ISI BIOLOGI UMUM

  • Upload
    caneez

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali mereka dilahirkan. Eksplorasi mengenai interaksi makhluk hidup terhadap lingkungan telah melahirkan sebuah studi kajian perilaku hewan . Kajian perilaku hewan merupakan salah satu cabang Biologi yang telah lama diteliti, bahkan dapat dikatakan sebagai kajian yang paling tua. Para ilmuwan mulai mengembangkan berbagai studi mengenai perilaku hewan dan pada abad ke-19 dikenal dua macam pendekatan mengenai perilaku hewan, yaitu pendekatan secara Eropa (European approach) dengan istilah Etologi yang mempelajari berbagai perilaku hewan dalam kondisi alami dan pendekatan secara Amerika (American approach) dengan istilah Psikologi Komparasi yang mempelajari perilaku hewan di dalam laboratorium dengan kondisi yang sangat terkontrol (sesuai habitat aslinya) (Wallace, 1997).Studi perilaku hewan saat ini dikenal/digeneralisasikan dengan istilah etologi yang mempelajari perilaku hewan di laboratorium dan dalam kondisi alami. Etologi dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari perilaku hewan terutama yang berkaitan erat dengan Iungsi perilaku serta mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya terhadap perilaku yang didasarkan atas variabel-variabel ekologis, psikologis, dan genetikdengan menggunakan metodologi yang terdapat dalam semua cabang disiplin biologi (Nugroho, 2011). Kajian etologi saat ini semakin berkembang, oleh karena itu sangat penting untuk dipelajari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah macam perilaku akibat dari pengaruh genetis dan Iaktor lingkungan? 2. Bagaimanakah macam perilaku akibat dari proses belajar? . Bagaimanakah macam perilaku akibat dari reIleksi sosial? C. Tujuan %ujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui macam perilaku akibat dari pengaruh genetis dan Iaktor lingkungan. 2. Untuk mengetahui macam perilaku akibat dari proses belajar. . Untuk mengetahui macam perilaku akibat dari reIleksi sosial. BAB II PEMBAHASAN A. Perilaku Sebagai Akibat dari Pengaruh Genetis dan Faktor Lingkungan Perilaku hewan akibat pengaruh genetis dan Iaktor lingkungan berhubungan dengan istilah instinct (insting). Insting merupakan pola perilaku hewan yang memang telah tertanam pada sistem saraInya (diinstruksikan oleh sistem saraI) pada saat dia lahir. Sehingga dapat dikatakan bahwa insting merupakan perilaku bawaan lahir (innate behavior) yang bersiIat genetis yang memang ada secara alami tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu, misalnya bayi manusia menangis ketika lahir, cara memakan/mengunyah makanan, dan sebagainya. Akan tetapi Iaktor lingkungan juga dapat memunculkan innate behavior tersebut, berupa sinyal dari lingkungan yang dapat memicu terjadinya reaksi pada sistem saraI pusat sehingga menyebabkan munculnya perilaku instingtiI hewan tersebut. Perilaku instingtiI dapat dipicu oleh sinyal tertentu yang bersiIat spesiIik dari lingkungannya. Sinyal tersebut dapat mengaktiIkan reseptor (dapat tertangkap oleh reseptor) misalnya reseptor visual, reseptor gerak, reseptor auditorial, dan lain-lain. Faktor lingkungan tersebut dinamakan releaser, releaser ini hanya muncul pada situasi tertentu. Misalnya pada burung Robin Eropa jantan pada musim kawin akan memiliki perilaku instingtiI berupa perilaku menyerang burung robin jantan yang lain yang memasuki daerahnya dengan adanya releaser atau sinyal spesiIik (mengaktiIkan reseptor visual) berupa bulu merah pada bagian dadanya, sehingga releaser ini memicu perilaku instingtiI untuk menyerang sesuatu yang berwarna merah misalnya hanya sekumpulan bulu merah setinggi dada burung robin jantan tersebut.Mekanisme kerja releaser belum diketahui secara pasti, akan tetapi dapat dijelaskan dengan adanya pusat saraI tertentu yang disebut dengan mekanisme pelepasan innate atau Innate Releasing Mechanisms (IRMs) yang dapat memicu terjadinya perilaku instingtiI ketika distimulasi oleh releaser, perilaku instingtiI yang dihasilkan inilah disebut pola aksi tetap (Fixed Action Patterns/FAPs), inti dari IRMs tersebut adalah dikode secara genetis sehingga bersiIat tetap. apat dikatakan bahwa FAPs merupakan suatu perilaku stereotipik (bersiIat tetap) pada suatu hewan yang disebabkan