun non
guru.
4. Kepala sekolah hanya memberikan pengarahan singkata dan tidak ada
pidato-pidato yang sering kurang bermanfaat atau kurang berkaitan
dengan tujuan.
5. Terjadinya tukar menukar pendapat diantara para tenaga kependidikan
dalam memecahkan masalah, dan mencapai tujuan.
6. Ditinjak lanjuti oleh pembagian tugas kerja yang harus diselesaikan
oleh setiap tenaga kependidikan secara proposional.59
Mengacu pada tujuan diatas, maka keberhasilan rapat guru
merupakan tanggungjawab bersama dari semua anggota-anggotanya.
Meskipun demikian peranan supervisor sebagai pemimpin sangat besar
bahkan menentukan sampai dimana anggotanya berpartisipasi.
59
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,…, h. 246
49
Tenaga kependidikan merupakan salah satu kunci utama berhasil
atau tidaknya gerakan pendidikan dalam rangka memenuhi standar mutu,
baik standar produk dan pelayanan maupun standar kustomer pendidikan
pada umumnya.60
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam, harus dilakukan secara
sistematis, dalam arti direncanakan secara matang. Supervisor bertugas
memberikan pengawasan, bantuan, bimbingan dan lainnya. Pada masalah
yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan pendidikan
pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan dan
pengajaran untuk dapat menciptakan situasi proses belajar mengajar yang
menyenangkan.
Dalam meningkatkan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam, kepala sekolah dituntut untuk memiliki strategi khusus
yang bisa memudahkan kepala sekolah tersebut dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, dalam usaha untuk meningkatkan kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam strategi yang harus digunakan
oleh kepala sekolah diantaranya adalah pelaksanaan supervisi.
Supervisi dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan
guru/kinerja guru dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
belajar mengajar.61
60
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 34 61
Pupuh Fatuhurrohman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan
Proses Pengajaran,…, h. 43
50
Pelaksanaan supervisi dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih,
yang sama-sama ingin meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Mereka secara bergantian melakukan pengamatan
terhadap berbagai tingkah laku masing-masing pada saat melaksanakan
proses belajar mengajar.
Sebelum pelaksanaan pengamatan, terlebih dahulu dibicarakan
bentuk-bentuk tingkah laku apa yang menjadi fokus pengamatan, dan
secara bersama disusun panduannya. Berdasarkan panduan itu, dilakukan
pengamatan untuk melihat di mana letak kelemahan-kelemahannya.
Setelah masing-masing mengetahui kelemahan diri sendiri, hal itu
dijadikan dasar upaya untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kemampuan.
B. Supervisi Klinis untuk Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Supervisi Klinis
Secara etimologis supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari
dua kata, yaitu super dan vision. Super berarti atas atau lebih, sedangkan
vision berarti “melihat” atau meninjau. Dengan demikian supervisi dalam
pengertian sederhana yaitu melihat, meninjau atau melihat dari atas, yang
dilakukan oleh atasan (pengawas/kepala sekolah) terhadap perwujudan
kegiatan pembelajaran.62
62
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru,... h. 2-3
51
Supervisi yaitu sebagai bantuan dan bimbingan profesional bagi guru
dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar dan
mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan bimbingan secara
kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual
maupun kelompok.63
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan,
pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran
dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.64
Sedangkan menurut Sahertian, supervisi klinis adalah suatu proses
pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan
profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis
data secara obyektif, teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar
guru. Tekanan dalam pendekatan yang diterapkan bersifat khusus melalui
tatap muka dengan guru.65
Suatu supervisi dapat dikatakan klinis kalau mengandung indikator-
indikator sebagai berikut:
a. Ada pengamatan awal tentang diri guru yang akan disupervisi
secara mendalam.
b. Observasi yang dilakukan pada proses supervisi sangat mendalam,
sehingga menemukan data yang mendetail.
c. Pada pertemuan balikan tentang hasil supervisi tadi dilakukan
secara mendalam, menyangkut semua unsur kelemahan yang
63
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 195 64
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan , (Jakarta: Referensi
Gaung Persada Press Group, 2013), h. 64 65
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 2006), h.14
52
sedang diperbaiki.
d. Dalam diskusi balikan guru dapat kesempatan mengevaluasi diri,
mengekplorasi diri, dan melakukan refleksi terhadap kinerjanya
dalam proses pembelajaran.
e. Dalam diskusi balikan ini memungkinkan perbuatan alternatif-
alternatif penyesuian dalam hipotesis, terhadap unsur kinerja yang
belum baik, yang akan dilakasanakan proses berikutnya.
f. Perbaikan kelemahan-kelemahan guru bersifat berkemajuan.
g. Karena proses tersebut rumit, memakan waktu, tenaga dan pikiran
banyak maka supervisi ini hanya dikenakan kepada guru-guru yang
sangat lemah.66
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bantuan profesional yang diberikan
kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis dalam
perencanaan, pengamatan yang cermat, dan pemberian balikan yang segera
secara objektif tentang penampilan pengajarannya yang nyata untuk
meningkatkan profesionalsme dalam mengajar yang difokuskan pada pada
penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta
atau partisipasi aktif dalam proses supervisi tersebut.
2. Tujuan dan Prinsip Supervisi Klinis
Supervisi mempunyai tujuan umum yaitu memberi tekanan pada proses
„pembentukan dan pengembangan profesional‟ dengan maksud memberi
respons terhadap kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya.
Pembentukan profesional guru yang bermaksud untuk menunjang
pembaharuan pendidikan serta untuk memerangi kemerosotan pendidikan
66
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta 2009), h.
124-135
53
terutama harus dimulai dengan cara mengajar guru dikelas. Dengan perbaikan
dan penyempurnaan diharapakan siswa dapat belajar dengan baik sehingga
tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai secara maksimal.
Tujuan supervisi klinis secara umum adalah merupakan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam konsep supervisi klinis memberikan tekanan
pada proses pembentukan dan pengembangan profesional guru dengan
maksud memberi respon terhadap perhatian utama serta kebutuhan guru yang
berhubungan dengan tugasnya.67
Dari tujuan umum yang telah disebutkan di atas, maka dapat dirinci lagi
ke dalam tujuan khusus sebagai berikut:
a. Menyediakan bagi guru suatu feedback (balikan) yang obyektif dari
kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan.
b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
mengajaran.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan
strategi-strategi pengajaran.
d. Sebagai dasar menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi
jabatan atau pekerjaan mereka.
e. Membantu guru dalam mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi
mereka secara mandiri.68
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
supervisi klinis mempunyai tujuan umum yaitu memberi tekanan pada proses
pembentukan dan pengembangan profesional dengan maksud memberi
respons terhadap kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya.
67
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Referensi
Gaung Persada Press Group, 2013), h. 66 68
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan ,…..h. 66
54
Kegiatan supervisi haruslah merupakan kegiatan tolong menolong yang
berlangsung terus menerus dan sistematis yang diberikan kepada guru-guru
agar mereka semakin bertumbuh dan berkembang. Seorang supervisor dalam
melaksanakan kegiatan supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha
mencapai tujuan hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip berikut :
Dalam melaksanakan supervisi klinis terdapat beberapa prinsip yang
dijadikan acuan dalam setiap kegiatannya. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a. Hubungan guru dengan supervisor lebih bersifat interaktif daripada
direktif. Hubungan interaktif ini menunjukkan hubungan kolegial yang
sederajat antara guru dengan supervisor.
b. Penentuan tindakan dilakukan secara demokratis. Keterbukaan kedua
belah pihak (guru-supervisor) sangat ditekankan. Keduanya berhak
mengemukakan pendapat yang akhirnya dicari kesepakatannya.
c. Terpusat pada guru. Prinsip ini menekankan prakarsa dan tanggung
jawab guru, terutama dalam pengambilan keputusan tentang fokus
kegiatannya.
d. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap
dalam ruang lingkup penampilan guru dalam mengajar di kelas.
e. Pemberian balikan didasarkan pada rekaman data yang cermat dan
sesuai dengan kontrak.
f. Supervisi bersifat bantuan, bukan intruksi.69
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
supervisi klinis bersifat membantu guru yang dilakukan supervisor dengan
hubungan yang interaktif, demokratif, berpusat pada guru dalam mengambil
keputusan tentang fokus kegiatan dengan sasaran kebutuhan dalam ruang
lingkup penampilan guru dalam mengajar di kelas.
69
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis, (Didaktika
Religia Vol 1, No 2 , 2013), h. 5
55
3. Peranan Supervisor dalam Peningkatan Kompetensi Profesional
Guru Pendidikan Agama Islam.
Fungsi utama supervisi pendidikan tidak hanya ditujukan pada
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran, namun juga untuk
mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi
guru. Seperti yang dirumuskan oleh Sahertian, supervisor dalam pendidikan
mempunyai 8 fungsi, yaitu :
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru-guru.
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus.
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar.
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota
staf.
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru.70
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa supervisor mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam upayanya membantu untuk meningkatkan
kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran di sekolah. Sehubungan
dengan hal tersebut, Depdiknas (1994) dalam Banun merumuskan tugas
supervisor meliputi; (1) peningkatan kemampuan guru mengelola kegiatan
belajar-mengajar; (2) memperbaiki dan meningkatkan sikap profesional guru
yang berkaitan dengan kemampuan mengelola kegiatan belajar-mengajar.71
Di samping itu, terdapat pula tugas-tugas yang wajib dilaksanakan oleh
70
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 21 71
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 50
56
seorang supervisor, yaitu ; (1) tugas pengendalian; (2) tugas sebagai sponsor;
(3) tugas sebagai evaluator; (4) tugas sebagai pengawas.72
Dari tugas- tugas supervisi di atas tampaknya lebih di arahkan pada
upaya meningkatkan kemampuan profesional guru. Tugas yang dimaksud,
antara lain (1) meningkatkan kemampuan guru menyusun rencana atau
persiapan mengajar; (2) kemampuan guru mengelola alat-alat kelengkapan
kelas; (3) meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil
kemajuan belajar siswa.73
Seorang supervisor dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Suatu
tugas yang dilaksanakan memberi status dan fungsi pada seseorang. Dalam
berfungsi nampak peranan seseorang. Peranan seorang supervisor ialah
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan
bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh
tanggung jawab.74
Sehubungan dengan hal tersebut, seorang supervisor dalam pendidikan
dapat berperan sebagai : (1) koordinator; (2) Konsultan; (3) Pemimpin
kelompok; (4) Evaluator.75
Yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut:
72
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 209 73
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru,...h. 51 74
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,…,
h. 31-32. 75
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia,…, h. 25.
57
a) Sebagai koordinator ia dapat mengkoordinasi program belajar-
mengajar, tugas-tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-
beda di antara guru-guru.
b) Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama
mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara
individual maupun kelompok.
c) Sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sejumlah staf
guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat
mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan
professional guru-guru secara bersama.
d) Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai
hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang
dikembangkan. Ia juga belajar menatap dirinya sendiri. Ia dibantu
dalam merefleksikan dirinya, yaitu konsep dirinya (self concept).
Ide/cita-cita dirinya (self idea), realitas dirinya (self reality).
Misalnya, diakhir semester ia dapat mengadakan evaluasi diri
sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik
yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan
meningkatkan dirinya.76
Dari pendapat di atas peran supervisor dapat disimpulkan bertugas
sabagai pelopor dan narasumber pembaruan dalam sistem sekolah dengan
borkomunikasi aktif serta mengidenfikasi masalah pengajaran.
4. Prosedur Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Banyak pendapat para ahli yang menjelaskan prosedur supervisi
klinis. Secara umum, prosedur pelaksanaan supervisi klinis berlangsung
dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap, yaitu: tahap
pertemuan awal (pendahuluan), tahap observasi kelas dan tahap pertemuan
akhir atau pertemuan balikan.77
a. Pertemuan Awal (Pendahuluan)
Supervisi klinis dilakukan atas dasar kebutuhan guru, bukan
76
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan ,.., h. 25-26 77
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan,.., h. 40-42
58
kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan
pendahuluan, kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan
mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya
kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor.
Pelaksanaan supervisi klinis pada tahap pendahuluan ini
membutuhkan kecakapan supervisor dalam menciptakan suasana yang
menyenangkan, suasana kekeluargaan, dan kesejawatan. Guru tidak merasa
takut atau tertekan sehingga mau dan berani mengungkapkan permasalahan
dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani
mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka
supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan
pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang
baik antara supervisor dengan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa
yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan
maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan
supervisor. Kontrak inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap
observasi kelas dan pertemuan balikan.
Secara rinci kegiatan pada tahap pendahuluan yaitu:
1) Supervisor menciptakan suasana yang intim dan terbuka.
2) Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat
oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan
belajar mengajar, serta alat evaluasinya.
3) Supervisor mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
4) Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan
instrumen observasi yang akan digunakan.
5) Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut tentang
cara penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya
59
berupa kontrak yang disepakati bersama.78
b. Observasi Kelas (Observasi Guru yang Sedang Mengajar)
Observasi kelas merupakan langkah kedua dalam tahapan supervisi
klinis. Pada tahap ini, guru mengajar di kelas dengan menerapkan
komponen-komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan
pendahuluan. Supervisor mengobservasi guru dengan instrumen observasi
yang telah disepakati bersama. Disamping itu supervisor juga merekam
secara objektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam
belajar, dan interaksi guru-siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan observasi ini ada hal-hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1) Catatan observasi harus lengkap, sehingga analisisnya tepat.
2) Objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan yang telah
disepakati.
3) Selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu
membuat komentar-komentar terhadap proses pembelajaran.
4) Supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi, guru tidak
gelisah dan berpenampilan secara wajar.79
c. Pertemuan Akhir (Pertemuan Balikan)
Pada tahap ini supervisor dan guru mengadakan pertemuan yang
membahas hasil observasi mengajar guru. Supervisor menyajikan data apa
adanya kepada guru. Sebelumnya guru diminta untuk menilai
penampilannya. Kemudian dicari pemecahan masalahnya.
Secara rinci, kegiatan yang dilakukan pada tahap pertemuan balikan
78
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis, (Didaktika
Religia Vol 1, No 2 , 2013), h. 10-11 79
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis,…, h. 11
60
adalah:
1) Supervisor memberi penguatan terhadap guru tentang kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini untuk menciptakan
suasana akrab dalam pertemuan balikan.
2) Supervisor mereview tujuan pembelajaran.
3) Supervisor mereview tingkat ketrampilan serta perhatian guru
dalam mengajar.
4) Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya
pembelajaran berdasarkan target dan perhatian utama. Pertanyaan
diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena
keberhasilannya dalam mengajar.
5) Menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan
diinterpretasi awal oleh supervisor, kemudian memberi waktu
guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya secara
bersama-sama.
6) Menanyakan lagi perasaan guru tentang hasil analisis dan
interpretasinya.
7) Menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya
dicapai.
8) Menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang, baik
berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum
dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang
telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan lain yang perlu
dilaksanakan.80
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pertemuan
balikan, yaitu
1) Pertemuan balikan harus dilaksanakan segera setelah observasi
dilakukan.
2) Sebelum melakukan pertemuan balikan, supervisor perlu melakukan
analisis terhadap hasil observasi.
3) Suasana pertemuan harus akrab, terbuka, dan bebas dari suasana
menilai atau mengadili.
4) Supervisor hendaknya mengupayakan agar guru dapat menentukan
kekurangan dan kelebihannya sendiri.81
Dari beberapa pendapat di atas dalam implementasi supervisi klinis
hendaknya melaluhi prosedur pelaksanaan supervisi klinis berupa siklus yang
80
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis,…, h. 12-13 81
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis,…, h.13
61
terdiri dari tiga tahap, yaitu pertemuan awal, observasi kelas dan pertemuan
akhir atau balikan.
Supervisi klinis bertujuan untuk menjamin kualitas pelayanan belajar
secara berkelanjutan dan konsiten. selain itu supervisi klinis bertujuan untuk
memperbaiki performansi guru dalam proses pembelajaran dan membantu
siswa mengatasi masalah-masalah pembelajaran secara efektif.82
Supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan dalam pendidikan
yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru khususnya dalam
penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti
dan objektif sebagai pegangan untuk perbaikan tingkah laku mengajar guru.83
Teknik supervisi klinis merupakan strategi yang dapat ditempuh oleh
kepala sekolah dalam memberikan layanan supervise professional kepada
guru-guru yang harus didasarkan kepada landasan yang relevan, yaitu bahwa
guru memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya.84
Tujuan supervisi klinis, meliputi (1) pembelajaran yang efektif dengan
menyediakan umpan balik, (2) dapat memecahkan permasalahan, (3)
membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategi pengajaran, (4)
mengevaluasi guru, dan (5) membantu guru berperilaku baik sebagai upaya
pengembangan profesional guru.
Dari beberapa pendapat di atas peningkatkan kompetensi profesional
guru pendidikan agama Islam melalui supervisi klinis dilakukan secara
82
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru, .. .h. 51 83
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi…, h. 91 84
Pupuh Fatuhurrohman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam
Pengembangan Proses Pengajaran,…, h. 48
62
terprogram, bertujuan dan terkontrol oleh supervisor. Supervisor bekerjasama
dengan guru-guru tugasnya adalah membantu guru dalam memecahkan
masalah yang dihadapi sehubungan dengan pelaksanaan tugas guru di kelas
untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya
dengan teknik supervisi yang lain. Menurut Pidarta, ciri-ciri supervisi klinis
adalah sebagai berikut:
a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi
tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam
proses belajar mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas,
teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dalam metode keterampilan
proses, teknik menangani anak yang nakal dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis
bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik.
Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.
d. Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang
aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar.
Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau direvisi.
e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang
sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya
bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.
f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasar
saling mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.
g. Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu
satu persatu diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja dengan baik, atau
kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak menjadi jelek.85
Ciri-ciri supervisi klinis antara lain yaitu adanya kesepakatan antara
supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku yang
akan diperbaiki, yang diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam
proses belajar mengajar, ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku
85
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual,…,h. 128-130
63
guru, ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru dan supervisi
dilakukan secara kontinyu, yang dapat dijelaskan dalam tabel berikut:86
Tabel 1
Perbedaan supervisi klinis dan non klinis
Aspek Supervisi Klinis Supervisi Non-Klinis
Prakarsa dan
tanggung jawab
Terutama oleh guru Terutama oleh supervisor
Hubungan
supervisor
dengan guru
Hubungan kolegial yang
sederajat dan interaktif
Hubungan atasan-
bawahan yang bersifat
birokratis
Sifat supervisi Bantuan yang demokratis Cenderung direktif atau
otoriter
Sasaran
supervisi
Diajukan oleh guru sesuai
dengan kebutuhannya dan
dikaji bersama menjadi
kontrak
Samar-samar atau sesuai
keinginan supervisor
Tujuan
Supervisi
Terbatas sesuai dengan
kontrak
Umum dan luas
Peran supervisor Bimbingan analitik dan
deskriptif
Banyak bertanya untuk
membantu guru
menganalisis diri
Cenderung evaluatif
Banyak memberi tahu
dan mengarahkan
Balikan Dengan analisis dan
interaksi bersama atas data
observasi sesuai kontrak
Samar-samar atau atas
kesimpulan supervisor
Secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
a. Teknik perseorangan
Supervisi dengan teknik perseorangan maksudnya adalah supervisi
yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat
86
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis, (Didaktika
Religia Vol 1, No 2 , 2013), h. 5-6
64
dilakukan antara lain:87
1) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Kunjungan kelas ialah kunjungan kelas adalah kunjungan yang
dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke dalam
kelas, baik kegiatan pembelajaran sedang berlangsung untuk melihat atau
mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun kelas sedang kosong,
atau sedang ada siswa tetapi guru tidak sedang mengajar.
Kunjugan kelas ini berfungsi sabagai alat untuk mendorong guru
dapat meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa.88
2) Mengadakan observasi kelas (clasroom observation)
Mengadakan observasi kelas maksudnya adalah kunjungan yang
dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk
mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas.
Misalnya, supervisor menyaksikan guru yang sedang mengajar tidak
menggunakan alat peraga, padahal dalam menjelaskan materi tersebut
sangat memerlukan alat peraga. sehingga siswa dapat dengan mudah
memahami materi tersebut.
Jika ditemui hal tersebut di atas, setelah selesai pembelajaran,
supervisor dapat mengajak guru untuk berdiskusi tentang alat peraga apa
yang dapat digunakan dalam menjelasan materi tersebut. Sehingga untuk
pempelajaran selanjutnya guru bisa menjelaskan materi dengan alat
87
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek, (Yogyakarta:
TERAS, 2009), 90-92. 88
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia),..h.53.
65
peraga.
3) Mengadakan wawancara perseorangan (individual interview)
Wawancara perseorangan dilakukan apabila supervisor
membutuhkan informasi dari seorang guru. Hal ini dilakukan karena ada
beberapa alasan berikut:
a) Ada masalah khusus pada seorang guru yang penyelesaiannya tidak
boleh didengar oleh guru lain.
b) Supervisor ingin mengecek kebenaran data yang diperoleh dari
orang lain.89
b. Teknik kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.90
Guru-guru yang
mempunyai permasalahan yang sama maka dikelompokkan sesuai dengan
masalah atau kebutuhan mereka, kemudian setiap kelompok diberikan
layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi. Teknik kelompok dapat dilakukan dengan cara seperti mengadakan
pertemuan atau rapat (meetings), mengadakan diskusi kelompok (group
discussion) dan mengadakan penataran-penataran (in-service training).91
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalam
89
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek,..., h. 91. 90
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina
Profesional Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 45. 91
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek, ... h. 93-94.
66
perencanaan itu antara lain mengadakan rapat secara periodik dengan
guru-guru. Hal ini bertujuan untuk mengkominikasikan semua hal yang
berkaitan dengan aktivitas yang ada di sekolah, termasuk kendala-
kendala yang dialami guru ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok sangat baik dilakukan sebagai metode untuk
mengumbulkan informasi. Diskusi kelompok dapat diselenggarakan
dengan mengundang atau mengumpulkan bidang studi sejenis atau
berlainan jenis sesuai dengan keperluannya.
3) Mengadakan penataran-penataran (in-service training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-
guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran,
dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat
atau wilayah, maka tugas kepala sekolah yang paling utama adalah
mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari
hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Dari pendapat di atas teknik Implementasi supervisi klinis dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan yang meliputi: 1)
Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation), 2) Mengadakan
observasi kelas (clasroom observation), 3) Mengadakan wawancara
perseorangan (individual interview), sedangkan teknik kelompok meliputi:
67
1) mengadakan pertemuan atau rapat (meetings), 2) mengadakan diskusi
kelompok (group discussions), 3) mengadakan penataran-penataran (in-
service training).
Implementasi supervisi klinis tentu saja akan mengalami hambatan-
hambatan antara lain:
a. Over-administration
b. Tatap muka supervisi-guru-minim
c. Supervisor ketinggalan perkembangan teknologi pembelajaran
d. Komunikasi supervisor-guru, model atasan-bawahan
e. Kurang memanfaatkan guru lain sebagai supervisor
f. Adakalanya supervisor dan guru merasa lebih berpengalaman,
otoriter, sempurna.92
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi
atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:
a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada
b. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala
sekolah.
c. Tingkatan dan jenis sekolah
d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia
e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri93
Dari pendapat di atas faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
pelaksanaan supervisi antara lain kondisi tempat pelaksanaan supervisi dan
keadaan sumberdaya manusia yang tersedia dalam pelaksanaan supervisi.
