18
Gangguan Tidur dan Penatalakasanaannya Pendahuluan Istirahat dan tidur sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari - hari akan menurun. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya insomnia. Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini sangat dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas sosial dan status kesehatan yang menderitanya. Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi, insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak memadai atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam tidur yang sseseorang dapatkan, karena individu sangat bervariasi dalam kebutuhan tidur mereka. Anamnesis Anamnesis merupakan sejarah lengkap yang teringat dan diceritakan oleh pasien. Diagnosis dapat ditegakkan dengan Page | 1

Insomnia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Enjoy it

Citation preview

Page 1: Insomnia

Gangguan Tidur dan Penatalakasanaannya

Pendahuluan

Istirahat dan tidur sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik

dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat

dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk

berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari - hari akan

menurun. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati akan menyebabkan

gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya insomnia. Insomnia merupakan

ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih

1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini sangat

dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas sosial dan status kesehatan yang menderitanya.

Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi,

insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau

persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak memadai

atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam tidur yang

sseseorang dapatkan, karena individu sangat bervariasi dalam kebutuhan tidur mereka.

Anamnesis

Anamnesis merupakan sejarah lengkap yang teringat dan diceritakan oleh pasien.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat medis, riwayat tidur,

pemeriksaan fisik, dan sebuah studi tidur (jika penyebab insomnia tidak jelas). Riwayat medis

– Sebuah riwayat medis digunakan untuk menilai risiko mengembangkan insomnia dan untuk

mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Sejarah ini mempertimbangkan banyak faktor:

masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung (termasuk penyakit seperti arthritis),

nyeri luka, penggunaan suplemen, dan obat-obatan, termasuk kafein, tembakau, dan alkohol.

Alamat Korespondensi:

Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat11510

email : [email protected]

Perubahan kebiasaan kerja atau rekreasi (misalnya, perjalanan, rutinitas latihan, perubahan

shift di tempat kerja) serta stres atau tekanan emosional lainnya. Tegakkan diagnosis

gangguan yang mengawali dan mempertahankan tidur serta catat riwayat penggunaan obat

pasien, termasuk alkohol, kafein dan stimulansia lain, hipnotika sedatif, dan zat adiktif.

Page | 1

Page 2: Insomnia

Berapa lama gejala itu sudah dialaminya, dan akibatnya? Adakah suatu perubahan di

lingkungannya? Hanya terjadi di rumah sendiri atau hanya pada hari kerja? Gejala ikutan?

Seperti mengorok, refluks gastroesofageal, kaki goyang (restless legs), dan kejutan

mioklonik. Apakah pasien jadi nokturia sebagai akibat sekunder dari minum terlalu banyak

semalam sebelumnya atau patologi saluran kemih? Higiene tidur? Apakah kamar tidur cukup

menyenangkan dan tenang? Tempat tidur bersih? Apakah pasien berbuat sesuatu yang

mengarahkan perhatian ke tempat lain seperti menonton televisi, makan dan membaca?

Adakah keadaan yang secara psikologik merangsang saat mau tidur? Makan banyak, latihan

fisik yang melelahkan, dan minuman alkohol lebih dari satu macam harus dihindarkan

sebelum tidur. Apakah pasien tidur larut malam pada akhir minggu, sehingga tidak bisa tidur

sore pada hari minggunya?1,2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pertama-tama ialah melihat keadaan umum,

dan kesadaran pasien. Lalu memeriksa tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu, dan

frekuensi pernafasan). Lalu dilakukan pemeriksaan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi dengan tujuan untuk mencari kelainan organik lainnya yang bisa saja

menyebabkan insomnia. Tanda fisik, melihat ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata,

bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang

berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat

tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. Setelah itu dilanjutkan

dengan memeriksa karakteristik umum dari pasien seperti misalnya apakah pasien obesitas

atau tidak. Obesitas diidentifikasi dengan mengukur antropometri seperti berat badan, tinggi