adanya stimulus yang spesiIik/releaser. Sehingga alur proses dari yang telah dicontohkan (burung Robin Eropa jantan) yaitu sebagai berikut. B. Perilaku Akibat dari Proses BelajarProses belajar tidak hanya terjadi pada manusia seperti yang kita pikirkan sebelumnya, akan tetapi hewan juga dapat melakukan proses belajar. Proses belajar (learning process) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam perilaku suatu hewan dan merupakan hasil dari pengalaman bukan dari bawaan sejak lahir. Ada beberapa jenis perilaku hewan yang dihasilkan dari proses belajar, antara lain sebagai berikut. . Habituasi (habituation) abituasi adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana, akan terjadi jika stimulus yang dianggap tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan) secara berulang-ulang, setelah terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan) akan mengabaikannya. abituasi akan dihasilkan setelah organisme (hewan) belajar, sehingga akan kehilangan respons bila stimulus dilakukan berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya dengan tujuan untuk menghemat energinya. Contoh perilaku ini misalnya kita memukul secara perlahan seekor anjing pada bagian belakangnya (ekor), maka ia akan menoleh ke belakang, bila kita memukl perlahan dengan berulang kali, maka anjing tersebut tidak akan menghiraukannya atau tidak akan menoleh. Akan tetapi bila kita memukul perlahan dibagian lain, atau kita memukul perlahan pada ekor setelah beberapa hari, anjing akan memberikan respons kembali. engan demikian, dapat dikatakan bahwa respons dasar pada prinsipnnya tidak hilang, tetapi untuk sementara waktu termodiIikasi karena adanya proses belajar tersebut. Releaser (bulu warna merah) teramati/ditangkap oleh reseptor visual burung RMs teraktivasi RMs mengaktivasi otot-otot tertentuMenghasilkan perilaku instingtif yang disebut dengan Fixed Action Patterns (FAPs) Gambar 2. Diagram proses/mekanisme pemicuan FAPs (Wallace, ) 2. Asosiasi/pengkondisian (Associative Learning) Asosiasi atau pengkondisian adalah perilaku yang disebabkan oleh hasil dari suatu respons terhadap kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi tersebut diketahui atau tidak. Kondisi penyebab prilaku tersebut dikatakan pula sebagai stimulus. Respons adalah sesuatu yang diproduksi atau dihasilkan karena adanya stimulus. Perilaku ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut. a. Pengkondisian Klasik (lassical onditioning)Contoh yang paling banyak digunakan adalah hasil percobaan Ivan Pavlov (ahli Iisiologi perilaku dari Rusia) yang menggunakan bel untuk anjing. Bila bel berbunyi, anjing tersebut diberi makan, sebelum menyantap makanannya, anjing tersebut mengeluarkan saliva. Beberapa saat setelah itu, walaupun tidak ada makanan, sesaat setelah mendengar bunyi bel yang sama, anjing tersebut tetap mengeluarkan salivanya (Kirsche, 2009). Gambar 2.2 Ilustrasi percobaan Pavlov pada anjing yang menggambarkanlassic onditioning(Geocities, 200) b. Pengkondisian Operant (perant onditioning) Perilakuinilebihmerupakanhasilkondisiyangdisebutmencoba-coba atau 'trial and error. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimuluspositiI,makainduvidutersebutakansemakinmudahmengulang keberhasilanresponyangdilakukan.Perilakuinitermasukdalammelatihseekor hewan. apat juga terjadi pada seekor hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkanenerginyauntukmendapatkanmakanan.Perilakuiniseringkali dijumpaipulapadahewanyangtidakakanmengulangiperbuatannyakarena ternyata perbuatan tersebut dapat membahayakan dirinya (Kirsche, 2009). perant conditioning membentuk asosiasi antara sebuah perilaku dan sebuah konsekuensi. Baker (2010) menyatakan bahwa sebuah perilaku dapat menimbulkan empat kemungkinan konsekuensi, yaitu: - Sesuatu yang menyenangkan dapat diberikan sehingga perilaku meningkat (Positive Reinforcement)berarti memulai atau menambahkan sesuatu yang menyenangkan bagi binatang. Binatang akan mengulangi perilaku yang menimbulkan konsekuensi ini sebab binatang tersebut ingin memperoleh sesuatu yang menyenangkan tersebut (%olman (1992) dalam Kirsche, 2009). - Sesuatu yang menyenangkan dapat diambil sehingga perilaku menurun (egative Punishment) berarti bertujuan untuk mengurangi perilaku