22
INTERNAL CONTROL ISSUES A. Sejarah Terbentuknya Internal Kontrol Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama kali, George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah tersebut baru dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949 melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut berkembang pesat dengan yang kita kenal delapan unsur Pengendalian Internal. Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai banyak pihak sudah tidak aplicabel lagi. Semakin kompleksnya dunia bisnis dan teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal

Internal Control Issues

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Internal Control Issues

INTERNAL CONTROL ISSUES

A. Sejarah Terbentuknya Internal Kontrol

Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama

kali, George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah

tersebut baru dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949

melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen

Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan

Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut berkembang pesat dengan

yang kita kenal delapan unsur Pengendalian Internal.

Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai

banyak pihak sudah tidak aplicabel lagi. Semakin kompleksnya dunia bisnis dan

teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam

mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari

perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal control

sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified Public

Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.

Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway

Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control-

Integrated Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu

pandangan baru tentang konsep Internal Control yang lebih luas dan

terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia usaha untuk mencegah

Page 2: Internal Control Issues

terjadinya penyimpangan. Jika pada konsep sebelumnya hanya menekankan

pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO memiliki

pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku

seluruh komponen organisasi. Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari

berbagai pihak.

Di Indonesia, perkembangan menarik terjadi dengan terbitnya Undang-undang

nomor 1 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006. Pada

ketentuan tersebut, ditetapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus

mengembangkan Sistem Pengendalian Intern. Penjelasan dan ketentuan lain

yang menjabarkan menyebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terdiri

dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring. Hal ini mengandung

arti bahwa konsep Internal Control versi COSO diterapkan pada sektor

pemerintahan di Indonesia. Sebuah langkah maju dan berani serta menjadi

tantangan yang tidak mudah bagi para auditor internal pemerintah.

B. Pengertian Internal Control

Melalui Statement of Auditing Standar (SAS), AICPA mendefinisikan Internal

Control sama dengan definisi COSO, yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh

aktivitas Dewan Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk

memberikan keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)

efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku. Berbeda dengan definisi pertama yang hanya

Page 3: Internal Control Issues

mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan, metode dan

pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang dipengaruhi

oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung makna

yang lebih luas dari definisi sebelumnya.

Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau internal

controldidefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya

manusia dan sistemteknologi informasi, yang dirancang untuk membantu

organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern

merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan

mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah

dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi

baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak

(seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).

Untuk menjaga agar sistem internal control ini benar-benar dapat

dilaksanakan, maka sangat diperlukan adanya internal auditor atau bagian

pemeriksaan intern. Fungsi pemeriksaan ini merupakan upaya tindakan

pencegahan, penemuan penyimpangan-penyimpangan melalui pembinaan

dan pemantauan internal control secara berkesinambungan. Bagian ini harus

membuat suatu program yang sistematis dengan mengadakan observasi

langsung, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan pimpinan

serta pengawasan sistem informasi akuntansi dan keuangan lainnya.

C. Tujuan Internal Control

Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern

adalah sbb:

Page 4: Internal Control Issues

Menjaga kekayaan organisasi.

Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

Mendorong efisiensi.

Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

D. Sistem Internal Control

Sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu :

·         Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)

Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya

inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan

memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi

dan tanggung jawab antar unit organisasi.

·         Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls)

Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi

dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (dikerjakan setelah

adanya pengendalian akuntansi). Contoh : pemeriksaan laporan untuk

mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.

E. Unsur-Unsur Internal Control

Struktur Pengendalian Intern terdiri atas lima (5) unsur atau elemen yaitu:

Page 5: Internal Control Issues

1. a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,

mempengaruhi kesadaran pengendalain orang-orangnya. Lingkungan

pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian

intern, menyediakan disiplin dan struktur.

Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian

antara lain:

Integritas dan Nilai Etik

Merupakan etika entitas yang dimiliki dan standar perilaku yang berlaku

serta bagaimana mereka mengkomunikasikan dan mengaplikasikan dalam

praktik.

Komitmen terhadap kompetensi

Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk menyelesaikan tugas.

Dewan Direksi dan Komite Audit

Jajaran direktur yang efektif adalah yang independen terhadap manajemen.