badan, dan atau panjang rentang tangan serta indeks massa tubuh. IMT >28 berisiko untuk

terkena obstructive sleep apnea (OSA).3

Pemeriksaan fisik lainnya adalah pemeriksaan status mental yang dilakukan untuk

mencari depresi, kecemasan, dan penyakit psikiatrik lainnya. Selain itu, juga diukur tekanan

darah pasien, bila pasien hipertensi, maka kemungkinan pasien untuk mengalami gangguan

tidur karena gangguan pernapasan (GTGP) semakin besar. Pada pasien, juga diukur lingkar

leher untuk memprediksi ukuran membran krikotiroid. Pada laki-laki lingkar leher >17 inci,

prevalensi OSA 30% sedangkan pada perempuan dengan lingkar leher >15 inci risiko OSA

juga akan meningkat.3

Page | 2

Page 3: Insomnia

Pemeriksaan hidung juga penting untuk mengidentifikasi adanya kelainan penyebab

obstruksi jalan napas seperti misalnya deviasi septum, adenoid yang besar, polip, massa

tumor di hidung maupun nasofaring, pembengkakan mukosa hidung dan nasofaring.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan nasofaringoskop (lihat gambar 1). Pemeriksaan

orofaring juga diperlukan untuk melihat apakah ada kelainan anatomi yang menyebabkan

penurunan luas orofaring seperti hipertrofi tonsil, palatum lunak terlalu panjang, uvula yang

besar, flap faringeal, stenosis, tumor dan jaringan parut di faring posterior. Pemeriksaan fisik

lainnya adalah pada bagian leher. Bila terdapat deposit lemak yang cukup banyak di sekitar

leher, dapat menyebabkan lemahnya tonus otot pernapasan terutama selama tidur fase REM.

Terakhir, pemeriksaan fisik sistem kardiovaskular dan respirasi juga dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi apakah ada penyakit pada sistem organ tersebut.3

Dokter juga dapat meminta pasien untuk mengisi buku harian (sleep wake diaries)

setiap hari selama 1-2 minggu, berupa perkiraan waktu kapan mereka pergi ke tempat tidur,

tertidur, terbangun di malam hari, menghabiskan waktu di tempat tidur terjaga, dan beranjak

dari tempat tidur di pagi hari. Pasien juga diminta mencatat waktu yang dihabiskan untuk

berolahraga, minum obat, dan mengkonsumsi kafein dan minuman beralkohol. Pencatatan

yang dilakukan pasien ini akan membantu dokter mengetahui pola tidur, variasi jam tidur,

dan gangguan tidur yang dialami pasien dari hari ke hari.3

Gambar 1 Pemeriksaan Nasofaringoskopi

4

Pemeriksaan Penunjang

Page | 3

Page 4: Insomnia

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan

laboratorium klinik, pemeriksaan laboratorium tidur (lihat gambar 2), dan pemeriksan

multiple sleep latency test (MSLT).3

Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan didasarkan pada indikasi individual untuk

menunjang diagnosis. Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan apabila terdapat tanda

hipoksia yang jelas, terutama pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik.3

Pemeriksaan di laboratorium tidur dilakukan selama tidur dengan alat polisomnogram

yang akan memberikan informasi akurat mengenai pola tidur pasien sehingga dapat diketahui

apakah pasien menderita OSA atau central sleep apnea (CSA). Pemeriksaan ini juga

diperlukan untuk menghitung apnea-hipopnea index (AHI), yaitu menghitung jumlah total

episode apnea dan hipopnea dibagi lama tidur. Jika AHI >5 kali episode per jam maka

diagnosis OSA dapat ditegakkan. OSA ringan ditegakkan bila terdapat 5-15 kali apnea per

jam tidur pada waktu tidur, OSA sedang ditegakkan bila terdapat 15-30 kali apnea per jam

tidur pada waktu tidur, dan OSA berat ditegakkan bila terdapat lebih dari 30 kali apnea per

