21
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI 2014 Page | 75 Hidup Menggereja Yang Aneh Anselmus Puasa 1 [email protected] Abstrak Pokok kajian tulisan ini adalah Eksistensi Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH) yang sedang mengalami kisruh, karena konflik kepengurusan ganda. Konflik kepengurusan di tingkat sinodal ini, turut serta mempengaruhi dan melibatkan kehidupan di jemaat-jemaat. Terjadi pro-kontra di jemaat-jemaat GMIH. Ada jemaat yang memilih tetap setia dengan pengurus lama, maupun ada jemaat yang memilih ikut mendukung dan bergabung dengan pengurus yang baru. Akan tetapi ada juga jemaat yang menyatakan sikap untuk tidak berpihak kepada salah satu pengurus yang ada. Artinya mereka lebih memilih untuk berdiri di tengah (poros tengah ? ), dengan satu alasan, sampai masalah (kisruh dualisme kepengurusan sinode) yang ada ini selesai, dan GMIH dinyatakan utuh kembali, barulah mereka kembali bergabung. Asumsi yang dibangun sebagai penyebab terjadinya kisruh sehingga melahirkan dualisme kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan politik (Pilkada yang baru lalu). Karena itu ada orang-orang tertentu memobilisasi warga pro pengurus lama untuk melakukan demonstrasi-anarkhis terhadap pemda Halut dan terhadap pendukung gerakan pembaharuan. Asumsi lain, penyebab sesungguhnya adalah karena soal kepemimpinan (pengurus lama) yang dinilai telah melenceng jauh dari ideal nilai dan norma alkitabiah. Dan juga mereka (pemimpin) telah kehilangan moralitas dalam menjalankan kepemimpinannya. Pelanggaran-demi pelanggaran terhadap konstitusi, terus dilakukan. Belum lagi penyelewengan terhadap asas hidup menggereja “Presbiterial Synodal” yang coba digantikan dengan asas “episkopal-otoriter.” Sehingga para pemimpin gereja tampil layaknya seorang penguasa yang bertindak sewenang-wenang dalam segala hal. Akibat lain adalah terjadinya, penyelewengan keuangan (dana pensiun) gereja. Kondisi seperti itulah, oleh sekelompok warga GMIH lainnya, mengharuskan GMIH dibaharui. Meskipun untuk itu, ada yang harus menjadi korban karena tindak kekerasan, penganiyaan, pengusiran, caci maki dan hujatan dari sesama warga GMIH. Fakta-fakta yang disebutkan terakhir itulah yang dikaji dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan hermeneutic kecurigaan (hermeneutic suspicion), guna menjawab asumsi yang sudah dibangun di atas, dengan harapan dapat menolong gereja ini, agar bisa keluar dari kekisruhan yang ada. Kata-kata Kunci: gereja, politik, kepemimpinan, demonstrasi, kenabian 1 Staf Pengajar pada Fakultas Teologi Universitas Halmahera.

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 75

Hidup Menggereja Yang Aneh

Anselmus Puasa1

[email protected]

Abstrak

Pokok kajian tulisan ini adalah Eksistensi Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH)yang sedang mengalami kisruh, karena konflik kepengurusan ganda. Konflikkepengurusan di tingkat sinodal ini, turut serta mempengaruhi dan melibatkankehidupan di jemaat-jemaat. Terjadi pro-kontra di jemaat-jemaat GMIH. Ada jemaatyang memilih tetap setia dengan pengurus lama, maupun ada jemaat yang memilih ikutmendukung dan bergabung dengan pengurus yang baru. Akan tetapi ada juga jemaatyang menyatakan sikap untuk tidak berpihak kepada salah satu pengurus yang ada.Artinya mereka lebih memilih untuk berdiri di tengah (poros tengah ? ), dengan satualasan, sampai masalah (kisruh dualisme kepengurusan sinode) yang ada ini selesai, danGMIH dinyatakan utuh kembali, barulah mereka kembali bergabung. Asumsi yangdibangun sebagai penyebab terjadinya kisruh sehingga melahirkan dualismekepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan politik (Pilkada yang baru lalu).Karena itu ada orang-orang tertentu memobilisasi warga pro pengurus lama untukmelakukan demonstrasi-anarkhis terhadap pemda Halut dan terhadap pendukunggerakan pembaharuan. Asumsi lain, penyebab sesungguhnya adalah karena soalkepemimpinan (pengurus lama) yang dinilai telah melenceng jauh dari ideal nilai dannorma alkitabiah. Dan juga mereka (pemimpin) telah kehilangan moralitas dalammenjalankan kepemimpinannya. Pelanggaran-demi pelanggaran terhadap konstitusi,terus dilakukan. Belum lagi penyelewengan terhadap asas hidup menggereja“Presbiterial Synodal” yang coba digantikan dengan asas “episkopal-otoriter.”Sehingga para pemimpin gereja tampil layaknya seorang penguasa yang bertindaksewenang-wenang dalam segala hal. Akibat lain adalah terjadinya, penyelewengankeuangan (dana pensiun) gereja. Kondisi seperti itulah, oleh sekelompok warga GMIHlainnya, mengharuskan GMIH dibaharui. Meskipun untuk itu, ada yang harus menjadikorban karena tindak kekerasan, penganiyaan, pengusiran, caci maki dan hujatan darisesama warga GMIH. Fakta-fakta yang disebutkan terakhir itulah yang dikaji dandianalisis dengan menggunakan pendekatan hermeneutic kecurigaan (hermeneuticsuspicion), guna menjawab asumsi yang sudah dibangun di atas, dengan harapan dapatmenolong gereja ini, agar bisa keluar dari kekisruhan yang ada.

Kata-kata Kunci: gereja, politik, kepemimpinan, demonstrasi, kenabian

1 Staf Pengajar pada Fakultas Teologi Universitas Halmahera.

Page 2: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 76

PendahuluanGereja pada hakikatnya adalah

persekutuan orang-orang yang menaruhpercaya kepada Yesus Kristus. Dansebagai persekutuan yang hidup didalam dan bersama Kristus, makadidalamnya ada ‘ikatan bathin’ yangsangat erat dan mengikat sesamaanggota yang ada dalam persektuantersebut (lih.Darmaputra, 2002:104).Yang dimaksud dengan persekutuanorang percaya itu bukanlah semacamkerumuman orang banyak, atauperkumpulan karena ikatan profesi yangsama ataukah berdasar pada hobi yangsama. Sebab kata persekutuan itusesungguhnya berasal dari kata Yunani:koinonia, arti dasarnya adalah orang-orang yang saling memberi, atau salingberbagi satu dengan yang lain. Secarateologis persekutuan yang bernamagereja itu adalah “Tubuh Kristus” yangsaling memberdayakan, salingmelengkapi, saling menopang, salingmenguatkan, saling mengasihi, salingmengingatkan, sebagaimana yangditunjukan oleh jemaat mula-mula (KisaPara Rasul 2:41-47).

GMIH bukanlah perkumpulanorang-orang yang secara etnis dan atauberbudaya Halmahera. Tetapi GMIHadalah gereja yang berkepalakan TuhanYesus Kristus. dan oleh Tuhan, sebagaipendiri dan pemilik GMIH,menempatkan gereja-Nya itu di pulauHalmahera dan pulau-pulau sekitarnyauntuk menjalankan tugas dantanggungjawab sebagai pengemban misiAllah di tengah-tengah dunia. Sehinggasyalom Allah dalam pengertian yangluas-luasnya, yakni hidup dalampembebasan, kelepasan, dankemerdekaan, benar-benar dapatdirasakan dan dinikmati oleh kitasebagai umat manusia dan bahkanseluruh mahluk yang ada di dunia.

Ideal hidup menggereja yangdiperagakan dan diteladankan oleh

jemaat mula-mula yakni hidup dalampersekutan, hidup dalam kebersamaan,hidup dalam solidaritas, hidup dalamkeutuhan, itulah yang mesti dihidupioleh gereja disegala abad di segalatempat. Atau dengan kata lain, yangnamanya gereja mestinya pola dan gayahidup, mencerminkan pola dan hayahidup Yesus Kristus. Sebab gereja yangtidak mencerminkan Kristus, tidak bisalagi disebut gereja(Darmaputra,2002:105). Pertanyaan yang dapatdiajukan bagi warga GMIH sekarangini, masihkah GMIH meneladankanpola dan gaya hidup Yesus Kristus ?Atau jangan-jangan apa yang diidealkanitu, sebagaimana yang dihayati dandipraktekkan oleh jemaat mula-mula,tidak lagi diidealkan dan dipraktekkanoleh warga GMIH sekarang ? Jawabanatas persoalan ini, dapat ditemukandalam realitas yang dialami GMIH saatini.

Sejak melakukan persidangansinode di Dorume pada Agustus 2012,tuntutan akan pembaharuan hidupmenggereja terus didengungkan, baiksecara pribadi, maupun secara jemaat.Pada peringatan Hari Reformasi 31Oktober 2012, diadakanlah seminar,seputar semangat Reformasi yangdilakukan Martin Luther dahulu, danbagaimana relevansinya bagi GMIHsekrang ini. Pada seminar itu diputuskandan ditetapkan beberapa personil, untukmembuka pendekatan kepada pihakBPHS-GMIH untuk melakukan dialogsecara terbuka, seputar hidupmenggereja yang dipandang tidakgerejawi lagi. Sayangnya, tuntutanuntuk melakukan reformasi itu, tidakmendapat sambutan positif dari pihakBPHS-GMIH.

Akibatnya, gerakan reformasi ituterus menguat. Sehingga pada bulanSeptember 2013, diadakanlah SidangSinode Istimewa yang menghasilkankepengursan BPHS yang baru.

Page 3: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 76

Makanya, sejak saat itu, terjadi“dualisme” kepengurusan di sinodeGMIH. Kepengurusan yang pertamaadalah kepengurusan lama yang dipilihpada Sidang Sinode di Dorume (SSD)Loloda Utara, bulan Agustus 2012,dengan Ketua Sinodenya Pdt. AntonPiga dan Sekretaris Umum Pdt.Demianus Itje. Sedangkan yang keduaadalah kepengurusan baru hasil undianpada Sidang Sinode Istimewa (SSI)bulan September 2013 di GamsungiTobelo, dengan Ketua sinodenya Pdt.Lewian Sambaimana dan SekretarisUmum Pdt. Alven Ternate.

