Upload
doancong
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Laporan Akhir Penelitian
LAPORAN KEGIATAN
Kandungan Mikroorganisme
Pada Tiga jenis Penutupan Lahan
Oleh:
Hj. DINA NAEMAH, S.HUT, MP
IR. Hj. EMMY WINARNI, MS
Hj. ADISTINA FITRIANI, S.HUT, MP
DIBIAYAI BOPTN (BIAYA OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI)
DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NO SPK
779/UN8.1.24/SPK/2012 30 Nopember 2012
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2
Laporan Akhir Penelitian
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................. iv
PRAKATA ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
A. Tanah ................................................................................................. 4
A.1. Kondisi Fisik Tanah …………………………………………… 4
A.2. Kimia Tanah……………………………………………………. 4
A.3. Biologi Tanah…………………………………………………… 5
A.4. Mikroorganisme………………………………………………… 7
B. Tiga Jenis Penutup Lahan .................................................................. 11
B.1. Karet (Hevea Braziliensis)……….………………………… 11
B.2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)……………………………… 12
B.3. Kayu Manis (Cinnamomum burmani)……………………… 15
C. Keadaan Umum Lokasi Penelitian..................................................... 18
C.1. Keterangan Umum Kecamatan Loksado…….……………..… 18
C.2. Geografi dan Topografi Wilayah………….…………….…….. 18
C.3. Tanah…………………………..………………………….… 20
C.4. Iklim……………………………………………………………. 20
C.5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan………………………….. 20
3
Laporan Akhir Penelitian
C.6. Aksesibilitas……………………………………………………. 21
C.7. Desa Lok Lahung………………………………………………. 22
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................ 23
IV. METODE PENELITIAN ......................................................................... 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian………….……….……….….............. 24
B. Alat,Bahan dan Objek Penelitian…………………………………… 24
C. Metodologi………………………………………………………….. 25
D. Analisa Data………………………………………………………… 27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 34
A. Kesimpulan ........................................................................................ 34
B. Saran .................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 38
4
Laporan Akhir Penelitian
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Kandungan Mikroorganisme Tanah Pada
Tiga Jenis Penutupan Lahan
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP
b. NIP : 197004231997022001
c. Pangkat/Golongan : Pembina/IV a
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Fakultas/Jurusan : Kehutanan/Budidaya Hutan
f. Perguruan Tinggi : Universitas Lambung Mangkurat
g. Alamat Kantor : Jl. A. Yani Km 36 Simpang Empat Banjarbaru
h. Telepon/Faks :0511- 4772290/0511-4772290
i. Alamat Rumah/Telpon : Jl. Rahayu No 38 RT 19 RW 04 Martapura
j. Email : [email protected]
3. Jumlah Peneliti : 3 (Tiga) Orang
4. Lokasi Penelitian : Kecamatan Loksado Kalimantan Selatan
5. Masa Penelitian : 1 (satu) bulan
6. Biaya : Rp. 15.000.000 (Lima belas juta rupiah)
Banjarbaru, Desember 2012
Mengetahui,
Dekan, Ketua Peneliti,
Ir. Sunardi, MS Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP
NIP.195701121982031001 197004231997022001
Menyetuji,
Ketua Lembaga Penelitian
Dr. Ahmad Alim Bachri,SE, M.Si
NIP.196712311995121002
5
Laporan Akhir Penelitian
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul Kandungan Mikroorganisme Pada Tiga jenis
Penutupan Lahan, dilakukan di desa Lok Lahung Kecamatan Loksado Kabupaten
Hulu Sungai selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah
mikroorganisme (total Fungi dan Total Bakteri) yang terkandung didalam tanah
dibawah dan atau sekitar tegakan Kelapa Sawit (, Karet ( dan tegakan Kayu Manis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pihak yang akan
melakukan pembukaan lahan, sebagai bahan acuan untuk menentukan jenis yang
diambil sehingga berpengaruh baik untuk perbaikan dan pemeliharaan lahan.
Total Fungi yang ditemui pada lahan Karet 8,3 x 105 CFU gr-1 sebanyak,
lahan Kelapa Sawit sebanyak 9,1 x 105 CFU gr-1 dan lahan Kayu Manis sebanyak
1,4 x 106 CFU gr-1, sedangkan Total bakteri pada lahan Kaert sebanyak 7,5 x 105
CFU gr-1, pada lahan Kelapa Sawit sebanyak 2,2 x 105 CFU gr-1 dan lahan Kayu
Manis sebanyak 3,4 x 105 CFU gr-1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah total
mikroorganisme baik fungi maupun bakteri, artinya setiap jenis tanaman akan
memiliki kontribusi dan keterkaitan yang berbeda terhadap mikroorganisme
disekitarnya semakin banyak variasi mikroorganisme yang ada akan mempengaruhi
pertumbuhan jenis tanaman diatasnya.
6
Laporan Akhir Penelitian
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan karunia-Nya jualah sehingga penelitian yang berjudul Kandungan
Mikroorganisme Pada Tiga Jenis Penutupan Lahan dapat diselesaikan tepat pada
waktu yang ditentukan. Penulisan penelitian adalah
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Teman-teman sejawat yang
membantu pekerjaan penelitian, Penyandang dana sehingga penelitian ini dapat
dilaksanakan serta rekan-rekan yang mendorong dan memotivasi penelitian ini,
semoga segala bantuan mendapat balasanNYA.