jam tidur pada waktu tidur.3

Pemeriksaan MSLT dilakukan untuk pasien yang mengeluh mengantuk terus sepanjang

hari dengan riwayat GTGP tidak jelas. Dengan alat polisomnogram, uji ini mengukur periode

laten dari saat masih bangun sampai tertidur. Uji dilakukan berulang kali pada siang hari

sesuai jadwal yang ditentukan. Uji ini juga mencatat munculnya stadium REM. Adanya 2

atau lebih stadium REM saat uji ini dilakukan, menunjukkan pasien dalam kondisi

narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan tidur yang ditandai dengan serangan mendadak tidur,

katapleksi, paralisis sementara, dan halusinasi. MSLT dapat membantu dalam diagnosis

hipersomnia primer.3

Gambar 2 Pemeriksaan Polisomnografi

5

Working Diagnosis

Page | 4

Page 5: Insomnia

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.  Biasanya

disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya diperberat

dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya bergadang dan

penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi keluhan ini adalah

keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.6

Insomnia dikelompokkan menjadi Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan

sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian dan

insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan, obat,

depresi atau stres yang hebat. Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda.

Penyebab ini dapat dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau

psikiatris, atau masalah tidur utama.6

Differential Diagnosis

Banyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang sama antara lain

adalah jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau tidak

menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin), stres situasi

kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, perceraian, atau

perpisahan), akibat penyakit medis, bedah yang akut atau rumah sakit, efek samping dari

obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang, Insomnia yang berhubungan dengan

ketinggian tinggi (gunung).7

Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia jangka panjang

atau kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang mendasari atau fisiologis (medis).

Insomnia terkait Psikologis, masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat

menyebabkan insomnia mencakup: kecemasan, stres, skizofrenia, mania (bipolar disorder),

dan depresi. Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak orang akan

memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut. Insomnia terkait Fisiologis, span

fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis),

ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini adalah kondisi

medis yang paling umum yang memicu insomnia: Sindrom nyeri kronik, sindrom kelelahan

kronis, gagal jantung kongestif, angina (nyeri dada) waktu malam dari penyakit jantung, Acid

reflux disease (GERD), Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), Asma Nokturnal (asma

dengan gejala pernapasan waktu malam), Apnea tidur obstruktif, penyakit degeneratif, seperti

penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor penentu

Page | 5

Page 6: Insomnia

untuk penempatan panti jompo), Tumor otak, stroke, atau trauma pada otak. Kelompok

berisiko tinggi untuk insomnia, selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok

tertentu mungkin pada risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti: pelancong,

pekerja shift yang sering berubah, manula, siswa dewasa muda atau remaja, wanita hamil,

dan wanita menopause. 7

Etiologi

Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan penyebab gangguan tidur merupakan

gabungan banyak faktor, baik fisik, psikologis, pengaruh obat-obatan, kebiasaan tidur,

maupun penyakit penyerta lain yang diderita. Insomnia akibat faktor biologi contohnya

adalah adanya nyeri dengan berbagai sebab, sesak napas, infeksi saluran kencing sehingga

menyebabkan pasien sering terbangun karena ingin miksi. Selain itu dapat pula terjadi henti

napas seperti pada obstruksi jalan napas hidung maupun faring yang menyebabkan pasien

terganggu dalam proses tidurnya. Dalam beberapa penelitian juga dikatakan bahwa terdapat

beberapa pasien yang mengalami kesulitan tidur yang memiliki riwayat anggota keluarga

yang mengalami insomnia juga. Perlu juga diperhatikan konsumsi obat oleh pasien karena

ada obat-obatan tertentu dapat juga menyebabkan timbulnya gangguan tidur.8

Faktor sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan seseorang

mengalami gangguan tidur. Bisa dikarenakan oleh kekuasaan dan prestisenya berkurang,

sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga

diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Kemiskinan yang diderita dan

menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang secara perlahan-lahan menarik diri