Bila kita mengandaikan GMIHini sama dengan mobil (sebenarnyaGMIH mensimbolkan diri sebagaibahtera/perahu sebagaimana terteradalam Logo GMIH), maka sebetulnyamobil yang “dibelikan” atau diberikanoleh Tuhan Yesus sejak 6 Juni 1949 itutidak diganti, tetapi sopirnya saja yangsudah diganti. Sidang Sinode Istimewatidak mendirikan satu sinode baru ataumenghadirkan sinode tandingan.Mobilnya tetap bernama GMIH. Cumasang sopir dan para kondekturnya yangdiganti. Sayangnya para pengurus yanglama tidak mau turun, mereka tetapbertahan. Akibatnya terjadi dualismekepemimpinan. Rupanya persoalanpergantian kepengurusan itu, terbawa-bawah sampai ke ranah jemaat-jemaat.Saling memprovokasi di antara sesamapara penumpang, terus meningkat,memanas dan mengganas, sehinggaterjadilah kisruh yang berkepanjangan.

Akhir-akhir ini kisruh GMIHyang seharusnya hanya terjadi di tingkatpengurus sinode telah berubah menjadikonflik yang semakin tajam dan sudahmengarah pada tindakan kekerasan diantara sesama warga GMIH itu sendiri.Salah tindak kekerasan yang dilakukansecara sistematis adalah dirancangnyapertemuan yang bersifat sinodal, tapibukan dalam kerangka mengadakanpersidangan, tetapi melakukan

demonstrasi, dan sekaligus aksi-aksiyang sudah mengarah pada tindakkekerasan. Rancangan strategis itudiatur oleh sekelompok anak muda,yang dijadikan sebagai pion dari elite-elite gereja.

Kelompok anak muda yangmengorganisir dan menggerakandemonstrasi itu menamakan diri merekaFront Masyarakat Peduli GMIH(FMP-GMIH) yang dipimpin olehRicho Djanti dan Hernal Ewy.Memasuki minggu terakhir bulanFebruari 2014, FMP-GMIHmengedarkan surat ke jemaat-jemaatyang pro kepengurusan SSD. Maksuddan tujuan surat tertanggal 27 Februari(Lihat Surat bernomor:FMP/GMIH/003/2014, perihal:Pemberitahuan Pengaturan AksiSuara Kenabian, yang ditandatanganioleh Ketua Richo Djanti danSekretarisnya Hernal Ewy) yang dikirimke jemaat-jemaat pro kepemimpinanlama, merupakan suatu pemberitahuandan pengaturan untuk melakukan aksidemonstrasi besar-besaran terkaitdengan kisruh GMIH. Selain surat,disusul juga dengan pesan singkat viaSMS, yang isinya meminta dukunganuntuk melakukan demonstrasi pada hariSenin 3 Maret 2014.

Suara KeprihatinanMemang benar, pada hari Senin

3 Maret 2014, warga gereja mulaiberdatangan dari jemaat-jemaat, danmereka berkumpul di Kantor SinodeGMIH jl. Kemakmuran Tobelo.Sebelum mengadakan demonstrasi,sebagai warga gereja dan sebagai orangpercaya, mereka membuka kegiatan itudengan bernyanyi dan berdoa, dansesudah itu ratusan warga gereja inimulai bergerak (ada yang berjalan kaki,berkendaraan Truck, mobil angkutanumum, sepeda motor, dll). Adapunsasaran demonstrasi sesuai suratpemberitahuan ke jemaat-jemaat, adalah

Page 4: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 77

Polres Halmahera Utara (Halut),Kantor Bupati Halut, Kantor DPRDHalut, Kantor Depag halut, KediamanRuddy Tindage (wakil ketua KPIDMaluku Utara) dan SekretariatKelompok SSI.

Apa yang dilakukan oleh wargagereja ini adalah dalam kerangkamenyuarakan suara keprihatinanterhadap pemerintah dan masyarakatlewat aksi demonstrasi. Melakukan aksidemonstrasi dalam negara demokratis,merupakan suatu kewajaran dan sah-sahsaja. Sebab demonstrasi dianggapsebagai wadah untuk menyampaikanaspirasi masyarakat yang berupakeprihatinan dan protes yang berisituntutan-tuntutan tertentu kepada pihakpemerintah atau kepada pihak-pihakyang dianggap berkompeten untukmenjawab tuntutan para pendemo.Sebagaimana yang dilakukan olehratusan warga GMIH ini.

Mari kita perhatikan apa sajayang menjadi tuntutan para pendemoyang mengatas namakan sebagai wargaGMIH. Sesuai Surat nomor:FMP/GMIH/005/2014, tertanggal 3Maret 2014, Pernyataan Sikap merekadinyatakan dengan 5 tuntutan yangmereka sampaikan dan tegaskan yakni:(1) Menegaskan kepada HeinNamotemo, Bupati Halamera Utarauntuk menghentikan segala aktivitaspolitisasi agama/keyakinan yang telahmengacaukan GMIH;(2) Menegaskan kepada kepolisian RIuntuk membubarkan KelompokSSI/Pembaruan yang telahmenghancurkan GMIH;(3) Menegaskan kepada DPRD Halutuntuk melakukan impeachment kepadaHein Namotemo, Bupati Halut, karenatelah melanggar sumpah dan janjijabatan serta mengacaukan danmeresahkan masyarakat Maluku Utarapada umumnya dan umat Tuhan diGMIH;

(4) Menegaskan kepada KementrianAgama RI untuk bersikap tegas dalamtindakan terhadap Hein Namotemo,Bupati Halut karena sampai saat iniyang bersangkutan tidak mengindahkansurat-surat yang diterbitkanKementrian Agama RI dalam kaitandengan upaya-upaya penyelesaianksiruh GMIH di mana actor intelektualdan pelaku kekcauan ialah HeinNamotemo:(5) Bila empat sikap di atas tidakdiindahkan, maka Hein Namotemoharus dicopot dari jabatannya sebagaiBupati Halmahera Utara sebelum bulanMaret 2014 berakhir.

Memperhatikan lima tuntutanyang disampaikan para pendemo inisepertinya syarat dengan muatan politis.Pertanyaannya mengapa kisruh yangdialami oleh warga GMIH sekarang iniharus diminta pertanggungjawabannyakepada seorang warga GMIH yangbernama Hein Namotemo ? Memangselama ini ada asumsi yang dibangundan yang berkembang, entah oleh siapa,tetapi yang pasti bahwa asumsi yangberedar di mana-mana, bahwa persoalanyang dialami oleh GMIH ini, dan yangmenjadi biang keroknya adalah duaorang anak GMIH, yakni HeinNamotemo dan Namto Hui Roba.

Konon, Hein Namotemo danNamto Hui Roba, marah kepada pihakSinode GMIH secara khusus kepadapihak pengurus sinode (BPHS) yangtidak memberi dukungan politik kepadakedua orang warga GMIH ini, ketikamereka berdua mencalonkan dirinyasebagai kandidat gubernur MalukuUtara pada pemilihan gubernur 2013yang lalu. Makanya kedua penguasayang kebetulan warga GMIH itu punmulai menarik dukungan kepada pihakBPHS. Caranya ? Namto membentukGereja Protestan di Halmahera Barat,sedangkan Namotemo membentukSekretariat Pembaharuan di Tobelo,Halmahera Utara. Benar tidak asumsi

Page 5: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 78

yang dibangun selama ini, tetapibgitulah asumsi yang dikembangkanselama ini. olehkarena itu, dalam halini, sangat dibutuhkan suatu penelitiandan kajian yang jujur dan objektif, daripihak-pihak yang tidak ada interestpribadi atau kelompok, sehingga kitasaling tuding tanpa dasar.

Kembali pada persoalanmenyuarakan suara keprihatinan kepadapihak pemerintah khususnya di Halbardan di Halut, mestinya dilihat darisubstansi dan urgensi yakni kebijakan-kebijakan seperti apa yang telahmerugikan gereja yang dilakukan olehpihak pemerintah secara khusus apayang telah diperbuat oleh Ir. Namto HuiRoba di Halbar dan Ir. Hein Namotemodi Halut ? Mungkin bagi pendemo danyang mengotaki demo tersebut, marahsebab kedua tokoh ini dianggapmendalangi berdirinya Gereja Protestan(GPH) di Halbar, dan SekretariatPembaharuan di Halut. Atau denganbahasa kasarnya, kedua oranginilahyang “mengotaki” terjadinyaperpecahan dalam tubuh GMIH.

Satu sisi, pemikiran seperti ituada benarnya juga. Makanya bagikebanyakan warga yang melihat darisisi ini, juga ikut-ikutan marah; danlantas marah yang tidak dapat ditahanitu, warga juga tidak bisa mengontrolemosi mereka. Warga yang gampangmarah, akan gampang juga diarahkandan dikerahkan untuk melakukantindakan kejahatan, atas nama gereja.Padahal sebagai warga sidi (wargagereja yang dewasa) sudah barang tentu,dewasa juga dalam pemikiran dantindakan. Sehingga dapat melihat setiappersoalan dengan jelas dan terang,barulah mengambil sikap tegas,menerima dan atau menolak, berpihakatau melawan, apa yang kita dengar danatau yang disampaikan kepada kita.

Tetapi di sisi lain, pemikiranbahwa Namotemo dan Namto sebagaiaktor utama terjadinya perpecahan

GMIH, ada salahnya juga. Kedua tokohini secara pribadi, mereka menjunjungtinggi hakikat hidup menggereja, bahwasesungguhnya hakikat gereja adalah“PEMBAHARUAN” sebagaimana yangsudah dijelaskan di atas. Amatan sayasecara pribadi, bahwa kedua wargaGMIH dalam pemerintahan ini, tidakmenzalimi GMIH. Apa yang mau sayakatakan ini, bukan dalam kerangkamembela kedua pemimpin yang ada.Tetapi saya hanya mau membuka matahati kita semua, agar kita dengan jernihmenilai persoalan ini seobjektifmungkin. Seingat saya, Namotemo danNamto, sangat mendukung kegiatangereja. Untuk jelasnya, dapat dilihatpada data berikut ini:No Nama

KegiatanWaktu Tempat

1 Sidang SinodeXXVI

2007 Jemaat TigaSaudara IbuHalbar

2 SidangMajelisSinode I

28-31Mei 2008

JemaatBetlehem,WosiaTobeloHalut

3 SidangMajelisSinode II

1-7 Juni2009

JemaatEfrataTedengJailoloHalbar

4 SidangMajelisSinode III

13-17bJanuari2010

JemaatBaitel KaoHalut

5 SidangMajelisSinode V

12-17Februari2012

Jemaat ElimMaweaTobeloHalut

6 Sidang SinodeXXVII

23-29Agustus2012

JemaatSolagratiaDorumeLolodaUtara Halut

7 SidangMajelisPekerjaLengkapPersekutuanGereja-Gerejadi Indoneisa(MPL-PGI)

2012 TobeloHalut

8 SidangMajelis

Februari2013

JemaatBetlehem

Page 6: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 79

Sinode I WosiaTobeloHalut

Cat: Lihat Laporan Badan PekerjaHarian Sinode GMIH Periode 2007-2012 Pada Sidang Sinode XXVIIDorume, 23-29 Agustus 2012, yangdiberi judul “Perjalanan MelintasDari Tiga Sudara Ibu MenujuDorume Loloda Utara: “SebuahUntaian Merajut Kehidupan YangMemberdayakan.” Hal. 19.