92
Juhri AM, Profesi Kependidikan dan Bimbingan Konseling, (Metro, CV. Laduny
Alifama, Tt) h. 211. 93
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h.122
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif lapangan (field
research). Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data secara
sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro. Sehingga peneliti harus terjun
langsung ke lapangan, terlibat dengan masyarakat setempat. Terlibat dengan
partisipan atau masyarakat berarti turut serta merasakan apa yang mereka
rasakan dan juga sekaligus mendapatkan gambaran yang komprehensif
tentang situasi setempat.94
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif”
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.95
Alasan penggunaan metode kualitatif dikarenakan permasalahan yang
diteliti bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga sulit dilakukan
94
J. R, Raco, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karaktersistik dan keunggulannya,
(Jakarta: Grasindo, 2010), h. 9 95
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2002), h. 3
69
apabila menggunakan metode penelitian kuantatif. Permasalahan dikatakan
kompleks dan dinamis karena objek yang diteliti di sini adalah implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam yang di dalamnya terdapat berbagai permasalahan diantaranya:
kondisi kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam, teknik
pelaksanan supervisi klinis, tahapan supervisi klinis, faktor pendukung
implementasi supervisi klinis, faktor penghambat pelaksananaan supervisi,
upaya apa saja dalam mengatasi penghambat implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di
SMK Muhammadiyah 1 Metro.
Sifat penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif sesuai
dengan pendapat Sugiyono ”penelitian kualitatif deskriptif data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada
angka-angka.”96
penelitian deskriptif bertujuan ”untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa
manusia”. Penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas, karakteristik, perubahaan,
hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.97
Berdasarkan sifat penelitian di atas peneliti berusaha mendeskripsikan
secara sistematis dan faktual tentang implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro. Dengan berdasarkan pada data-data yang terkumpul
selama penelitian.
96
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 9 97
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 72
70
B. Sumber Data/Informan Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yakni
sumber primer dan sekunder. Klasifikasi sumber data tersebut berguna untuk
memilah data yang seharusnya menjadi prioritas dalam penelitian ini. Sumber
data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data.98
Berdasarkan pendapat di atas secara spesifik sumber data primer dalam
penelitian ini, yaitu kepala sekolah, dan seluruh guru pendidikan agama Islam
di SMK Muhammadiyah 1 Metro. Dari sumber data primer tersebut
dikumpulkan data tentang implementasi supervisi klinis dalam peningkatan
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di SMK
Muhammadiyah, dengan mengacu pada ucapan lisan, gerak-gerik, maupun
perilaku dari sumber primer itu sendiri.
Sedangkan dalam mengumpulkan data tentang implementasi supervisi
klinis dalam peningkatan kompetensi profesinal guru pendidikan agama Islam
di SMK Muhammadiya 1 Metro tidak hanya mengandalkan kepada sumber
primer, tetapi melaluhi pula orang lain yang dapat memberikan informasi
tentang objek yang diteliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
waka kurikulum dan guru senior di SMK Muhammadiyah 1 Metro.
98
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&Q….,h. 225
71
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian,
karena tujuan penelitian adalah pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Menurut
Sugiyono, ”dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi alamiah), sumber data primer dan teknik
pengumpulan data dilakukan lebih banyak pada observasi berperan serta
(participan observasion), wawancara mendalam (in dept interview) dan
dokumentasi.”99
Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti menggunakan
beberapa prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian:
1. Wawancara (Interview)
Dengan wawancara sejumlah pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti
dan diajukan kepada seseorang mengenai topic penelitian secara tatap muka,
dan peneliti merekam jawaban-jawabannya sendiri.100
Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang berbentuk pengajuan secara lisan (tanya
jawab) yang dikerjakan secara sistematis. Melalui teknik wawancara ini
peneliti berusaha mengumpulkan data penelitian yang tidak diperoleh melalui
teknik pengumpulan data yang lain.
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara bebas terpimpin. Hal ini karena seluruh kerangka pertanyaan telah
disediakan. Metode wawancara ini ditujukan kepada data primer dan
99
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,… h. 63 100
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT Raja Gravindo
Persada, 2012), h. 49-50
72
sekunder, Selain menggunakan metode observasi dan metode wawancara
peneliti juga menggunakan metode dokumentasi.
Data-data yang diharapkan diperoleh dalam penelitian dari metode
wawancara ini adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro dalam kaitannya dengan penguasaan materi,
pelaksanaan tugas utamanya mengajar, yang meliputi penguasaan,
memahami tujuan, serta mampu merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan menindaklanjut pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien.
b. Implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional
guru pendidikan agama Islam yang meliputi tahapan pelaksanaan
supervisi klinis, teknik pelaksanaan supervisi, faktor pendukung
implementasi supervisi klinis, faktor penghambat pelaksananaan
supervisi, dan upaya apa saja dalam mengatasi penghambat implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro.
2. Pengamatan (Observasi)
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang
terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.101
Pengamatan atau observasi merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu
objek tertentu yang menjadi sasaran penelitian.
101
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data..., h. 37
73
Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, keadaan guru
pendidika agama Islam dan kecakapan atau keahlian supervisor dalam
implementasi supervisi klinis di SMK Muhammadiyah 1 Metro, dengan
menitik beratkan pada peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam di SMK Muhammadiya 1 Metro.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk melengkapi dan memperkuat hasil
wawancara dan observasi. Dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-
hal yang serupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya”.102
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data
tentang struktur organisasi SMK Muhammadiyah 1 Metro, Visi Misi dan
tujuan, data guru dan siswa serta kondisi sarana dan prasarana SMK
Muhammadiyah 1 Metro.
D. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Uji Keabsahan data dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk
mengetahui kredibilitas data yang dikumpulkan selama penelitian. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data. ”Triangulasi
proses penguatan bukti dari sumber-sumber data yang berbeda untuk
meningkatkan akurasi suatu studi.”103
102
Nasution, Metode Researh, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 274 103
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data..., h. 82
74
Menurut Sugiyono, teknik triangulasi adalah pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagi cara,
dan berbagi waktu, dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangualasi teknik pengumpulan data dan waktu.104
Penelitian ini pemeriksaan atau pengecekan keabsahaan data
menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.105
Misalnya data diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan cara
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah
dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan kesimpulan dimintakan
kesepakatan (member check) dengan sumber data tersebut.106
E. Teknik Analisis Data
Dalam metode kualitatif, teknik analisis data yang digunakan adalah
induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan pola hubungan tertentu.107
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisa data kualitatif berdasarkan teori Miles and Huberman sebagai mana
dijelaskan oleh Sugiono, ” aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan
104
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 273
105 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…, h. 274
106 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…, h. 274
107 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…, h. 245
75
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisa data, yaitu data
reduction, data display dan conlusioan/verivication,”108
1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Penyajian data, penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dalam bentuk tabel, grafik yang kemudian diberikan penjelasan yang
bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif ini adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung. Akan tetapi bila
kesimpulan tersebut telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten, maka berarti kesimpulan tersebut telah kredibel.109
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka dalam penelitian ini pada
tahap awal setelah diadakan pengumpulan data melalui teknik wawancara
dengan berbagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang
implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru
108
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,…., h. 91 109
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..., h. 253
76
pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro. Selain itu
dikumpulkan pula hasil observasi dan dokumentasi yang diperoleh sesuai
dengan fokus masalah dalam penelitian ini.
Data yang telah terkumpul dan dipilah-pilah sesuai dengan
permasalahan yang diteliti, kemudian disajikan dalam bentuk naratif atau
dideskriptifkan sesuai dengan gambaran yang sebenarnya yang ditemukan
peneliti di lapangan yaitu tentang implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro. Penyajian data tersebut diurutkan sesuai dengan
fokus masalah.
Data-data yang disajikan tersebut baik dari hasil wawancara, observasi
maupun dokumentasi, kemudian disimpulkan menjadi suatu penemuan baru
yang merupakan hasil akhir dari penelitian ini.
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum Penelitian
Temuan umum dalam penelitian ini didasarkan pada penelusuran
dokumentsi dan observasi di SMK Muhammadiyah 1 Metro, meliputi: Letak
dan keadaan geografis, sejarah berdirinya, Visi, Misi, Tujuan, Struktur
organisasi, keadaaan guru, data siswa sarana prasarana, kegiatan kurikuler,
kegiatan ekstrakurikuler dan Implementasi Supervisi Klinis dalam
peningkatan kompetensi guru pendidikan agama Islam.
1. Sejarah berdirinya SMK Muhammadiyah 1 Metro
SMK Muhammadiyah 1 Metro didirikan pada tanggal 24 Juli 1974 oleh
Yayasan Muhammadiyah 1 Cabang Metro dengan Akte Yayasan Nomor:
23628/1974 dan Surat Keputusan Yayasan Nomor: 519/II-015/LP-76/1977.
Pada awal berdirinya tahun 1974 sampai tahun 1997, SMK Muhammadiyah 1
Metro bernama SMEA Muhammadiyah 1 Metro, yang menempati gedung
komplek Muhammadiyah di Jalan. KH. Ahmad Dahlan No. 1 Metro, dan
sejak tanggal 17 Agustus 1997 SMEA Muhammadiyah 1 Metro berubah
nama menjadi SMK Muhammadiyah 1 Metro, sekaligus pindah lokasi di
komplek Muhammadiyah IV yang memiliki bangunan/gedung baru di atas
78
tanah seluas 5600 m² berlokasi di Jalan Tawes 21 Polos Yosodadi Metro
Timur Kota Metro.110
Pada periode 1980 sampai 1990 telah dilaksanakan Akreditasi dengan
status diakui yang diperoleh pada tahun 1983/1984 dengan Surat Keputusan
Nomor: B/12.003, NSD L02015201, NSS 334120201003, dan mulai berlaku
pada Tahun Pelajaran 1990/1991 berdasarkan keputusan tanggal 27
Desember 1990 dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah Nomor: 399/C/Kep/1/1990111
.
Sampai sekarang SMK Muhammadiyah 1 metro telah mengalami
pergantian Kepala Sekolah sebanyak 6 kali yaitu:
a. Tahun 1976 sampai 1978 dijabat oleh Drs. Mahmudi, B.Sc.
b. Tahun 1978 sampai 1980 dijabat oleh Drs. A. Mashuri DM.
c. Tahun 1980 sampai 1998 dijabat oleh Drs. Mahmudi, B.Sc.
d. Tahun 1998 sampai 2003 dijabat oleh Drs. Wahid Nurdiyanta
e. Tahun 2003 sampai 2004 dijabat oleh Kismo Cahyono, S.Pd.
f. Tahun 2004 sampai 2010 dijabat oleh Drs. Wahid Nurdiyanta
g. Tahun 2010 sampai 2017 dijabat oleh Drs. Sugono, M.Pd.I.112
h. Tahun 2017 sampai sekarang dijabat oleh Drs. Suharto
110
Dokumen Arsip, Sejarah SMK Muhyammadiyah 1 Metro, dicatat Tanggal 12
Oktober 2017 111
Dokumen Arsip, Sejarah SMK Muhyammadiyah 1 Metro, dicatat Tanggal 12
Oktober 2017 112
Dokumen Arsip, Sejarah SMK Muhyammadiyah 1 Metro, dicatat Tanggal 12
Oktober 2017
79
SMK Muhammadiyah 1 Metro adalah lembaga pendidikan swasta
yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di Bidang Bisnis
Manajemen dengan 5 program keahlian, adalah :
a. Keahlian Akuntansi (1976) Akreditasi A (2017)
b. Keahlian Administrasi Perkantoran (1976) Akreditasi A (2017)
c. Keahlian Penjualan (1998) Akreditasi A (2017)
d. Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (2008) Akreditasi A (2017)
e. Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (2012) Akreditasi A (2017)
f. Keahlian Perbankan Syariah Akreditasi B (2016)
2. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Metro
b. Status Akreditasi : Diakui/Swasta
c. No SK Pendirian : 519/11-015/LP-7/G/1977
d. NSS : 344120201003
e. NISN : 10807593
f. Alamat Sekolah :
1. Jalan : Tawes No 21
2. Desa/Kelurahan : Yosodadi
3. Keamatan : Metro Timur
4. Kota : Metro
5. Provinsi : Lampung
6. No Telp : (0725) 48254
80
g. Luas Tanah : 5470 M2
h. Luas Bangunan : 1120 M2
i. No Akta Yayasan : 2368/MPK/1974
j. Status Tanah : Yayasan
k. Tahun Pendirian : 1974
l. Tahun Oprasional : 1977
m. Kepala Sekolah : Drs Suharto 113
3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Muhammadiyah 1 Metro
a. Visi
Pencapai suatu organisasi, memerlukan suatu perencanaan dan
kejelasan konsep yang tertuang dalam misi sebagai acuan tindakan,
Adapun visi SMK Muhammadiyah 1 Metro sebagai lembaga yang mampu
menyiapkan tenaga kerja menengah profesional dan calon wira usaha yang
dilandasi dengan Imtaq dan Iptek serta berwawasan lingkungan.114
Visi tersebut di atas, menggambarkan cita-cita SMK
Muhammadiuyah 1 Metro di masa depan yang berorientasi kepada
penyiapan tenaga profesional yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT.
Visi SMK muhammadiyah 1 Metro sebagai lembaga pendidikan
yang menyiapkan calon wira usaha dan memiliki imtaq dan iptek,
113
Dokumentasi Statistik SMK Muhammadiyah 1 Metro, Dicatat Tanggal 13 Oktober
2017 114
Dokumentasi Visi SMK Muhammadiyah 1 Metro, Dicatat Tanggal 13 Oktober 2017
81
dipandang sebagai persyarataan tujuan organisasi yang diimplementasikan
dengan bentuk kegiatan pembelajaran di sekolah.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa upaya menyiapkan calon
wira usaha yang memiliki imtaq dan Iptek, merupakan wawasan yang
menjadi tolak ukur berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di SMK
Muhammadiyah 1 Metro. Wawasan tersebut mendorong timbulnya
komitmen dari seluruh elemen di SMK Muhammadiyah 1 Metro salah
satunya dengan selalu peningkatan kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam yang direalisasikan dengan kegiatan belajar
mengajar.
b. Misi
Misi menggambarkan nilai-nilai organisasi, dan upaya dalam
mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Pernyataan misi berfungsi
memberikan arah usaha, dan langkah-langkah yang akan diambil dalam
mewujudkan visi. Misi SMK Muhammadiyah 1 Metro merupakan
program atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara operasional
sebagai arah dari setiap tindakan ekskutif di masa depan.
Adapun misi SMK Muhammadiyah 1 Metro adalah sebagai
berikut:
1) Membiasakan warga sekolah taat beribadah dan berakhlak
mulia.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing.
3) Meningkatkan siswa dalam penguasaan teknologi dan
informasi.
4) Meningkatkan prestasi akademika dan non akademika.
5) Menyiapkan siswa menjadi insane mandiri dan produktif.
82
6) Menyiapkan kader Muhammadiyah dan bangsa yang
bertanggung jawab.
7) Memnafaatkan dan mengelola sampah/ limbah lingkuangan
menjadi berdaya guna.
8) Menciptakan sekolah yang ASRI (Aman, Sejuk, Rindang, dan
Indah).
9) Melestarikan, melindungi, dan mengelola Lingkunngan
Hidup.115
Misi SMK Muhammdiyah 1 Metro sebagaimana yang dijelaskan di
atas, menggambarkan upaya SMK Muhammadiyah 1 Metro dalam
membiasakan warga sekolah taat beribadah dan berakhlak mulia,
meningkatkan siswa dalam penguasan teknologi dan informasi,
meningkatkan prestasi akademika dan non akademika, menyiapkan siswa
menjadi insan mandiri, kreatif dan produktif dan menyiapkan kader
muhammadiyah dan bangsa yang bertanggung jawab serta dapat
melestarikan, melindungi dan mengelola lingkungan hidup dengan sebaik-
baiknya.
Pernyataan misi di atas, menunjukan identitas dan karakteristik
program pendidikan di SMK Muhammadiyah 1 Metro sebagai lembaga di
bawah naungan Dinas Pendidikan dan organisasi Muhammadiyah. Misi
menbiasakan warga sekolah taat beribadah dan berakhlak mulia,
merupakan alasan mendasar eksistensi SMK Muhammadiyah 1 Metro
untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas yang memenuhi kebutuhan,
dan harapan masyarakat. Sehingga perlu adanya salah satu kegiatan
115
Dokumentasi Misi SMK Muhammadiyah 1 Metro, dicatat tanggal 12 Oktober 2017
83
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam.
c. Tujuan
Tujuan organisasi menjadi arah untuk pemberdayaaan daya dukung
yang tersedia, baik dari aspek sumber daya manusia, maupun sarana dan
prasarana dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi masing-
masing.
Adapun tujuan SMK Muhammadiyah 1 Metro sebagai berikut:
1) Terintegrasinya antara mutu, keunggulan dan profesional pada
out put pendidikan. Sehingga mampu bersaing dalam
kompetisi lokal.
2) Memiliki out put pendidikan (baik akademik maupun non
akademik) yang selalu meningkat setiap tahunnya.
3) Memotifasi masyarakat sekolah untuk terlibat aktif dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
4) Menggalang kesadaran masyarakat bahwa peningkatan mutu
pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen
masyarakat.
5) Menanamkan jiwa agama (Islam ) pada seluruh warga sekolah.
6) Memotifasi kepada seluruh warga sekolah untuk berperilaku
sesuai dengan norma dan nilai Islam dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari.
7) Terciptanya kader yang tangguh dan mau berjuang untuk
melangsungkan cita-cita Muhammadiyah.
8) Melestarikan dan memangfaatkan lingkungan sebagai media
pembelajaran.
9) Menciptakan budaya dan memanfaatkan lingkungan sebagai
media pembelajaran.
10) Semua warga turut serta melestarikan, melindungi dan
mengelola Lingkungan Hidup.116
Dari tujuan di atas, dapat dipahami bahwa SMK Muhammadiyah 1
Metro, berupaya mengintegrasikan keunggulan akademik yang dihasilkan
melelui pembelajaran, dengan keterampilan vokasional (kejuruan) yang
116
Dokumentasi Tujuan SMK Muhammadiyah 1 Metro, dicatat tanggal 20 Oktober 2017
84
dilandasi oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Mengacu kepada tujuan tersebut, diharapkan terciptanya kader dan
generasi yang memiliki kecakapan akademik, keterampilan, dan berakhlak
karimah.
4. Kondisi Sosiologis dan Lokasi Penelitian
a. Lingkungan Sekolah
SMK Muhammadiyah 1 Metro berada di Jalan Tawes 21 Polos
Metro Timur. Lingkungan sekolah sangat strategis. Jalan Tawes tersebut
di depan sekolah, merupakan jalan penghubung antara Jalan AH. Nasution
dengan Jalan Ki Hajar Dewantara. Di Jalan Ki Hajar Dewantara berdiri
Perguruan Tinggi IAIN Metro dan Universitas Muhammadiyah Metro.
Jarak 2 km dari SMK Muhammadiyah 1 Metro ada 2 SMP N :
1) SMP N 4 Metro
2) SMP N 2 Metro
Jarak 0,5 km dari SMK Muhammadiyah 1 Metro tersedia 2 tanah lapang :
1) Lapangan Kampus Metro (di depan sekolah)
2) Lapangan Garuda Metro Timur (di belakang sekolah)
Di samping kanan dan kiri SMK Muhammadiyah 1 Metro ada 2 jalan :
1) Jalan Seluang tembus ke Jl. Tongkol
2) Jalan Kepiting tembus ke Jl. Tongkol
85
Masyarakat di lingkungan sekolah sangat mendukung keberadaan
SMK Muhammadiyah 1 Metro dengan kelayakan pertumbuhan ekonomi
dan pendidikan, mereka berusaha :
1) Mencintai SMK Muhammadiyah 1 Metro dengan memasukkan
anaknya menjadi siswa SMK Muhammadiyah 1 Metro.
2) Membuka usaha, mengelola Rumah Kost. Ada 20 usaha
Rumah Kost pada radius 1 km dari SMK Muhammadiyah 1
Metro.
3) Membuka jasa Fotokopi. Ada 2 usaha Fotokopi.
4) Membuka usaha Toko Alat Tulis.
5) Masjid Muhajirin di halaman SMK Muhammadiyah 1 Metro,
jamaahnya bertambah banyak dari masyarakat lingkungan
sekoitar dan sejak tahun 1998 dipakai untuk Sholat Jumat.
Siswa SMK Muhammadiyah 1 Metro 40% berasal dari Kota Metro,
60% dari Kabupaten lain, seperti Kabupaten Lampung Timur dan
Lampung Tengah. Transportasi strategis, dari arah kanan Kompleks SMK
Muhammadiyah 1 Metro, orang atau kendaraan masuk Ki Hajar
Dewantara menuju Jalan Tawes, dari arah kiri Kompleks SMK
Muhammadiyah 1 Metro, orang atau kendaraan masuk Jl. AH. Nasution
menuju Jalan Tawes SMK Muhammadiyah 1 Metro.
b. Keadaan Peserta didik
Peserta didik merupakan salah satu komponen yang dimiliki oleh
SMK Muhammadiyah 1 Metro dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan.
86
Perkembangan jumlah peserta didik di SMK Muhammadiyah 1 Metro
menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, pada berbagai program
keahlian, baik program akuntansi, pemasaran, administrasi perkantoran
teknik komputer dan jaringan serta perbankan syariah. Sebagai mana
dijelaskan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.
Keadaan Peserta Didik Tahun SMK Muh. 1 Metro T.P. 2017/2018
Kls
Jumlah siswa
Kelas X Kelas XI Kelas XII Total
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml
AP 10 26 36 7 33 40 7 37 44 24 96 120
A1 8 27 35 7 14 21 5 27 32 20 68 88
A2 8 25 33 6 22 28 4 31 35 18 78 96
P 17 19 36 10 16 26 16 16 32 43 51 94
TK
J 1 25 8 33 21 15 36 21 10 31 67 33 100
TK
J 2 - - - - - - 20 6 26 20 6 26
PB
S 21 15 36 12 22 34 12 24 36 45 61 106
236 237 393 630
Sumber Dokumentasi Statistik SMK Muhammadiyah 1 Metro Tahun 2017
87
c. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Keberhasilan SMK Muhammadiyah 1 Metro dalam mewujudkan
visi, misi dan tujuan ditentukan oleh ketersediaan daya dukung yang
dimiliki, baik yang berkaitan dengan sumber daya manusia, seperti tenaga
pendidik dan kependidikan, serta karyawan, maupun sarana dan prasarana
yang tersedia.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
menghasilkan peserta didik yang terampil di bidangnya, maka SMK
Muhammadiyah 1 Metro didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan
yang kompeten dibidangnya, sesuai dengan mata pelajaran dan latar
belakang akademik.
Keberadaan tenaga pendidik dan kependidikan yang sangat
diperlukan dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan
di SMK Muhammadiyah 1 Metro. Untuk menunjang proses pembelajaran,
perlu di dukung guru yang memadai sesuai dengan kebutuhan lembaga
tersebut. Adapun jumlah guru keseluruhan ada 51 dan karyawan ada 8
orang sedangkan jumlah guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro ada 4
guru. sebagaimana dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel. 3.
Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Muhammadiyah 1 Metro
TP. 2017/2018
No Nama NBM Jabatan Program
diklat
1 Drs. Suharto 619,376 Kepala Sekolah Bahasa
Indonesia
88
2 Robby Gunawan, S.Kom. 1,073,782 Waka.
Kesiswaan
Tim TKJ
3 Dra. Harninuk 990,064 Waka.
Kurikulum
Akuntansi
4 Drs. Wahid Nurdiyanta 637,208 Guru Bahasa
Indonesia
5 Nursi Effendi, B.A. 779,586 Guru IPS
6 Drs. H. A. Mashuri 487.436 Guru Mengetik
7 Drs. Sugono, M.Pd.I. 554,842 Guru KMD
8 Subiasih, B. Sc. 673,732 Guru Ekonomi
9 Drs. M. Anshori 637,232 Guru Tarikh
10 Muhlan, B.A. 494,031 Guru PAI
11 Dra. Reni Gusfiarni 924,667 Guru Bahasa
Inggris
12 Dra. Arnita Orbana 779,582 Guru Kearsipan
13 Dra. Julaeha 1,041,026 Guru Bahasa
Indonesia
14 Dra. Herningsih 1,041,024 Guru Bahasa
Indonesia
15 Kandoko, S.Pd. 1,041,021 Guru KWU
16 Rini, S.Pd. 1,041,023 Guru Akuntansi
17 Yeniarti, S.Pd. 1,014,016 Guru KKPI
18 Suharni, S.Pd. 930,058 Guru Produktif
Pemasaran
19 Riana Sari, S.E., M.Pd. 930,059 Guru Produktif
Pemasaran
20 Akhyati Thohari, S.E. 709,974 Guru Produktif
PBS
21 Haryanto, S.Pd. 1,256,620 Guru Akuntansi
22 Rohaniya, S.Pd., M.Pd. 1,041,025 Guru Akuntansi
23 Meliyawati, S.Kom. - Guru Tim TKJ
24 Ngatirin, S.Kom. - Guru Tim TKJ
25 Aswandi, M.Pd.I. 996,550 Guru Bahasa
Arab
26 Bowo Adi Riyanto, S.E.,
S.Pd.