dari pergaulan di sekitarnya. Proses penyakit organik maupun psikologis juga dapat

mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Semua orang mempunyai peran di dalam hidupnya baik itu peran dalam pekerjaan maupun

dalam keluarga atau masyarakat. Pada umumnya, pria kehilangan peran hidup terutama

terjadi pada masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam

keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk

belajar dan menikah. Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss) yaitu kehilangan

peran (loss of roles), hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationships), serta

berkurangnya komitmen (reduced commitment to social morals and values). Tetapi selain

hal-hal di atas kehilangan peran juga dapat dirasakan seseorang contohnya bila dipecat dari

pekerjaan, suami mempunyai istri ke dua, merasa diri tidak berguna dan hanya menyusahkan

Page | 6

Page 7: Insomnia

dan keadaan sosial maupun keadaan psikologis lainnya juga dapat memicu seseorang merasa

kehilangan perannya.8

Epidemiologi

Kasus insomnia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya arus kemajuan dunia.

Hasil penelitian US Census Bureau menunjukkan bahwa 28 juta penduduk Indonesia

mengalami insomnia pada tahun 2004. Gangguan tidur ini bervariasi tergantung pekerjaan

yang dimiliki. Perkerjaan-pekerjaan yang mengakibatkan terganggunya siklus tidur seperti

perawat, dokter, satpam, pekerja shift malam, dan lainnya biasanya memiliki penderita

insomnia lebih tinggi. Insomnia juga didapatkan 1,4 kali lebih banyak pada wanita dibanding

pria. Hal ini dikarenakan pada wanita terjadi menopause yang sering diikuti dengan banyak

keringat dan badan terasa panas sehingga mengganggu proses tidur. Terakhir, dengan

bertambahnya usia, bertambah pula angka kejadian gangguan tidur. Hal ini mungkin

disebabkan oleh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang bertambah, tidak mendapatkan

tidur yang berkualitas, dan munculnya berbagai gangguan kesehatan di usia lanjut.9

Patofisiologi

Setiap masalah yang terjadi dalam hidup seseorang merupakan sebuah stressor bagi

tubuh orang tersebut, baik itu stressor organobiologik, psikoedukatif, maupun sosial budaya.

Tubuh manusia akan memberikan respon terhadap stressor tersebut dengan melakukan

mekanisme hipotalamus-pituitari-aksis (HPA). Mekanisme ini terus terjadi selama stressor

tersebut ada meskipun manusia tersebut sedang tidur. Dalam mekanisme ini, hipotalamus

akan menghasilkan corticotropin releasing hormone (CRH) yang merangsang hipofisis

menghasilkan adrenocorticotropic hormone (ACTH). ACTH dilepas ke dalam aliran darah

dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal melepas hormon stres terutama kortisol yang

merupakan hormon kortikosteroid. Kortisol akan meningkatkan ketersediaan pasokan bahan

bakar tubuh untuk menghadapi stressor yang ada. Namun, jika kadar kortisol tetap tinggi

dalam waktu lama, maka akan terjadi kerusakan otot, penurunan respon terhadap radang, dan

penurunan sistem imun. Selain itu, kadar kortisol yang tinggi juga dapat menyebabkan

timbulnya depresi dan psikosis. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, ada mekanisme

umpan balik yang akan menghentikan produksi CRH dari hipotalamus sehingga ACTH dan

kortisol juga akan menurun (lihat gambar 3). Dari hal ini dapat diketahui bahwa insomnia

yang terjadi, disebabkan karena sistem dalam tubuh yang membuat kita tertidur, menjadi

terganggu karena adanya kortisol yang dipicu oleh stressor biopsikososial. Insomnia akan

Page | 7

Page 8: Insomnia

berlanjut kemudian menyebabkan timbulnya gejala lain seperti kelelahan, konsentrasi

terganggu, memori terganggu, sakit kepala, mudah marah, serta mengantuk di siang hari.10