Data di atas secara jelas menunjukanbahwa 2 kali pertemuan gerejawidiadakan di Halmahera Barat, dimanaNamto Hui Roba sebagai bupatinya,sedangkan 6 kali persidangan gerejawilainnya berlangsung di wilayahPemerintahan Halmahera Utara,dibawah kepemimpinan Bupati Ir. HeinNamotemo.

Kedua pemimpin Kristen inimendukung secara sungguh-sungguhdalam doa dan juga memfasilitasisetiap persidangan gerejawi dengan doi(finansial). Para peserta persidangangerejawi dan pertemua yang bersifatgerejawi, mendapat suntikan danabahkan tenaga dari kedua warga GMIHyang kebetulan dimandatkan olehTuhan memimpin daerah Jio TalaiPadusua di Halbar dan negeriHibualamo di Halut. Selain itu, ada sajakebijakan yang mereka buat gunamendukung upaya memberdayakan danmelancarkan pelayanan gereja. Bantuanpembangunan kantor sinode, bantuanbangunan gereja di jemaat-jemaat,bantuan beasiswa bagi pendeta yangberstudi, refreshing bagi para pendetaTour ke Tanah Suci, dan sangatmungkin bantuan berupa uang sakuyang tidak terhitung jumlahnya yangdiserahkan secara sukrela bagi parapetinggi gereja dan lain sebagainya.Ternyata bantuan sukarela itu, tidakhanya diberikan oleh bapak Namto, danbapak Namotemo, juga oleh bapak

Welhelmus Tahalele (mantan BupatiHalmahera Timur). Asumsi orangbanyak, jangan-jangan karena keduaorang ini, sudah menutup kran bantuanitu, maka mereka pun jadi marah danberdemo ria, sebab merak tidak bisa lagiberdoi ria.

Jadi agak sedikit aneh, bila parapendemo yang tidak lain adalah wargaGMIH itu menuntut Bupati HeinNamotemo menghentikan “politisasiagama.” Mengapa aneh ? Sebab yangmelakukan “politisasi agama” selamaini, jangan-jangan bukan Namotemodan Namto sebagai bupati, tetapisebetulnya yang melakukan politisasiagama adalah para pemimpin gerejayang terjun dalam “politik praktis.”Oleh karena itu, mestinya para pendemoitu mempertanyakan kepada parapemimpin gereja versi SSD serta parakroni mereka yang ada di kantor sinodejln.Kemakmuran, yang semuanyaadalah para politisi, yang dengan sadartelah memanfaatkan gereja untukmenggapai mimpi politik mereka. Ataudalam bahasa lain, para elite gerejayang juga berprofesi sebagai seorangpolitisi, ternyata selama ini telahmenggadaikan gereja demi tercapainyanafsu dan keserakahan politis mereka.

Selain alasan yang telahdikemukan di atas, satu hal menarikyang perlu dikritisi adalah soal memilihwaktu untuk berdemo. Memilih hariuntuk berdemo pada Senin (3/3/2014),hari yang bertepatan dengan haridimana Mahkamah Konstitusimelangsungkan sidang untukmemutuskan pemenang Pilgub MalukuUtara, merupakan suatu kebetulan yangdisengaja. Sebab khalayak ramai diMaluku Utara tahu persis bahwa KantorSinode di Jln. Kemakmuran telahberubah fungsi menjadi kantor partaipolitik yang mendukung salah satukandidat gubernur yang lagi bersoal.Bacaan orang-orang politik, demowarga gereja itu benar-benar syarat

Page 7: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 80

dengan kepentingan politik tersebut(baca: politisasi agama). Harap maklum,sebab pengurus gereja versi SSDdibawah kepemimpinan A. Piga danD.Itje bersama teman-teman dikantornya adalah aktor-aktor politikyang menjadi tim sukses kandidatAHM-DOA. Jadi, jangan-jangan demoitu merupakan suatu tanda awas bagikita semua, jikalau dukungan merekadiputuskan kalah dalam pemilihan itu(dan memang kalah), maka mereka akanmengadakan demo yang lebih besarlagi, sebagaimana ancaman yangdisampaikan oleh kubu Pdt. A. Piga,akan mengkerahkan 50 ribu massa(Lih,Radar Halmahera, 06 Maret 2014).

Aneh bin ajaib, seorang pendetaGMIH, secara terbuka menebarancaman kepada pihak pemerintahuntuk melakukan demo yang lebih besarlagi dari yang sudah mereka lakukan.Semua orang tahu, bahwa ancamandemo yang lebih besar lagi itu,merupakan suatu skenario, untukmembuat Maluku Utara berada dalamkondisi yang tidak nyaman dan tidakaman. Sehingga situasi yang tidakkondusif dan tidak stabil itu, dapat sajamempengaruhi KPU provinsi untuktidak menetapkan dan kemudian batalmelantik gubernur yang sudahdiputuskan menang oleh MahkamahKonstitusi. Bila itu yang terjadi, makaskenario mereka berhasil dan beria-rialah mereka dalam hiruk-pikukgemerlapnya pesta yang tidak tahuuntuk apa pesta itu dirayakan.

Analisis yang berbeda dapatdikemukakan di sini, bahwa ternyataada suar-suara sumbang yangberkembang di kalangan warga gerejayang kritis, bahwa demonstrasi yangdilakukan oleh warga gereja propengurus SSD akhir-akhir ini, penuhdengan muatan politik 2014. Memangorang sepakat bahwa tahun 2014 adalahtahun politik. Makanya para politisiyang demi meraup keuntungan suara

untuk 2014 ini memanfaatkan gereja,dengan tampil seolah-olah sebagaiPahlawan Gereja yang datang maumembela kepentingan dan demimenyelamatkan gereja dari kehancuran.Padahal sesungguhnya mereka (politisi)menyimpan niat dan kepentingan sesaatmereka.

Dengan kata lain, demonstrasihari itu (Senin 3 Maret 2014), oleh parapolitisi yang kebetulan sebagai wargaGMIH, dijadikan sebagai tolak ukurbagi pencapaian elektabilitas merekapada 9 April 2014. Kira-kira ada berapasuara yang dapat mereka raih, sudahdapat dilihat dari jumlah demonstranyang datang pada hari itu. Atau palingtidak gaungnya, diharapkan dapatmempengaruhi warga GMIH pro SSDyang tidak sempat hadir untukberdemonstrasi. Begitulah sikap dankarakter para oportunis, yang dengancerdik dan licik memanfaatkan gerejadan jemaat dan bahkan memanfaatkansiapa saja, pokoknya semua kesempatansekecil apapun itu, dimanfaatkan demimeraup keuntungan demi pemuasannafsu kepentingan dirinya.

Suara KenabianKehadiran gereja di tengah-

tengah dunia ini adalah dalam kerangkamenyampaikan Kabar Baik atau KabarSukacita yang berasal dari Allah dalamYesus Kristus. Apa isi Kabar Baik itu ?Isi Kabar Baik itu adalah memberitakandan melakukan perintahYesus.”Pergilah dan beritakanlah:Kerajaan Sorga sudah dekat.Sembuhkan orang sakit; bangkitkanlahorang mati; tahirkanlah orang kusta;usirlah setan-setan.”(Matius 10:7-8).Menurut kesaksian penginjil Lukas,ketika Yesus mengumumkan peranmesianikNya, Ia secara jelas dan tegasmengatakan bahwa misi-Nya adalahmembawa “Kabar Baik bagi orangmiskin, membebaskan tawanan-tawanan, penglihatan bagi yang buta

Page 8: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 81

dan kebebasan bagi yang ditindas”(Lukas 4:16-21). Sesungguhnya apayang telah dikerjakan oleh Yesus itumerupakan tugas yang mesti dikerjakanoleh gereja sekarang ini. Itu beratigereja tidak hanya bersuara, tetapi jugasekaligus berupaya atau bekerja demiterwujudnya misi Allah dalam YesusKristus.

Jadi Suara Kenabian yang mestidiperdengarkan oleh gereja, adalahsuara keprihatinan atau suara-suaraprotes yang mesti secara terus-menerusdidengungkan oleh gereja kepada duniaini. Menurut Yewangoe, “kalau kitamenghendaki pembaruan dalammasyarakat yang bersumber dari nilaiagama, maka sikap kritis mestidiperdengarkan” (Yewangoe, 2011:46).Sehingga pada akhirnya dunia ini dapatberubah dari prilakunya yang salah danjahat ke arah perilaku yang benar danbaik. Panggilan gereja untukmenjalankan fungsinya sebagai garamdan terang bagi dunia, sudah sewajarnyauntuk dikumandangkan baik atau tidakbaik waktunya. Sehingga duniaterhindar dari kebusukan dan kegelapan.

Apa yang coba diupayakan olehsekelompok warga gereja yangmenamakan dirinya Front MasyarakatPeduli GMIH (FMP-GMIH), dalammengkonsiliasi kondisi GMIH,sebenarnya patut diberi apresiasi.Sayangnya niat baik itu tidak lahir darihati yang tulus. Sehingga upaya untukmenyuarakan “Suara Kenabian” itujustru berubah menjadi “SuaraKesangsian” belaka. Sebab tujuanhanya satu yakni menghancurkangerakan pembaharuan. Mereka maumencelakakan sesama warga gerejayang sudah dianggap tidak lagi sewargaatau lebih tepatnya telah dianggapsebagai musuh, yang mesti diburu, dandilempari dengan batu. Jangan-janganpara demonstran itu memahami konsepmelempar dengan batu itu dari kitabsuci, secara khusus dalam teks-teks

Perjanjian lama. Padahal Yesus, ketikapara ahli Taurat dan orang Farisimembawa seorang perempuan yangkedapatan berbuat zinah, dalam HukumMusa, orang seperti itu harus dilemparidengan batu. Yesus setuju denganHukum Musa itu, tetapi bagi Yesus,siapa orang yang merasa tidak berdosa,dia-lah yang pertama melempariperempuan itu. Ternyata tidak adaseorang pun yang berani melakukanitu.(band.Yohanes 8:1-11). Sebabmereka sadar bahwa mereka juga tidakluput dari kesalahan.