Segala bentuk kritik dan saran yang dapat menyempurnakan hasil penelitian
ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
berguna bagi kita semua. Aamiin.
Banjarbaru, Desember 2012
Hj. Dina Naemah, S.Hut,MP
7
Laporan Akhir Penelitian
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Berbagai Unsur Pada Tanah Podzolik Atau Tanah Hutan
Abu-Abu (Glinka) …………………………………………………….. 7
2. Pengaruh beberapa perlakuan atas tanah pada keadaan
populasi mikroorganisme dalam tanah………… ……………………… 10
3. Mikroorganisme dalam 1 gram tanah sebagaimana ditentukan
secara langsung dengan metode mikroskopik (dari Richter)…………. 10
4. Desa, Luas Desa dan Ketinggian dari Permukaan Laut ..................... 19
5. Total Fungi dan Bakteri Lokasi Penelitian .......................................... 28
8
Laporan Akhir Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kenampakan Jenis Fungi yang berhasil tumbuh……………………….. 30
2. Hipa dari Fungi …………………………….……………………………… 30
3. Kenampakan mikroskopis jamur …………………………………………. 31
4. Kenampakan jenis bakteri yang tumbuh……………………………….. 32
5. Kenampakan mikroskopis bakteri ......................................................... 33
9
Laporan Akhir Penelitian
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kenampakan Pertumbuhan Fungi……………………………….. 39
2. Kenampakan Pertumbuhan Bakteri…………………………..….. 40
3. Kenampakan Mikroskopis Fungi ......................................................... 41
4. Kenampakan Mikroskopis Bakteri ...................................................... 42
5. Surat Tugas Dinas Penelitian ............................................................... 43
6. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 44
7. Dokumentasi Pelaksanaan Seminar Penelitian…………………………… 45
8. Personalia Tenaga Peneliti……………………………………………….. 46
I. PENDAHULUAN
Kecamatan Loksado merupakan salah satu daerah tujuan wisata di daerah
Kalimatan Selatan. Seiring dengan perkembangan masyarakat maka tatanan
kehidupan masyarakatpun ikut berkembang, salah satunya adalah berubahnya pola
pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan yang pada awalnya banyak menggunakan
tanaman kayu manis yang merupakan cirri khas daerah tersebut beralih perlahan
kepada jenis komiditi yang lain antara lain Kelapa Sawit dan Karet.
Pemanfaatan sumber daya alam pada hakikatnya ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup. Perubahan
pemanfaatan lahan tentunya akan berdampak pada lingkungan disekitarnya, seperti
fluktuasi debit air, kandungan hara tanah, kandungan mikroorganisme tanah, erosi,
10
Laporan Akhir Penelitian
sedimentasi, perubahan bentang alam, hilangnya vegetasi, pencemaran kualitas air
dan lain-lain.
Tanah sebagai ekosistem bukanlah massa mati, ada kehidupan dalam tanah
berupa akar tumbuhan dan flora serta fauna tanah. Sehubungan dengan produk
enzim, CO2 dan beaneka zat organic, kehidupan dalam tanah bertanggung jawab atas
terjadinya perubahan fisik dan kimia tanah. Sifat dan tampakan tanah yang
mengimplikasikan kegiatan hayati ialah nisbah C/N, kadar bahan organik atau
kandungan biomassa tiap satuan luas per volume tanah, tingkat perombakan bahan
organik, pembentukan krotovina dan permintaan oksigen hayati (Notohadiprawiro,
1998).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas tanah
dengan biaya relatif murah tetapi cepat dan akurat adalah dengan menggunakan
organisme dalam tanah sebagai bioindikator. Hal ini telah dilakukan oleh Paoletti et
al., (1991) dalam Greenland dan Szabolcs (1994) di Australia yang menggunakan
fauna tanah dan mikroorganisme sebagai bioindikator pengaruh perubahan
lingkungan. Penentuan bioindikator kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui
perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan. Perbedaan penggunaan lahan
akan mempengaruhi kelimpahan dan komposisi makrofauna tanah (Lavelle, 1994).
Beberapa peniliti menyatakan bahwa pengolahan tanah intensif, pemupukan dan
penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat
menyebabkan terjadinya penurunan biodiversitas makrofauna tanah secara nyata
(Crossley et al., 1992 dalam Pankhurst et al., 1994).
11
Laporan Akhir Penelitian
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dipandang perlu utnuk mengetahui
kelimpahan mikroorganisme sebagai penentu kualitas tanah pada tiga jenis areal
penutupan lahan, yang berbeda, pertanaman kayu manis, kelapa sawit dan karet.
