36
NOR FAZILLAH BT ADAM 11-2012-060 HUBUNGAN ASMA, RHINITIS ALERGIK, DERMATITIS ATOPIK DENGAN IgE SPESIFIK ANAK USIA 6-7 TAHUN

Journal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

journal

Citation preview

Slide 1

NOR FAZILLAH BT ADAM11-2012-060HUBUNGAN ASMA, RHINITIS ALERGIK, DERMATITIS ATOPIK DENGAN IgE SPESIFIK ANAK USIA 6-7 TAHUNABSTRAKALERGIInternational Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)Program penelitian epidemiologi (1991) untuk menyelidiki asma, rinitis dan DA pada anakMetodologi standarMenfasilitasi kerjasama internasional (156 senter dari 56 negara yg berpartisipasi)International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)Kuesioner dibagi 2 kelompok:13 hingga 14 tahun6 hingga 7 tahunPenelitian oleh Nency pada anak usia 6-7 tahun di Semarang:Asma 8,1%Rhinitis alergik 11,5%Eksim 8,2%Tes Alergiin vivo (tes uji kulit)in vitro (pemeriksaan IgE spesifik)Penelitian Wistiani di Semarang:Alergen tersering pada asma dan RA adalah tungau debu rumah, serpihan binatang peliharaan, kecoa dan jamur pada pasien rawat jalan di RSUP Dr.Kariadi.

Penelitian Masih sangat terbatasTujuan: untuk mengetahui hubungan IgE spesifik sebagai faktor risiko terjadinya asma, RA, dan DA pada anak usia 6-7 tahun di Semarang.Jenis alergen diketahui pencegahan lebih efektif.MetodePenelitian cross sectionalKuesioner ISAAC diberi kepada SD Negeri bertaraf internasional, dan SD Supriyadi pada siswa kelas 1Hasil: anak dengan gejala asma, RA dan DA.Besar sampel : 26 subyek (dipilih menggunakan metode purposive sampling)Subyek dilakukan pemeriksaan IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa dan putih telurKadar IgE spesifik diukur dengan metode FEIA di Laboratorium Prodia kerjasama dengan Laboratorium Biolisa