1,041,018 Guru Ekonomi
27 Dono Amsaroh, S.Pd. 1,041,017 Guru Bahasa
Inggris
28 Endang Puji Lestari, S.Pd. 1,073,784 Guru IPA
29 Edy Wahyudi, S.Kom. 1,073,785 Guru Tim TKJ
30 Azwandi, S.Kom. 1,196,989 Guru Tim TKJ
31 Edi Hariyanto, S.Pd. 1,125,452 Guru Matematika
32 Ramdhan Aris Kamal,
S.Pd.
1,163,464 Guru PJOK
89
33 M. Husni Arrafi, S.Pd. 1,125,458 Guru Matematika
34 Khoirul Anam, S.Pd. 1,125,396 Guru Bahasa
Inggris
35 Widya Andika Lestari,
S.Pd.
1,125,455 Guru Matematika
36 Susilawati, S.Psi.,S.Pd. 1,125,395 Guru BK
37 Azizi Sulaiman Arsyad,
S.Pd.
1,088,407 Guru Tim TKJ
38 Sri Widayati, S.Pd. 1,256,625 Guru Produktif
AP
39 Slamet Widodo, S.H.I. 1,269,889 Guru Bahasa
Arab
40 Zenni Mahmud, S.Pd.I. 1,125,456 Guru PAI
41 Dede Sumardi, S.Pd. 1,123,195 Guru Fisika
42 Eko Jati Putro,S.Pd - Guru Seni
Budaya
43 Hanna Difetra Alfath, S.Pd 1,256,629 Guru Seni
Budaya
44 Ade Ibramsyah, S.Pd. - Guru Penjaskes
45 Muklis Saputra, S.E.Sy. - Guru Produktif
PBS
46 Dimas Curota Ayun,
S.Pd.I
1,096,087 Guru PAI
47 Ahmad Bahtiar, S.Pd.I 1,159,471 Guru PAI
48 Dwi Susanto, S.Pd.I. 1,073,783 Guru KMD
49 Lilin Septiana, S.E. - Guru Produktif
PBS
50 Isnaini Lutfia, S.Pd. - Guru Seni
Budaya
51 M. Afrizal Aziz, S.Pd. - Guru BK
52 Darmaji 930,062 Kepala TU
53 Wiwin Handayani, A.Md. 1,041,020 Staf TU
54 Fitri Astuti Ningsih, S.P. 1,041,019 Staf
Perpustakaan
55 Hari Arbiafrianto, A.Md. 1,125,460 Staf TU
56 Deni Anggi Saputra 1,125,400 Satpam
57 Riski Pratama - Staf TU
58 Taupik Widayanto - Staf TU
59 Nur Atikah, A.Md. - Staf TU
60 Febri Nur Ardianto - Penjaga Sekolah
Sumber Dokumentasi Statistik SMK Muhammadiyah 1 Metro Tahun 2017
90
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung yang
diperlukan sekolah dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan SMK
Muhammadiyah 1 Metro. Untuk menunjang proses pembelajaran
diperlukan sarana dan prasarana yang baik, oleh sebab itu SMK
Muhammmadiyah 1 Metro sudah mempunyai sarana yang lengkap untuk
mendukung pembelajaran pendidikan agama Islam dengan memiliki kelas
yang cukup dan mempunyai masjid dengan perlengkapan yang baik yang
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.
Data Sarana dan Prasarana SMK Muhammadiyah 1 Metro
No Jenis Ruang Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Perlengkapan Baik
2 Ruang Wakasek dan Kajur 1 Perlengkapan Baik
3 Ruang Guru 2 Perlengkapan Baik
4 Ruang Tata Usaha 1 Perlengkapan Baik
5 Ruang Belajar/Kelas 19 Perlengkapan Baik
6 Ruang Praktik Komputer 4 Perlengkapan Baik
7 Ruang Perpustakaan 1 Perlengkapan Baik
8 Ruang BK 1 Perlengkapan Baik
9 Ruang PMR 1 Perlengkapan Baik
10 Ruang Kantor PCM 1 Perlengkapan Baik
11 Ruang Praktik Kejuruan 5 Perlengkapan Baik
91
12 Ruang Koperasi 1 Perlengkapan Baik
13 Ruang IPM 1 Perlengkapan Baik
14 Masjid 1 Perlengkapan Baik
15 Gudang 1 Perlengkapan Baik
16 Dapur 1 Perlengkapan Baik
17 Ruang Penjaga 1 Perlengkapan Baik
18 WC Guru 2 Perlengkapan Baik
19 WC Siswa 16 Perlengkapan Baik
20 Ruang LSP SMK Muh 1 1 Perlengkapan Baik
21 Kantien Sekolah 1 Perlengkapan Baik
22 Kantor Satpam 1 Perlengkapan Baik
Sumber Dokumentasi Statistik SMK Muhammadiyah 1 Metro Tahun 2017
e. Denah Lokasi Belajar
Denah lokasi belajar merupakan sebuah peta berukuran kecil yang
menunjukkan dan menggambarkan detail lokasi dari suatu bangunan.
Denah biasanya merupakan tampak atas dari sebuah bangunan. Jika
sebuah bangunan dipapas melintang, maka gambar tampak atas dari
bangunan tersebut dapat disebut sebuah denah. Seperti halnya peta, pada
dasarnya denah dibuat untuk dapat memudahkan penggunanya dalam
melacak suatu lokasi.
Denah lokasi belajar di SMK Muhammadiyah 1 Metro sudah di
atur sedemikian teratur yang dibuktikan dengan adanya kode gedung dan
92
ruang sebagai sarana membantu seluruh warga SMK Muhammadiyah 1
Metro dalam proses kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat dalam
gambar berikut ini.
Gambar 1 .
Denah Lokasi SMK Muhammadiyah 1 Metro
Sumber Dokumentasi SMK Muhammadiyah 1 Metro tahun 2017
f. Struktur Organisasi SMK Muhammadiyah 1 Metro
Struktur Organisasi merupakan susunan dan hubungan antara
kompenen atau bagian dalam sebuah organisasi. SMK Muhammadiyah 1
Metro dilihat dari struktur organisasinya di bawah naungan Yayasan
Persyarikatan Muhammadiyah tepatnya Majelis Pendidikan Dasar dan
Masjid
j
l
.
T
a
w
e
s
M
e
t
r
o
T
i
m
u
r
93
Menengah Pimpinan Cabang Metro Timur dan Dinas Pendidikan Provinsi
Lampung. Struktur Organisasi SMK Muhammadiyah 1 Metro tersebut
menggambarkan tugas dan wewenang masing-masing komponen sekolah,
dan hubungan komponen tersebut dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan
SMK Muhammadiyah 1 Metro. Dekripsi kerja (job deskripsi) meliputi:
1) Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
Bertugas mengatur dan mengelola kegiatan belajar mengajar serta
sebagai bimbingan konseling bagi seluruh siswa.
2) Guru
Bertugas sebagai pendidik dan motivator serta berfungsi sabagai
bimbingan konseling siswa dalam mengatasi kesulitan.
3) Tata Usaha dan Bendahara
Sebagai pengatur administrasi dan membantu kelancaran belajar
mengajar.
4) Bimbingan Konseling (BK)
Bertugas memberikan pengarahan dan bimbingan kepada seluruh
siswa
5) Siswa
Harus aktif dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
sekolah.
Gambaran tentang kerangka dan pola hubungan, tugas dan tanggung
jawab dalam struktrur organisasi SMK Muhammadiyah 1 Metro
adalah sebagai berikut:
94
Gambar 2.
STRUKTUR ORGANISASI SMK MUHAMMADIYAH 1 METRO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
= Garis Instruksi
= Garis Konsultasi
WAKA
SARPRAS
WALI KELAS/
PEMBINA-PEMBINA
GURU
ADAPTIF
GURU
PRODUK
GURU
BK GURU
NORMAT
SISWA
WAKA
HUMAS WAKA
KURIKULUM
KETUA PROGRAM
KEAHLIAN
DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI LAMPUNG
KEPALA
SEKOLAH
POKJA WMM
Ka. TATA
USAHA
WAKIL
MANAJEME
KOMITE
SEKOLAH
DU/DI
STAF TATA
USAHA
WAKA
KESISWAAN
MAJELIS DIKDASMEN
PCM METRO TIMUR
95
A. Temuan Khusus Penelitian
1. Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan Kompetensi
Profesional guru PAI
Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bantuan profesional yang
diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang
sistematis dalam perencanaan, pengamatan yang cermat, dan pemberian
balikan yang segera secara objektif tentang penampilan pengajarannya yang
nyata untuk meningkatkan profesionalsme dalam mengajar yang difokuskan
pada pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai
peserta atau partisipasi aktif dalam proses supervisi tersebut.
Dalam hal ini supervisi klinis dilakukan oleh kepala sekolah SMK
Muhammadiyah 1 Metro berkaitan dengan supervisi klinis terhadap guru PAI
di SMK Muhammadiyah 1 Metro, maka dapat dijelaskan berdasarkan hasil
wawancara sebagaimana di bawah ini:
Menurut Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Metro sebagai nara
sumber pertama, bahwa beliau memahami tentang supervisi klinis. Hal ini
sesuai dengan pernyataan kepala sekolah SMK Muhammadiyah 1 Metro
sesuai dengan petikan wawancara berikut ini:
Saya mengetahui tentang supervisi klinis adalah supervise yang bisa
dilakukan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru senior
dalam pembelajaran, pribadi guru, administrasi yang berupa bantuan
dalam proses belajar mengajar agar pelaksanaan pembelajaran lebih
baik sebagaimana yang diharapkan sekolah dan pemerintah. (W.1/
F.1.1/SHT/08/11/17)
Supervisi klinis juga dipahami oleh Wakil Kepala sekolah bidang
kurikulum dalam petikan wawancara sebagai berikut ini:
96
Supervisi klinis adalah bentuk bimbingan profesional yang diberikan
kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang
sistematis. (W.2/ F.1.1/HRK/08/11/17)
Dari dua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa supervisi klinis
merupakan suatu bentuk supervisi atau pengawasan yang dilaksanakan oleh
pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru senior dimana dalam kegiatan
supervisi dilakukan pembimbingan secara professional. Pembimbingan
yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing guru.
Supervisi klinis dilakukan bukan tanpa adanya alasan atau kebutuhan.
Supervisi klinis dipilih tentunya untuk melakukan pengawasan dengan tujuan
tertentu. Adapun alasan dipilihnya supervisi klinis yang dilakukan sesuai
dengan petikan wawancara berikut ini:
Sebagai pertimbangan melakukan supervisi klinis, yang pertama
adalah selama ini jarang sekali pengawas sekolah malaksanakannya,
Kedua, atas dasar permintaan guru dan tugas sebagai kepala sekolah
sebagai supervisor. Ketiga supervisi klinis dilaksanakan oleh kepala
sekolah sebagai supervisor sesuai dengan jenis permasalahan yang
dihadapi. Setiap permasalahan yang ditemui tidak harus sama dengan
sistem/cara penyelesaiannya. Suatu permasalahan harus diselesaikan
dengan cara yang sesuai dan belum tentu dengan supervisi klinis”.
(W.1/ F.1.2/SHT/08/11/17)
Tujuan dari supervisi klinis juga dipahami oleh wakil kepala sekolah
bidang kurikulum yang menyatakan bahwa:
Supervisi klinis dilakukan agar para guru dapat melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya, utamanya bagi mereka yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran agar dapat menyelesaikannya dengan
sebaik-baiknya. (W.2/ F.1.2/HRK/08/11/17)
Dari kedua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa pemilihan
supervisi klinis dikarenakan adanya tidak adanya pengawas sekolah yang
melaksanakannya, keinginan untuk memberikan bimbingan kepada guru agar
97
dapat menyelesaikan berbagai kesulitan yang dihadapinya. Supervisi klinis
merupakan supervisi yang dilakukan dengan pembimbingan sesuai dengan
kebutuhan setiap guru. Karena itu, kegiatan ini akan berbeda-beda antara guru
yang satu dengan guru lainnya. Untuk itu, pelaksanaan supervisi klinis tentu
akan berbeda dengan supervisi pada umumnya. Sehubungan dengan hal
tersebut, mengenai pelaksanaan supervisi klinis ini, salah satu guru
pendidikan agama Islam menyatakan bahwa:
Ya, kepala sekolah melakukan supervisi klinis terhadap guru
pendidikan agama Islam yang mana pelaksanaanya dibantu oleh waka
kurikulum. (W.3/ F.1.1/ZMD/08/11/17)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah melakukan
supervisi klinis terhadap dirinya dan rekan-rekannya dibantu oleh waka
kurikulum.
Hal senada juga dikemukakan oleh beberapa guru PAI menyatakan
bahwa kepala sekolah melakukan supervisi klinis. Hal ini sebagaimana
dikemukakan guru PAI lainnya yang menyatakan sesuai dengan petikan
wawancara berikut ini:
Kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi di kelas, melihat RPP
yang saya miliki dan memberikan komentar perbaikan. (W.4/
F.1.1/DMC/08/11/17
Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa kepala sekolah melakukan
supervisi klinis di kelas umtuk perbaikan rencana pembelajaran. Hal senada
juga disampaikan guru pendidikan agama Islam lainnya sesuai dengan
petikan wawancara sebagai berikut:
Kami melakukan konsultasi kepada kepala sekolah yang sedang
melakukan supervisi di sekolah kami. (W.5/ F.1.1/ADB/09/11/17)
98
Dari beberapa pernyataan di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah
melakukan supervisi klinis di sekolah, yaitu melakukan pengawasan terhadap
kegiatan pembelajaran di kelas termasuk memberikan masukan terhadap guru
tentang beberapa hal yang terkait dengan masalah pembelajaran.
Namun dari beberapa nara sumber lain diketahui bahwa mereka
tidak mengetahui adanya supervisi klinis hal ini sesuai dengan petikan
wawancara berikut ini:
Iya, kadang-kadang saya disupervisi kepala sekolah tetapi bukan
supervisi kelas, mungkin faktor umur saya ini yang sudah tua
sehingga kepala sekolah enggan untuk mensupervisi diri saya. (W.6/
F.1.1/MHL/10/11/17)
Dari perbedaan informasi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa
kepala sekolah melakukan supervisi klinis terhadap beberapa guru, tetapi
tidak melakukan supervisi klinis terhadap beberapa guru lain. Dengan kata
lain bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya melakukan supervisi klinis
terhadap semua guru di SMK Muhammadiyah 1 Metro. Hal ini tentu ada
sebabnya mengapa kepala sekolah tidak melakukan supervisi klinis terhadap
semua guru. Dikonfirmasikan lagi dengan dengan kepala sekolah,
menyatakan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Tentu tidak semua guru mendapatkan supervisi klinis, karena tidak
semua guru membutuhkannya. Selama yang dilakukan guru sudah
baik, ya sudah, artinya seorang guru tersebut sudah dapat
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran. Sehingga
supervisi klinis menurut saya hanya diutamakan terhadap guru yang
mengalami kesulitan. (W.1/ F.1.3/SHT/08/11/17)
Dari informasi tersebut jadi jelas bahwa tidak semua guru
mendapatkan supervisi klinis. Supervisi klinis sebagai supervisi untuk
99
melakukan perbaikan diperuntukkan guru yang mengalami kesulitan dalam
kegiatan pembelajaran. Karena itu perlu dibimbing dan diarahkan agar
kesulitannya dapat teratasi dan dapat melakukan pembelajaran secara normal
dan wajar. Selanjutnya mengenai pelaksanaannya, kepala sekolah
menyatakan sesuai dengan petikan wawancara berikut:
Pelaksanaan supervisi klinis dilaksanakan di ruang kelas oleh saya
sendiri dibantu waka kurikulum dan Bapak/Ibu guru di mulai dari
pengawasan setiap pagi secara langsung di kelas maupun saya melihat
dari layar CCTV di ruangan saya untuk melihat pembelajaran yang
ada di kelas. kemudian saya melaksanakan supervisi klinis yang
dimulai dari pertemuan awal (perencanaan), pelaksanaan, dan
pertemuan akhir (monitoring dan evaluasi). Pada tahap awal
difokuskan dalam hal mendesain program perencanaan supervisi
klinis, melakukan pengkajian RPP. Tahap pelaksanaan dilakukan
pengawas: (a) deteksi kompetensi guru secara lesan; (b) administrasi
pembelajaran; (c) proses belajar mengajar di kelas; (d) pembinaan
RPP; (e) monitoring; (f) pengembangan RPP; (g) evaluasi; (h)
peningkatan mutu pembelajaran; (i) pengembangan bahan ajar; (j)
pengembangan media; (k) deteksi kesulitan belajar siswa; dan (l)
memberikan solusi kepada siswa yang mengalami hambatan
belajar.Tahap yang terakhir adalah monitoring dan evaluasi. Dalam
tahap ini, kepala sekolah mengadakan kegiatan monitoring, evaluasi
dan pengembangan pada pelaksanaan tahap kedua. Selanjutnya
supervisi klinis dilaksanakan kepada Bapak/Ibu guru yang mengalami
kesulitan/ permasalahan baik dalam pembelajaran, administrasi dan
lain-lain, dan dalam melaksanakan supervisi ini, kepala sekolah
melaksanakannya secara berkesinambungan tidak hanya sekali saja,
namun dipantau terus perkembangannya untuk terselesaikannya
masalah yang dihadapi. (W.1/ F.1.4/SHT/08/11/17)
Dari pendapat kepala sekolah dikuatkan dengan adanya hasil
dokumentasi yang berupa intrumen penilaian guru dalam pembalajaran di
kelas. (D.I./F.1/08/11/17)
Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan
supervisi klinis dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Lebih lanjut tentang pelaksanaan
100
supervisi klinis, bahwa setiap kegiatan tentu dilakukan perencanaan terlebih
dahulu sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Sangat perlu untuk direncanakan, sebab semua program kalau tidak
direncanakan hasilnya juga nanti kurang bagus sehingga pelaksanaan
supervisi klinis pun harus direncanakan dengan memberikan intrumen
evaluasi diri dan wawancara kepada guru pendidikan agama Islam
merupakan pertemuan awal. (W.1/ F.1.5/SHT/08/11/17)
Dari pendapat di atas dikuatkan dengan dokumen Evaluative Chek
List yang berisi tentang aspek-aspek yang dilihat sesuai dengan kompetensi
guru pendidikan agama Islam. (D.I./F.1/08/11/17)
Dari pernyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa supervisi
klinis perlu direncanakan. Perencanaan dilakukan dengan melakukan
memberikan instrument evaluasi diri dan wawancara sebagai titik awalnya,
yaitu untuk mengetahui kebutuhan guru atau hal-hal yang menjadi kesulitan
guru pendidikan agama Islam. Lebih lanjut tentang pelaksanaan supervisi
klinis, guru pendidikan agama Islam menyatakan sesuai dengan petikan
wawancara berikut :
Beberapa kali kepala sekolah menanyakan kesulitan-kesulitan yang
kami hadapi dalam kegiatan pembelajaran, namun beliau tidak
memberikan solusinya. Informasi tersebut menunjukkan bahwa kepala
sekolah berusaha mencari masalah yang dihadapi oleh guru. (W.3/
F.1.2/ZMD/08/11/17)
Pernyataan senada dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam
lainnya sesuai dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:
Kami diminta untuk mengisi instrument evaluasi diri dan
mengemukakan berbagai permasalahan yang kami hadapi di kelas,
permasalahan guru terhadap siswa dan beliau mencatatnya. Selain itu
kepala sekolah juga melihat perangkat pembelajaran kami dan beliau
menanyakan berbagai kesulitan dalam membuatnya. (W.5/
F.1.2/ADB/09/11/17)
101
Berdasarkan beberapa informasi di atas menunjukkan bahwa kepala
sekolah mencari permasalahan yang dihadapi oleh guru, yaitu dengan melihat
hasil dari evaluasi diri guru pendidikan agama Islam dan menanyakan
permasalahan guru pendidikan agama Islam dalam pembelajaran di kelas dan
juga melihat perangkat pembelajaran guru. Kegiatan tersebut nampak sebagai
kegiatan untuk mengumpulkan data dan informasi. Kegiatan ini merupakan
bagian dari kegiatan perencanaan dalam melakukan supervisi.
Lebih lanjut dalam perencanaan supervisi klinis, pihak yang terkait
perlu memahami kegiatan yang akan dilakukan. Sehubungan dengan
informasi di atas tentang perlunya memperoleh data dan memberitahukan
tentang rencana supervisi kepada guru dinyatakan sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut:
Kadang-kadang tidak, tetapi khusus supervisi klinis harus diberi tahu
terlebih dahulu karena sebelum pelaksanaan harus bermusyawarah
antara, kepala sekolah, staf pimpinan, guru pendidikan agama Islam
pada khusunya dan staf tata usaha secara terbuka. (W.1/
F.1.6/SHT/08/11/17)
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan
supervisi klinis, kepalas sekolah memberitahu kepada guru dan waka
kurikulum terlebih dahulu. Pemberitahuan ini tentunya memiliki tujuan.
Namun secara jelas bahwa supervisi klinis memerlukan kerjasama antara
supervisor dengan yang disupervisi. Jadi pemberitahuan rencana ini dapat
dikatakan memiliki tujuan agar terjadi kerjasama yang baik antara supervisor
dengan yang disupervisi. Sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
102
Kepala sekolah memberitahukan kepada kami selaku penanggung
jawab ketika akan melakukan supervisi klinis di sekolah kami. Selain
itu juga diharapkan guru juga harus mengetahui bahwa kepala sekolah
akan melakukan supervisi klinis. (W.2/ F.1.3/HRK/08/11/17)
Jadi, pihak yang terkait dengan kegiatan pengawasan sebelumnya
diberitahu akan kegiatan yang hendak dilakukan. Sehingga akan terjadi
kerjasama antara berbagai pihak yang terkait dalam kegiatan supervisi klinis.