12
Laporan Akhir Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
Tanah normal tersusun dari unsur-unsur padat, cair dan gas, yang secara luas
dapat dibagi dalam kelompok, yaitu:
1. Partikel-partikel mineral, yang dapat berubah-ubah ukuran dan tingkatan
hancuran mekanis dan kimianya, dan partikel-partikel ini meliputi kelompok-
kelompok batu kerikil, pasir halus, lempeng dan lumpur
2. Sisa-sisa tanaman dan binatang, terdiri dari daun-daunan segar yang jatuh,
tunggul, jerami dan bagian-bagian tanaman yang tersisa serta berbagai
bangkai binatang dan serangga, yang kesemuannya membusuk dan hancur
menyatu dengan partikel-pertikel diatas. Residu atau sisa-sisa tanaman dapat
pula berwujud humus atau bahan-bahan humus
3. Sistem-sistem kehidupan, termasuk berbagai kehidupan tanaman lebih tinggi,
sejumlah besar bentuk makhluk/binatang yang hidup dalam tanah seperti
berbagai macam serangga, protozoa, cacing tanah dan binatang penggerat;
demikian pula dengan berbagai algae, fungi, aktinomesetes dan bakteri
4. Air, yang merupakan bentuk-bentuk cairan terdiri dari air bebas dan air
higroskopik, berkandungan berbagai konsentrasi larutan garam-garam
anorganik dan campuran-campuran atau senyawa-senyawa organik tertentu
5. Berbagai gas, atmosfer tanah terdiri dari karbondioksida, oksigen, nitrogen
dan sejumlah gas lainnya dalam konsentrasi-konsentrasi yang lebih terbatas.
13
Laporan Akhir Penelitian
A.1. Kondisi Fisik Tanah
Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan menyebabkan 1rusaknya
struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang penting
bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan
menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi
(peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap
fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan
fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak
dapat berkembang dengan normal tetapi tetap kerdil dan tumbuh merana.
Rusaknya struktur dan tekstur juga menyebabkan tanah tidak mampu untuk
menyimpan dan meresap air pada musim hujan, sehingga aliran air permukaan
(surface run off) menjadi tinggi. Sebaliknya tanah menjadi padat dan keras pada
musim kering sehingga sangat berat untuk diolah yang secara tidak langsung
berdampak pada kebutuhan tenaga kerja.
A.2. Kimia Tanah
Dalam profil tanah yang normal lapisan tanah atas merupakan sumber unsur-
unsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu juga
berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan mikroba.
Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya
memakan waktu ratusan tahun (Bradshaw, 1983) dianggap sebagai penyebab utama
buruknya tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan.
Kekurangan unsur hara esensial seperti nitrogen dan fosfor, toksisitas mineral dan
14
Laporan Akhir Penelitian
kemasaman tanah (pH yang rendah) merupakan kendala umum dan utama yang
ditemui pada tanah-tanah bekas kegiatan pertambangan.
Tanah bekas tambang yang akan ditanam biasanya berupa campuran dari
berbagai bentuk bahan galian yang ditimbun satu sama lainnya secara tidak beraturan
dengan komposisi campurannya sangat berbeda satu tapak ke tapak lainnya. Hal ini
tentunya mengakibatkan sangat bervariasinya reaksi tanah (pH) dan kandungan unsur
hara pada areal-areal yang ditanami. Karena besarnya variasi ini maka sangat
menyulitkan dalam menentukan takaran soil amandement atau soil ameliorant yang
perlu diberikan guna memperbaiki kondisi tanah-tanah tersebut.
A.3. Biologi Tanah
Hilangnya lapisan top soil dan serasah (litter layer) sebagai sumber bahan
organik untuk menyokong kehidupan mikroba potensial merupakan penyebab utama
buruknya kondisi populasi mikroba tanah. Hal ini secara tidak langsung akan sangat
mempengaruhi kehidupan tanaman yang tumbuh di permukaan tanah tersebut.
Keberadaan mikroba tanah potensial dapat memainkan peranan sangat
penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak
saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi
serasah dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah.
Jenis-jenis mikroba tanah yang memberikan banyak manfaat diantaranya
bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat. Selain bakteri, cendawan
mikoriza sangat mutlak diperlukan pada lahan-lahan bekas tambang. Beberapa
tanaman juga sangat tergantung untuk kehidupannya pada jenis cendawan ini (Vogel,
1987). Kemampuan cendawan mikoriza tidak hanya terbatas pada peningkatan
15
Laporan Akhir Penelitian
solubilitas mineral dan memperbaiki absorpsi nutrisi tanaman (terutama fosfat),
tetapi juga dapat mengurangi stres karena temperatur dan serangan patogen akar.
Dengan cara tersebut maka daya hidup dan pertumbuhan tanaman pada lahan
marginal dapat ditingkatkan. Komposisi kualitatif populasi dalam tanah dan
kualitatif alam lingkungannya dapatlah dikatakan adalah sangat tergantung pada
sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relatife dan unsur-unsur
organik dan anorganik. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh
pada tanahnya dan juga berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami tanah itu
adalah demikian berpengaruh. Diantara beberapa faktor lainnya yang mempunyai
pengaruh yang berarti pada komposisi relatif populasi mikroorganisme, yaitu reaksi
yang berlangsung dalam tanah, kadar kelembapan serta kondisi-kondisi serasi.