Analisis UnivariatAnalisis BivariatUji Fisher exactAnalisis risiko (risk prevalence) utk melihat asosiasi dan besarnya risiko antara jenis alergi dan kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa dan putih telur.Analisis Cramers V dan uji Lambda utk melihat indepedency dan korelasi antara kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa dan putih telur dengan jenis alergiAnalisis MultivariatDengan regresi logistik untuk mengendalikan variabel perancu.Batas kemaknaan adalah p=0,05, dengan interval kepercayaan 95%.HASILDari 143 kuesioner yg disebarkan, peneliti menerima kembali 130 kuesioner32 anak mengalami gejala alergi ( asma 7, RA 18, DA 7)26 anak yg menjadi sampel, adalah asma 6, RA 15, dan DA 5.KarakteristikJumlah (n)Usia (rerata SD)82, 125, 23Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan 1313Status giziKurangBaikLebih 1196ASI ekslusifYaTidak719Pemberian obat cacing 6 bulan sekaliYa Tidak 719Riwayat alergi pada kedua orang tua 4 anak, riwayat alergi pada ayah, atau ibu 19 anakRiwayat merokok dalam satu rumah 10 anak, pabrik kain di sekitar rumah 2 anak.Pembersihan rumah 1 kali/hari adalah 7 rumah, 2 kali/hari adalah 12 rumah, dan 3 kali/hari adalah 7 rumah.Proporsi kadar positif IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa, maupun putih telur berdasarkan jenis alergi terbanyak pada RAKelompok kadar IgE spesifik tungau debu rumah positif terbanyak pada RA, diikuti asma dan DA.Kelompok kadar IgE spesifik kecoa positif terbesar pada RA, diikuti asma dan DAKelompok kadar IgE spesifik putih telur terbanyak didapati pada RA, diikuti DA dan asma. Pasien asma tidak didapatkan kadar IgE spesifik putih telur yg positif.Hasil uji Fisher exact test = tidak terdapat hubungan yg bermakna antara jenis alergi dengan kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa dan putih telor.Berdasarkan nilai 95% interval kepercayaan disimpulkan bahwa anak dengan asma dan rhinitis alergik cenderung merupakan faktor risiko terhadap kadar IgE spesifik tungau debu rumah dan kecoa yg positif. Tidak terdapat hubungan dan korelasi antara jenis alergen dengan kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa maupun putih telur.Antara ketiga IgE spesifik, IgE tungau debu rumah memiliki signifikansi terkecil ( berarti IgE tungau debu rumah memiliki indepedensi dan korelasi terkuat dibandingkan kecoa dan putih telur)Ketiga jenis IgE spesifik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian alergiPabrik memiliki nilai signifikansi terbesar dibandingkan asap rokok, dan riwayat alergi dalam keluarga untuk ketiga jenis IgE spesifik.PEMBAHASANDari 143 anak SD, 32 anak mengalami gejala alergi.Penelitian di Taipei (142 sekolah), total jumlah kuesioner ISAAC tahap 1 adalah 25.094, didapatkan 3.694 anak mengalami alergi.Proporsi yang menderita alergi sama besar antara anak laki-laki dan perempuan.Status gizi terbanyak adalah status gizi baik.Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status gizi (BMI) dengan kejadian alergi. (Chamara dkk)Rerata usia ayah = 38,12 3,07 tahunRerata usia ibu = 32,72 3,076 tahunPendidikan ayah terbanyak adalah sarjana dan jenis pekerjaan ayah adalah wiraswasta, PNS/ABRI, dan pegawai swasta sama besar.Pendidikan ibu secara berturut-turut berdasarkan jumlah adalah sarjana, SMA, dan pasca sarjana.Sebagian besar ibu tidak bekerja.Faktor- faktor alergi: riwayat alergi dalam keluarga, asap rokok, pabrik.Pembersihan rumah terbanyak = 2 kali sehari.23 anak ada riwayat alergi dalam keluarga.Sesuai dengan penelitian asma di Turki ( prevalensi asma dan alergi meningkat secara signifikan pada anak dengan riwayat keluarga alergi).Pabrik kain di sekitar lingkungan rumah = 2 anak.Bahan iritan saluran nafas (sulfur dioksida, nitrogen oksida, partikel hasil pembakaran mesin diesel) peningkatan IgE, dan inflamasi lokal pada saluran nafas, terjadi peningkatan kontak antara jaringan dengan alergen timbul respon imun.Riwayat keluarga merokok dalam 1 rumah = 10 anakAsap rokok tidak berpengaruh terhadap rinitis alergika (Widodo)Subyek penelitian = asma 6, RA 15, DA 5.Prevalensi alergi di Semarang berdasarkan kuesioner ISAAC pada anak usia 6-7 tahun adalah asma, RA dan DA, sedangkan penelitian di Kroasia, terbanyak RA, asma dan DA.Hasil pemeriksaan IgE spesifik= tungau debu rumah positif 12, kecoa positif 6, putih telur positif 5.Penelitian di Taipei, IgE spesifik terbanyak dermatophagoides pteronyssinus, D.Farinae, Blomia tropicaliswere. Alergi terbanyak terhadap kecoa dan bulu anjing.Kadar IgE spesifik tungau debu rumah dan kecoa, kelompok positif terbanyak adalah RA, asma dan DA.IgE spesifik putih telur terbesar pada RA, kemudian dermatitis.Pasien asma tidak didapatkan kadar IgE spesifik putih telur yang positif.Jenis alergen terbanyak = tungau debu rumahAnak yang tersensitisasi tungau debu rumah dengan ukuran lebih dari 2g/g debu dapat menimbulkan gejala asma.Pemeriksaan IgE spesifik pada asma dan RA didapatkan kadar IgE positif secara berurutan dari yang terbanyak adalah alergen inhalan, makanan, jamur dan serbuk. (Lee dkk)Pada DA, alergen terbanyak adalah alergen makanan, tungau, jamur dan serbuk.Alergen inhalan yang diperiksa = tungau debu rumag, kecoa, bulu anjing, bulu kucing.Alergen makanan = kepiting, putih telur, udang, kacang, daging sapi, susu, jagung, ikan salmon.Alergen jamur = Candida Albicans, Aspergillus, Cladosporium, Penicillum, Alternaria.Alergen serbuk = rumput, pinus, kapas, kayu putih, murbei.Hubungan antara jenis alergi dan kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa dan putih telur didapati hasil yang tidak bermakna.Berdasarkan uji Cramers V dan lambda= tidak terdapat hubungan/ korelasi bermakna antara jenis alergi dengan kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa dan putih telur.Hasil analisis antara jenis alergi dengan IgE spesifik, terkecil nilai signifikannya adalah IgE tungau debu rumah. ( IgE spesifik tungau debu rumah mempunyai indepedensi dan korelasi terkuat pada asma, RA dan DA, dibandingkan kecoa dan putih telur)Reaksi hipersensitivitas tipe I = pelepasan berbagai mediator oleh sel mastosit dan basofil akibat rangsangan alergen yang terikat pada IgE yg terdapat pada permukaan sel.Granula sekretorik sel basofil dan sel mastosit mengandung mediator dan berbagai jenis sitokin. Mediator menarik sel-sel inflamasi lain sehingga menimbulkan alergiKESIMPULANTidak terdapat hubungan bermakna antara jenis alergi dengan kadar IgE spesifik tungau debu rumah, kecoa, dan putih telur pada anak usia 6-7 tahun.Jenis alergen terbanyak pada asma, RA dan DA adalah tungau debu rumah