Hal senada juga dikemukakan salah satu guru pendidikan agama Islam yang
menyatakan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Sebelum kepala sekolah akan melakukan supervisi, kami diberitahu
terlebih dahulu oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dengan
demikian kami juga siap untuk mengikuti supervisi klinis. (W.4/
F.1.2/DMC/08/11/17)
Pernyataan tersebut didukung pula oleh guru pendidikan agama Islam
yang lainnya yang menyatakan sesuai dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Waka Kurikulum memberitahu kami ketika akan dilakukan supervisi
klinis oleh kepala sekolah. Karena itu kami juga siap-siap agar dapat
mengikuti supervisi dengan baik. (W.2/ F.1.3/ADB/09/11/17)
Berdasarkan beberapa informasi di atas, kegiatan supervisi klinis
dilakukan oleh kepala sekolah dengan memberitahukan kepada pihak-pihak
yang terkait, yaitu Waka kurikulum dan guru yang bersangkutan. Hal ini
penting karena kegiatan supervisi klinis ditujukan untuk melakukan perbaikan
pembelajaran bagi guru yang mengalami kesulitan. Setiap kegiatan yang
dilakukan, perlu diketahui apakah sudah mencapai tujuan atau belum. Dari
kedua pernyataan di atas didukung dengan hasil observasi sesuai dengan
petikan observasi sebagai berikut:
103
Ibu waka kurikulum menghampiri salah satu guru pendidikan agama
Islam di ruang guru untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran,
yang meliputi; kalender pendidikan, program tahunan, program
semester, penyusunan silabus, penyajian materi sampai pada kegiatan
remedial dan disyahkan oleh kepala sekolah karena besuk akan akan
nada supervisi pembelajaran di kelas. (O/ F.1.O1//08/11/17)
Kegiatan untuk mengetahui pencapaian tujuan biasanya disebut
dengan kegiatan evaluasi. Hal ini juga dilakukan pada kegiatan supervisi
klinis, sebagaimana dinyatakan oleh kepala sekolah tentang pelaksanaan
evaluasi supervisi klinis, sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan evaluasi saya melihat pembelajaran di kelas secara
lansung sambil mengisi intrumen penilaian proses belajar pada
umumnya, keterampilan khusus dalam mengajar dan suasana kelas
setelah itu hasil dari evaluasi tadi dibicarakan kembali bersamaan
dengan kegiatan kelompok kerja guru yang dilaksanakan bersama-
sama antara kepala sekolah, waka kurikulum, guru PAI, dan pengurus
KKG dan pelaksanaannya secara berkelanjutan. (W.1/
F.1.7/SHT/08/11/17)
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan evaluasi dari
supervise klinis sudah dilaksanakan secara terencana bersamaan dengan
kegiatan KKG. Dalam kegiatan KKG tersebut, maka dapat dilakukan evaluasi
bersama antara kepala sekolah, waka kurikulum, guru PAI dan pengurus
KKG, sehingga dapat diketahui efektivitas dari supervisi klinis yang
dilakukan.
Sehubungan informasi di atas, beberapa informasi di bawah ini
ternyata banyak yang mendukung kebenarannya. Informasi tersebut sesuai
dengan petikan wawancara sebagai beriku:
Sesuai dengan rencana, kepala sekolah menghadiri kegiatan KKG dan
melakukan evaluasi terhadap kegiatan supervisi klinis yang telah
dilakukan di sekolah. (W.4/ F.1.3/DMC/08/11/17)
104
Hal senada juga mendukung informasi kebenaran kegiatan evaluasi
kegiatan supervisi sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Setelah kami mengikuti supervisi klinis, kemudian dievaluasi oleh
kepala sekolah dengan memberikan hasil pelaksanaan supervisi klinis
dengan intrumen yang telah disiapkan oleh kepala sekolah. Kemudian
kegiatan evaluasi dilakukan di KKG bersamaan dengan teman guru
lain yang juga mengikuti kegiatan supervisi klinis. (W.5/
F.1.4/ADB/09/11/17)
Sehubungan dengan pelaksanaan evaluasi wakil kepala sekolah
bidang kurikulum juga menyatakan sesuai dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum, saya tetap harus
memberikan pengawasan kepada guru. Apalagi ada supervisi klinis
yang dilakukan oleh kepala sekolah, saya harus mengetahui sejauh
mana dapat memberikan solusi atas kesulitan yang dihadapi guru.
(W.2/ F.1.4/HRK/08/11/17)
Dari beberapa pendapat di atas dikuatkan dengan dokumentasi activity
chek list tentang proses belajar mengajar yang berisi secara garis besar
tentang proses mengajar pada umunya, keterampilan khusus dalam mengajar
dan suasana kelas. (D.3./F.1/08/11/17)
Dari beberapa yang Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa wakil
kepala sekolah bidang kurikulum juga turut berpartisipasi dalam kegiatan
evaluasi supervisi. Karena wakil kepala sekolah bidang kurikulum
bertanggung jawab terhadap kesulitan yang dihadapi guru, sehingga jika ada
supervisi klinis, maka wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga harus
mengetahui penyelesaian masalah yang dihadapi guru. Hal ini didukung dari
pernyataan salah satu guru pendidikan agama Islam sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut:
105
Dalam kegiatan supervisi ini, kepala sekolah langsung memberikan
evaluasi, yaitu dengan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
saya lakukan yang dianggap kurang benar. Sehingga saya dan kawan-
kawan langsung memahami dengan baik. Evaluasi supervisi klinis
terhadap guru dilaksanakan dengan berkala dan terprogram antara
lain; hasil tugas dengan beberapa indikator yang dapat diukur perilaku
dan ciri individu (W.3/ F.1.3/ZMD/08/11/17)
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa supervisi klinis dilakukan
secara berkala dan terprogram. Kegiatan evaluasi mencakup hasil
pelaksanaan tugas yang dinilai berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan
yang meliputi perilaku dan ciri yang ada pada guru pada saat pembelajaran di
kelas.
Berdasarkan beberapa informasi di atas, secara jelas menunjukkan
bahwa evaluasi terhadap supervisi klinis yang dilakukan secara berkala atau
periodik, meskipun tidak selalu tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa
kepala sekolah benar-benar melakukan supervisi dan melakukan evaluasi
secara baik. Selain itu, kegiatan evaluasi tidak hanya dilakukan secara
langsung mengunjungi guru yang dievaluasi, tetapi juga melalui telepon.
Dengan demikian, pengawas memiliki rasa tanggung jawab atas supervisi
yang dilakukannya. Selain itu, kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas supervisi klinis sebagaimana penjelasan di atas
menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan
supervisi. Kegiatan evaluasi ini dapat dikatakan sebagai kegiatan evaluasi
langsung. Dengan evaluasi secara langsung, maka guru dapat memahami
dengan baik penyelesaian masalah yang dihadapinya, sehingga dapat
dikatakan bahwa kegiatan supervisi klinis tersebut lebih efektif.
106
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui salah satu
kelebihan dari kegiatan supervisi klinis, yaitu permasalahan langsung dibahas
antara supervisor dan guru. Lebih jelasnya, dinyatakan oleh kepala sekolah
sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Kelebihannya suatu pemasalahan dapat diselesaikan dengan tuntas
karena dipantau terus, sedangkan kekurangannya perlu waktu yang
lebih lama. (W.1/ F.1.8/SHT/08/11/17)
Hal senada juga dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Dengan supervisi klinis, maka guru dapat memperoleh jalan keluar
dari permasalahan dengan baik dan dievaluasi secara periodik.
Sehingga kegiatan guru dapat dipantau secara terus menerus. Tetapi
supervisi klinis ini memerlukan waktu yang lama. Jadi waktunya
tersebut yang menjadi permasalahan. (W.2/ F.1.5/HRK/08/11/17)
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa kelebihan supervisi klinis adalah
bahwa permasalahan yang dihadapi guru dapat diselesaikan secara tuntas,
karena langsung dibahas dan dikaji saat supervisi dilakukan. Namun
demikian, ada kelemahan dalam supervisi klinis, yaitu penggunaan waktu
supervisi. Kegiatan supervisi klinis ternyata tidak dapat dilakukan dengan
cepat, memerlukan waktu yang lebih lama.
Supervisi klinis merupakan kegiatan pengawasan untuk
menyelesaikan suatu masalah. Hal ini tentu berkaitan dengan pencapaian
kompetensi profesional yang dilakukan oleh guru. Sesuai dengan tujuannya,
maka guru diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan atau kesulitannya
sehingga dapat melakukan tugasnya secara maksimal. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka kepala sekolah menyatakan tentang kompetensi
107
professional guru PAI setelah adanya supervisi klinis sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut:
Dengan adanya pembinaan guru terus berusaha memperbaiki proses
pembelajaran misalnya; memakai alat peraga, alat media,
memperbaiki administrasi akademik, melengkapi instrumen,
penilaian, perbaikan dan pengayaan. (W.1/ F.1.9/SHT/08/11/17)
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa supervisi klinis dilakukan
untuk melakukan pembinaan agar guru terus berusaha memperbaiki proses
pembelajaran. Pembinaan dilakukan agar guru senantiasa meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dengan memakai alat peraga, media,
memperbaiki administrasi akademis, melengkapi instrumen pembelajaran,
melakukan penilaian, perbaikan, dan pengayaan. Berbagai hal tersebut
merupakan tugas guru, namun masih banyak guru yang belum maksimal
dalam melaksanakan tugasnya.
Pernyataan di atas didukung oleh informasi yang disampaikan oleh
wakil kepala sekolah bidang kurikulum sesuai dengan petikan wawancara
sebagai berikut:
Setelah diadakan supervisi klinis, guru dapat melakukan pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran meskipun media yang
digunakan masih bersifat sederhana. Guru yang lainnya juga
mengusulkan untuk pengadaan media yang lebih modern agar dapat
menyelenggarakan pembelajaran secara maksimal. Selain itu, guru
dapat menerapkan beberapa metode pembelajaran yang berbeda.
(W.2/ F.1.6/HRK/08/11/17)
Dengan adanya supervisi klinis, ternyata guru dapat meningkatkan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dan metode yang
berbeda. Hal ini berarti selama ini guru memiliki permasalahan dalam
penggunaan media dan metode pembelajaran. Lebih lanjut tentang
108
kompetensi professional guru pendidikan agama Islam. Salah satu guru
pendididkan agama Islam memberikan informasi yang mendukung tentang
penggunaan media pembelajaran, sesuai dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Selama ini kami memang merasa kurang bisa menggunakan media
pembelajaran, karena memang kami kurang memahami tentang
manfaat dan cara menggunakan media. (W.3/ F.1.4/ZMD/08/11/17)
Hal senada disampaikan guru pendidikan Islam satunya yang
memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Setelah ada supervisi klinis yang saya ikuti, saya berusaha
menggunakan media pembelajaran yang ada dan sederhana. Sekarang
saya paham bahwa media tidak hanya LCD atau media modern
lainnya, tetapi benda-benda yang ada di sekitar kita ternyata juga
dapat digunakan sebagai media. Setelah adanya supervisi klinis ini,
saya sekarang lebih tahu bahwa media pembelajaran sebenarnya dapat
dibuat sendiri dan juga dapat diperoleh dari lingkungan sekitar kita.
(W.4/ F.1.4/DMC/08/11/17)
Dari kedua pernyataan di atas didukung lagi guru pendidikan agama
Islam lainnya dengan memberikan informasi sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut ini:
Saya sekarang dapat membuat media pembelajaran sendiri setelah
mengikuti supervisi klinis. Jadi saya tidak perlu menggunakan LCD
untuk menjelaskan materi pembelajaran. (W.5/ F.1.5/ADB/09/11/17)
Berdasarkan beberapa informasi di atas, maka dapat diketahui bahwa
Supervisi klinis yang dilakukan oleh pengawas sekolah memiliki dampak
yang baik. Salah satunya berdampak pada pemahaman dan keterampilan
dalam menggunakan dan membuat media pembelajaran. Hal yang dipahami
oleh guru adalah bahwa media pembelajaran tidak harus menggunakan LCD
109
atau perangkat modern lainnya, tetapi media pembelajaran dapat dibuat
sendiri dan dapat ditemukan di lingkungan sekitar.
Kegiatan supervisi tentunya dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan supervisi tidak monoton dan
cenderung membosankan. Mengenai masalah penggunaan metode supervisi
tersebut, kepala sekolah menyatakan tentang metode supervisi yang
diterapkan, sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Dengan metode yang bervariasi serta teknik, modifikasi yang
disesuaikan dengan situasi, mengembangkan lewat pembinaan
berkala. (W.1/ F.1.10/SHT/08/11/17)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa supervisor atau kepala
sekolah menggunakan berbagai metode dan teknik dalam melakukan
supervisi. Metode dan teknik tersebut juga dimodifikasi yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi.
Mengenai penggunaan metode supervisi, juga dikemukakan guru
pendidikan agama Islam yang menyatakan sesuai dengan petikan wawancara
sebagai berikut ini:
Ketika kepala sekolah datang, tidak hanya melihat-lihat saja, akan
tetapi juga bertanya tentang kegiatan pembelajaran yang kami
lakukan. Selain itu juga memberi beberapa saran dalam mengajar.
(W.3/ F.1.5/ZMD/08/11/17)
Hal senada juga dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam
lainnya yang menyatakan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Ketika kami bertemu kepala sekolah beliau juga menanyakan berbagai
kesulitan yang kami hadapi. (W.4/ F.1.5/DMC/08/11/17)
110
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa kepala sekolah melakukan
kegiatannya dengan menggunakan metode yang berbeda. Salah satunya
adalah dengan melakukan tanya jawab tentang berbagai kesulitan yang
dihadapi guru. Kegiatan tanya jawab ini merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh pengawas dalam kegiatan supervisi klinis, yaitu menggali
informasi tentang kesulitan dari guru. Lebih lanjut tentang metode supervisi,
guru pendidikan agama Islam lainnya memberikan pernyataan sesuai denga
petikan wawancara sebagai berikut ini:
Kepala sekolah menjadwal kegiatan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kami lakukan, yang selama
ini dianggap kurang maksimal selain itu kepala sekolah memberikan
pengarahan tentang kegiatan pembelajaran yang baik dan beliau juga
melihat langsung kegiatan pembelajaran yang kami lakukan
berdasarkan petunjuk beliau. (W.5/ F.1.6/ADB/09/11/17)
Kedua informasi di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah
melakukan kegiatan pengawasan dengan menggunakan metode klinis, yaitu
melakukan penjadwalan dan pengarahan serta melihat kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arahan yang diberikan kepada guru.
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pengawas
menggunakan metode supervisi yang berganti. Salah satunya adalah dengan
melakukan supervisi klinis untuk mengatasi problematika guru PAI SMK
Muhammadiyah 1 Metro. Kepala sekolah menganalis berbagai permasalahan
guru PAI, dan membantu guru PAI untuk memecahkan permasalahnnya
sehingga, guru PAI menemukan cara-cara meningkatkan kompetensi
profesionalnya serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan secara klinis
baik dalam administrasi, PBM, dan pribadi guru PAI yang mengganggu
111
tugasnya. Fenomena-fenomena problematikan yang ditemui peneliti di SMK
Muhammadiyah 1 Metro yaitu dalam hal administrasi guru PAI dan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dalam kelas yang cenderung
tradisional.
Kegiatan supervisi klinis yang sudah terurai di atas bertujuan untuk
membimbing guru dalam memaksimalkan kegiatan pembelajaran, baik
kegiatan yang berkaitan dengan siswa maupun kegiatan yang bersifat
adminsitratif. Kegiatan supervisi klinis yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
terhadap Guru PAI bertujuan untuk meningkatkan kompetensi professional
Guru tersebut.
Hasil supervisi klinis yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah
dapat diketahui hasilnya melalui kompetensi professional guru PAI.
Sehubungan dengan masalah kompetesi professional guru dengan adanya
supervisi klinis, wakil kepala sekolah bidang kurikulum memberikan
pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut ini:
Beberapa program kinerja guru dan kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah: Membuat surat tugas mengajar; Monitoring administrasi
akademik; Rapat sekolah; Kalender pendidikan; Jadwal pelajaran;
Laporan penilaian hasil belajar; Monitoring KKG diadakan satu bulan
sekali; Merancang rencana, program pembelajaran mulai awal tahun
ajaran baru; Musyawarah dengan anggota sekolah tentang rencana
anggaran belanja sekolah. Sedangkan rencana program kepala sekolah
dan kinerja guru antara lain: Memantau dan mengevaluasi kinerja
semua warga sekolah sesuai professi masing-masing Rencana
program rehap gedung sekolah, perbaikan lingkungan, pengkajian
tanggung jawab penggunaan dana bos, serta memantau, keterbukaan
berorganisasi wargasekolah dasar, membina, menyampaikan hasil
rapat dari dinas; Program kinerja guru; Program mingguan dibuat
awal minggu; Program semester dibuat awal semester; Program
tahunan dibuat awal tahun; monitoring dan evaluasi di sekolah guna
mengukur tingkat kemajuan pendidikan, antara lain memantau
112
kebutuhan pengajar, jangan sampai vakum; Memantau sarana dan
prasarana, serta perangkat pembelajaran; Memantau pelaksanaan
proses pembelajaran; Perencanaan program kerja jangka pendek;
Perencanaan program kerja jangka menengah; Perencanaan program
kerja jangka panjang. (W.2/ F.1.7/HRK/08/11/17)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelas bahwa kompetensi
professional guru dapat dilihat dari kegiatan perencanaan pembelajaran
sampai dengan kegiatan adminstratif. Hasil dari pelaksanaan tugas tersebut
kemudian dilakukan penilaian dan hasil penilaian merupakan bentuk
kompetensi professional guru.
Berkaitan dengan kompetensi profesional guru, beberapa informasi
di bawah ini merupakan informasi dari guru tentang kompetensi profesional .
guru pendididikan agama Islam tentang penggunaan RPP dalam kegiatan
pembelajaran, sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Ya, dalam proses pembelajaran menggunakan RPP. (W.3/
F.1.6/ZMD/08/11/17)
Sementara itu, guru pendidikan lainnya juga menyatakan hal senada
sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Tentu kami menggunakan RPP dalam pembelajaran, karena RPP
merupakan rencana yang akan diterapkan dalam pembelajaran. (W.4/
F.1.6/DMC/08/11/17)
Dari kedua pernyataan di atas didukung lagi pernyataan guru
pendidikan agama Islam satunya sesuai dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Ya pasti menggunakan RPP, selain sebagai syarat administrasi
pembelajaran, RPP merupakan program yang dibuat sebelum kegiatan
dilakukan. (W.5/ F.1.7/ADB/09/11/17)
113
Berdasarkan berbagai informasi di atas, secara jelas dapat diketahui
bahwa guru menggunakan RPP dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan
RPP merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, baik sebagai kegiatan
administrasi pembelajaran maupun sebagai program yang direncanakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran. Penggunaan RPP memang salah satu
bagian dalam kegiatan pembelajaran, dimana dengan RPP berarti guru telah
menyiapkan kegiatan pembelajaran. Adanya kesiapan tersebut tentunya akan
lebih menjamin keberhasilan pembelajaran dapat tercapai.
Lebih lanjut tentang RPP yang digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran, guru pendididikan agama Islam menyatakan tentang asal RPP
yang digunakan, sesuai petikan wawancara sebagai berikut:
RPP yang kami pakai adalah mengcopy dari teman yang lain atau dari
tahun sebelumnya. (W.3/ F.1.7/ZMD/08/11/17)
Sementara itu, guru pendidikan agama Islam satunya memberikan
pernyataan sesuai dengan petikan sebagai berikut:
Kami membuatnya sendiri, tetapi sudah kami buat 2 tahun yang lalu.
Jadi kami menggunakan RPP tahun lalu. (W.4/ F.1.7/DMC/08/11/17)
Hal senada juga dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam
lainnya yang memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara
sebagai berikut:
Saya membuat sendiri, dan kebetulan baru saja membuat RPP untuk
pembelajaran tahun ini. (W.5/ F.1.8/ADB/09/11/17)
Berdasarkan beberapa informasi di atas dapat diketahui bahwa RPP
yang digunakan oleh guru ternyata diperoleh dengan cara beragam. Ada yang
114
membuat sendiri, ada yang mencopy dari sesama guru, dan ada yang
menggunakan RPP tahun sebelumnya.
Informasi tersebut menunjukkan bahwa sebagaian guru tidak
membuat sendiri RPP yang digunakan atau menggunakan RPP yang tahun
lalu sudah ada. Namun masih ada guru yang membuat sendiri RPPnya.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa secara administratif guru sudah
menyiapkan pembelajaran, namun secara substantif, guru belum sepenuhnya
menyiapkannya menjelang kegiatan pembelajaran dilakukan. Hal ini tentu
dapat mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan dan
dengan kondisi demikian, kegiatan pembelajaran kemungkinan tidak dapat
mencapai hasil yang maksimal.
Kompetensi profesional guru PAI lainnya dapat dilihat dari kegiatan
penilaian. Dalam melakukan penilaian, guru menggunakan instrumen
penilaian yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan kisi-kisi materi. Menurut
pendidikan agama Islam memberikan pernyataan seseuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut ini:
Saya membuat instrumen untuk melakukan penilaian terhadap siswa.
Tetapi saya melihat juga tidak semua guru menggunakan instrument
penilaian. (W.3/ F.1.8/ZMD/08/11/17)
Informasi lain dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam
satunya yang memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara
sebagai berikut ini:
Untuk instrumen penelitian, saya menggunakannya, tetapi saya
mengcopy dari rekan guru. Karena menurut saya sama saja untuk hal-
hal yang dinilai. (W.4/ F.1.8/DMC/08/11/17)
115
Informasi lain dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam
satunya yang memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara
sebagai berikut ini:
Ya saya membuat instrument sendiri karena pihak sekolah tidak
menetapkan bagaimana bentuk dari instrument itu sendiri.
(W.5/F.1.9/ADB/09/11/17)
Berdasarkan berbagai informasi di atas, dapat dikemukakan bahwa
tidak semua guru menggunakan instrumen penilaian. Instrumen penelitian
yang digunakan oleh guru ada yang membuat sendiri, tetapi juga ada yang
hanya mengcopy dari rekan sesama guru. Selain itu, ada juga guru yang tidak
menggunakan instrumen penelitian karena dianggap sama saja.
Proses pembelajaran tidak selamanya selalu berhasil. Berbagai faktor
dapat mempengaruhi hal tersebut. Untuk itulah, kegiatan pembelajaran
terkadang memerlukan pengayaan terhadap siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Dalam masalah pengayaan ini, guru pendidikan agama Islam
memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Tentu kami melakukan pengayaan untuk mendukung kekurangan pada
siswa. (W.3/ F.1.9/ZMD/08/11/17)
Selanjutnya guru pendidikan agama Islam satunya mengenai
pengayaan memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara
sebagai berikut ini:
Pengayaan kami lakukan jika siswa belum mencapai nilai minimal
yang ditetapkan, kemudian melakukan tes perbaikan. (W.4/
F.1.9/DMC/08/11/17)
116
Demikian juga dengan guru pendidikan agama Islam lainnya yang
memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Karena KKM yang ditetapkan cukup tinggi, maka kami melakukan
pengayaan agar siswa yang masih tertinggal dapat mencapai batas
minimal KKM. (W.5/ F.1.10/ADB/09/11/17)
Dari berbagai informasi di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
guru mengadakan pengayaan karena siswa belum mencapai nilai batas
minimal. Dengan demikian guru melakukan pengayaan di sekolah melakukan
perbaikan. Dengan adanya informasi tersebut menunjukkan bahwa guru
memiliki tanggung jawab atas keberhasilan siswanya dalam belajar. Hal ini
juga menunjukkan kompetensi professional guru yang baik.
2. Faktor Pendukung Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro.
Kegiatan pembelajaran sebagai bentuk atau wujud komunikasi, yang
memerlukan faktor pendukung agar mencapai tujuan yang maksimal Dengan
kata lain dinyatakan bahwa ada perbedaan persepsi antara guru dengan siswa
sehingga terjadi perbedaan persepsi. Adaya perbedaan persepsi ini
menjadikan siswa tidak dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Perbedaan persepsi tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga
terjadi gap atau jarak antara guru dengan siswa. Perbedaan persepsi atau
disebut juga kegagalan komunikasi dapat dihindari dengan menggunakan
bantuan media pembelajaran. Jadi fungsi media pembelajaran ini salah
satunya adalah untuk menyamakan persepsi. Tentang penggunaan media
117
pembelajaran, guru pendidikan agama Islam memberikan pernyataan sesuai
dengan petikan wawancara berikut ini:
Dulu kami hanya kadang-kadang menggunakan media pembelajaran
berupa LCD itupun kalau kalo ada terminal listriknya. sekarang sering
menggunakan, karena kami baru paham, media tidak hanya LCD.