S.E, waksman (1961) dalam Soil Microbiology telah mengemukakan
gambaran lebih jelas tentang unsur-unsur yang tersusun dalam sejenis tanah tertentu
yang dapat digolongkan sebagai tanah yang baik, yang berkemampuan bagi
pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik.
Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai
bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu
sistem kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa-sisa bahan
organik yang ada dalam tanah. Waksman dan Starkey mengemukan gambaran
mengenai distribusi relatif bahan-bahan penyusun tanah dengan kondisi yang baik
untuk berlangsungnya suatu sistem kehidupan.
16
Laporan Akhir Penelitian
Tabel 1. Komposisi Berbagai Unsur Pada Tanah Podzolik Atau Tanah Hutan Abu-
Abu (Glinka)
Unsur Tanah Horison A1
Zat organik
Bahan Penyubur
(%)
Horison A2
Zat agak
keputihan (%)
Horison B
Lapisan kuning
kecoklatan (%)
Horison C
Dasar granitik
(%)
Bahan organik
SiO2
Al2O3
Fe2O3
Mn3O4
CaO
MgO
K2O
Na2O
10,94
66,86
13,38
1,71
0,04
1,38
0,14
2,36
1,56
1,25
74,01
13,78
1,95
0,04
0,92
0,13
2,28
1,75
2,29
63,60
17,10
4,50
0,08
0,69
0,45
4,12
3,46
-
74,87
13,82
1,92
0,04
0,63
0,40
3,96
2,62
Kehidupan pada
pembakaran
12,78 5,02 6,00 1,21
Sumber: Soil Mikrobiologi, Waksman (1961)
A.4. Mikroorganisme
Tanah dengan nilai produktivitas tanah yang tinggi, tidak hanya terdiri dari
komponen-komponen padat, cair dan udara (gas) saja, akan tetapi harus mengandung
jasad hidup tanah yang cukup banyak. Dengan adanya jasad hidup tanah ini maka
tingkat kesuburan tanah akan dipengaruhinya, karena jasad hidup memegang peranan
penting dalam proses-proses pelapukan bahan organik dalam tanah sehingga unsur
hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman.
Golongan-golongan utama (besar) yang menyusun populasi mikrobiologis
tanah terdiri dari golongan flora dan fauna, golongan flora yang meliputi bakteri
(autotrof, heterotrop), aktinomisetes, fungi dan ganggang (algae), golongan fauna
meliputi protozoa, binatang berderajat agak lebih tinggi, nematoda, cacing tanah.
Bakteri berfungsi meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman,
mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat, mampu membentuk
spora dan ada yang tidak mampu, spora berfungsi untuk mempertahankan diri dari
17
Laporan Akhir Penelitian
lingkungan yang tidak menyenangkan. Bakteri Costvidium pastorianun adalah
bakteri yang dapat memfiksasi/mengikat nitrogen dalam keadaan anaerob, Bakteri
Azotobakter chrococcum adalah bakteri yang dapat mengikat nitrogen dalam keadaan
aerob, Bakteri Nitrobakter yaitu bakteri yang dapat mengubah amonium menjadi
nitrat, Bakteri radicicolas yaitu bakteri yang dapat hidup bersimbiosa dengan
leguminosa.
Aktinomisetes ; tiga genus dari aktinomisetes digambarkan dengan baik
berada di dalam tanah, yaitu spesies Nokardia yang sangat rapat hubungannya
dengan bakteri, spesies yang termasuk genus Streptomyces dan Mikromonospora
adalah lebih rapat hubungannya dengan fungi.
Fungi (cendawan), perkembangannya dapat secara vegetatif dengan
pembentukan spora dan tunas, dan secara generatif yaitu peleburan benang hypa
yang berbeda muatan, hidup pada tempat yang lembab, air sangat dibutuhkan untuk
melarutkan bahan organik dan sebagai alat pengangkut bahan makanan serta
membantu difusi oksigen.
Algae (ganggang) adalah tanaman mikroskopis, tingkat rendah yang
mempunyai klorofil dengan jaringan tubuh yang tidak terdeferensiasi, tidak
membentuk akar, batang dan daun, dapat tumbuh diatas bebatuan yang kering, dapat
membantu pelapukan lapisan atas batu-batuan, sehingga dikenal sebagai tanaman
perintis.
Protozoa adalah binatang yang paling rendah derajatnya, uniselluler, dengan
ukuran yang beragam antara 3 sampai 1000 mikron (umumnya lebih kecil dari 1000
mikron). Protozoa digolongkan menjadi protozoa Ciliate, protozoa Flagellata,
18
Laporan Akhir Penelitian
protozoa Rhizopoda (termasuk amuba), berkemampuan menyerap zat-zat anorganis
dalam bentuk larutan dan berperan dalam pelapukan sisa-sisa bahan organis dan
anorganis.
Nematoda, populasi nematoda (terutama dalam perkembangannya) didalam
tanah cukup besar dan cukup padat, terutama dalam tanah yang tidak berat dan cukup
kadar bahan organisnya. Nematoda berperan sebagai pelapuk bahan-bahan sisa
tanaman dan binatang, inklusif sisa-sisa mikroflora dan mikrofauna lainnya, dapat
merugikan karena dapat karena dapat merusak akar tanaman tetapi sebagian ada pula
yang berperan sebagai pemangsa parasit yang merugikan tanaman.