Komite audit bertanggung jawab sebagai komunikator, baik bagi internal

auditor maupun eksternak auditor.

Gaya Manajemen dan Gaya Operasi

Page 6: Internal Control Issues

Pemahaman dan aspek-aspek tentang filosofi manajemen dan gaya operasi

memberi auditor suatu pemahaman mengenai sikap manajemen terhadap

pengendalian intern.

Struktur Organisasi

Pemahaman struktur organisasi memberi gambaran bagi auditor mengenai

manajemen dan elemen-elemen fungsional dari bisnis dan bagaimana

pengendalian diimplementasikan.

Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab

Memberi pemahaman mengenai pengendalaian dan cara-cara yang

digunakan untuk pengendalian, perencanaan formal organisasi dan operasi,

penugasan karyawan dan kebijakan yang dimiliki entitas

Praktek dan Kebijakan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan aspek penting dalm pengendalian intern.

Pengendalian intern yang dikembangkan entitas berusaha untuk mengatur,

menjaga tindakan-tindakan yang dilakukan manusia dalam entitas.

 

1. b. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko

yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk

menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penetuan risiko tujuan

laporan keuangan adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen

Page 7: Internal Control Issues

risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan sebagai berikut:

Perubahan dalam lingkungan operasi

Personel baru

Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki

Teknologi baru

Lini produk, produk, atau aktivitas baru

Restrukturisasi korporasi

Operasi luar negeri

Standar akuntansi baru

Semua entitas memiliki risiko tergantung dari ukuran, struktur, sifat, atau

jenis dari perusahaan. risiko tersebut dapat berupa risiko eksternal dan

internal dan semua harus bisa dikendalikan. Perubahan ekonomi, industri,

regulasi serta kondisi operasi memungkinkan timbulnya risiko berbeda yang

harus segera dapat diatasi oleh manajemen.

Auditor berkepentingan untuk memahami mengenai pengetahuan tentang

penilaian risiko yang dilakukan oleh manajemen, seperti pengidentifikasian

risiko terhadap laporan keuangan, pengevaluasian kemungkinan terjadinya,

keputusan manajemen atas tindakan yang akan dilakukan.

1. c. Aktivitas Pengendalian

Page 8: Internal Control Issues

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas

pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan

sebagai kebijkan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:

Review terhadap kinerja

Pengolahan informasi

Pengendalian fisik

Pemisahan tugas

Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut:

Pengendalian Pemrosesan Informasi

Hal ini berkaitan dengan proses otorisasi, kelengkapan dan keakuratan data

keuangan. Pengendalian pemrosesan informasi digolongkan menjadi dua

(2), yaitu:

1. Pengendalian umum

2. Pengendalian aplikasi

Page 9: Internal Control Issues

Pengendalian yang ditujukan untuk pemrosesan tipe-tipe transaksi baik di

lingkungan komputer maupun manual dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Otorisasi yang tepat (setiap bukti transaksi diotorisasi secara tepat

sehingga tidak ada bukti yang melewati prosedur otorisasi)

2. Pencatatan dan dokumentasi (semua bukti transaksi telah dicatat dan

didokumentasikan dan bila akan diperiksa, dapat dilacak kembali)

3. Pemeriksaan independen

4. Pemisahan tugas

5. Pengendalian fisik

6. Telaah kinerja

Pengembangan atas aktivitas pengendalian berkaitan dengan kebijakan dan

prosedur dapat dijabarkan dalam lima (5) aktivitas pengendalian berikut:

1. 1.      Pemisahan tugas

2. 2.      Otorisasi yang jelas atas transaksi dan aktivitas

3. 3.      Pendokumentasian dan pencatatan

4. 4.      Pengendalian fisik atas assets dan catatan

5. 5.      Pengecekan secara independen atas kinerja

 

1. d. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan

pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan

orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

Page 10: Internal Control Issues

Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem

informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:

Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan

keuangan

Bagaimana transaksi tersebut dimulai

Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam

laporan keuangan yang tercakupalam pengolahan dan pelaporan transaksi

Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak transaksi dimulai sampai

dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik

(seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunkan untuk

mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi

 

1. e. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian

intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan

operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus

menerus (ongoing activities), evaluasi secara terpisah (separate periodic

evaluations), atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.