(W.3/ F.2.10/ZMD/08/11/17)
Hal senada dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam satunya
yang memberikan pernyataan sesuia dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Sekarang saya lebih paham tentang media, dan sering menggunakan
media meskipun itu hanya berupa barang bekas. (W.4/
F.2.10/DMC/08/11/17)
Berkenaan dengan penggunaan media guru pendidikan agama Islam
lainnya memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara berikut
ini:
Iya, saya menggunakan media pembelajaran yang saya temui di
sekitar. Misalnya menggunakan pohon kecil yang saya cabut dari
halaman rumah. Selain itu Saya membuat media pembelajaran dari
beberapa gambar yang saya potong-potong dan ditempel. (W.5/
F.2.11/ADB/09/11/17)
Informasi di atas menunjukkan bahwa sebelum supervisi klinis,
sebagian guru PAI jarang menggunakan alat atau media pembelajaran. Hanya
sedikit guru yang mau menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan setelah mengikuti supervisi klinis, guru memahami
tentang makna media pembelajaran dan macam-macamnya. Sehingga guru
dapat mencari media yang dapat digunakan, atau membuat media
pembelajaran sendiri dengan menggunakan barang bekas atau barang
sederhana yang ada. Pelaksanaan tugas guru tentunya juga dipengaruhi oleh
118
keadaan di sekitarnya, atau lingkungannya. Sehubungan dengan hal ini, maka
wakil kepala sekolah bidang kurikulum memberikan pernyataan sesuai
dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Untuk memberikan kenyamanan agar kompetensi professional guru
optimal maka perlu menciptakan suasana iklim kinerja guru yang
kondusif, seperti: Mengadakan supervisi, monitoring dan evaluasi
menerapkan kerjasama; Bersikap terbuka; Menjaga keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan; Keteladanan kepala sekolah baik
perilaku maupun kinerja; Penanaman kedisiplinan dan tanggung
jawab sebagai guru; Keterbukaan dan kejujuran dalam segala hal; Adil
dan menghindari rasa pilih kasih; Obyektif dalam melaksanakan
penilaian terhadap guru; Menciptakan suasana kekeluargaan yang baik
(mengasihi, mengasuh dan memberikan wawasan kepada guru dengan
baik); Menciptakan suasana kerja serius tapi santai; Memberi
keteladanan; Guru harus tahu tugas dan kewajibannya sebagai guru;
loyal pada atasan baik itu kepala sekolah maupun persyarikatan saling
membantu apabila ada kerepotan; Lebih mementingkan kepentingan
dinas daripada kepentingan pribadi; Menumbuhkan rasa sosial; dan
sering-sering diadakan komunikasi secepatnya apabila ada informasi
yang penting dari dinas. (W.2/ F.2.8/HRK/08/11/17)
Dengan demikian, selain adanya supervisi dari kepala sekolah,
kompetensi professional guru juga dipengaruhi oleh kemampuan kepala
sekolah dalam menjalankan manajemen sekolah. Kepala sekolah harus dapat
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang menjadikan lingkungan
menjadi nyaman. Dengan kenyamanan lingkungan, maka guru dapat
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan hal di atas,
guru pendidikan agama Islam memberikan pernyataan sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut ini:
Kami selalu memperoleh motivasi dari kepala sekolah, sehingga kami
dapat memperbaiki pembelajaran kami. (W.3/ F.2.11/ZMD/08/11/17)
Hal senada dikemukakan guru pendidikan agama Islam satunya sesuai
denga petikan wawancara sebagai berikut:
119
Kepala sekolah selalu memberi bimbingan kepada kami dan
mengingatkan untuk bekerja secara maksimal, sehingga kamipun
merasa nyaman untuk bekerja. (W.4/ F.2.11/DMC/08/11/17)
Informasi yang sama juga dikemukakan guru pendidikan yang agama
Islam lainnya sesuai dengan petikan wawancara berikut:
Kepala sekolah memberi pengarahan kepada kami sehingga kami pun
dapat mengajar dengan baik. Beliau juga mengingatkan untuk
melengkapi persyaratan adminstrasi agar kami dapat melengkapinya.
(W.5/ F.2.12/ADB/09/11/17)
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru agar dapat
menyelenggarakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kepala sekolah juga
mengingatkan guru agar melengkapi syarat-syarat administrasi sehingga
kelengkapan administrasi dapat segera diselesaikan.
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa kepala sekolah dapat
melaksanakan kepemimpinan secara maksimal. Menciptakan lingkungan
yang kondusif memerlukan kreativitas dan seni manajemen kepala sekolah.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara berikut:
Memberikan contoh/keteladanan wakil kepala sekolah; menanamkan
kedisiplinan dan tanggungjawab sebagai pendidik; keterbukaan, dan
kejujuran; kebersamaan, menjaga persatuan saling menghormati,
toleransi; dan adil tak pilih kasih. Memberi contoh adalah tugas
pimpinan terhadap bawahannya. Kepala sekolah sebagai pimpinan
tidak boleh hanya memberikan perintah, tetapi juga harus member
contoh yang baik agar dapat ditiru oleh anak buahnya. Selain itu,
kepala sekolah juga harus bersikap disiplin, tanggung jawab, terbuka,
jujur, menjunjung kebersamaan, persaudaraan, toleransi, saling
menghormati dan tidak pilih kasih. (W.2/ F.2.9/HRK/08/11/17)
120
Informasi yang mendukung pernyataan di atas dikemukakan oleh guru
pendidikan agama Islam sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut
Iya , kepala sekolah kami memberikan contoh-contoh yang baik dalam
melaksanakan tugasnya, misalnya datang pagi, mengontrol pekerjaan
administrasi guru dan lain-lain. (W.3/ F.2.12/ZMD/08/11/17)
Sementara itu, guru pendidikan agama Islam satunya memberikan
pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut ini:
Kepala sekolah memimpin kami dengan baik. Beliau sering mengajak
ngobrol kami tentang berbagai hal. Beliau juga selalu menekankan
agar kami dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. (W.4/
F.2.12/DMC/08/11/17)
Berdasarkan informasi di atas, menunjukkan bahwa kepala sekolah
melakukan tugasnya sebagai pemimpin dengan baik. Beberapa hal yang
dilakukan kepala sekolah dalam melakukan tugasnya yaitu dengan
memberikan motivasi, memberi contoh, melakukan tanya jawab dengan
guru, dan memberikan penekanan kepada guru untuk melakukan tugas
dengan baik dan maksimal.
Sedangkan informasi guru pendidikan agama Islam lainnya
memberikan pernyataan sesuai denga petikan wawancara sabagai berikut
ini:
Tidak pak, menurut saya kepala sekolah kami orangnya pendiam dan
kurang dekat dengan guru. Namun beliau juga tetap mengontrol tugas-
tugas administrasi yang kami lakukan. (W.5/ F.2.13/ADB/09/11/17)
Berdasarkan informasi di atas, ternyata kepala sekolah dapat
memberi contoh atau memberi motivasi kepada guru. Hal ini tentu dapat
dimaklumi bahwa karakter setiap orang berbeda, sehingga dari sekian kepala
sekolah, tentunya ada sebagian yang kurang maksimal dalam memimpin anak
121
buahnya. Selain menerapkan kepemimpinan dengan memberikan contoh,
dalam melakukan pembinaan, kepala sekolah juga memiliki cara-cara
tertentu. Hal ini diungkapkan oleh wakil kepala sekolah yang memberikan
pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Memotivasi dalam kinerja; Memberi fasilitas, sarana, prasarana;
Memberi teladan; Mengontrol RPP; Memberi penghargaan (reward)
kepada guru berprestasi; Mengontrol kinerja guru; Menanamka
kedisiplinan; Memberiteguran; Memberi kesempatan guru untuk
meningkatkan karir; Pembinaan tentang tugas-tugas guru (menyusun
dan melaksanakan program mengajar, evaluasi perbaikan pengayaan
dan BP); Pemantauan administrasi akademik; Tiap akhir bulan
diadakan rapat untuk mengevaluasi kompetensi professional guru dari
hasil supervisi, kepala sekolah dalam melaksanakan PBM; Diadakan
brifing tiap hari senin pagi setelah upacara untuk mengevaluasi,
membicarakan kendala selama 1 minggu dan dicari solusinya untuk
mengatasi masalah yang dihadapi guru; Membuat peraga menurut
kemampuan; Belajar bersama mengoperasionalkan alat media;
Membina semua karyawan menurut tugas dan tanggung jawab
masing-masing; Memantau guru dari segi kepribadian, dan
pelaksanaan proses pembelajaran; Mengontrol administrasi akademik,
mana yang belum lengkap dibantu bersama-sama; Apabila terdapat
sifat guru yang kurang mendidik kami segera mengambil kebijakan.
(W.2/ F.2.10/HRK/08/11/17)
Berbagai hal yang dilakukan wakil kepala sekolah sebagaimana
dijelaskan di atas, memang merupakan tugas kepala sekolah untuk
memberikan bimbingan, fasilitas serta memotivasi guru agar dapat bekerja
secara maksimal. Namun demikian, perlu adanya variasi dalam memimpin
atau dengan kata lain dengan menerapkan seni manajemen, yaitu
menjalankan manajemen sesuai dengan situasi dan kondisi tanpa mengurangi
kepemimpinannya. Mengenai penyediaan sarana dan prasarana, guru
pendidikan agama Islam memberikan pernyataan sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut ini:
122
Untuk sarana dan prasarana di sekolah kami termasuk cukup, karena
kepala sekolah selalu meminta masukan dari kami untuk keperluan
sekolah. Dan beliau selalu menganggarkan pengadaan sarana
prasarana sesuai dengan situasi dan kondisi keuangan. (W.3/
F.2.13/ZMD/08/11/17)
Hal senada juga dikemukakan oleh guru pendidikan agama Islam
satunya yang memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara
berikut ini:
Dalam rapat, beliau (kepala sekolah) membicarakan kebutuhan sarana
dan prasarana yang diperlukan. Kemudian beliau juga meminta
masukan untuk sarana dan prasarana yang paling penting untuk
diadakan terlebih dahulu. (W.4/ F.2.13/DMC/08/11/17)
Demikian juga dengan guru pendidikan agama Islam lainnya juga
memberikan pernyataan sesuia dengan petikan wawancara sebagai beriku:
Kepala sekolah baik dalam rapat maupun sehari-hari juga
membicarakan tentang masalah kebutuhan sekolah. Hal apa yang
perlu segera diadakan atau diperlukan oleh guru. (W.5/
F.2.14/ADB/09/11/17)
Dari ketiga informasi di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah
berusaha untuk menyediakan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan
kebutuhan. Dalam hal ini kepala sekolah meminta masukan dari guru dan
menganggarkannya dalam rapat. Sedangkan informasi dari guru pendidikan
agama Islam satunnya lagi memberikan pernyataan yang berbeda, sesuai
dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Sarana dan prasarana yang ada selama ini hanya sedikit tambahnya,
padahal kebutuhan kami sebagai guru sebenarnya cukup banyak. Jadi
kami menjadi kesulitan untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran
dengan maksimal. (W.6/ F.2.2/MHL/10/11/17)
Dengan demikian, kepala sekolah dapat menyediakan sarana dan
prasarana sekolah sesuai dengan kebutuhan, termasuk kebutuhan untuk
123
mempelancar supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan
performan guru mengelola proses belajar mengajar. Supervisi klinis dalam
pelaksanaannya membutuhkan perangkat-perangkat seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrument observasi, dan ada kesepakatan
waktu pelaksanaan observasi kelas.
Pelaksanaannya didesain dengan praktis serta rasional. Baik desainnya
maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai
kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan hubungan antar guru dan supervisor
merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan perilaku mengajar
guru dalam mengembangkan belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan Supervisi Klinis di SMK Muhammadiyah 1 Metro
terdapat beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan supervisi klinis
ini sebagai pengupayaan peningkatan kompetensi guru-guru yaitu: adanya
dukungan yang tinggi dari pihak pengelola sekolah, apresiasi yang tinggi
diberikan dari Kepala Sekolah terhadap pelaksanaan supervisi klinis sebagai
salah satu upaya peningkatan kompetensi profesional guru PAI sekaligus
peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
3. Faktor Penghambat Implementasi Supervisi Klinis dalam
Peningkatan Kompetensi Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro.
Suatu kegiatan yang dilakukan, terdapat beberapa hambatan baik
hambatan ringan maupun berat. Berbagai hal dapat menyebabkan hambatan
dalam melakukan suatu rencana. Demikian pula dengan kegiatan supervisi
124
klinis, sedikit banyak terdapat beberapa hambatan. Adapun mengenai
hambatan dalam supervisi klinis yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 1
Metro menurut kepala sekolah memberikan pernyataan sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut ini:
Hambatan yang ada khususnya bagi pribadinya yang mengampu guru
bahasa Indonesia sekaligus sebagai kepala sekolah yang paling utama
adalah waktu karena kurangnya waktu yang ada sehingga hasil tidak
maksimal. Menurut pandangan Guru PAI SMK Muhammadiyah 1
Metro, hambatan yang dialami secara umum adalah meskipun terdapat
pengawas tetapi pengawas kurangnya pembinaan di sekolah sehingga
guru-guru PAI masih banyak kelemahan terutama dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dan administrasi akademik. (W.1/
F.3.11/SHT/08/11/17)
Informasi di atas bahwa adanya hambatan dalam melakukan kegiatan
supervisi klinis. Perlu diketahui bahwa supervisi klinis merupakan kegiatan
supervisi yang mengarah kepada penanganan secara individual. Sehingga
perlu dilaksanakan secara terprogram baik itu kepala sekolah maupun
pengawas sekolah. Hal ini didukung pernyataan guru pendidikan agama Islam
menyatakan bahwa sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Saya tidak memahami supervisi klinis, yang saya tahu ya supervisi
seperti biasanya. Pengawas juga tidak menanyakan tentang kesulitan
guru. Selama ini pengawas sekolah hanya datang ke sekolah dan
mengontrol berbagai dokumen administrasi sekolah dan guru. Kami
juga tidak ditanya tentang kesulitan-kesulitan kami.
(W.6/F.3.3/MHL/10/11/17)
Dari kedua informasi di atas menunjukkan bahwa tidak semua guru
mengikuti atau menjalani supervisi klinis. Hambatan yang dominan adalah
masalah waktu karena tidak sesuai atau terlalu banyak guru yang harus dibina
serta teknik proses belajar mengajar, administrasi akademik sebagai
penunjang. Menurut informasi tersebut, dapat diketahui bahwa hambatan
125
yang dominan adalah banyaknya guru yang harus mendapatkan supervisi
klinis. Sehingga waktu yang digunakanpun harus cukup banyak. Karena
banyaknya guru dan waktunya yang terbatas, maka penanganan supervisi
klinis tidak dapat maksimal. Mengenai pelaksanaan supervisi klinis dan
kesesuaian antara kebutuhan guru, kepala sekolah memberikan pernyataan
sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Saya kira begitu, karena kami melaksanakannya sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi terutama perbaikan dalam proses belajar
mengajar dan administrasi akademik Guru Pendidikan Agama Islam
di SMK Muhammadiyah 1 Metro. (W.1/ F.3.12/SHT/08/11/17)
Informasi di atas menunjukan bahwa supervisi klinis yang dilakukan
oleh kepala sekolah didasarkan pada kebutuhan setiap guru. Karena itu,
menurutnya bahwa supervisi klinis yang dilakukan cukup sesuai dengan
kebutuhan. Selain hambatan di atas, tentunya ada kendala yang muncul saat
dilakukan kegiatan supervisi klinis. Kendala yang muncul menurut kepala
sekolah memberikan informasi sesuai dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Secara umum terkadang merasa kurang siap dan terganggu karena
belum terbiasa disupervisi tetapi dalam pelaksanaan supervisi klinis
kendala yang sering dialami oleh guru adalah masalah kurang
ketepatan waktu untuk mengevaluasi proses belajar mengajar dalam
situasi tertentu. (W.1/ F.3.13/SHT/08/11/17)
Kendala yang muncul yang dirasakan oleh kepala sekolah dalam
melakukan supervisi klinis salah satunya adalah kurang siapnya dalam
melakukan supervisi klinis. Kendala lainnya adalah waktu yang kurang tepat,
yaitu dalam melakukan evaluasi tehadap guru, waktu yang digunakan kurang
tepat saat pembelajaran. Dari banyaknya hambatan, ada hambatan yang dapat
126
dianggap serius. Menurut kepala sekolah memberikan pernyataan sesuai
dengan petikan wawancara sabagai berikut:
Ya, terdapat beberapa kategori hambatan yang sering dalam
pelaksanaan supervisi klinis antara lain; kurang tepat waktu dalam
melaksanakan penilaian formatif belum dilaksanakan instrumen
penilaian belum dilaksanakan, analisis perbaikan dan pengayaan
belum dilaksanakan, analisis kompetensi dasar juga belum dilakukan.
Kebanyakan guru dalam melaksanakan penilaian setelah proses
belajar mengajar langsung ke formatif saja tidak melalui komponen –
komponen penilaian terlebih dahulu. Guru belum mampu
mengembangkan bahan ajar. Dalam proses belajar mengajar sebagian
guru belum memakai alat media disebabkan di sekolah tidak adanya
belum dapat mengoperasionalkan, dan alat peraga seadanya.(W.1/
F.3.14/SHT/08/11/17)
Berdasakan informasi di atas, maka hambatan yang dianggap penting
dan serius ada beberapa macam. Salah satunya adalah kurangnya pembinaan
pengawas PAI dalam proses pembelajaran, masalah waktu yang kurang tepat
dalam melaksanakan penilaian, instrumen penilaian, analisis kompetensi,
guru tidak melakukan penilaian melalui komponen-komponen, belum
mengembangkan bahan ajar, belum menggunakan media, tidak membuat
sendiri RPP, dan sarana prasarana yang terbatas.
4. Upaya dalam Mengatasi Penghambat Implementasi Supervisi Klinis
dalam Peningkatan Kompetensi Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro.
Berbagai hambatan dan kesulitan tentu tidak menghalangi
kepala sekolah untuk melakukan supervisi terhadap guru. Berbagai jalan
keluar atau solusi ditempuh untuk mengatasi hambatan dan kesulitan yang
ada. Sehubungan dengan masalah tersebut, kepala sekolah mengemukakan
127
beberapa solusi untuk mengatasi hambatan yang dinyatakan sesuai dengan
petikan wawancara sebagai berikut:
Membuat jadwal yang benar-benar sesuai dengan skala prioritas
penyelesaian permasalahan mengingat banyaknya jumlah guru binaan.
Salah satu solusi yang ditempuh adalah dengan membuat jadwal
dengan skala prioritas Pembuatan jadwal dilakukan karena banyaknya
guru yang mengalami permasalahan dan terbatasnya waktu. Dengan
membuat jadwal dengan skala prioritas, maka masalah-masalah yang
penting terlebih dahulu diselesaikan. Sementara masalah yang tidak
begitu penting dapat ditunda terlebih dahulu. (W.1/
F.4.15/SHT/08/11/17)
Sementara itu, solusi untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
supervisi klinis, wakil kepala sekolah memberikan pernyataan sesuai dengan
petikan wawancara sebagai berikut:
Menyesuaikan permasalahan dengan melihat skala prioritasnya
dengan cara supervisi, dianalisis kesenjangan-kesenjangan, diadakan
perbaikan, serta pembinaan bersamaan kelompok kerja guru PAI,
melakukan pelatihan/diklat, shortcourse, pembinaan secara rutin,
bertahap dan berkelanjutan, menyarankan adanya studi komparatif
visitasi ke sekolah-sekolah yang lebih maju. (W.2/
F.4.11/HRK/08/11/17)
Informasi di atas menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan
permasalahan dilakukan secara terstruktur dan juga perlu melibatkan pihak
lain, yaitu kepala sekolah, waka kurikulum dan seluruh guru PAI Dengan
demikian, setiap permasalahan dapat disupervisi klinis oleh kepala sekolah
yang selanjutnya diteruskan oleh waka kurikulum SMK Muhammadiyah 1
Metro.
Beragamnya masalah yang dihadapi oleh guru menjadikan munculnya
berbagai cara yang berbeda dalam menyelesaikannya. Sehubungan dengan
128
hal tersebut, kepala sekolah memberikan pernyataan sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut:
Ya, karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan cara yang
sama. meskipun terkadang kasusnya tidak jauh berbeda. Hal ini
dikarenakan masalah yang ada pada seseorang berbeda faktor yang
menyebabkannya. Dengan demikian, perlu dilakukan beragam cara
menyelesaikan masalah berdasarkan situasi dan kondisi masing-
masing guru. (W.1/F.4.16/SHT/08/11/17)
Menyelesaikan masalah yang dihadapi guru, tentunya tidak hanya
tergantung dari supervisor saja, tetapi membutuhkan keterlibatan guru itu
sendiri untuk dapat menyelesaikannya. Mengenai hal ini, kepala sekolah
memberikan pernyataan sesuai dengan petikan wawancara sebagai berikut:
Ya, melibatkan guru, Kepala Sekolah untuk membantu mengatasi
hambatan dalam pelaksanaan supervisi klinis misalnya mengambil
gambar, merekam. Keterlibatan guru dalam menyelesaikan masalah
memang sangat penting, karena bagaimanapun kepala sekolah hanya
memberikan jalan penyelesaikan, sedangkan yang melakukannya
adalah guru itu sendiri. Selain itu, waka kurikulum juga penting untuk
terlibat dalam menyelesaikan masalah, karena waka kurikulum yang
selalu dekat dengan guru dan menjadi penanggung jawab terhadap
kompetensi professional guru PAI. (W.1/F.4.17/SHT/08/11/17)
Penyelesaian suatu masalah tidak hanya dilakukan berdasarkan satu
sudut pandang, akan tetapi memerlukan sudut pandang yang beragam. Hal ini
dikarenakan setiap masalah yang ada pada seseorang merupakan hal yang
kompleks yang meliputi berbagai aspek seperti psikologis, sosiologis,
religius, kenyamanan dan lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, kepala
sekolah memberikan informasi sesuai dengan petikan wawancara sebagai
berikut:
Ya dan selalu karena kita harus menerapkan sikap terbuka dan
tanggap terhadap semua pendapat guru, sehingga yakin akan
129
kemampuan guru untuk mengembangkan dirinya serta memecahkan
masalah yang dihadapinya. (W.1/F.4.18/SHT/08/11/17)
Berdasarkan informasi tersebut jelas bahwa kepala sekolah tidak
hanya menganggap dirinya paling bisa, akan tetapi tetap berfokus pada guru
sebagai subjek. Jadi bagaimanapun, semua permasalahan pada akhirnya akan
diselesaikan oleh guru sendiri dengan bantuan kepala sekolah dan waka
kurikulum. Untuk itu, waka kurikulum sekolah juga harus memperoleh
masukan yang banyak untuk dapat memberikan jalan keluar. Sehubungan
dengan hal tersebut, kepala sekolah memberikan pernyataan sesuai dengan
petikan wawancara sebabagai berikut:
Ya, karena kita perlu pendapat orang lain untuk pertimbangan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Dengan demikian jelas bahwa kepala
sekolah tidak dapat bertindak tanpa adanya informasi yang lengkap
dari guru yang bersangkutan. Untuk itulah, guru juga harus
memberikan informasi kepada kepala sekolah yang berarti guru harus
aktif dalam berkomunikasi kepada kepala sekolah agar masalah yang
dihadapinya dapat dengan mudah diselesaikan dengan waktu yang
relatif singkat. (W.1/F.4.19/SHT/08/11/17)
Peningkatan kompetensi profesional guru melalui supervisi klinis
dilalui dengan beberapa hambatan, namun untuk mengatasi hambatan tersebut
berbagai solusi digunakan agar supervisi berjalan dengan baik. Hambatan-
hambatan ditemui dari jumlah guru yang terlalu banyak dan kurangnya tenaga
pengawas, administrasi pengajaran yang tidak lengkap, fasilitas sekolah yang
belum memadai dalam proses pembelajaran, dan guru yang merasa balum
siap dalam supervisi. Untuk itu, diperlukan solusi terencana yang mampu
mengakomodasi kebutuhan guru sehingga kompetensi professional guru
pendidikan agama Islam secara maksimal. Kepala sekolah dan guru
130
bekerjasama untuk membuat jadwal supervisi agar semua kegiatan dapat
termanajemen dengan baik; permasalahan-permasalahan dibuat skala prioritas
dalam pemecahannya, bersikap terbuka dan melibatkan guru dalam setiap
pemecahan masalah.