Cacing tanah mempunyai banyak spesies, ada yang bermanfaat bagi
penyubur tanah, ada pula yang menjadi parasit, parasit fakultatif, khusus yang
bermanfaat bagi penyuburan tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Dapat mempercepat pelapukan sisa-sisa tanaman
2) Kotoran cacing dapat meningkatkan kadar NPK pada tanah yang dihuninya
3) Lorong-lorong yang dibuatnnya dalam tanah memungkinkan masuknya udara
sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dari dalam
tanah
4) Meningkatkan daya serap daya lolos air permukaan ke dalam tanah bagian
bawah (sub soil) yaitu dengan terbentuknya rongga/lorong-lorong dalam
tanah, yang berarti pula membantu mencegah berlangsungnya erosi tanah
19
Laporan Akhir Penelitian
5) Membantu terbentuknya humus-humus dalam tanah, yang dapat mewujudkan
peningkatan daya serap tanah dan meningkatkan ketahanan tanah terhadap
gangguan erosi.
Binatang berderajat agak tinggi termasuk golongan macam-macam serangga,
semut, rayap, kutu, kelabang dan amoeba, kesemuannya berperan membantu
pelapukan dan penghancuran sisa bahan-bahan organik di dalam tanah, tetapi tidak
sedikit pula yang merugikan pada pertumbuhan tanaman.
Tabel 2. Pengaruh beberapa perlakuan atas tanah pada keadaan populasi
mikroorganisme dalam tanah
Perlakuan pada tanah
(*)
Jumlah Dalam Ribuan Per Gram
Reaksi tanah,
pH
Bakteria Aktinomisetes Cendawan
Tanpa pemupukan
Pengapuran
Mineral
Pupuk dan Mineral
Mineral dan Amonium
Sulfat
Mineral, Amonium
Sulfat dan Zat Kapur
Mineral dan Sodium
Nitrit
4,6
6,4
5,5
5,4
4,1
5,8
5,5
3.000
5.210
5.160
8.800
2.690
7.000
7.600
1.150
2.410
1.520
2.920
370
2.520
2.530
60
22
38
73
111
39
46
(*) Mineral = 320 pon KCL, 640 pon Fosfat asam/acre/tahun
Tabel 3. Mikroorganisme dalam 1 gram tanah sebagaimana ditentukan secara
langsung dengan metode mikroskopik (dari Richter)
Tipe tanah Kedalaman
(cm)
Angka dalam ribuan per gram
Bakteria Lembar
miselium
Cendawan Coccus Bacil Sel-sel
Azotobakter
Hutan
Lempung
Coklat
Tanah
Berpasir
0
10
20
0
10
0
10
20
1.379.000
991.000
281.000
870.000
569.000
519.000
407.00
269.00
1.212.000
466.000
169.000
376.000
106.000
192.000
153.000
139.000
1.000
31.000
-
84.000
1.000
79.000
23.000
8.000
47.000
34.000
7.000
5.000
3.000
3.000
19.000
3.000
Sumber: Soil Mikrobiologi, Waksman (1961)
20
Laporan Akhir Penelitian
B. Tiga Jenis Penutup Lahan
B.1. Karet (Hevea Braziliensis)
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya
hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai
dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke
Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa. Pohon
karet dibudidayakan dengan tujuan utamanya untuk diambil getahnya sebagai bahan
utama karet, hingga sekarang.
Pohon karet bisa tumbuh hingga ketinggian 30 meter dan akan mulai diambil
getahnya pada umur 5-6 tahun. Secara ekonomis kayu karet sangat efisien karena
hanya akan ditebang dan dijadikan bahan baku industri furniture ketika sudah tidak
menghasilkan karet. Setelah berumur 25 tahun pohon karet tidak lagi menghasilkan
'latex' sehingga sudah saatnya harus ditebang dan digantikan dengan pohon baru.
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau
dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras.
Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas
antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%. Dengan sistem kiln dry
konvensional, pengeringan kayu karet terhitung cepat dengan jarak waktu antara 10-
14 hari. Tidak terdapat banyak masalah pada kayu melengkung sejauh penyusunan
kayu di dalam KD teratur dengan baik. Secara keseluruhan, penyusutan kayu karet
terhitung kecil, di bawah 2% terutama pada arah Radialnya.
21
Laporan Akhir Penelitian
Kayu karet banyak digunakan sebagai bahan baku furniture di dalam ruangan
terutama furniture di ruang dapur, top table, kitchen set, peralatan dapur misalnya
tatakan pisau, alat masak dan kursi makan sangat cocok menggunakan bahan baku
kayu karet. Oleh karena itu kebanyakan produsen peralatan dapur memiliki stok kayu
karet yang sangat besar. Dengan kondisi minimnya kayu teras pada kayu karet,
penanganan jenis kayu ini harus hati-hati dan tepat waktu. Sangat penting sebagai
sebuah proses utama pada kayu karet adalah dengan melakukan pengawetan
menggunakan bahan kimia agar menghindarkan kayu karet dari blue stain atau
serangga pemakan kayu. Oleh karena itulah setelah penebangan, kayu karet harus
segera direndam atau diawetkan dengan bahan kimia tertentu (dikenal dengan nama
Borax) agar terhindar dari jamur dan serangga.