Kembali pada substansidemonstrasi yang dilakukan oleh wargagereja pro SSD, disebut Aksi SuaraKenabian. Tentunya semua orangberharap bahwa aksi menyampaikansuara kenabian itu akan berjalan damaidan penuh hikmat, sebab dilakukan olehwarga gereja. Ternyata realitasberbicara lain. Aksi demonstrasi padahari itu sudah di luar batas kewajaran.Artinya demonstrasi yang dilakukan itutidak lagi sekedar unjuk rasa, tetapitelah berubah menjadi unjuk raga, unjukkekuatan yakni bertindak anarkhis yaknimelakukan tindakan kekerasan baiksecara verbal maupun secara fisik.Memang aneh, para demonstran tidakmalu-malu mengaku sebagai wargaGereja Masehi Injili di Halmahera.Padahal sesungguhnya perilaku parapendemo itu tidak ada ciri-ciri gerejalagi atau tidak ada gambarankekristenan didalam aksi tersebut.Sebab yang mereka lakukan itu, bukanlagi demonstrasi tetapi sudahmerupakan suatu upaya penyeranganyang telah diatur secara terencana dansistematis dan massif kepentinganpolitik bukan kepentingan gereja.

Coba disimak, apa saja yangdiperdengarkan oleh para demonstran didepan kantor Bupati ? Suara-suara yangdiperdengarkan itu, adalah sederatankata-kata , “Salom; dalam nama AllahBapa, Anak dan Roh Kudus; Saudra-

Page 9: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 82

saudara terkasih dalam TuhanYesus,kita semua berada dalam lindunganTuhan berupa tiang awan di siangharidan tiang api di malam hari;bertobatlah.. bertobatlah; dan lainsebagainya. Sayangnya kata-kata indahtidak mampu membendung mulutmereka untuk juga mengeluarkan kata-kata sampah dan kotor yang baunyaamat sangat busuk. Jadi dari mulut yangsama keluar kata-kata pujian kepadaTuhan, dan juga cacian dan makiankepada sesama warga GMIH. Mungkinmereka semua sudah lupa apa yangpernah dipertanyakan oleh Yakobus,dapatkah mata air yang satu keluar airpahit dan air tawar ? Artinya, janganlahdari mulut yang satu keluar berkat dankutuk. (Yakobus 3:10-11).

Para orator demo memulaiorasinya dengan mengucapkan kata“Syaloom” tetapi setelah itu keluarsumpah serapah seperti: “binatang,babi, anjing, penjilat, tai yakis (kotoranmonyet) gosi (makian untuk laki-laki),kuda cuki lebe bae (makian) papancuri(pencuri), sundal, nae orang pebini(selingkuh), sawang doi/ makan doi(korupsi), golojo (rakus), SSI itu : SetanSelingkuh Iblis, ngoni itu gereja setan…gantung pendukung SSI, bakar saja padorang, bunuh saja, bakar….”.Mendengar apa yang dikatakan olehsejumlah warga gereja saat berdemo inisepertinya mereka mengalami diviasilahiria yang verbal dalam bentuk kata-kata makian (Kartono, 2011:16).

“Kata-kata mutiara” inikebanyakan ditujukan buat BupatiHalmahera Utara, dan Ketua Sinodeserta umumnya para pendukung ProPembaharuan. Padahal sebenarnya kata-kata itu tidak pantas diucapkan olehmereka yang menamakan dirinya orang-orang gereja, apalagi para pendeta yangmengeluarkan kata-kata sakti tersebut,sungguh sangat luar biasa. Selain kata-kata indah dan kotor, para pendemojuga memperdengarkan nyanyian

berupa lagu-lagu rohani baik dari tape,maupun dari mereka sendiri. Sayangnyanyanyian-nyanyian gerejawi yangindah, justru mengiring para pendemountuk melakukan perbuatan yang tidakterpuji. Rasanya tidak cukup dengancaci maki, mereka juga melakukanpelemparan, pengrusakan baliho danPapan Nama Kantor Sinode Vak 1 didepan Kantor Bupati Halut, danpembakaran rumah miniature rumahadat Hibualamo yang berada di sampingkiri kantor Bupati dan juga pembakaranbeberapa rumah eks stand waktuKonggres Aliansi Masyarakat AdatNusantara:AMAN) yang berada disamping kanan kantor Bupati Halut.

Perilaku warga gereja yangberingas seperti itu, oleh EkaDarmaputra digolongan sebagai wargagereja yang memiliki iman tanpakesadaran atau tanpa pengetahuan.Oleh karena itu, janganlah kitamengagungkan hidup beriman secaralugu, padahal sebenarnya itu merupakansuatu kedunguan (2002:75). Berimanyang dungu bukanlah iman, sebabYesus sendiri menghendaki agar kitamengasihi Tuhan Allah bukan hanyadengan perasaan (segenap hati dan jiwa)belaka tapi juga dengan akal budi (Lih.Matius 22:37). Itu berarti, iman danpengetahuan atau iman dan pengertian(akal) tidak bertentangan sama sekali.Dengan kata lain, seorang berimankepada Tuhan, tidak mestimenghilangkan nalar kritisnya. Upayayang dilakukan oleh Front Masyarakatpeduli GMIH, sudah barang tentumendapat suntikan dana dan daya sertamendapat restu dari para pengurus lamasinode GMIH, bukanlah upaya yangtulus. Sebab mereka memanfaatkankeluguan warga gereja dengan caramemanipulasi kesadaran wargatersebut; sehingga warga bakterhipnoptis mengikuti apa saja yangmereka komandoi.

Page 10: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 83

Sangat disayangkan, parapemimpin gereja bukannyamengajarkan warga gereja untuk salingmengasihi, salingberdamai, salingmengampuni tapi justru menebarkebencian agar warganya salingmendengki; bukannya membimbing danmenuntun warga gereja untuk berbuatkebaikan terhadap sesama, tetapisebaliknya mengarahkan warganyauntuk berbuat kejahatan. Aneh binajaib, kejahatan warga gereja gereja inidiaminkan lewat doa dan nyanyianrohani. Warga seolah-olah diyakinkandan dikuatkan bahwa apa yang merekasuarakan dan perjuangkan lewat aksidemonstrasi saat itu adalah benar-benarmenyuarakan suara Tuhan danmemperjuangkan kebenaran dankeadilan Tuhan. Makanya salah seorangorator dengan berapi-api menyerukanagar pendukung gerakan pembaharuanuntuk segera “bertobatlah sebabKerajaan Sorga sudah dekat.” Seruanini juga diikuti dengan permohonan “Tolong Bapak bupati dan kroni-kroni,buka EFESUS pasal 10, baca danhayati… tanda-tanda akhir zamansudah dekat…..” Bukan main, sangorotor sama dengan tong kosongbunyinya nyaring, sejak kapan kitabEfesus ketambahan pasal ?

Selain mengelabui jemaatdengan sederetan firman Tuhan, adakebohongan yang paling ampuh adalahdengan mengatakan bahwa wargajemaat yang pro pembaharuan, bukanwarga GMIH lagi. Pelabelan ini akanmemperjelas dan sekaligusmempertegas identitas kelompok GMIHyang pro status Quo sebagai GMIHyang sejati, sedangkan warga GMIH propembaharuan adalah kelompok luar,yang layak dihancurkan dan dibasmi(Kimball,2003:207; Lih.Haryatmoko,2014:69-73). Dengan katalain, fanatisme kelompok, atau narsismeyang berlebihan telah membutakan mata

hati mereka, sehingga tidak segan-seganmelakukan tindak kekerasan.

Bukankah gereja ini pernahjatuh ke jurang pencobaan yang sangatdalam ? Tentu saja sebagai wargaGMIH kita masih ingat pengalamanburuk yang pernah kita alami bersamapada tahun 1999-2002. Pengalamanburuk yang paling menyakitkan kitasemua. Oleh karena provokasi murahan,dengan landasan yang paling mendasaryakni soal keyakinan yang berbeda,maka kita pun jadi lupa diri, kita lupaajaran Tuhan Yesus, dan lalu kita punsaling membunuh di antara sesamakeluarga, sesama marga, sesamasaudara, sesama tetangga, sesamasahabat, sesama suku, sesama anakbangsa dan sesama anak-anak Adam.Mengapa sekarang harus terjadi lagi ?Padahal kita adalah satu dan sama, satujemaat yang sama-sama adalah wargaGMIH, sama-sama orang Kristen, sama-sama dibaptis dan diteguhkan dalamnama Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus)dan Roh Kudus. Ya, mengapa gerejaharus terjatuh lagi ? Kata AriefBudiman, kalau seseorang tanpasengaja jatuh ke lubang, ini namanyatragedy. Akan tetapi bila kemudianorang itu jatuh dan jatuh dalam lubangyang sama, ini namanya komedi. Tapiyang jelasnya, komedi yang tidak lucu(Darmaputra, 2002:72).

Tanggungjawab Politik GerejaGereja tidak alergi terhadap

politik. Karena itu, gereja punyatanggungjawab politik. Salah satutanggung jawab politik itu adalahmembangun kemitraan dengan pihakpemerintah. Hidup dalam kemitraanbersama pemerintah, tidak berartibahwa gereja harus menutup diri,menutup mata terhadap persoalan-persoalan social politik yang terjadidalam kehidupan bersama selakubangsa dan negara. Oleh karena itu,

Page 11: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 84

fungsi saling control satu dengan yanglain sebagai mitra itu sangat penting.