B. Pembahasan
1. Implementasi Supervis Klinis dalam Peningkatan Kompetensi Guru
Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro
Hasil penelitian supervisi klinis merupakan suatu bentuk supervisi
atau pengawasan dimana dalam kegiatan supervisi dilakukan
pembimbingan secara profesional oleh Kepala Sekolah dan Waka
Kurikulum SMK Muhammadiyah 1 Metro. Pembimbingan yang
dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing guru. Supervisi
klinis sebagai supervisi untuk melakukan perbaikan diperuntukkan guru
yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran.
Temuan penelitian ini sejalan dengan supervisi dalam pengertian
sederhana yaitu melihat, meninjau atau melihat dari atas, yang dilakukan
oleh atasan (pengawas/kepala sekolah) terhadap perwujudan kegiatan
pembelajaran.117
Hal tersebut dikuatkan kembali bahwa supervisi klinis adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus
yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis
117
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru,... h. 2-3
131
yang intensif terhadap penampilan pembelajaran dengan tujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran.118
Suatu supervisi dapat dikatakan
klinis kalau mengandung indikator-indikator perbaikan kelemahan-
kelemahan guru bersifat berkemajuan dan proses tersebut rumit, memakan
waktu, tenaga dan pikiran banyak maka supervisi ini hanya dikenakan
kepada guru-guru yang sangat lemah.119
Selanjutnya mengenai pelaksanaannya pelaksanaan supervisi klinis
dilakukan dengan teknik perorangan, observasi kelas dan percakapan
pribadi dengan beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Supervisi dengan teknik
perseorangan maksudnya adalah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan, dilakukan dengan cara 1) mengadakan kunjungan kelas
(classroom visitation) 2) mengadakan observasi kelas (clasroom
observation) 3) mengadakan wawancara perseorangan (individual
interview).120
Selain itu supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan
pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari
tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap
penampilan pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki proses
118
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan , (Jakarta: Referensi
Gaung Persada Press Group, 2013), h. 64 119
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta 2009), h.
124-135 120
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek, (Yogyakarta:
TERAS, 2009), 90-92.
132
pembelajaran.121
Seterusnya, dari hasil penelitian, terlihat bahwa permasalahan guru
pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro ada pada
administrasi pembelajaran dan kegiatan PBM. Pada kegiatan administrasi,
masih banyak guru SMK Muhammadiyah 1 Metro melakukan copy paste
RPP teman yang lain atau dari tahun sebelumnya. Selain itu, hanya
sebagian kecil guru yang menggunakan instrumen penilaian, bahkan tidak
mampu untuk menyusun dan menganalisis penilaian. Hal ini berdampak
pula kepada siswa dimana kegiatan pengajaran tidak dilakukan secara
efektif dan efisien, terlihat dari waktu pengajaran yang tidak teralokasikan
dengan baik sehingga guru merasa kekurangan waktu pengajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat dewasa ini banyak guru sudah
memperoleh sertifikat sebagai guru profesional, namun realitas di
lapangan pola pembelajaran sebagai guru profesional belum nampak
secara signifikan perubahannya, diakibatkan kurangnya penguasaan materi
yang diajarkan, sistem penilaian yang belum berorientasi pada penilaian
pada kinerja siswa serta pengembangan profesi dalam kegiatan-kegiatan
masih rendah sehingga proses pembelajaran kurang berjalan dengan
baik.122
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru PAI di SMK
Muhammaduyah 1 Metro seperti yang telah diuraikan di atas, maka
121
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan , (Jakarta: Referensi
Gaung Persada Press Group, 2013), h. 64 122
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 202
133
diperlukan tindakan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu melalui supervisi
klinis. Implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
professional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro. dilakukan secara
berkesinambungan.
Hal ini sesuai dengan pendapat supervisi klinis dimulai dengan
tahap awal adalah perencanaan; kemudian tahap kedua adalah
pelaksanaan; dan tahap yang terakhir adalah monitoring serta evaluasi.
prosedur pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses
yang berbentuk siklus dengan tiga tahap, yaitu: tahap pertemuan awal
(pendahuluan), tahap observasi kelas dan tahap pertemuan akhir atau
pertemuan balikan.123
Deteksi kompetensi profesional guru diharapkan memberikan
informasi tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikuasai
guru sebagai seorang pendidik. Melalui deteksi secara lisan, guru
menjabarkan dan mendeskripsikan kompetensi diri sendiri. Hal ini
memacu guru agar dapat mendiskripsikan dirinya sendiri dan mampu
menilai seberapa jauh kompetensi yang dimiliki, sehingga memberikan
kesadaran akan kekurangan yang ada dalam dirinya sendiri. Hasil deteksi
kompetensi guru secara lisan, digunakan pula sebagai bahan penilaian
dalam proses belajar mengajar di kelas.
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa Kompetensi profesional
menurut Usman dalam buku Saiful Sagala yang berjudul kemampuan
123
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,…, h. 82-87.
134
profesional dan tenaga kependidikan, meliputi: 1) Menguasai bahan
pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi pelajaran
yang akan diajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada
kurikulum maupun bahan pengayaan, 2) Kemampuan menyusun program
pengajaran, mencakup kemampuan menetapkan kompetensi belajar,
mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi
pembelajaran. 3) Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar
dan proses pembelajaran.124
Kepala sekolah mengamati kondisi riil proses belajar mengajar di
kelas, untuk melihat kompetensi professional guru di kelas dalam
memberikan pelajaran kepada siswa, penguasaan materi, pengembangan
materi, penggunaan media, cara berinteraksi dengan siswa, dan cara guru
membantu siswa yang mengalami hambatan belajar. Kepala sekolah
menilai kelengkapan administrasi guru agar dalam proses pengajaran
dilakukan secara terstruktur dan terarah.
Hal tersebut sesuai dengan tugas-tugas supervisi lebih di arahkan
pada upaya meningkatkan kemampuan profesional guru. Tugas yang
dimaksud, antara lain (1) meningkatkan kemampuan guru menyusun
rencana atau persiapan mengajar; (2) kemampuan guru mengelola alat-alat
kelengkapan kelas; (3) meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
laporan hasil kemajuan belajar siswa.125
124
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional dan Guru dan Tenaga Kependidikan,. h.
41 125
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru,...h. 51
135
Gurupun diharapkan mampu memberikan memonitoring dan
melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kepala seoklah
mengamati kompetensi professional guru dalam mengimplementasikan
tahap perencanaan. Kepala Sekolah mengumpulkan informasi seakurat
mungkin dari observasi pada pelaksanaan yang nantinya digunakan
sebagai bahan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja guru dalam proses
belajar mengajar (implementasi tahap awal). Hal ini dapat dijadikan
sebagai review bagi guru agar mampu mengembangkan kompetensi
professional dengan lebih baik.
Hal tersebut di atas sesuai dengan kegiatan yang dilakukan pada
tahap pertemuan balikan adalah: 1.) Supervisor mereview tujuan
pembelajaran, 2) Supervisor mereview tingkat keterampilan serta
perhatian guru dalam mengajar, 3) Menentukan bersama rencana mengajar
yang akan datang, baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang
belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang
telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan lain yang perlu
dilaksanakan.126
Data hasil penelitian selanjutnya, menunjukkan bahwa terdapat
kelebihan dan kekurangan supervisi klinis. Kelebihan menggunakan
supervisi klinis yaitu pemasalahan dapat terselesaikan dengan baik dan
tuntas serta meningkatkan kompetesi professional guru PAI karena
pemecahan masalah dilakukan secara keseluruhan dan dipantau secara
126
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis,…, h. 12-13
136
berkesinambungan. Sedangkan kekurangan supervisi klinis yaitu perlunya
waktu pelaksanaan yang lebih lama.
Hal tersebut di atas sesuai dengan indikator supervisi klinis sebagai
berikut: 1) Observasi yang dilakukan pada proses supervisi sangat
mendalam, sehingga menemukan data yang mendetail, 2) Pada pertemuan
balikan tentang hasil supervisi tadi dilakukan secara mendalam,
menyangkut semua unsur kelemahan yang sedang diperbaiki, 3) Karena
proses tersebut rumit, memakan waktu, tenaga dan pikiran banyak maka
supervisi ini hanya dikenakan kepada guru-guru yang sangat lemah.127
2. Faktor Pendukung Implementasi Supervis Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah
1 Metro
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah SMK
Muhammadiyah 1 Metro yang dibantu oleh Waka Kurikulum selalu
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru agar dapat
menyelenggarakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kepala sekolah juga
mengingatkan guru agar melengkapi syarat-syarat administrasi sehingga
kelengkapan administrasi dapat segera diselesaikan. Kepala sekolah harus
dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang menjadikan
lingkungan menjadi nyaman. Dengan kenyamanan lingkungan, maka guru
127
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta 2009), h.
124-135
137
dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi yaitu: 1) hubungan
guru dengan supervisor lebih bersifat interaktif daripada direktif hubungan
interaktif ini menunjukkan hubungan kolegial yang sederajat antara guru
dengan supervisor. 2) penentuan tindakan dilakukan secara demokratis.
Keterbukaan kedua belah pihak (guru-supervisor) sangat ditekankan.
Keduanya berhak mengemukakan pendapat yang akhirnya dicari
kesepakatannya.128
Pendapat lain menyampaikan bahwa dalam
pelaksanaan supervisi klinis antara lain 1) supervisor menciptakan suasana
yang intim dan terbuka. 2) Supervisor mereview rencana pembelajaran
yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan,
kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasinya 3) Supervisor mereview
komponen keterampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran.129
Dalam pelaksanaan Supervisi Klinis di SMK Muhammadiyah 1
Metro dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor pendukung
terlaksananya kegiatan supervisi klinis ini sebagai pengupayaan
peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam yaitu:
adanya dukungan yang tinggi dari pihak pengelola sekolah berkenaan
dengan kelengkapan instrument penilaian, sarana dan prasarana, apresiasi
128
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis, (Didaktika
Religia Vol 1, No 2 , 2013), h. 5 129
Binti Maunah, Pembinaan Guru dengan Pendekatatan Supervisi klinis, (Didaktika
Religia Vol 1, No 2 , 2013), h. 10-11
138
yang tinggi diberikan dari Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
bidang kurikulum terhadap pelaksanaan supervisi klinis sebagai salah satu
upaya peningkatan kompetensi profesional guru PAI sekaligus
peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil
supervisi antara lain: a) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada,
b) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, c)
Tingkatan dan jenis sekolah, d) Keadaan guru-guru dan pegawai yang
tersedia,e). Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri130
3. Faktor Penghambat Implementasi Supervis Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah
1 Metro
Faktor penghambat guru dalam meningkatkan kompetensinya dalam
proses belajar mengajar juga bisa datang dari dalam diri guru tersebut atau
datang dari luar yaitu, bisa dari lingkungan kerjanya. Faktor-faktor
tersebut seharusnya ditanggulangi bahkan dihindari agar guru dapat
semaksimal mungkin meningkatkan kompetensinya dalam proses belajar
mengajar.
Hasil penelitian tentang hambatan implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetesi guru pendidikan agama Islam menunjukkan
130
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h.122
139
bahwa beberapa hambatan dalam melaksanakan supervisi klinis antar lain:
(a) kurangnya waktu supervisi klinis; (b) guru terkadang merasa kurang
siap dan terganggu karena belum terbiasa disupervisi klinis; (c) penilaian
guru pendidikan agama Islam hanya secara formatif saja; (d) dalam proses
belajar mengajar sebagian guru belum memakai alat media; (e) guru
terbatas kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa implementasi supervisi klinis
tentu saja akan mengalami hambatan-hambatan antara lain: a) Over-
administration, b) Tatap muka supervisi-guru-minim, c) Supervisor
ketinggalan perkembangan teknologi pembelajaran, d) Komunikasi
supervisor-guru, model atasan-bawahan. e) Kurang memanfaatkan guru
lain sebagai supervisor, d) Adakalanya supervisor dan guru merasa lebih
berpengalaman, otoriter, sempurna.131
Hal senada juga disampaikan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil
supervisi antara lain: a) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada,
c) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, d)
Tingkatan dan jenis sekolah, e) Keadaan guru-guru dan pegawai yang
tersedia, d) Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri132
Dalam konteks pertimbangan eksternal terutama yang menyangkut
lingkungan kerja, secara lebih terinci M. Arifin menyatakan bahwa ada
131
Juhri AM, Profesi Kependidikan dan Bimbingan Konseling, (Metro, CV. Laduny
Alifama, Tt) h. 211. 132
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h.122
140
beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja yaitu: 1) Suasana kerja
yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan komunikasi yang
serasi dan manusiawi antara pimpinan dan bawahan (kepala sekolah
dengan guru ataupun staf)., 3) Penanaman sikap dan pengertian di
kalangan pekerja (guru dan staf), 4) Penghargaan terhadap need for
achievement (hasrat dan kebutuhan untuk maju) menunjang bagi yang
berprestasi, 5) Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik
seperti tempat olahraga, masjid, hiburan dll.133
4. Upaya Mengatasi Faktor Penghambat Implementasi Supervis Klinis
dalam Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di
SMK Muhammadiyah 1 Metro
Untuk mengatasi faktor penghambat implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetesi profesional guru pendidikan agama Islam di
SMK Muhammadiyah 1 Metro, maka diperlukan suatu solusi terencana
yaitu: (a) permasalahan dibuat skala prioritas dalam pemecahannya; (b)
supervisor perlu mempertimbangkan aspek psikologis, sosiologis, religius,
kenyamanan dan lainnya; (c) perbaikan serta pembinaan bersama
kelompok kerja guru pendidikan agama Islam; (d) perlu adanya
pelatihan/diklat, seminar, shortcourse, dan sekolah lanjut; (e) pembinaan
secara rutin, bertahap dan berkelanjutan dan melakukan studi komparatif
visitasi ke sekolah-sekolah yang lebih maju.
133
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah”,…,h. 119
141
Sehubungan dengan hal tersebut, seorang supervisor dalam
pendidikan dapat berperan sebagai : (1) koordinator; Sebagai koordinator
ia dapat mengkoordinasi program belajar-mengajar, tugas-tugas anggota
staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru.(2)
Konsultan; Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama
mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual
maupun kelompok. (3) Pemimpin kelompok; Sebagai pemimpin kelompok
ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi
kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan
kebutuhan professional guru-guru secara bersama. (4) Evaluator; Sebagai
evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses
belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Ia juga
belajar menatap dirinya sendiri. Ia dibantu dalam merefleksikan dirinya,
yaitu konsep dirinya (self concept), Ide/cita-cita dirinya (self idea), realitas
dirinya (self reality).134
Selain itu seperti yang dirumuskan oleh Sahertian, supervisor
dalam pendidikan mempunyai 8 fungsi, yaitu : 1) Mengkoordinasi semua
usaha sekolah, 2) memperlengkapi kepemimpinan sekolah, 3) Memperluas
pengalaman guru-guru, 4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, 5)
Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus, 6) Menganalisis
situasi belajar-mengajar, 8) Memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada setiap anggota staf, 9) Memberi wawasan yang lebih luas dan
134
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia,.., h. 25-26
142
terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru.135
135
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 21
143
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Implementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan Kompetensi Profesional
Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro merupakan sebuah kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah SMK Muhammadiyah 1
Metro yang dibantu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dengan cara
teknik perorangan, observasi kelas dan percakapan pribadi terhadap guru
pendidikan agama Islam dengan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan monitoring serta evaluasi.
2. Faktor Pendukung Impementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro
diantaranya yaitu: adanya dukungan yang tinggi dari pihak pengelola
sekolah berkenaan dengan kelengkapan intrumen penilaian, sarana dan
prasarana, dan hubungan yang manusiawi dari Kepala Sekolah dan Wakil
Kepala Sekolah bidang kurikulum terhadap guru pendidikan agama Islam
dalam pelaksanaan supervisi klinis sebagai salah satu upaya peningkatan
kompetensi profesional guru PAI sekaligus peningkatan mutu
pembelajaran di kelas.
144
3. Faktor Penghambat Impementasi Supervisi Klinis dalam Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro
antara lain: (a) kurangnya waktu supervisi klinis; (b) guru terkadang
merasa kurang siap dan terganggu karena belum terbiasa disupervisi klinis;
(c) penilaian guru pendidikan agama Islam hanya secara formatif saja; (d)
dalam proses belajar mengajar sebagian guru belum memakai alat media;
(e) guru terbatas kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar.
4. Upaya dalam Mengatasi Faktor Penghambat Impementasi Supervisi Klinis
dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro antara lain : (a) permasalahan
dibuat skala prioritas dalam pemecahannya; (b) supervisor perlu
mempertimbangkan aspek psikologis, sosiologis, religius, kenyamanan
dan lainnya; (c) perbaikan serta pembinaan bersama kelompok kerja guru
pendidikan agama Islam; (d) perlu adanya pelatihan/diklat, seminar,
shortcourse, dan sekolah lanjut; (e) pembinaan secara rutin, bertahap dan
berkelanjutan dan melakukan studi komparatif visitasi ke sekolah-sekolah
yang lebih maju.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi penelitiannya adalah
pentingnya pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam yang secara langsung dapat
meningkatkan kompetensi profesional guru. Program ini juga perlu dijalankan
secara terprogram agar guru itu dapat memperbaiki keterampilan
145
mengajarnya, selain itu juga perlu ada dukungan dari pihak sekolah baik itu
dari kepala sekolah, guru-guru dan staf sekolah agar pelaksanaan supervisi
klinis ini dapat berjalan dengan baik, sehingga kualitas proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif sehingga kualitas dan kuantitas sekolah dapat
meningkat secara keseluruhan.
C. Saran
Dari hasil temuan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan dalam Implementasi supervisi klinis dalam kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 1 Metro
sebagai berikut :
1. Implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi guru
pendidikan Islam kiranya dapat melibatkan semua guru-guru yang senior
untuk menjadi supervisor sehingga semua guru pendidikan agama Islam
dapat disupervisi dengan baik. Selain itu pelaksanaan supervisi klinis
hendaknya dilaksanakan secara terjadwal, terstruktur dan berkelanjutan
sehingga guru yang akan disupervisi akan lebih siap dalam pelaksanaan
pembelajaran dan hasilnya pun akan lebih maksimal.
2. Setelah implementasi supervisi klinis diadakan rencana tindak lanjut
diantaranya: menetapkan standar penilaian pembelajaran di kelas,
memberikan bantuan baik materi maupun non materi kepada guru
pendidikan agama Islam untuk lanjut studi, mengutus guru pendidikan
agama Islam dalam kompetisi baik lingkup wilayah maupun pusat,
146
memberikan kegiatan IHT di awal tahun p
elajaran baru untuk pelatihan menyusun perangkat pembelajaran,
memberikan penghargaan kepada guru pendidikan agama Islam yang
berprestasi, dan sering mengadakan pertemuan antara kepala sekolah dan
staf pimpinan untuk membicarakan permasalahan yang dihadapai dalam
pelaksanaan pembelajaran.
146
LAMPIRAN-LAMPIRAN
147
LAMPIRAN 1
Pedoman wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Metro
No Komponen Pertanyaan
1 Supervisi Klinis Apakah Bapak Memahami tentang pengertian supervisisi
klinis?
Apakah yang menjadi pertimbangan supervisi klinis
yang bapak lakukan?
Apakah implementasi supervisi klinis untuk semua
guru PAI SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Bagaimana implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah perlu perencanaan sebelum implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah bapak memberi tahu kepada guru PAI
sebelum implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro
Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
Faktor pendukung apa saja implementasi supervisi
klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru
PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah kelebihan implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Bagaimana metode dan teknik yang bapak gunakan
dalam implementasi supervisi klinis untuk peningkatan
kompetensi professional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro ?
148
Hambatan apa saja dalam impementasi supervisi klinis
dalam peningkatan Profesional Guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro ?
Apakah Implementasi supervisi klinis disesuaikan
dengan antara kebutuhan guru?
Apakah ada kendala yang muncul saat dilakukan
kegiatan supervisi klinis dalam peningkatan
kompetensi professional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro
Apakah ada beberapa hambatan dalam implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi professional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro, dan hambatan apa yang paling serius?
Upaya apa saja untuk mengatasi faktor penghambat dalam Implementasi supervisi klinis dalam peningkatan Kompetensi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah Bapak melibatkan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi hambatan supervisi klinis?
Apakah bapak melihat dari sudut pandang mana saja dalam mengatasi hambatan implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah bapak minta pendapat orang lain dalam mengatasi hambatan implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro
2 Kompetensi
professional Guru
PAI
Usaha apa yang Bapak lakukan dalam Meningkatkan kompetensi profesional guru PAI ?
Apa yang diusahan guru pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya?
Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi guru pendidikan agama Islam dalam pembelajaran?
Apakah guru-guru PAI selalu menggunakan
media/sumber belajar ketika proses mengajar?
Apakah Bapak menanyakan kendala apa yang dihadapi
guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran
149
Bagaimana kompetensi profesional guru PAI setelah adanya implementasi supervisi klinis?
Apakah semua permasalahan yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam dapat diselesaikan?
150
LAMPIRAN 2
Pedoman wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang KurikulumSMK
Muhammadiyah 1 Metro
No Komponen Pertanyaan
1 Supervisi Klinis
Apakah ibu Memahami tentang pengertian supervisisi
klinis?
Apakah yang menjadi pertimbangan supervisi klinis yang
yang dilakukan kepala sekolah?
Apakah implementasi supervisi klinis untuk semua guru
PAI SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Bagaimana implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah perlu perencanaan sebelum implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah kepala sekolah memberi tahu kepada guru PAI
sebelum implementasi supervisi klinis dalam peningkatan
kompetensi profesional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro
Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Faktor pendukung apa saja implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di
SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah kelebihan implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Bagaimana metode dan teknik yang kepala sekolah
gunakan dalam implementasi supervisi klinis untuk
peningkatan kompetensi professional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro ?
151
Hambatan apa saja dalam impementasi supervisi klinis
dalam peningkatan Profesional Guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro ?
Apakah Implementasi supervisi klinis disesuaikan
dengan antara kebutuhan guru?
Apakah ada kendala yang muncul saat dilakukan
kegiatan supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
professional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro
Apakah ada beberapa hambatan dalam implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi professional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro, dan hambatan apa yang paling serius?
Upaya apa saja untuk mengatasi faktor penghambat dalam Implementasi supervisi klinis dalam peningkatan Kompetensi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah kepala sekolah melibatkan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi hambatan supervisi klinis?
Apakah kepala sekolah melihat dari sudut pandang mana saja dalam mengatasi hambatan implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Apakah kepala sekolah minta pendapat orang lain dalam mengatasi hambatan implementasi supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro
2 Kompetensi
professional
Guru PAI
Usaha apa yang kepala sekolah lakukan dalam Meningkatkan kompetensi profesional guru PAI ?
Apa yang diusahan guru pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan kompetensi profesionalnya?
Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi guru
pendidikan agama Islam dalam pembelajaran?
Apakah guru-guru PAI selalu menggunakan
media/sumber belajar ketika proses mengajar?
Apakah kepala sekolah menanyakan kendala apa yang
dihadapi guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran
Bagaimana kompetensi profesional guru PAI setelah adanya implementasi supervisi klinis?
Apakah semua permasalahan yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam dapat diselesaikan?