B.2. Kelapa Sawit
Tanaman sawit membutuhkan persyaratan tumbuh tertentu untuk
menghasilkan produktivitas yang tinggi seperti kondisi iklim, bentuk wilayah dan
sifat tanah. Evaluasi lahan berfungsi untuk menilai kecocokan potensi suatu lahan
dengan syarat tumbuh kelapa sawit, biasanya dilakukan setelah survei dan pemetaan
tanah. Hasil evaluasi kesesuaian suatu wilayah untuk budidaya kelapa sawit akan
menentukan cara pengelolaannya dan gambaran produktivitas yang dihasilkan
secara produksi akan menentukan keuntungan finansial .
Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh kelapa sawit terdiri ats beberapa
faktor seperti :
1) IKLIM
22
Laporan Akhir Penelitian
a. Temperatur udara: 22 – 330 C (optimum 27 0 C).
b. Curah hujan: 1.250 – 3.000 mm/thn (opt 1.750 – 2.500 mm/thn)
c. Bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) < 3 bulan (optimum 0-1
bulan)
d. Kelembaban udara 50 – 90 % (optimum 80 %)
e. Lama penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari
f. Ketinggian tempat < 400 m dpl (optimum < 200 m dpl)
2) CURAH HUJAN
a. Curah hujan optimum dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun
b. Curah hujan < 1.250 mm/tahun dengan bulan kering > 3 bulan
c. Defisit air yang tinggi akan merangsang pembentukan bunga jantan
d. Tanaman kelapa sawit akan lebih toleran terhadap curah hujan > 3.000
mm/tahun
3) KONDISI TANAH
a. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah Podsolik (Ultisol), Latosol
(Oxisol), Resosol (Entisol), Aluvial dan Hidromorfik (Inceptisol),
Andosol (Andisol) dan gambut (Histosol)
b. Kondisi tanah yang baik mengurangi pengaruh buruk curah hujan
yang kurang sesuai.
c. Sifat fisik yang relatif sukar diubah lebih penting untuk penilaian
kesesuai lahan untuk kelapa sawit.
d. Sifat kimia akan lebih berguna untuk pemupukan untuk menghasilkan
produktivitas kelapa sawit yang tinggi
23
Laporan Akhir Penelitian
4) DRAINASE
a. Drainase yang baik dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan
produtivitas kelapa sawit yang tinggi.
b. Drainase yang buruk ditandai dengan kondisi yang tergenang dan
lambatnya air masuk ke lapisan tanah, akan menghambat respirasi dan
penyerapan hara oleh perakaran kelapa sawit.
c. Drainase yang terlalu cepat sebagai akibat kandungan fraksi pasir
tinggi, akan mengurangi kemampuan tanah untuk menahan air
5) TEKSTUR TANAH
a. Tekstur tanah menggambarkan kandungan fraksi pasir, debu dan liat
di dalam tanah.
b. Tekstur tanah yang ideal adalah lempung liat berpasir yang
mengandung fraksi pasir ± 45 % dan fraksi liat 20 – 35 %.
c. Kandungan fraksi pasir yang relatif cukup tinggi berguna untuk
respirasi perakaran tanaman kelapa sawit.
d. Kandungan liat yang relatif cukup tinggi berguna untuk memegang air
dan hara (kapasitas tukar kation/KTK tanah).
6) KEMASAMAN TANAH
a. Kemasaman atau pH tanah digunakan untuk mewakili sifat kimia atau
kesuburan tanah.
b. Menggambarkan kandungan hara, ketersediaan hara di dalam tanah,
kelarutan unsur yang bersifat racun seperti aluminium (Al).
c. Kondisi pH tanah yang optimum untuk tanaman kelapa sawit berkisar
5,0 – 6,0.
24
Laporan Akhir Penelitian
d. Kondisi pH tanah < 5,0 mencerminkan kandungan kation K, Ca dan
Mg dapat ditukar dan kejenuhan basa yang rendah, kelarutan Al yang
tinggi, dan fiksasi hara P yang tinggi.
e. Kondisi pH tanah > 7,0 dikhawatirkan akan mencerminkan
ketersediaan hara mikro yang rendah dan fiksasi hara P yang tinggi.
f. Kondisi pH tanah gambut sekitar 3,5 - 4,0. Kondisi pH tanah gambut
sekitar 4,5 – 5,0 sudah tergolong baik.
Persiapan pembibitan tanaman kelapa sawit selain memperhatikan lokasi juga
harus memenuhi persyaratan media tanam seperti campuran dengan bagian tanah
atas (top soil) yang gembur dengan campuran pasir dan bebas dari organism
pengganggu tanaman.
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit sebaiknya memperhatikan penyiraman,
pengendalian gulma seperti penyiangan gulma serta konsolidasi seperti penambahan
media atau tanah yang kurang, menegakkan polybag. Pemupukan juga merupakan
tindakan pemeliharaan yang perlu diperhatikan selain pengendalian hama dan
penyakit.