Gambar 3 Patofisiologi Pengeluaran Hormon Kortisol 11

Manifestasi Klinis

Insomnia mencakup beberapa kelainan berbeda yang didominasi oleh kesulitan untuk

tertidur atau mempertahankan keadaan tidur atau masalah kesulitan bangun awal di pagi hari

sebelum tidur yang adekuat didapatkan. Definisi dari tidur yang adekuat berbeda pada setiap

individu, dengan beberapa cukup dengan 5 jam dan beberapa merasa bahwa tidur yang tidak

terganggu sama sekali selama 8 atau 9 jam diperlukan untuk istirahat dan bangun untuk hari

berikutnya.12

Dalam insomnia psiko-fisiologis, pasien mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang,

khawatir, atau mengingat secara terus-menerus masalah-masalah di masa lalu atau di masa

depan karena mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur. Pada insomnia

akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti kematian atau penyakit yang

menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini

dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia, berulang

terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk tidur, tidur

menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam berlalu hanya

meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat

dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang

asing.12

Page | 8

Page 9: Insomnia

Penatalaksanaan

Terapi non medikamentosa yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi

pada pasien dan caregiver mengenai tidur, perubahan gaya hidup, dan psikoterapi. Edukasi

mengenai tidur antara lain adalah gunakan tempat tidur yang sama dan nyaman, tempat tidur

hanya digunakan untuk tidur dan bukan kegiatan lain seperti menonton televisi atau

membaca, jangan ke tempat tidur sebelum mengantuk, bila 15-30 menit belum dapat tidur,

tinggalkan tempat tidur, usahakan waktu tidur dan bangun yang teratur, tidak menonton

televisi, makan, minum (terutama kopi dan alkohol), merokok dekat dengan waktu tidur,

latihan relaksasi, mandi air hangat di sore hari atau sebelum tidur, dan jangan tidur siang atau

berbaring untuk coba tidur sebentar.3

Terapi medikamentosa diberikan sesuai dengan sebab yang mendasari terjadinya

gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang terjadi. Obat-obat benzodiazepin dapat

diberikan pada pasien insomnia akut. Pemberian dilakukan dengan dosis kecil dan dalam

waktu yang tidak lama. Terapi terhadap penyakit organik yang diderita pasien juga harus

dilakukan dengan menghindari sebisa mungkin obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan

tidur. Bila insomnia yang terjadi karena gangguan psikiatrik cemas, maka diberikan diazepam

5 mg atau antifan 5 mg atau alprazolam 0,25 – 0,5 mg sekali saat malam atau dua kali (siang

dosis kecil, malam dosis lebih besar). Bila insomnia yang terjadi karena depresi, maka diberi

antidepresan dengan efek sedasi kuat misalnya amitriptilin 25 mg, namun perlu diperhatikan

efek samping hipotensi dan antikolinergik. Bila insomnia yang terjadi karena skizofrenia atau

psikosis, maka diberikan klorpromazin 12,5 – 25 mg.3

Komplikasi

Ada beberapa hal yang akan terjadi apabila insomnia tidak ditangani lebih lanjut

antara lain efek fisiologis karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat

peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi

melatonin. Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi,

irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya. Efek fisik/somatik dapat berupa

kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya. Efek sosial dapat berupa kualitas hidup

yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa

menikmati hubungan sosial dan keluarga. Kematian, ini merupakan hal yang sedikit ekstrim

namun orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih

sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit

yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high

arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi

Page | 9

Page 10: Insomnia

kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki

kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan

dengan orang normal.13

Pencegahan

Perubahan gaya hidup yang diharapkan adalah pasien berusaha menurunkan berat

badan dengan memperbaiki pola makannya. Pasien juga disarankan untuk tidak bepergian

jauh yang dapat menyebabkan jet lag atau bekerja sampai malam (night shift), menghindari

membaca atau menonton atau mendengar cerita yang menakutkan atau menyedihkan,

mengusahakan lingkungan rumah yang bersih dan nyaman, serta melakukan aktivitas fisik