152
LAMPIRAN 3
Pedoman wawancara dengan guru pendidikan agama Islam SMK Muhammadiyah
1 Metro
No Indikator Pertanyaan
1 Supervisi Klinis
Apakah Bapak kepala sekolah melaksanakan
supervisi terhadap guru pendidikan agama Islam ?
Bagaimana pendapat Bapak mengenai pelaksanaan
supervisi klinis?
Bagaimana persiapan dari implementasi supervisi
klinis?
Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari implementasi
supervisi klinis?
Bagaimana kompetensi professional guru PAI
setelah adanya supervisi klinis?
Bagaimana metode dan teknik yang yang digunakan
kepala sekolah dalam Implementasi Supervisi klinis
?
2. Kompetensi
professional guru
PAI
Apakah Bapak menggunakan RPP dalam proses
pembelajaran?
Bagaimana cara mendapatkan RPP yang Bapak
pakai??
Apakah Bapak membuat instrument penilaian?
Apakah bapak melaksanakan penganyaan dalam
proses pembelajaran?
Apakah bapak menggunakan media dalam
pembelajaran?
Apakah kepala sekolah/supervisor memberikan
masukan kepada Bapak mengenai kompetesni
profesional mengajar yang lebih baik?
153
Apakah kepala sekolah/supervisor sudah baik dalam
menjalankan tugasnya sebagai supervisor pada
pelaksanaan supervisi klinis?
Faktor pendukung apa saja dalam implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan kompetensi
professional guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
154
LAMPIRAN 4
PEDOMAN DOKUMENTASI
No Jenis Dokumen Rincian Dokumen
1 Profil Lembaga/Sekolah a. Letak dan keadaan geografis
b. Sejarah berdirinya SMK Muhammadiyah 1 Metro
c. Visi, misi, dan tujuan
d. Struktur organisasi
e. Data pendidik dan tenaga f. kependidikan
g. Data siswa terakhir
h. Sarana dan prasarana
2 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
a. Kegiatan kurikuler
b. Kegiatan extrakulikuler
c. Supervisor dan guru PAI dalam Implementasi Supervisi Klinis
155
LAMPIRAN 5
PEDOMAN OBSERVASI
No Panduan Observasi Rincian Observasi
1
Siapa atau apa yang
diobservasi ?
Pelaksanaan supervisi klinis
yang dilakukan oleh kepala
sekolah/supervisor.
2 Dimana lokasinya ? di SMK Muhammadiyah 1 Metro
3
Kapan Observasi dilakukan ?
Observasi dilakukan pada saat
waktu pelaksanaan supervisi
klinis yang sudah
ditentukan oleh supervisor.
156
155
Lampiran 6
Petikan Wawancara
156
IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM PENINGKATAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMK MUHMAMMADIYAH 1 METRO
PETIKAN HASIL WAWANCARA
Pewawancara : DWI SUSANTO
Informan : Drs. SUHARTO
Jabatan : Kepala Sekolah
Tanggal : 08 November 2017
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
No Kode Personal Isi Wawancara
1. (W.1/F1.1/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah Bapak Memahami tentang
pengertian supervisi klinis?
Informan Saya mengetahui tentang supervisi klinis
adalah supervise yang bisa dilakukan oleh
pengawas sekolah, kepala sekolah dan
guru senior dalam pembelajaran, pribadi
guru, administrasi yang berupa bantuan
dalam proses belajar mengajar agar
pelaksanaan pembelajaran lebih baik
sebagaimana yang diharapkan sekolah
dan pemerintah.
2. (W.1/F.1.2/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah yang menjadi pertimbangan
supervisi klinis yang bapak lakukan?
Informan Sebagai pertimbangan melakukan
supervisi klinis, yang pertama adalah
selama ini jarang sekali pengawas sekolah
malaksanakannya, Kedua, atas dasar
permintaan guru dan tugas sebagai kepala
sekolah sebagai supervisor. Ketiga
supervisi klinis dilaksanakan oleh kepala
sekolah sebagai supervisor sesuai dengan
jenis permasalahan yang dihadapi. Setiap
permasalahan yang ditemui tidak harus
sama dengan sistem/cara
penyelesaiannya. Suatu permasalahan
harus diselesaikan dengan cara yang
sesuai dan belum tentu dengan supervisi
klinis”.
3.
(W.1/F.1.3/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah Implementasi supervisi klinis
untuk semua guru ?
Informan Tentu tidak semua guru mendapatkan
supervisi klinis, karena tidak semua guru
157
membutuhkannya. Selama yang
dilakukan guru sudah baik, ya sudah,
artinya seorang guru tersebut sudah dapat
merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi pembelajaran. Sehingga
supervisi klinis menurut saya hanya
diutamakan terhadap guru yang
mengalami kesulitan.
4.
(W.1/F.1.4/SHT/
08/11/17)
Peneliti Bagaimana implementasi supervisi klinis
dalam peningkatan kompetensi
profesional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro?
Informan Pelaksanaan supervisi klinis
dilaksanakan di ruang kelas oleh saya
sendiri dibantu waka kurikulum dan
Bapak/Ibu guru di mulai dari
pengawasan setiap pagi secara langsung
di kelas maupun saya melihat dari layar
CCTV di ruangan saya untuk melihat
pembelajaran yang ada di kelas.
kemudian saya melaksanakan supervisi
klinis yang dimulai dari pertemuan awal
(perencanaan), pelaksanaan, dan
pertemuan akhir (monitoring dan
evaluasi). Pada tahap awal difokuskan
dalam hal mendesain program
perencanaan supervisi klinis, melakukan
pengkajian RPP. Tahap pelaksanaan
dilakukan pengawas: (a) deteksi
kompetensi guru secara lesan; (b)
administrasi pembelajaran; (c) proses
belajar mengajar di kelas; (d) pembinaan
RPP; (e) monitoring; (f) pengembangan
RPP; (g) evaluasi; (h) peningkatan mutu
pembelajaran; (i) pengembangan bahan
ajar; (j) pengembangan media; (k)
deteksi kesulitan belajar siswa; dan (l)
memberikan solusi kepada siswa yang
mengalami hambatan belajar.Tahap yang
terakhir adalah monitoring dan evaluasi.
Dalam tahap ini, kepala sekolah
mengadakan kegiatan monitoring,
evaluasi dan pengembangan pada
pelaksanaan tahap kedua. Selanjutnya
supervisi klinis dilaksanakan kepada
158
Bapak/Ibu guru yang mengalami
kesulitan/ permasalahan baik dalam
pembelajaran, administrasi dan lain-lain,
dan dalam melaksanakan supervisi ini,
kepala sekolah melaksanakannya secara
berkesinambungan tidak hanya sekali
saja, namun dipantau terus
perkembangannya untuk terselesaikannya
masalah yang dihadapi.
5.
W.1/F.1.5/SHT
/08/11/17)
Peneliti Apakah perlu perencanaan sebelum
pelaksanaan supervisi klinis?
Informan Sangat perlu untuk direncanakan, sebab
semua program kalau tidak direncanakan
hasilnya juga nanti kurang bagus
sehingga pelaksanaan supervisi klinis
pun harus direncanakan dengan
memberikan intrumen evaluasi diri dan
wawancara kepada guru pendidikan
agama Islam merupakan pertemuan awal.
6.
W.1/F.1.6/SHT
/08/11/17)
Peneliti Apakah bapak memberi tahu kepada
guru PAI sebelum pelaksanaan supervisi?
Informan Kadang-kadang tidak, tetapi khusus
supervisi klinis harus diberi tahu terlebih
dahulu karena sebelum pelaksanaan
harus bermusyawarah antara, kepala
sekolah, staf pimpinan, guru pendidikan
agama Islam pada khusunya dan staf tata
usaha secara terbuka.
7.
W.1/F.1.7/SHT
/08/11/17)
Peneliti Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari
implementasi supervisi klinis?
Informan Dalam pelaksanaan evaluasi saya melihat
pembelajaran di kelas secara lansung
sambil mengisi intrumen penilaian proses
belajar pada umumnya, keterampilan
khusus dalam mengajar dan suasana
kelas setelah itu hasil dari evaluasi tadi
dibicarakan kembali bersamaan dengan
kegiatan kelompok kerja guru yang
dilaksanakan bersama-sama antara
kepala sekolah, waka kurikulum, guru
PAI, dan pengurus KKG dan
pelaksanaannya secara berkelanjutan.
8.
W.1/F.1.8/SHT
/08/11/17)
Peneliti Apakah kelebihan supervisi klinis?
Informan Kelebihannya suatu pemasalahan dapat
159
diselesaikan dengan tuntas karena
dipantau terus, sedangkan kekurangannya
perlu waktu yang lebih lama.
9.
W.1/F.1.9/SHT
/08/11/17)
Peneliti Bagaimana kompetensi professional guru
PAI setelah adanya supervisi klinis?
Informan Dengan adanya pembinaan guru terus
berusaha memperbaiki proses
pembelajaran misalnya; memakai alat
peraga, alat media, memperbaiki
administrasi akademik, melengkapi
instrumen, penilaian, perbaikan dan
pengayaan.
10.
W.1/F.1.10/SHT/
08/11/17)
Peneliti Bagaimana metode dan teknik yang
bapak gunakan ?
Informan Dengan metode yang bervariasi serta
teknik, modifikasi yang disesuaikan
dengan situasi, mengembangkan lewat
pembinaan berkala.
11.
W.1/F.3.11/SHT/
08/11/17)
Peneliti Hambatan apa saja dalam impementasi
supervisi klinis untuk peningkatan
Profesional Guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro ?
Informan Hambatan yang ada khususnya bagi
pribadinya yang mengampu guru bahasa
Indonesia sekaligus sebagai kepala
sekolah yang paling utama adalah waktu
karena kurangnya waktu yang ada
sehingga hasil tidak maksimal. Menurut
pandangan Guru PAI SMK
Muhammadiyah 1 Metro, hambatan yang
dialami secara umum adalah meskipun
terdapat pengawas tetapi pengawas
kurangnya pembinaan di sekolah
sehingga guru-guru PAI masih banyak
kelemahan terutama dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dan administrasi
akademik.
12.
W.1/F.3.12/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah Implementasi supervisi klinis
disesuaikan dengan antara kebutuhan
guru?
Informan Saya kira begitu, karena kami
melaksanakannya sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi terutama
perbaikan dalam proses belajar mengajar
160
dan administrasi akademik Guru
Pendidikan Agama Islam di SMK
Muhammadiyah 1 Metro.
13
W.1/F.3.13/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah ada kendala yang muncul saat
dilakukan kegiatan supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional
guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro
Informan Secara umum terkadang merasa kurang
siap dan terganggu karena belum terbiasa
disupervisi tetapi dalam pelaksanaan
supervisi klinis kendala yang sering
dialami oleh guru adalah masalah kurang
ketepatan waktu untuk mengevaluasi
proses belajar mengajar dalam situasi
tertentu.
14.
W.1/F.3.14/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah ada beberapa hambatan dan
hambatan apa yang paling serius?
Informan Ya, terdapat beberapa kategori hambatan
yang sering dalam pelaksanaan supervisi
klinis antara lain; kurang tepat waktu
dalam melaksanakan penilaian formatif
belum dilaksanakan instrumen penilaian
belum dilaksanakan, analisis perbaikan
dan pengayaan belum dilaksanakan,
analisis kompetensi dasar juga belum
dilakukan. Kebanyakan guru dalam
melaksanakan penilaian setelah proses
belajar mengajar langsung ke formatif
saja tidak melalui komponen –
komponen penilaian terlebih dahulu.
Guru belum mampu mengembangkan
bahan ajar. Dalam proses belajar
mengajar sebagian guru belum memakai
alat media disebabkan di sekolah tidak
adanya belum dapat
mengoperasionalkan, dan alat peraga
seadanya.
15.
W.1/F.4.15/SHT/
08/11/17)
Peneliti Upaya apa saja untuk mengatasi faktor
penghambat dalam Implementasi
supervisi klinis dalam peningkatan
Kompetensi guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro?
Informan Membuat jadwal yang benar-benar sesuai
dengan skala prioritas penyelesaian
permasalahan mengingat banyaknya
161
jumlah guru binaan. Salah satu solusi
yang ditempuh adalah dengan membuat
jadwal dengan skala prioritas Pembuatan
jadwal dilakukan karena banyaknya guru
yang mengalami permasalahan dan
terbatasnya waktu. Dengan membuat
jadwal dengan skala prioritas, maka
masalah-masalah yang penting terlebih
dahulu diselesaikan. Sementara masalah
yang tidak begitu penting dapat ditunda
terlebih dahulu.
16 W.1/F.4.16/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah semua permasalahan yang
dihadapi oleh guru pendidikan agama
Islam dapat diselesaikan?
Informan Ya, karena tidak semua masalah dapat
diselesaikan dengan cara yang sama.
meskipun terkadang kasusnya tidak jauh
berbeda. Hal ini dikarenakan masalah
yang ada pada seseorang berbeda faktor
yang menyebabkannya. Dengan
demikian, perlu dilakukan beragam cara
menyelesaikan masalah berdasarkan
situasi dan kondisi masing-masing guru.
17. W.1/F.4.17/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah Bapak melibatkan guru
pendidikan agama Islam dalam
mengatasi hambatan supervise klinis?
Informan Ya, melibatkan guru, Kepala Sekolah
untuk membantu mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan supervisi klinis
misalnya mengambil gambar, merekam.
Keterlibatan guru dalam menyelesaikan
masalah memang sangat penting, karena
bagaimanapun kepala sekolah hanya
memberikan jalan penyelesaikan,
sedangkan yang melakukannya adalah
guru itu sendiri. Selain itu, waka
kurikulum juga penting untuk terlibat
dalam menyelesaikan masalah, karena
waka kurikulum yang selalu dekat
dengan guru dan menjadi penanggung
jawab terhadap kompetensi professional
guru PAI.
18 W.1/F.4.18/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah bapak melihat dari sudut
pandang mana saja dalam mengatasi
hambatan implementasi supervise klinis
dalam peningkatan kompetensi guru PAI
162
di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Informan Ya dan selalu karena kita harus
menerapkan sikap terbuka dan
tanggap terhadap semua pendapat
guru, sehingga yakin akan
kemampuan guru untuk
mengembangkan dirinya serta
memecahkan masalah yang
dihadapinya
19 W.1/F.4.19/SHT/
08/11/17)
Peneliti Apakah bapak minta pendapat orang lain
dalam mengatasi masalah supervise klinis
dalam peningkatan kompetensi
professional guru PAI di SMK
Muhammadiyah 1 Metro?
Informan Ya, karena kita perlu pendapat orang lain
untuk pertimbangan dalam menyelesaikan
suatu masalah. Dengan demikian jelas
bahwa kepala sekolah tidak dapat
bertindak tanpa adanya informasi yang
lengkap dari guru yang bersangkutan.
Untuk itulah, guru juga harus memberikan
informasi kepada kepala sekolah yang
berarti guru harus aktif dalam
berkomunikasi kepada kepala sekolah
agar masalah yang dihadapinya dapat
dengan mudah diselesaikan dengan waktu
yang relatif singkat.
163
PETIKAN HASIL WAWANCARA
Pewawancara : DWI SUSANTO
Informan : Dra. HARNINUK
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Tanggal : 08 November 2017
Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah
No Kode Personal Isi Wawancara
1. (W.2/F.1.1/HRK/
08/11/17)
Peneliti Apakah Ibu Memahami tentang pengertian
supervisi klinis?
Informan Supervisi klinis adalah bentuk bimbingan
profesional yang diberikan kepada guru
berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus
yang sistematis.
2. (W.2/F.1.2/HRK/
08/11/17)
Peneliti Apakah yang menjadi pertimbangan
supervisi klinis yang bapak lakukan?
Informan Supervisi klinis dilakukan agar para guru
dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya, utamanya bagi mereka yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran
agar dapat menyelesaikannya dengan
sebaik-baiknya.
3.
(W.2/F.1.3/HRK/
08/11/17)
Peneliti Apakah bapak kepala sekolah memberi
tahu kepada guru PAI sebelum pelaksanaan
supervisi?
Informan Kepala sekolah memberitahukan kepada
kami selaku penanggung jawab ketika akan
melakukan supervisi klinis di sekolah kami.
Selain itu juga diharapkan guru juga harus
mengetahui bahwa kepala sekolah akan
melakukan supervisi klinis.
4.
(W.2/F.1.4/HRK/
08/11/17)
Peneliti Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari
implementasi supervisi klinis?
Informan Sebagai wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, saya tetap harus memberikan
pengawasan kepada guru. Apalagi ada
supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala
sekolah, saya harus mengetahui sejauh
mana dapat memberikan solusi atas
kesulitan yang dihadapi guru
5.
(W.2/F.1.5/HRK/
08/11/17)
Peneliti Apakah kelebihan dan kekurangan
supervisi klinis?
Informan Dengan supervisi klinis, maka guru dapat
memperoleh jalan keluar dari permasalahan
164
dengan baik dan dievaluasi secara periodik.
Sehingga kegiatan guru dapat dipantau
secara terus menerus. Tetapi supervisi
klinis ini memerlukan waktu yang lama.
Jadi waktunya tersebut yang menjadi
permasalahan.
6.
(W.2/F.1.6/HRK
/08/11/17)
Peneliti Bagaimana kompetensi professional guru
PAI setelah adanya supervisi klinis?
Informan Setelah diadakan supervisi klinis, guru
dapat melakukan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran
meskipun media yang digunakan masih
bersifat sederhana. Guru yang lainnya juga
mengusulkan untuk pengadaan media yang
lebih modern agar dapat menyelenggarakan
pembelajaran secara maksimal. Selain itu,
guru dapat menerapkan beberapa metode
pembelajaran yang berbeda.
7.
(W.2/F.1.7/HRK
/08/11/17)
Peneliti Bagaimana hasil dari implementasi
supervisi klinis?
Informan Beberapa program kinerja guru dan kepala
sekolah dan wail kepala sekolah: Membuat
surat tugas mengajar; Monitoring
administrasi akademik; Rapat sekolah;
Kalender pendidikan; Jadwal pelajaran;
Laporan penilaian hasil belajar; Monitoring
KKG diadakan 2 minggu sekali;
Merancang rencana, program pembelajaran
mulai awal tahun ajaran baru; Musyawaran
dengan anggota sekolah tentang rencana
anggaran belanja sekolah. Sedangkan
rencana program kepala sekolah dan kinerja
guru antara lain: Memantau dan
mengevaluasi kinerja semua warga sekolah
sesuai professi masing-masing Rencana
program rehap gedungsekolah, perbaikan
lingkungan, pengkajian tanggung jawab
penggunaan danabos, serta memantau,
keterbukaan berorganisasi wargasekolah
dasar, membina, menyampaikan hasil rapat
dari dinas; Program kinerja guru; Program
mingguan dibuat awal minggu; Program
semester dibuat awal semester; Program
tahunan dibuat awal tahun; monitorin
dan evaluasi di sekolah guna mengukur
tingkat kemajuan pendidikan, antara lain
165
memantau kebutuhan pengajar, jangan
sampai vakum; Memantau sarana dan
prasarana, serta perangkat pembelajaran;
Memantau pelaksanaan proses
pembelajaran; Perencanaan program
kerjajangka pendek; Perencanaan program
kerjajangka menengah; Perencanaan
program kerjajangka panjang.
8.
(W.2/F.2.8/HRK/
08/11/17)
Peneliti Faktor pendukung apa saja dalam
implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional guru
PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Informan Untuk memberikan kenyamanan agar
kompetensi professional guru optimal maka
perlu menciptakan suasana iklim kinerja
guru yang kondusif, seperti: Mengadakan
supervisi, monitoring dan evaluasi
menerapkan kerjasama; Bersikap terbuka;
Menjaga keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan; Keteladanan kepalasekolah
baik perilaku maupun kinerja; Penanaman
kedisiplinan dan tanggung jawab sebagai
guru; Keterbukaan dan kejujuran dalam
segala hal; Adil dan menghindari rasa pilih
kasih; Obyektif dalam melaksanakan
penilaian terhadap guru; Menciptakan
suasana kekeluargaan yang baik
(mengasihi, mengasuh dan memberikan
wawasan kepada guru dengan baik);
Menciptakan suasana kerja serius tapi
santai; Memberi keteladanan; Guru harus
tahu tugas dan kewajibannya sebagai guru;
loyal pada atasan, saling membantu apabila
ada kerepotan; Lebih mementingkan
kepentingan dinas daripada kepentingan
pribadi; Menumbuhkan rasa sosial; dan
sering-sering diadakan komunikasi
secepatnya apabila ada informasi yang
penting dari dinas
9.
(W.2/F.2.9/HRK/
08/11/17)
Peneliti Apakah kepala sekolah selama ini
melaksanakan tugasnya dengan baik?
Informan Memberikan contoh/keteladanan wakil
kepala sekolah; menanamkan kedisiplinan
dan tanggungjawab sebagai pendidik;
keterbukaan, dan kejujuran; kebersamaan,
menjaga persatuan saling menghormati,
166
toleransi; dan adil tak pilih kasih. Memberi
contoh adalah tugas pimpinan terhadap
bawahannya. Kepala sekolah sebagai
pimpinan tidak boleh hanya memberikan
perintah, tetapi juga harus member contoh
yang baik agar dapat ditiru oleh anak
buahnya. Selain itu, kepala sekolah juga
harus bersikap disiplin, tanggung jawab,
terbuka, jujur, menjunjung kebersamaan,
persaudaraan, toleransi, saling
menghormati dan tidak pilih kasih
10.
W.2/F.2.10/HRK/
08/11/17)
Peneliti Bagaimana metode dan teknik yang yang
digunakan kepala sekolah dalam
Implementasi Supervisi klinis ?
Informan Memotivasi dalam kinerja; Memberi
fasilitas, sarana, prasarana; Memberi
teladan; Mengontrol RPP; Memberi
penghargaan (reward) kepada guru
berprestasi; Mengontrol kinerja guru;
Menanamka kedisiplinan; Memberiteguran;
Memberi kesempatan guru untuk
meningkatkan karir; Pembinaan tentang
tugas-tugas guru (menyusun dan
melaksanakan program mengajar, evaluasi
perbaikan pengayaan dan BP); Pemantauan
administrasi akademik; Tiap akhir bulan
diadakan rapat untuk mengevaluasi kinerja
guru dari hasil supervisi, kepala sekolah
dalam melaksanakan PBM; Diadakan
brifing tiap hari senin pagi setelah upacara
untuk mengevaluasi, membicarakan
kendala selama 1 minggu dan dicari
solusinya untuk mengatasi masalah yang
dihadapi guru; Membuat peraga menurut
kemampuan; Belajar bersama
mengoperasionalkan alat media; Membina
semua karyawan menurut tugas dan
tanggung jawab masing-masing; Memantau
guru dari segi kepribadian, dan pelaksanaan
proses pembelajaran; Mengontrol
administrasi akademik, mana yang belum
lengkap dibantu bersama-sama; Apabila
terdapat sifat guru yang kurang mendidik
kami segera mengambil kebijakan
11. (W.2/F.4.11/HRK Peneliti Upaya apa saja untuk mengatasi faktor
167
/08/11/17) penghambat dalam Implementasi supervisi
klinis dalam peningkatan Kompetensi guru
PAI di SMK Muhammadiyah 1 Metro?
Informan Menyesuaikan permasalahan dengan
melihat skala prioritasnya dengan cara
supervisi, dianalisis kesenjangan-
kesenjangan, diadakan perbaikan, serta
pembinaan bersamaan kelompok kerja guru
PAI, melakukan pelatihan/diklat,
shortcourse, pembinaan secara rutin,
bertahap dan berkelanjutan, menyarankan
adanya studi komparatif visitasi ke sekolah-
sekolah yang lebih maju.
168
PETIKAN HASIL WAWANCARA
Pewawancara : DWI SUSANTO
Informan : ZENNY MAHMUD, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SMK Muhammadiyah 1 Metro
Tanggal : 08 November 2017
Tempat : Ruang Guru Laki-laki SMK Muh 1 Metro
No Kode Personal Isi Wawancara
1. (W.3/F.1.1/ZMD
/08/11/17)
Peneliti Apakah Bapak kepala sekolah
melaksanakan supervisi terhadap guru
pendidikan agama Islam ?