Terutama dalam saling memberikritik, yakni kritik yang membangunsatu dengan yang lain sangat diperlukanguna meningkatkan kemaslahatan hidupbersama selaku anak-anak bangsa. Dantidak selamanya kritik itu mestidilakukan dengan cara melakukandemonstrasi. Tetapi apa mau dikatakan,semuanya sudah terjadi, tinggal kitamau berefleksi dan mengambil maknadari setiap peristiwa yang kita buat atautidak. Kenapa para pendemo tidakmengkritisi para pemimpin gerejamereka sendiri, yang sudah secara jelasmemakai gereja hanya sebagai kudatunggangan politik mereka ? Parapendemo yang tidak lain adalah wargaGMIH, sudah seharusnya melepaskankacamata kuda yang selama ini merekapakai; sehingga mereka dipaksa hanyabisa melihat satu arah. Padahal disekitar mereka ada banyak hal yangmesti dikritisi. Pertanyaannyasederhana, mengapa ada warga GMIHyang secara berani dan terbukamengkritisi para pemimpin gerejamereka sendiri,ketika kebanyakanwarga memilih untuk diam ? Ada duaalasan, sebagai jawaban atas pertanyaanyang ada ini.Pertama, mereka berani mengkritikkarena mereka tidak memakai kacamatakuda, sehingga mereka dapat melihatsecara jelas segala kekurangan dankelemahan para pemimpin gereja yangada. Tentunya kritik mereka itu, bukanberarti bahwa mereka tidak punyakelamahan dan kekurangan. Bukan !Tetapi sekali lagi kritik para wargagereja terhadap pimpinan gereja yangsedang berkuasa itu dilandasi denganrasa kecintaan mereka terhadap gerejaitu sendiri.Kedua, kritik terhadap pemimpingereja, karena mereka sangat concernterhadap pembaharuan gereja. Sebabmemang gereja pada hakikatnya adalah

PEMBAHARUAN, sebagaimanasemangat yang dianut oleh gereja-gerejaprotestan, yaitu: ecclesia reformatasemper roformanda.

Semua warga GMIH khususnyapara pelayan khusus (pendeta, penatuadan diaken) yang setia mengikutisetiap persidangan gerejawi selama ini,tentunya tahu betul (ada yang pura-puratidak tahu atau tidak mau tahu) kondisihidup menggereja yang sebenarnya.Apalagi terkait dengan para elite gereja(pengurus sinode) yang punyakedekatan dan kelekatan dengan kursikekuasaan sebab sudah merasakankelezatan madunya partai politik.Sehingga mereka dikritik habis-habisanoleh sebagian warga gereja yang kritis.Sebagaimana yang terjadi padapersidangan sinode di Dorume Agustus2012, Ir. Namto Hui Robe, secaraterang-terangan, keras dan tegasmenyatakan dalam spanduknyabertuliskan “kembalikan gereja padafungsinya.”

Tentu saja dalampengamatannya, Namto melihat bahwagereja telah diselewengkan fungsinya,oleh para petinggi yang bertahta dikantor sinode jln. Kemakmuran Tobeloitu. Pdt. A. Piga menjadi penguruspartai politik (dewan Pembina PartaiGolkar Halut) yang berlambang pohonberingin untuk periode 2010-2015. D.Itje, kemudian dalam jabatannyasebagai seorang Sekretaris UmumSinode GMIH, tanpa risih sedikitpun,dan tanpa malu-malu mau menjadibintang iklan dengan pakaian kebesaranpendeta (toga hitam dan stola hijau) diTV One dan TVRI untuk mendukungkandidat gubernur Malut AHM-DOA.

Kedekatan dan kelekatan parapetinggi gereja dengan partai politik,berlawanan sangat dengan konstitusiyang telah ditetapkan bersama selakugereja Tuhan. Peraturan No. 1 TentangSinode, Bab IV, Pasal 13 perihal“Persyaratan Umum Anggota BPHS”

Page 12: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 85

pada point ‘m’ tercatat “Khusus bagipendeta bersedia bekerja penuh waktudan menetap di Tobelo.” Pdt. A. Pigapada waktu bersamaan dalamkedudukan sebagai seorang KetuaSinode GMIH, beliau juga memegangjabatan sebagai ketua DewanPertimbangan Partai Golkar HalmaheraUtara untuk periode 2010-2015; jugasebagai Wakil Ketua FKUB ProvinsiMaluku Utara dan sebagai KetuaPersekutuan Gereja Indonesia Wilayah(PGIW) Maluku Utara. Sedangkan padaPeraturan No.4 Tentang PelayanKhusus, Bab II Pasal 2 perihal Syarat-syarat Pendeta, pada point ‘f’dinyatakan “Tidak menjadi PengurusPartai Politik.” Peraturan yang sama,Pasal 8 perihal Disiplin danPemberhentian Pendeta, point ‘i’tercatat “Menjadi Pengurus PartaiPolitik.” Bertitik tolak dari peraturanyang ada ini, maka sudah sewajarnyaPdt. A. Piga diberhentikan darikedudukannya sebagai ketua sinode dantidak hanya itu, beliau juga layak untukdiberhentikan dari jabatankependetaannya.

Sebab baju politik yang merekapakai secara sembunyi-sembunyimaupun secara terbuka, telahmenciderai nurani kependetaan danpelayanan mereka selama ini. Sehinggatanpa segan-segan dan tidak eleganmereka memakai kantor sinode jln.Kemakmuran layaknya kantor partaipolitik. Dan dari sanalah merekamerencanakan dan merancangdemonstrasi yang demonistis. Danitulah yang dikritisi oleh Ir. HeinNamotemo sebagai warga GMIH yangkebetulan dipercayakan sebagai BupatiHalut dan Ir. Namto Hui Roba yangjuga adalah warga GMIH, yang kinimasih dipercayakan memimpinHalmahera Barat sebagai Bupati. Keduawarga GMIH ini mengktirik secaratajam, tegas dan keras kepada A. Pigadan D. Itje sebagai pimpinan GMIH;

dan rupanya itulah yang membuatmereka berbalik marah dan merancangdemonstrasi beberapa waktu lalu baikkepada Namto di Halbar maupunNamotemo di Halut.

Padahal seharusnya, sebagaipelayan Tuhan, para pemimpin gerejaitu seharusnya sadar dan berterimakasih atas kritikan itu, untukmemperbaiki pelayanan gereja agarmenjadi lebih baik. Atau paling tidak,GMIH dibawah kepengurusan A.Pigadan D. Itje, merasa berhutang kepadaBapak Namto dan Bapak Namotemo,atas dukungan dan sumbangsih yangtelah mereka berikan bagi pertumbuhandan perkembangan gereja Tuhan yangmereka pimpin. Bukannyaberterimakasih, malahan berbalikmenghujat. Akhirnya semua orang yangkritis dapat memakluminya, bahwakedua pemimpin gereja itu adalahpemimpin kacangan yang dapatdiibaratkan dengan “kacang lupakulitnya.”

Gereja PilatusEksistensi GMIH yang

membaharui dirinya di Halut dansekitarnya, diidentikan dengan “gerejakekuasaan” karena yang “membidani”sehingga lahirnya kelompokpembaharuan dan Gereja Protestan diHalamahera Barat adalah PemerintahDaerah, dengan para misionarisnyaadalah oknum-oknum PNS, demikianhasil laporan umum BPHS hasil SSDpada waktu pelaksanaan Sidang MajelisSinode di Weda (Lihat Keputusan No:05/Kptss/SMS II/2013, tentang LaporanUmum BPHS- GMIH pada SMS II diWeda, 21-25 November 2013, hal. 24).

Kritik sejumlah warga gerejaterhadap bupati Halmahera Utara, danBupati Halmahera Barat dalamketerkaitannya dengan gerakanpembaharuan GMIH, harus dilakukansecara adil. Tuduhan bahwa keduaBupati itu sudah melakukan “Politisasi

Page 13: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 86

Agama” jangan-jangan hanyalahprasangka tanpa dasar. Atau semacamsterotipe yang kita buat, tanpapertimbangan logis dan rasional, danlantas kita pun meanggap bahwastertotipe yang kita buat sebagai satukebenaran mutlak (Boeree,2010:101).Makanya dimintakan kepada kita semuauntuk tidak menuduh orangsembarangan. Suatu tuduhan padaseseorang mesti dapat dibuktikankeobjektifannya, sebab kalau tidak,dapat dianggap sebagai suatu perbuatanyang tidak menyenangkan, sehinggadapat digugat sebagai pencemaran namabaik. Maka urusannya sudah berada diwilayah hukum.

Secara khusus keterlibatanPegawai Negeri Sipil di GMIH, harusditempatkan bahwa mereka adalahpelayan Tuhan di jemaat-jemaat, dimana mereka terdaftar sebagaianggotanya di sana. Sebagai abdinegara para Pegawai Negeri Sipil inijuga adalah abdi Tuhan yang dipanggiluntuk melayani. Sebab selama ini,GMIH secara institusi dan konstitusitidak pernah melarang warga gerejanyayang kebetulan berprofesi sebagaiPegawai Negeri Sipil, Tentara atauPolisi, Politisi, Pebisnis untuk menjadipengurus di gereja atau jemaat, baiksebagai penatua, diaken dan pengurusbidang pelayanan Kaum Bapak, KaumIbu dan Pemuda.

Sedangkan terkait denganketerlibatannya Hein Namotemo diGMIH sebagai pengurus sinode sudahcukup lama, atau sudah berlangsungbeberapa periode sebelumnya. Danselama itu, tidak ada satu orangpunyang mempersoalkannya. Baru sekarangini, ketika beliau berada atau bersamadengan kelompok GMIH yangdibaharui membuat semua orangmenjadi berang. Dengan kata lain,kalau selama ini kita tahu bahwa adaindikasi bahwa keterlibatan parapenguasa yang kebetulan adalah warga

GMIH, sebagai pengurus di gereja,hanya memanfaatkan gereja demi untukkepentingan pribadinya, makasebaiknya sudah diatur secara jelas dantegas dalam konstitusi.

Kembali soal konstitusi GMIH,tidak ada larangan terhadap wargagereja yang berprofesi sebagai anggotaPNS, TNI, Polri atau Politisi untukmenjadi pengurus gereja. Itu berartiketerlibatan mereka dalam pelayanangereja, bukan karena jabatan merekaatau bukan karena mereka maumelakukan “politisasi agama” tetapikarena panggilan pelayanan yangdipercayakan kepada mereka untukdilaksanakan. Jangan-jangan, selama iniyang melakukan “politisasi agama”adalah para pemimpin gereja yangdalam posisinya sebagai pelayan khususyakni dalam hal ini adalah pendeta.Kalau memang benar, para pendetaselama ini hanya memanfaatkan gerejahanya demi pemenuhan kepentinganpolitiknya, maka tidak dapat disangkal,para pendeta sudah mengalihakan gerejaTuhan menjadi gereja Pilatus.