Auditor perlu memahami mengenai pemantauan untuk mengetahui

aktivitas pemantauan seperti apakah yang digunakan perusahaan dan

Page 11: Internal Control Issues

bagaimana aktivitas tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan

pengendalian internal bila dibutuhkan.

F. Mengidentifikasi Entity Level Controls

Tujuan mendapatkan pemahaman awal dari setiap komponen

pengendalian internal,Sementara mengevaluasi entitas tingkat kontrol,

auditor mungkin mengidentifikasi kontrol yang mampu mencegah atau

mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan. Itu periode-end proses

pelaporan keuangan dan pemantauan manajemen terhadap hasil operasi

merupakan sumber potensial dari kontrol tersebut.

Proses identifikasi yang relevan entitas-tingkat kontrol dapat dimulai

dengan pemantauan, dan informasi dan komunikasi).diskusi antara auditor

dan karyawan yang sesuai untuk atas pelaporan keuangan (yaitu,

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian,pemantauan, dan informasi dan komunikasi).

Sementara mengevaluasi entitas tingkat kontrol, auditor mungkin

mengidentifikasi kontrol yang mampu mencegah atau mendeteksi salah saji

dalam laporan keuangan. Itu periode-end proses pelaporan keuangan dan

pemantauan manajemen terhadap hasil operasi merupakan sumber

potensial dari kontrol tersebut.

Pengaruh Entity-Level Controls pada Pengujian Kontrol Lain

Page 12: Internal Control Issues

Evaluasi auditor entitas tingkat kontrol dapat menghasilkan peningkatan

atau mengurangi pengujian bahwa auditor jika tidak mungkin dilakukan

pada lain kontrol. Sebagai contoh, jika auditor telah merancang pendekatan

audit dengan harapan tertentu entitas tingkat kontrol (misalnya, kontrol

dalam lingkungan pengendalian) akan efektif dan mereka kontrol tidak

efektif, auditor dapat mengevaluasi kembali merencanakan pendekatan

audit dan memutuskan untuk memperluas prosedur audit nya.

G. KASUS

Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia

terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan

keuangan. Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas

dari BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan

pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil

pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahui adanya transaksi gantung

yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRIUnit Pasir

Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukanMasril,

namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar AKBP MZ

Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai

tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karenamentransfer uang Rp1,6 miliar

dan merekayasa laporan pembukuan.Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI

Cabang Bangkinang dan Rustian.

Page 13: Internal Control Issues

Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak

pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan

atau laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau

rekening Bank (TP Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal

49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992

tentang Perbankan dangan ancaman hukuman 10 tahun,” kata Kapolres.

Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta

melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan

6 orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.

PENYELESAIAN MASALAH

yaitu :

1. Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia

lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk

meningkatkankontribusi karyawan pada perusahaan.Perusahaan melakukan pelatihan

pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi yang

berkembang.

Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian

yangberbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini

karyawandiharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil

resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.

2. Prosedur Otoritas Yang Wajar

a) Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.

Page 14: Internal Control Issues

b) Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.

c) Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk

apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.

d) Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen

pentingmilik nasabah.

3.Dokumen dan catatan yang cukup

a) Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan

buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap

identifikasiteller yang memproses.

b) Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan

buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas,

Cash Register (daftar persediaan uang tunai berdasarkan kopurs/masing-masing pecahan)

4.Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan

a)Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkanoleh

teller.

b)Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller

yangbersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.

c)Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan

pemimpincabang, diinvestigasi dan dikoreksi.

d) Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus

dibuatkanberita acara selisih kas.

e) Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas

ataupejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.

Page 15: Internal Control Issues

f) Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke

counterarea.

5. Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen

a) Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang berasal

dari unit kas.

b) Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.

c) Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.

Page 16: Internal Control Issues

DAFTAR PUSTAKA

http://sutrisno-amsir.blogspot.com/2013/01/beberapa-contoh-kasus-

audit.html

http://ovioktaviadewi.wordpress.com/2012/06/27/internal-control/