Informan Ya, kepala sekolah melakukan
supervisi klinis terhadap guru
pendidikan agama Islam yang mana
pelaksanaanya dibantu oleh waka
kurikulum.
2. (W.3/F.1.2/ZMD
/08/11/17)
Peneliti Bagaimana pendapat Bapak mengenai
pelaksanaan supervisi klinis?
Informan Beberapa kali kepala sekolah
menanyakan kesulitan-kesulitan yang
kami hadapi dalam kegiatan
pembelajaran, namun beliau tidak
memberikan solusinya. Informasi
tersebut menunjukkan bahwa kepala
sekolah berusaha mencari masalah
yang dihadapi oleh guru.
3.
(W.3/F.1.3/ZMD
/08/11/17
Peneliti Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari
implementasi supervisi klinis?
Informan Dalam kegiatan supervisi ini, kepala
sekolah langsung memberikan
evaluasi, yaitu dengan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang saya
lakukan yang dianggap kurang benar.
Sehingga saya dan kawan-kawan
langsung memahami dengan baik.
Evaluasi supervisi klinis terhadap guru
dilaksanakan dengan berkala dan
terprogram antara lain; hasil tugas
dengan beberapa indikator yang dapat
diukur perilaku dan ciri individu
4.
(W.3/F.1.4/ZMD
/08/11/17
Peneliti Bagaimana kompetensi professional
guru PAI setelah adanya supervisi
klinis?
Informan Selama ini kami memang merasa
169
kurang bisa menggunakan media
pembelajaran, karena memang kami
kurang memahami tentang manfaat
dan cara menggunakan media.
5.
(W.3/F.1.5/ZMD
/08/11/17
Peneliti Bagaimana metode dan teknik yang
yang digunakan kepala sekolah dalam
Implementasi Supervisi klinis ?
Informan Ketika kepala sekolah datang, tidak
hanya melihat-lihat saja, akan tetapi
juga bertanya tentang kegiatan
pembelajaran yang kami lakukan.
Selain itu juga memberi beberapa saran
dalam mengajar.
6.
(W.3/F.1.6/ZMD
/08/11/17
Peneliti Apakah Bapak menggunakan RPP
dalam proses pembelajaran?
Informan Ya, dalam proses pembelajaran
menggunakan RPP.
7.
(W.3/F.1.7/ZMD
/08/11/17
Peneliti Bagaimana cara mendapatkan RPP
yang Bapak pakai??
Informan RPP yang kami pakai adalah
mengcopy dari teman yang lain atau
dari tahun sebelumnya
8.
(W.3/F.1.8/ZMD
/08/11/17
Peneliti Apakah Bapak membuat instrument
penilaian?
Informan Saya membuat instrumen untuk
melakukan penilaian terhadap siswa.
Tetapi saya melihat juga tidak semua
guru menggunakan instrument
penilaian
9.
(W.3/F.1.9/ZMD
/08/11/17
Peneliti Apakah bapak melaksanakan
penganyaan dalam proses
pembelajaran?
Informan Tentu kami melakukan pengayaan
untuk mendukung kekurangan pada
siswa
10.
(W.3/F.2.10/ZM
D/08/11/17
Peneliti Apakah bapak menggunakan media
dalam pembelajaran?
Informan Dulu kami hanya kadang-kadang
menggunakan media pembelajaran
berupa LCD itupun kalau kalo ada
terminal listriknya. sekarang sering
menggunakan, karena kami baru
paham, media tidak hanya LCD..
170
11.
(W.3/F.2.11/ZM
D/08/11/17
Peneliti Apakah kepala sekolah/supervisor
memberikan masukan kepada Bapak
mengenai kompetensi profesional
mengajar yang lebih baik?
Informan Kami selalu memperoleh motivasi dari
kepala sekolah, sehingga kami dapat
memperbaiki pembelajaran kami
12.
(W.3/F.2.12/ZM
D/08/11/17
Peneliti Apakah kepala sekolah/supervisor
sudah baik dalam menjalankan
tugasnya sebagai supervisor pada
pelaksanaan supervisi klinis?
Informan Iya , kepala sekolah kami memberikan
contoh-contoh yang baik dalam
melaksanakan tugasnya, misalnya
datang pagi, mengontrol pekerjaan
administrasi guru dan lain-lain.
13
(W.3/F.2.13/ZM
D/08/11/17
Peneliti Faktor pendukung apa saja dalam
implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional
guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
Informan Untuk sarana dan prasarana di sekolah
kami termasuk cukup, karena kepala
sekolah selalu meminta masukan dari
kami untuk keperluan sekolah. Dan
beliau selalu menganggarkan
pengadaan sarana prasarana sesuai
dengan situasi dan kondisi
171
PETIKAN HASIL WAWANCARA
Informan : DIMAS CUROTA AYUN, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI dan Praktik Ibadah SMK Muh 1
Tanggal : 08 November 2017
Tempat : Kantin SMK Muhammadiyah 1 Metro
No Kode Personal Isi Wawancara
1. (W.4/F.1.1/DMC
/08/11/17)
Peneliti Apakah Bapak kepala sekolah
melaksanakan supervisi terhadap guru
pendidikan agama Islam ?
Informan Kepala sekolah melakukan kegiatan
supervisi di kelas, melihat RPP yang
saya miliki dan memberikan komentar
perbaikan.
2. (W.4/F.1.2/DMC
/08/11/17)
Peneliti Bagaimana persiapan sebelum
sebelum pelaksanaan supervisi?
Informan Sebelum kepala sekolah akan
melakukan supervisi, kami diberitahu
terlebih dahulu oleh wakil kepala
sekolah bidang kurikulum. Dengan
demikian kami juga siap untuk
mengikuti supervisi klinis.
3.
(W.4/F.1.3/DMC
/08/11/17
Peneliti Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari
implementasi supervisi klinis?
Informan Sesuai dengan rencana, kepala sekolah
menghadiri kegiatan KKG dan
melakukan evaluasi terhadap kegiatan
supervisi klinis yang telah dilakukan di
sekolah.
4.
(W.4/F.1.4/
DMC /08/11/17
Peneliti Bagaimana kompetensi professional
guru PAI setelah adanya supervisi
klinis?
Informan SSetelah ada supervisi klinis yang saya
ikuti, saya berusaha menggunakan
media pembelajaran yang ada dan
sederhana. Sekarang saya paham
bahwa media tidak hanya LCD atau
media modern lainnya, tetapi benda-
benda yang ada di sekitar kita ternyata
juga dapat digunakan sebagai media.
Setelah adanya supervisi klinis ini,
saya sekarang lebih tahu bahwa media
pembelajaran sebenarnya dapat dibuat
sendiri dan juga dapat diperoleh dari
172
lingkungan sekitar kita.
5.
(W.4/F.1.5/
DMC /08/11/17))
Peneliti Bagaimana metode dan teknik yang
yang digunakan kepala sekolah dalam
Implementasi Supervisi klinis ?
Informan Ketika kami bertemu kepala sekolah
beliau juga menanyakan berbagai
kesulitan yang kami hadapi
6.
(W.4/F.1.6/
DMC /08/11/17)
Peneliti Apakah Bapak menggunakan RPP
dalam proses pembelajaran?
Informan Tentu kami menggunakan RPP dalam
pembelajaran, karena RPP merupakan
rencana yang akan diterapkan dalam
pembelajaran
7.
(W.4/F.1.7/
DMC /08/11/17)
Peneliti Bagaimana cara mendapatkan RPP
yang Bapak pakai??
Informan Kami membuatnya sendiri, tetapi
sudah kami buat 2 tahun yang lalu.
Jadi kami menggunakan RPP tahun
lalu.
8.
(W.4/F.1.8/
DMC /08/11/17)
Peneliti Apakah Bapak membuat instrument
penilaian?
Informan Untuk instrumen penilaian, saya
menggunakannya, tetapi saya
mengcopy dari rekan guru. Karena
menurut saya sama saja untuk hal-hal
yang dinilai
9.
(W.4/F.1.09/
DMC /08/11/17)
Peneliti Apakah bapak melaksanakan
penganyaan dalam proses
pembelajaran?
Informan Pengayaan kami lakukan jika siswa
belum mencapai nilai minimal yang
ditetapkan, kemudian melakukan tes
perbaikan
10.
(W.4/F.2.10/
DMC /08/11/17
Peneliti Apakah bapak menggunakan media
dalam pembelajaran?
Informan Sekarang saya lebih paham tentang
media, dan sering menggunakan media
meskipun itu hanya berupa barang
bekas.
11.
(W.4/F.1.12/
DMC /08/11/17)
Peneliti Apakah kepala sekolah/supervisor
memberikan masukan kepada Bapak
mengenai kompetesni profesional
mengajar yang lebih baik?
Informan Kepala sekolah selalu memberi
173
bimbingan kepada kami dan
mengingatkan untuk bekerja secara
maksimal, sehingga kamipun merasa
nyaman untuk bekerja
12.
(W.4/F.2.12/
DMC /08/11/17)
Peneliti Apakah kepala sekolah/supervisor
sudah baik dalam menjalankan
tugasnya sebagai supervisor pada
pelaksanaan supervisi klinis?
Informan Kepala sekolah memimpin kami
dengan baik. Beliau sering mengajak
ngobrol kami tentang berbagai hal.
Beliau juga selalu menekankan agar
kami dapat melakukan pekerjaan
dengan sebaik-baiknya.
13
(W.4/F.2.13/
DMC /08/11/17)
Peneliti Faktor pendukung apa saja dalam
implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional
guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
Informan Dalam rapat, beliau (kepala sekolah)
membicarakan kebutuhan sarana dan
prasarana yang diperlukan. Kemudian
beliau juga meminta masukan untuk
sarana dan prasarana yang paling
penting untuk diadakan terlebih dahulu
174
PETIKAN HASIL WAWANCARA
Informan : AHMAD BAHTIAR, S.Pd.I.
Jabatan : Guru PAI SMK Muhammadiyah 1 Metro
Tanggal : 09 November 2017
Tempat : Ruang Guru Laki-laki SMK Muhammadiyah 1
No Kode Personal Isi Wawancara
1. (W.5/F.1.1/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Apakah Bapak kepala sekolah
melaksanakan supervisi terhadap guru
pendidikan agama Islam ?
Informan Kami melakukan konsultasi kepada
kepala sekolah yang sedang melakukan
supervisi di sekolah kami.
2. (W.5/F.1.2/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Bagaimana pendapat Bapak mengenai
pelaksanaan supervisi klinis?
Informan Kami diminta untuk mengisi instrument
evaluasi diri dan mengemukakan
berbagai permasalahan yang kami
hadapi di kelas, permasalahan guru
terhadap siswa dan beliau mencatatnya.
Selain itu kepala sekolah juga melihat
perangkat pembelajaran kami dan beliau
menanyakan berbagai kesulitan dalam
membuatnya.
3 (W.5/F.1.3/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Bagaimana persiapan bapak sebelum
pelaksanaan supervisi?
Informan Waka Kurikulum memberitahu kami
ketika akan dilakukan supervisi klinis
oleh kepala sekolah. Karena itu kami
juga siap-siap agar dapat mengikuti
supervisi dengan baik.
4.
(W.5/F.1.4/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Bagaimana pelaksanaan evaluasi dari
implementasi supervisi klinis?
Informan Setelah kami mengikuti supervisi klinis,
kemudian dievaluasi oleh kepala
sekolah dengan memberikan hasil
pelaksanaan supervisi klinis dengan
intrumen yang telah disiapkan oleh
kepala sekolah. Kemudian kegiatan
175
evaluasi dilakukan di KKG bersamaan
dengan teman guru lain yang juga
mengikuti kegiatan supervisi klinis.
5.
(W.5/F.1.5/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Bagaimana kompetensi professional
guru PAI setelah adanya supervisi
klinis?
Informan Saya sekarang dapat membuat media
pembelajaran sendiri setelah mengikuti
supervisi klinis. Jadi saya tidak perlu
menggunakan LCD untuk menjelaskan
materi pembelajaran.
6.
(W.5/F.1.6/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Bagaimana metode dan teknik yang
yang digunakan kepala sekolah dalam
Implementasi Supervisi klinis ?
Informan Kepala sekolah menjadwal kegiatan
yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran
yang kami lakukan, yang selama ini
dianggap kurang maksimal selain itu
kepala sekolah memberikan pengarahan
tentang kegiatan pembelajaran yang
baik dan beliau juga melihat langsung
kegiatan pembelajaran yang kami
lakukan berdasarkan petunjuk beliau
7.
(W.5/F.1.7/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Apakah Bapak menggunakan RPP
dalam proses pembelajaran?
Informan Ya pasti menggunakan RPP, selain
sebagai syarat administrasi
pembelajaran, RPP merupakan program
yang dibuat sebelum kegiatan
dilakukan.
8.
(W.5/F.1.8/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Bagaimana cara mendapatkan RPP yang
Bapak pakai??
Informan Saya membuat sendiri, dan kebetulan
baru saja membuat RPP untuk
pembelajaran tahun ini. lalu.
9.
(W.5/F.1.9/ADB/0
9/11/17)
Peneliti Apakah Bapak membuat instrument
penilaian?
Informan Ya saya membuat instrument sendiri
176
karena pihak sekolah tidak menetapkan
bagaimana bentuk dari instrument itu
sendiri
10.
(W.5/F.1.10/ADB/
09/11/17)
Peneliti Apakah bapak melaksanakan
penganyaan dalam proses
pembelajaran?
Informan Karena KKM yang ditetapkan cukup
tinggi, maka kami melakukan
pengayaan agar siswa yang masih
tertinggal dapat mencapai batas minimal
KKM.
11.
(W.5/F.1.11/ADB/
09/11/17)
Peneliti Apakah bapak menggunakan media
dalam pembelajaran?
Informan Iya, saya menggunakan media
pembelajaran yang saya temui di
sekitar. Misalnya menggunakan pohon
kecil yang saya cabut dari halaman
rumah. Selain itu Saya membuat media
pembelajaran dari beberapa gambar
yang saya potong-potong dan ditempel..
12.
(W.5/F.1.12/ADB/
09/11/17)
Peneliti Apakah kepala sekolah/supervisor
memberikan masukan kepada Bapak
mengenai kompetesni profesional
mengajar yang lebih baik?
Informan Kepala sekolah memberi pengarahan
kepada kami sehingga kami pun dapat
mengajar dengan baik. Beliau juga
mengingatkan untuk melengkapi
persyaratan adminstrasi agar kami dapat
melengkapinya.
13.
(W.5/F.2.13/ADB/
09/11/17)
Peneliti Apakah kepala sekolah/supervisor
sudah baik dalam menjalankan tugasnya
sebagai supervisor pada pelaksanaan
supervisi klinis?
Informan Tidak pak, menurut saya kepala sekolah
kami orangnya pendiam dan kurang
dekat dengan guru. Namun beliau juga
tetap mengontrol tugas-tugas
administrasi yang kami lakukan
14
(W.5/F.2.14/ADB/
09/11/17)
Peneliti Faktor pendukung apa saja dalam
implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional
guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
177
Informan Kepala sekolah baik dalam rapat
maupun sehari-hari juga membicarakan
tentang masalah kebutuhan sekolah. Hal
apa yang perlu segera diadakan atau
diperlukan oleh guru.
178
PETIKAN HASIL WAWANCARA
Informan : MUHLAN, BA
Jabatan : Guru PAI SMK Muhammadiyah 1 Metro
Tanggal : 10 November 2017
Tempat : Ruang Guru Laki-laki SMK Muhammadiyah 1
No Kode Personal Isi Wawancara
1. (W.6/F.1.1/MHL/
10/11/17)
Peneliti Apakah Bapak kepala sekolah
melaksanakan supervisi terhadap
guru pendidikan agama Islam ?
Informan Iya, kadang-kadang saya disupervisi
kepala sekolah tetapi bukan supervisi
kelas, mungkin faktor umur saya ini
yang sudah tua sehingga kepala
sekolah enggan untuk mensupervisi
diri saya.
2. (W.6/F.2.2/MHL/
10/11/17)
Peneliti Faktor pendukung apa saja dalam
implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional
guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
Informan Sarana dan prasarana yang ada
selama ini hanya sedikit tambahnya,
padahal kebutuhan kami sebagai guru
sebenarnya cukup banyak. Jadi kami
menjadi kesulitan untuk dapat
menyelenggarakan pembelajaran
dengan maksimal.
3 (W.6/F.3.3/MHL/
10/11/17)
Peneliti Faktor penhambat apa saja dalam
implementasi supervisi klinis dalam
peningkatan kompetensi professional
guru PAI di SMK Muhammadiyah 1
Metro?
Informan Saya tidak memahami supervisi
klinis, yang saya tahu ya supervisi
seperti biasanya. Pengawas juga
tidak menanyakan tentang kesulitan
guru. Selama ini pengawas sekolah
hanya datang ke sekolah dan
mengontrol berbagai dokumen
administrasi sekolah dan guru. Kami
juga tidak ditanya tentang kesulitan-
kesulitan kami.
179
KETERANGAN KODING
W : Wawancara
F : Fokus yang diwawancara
W.1 : Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Metro
W.2 : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
W.3-6 : Guru Pendidikan Agama Islam SMK Muhammadiyah 1 Metro
Inisial yang diwawancarari
Drs Suharto : SHT : Kepala Sekolah SMK Muh 1 Metro
Dra. Harninuk : HRK : Waka Kurikulum SMK Muh 1
Zenny Mahmud, S.Pd.I : ZMD : Guru PAI SMK Muh 1
Dimas Curota A’yun, S.Pd.I : DMC : Guru PAI dan Praktik Ibadah SMK Muh 1
Ahmad Bahtiar, S.Pd.I : ADB : Guru PAI SMK Muh 1
Muhlan, BA : MHL : Guru PAI SMK Muh 1
179
LAMPIRAN 7
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
180
Lampiran 7
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
Gedung SMK Muhammadiyah 1 Metro
Kegiatan Upacara
181
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X
182
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XII
Kegiatan Ekstrakurikuler BBQ
183
Kemera CCTV di Ruang Kepala Sekolah
Interview dengan Bapak Drs. Suharto dan Dra Harninuk
184
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam Bapak Muhlan, BA
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam Bapak Muhlan, BA
185
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Bapak Zenny Mahmud S.Pd.I
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Bapak Zenny Mahmud S.Pd.I
186
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Bapak Dimas Curata A’yun, S.Pd.I
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Bapak Dimas Curata A’yun, S.Pd.I
187
Interview dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Bapak Ahmad Bahtiar, S.Pd.I
Lembaran S1
Nama Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Metro
Nama Guru :
Kelas :
Bidang Studi :
Topik :
No Aspek Yang Diobservasi A B C D E
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Merumuskan tujuan pelayanan/tujuan
Pelayanan secara operasional
Kegiatan belajar murid
Kreatifitas murid dalam memecahkan
masalah
Cara Mengorganisasikan kegiatan-
belajar (metode mengajar)
Penggunaan alat-alat pelayanan (media
pelayanan)
Penggunaan tes
a. Subjektif
b. Objektif
Pelayanan terhadap murid yang
mengalamai kesulitan belajar
Rata-rata Jumlah
Tanggal,
Guru Mata Pelajaran Yang Mengamati
(………………………) (……………………………)
Evaluative Check List
Lembaran S2
No. Aspek-Aspek Yang Dinilai Ya Tidak
Sebagai guru saya telah dapat:
1. Mengenal secara singkat kegiatan dari setiap langkah
PPSI
2. Mengenai Komponen-komponen dalam proses belajar-
mengajar
3. Membedakan tujuan intruksional khusus dan tujuan
intruksional umum
4. Mengemukakan 4 kriteria dalam merumuskan tujuan
intruksional
5. Memberi contoh yang tepat untuk masing-masing
kriteria
6. Memberikan contoh yang kurang tepat tentang masing-
masing kriteria.
7. Membedakan tujuan intruksional yang dapat diukur
daripada yang tidak diukur.
8. Mengemukakan contoh rumusan tujuan yang bersifat
ingatan (recall)
9. Mengemukakan contoh rumusan tujuan yang bersifat
memaham
10. Mengemukakan contoh rumusan yang bersifat aplikasi
11. Membedakan “pengalaman belajar” daripada “kegiatan
belajar”
12. Dapat menyusun secara metodis kegiatan guru dan
murid
13. Membuat Alat peraga sendiri untuk mata pelajaran yang
di ajarkan.
14. Mestimulasi Kreatifitas murid selama pelajaran
15. Malayani Kebutuhan dan minat tiap-tiap murid
16. Mengemukakan fungsi dari input tes dan tes of entering
behavior
17. Menyusun tes objektif secara mahir
18. Menyusun tes subjektif paling sedikit 10 macam
19. Menghitung rata-rata (mean) dari tes untuk seluruh kelas
dalam satu pelajaran
20. Mengadakan diagnosis dari hasil tes murid yang telah
dihitung dengan statistik
21. Menguasai dengan sungguh-sunguh materi dan cara
pendekatan dari pelajaran yang diberikan.
22. Menimbulkan kegairahan belajar murid
23. Melihat dengan jelas bahwa tujuan yang ditentukan telah
tercapai
24 Menggunakan sumber-sumber belajar yang cukup
25. Melihat segi-segi positif maupun negatif dalam proses
balajar-mengajar yang dilaksanakan.
Jumlah
Guru Mata Pelajaran
Activity Chek List Tentang Proses Belajar Mengajar
Lembaran S3
Ya Tidak
A. Proses mengajar pada umunya
1. Merumuskan tujuan pengajaran sarana operasional
2. Berusaha Memenuhi kebutuhan nyata murid
3. Membimbing murid di dalam cara mengemukakan
pendapat
4. Menolong murid di dalam mengadakan hubungan dan
mengubah pengalaman belajar.
5. Membantu murid dalam mengumpulkan dasar
mengorganisasikan materi pelajaran yang di dalam hal
belajarnya.
6. Membatu murid di dalam menerapkan pengetahuan
yang diperoleh.
7. Menilai hasil belajar murid
B. Keterampilan-keterampilan khusus dalam mengajar
1. Menaruh Perhatian pada kebutuhan dan masalah-
masalah pribadi dari murid
2. Terampil menyeleksi materi pelajaran yang disajikan
3. Terampil dalam mengkomunikasikan pengalaman-
pengalaman belajar murid
4. Terampil dalam mengajukan pertanyaan
5. Terampil dan menerapkan prosedur dan teknik-teknik
mengajar
6. Terampil dan menyusun rencana belajar mengajar
secara sistematis
C. Suasana Kelas
1. Salalu memelihara disiplin kelas
2. Mempertanyakan suatu tanggung jawab kepada murid
3. Memperhatikan keluhan dan usul murid
4. Selalu mengusahakan pembentukan kebiasaan di antara
murid
5. Menghargai partisipasi murid dalam belajar
6. Menciptakan suasana kelas yang tertib
7. Selalu memelihara lingkungan fisik
Jumlah
Supervisor,
BIOGRAFI PENULIS
DWI SUSANTO, lahir di Klaten pada tanggal 03 Mei 1982,
merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara dari pernikahan Ibu
Lasini dengan Bapak Pujo Martoyo, pendidikan dasarnya
ditempuh di SDN 2 Taskombang tamat pada tahun 1995.
Kemudian melanjutkan ke SLTP N Ngemplak Sleman tamat
tahun 1998.
Kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Prambanan Klaten
tamat pada tahun 2001. Pendidikan S1 di tempuh di Universitas Muhammadiyah
Metro (UM) Metro tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2016 melanjutkan
pendidikan ke Program Pascasarjana (PPs) IAIN Metro.
Pada tahun 2006 penulis mengabdikan diri sebagai Tenaga Kependidikan di
SMK Muhammadiyah 1 Metro sampai sekarang.