Bagaimana dengan GMIH ? Kitaselaku warganya pasti mengaminkanbahwa GMIH adalah gereja TuhanYesus, bukan gereja Pilatus. Tapibenarkah demikian? Perlu kejujurandalam menjawabnya. Jawabannyabukan terletak pada sederetan kata-kataindah dan puitis yang kita lafalkan.Jawabanya terlihat pada sikap danperilaku hidup yang dipertontonkan atauyang disuguhkan oleh orang-orang yangmengaku dan memangku identitassebagai warga GMIH yang tidak lainadalah pengikut Kristus Yesus.

Dualisme kepengurusan GMIHsekarang ini semakin mempertajamkonflik-konflik kecil berubah menjaditindak kekerasan antara sesama wargaGMIH. Bagi yang sering nontonTelevisi, tiba-tiba ada berita tentangbom bunuh diri atau bom mobil yangmenewaskan puluhan atau ratusan orang

Page 14: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 87

di salah satu negara di Timur Tengah,biasanya ada pihak-pihak yangmengaku bertanggungjawab atasinsiden tersebut. Dari sudut pikir sepertiitu, rasanya agak mengherankan, kokada yang mengaku maubertanggungjawab atas kejahatanberupa tindak kekerasan tersebut.Rasanya tidak mungkin kita akanmenemukan hal yang sama seperti itukini dan di sini di GMIH dewasa ini.Para pemimpin gereja dewasa ini hanyapandai menjadikan warga gereja sebagaiobjek pemuasan kepentingan pribadisemata-mata. Makanya tidak segan-segan, para pelayan yang ada dalamkondisi terjepit, akan melemparkankesalahannya pada warga gereja. Tanparagu dan malu sedikit pun, warga gerejadijadikan sebagai “kambing hitam” ataspersoalan yang menimpa GMIHsekarang ini.

Bila benar warga gerejadijadikan sebagai “kambing hitam”sudah dapat dipastikan para pelayanadalah kembing putihnya sedangkanpara pemimpin gereja adalah kambingcongeknya. Sebab mereka tidak pernahtahu dan tidak mau tahu dengan keluhkesah dari warganya sendiri. Yangdipentingkan adalah menjaga agarjabatan mereka, apakah sebagai ketuajemaat, sebagai kordinator wilayah dansebagai pengurus sinode tetap beradadalam zona aman dan nyaman.Mentalitas para pemimpin seperti itu,karena mereka hanya memandangwarga gereja yang mereka pimpinhanya objek semata, tidak lebih dantidak kurang.

Lantas gereja Pilatus itu, gerejaseperti apakah itu ? Gereja Pilatusadalah gereja yang suka cuci tanganterhadap setiap persoalan, khususnyapersoalan kemanusiaan. Gereja Pilatusadalah gereja yang dikelola dengantangan kekuasaan. Sehingga gerejatidak lagi menjadi pusat bagipelaksanaan rencana Allah bagi dunia

ini, di mana Allah dalam Yesus Kristusakan mendemonstrasikan hikmat dankasih-Nya yang besar itu bagi segenapmahluk (Dever, 2010:5). Akan tetapiditangan para pemimpin gereja yanglebih mementingkan popularitas dirinya,akan menjadikan gereja sebagai pusatperebutan kekuasaan duniawi maupunsorgawi. Gereja Pilatus adalah gerejayang hanya mementingkan kepentingandirinya sendiri, dan tidak mau pusingdengan segala persoalan yang terjadi disekitarnya (Yewangoe, 2009:5). dengandemikian gereja Pilatus adalah gerejayang kehilangan “sense of crisis” dan‘sense of belonging” dan bahkankehilangan “sense of conection.”

Gereja Pilatus adalah gerejayang tidak mau pusing seperti Yesusyang pusing bila kehilangan satu dombasaja. Namun para gembala yang beradadi Gereja Pilatus dengan senang hatiakan melepaskan dan mengusir ribuankawanan domba Tuhan darikandangnya. Oleh karena pemilikdomba yang sebenarnya adalah Yesusyang adalah Kepala Gereja, dan sebagaiGembala Yang Baik. Sedangkan paragembala di gereja Pilatus, relakehilangan domba, tapi takutkehilangan kandang. Kandang(baca:gedung gereja) lebih penting daripada domba. Sebab kandang adalahkepemilikan, kandang adalah asset.Asset adalah modal (uang).

Gereja Pilatus adalah gerejayang suka lepas tangan dan senangmemakai kakinya untuk lari daritanggungjawab. Begitulah faktanya,ketika pelbagai tindak kekerasan yangdimotori dan dikompori oleh parapemimin gereja, dan telah memakankorban, para pemimpin gereja punmemakai jurus seribu kaki untukmenghindari tanggungjawab. Merekahanya pandai membuat soal, tetapibodoh memberi jawab dalammengambil tanggungjawab. Padahalmereka adalah pemimpin gereja, bukan

Page 15: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 88

kepala geng, atau pemimpin perampok.Sudah seharusnya para pemimpin gerejahidup dengan meneladani Sang KepalaGereja yaitu Yesus Kristus. Sebabsejatinya gereja adalah komunitasperecontohan (Exemplary community),bukan komunitas perkontohan (kentut).

Makna menjadi GMIHWilliam Shakespeare pernah

menggelitik kita semua dengan satupertanyaan “apa arti sebuah nama ?”Orang-orang Jerman menjawab, “namaitu hanyalah asap dan bunyi belaka.”Akan tetapi bagi kebanyakan budayapemberian nama kepada seseorang tentupunya arti dan makna tertentu. Begitujuga pemberian nama terhadap institusi,apalagi institusi keagamaan yangbernama gereja.

Kata Gereja itu sendiri berasaldari bahasa Portugis igreja, yang berarti“kawanan domba yang dikumpulkanoleh seorang gembala”. Istilah atauigreja kata ini sebenarnyaditerjemahkan dari bahasa Yunani, kata:ekklesia (ek: keluar dan klesia dari katakaleo: memanggil). Jadi ekklesia berartidipanggil keluar. Lalu kemudian diberidefenisi seperti ini, yakni “orang yangdipanggil keluar dari kegelapan menujuterang.” kumpulan orang-orang yangdipanggil dan dipilih oleh Allah untukhidup dalam suatu persekutuanbersama Allah dan sesama, dan mintauntuk pergi berbuat atau melakukankebaikan kepada semua orang ataudengan kata lain membawa kabar baikkepada segala mahluk (bnd: Mrk 3: 13-15; Mrk 16:15). Mengacu pada defenisisebagaimana yang disebutkan itu, makapada dasarnya ekklesia itu bukanlahorganisasi tapi menunjuk padapersekutuan yang hidup, pertemua atausidang (jemaat). Dalam pengakuaniman rasuli disebutkan “Gereja yangKudus dan Am.” Gereja yang kudus,berarti gereja itu berasal dari Allah, ia

dikhususkan oleh Allah sebagai alatuntuk menyatakan karya penyelamatanAllah di tengah-tengah dunia. Gerejayang Am berarti gereja itu bersifatuniversal, mendunia, meleti ataumenerobos sekat-sekat kesukuan danbangsa. Sebab karya keselamatan Allahitu juga bersifat universal, terbuka bagisiapa saja. Bertitik tolak daripemahaman gereja seperti itu, makanyawarga gereja itu disapa sebagaipersekutuan orang percaya ataupersekutuan o rang kudus. Hal itu bukanberarti bahwa warga gereja itu adalahkumpulan orang-orang suci tanpa cacatatau sempurna, melainkan hendakmenunjukan kepada dunia bahwa yangdisebut orang-orang percaya itu terusberusaha atau terus berjuang agarkehidupan mereka tetap berpadanandengan Sang Kepala Gereja yaitu YesusKristus.

Arti Masehi dalam Alkitabbahasa Arab adalah Al-Masih yangberarti “yang membasuh. Kata itu,diterjemahkan dari kata Ibrani Mesiasyang artinya “diurapi.” Pilihan kataMasehi yang disandang oleh gerejaTuhan ini, bukan sekedar tempelantanpa arti. Tetapi sungguh-sungguhmerupakan suatu pengakuan bahwagereja ini, adalah gereja yang benar-benar diurapi oleh Tuhan. Sedangkankata Injili diambil dari kata Injil yangditerjemahkan dari bahasa Yunani kataeuangelion berarti “kabar baik.” Gerejayang Injili berarti gereja yangsenantiasa hidup sesuai dengan injilYesus Kristus dan sekaligus gereja yangmemberitakan kabar baik kepada semuaorang dalam dunia di mana gereja ituberada. Dari sederetan arti yangdisandangkan oleh umat Kristenkhususnya warga GMIH, sungguhsangat indah dan maknanya sangat luarbiasa. Secara sederhana arti dan maknanama GMIH adalah gereja yang diurapioleh Tuhan Yesus. Gereja yang diurapiitu, mesti secara terus-menerus menjadi

Page 16: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 89

gereja yang injili, gereja yang hidupsesuai dengan injil Yesus Kristus dansekaligus menjadi gereja yangmenginjili, gereja yang memberitakanatau memberi kesaksian tentang YesusKristus adalah juruselamat dunia. Danberita sukacita itu harus disebarluaskandi pulau Halamahera dan pulau-pulausekitarnya. GMIH sebagai gereja yangdiurapi dan yang injili harus menjadicontoh dalam segala hal, bagi segenapmahluk yang berada di pulauHalmahera dan pulau-pulau sekitarnya.

Tentu saja menyandang namadengan pengertian yang hebat sepertiitu, mestinya membuat kita semua yangmenjadi bagian dari GMIH merasabangga dan merasa terhormat. Olehkarena para pendahulu kita, benar-benarmemiliki hikmat dan tuntutan RohKudus sehingga dengan secara cerdasmemilih dan akhirnya menetapkannama GMIH sebagai wujud dariidentitas gereja Tuhan di Halmahera.Secara teologis, nama GMIH adalahpemberian atau anugerah yangdiberikan oleh Tuhan kepada umat-Nyadi Halmahera. Makanya Tuhanmenempatkan GMIH di Halmahera danpulau-pulau sekitarnya untuk menjadialat kesaksian-Nya. Menyandang namayang nama yang sarat makna seperti itu,mensyaratkan ada tanggungjawab beratyang mesti dipikul dan dilaksanakan.Memiliki nama yang indah, mestinyaselalu membawa kita untuk jugaberperilaku indah dan menawan.Lantas bagaimana dengan kondisi yangkita alami sekarang ini, apakahkebanggaan sebagai warga GMIHmasih kuat berakar dalam sanubari kitasemua ? Bagi saya pribadi, kecintaansaya pada gereja Tuhan ini tidak pernahluntur. Akan tetapi rasanya kita tidaklayak lagi menyandang nama yangindah dan hebat seperti itu. Sebagaiorang yang berdiri dalam jajaranpelayan Tuhan, rasa malu ini tidakdapat terkatakan lagi. Mengapa tidak ?