dengan menghilangkan sesuatu yang menyenangkan (%olman (1992) dalam Kirsche, 2009). Apabila binatang kita menikmati atau bergantung pada sesuatu uang menyenangkan, ia akan berusaha agar sesuatu yang menyenangkan tersebut tidak diambil. Binatang kita akan kurang mungkin mengulangi perilaku yang membuatnya kehilangan hal yang menyenangkan tersebut. - Sesuatu yang tidak menyenangkan dapat diberikan sehingga perilaku menurun(Positive Punishment)berarti sesuatu yang diberikan untuk menghilangkan atau mengurangi Irekuensi sebuah perilaku (%olman (1992) dalam Kirsche, 2009). alam menerapkannya, kita harus sadar bahwa pemberian positive punishment ini bukan untuk menghukum binatang kita (memperlakukan binatang kita secara buruk), tetapi untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan - Sesuatu yang tidak menyenangkan dapat diambil sehingga perilaku meningkat (egative Reinforcement) berarti meningkatkan Irekuensi perilaku dengan mengakhiri atau menghilangkan sesuatu yang buruk atau tidak diinginkan (%olman (1992) dalam Kirsche, 2009) dengan membuat keadaan binatang menjadi lebih baik. . Inovasi atau Problem Solving atau ~nsight Learning Inovasi atau disebut juga 'reasoning adalah suatu kemampuan untuk merespons sesuatu terhadap keadaan baru dan dilakukan dengan tepat. Perilaku tipe ini terjadi pada proses belajar dan merupakan perilaku yang memiliki kualitas tinggi pada organisme (hewan) (Guttman, 198). Perilaku ini berhubungan dengan kemampuan organisme (hewan) untuk melakukan pendekatan terhadap suatu situasi yang baru dan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi. Intinya, setiap organisme (hewan dan juga manusia) dapat memiliki perilaku tertentu atau bertindak untuk melakukan sesuatu dengan alasan tertentu atau berIikir. Gambar 2. Seekor monyet yang berusaha memecahkan biji kenaridengan menggunakan batu (Phsycologytoday, 2008) ibawahinimerupakantabelringkasandaripenjelasantersebutberbagai bentuk dari belajar yang menghasilkan jenis-jenis perilaku.Tipe BelajarKarakteristik Habituasiilangatautimbulnyaresponskepadastimulussetelah pengulangan suatu perlakuanAsosiasiPerubahanperilakuyangdiakibatkandarisuatuhubungan antara satuperilakudengan sistemhukumandanhadiah;dalam halinitermasukkondisiklasikdanbelajardenganmencoba-coba (trial and error) InovasiPerilakuyangtimbuldanberkembangkarenaterjadirespons terhadapsuatukeadaanyangbaru,tanpamencoba-coba dikatakan juga sebagai problem solving %erdapat salah satu bentuk perilaku yang merupakan gabungan antara insting dan proses belajar yang dikenal dengan istilah imprinting.Imprinting adalah suatu pengenalan terhadap satu objek seperti induk, hal tersebut terjadi pada suatu periode kritis sesaat setelah lahir (Wallace, 1997). Contohnya sekelompok angsa yang baru lahir kemudian kita beri makan atau angsa-angsa tersebut melihat suatu objek yang memberinya makan, maka anak-anak angsa tersebut akan menganggap kita atau objek tersebut sebagai induknya dan akan terus mengikuti kita atau objek. Walaupun anak-anak angsa tersebut melihat induknya yang benar, mereka akan mengabaikannya dan terus menganggap bahwa objek atau kita adalah induknya. Contoh tersebut adalah hasil percobaan Konrad Lorenz yang mendapatkan hadiah Nobel karena kajian tersebut. Gambar 2.4 Anak angsa yang mengikuti Lorenz (kiri) dan Anak angsa yang mengikuti induknya (kanan) merupakan contoh imprinting (Rowell, 200) C.Perilaku Akibat Refleksi Sosial (Social Behavior) Secara umum dideIinisikan bahwa perilaku sosial adalah segala macam dari interaksi diantara sesama spesies yang melibatkan antara dua atau lebih individu organisme (umumnya hewan). al ini didasari adanya perilaku individu yang dilakukan karena perilaku individu itu sendiri dan perilaku dari kelompok (grup). Perilaku sosial dapat pula terjadi karena interaksi anggota dari berlainan spesies. Adanya perilaku sosial sebagai akibat dari kompetisi sering terjadi dalam dunia hewan, misalnya untuk memperebutkan sumber makanan, dan lain-lain (Guttman, 198). Berikut ini merupakan jenis-jenis perilaku akibat adnyan reIleksi sosial. . Agonistik Perilaku agonistik adalah perilaku agresiI yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat meneruskan atau mempertahankan hidup (survival). Perilaku agonistik ini pada umumnya, memperlihatkan kekuatan, dan keindahan (dapat berupa suara, tubuh dan lain-lain). Sering kali terjadi pula perkelahian yang tidak mematikan, walaupun pada beberapa spesies perkelahian dapat terjadi hingga terjadi kematian (Guttman, 198). Gambar 2.5 Beruang (kiri) dan Singa (kanan) merupakan contoh perilaku agonistik(Case, 2005) Perilaku agonistik terjadi pula untuk menarik pasangan kawinnya, banyak jenis burung jantan melakukan hal tersebut dengan mengeluarkan suara yang indah dan khusus, ada pula yang melakuakan tarian dan mempertontonkan keindahan tubuhnya untuk menarik pasangannya. 