(tidak hanya diam sepanjang hari). Pasien diharapkan mengikuti psikoterapi dari psikiater

sehingga akan membantu mempercepat berkurangnya insomnia selain menggunakan terapi

medikamentosa. Psikoterapi berupa dorongan dan penghiburan juga dapat dilakukan oleh

anggota keluarga yang lain seperti anak dan cucu pasien.3

Prognosis

Insomnia tidak diobati berpotensi konsekuensi serius, termasuk meningkatnya risiko

kecelakaan kendaraan bermotor, gangguan kinerja sekolah atau pekerjaan, dan tingginya

tingkat ketidak hadiran kerja. Untungnya, insomnia dapat dirawat dengan sangat efektif pada

kebanyakan pasien. Perawatan menggunakan kombinasi pendekatan biasanya paling efektif.

Pasien yang telah insomnia sekali adalah pada peningkatan risiko berulang insomnia.5

Untuk insomnia jangka pendek, prognosis sangat baik. Untuk pertama insomnia

kronis yang mendasari faktor penyebab perlu diidentifikasi. Pasien juga perlu didukung

dengan hypnotik dan terapi perilaku. Insomnia yang resisten, sulit untuk ditangani, dapat

secara bertahap diatasi dengan ketekunan dan kesabaran. Bentuk terapi perilaku poros dari

manajemen insomnia seperti ini akan membantu untuk mengubah atau memperkuat pola

tidur.5

Kesimpulan

Sekarang, banyak sekali orang yang mengalami insomnia. Hal ini disebabkan faktor

stress akan pekerjaan ataupun yang lainnya. Insomnia sendiri adalah gangguan tidur yang

mengakibatkan aktivitas beberapa orang terganggu. Hal ini disebabkan mereka tidak bisa

mendapatkan waktu tidur yang adekuat pada malam hari dan menyebabkan mereka sering

Page | 10

Page 11: Insomnia

mengantuk pada siang hari. Insomnia dapat diobati dengan menggunakan obat hipnotik

sedatif dan juga dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup sebelum tidur. Mengubah pola

hidup juga dapat mencegah terjadinya insomnia pada manusia.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Rahmalia A, editor. Jakarta:

Erlangga; 2003.h.88-9.

2. Sidharta P. Neurologi klinis dalam praktek umum. Jakarta: Dian Rakyat; 2009.h.178-88.

3. Rahayu RA. Gangguan tidur pada usia lanjut. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.

5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.802-11.

4. Chang C. Fiberoptic endoscopy and its variations. Oktober 2014. Diunduh dari

http://www.fauquierent.net/endo.htm. 18 Januari 2015.

5. US Department of Health and Human Services. What to expect during a sleep study.

Maret 2012. Diunduh dari http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/slpst/

during. 18 Januari 2015.

6. Wiguna IMS. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat – tangerang ; 2010.

7. Guze B, Richeimer S, Siegel DJ. Psikiatrik. Jakarta; EGC ; 1997

8. Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia lanjut dan

perawatannya. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.47-8.

9. Bararah VF. 28 juta orang Indonesia terkena insomnia. Mei 2010. Diunduh dari http://

health.detik.com/read/2010/05/01/155018/1349258/763/28-juta-orang-indonesia-terkena-

insomnia. 17 Januari 2015.

10. Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, dkk. Harrison's principles of internal medicine.

Ed.17. New York: McGraw’s Hill; 2008.h.2711-15.

11. Lisa. The stress response. September 2014. Diunduh dari

http://www.50symptomsgone .com/?p=4772. 18 Januari 2015.

12. Goetz CG. Textbook of clinical neurology. Chicago: Elsevier Health Sciences; 2007.h.29.

13. Luther JP. Insomnia. April 2014. Diunduh dari http://www.mayoclinic.com/health/

insomnia/DS00187/DSECTION=complications. 18 Januari 2015.

Page | 11