Perilaku para pelayan (baca:pendeta)tidak lagi mencerminkan bahwa merekaadalah seorang pelayan. Melainkanmereka tampil layaknya seorang premanjalanan yang berwajah garang dansangar dalam hingar bingar politik adudomba dan politik kekerasan. Sehinggatanpa rasa bersalah sedikipun merekamerencanakan dan merancang kejahatandengan mengadu domba sesama wargaGMIH dan bahkan tidak segan-seganmengusir dan bahkan mau membantaidomba-domba Tuhan yangdipercayakan kepada mereka. Tindakkekerasan atas nama gereja itu terjadidi mana-mana yakni: pembakaran sertapengrusakan beberapa rumah yangterjadi di Tosoa pada hari Minggu, 2November 2013, dilakukan oleh wargaGMIH pro Anton Piga (status quo)terhadap warga GMIH yang proPembaharuan (GPH). Tindakankekerasan di Jemaat Nita Duma, terjadipada tanggal 9 Februari 2014, dimanadua warga jemaat yang Pro GMIHlama, yakni Feniks Ewy dan WiroGusman. Mereka melakukanpelemparan pastori jemaat. Akibatperbuatan itu, kedua orang itu akhirnyaditahan di Polsek Galela, selama kuranglebih dua minggu. Tindak Kekerasan diMamuya yang paling berat terjadi padahari Senin 24 Februari 2014. Sekitarjam 06.00, terjadi pengrusakan tempatibadah darurat warga jemaat propembaharuan, yang dilakukan olehwarga jemaat pro status qou, bahan-bahan bangunan untuk gereja 200 seng,lata 2 kubik, papan 2 kubik dan balok 6kubik semuanya dibakar.Tidak puasdengan itu, warga GMIH pro AntonPiga, juga melakukan tindakanpengrusakan rumah warga GMIH propembaharuan (10 rumah yang dirusak).Akibat persitiwa tersebut wargaGMIGH pro pembaharuan harusdiungsikan ke Tobelo sebanyak 63Kepala Keluarga (277 jiwa). Sedangkanpersitiwa Wari Ino, terjadi pada hari

Page 17: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 90

Senin 3 Maret 2014. Sekitar pukul19.00 sejumlah warga GMIH pro statusquo, melakukan pelemparan danpengrusakan tiga rumah keluarga propembaharuan yaitu: Kel. GiuffaniPapuling, Kel. Dawilson Sadow, danKel. Jufriser Sibau. Akibat peristiwa itu,rumah keluarga-keluarga yang ada inimengalami kerusakan (kaca, pagar,kursi, lampu-lampu jalan, dll) danmereka juga harus mengungsi kekerabat dan keluarga mereka, karenamerasa takut dan terancam (traumatik).

kasus Tosoa-Tuguare, kasusGamlaha, kasus Duma, kasus Mamuya,kasus MKCM, kasus Wari Ino dankasus-kasus lainnya. Ini bukan sebuahkomedi tapi sesungguhnya ini adalahsuatu tragedy dalam hidup menggerejayang mesti kita jalani sekarang ini. Danentah sampai kapan semua ini akanberlalu.Tindakan yang tidak saja memalukantapi sekaligus memilukan kita semuaadalah ketika Kantor Sinode yangberalamat di jln. Kemamuran Tobelotelah dijadikan layaknya Kantor Politikdari partai tertenu, dan malahan kantorsinode sudah berubah menjadi sarangpenyamun. Salah satu contoh: Beberapakejadian dan tindak kekerasan yangterjadi di jemaat Imanuel Gamsungi,dilakukan oleh orang-orang yangbermarkas di Kantor Sinode Jl.Kemakmuran. Sebut saja pada Sabtutanggal 14 Juni 2014, peristiwa tindakkekerasan pemukulan, penganiayaandan pelemparan rumah jemaat-jemaatwarga GMIH Imanuel Gamsungi yangbermukim di sekitar kantor sinode, parapelaku kejahatan itu berlindung dikantor sinode(lih. Radar Halmahera,Senin 16 Juni 2014).

Akibatnya, semua pertemuangerejawi, sudah berubah fungsilayaknya rapat partai politik. Makanyatidak heran, maksud mulia yakni maumenyatakan sikap sebagai wujud ataskepedulian kita bersama atas kondisi

GMIH kini yang dilakukan pada Senin3 Maret 2014, telah diseting sedemikianrupa, sehingga melenceng dari tujuantersebut. Maksud baik dan mulia akanrusak bila disampaikan dengan cara-cara yang tidak baik dan tidak mulia.Sama halnya, dengan demonstrasi yangdilakukan itu. Katanya untukmenyampaikan “Suara Kenabian” tetapiyang keluar justru “Suara Kebabian.”

RefleksiSelama ini yang melakukan

demonstrasi adalah warga masyarakatumumnya dan juga para mahasiswa.Jarang kita mendengar warga gerejamelakukan demonstrasi. Akan tetapisoal “jarang” itu tidak berarti tidakboleh. Sudah disinggung bahwa sebagaiwarga negara, yang juga adalah wargagereja, tidaklah salah, bilamenyampaikan aspirasinya lewatdemonstrasi, sebagaimana yang pernahdilakukan di Halmahera Barat padatanggal 9 Oktober 2013 maupun diHalmahera Utara yang dilakukan pada13 November 2013 dan 3 Maret 2014(Lih. Buletin Sangkakala GMIH, EdisiKhusus Maret 2014). Mencermatidemonstrasi yang dilakukan oleh wargagereja ini, sepertinya tidak jauh berbedadengan demonstrasi yang umumnya kitasaksikan di Televisi. Persamaan yangpaling mencolok adalah warga gerejayang datang untuk berdemonstrasi itu,ada yang tidak tahu sama sekali,substansi dari demonstrasi yangdilakukan.

Seharusnya warga gerejamenjadi teladan dalam halberdemonstrasi atau menjadi contohyang baik dalam hal menyampaikanaspirasi atau tuntutan lewatdemonstrasi. Ternyata ragi dunia (dalamhal berdemosntrasi) telahmenghamirkan gereja, sehingga wargagereja yang berdemo telah kehilanganjatidiri sebagai orang Kristen. Sehinggademo yang disertai dengan caci maki,

Page 18: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 91

dengan pengrusakan dan denganpembakaran, dianggap wajar dan sah-sah saja sebab dilakukan oleh ‘massa.’Dan yang namanya ‘massa’ itu adalahkumpulan orang-orang yang tidakbernama, tidak beridentitas dan tidakberwajah. Padahal warga gereja adalahterang dan garam dunia, yang mestimenerangi dan menggarami agar duniatidak menjadi busuk atau rusak dan jugatidak hidup dalama kegelapan yangpekat.

Pertanyaan nakal dapat saja kitaajukan, kenapa para warga gereja initampil beringas, dan mau melibassiapa saja? Di satu pihak, sebagaiseorang pendeta, sepertinya kita telahgagal dalam melakukan pembinaan,bimbingan dan pendidikan selama inidalam komunitas di jemaat-jemaat.Sudah saatnya, kita memeriksa dengankritis segala bentuk khotbah, katekisasi,pengajaran sekolah minggu dan remajayang dijalankan selama ini. Pasti adayang tidak beres. Mengapa tidak ?Sesama warga GMIH saja sudah salingberhantam, sudah saling menyerang,apalagi kalau yang bukan sesama wargaGMIH, pasti perilaku kita lebih sadisdan lebih mematikan. Sekali lagi mestidiakui bahwa, sebagai pemimpin gereja,sebagai pendeta, kita semua telah gagaldalam membina umat. Dan amatlahmemilukan bila ada pendeta yang secarasengaja mendorong dan menuntunumatnya ke jalan kebinasaan.

Pertanyaan nakal yang lain,apakah warga gereja yang ikut dalamdemonstrasi yang anarkhis itusemuanya tidak waras ? Kalaudicermati orang-orangnya, dapat kitakatakan bahwa warga gereja yangberdemonstrasi itu, bukanlah orang gila.Cuma patut disayangkan, bahwaketataan mereka terhadap pemimpinsungguh sangat menyedihkan.Menyedihkan karena kesadaran merekatelah dimanipulasi sedemikian rupa,sehingga tidak ada lagi kesadaran kritis

atau kesadaran kritis mereka sudahdimatikan. Bila tesa ini benar, makasudah saatnya gereja perlu memeriksasegala doktrinnya, jangan-jangandoktrin yang diajarkan selama ini justrutelah menjadikan warga gereja bukansebagai orang-orang yang merdeka,tetapi justru menjadikan mereka sebagaiorang-orang yang bermental budak. Duapertanyaan yang ada ini butuh jawabanyang jujur dan tulus dari para pekerjadan pekarya di GMIH yang lagi bertikaisaat ini, agar kita dapat bekerja danmelayani dengan benar sesuai denganapa yang diteladani oleh Yesus.

Sudah saatnya, warga gerejauntuk bangkit, menjadi warga gerejayang benar-benar dimerdekakan olehKristus Yesus. Oleh karena itu, sungguhmenganehkan bila warga gereja masihsaja tetap mau dibodohi oleh parapemimpin gereja yang tidak kredibeldan tidak dapat dipercaya sebabmemang sudah kehilangan kepercayaandari umat yang dipimpinnya. Buktibahwa pemimpin gereja yang sudahtidak kredibel dan tidak dapatdipercaya lagi, adalah melakukan aksikekerasan terhadap warganya sendiri.Semua itu karena dikomandoi olehpemimpin gereja dari tingkat sinodesampai di tingkat wilayah dan jemaat.