2. Teritori Perilaku untuk mempertahankan daerah kekuasaan atau teritori merupakan suatu usaha organisme (hewan) untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan, tempat untuk aktiIitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak atau keturunannya (Wallace, 1997). Perilaku tersebut biasanya dipertahankan melalui berbagai cara komunikasi dan perilaku lainnya. Walaupun tidak semua spesies hewan memilki teritori tertentu, dan tidak selalu seleksi alam dapat memberikan adanya daerah teritori yang tepat bagi suatu jenis hewan. Misalnya perilaku anjing yang menandai daerah teritorinya dengan membuang air seninya. Gambar 2.5 Anjing menandai daerah teritorinya (Case, 2005) . Altruistik Perilaku altruistik atau altruisme kelihatannya merupakan perilaku yang sering dikatakan sebagai 'perilaku non egois, perilaku ini banyak dilakukan oleh hewan-hewan yang berkoloni. Individu yang melakuakan perilaku ini tidak mendapatkan keuntungan, bahkan dapat mematikan dirinya, akan tetapi perilaku ini akan bertujuan melindungi koloninya dan memberikan keuntungan bagi kelompoknya atau koloninya (Wallace, 1997).

Gambar 2.6 Lebah menjaga koloni dan sarangnya dan akan menyengat jika ada yang mengganggu mereka (Case, 2005)BAB III PENUTUP A.Kesimpulan 1. Perilaku hewan akibat pengaruh genetis dan Iaktor lingkungan berhubungan dengan instinct (insting) yang merupakan pola perilaku hewan yang memang telah tertanam pada sistem saraInya (diinstruksikan oleh sistem saraI) pada saat dia lahir yang terdiri dari innate dan FAPs. 2. Proses belajar (learning process) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam perilaku suatu hewan dan merupakan hasil dari pengalaman bukan dari bawaan sejak lahir, jenis perilakunya yaitu habituasi, asosiasi, inovasi dan imprinting. . Perilaku sosial adalah segala macam dari interaksi diantara sesama spesies yang melibatkan antara dua atau lebih individu organisme (umumnya hewan), jenis perilakunya yaitu agonistik, altruistik dan teritori. B.Saran 1. Sebagai mahasiswa seharusnya lebih peka terhadap perilaku hewan agar dapat mengerti serta melestarikannya. 2. Pengembangan kajian studi harus tetap dilakukan, karena saat ini masih banyak spesies hewan yang baru ditemukan sehingga dapat berkontribusi dalam ilmu pengetahuan.DAFTAR PUSTAKA Baker. 2011. Imprinting, (Online), (http://missbakersbiologyclasswiki.wikispaces.com/, diakses tanggal 22 Agustus 2011) Case, Vena. 2005. Agonistic Behavior,%Online% (ttp://www.bio.davidson.edu/people/vecase/Behavior/Spring2005/Prasse/Agonistic behavior.htm diakses tanggal 22 Agustus 2011) Geocities.2009.Pavlovdog . lassical onditioning, (Online), (http://www.geocities.com/skewsmetoo/img/pavlovdog.jpg, diakses tanggal 22 Agustus 2011) Guttman, Burton S. & opkins, Johns W. 198. Understanding Biology. United States oI America :arcout Brace Jovanovich Publishers. Kirsche. 2009. Assosiation.Menfinakkan Binatang, (Online), (http://trainingbinatang.blogspot.com/20090601archive.html, diakses tanggal 22 Agustus 2011) Nugroho, Eko B.P. 2011. Etologi, (Online), (http://ekobudiprasetyonugroho.wordpress.com/2011/04/02/etologi/, diakses tanggal 22 Agustus 2011) Psycologytoday. 2008. Innovation, (Online), (http://www.psychologytoday.com/blog/imagine/200807/creativity-the-wild-side-animal-innovation, diakses tanggal 22 Agustus 2011) Rowell. 2011. Instinct and Learning, (Online), (http://www.scienceclariIied.com/everyday/Real-LiIe-Biology-Vol--Earth-Science-Vol-1/Instinct-and-Learning.html diakses tanggal 22 Agustus 2011) Wallace, Robert A. 1997. Biologi.The World of Life 7th edition. United States:Addison-Wesley Educational Publishers Inc.