Kondisi seperti ini membuatwajah gereja dan bahkan wajah sangkepala gereja yaitu Yesus Kristustercoreng dan mungkin saja Yesus harusmeneteskan air mata-Nya untuk GMIHsekarang ini. Duka dan luka GMIHadalah duka dan luka kita bersama.Tidak ada yang dapat dibanggakan darigereja Tuhan yang bernama GMIH. Danjustru orang-orang yang pertama-tamamempermalukan GMIH adalah merekayang menyandang predikat sebagaipelayan Tuhan,dan tanpa malu-malutetap eksis menjalankan aksioner danmissioner layaknya monster yangmelahap habis semua orang yang

Page 19: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 92

dianggap sebagai musuh gerejanya,bukan gereja Tuhan.

Bukti lain dari pemimpin gerejayang telah ber-ulah layaknya monster,adalah mereka tidak mengindahkanseruan mereka sendiri. Yakni seruankepada jemaat-jemaat baik secarapribadi, keluarga dan persektuan untukmengadakan DOA PUASA pada setiaphari KAMIS. Untuk jelasnya, kita dapatdilihat surat berikut: Surat yang dikirimoleh BPHS GMIH denganNomor:BPHS/1195/B-6/XXVII/2014,perihal: Pemberitahuan Puasa. Sesuaidengan pokok surat itu, dimintakankepada seluruh jemaat se-GMIH, baiksecara perorangan , keluarga, kelompok(doa) ataupun berjemaat untukmelakukan ibadah DOA dan PUASA,yang dilaksanakan pada setiap hariKamis. Berikut ini kutipan suratyangdiambil dari Surat Kabar MinguanObor Halmahera: Seruan DoaBersama Untuk PenyelesaianPersoalan GMIH: Mencermatipersoalan GMIH yang semakinmembesar serta berdampak padapelayanan GMIH secara keseluruhanmaka Badan Pekerja Harian SinodeGMIH dengan ini menyerukan kepadaseluruh Pendeta, Pegawai OrganikGereja, Persekutuan Doa dalam gerejaGMIH, pada Pendoa Syafaat sertaseluruh jemaat GMIH di mana sajaberada untuk membangun GERAKANDOA secara bersama dan konsistendengan cara sebagai berikut: (1).Kepada seluruh jemaat diserukan untukberdoa secara sungguh-sungguh dirumah keluarga masing-masing setiaphari mulai jam 06.00 wit dengan pokokdoa Penyelesaian Persoalan GMIH;(2). Kepada para Pendoa Syafaat danPersekutuan Doa dalam GMIHdiundang bergabung dalam MENARADOA setiap hari mulai jam 8 sampai 12malam bertempat di Kantor Sinode Jl.Kemakmuran dengan doa khususpeperangan rohani melawan intervensi

kuasa Gelap yang ingin menghancurkanGMIH dengan perpecahan; (3).Kepadasetiap jemaat yang bisa melakukannyauntuk mengdakan DOA DAN PUASA,tidak makan dan minum sejak Kamimalam dan baru kembali makan padaJumat sore dengan pokok doa khususagar Tuhan turun tanganmenyelesaikan persoalan GMIH.Dianjurkan agar buka puasa dapatdilakukan secara bersama di gerejamasing-masing. Bahwa peperangan kitabukan melawan darah dan dagingataupun melawan kuasa manusia, tetapimelawan penghulu dan penguasa diudara, melawan kuasa kegelapan danantek-anteknya yang saat ini sedangbekerja keras menghancurkan GMIHdengan Roh perpecahan.”Karenaperjuangan kita bukanlah melawandarah dan daging tetapi melawanpemerintah pemerintah, melawanpenguasa-penguasa. Melawan penghulupenghulu dunia yang gelap ini,melawan roh-roh jahat di udara.”(Efesus 6:12) “Doa orang yang benarjika dengan yakin didoakan sangatbesar kuasanya.” (Yakobus5:16b).(Lihat Obor Halmahera, Edisi08/III/2014, hal. 10).

Sesungguhnya seruan dimaksudguna menyelamatkan kondisi GMIHdewasa ini yang lagi kisruh. Tetapi apayang diserukan itu ternyata dikalahkandengan DOI dan KUASA yang telahmenggelapkan mata hati mereka,sehingga mereka merencanakan danmerancang kejahatan untukmenghancurkan GMIH. Hal itu nyataketika mereka mulai memaksa keluarpendeta-pendeta pro pembaharuan daripastori-pastori jemaat, dan bahkanmerusak rumah-rumah tempat tinggaljemaat yang pro pembaharuan.

Masih layakkah dan masihpantaskah pemimpin yang bergayapreman dan yang menebar ancaman,teror, kekerasan dan berperilakusadisme seperti itu dihormati, didukung,

Page 20: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 93

dibela untuk dipertahankan? Hanyaorang-orang bodoh saja, dan atau hanyaorang-orang yang telah kehilangan akalsehatnya atau yang telah menggadaikanhati nurani mereka dengan uang haramyang masih tetap setia, dan bahkansampai relah mati demimempertahankan pemimpin gereja yangkorup dan bobrok seperti itu.

PenutupMenyuarakan suara kenabian

sebagai tanda keprihatinan gereja ditengah-tengah dunia merupakan suatukeharusan imperatif. Makanya gerejatidak menabukan warganya untukmelakukan demonstrasi. Akan tetapidemonstrasi yang dilakukan ituhendaknya tidak demonistis, melainkandemonstrasi yang korektif, solutif danproduktif demi kemaslahatan bersamamasyarakat. Fungsi gereja yang adalahgaram dan terang mestinya tetapdirasakan oleh seluruh umat manusiadan tetap berjuang untukmemperlihatkan terang bagi seisi dunia,secara khusus dimana gereja berada.

Aksi sosial dan aksi politikgereja mestinya mencerminkan kasihAllah dalam Yesus yang mencintai danyang membawa damai dengan jalan nir-kekerasan. Memperhatikan beberapapersitiwa demonstrasi warga GMIHakhir-akhir ini tendensius sifatnya.Logisnya maksud baik, mestidisampaikan dengan cara-cara yangbaik juga, sehingga dapat menjadi satukesaksian yang hidup. Paling tidak,ketika gereja mau menyuarakan suarakeperihatinan, masyarakat akanmendukung. Sebab dilakukan dengansantun, beradab dan bermartabat.Bukannya demosntrasi yang tidaksimpatik dan malahan yang menakutkanmasyarakat karena kebrutalan,keberingasan dan keterlaluan.

Gereja boleh dan harusmemprotes ketidakadilan dankesewenang-wenangan yang dilakukan

pihak penguasa, namun dengan cara-cara yang gerejawi bukan dengan cara-cara yang hewani. Demonstrasi anarkhisyang dilakukan oleh umumnya warganegara, telah menulari warga GMIH.Virus duniawi telah meracuni danmenggerogoti “Tubuh Kristus”sehingga “Tubuh Kritstus” puntercabik-cabik, terpecah-pecah,terpisah-pisah satu dengan yang lain.Rupanya jenis virus yang ada ini adalahvirus yang amat ganas. Makanya wargagereja mudah menjadi panas dan ganas.Suasana panas yang melanda parademonstran bukan akibat dari panasnyamentari, tetap akibat dari virus ganasyang menyerang kepala (pikiran) danhati para demonstran, sehingga merekagampang dipanas-panasi, akhirnya sikapdan perilaku mereka pun menjadi ganas.

Para pimpinan gereja di tingkatsinode maupun jemaat-jemaat, paracalon anggota Legislatif dan calon DPDyang terlihat pada saat demonstrasianarkhis, sebetulnya mereka telahmenunjukan dirinya bahwa merekatidak layak menjadi pemimpin sebabsesungguhnya mereka telah gagalmenjadi seorang pemimpin yangmengayomi dan mendeladani polqaYesus. Kursi dan tongkatkepemimpinan tidak dapatdipertahankan atau tidak dapatdiperebutkan dengan cara menjadikanwarga gereja atau warga negara sebagaiOBJEK yang di-OJEK-kan. Wargagereja atau warga negara yangdiposisikan sebagai OBJEK belaka,akan mudah dicelakakan oleh parapemimpin (calon pemimpin) yangbermental tukang OJEK (kejar setoran).

Sudah saatnya para pemimpingereja beserta seluruh warga gereja diGMIH bertobat dari perilaku merekayang telah menyimpang. Perubahan danpembaharuan hanya bisa terwujud, biladimulai dengan pertobatan yangsungguh-sungguh. Pasti gereja Tuhanyang ada di Halmahera (baca:GMIH)

Page 21: Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI ...journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera66-RHDWp89xoKRLKpnObTcI... · kepengurusan, sering dikaitkan dengan persoalan

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 FEBRUARI2014

Page | 94

dapat menghasilkan buah-buah Roh,yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera,kesabaran, kemurahan, kebaikan,kesetiaan, kelemahlembutan danpenguasan diri (Galatia 5:22-23).Sehingga GMIH tidak digolongkansebagai gereja yang aneh-aneh ataugereja kafir.

Daftar PustakaBoeree, George, 2010., Psikologi

Sosial, Yogyakarta: Prismasophie.Darmaputra, Eka, 2002., Beragama

dengan Akal Sehat,Yogyakarta:Gloria Cyber Ministries.

Darmaputra, Eka, 2002., Dengarlahyang Dikatakan Roh, Yogyakarta:Gloria Cyber Ministries.

Dever, Mark, 2010., 9 Tanda Gerejayang Sehat, Surabaya:Momentum.

Haryatmoko, 2014, Etika Politik danKekuasaan, Jakarta: BukuKompas.

Kartono, Kartini, 2011., PatologiSosial, Jakarta:Rajawali Press.

Kimball, Charles, 2003., Kala AgamaJadi bencana Bandung: Mizan.

Suprobo, Indro, (ed), 2011.,Spiritualitas Agama-Agama untukKeadilan dan Perdamaian,Yogyakarta: Interfidei.

Yewangoe, Andreas A. 2009., Tidakada Ghetto: Gereja di DalamDunia, Jakarta: BPK GunungMulia.

Buletin GMIH SANGKAKALA, EdisiKhusus Maret 2014.

Harian : Radar Halmahera, 06 Maret2014.

Harian : Radar Halmahera, 16 Juni2014 “Gereja Pusat GMIHKembali Memanas”

Surat Kabar Mingguan OborHalmahera, Edisi 08/III/2014.

Laporan Badan Pekerja Harian SinodeGMIH Periode 2007-2012 PadaSidang Sinode XXVII Dorume,23-29 Agustus 2012, yang diberijudul “Perjalanan Melintas DariTiga Sudara Ibu MenujuDorume Loloda Utara: “SebuahUntaian Merajut KehidupanYang Memberdayakan.”