B.3. Kayu Manis
Kayu manis termasuk ke dalam famili Lauracea dari ordo Ranales. Famili ini
terdiri dari 47 marga dan lebih dari 1900 jenis. Salah satu genusnya diketahui
mepunyai nilai ekonomis adalah Cinnamomum sp, dimana kayu manis penghasil
kulit kayu manis (cassia vera) termasuk di dalamnya (Rismunandar, 1993).
Permukaan kulit kasar, percabangan lateral, panjang daun 0,6 – 1,2 cm,
tulang daun 3, warna buah ungu tua. Panjang buah 1,156 mm, diameter buah 0,594
25
Laporan Akhir Penelitian
mm. Tinggi tanaman 15 – 30 m, dapat tumbuh diketinggian 0 – 2000 m dari
permukaan laut, tanaman dapat menghasilkan dengan baik pada ketinggian 500 –
1500 dpl (Anonim, 1986 b).
Secara umum menghendaki tanah subur, gembur dengan drainase baik serta kaya
akan organik. Jenis tanah yang sesuai adalah andosol (Zamarel, 1994). Tekstur tanah
berpasir dan gembur darainase sedang – baik dengan pH 5,0 – 6,5 (Abdullah dan
Rusli, 1988).
Jenis Cinnamomum burmanii sp Blume yang lebih dikenal dengan nama
cassia vera umumnya diusahakan oleh rakyat (tanaman perkebunan rakyat) dengan
daerah pengahsil utama Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara (Rusli dan
Abdullahm 1988). Terdapat juga di Jawa Tengah dan Timur, sedikit di Jawa Barat
dan Kalimantan Selatan (Anonim, 1974 dalam Yacob, 1987).
Kulit kayu manis dan hasil olahannya banyak digunakan dalam industri
makan dan minuman, farmasi, kosmetika, rokok dan sebagai (Rusli dan abdullah,
1988). Dengan dosic 0,4 gram/lieter, air kayu manis dapat digunakan untuk
mencegah sakit lambung (Anonim, 1996).
Budidaya tanaman kayu manis oleh para petani dilakukan sistem tumpang
sari untuk dapat menjamin kelangsungan hidup keluarganya (Rismunandar, 1993).
Perbanyakan tanaman kayu manis dapat dilakukan dengan cara vegetatif melalui
cangkok dan stek, cara generatif melalui biji (Rusli dan Abdullah, 1988).
Waktu yang tepat untuk menanam kayu manis pada musim hujan dengan
jarak tanam yang menguntungkan 3 m x 3 m. Bulan pertama setelah penanaman
perlu dilakukan penyiangan rumput guna mempercepat pertumbuhan. Sampai umur
2 tahun masih diperlukan tindakan pembasmian gulma (Rimunandar, 1993).
26
Laporan Akhir Penelitian
Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan serta hasil ikutan
berupa ranting, daun dan akar (Toesahono, 1993). Pemungutan dapat dilakukan 3
kali yaitu pada umur 6 tahun (penjarangan I), umur 10 tahun (penjarangan II), dan
umur 15 tahun (panen sesungguhnya), tunas yang tumbuh dari tunggak berasal dari
penjarangan I dan II ditebang pula pada waktu panen yang terakhir (Rismunandar,
1993).
Kulit kayu manis yang bermutu baik, bagian luarnya nampak bersih, kulit
dapat dikikis dengan pisau agar semua lumut, kotoran lain dan kuliat luar yang
mengeras (gabus) dapat hilang sehingga warna kulit dalam tampak hijau kekuning-
kuningan (Rismunandar, 1993).
Pengeringan adalah suatu proses keluarnya air dari suatu zat sampai kadar air
tertentu sesuai tujuan (Subari, 1989). Kecepatan air menguap dipengaruhi oleh dua
faktor, faktor dalam terdiri dari species, tebal, arah serat, kyu gubal dan kayu teras,
dan faktor luar terdiri dari suhu, kelembaban dan sirkulasi udara (Dumanaw, 1984).
Ada dua cara pengeringan yang lazim dilakukan, yaitu pengeringan secara
alami dan pengeringan buatan menggunakan alat atu mesin pengering. Semua kulit
kayu manis yang akan diperdagangkan harus memenuhi syarat-syarat pengeringan,
yaitu setelah pemungutan diakhiri pada hari pertama disimpan pada tempat
terlindung, selanjutnya dijemur sampai kering (Anonim, 1976) sehingga diharapkan
kulit yang dihasilkan tidak mengalami retak, bengkok atau pecah-pecah yang dapat
menurunkan mutunya.
Banyak air dalam kayu atau produk kayu biasanya dinyatakan sebagai
kandungan air. Kandungan air didefinisikan sebagai berat air, yang dinyatakan
sebagai persen berat kayu bebas atau kering tanur (BKT), karena penbutannya adalah
27
Laporan Akhir Penelitian
berat kering bukan total, kandungan iar yang dihitung dapat melebihi 100%. Cara
yang lazim adalah menimbang contoh uji basah, mengeringkannya dalam tanur oven)
pada suhu 103 2 C untuk mengeluarkan semua air, kemudian membaginya
kembali (Haygreen dan Bowywr, 1989).
C. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
C.1. Keterangan Umum Kecamatan Loksado
Kecamatan Loksado yang beribukota desa Loksado terletak kurang dari 40km
dari Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan desa Kamawakan dan desa
Haratai sebagai desa terjauh dari kabupaten. Kecamatan ini mempunyai luas 33.889
Ha, terbagi atas 11 desa definitive. Desa yang terluas wilayahnya adalah desa Hulu
Banyu yaitu 4.044 Ha dan terkecil adalah desa Loksado dengan luas wilayah sekitar
951 Ha.
Seacar administrasi Kecamatan Loksado berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu
Sungai Selatan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabpaten Tapin dan Kabupaten Banjar
C.2. Geografi dan Topografi Wilayah
Secara geografis di Kecamatan Loksado tegrolong berbukit-bukit dan
merupakan Saerah Aliran Sungai. Kecamatan Loksado secara astronomis terletak
28
Laporan Akhir Penelitian
antara 2o50’55”- 2o52’05” Lintang Selatan dan 115o20’40”- 115o20’40” Bujur Timur.
Secara umum kondisi topografi di wilayah kecamatan Loksado termasuk daerah
pegunungan dengan ektinggian sekitar 200-1650 meter dari permukaan laut. Daerah
berbukit dengan lereng terjal (antara 25% sampai lebih dari 40%) di Kecamatan
Loksado seluas 15.180 Ha. Permukiman berada diwilayah lembah bukit, Pada
daerah-daerah datar dekat sumber air tanah atau sungai. Sungai besar mengalir di
wilayah ini adalah sungai Amandit, yang hulunya berasal dari daerah-daerah hutan
dibagian selatan wilayah Haratai. Sedangkan aliran airnya mengalir kebagian hilir
melintasi sebagian besar daerah-daerah Dayak Bukit Meratus, terus keluar melintasi
daerah-daerah lainnya diluar kecamatan Loksado, melintasi ibukota Kabupaten Hulu
Sungai selatan.
Tabel 4. Nama Desa, Luas Desa dan Ketinggian dari Permukaan Laut
No Nama Desa Luas Desa
(Ha)
Ketinggian dari
permukaan laut
1 Halunuk 3.605 215
2 Panggungan 1.368 250
3 Lumpangi 2.462 250
4 Malinau 3.482 450
5 Hulu Banyu 4.044 300
6 Tumingki 2.891 500
7 Kamawakan 3.696 1000
8 Lok Lahung 3.486 1200
9 Loksado 951 750
10 Ulang 4.118 1000
11 Haratai 3.786 1350
Sumber : badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2002
29
Laporan Akhir Penelitian
C.3. Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Loksado menurut data pokok Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 1999
berypa komplek Podsolik Merah Kuning Pegunungan 14.725 Ha atau sebesar 43%
dan komplek Podsolik Merah Lathosol dan Litosol 18.639 Ha atau mencapai 55%
sertah 525 Ha termasuk jenis lain Komplek Podsolik Merah Kuning dataran atau
Organosol Glei Humus sebesar 1,2%. Luas Kelas tekstur tanah kedalaman efektif
halus sekitar 1.020 Ha dan sedang 32.969 Ha.
C.4. Iklim
Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan untuk daerah sekitar Sungai raya
atau Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 1993-2002 hasil
pengukuran Badan Meterologi dan Geofisika, Balai Wilayah III Stasiun Klimatologi
Kelas I Banjarbaru, termasuk tipe iklim B. Rata-rata curah hujan tahunan sebesar
2264,10 mm/tahun.
C.5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kecamatan Loksado 7.720 jiwa terdiri 3.909 lako-laki dan
3.811 perempuan. Rata-rata penduduk tiap km2 23 jiwa, desa/kelurahan 702 jiwa dan
rumah tangga 4 jiwa (Hulu Sungai Selatan dalam Angka, 2004).
Sumber penghasilan utama di Kecam,atan Loksado adalah pertanian dengan
95% sebagai keluarga petani. Penduduk yang bekerja di sekitar pertanian tersebut
dilihat dari presentase pengolahan lahan terdiri dari 91.91% pemilik sekaligus
penggarap dan 4,64% sebagai penggarap.
30
Laporan Akhir Penelitian
Fasilitas pendidikan di Kecamatn Loksado untuk Sekolah Dasar sudah
menyebar di seluruh desa, dengan tersedianya sarana pendidikan dasar pada setiap
desa diharapkan tingkat buta huruf akan semakin berkurang. Pendidikan tingkat
SLTP masih berasa di ibukota kecamatan yaitu di Loksado dan untuk pendidikan
SLTA harus ke ibukota kabupaten. Di Kecamatan Loksado juga terdapat program
paket A dan paket B dalam upaya pemberantasan buta huruf, serta terdapat 2
kelompok SMP terbuka.
Masyarakat Kecamatan Loksado terdiri dari berbagai agama dan kepercayan
sehingga disemua desa sebanyak 9 buah serta Langgar/Surau sebanyak 17buah. Etnis
atau suku terbesar yang ada di Kecamatan Loksado terdiri dari suku Dayak Bukit dan
Suku Banjar, sedangkan suku yang lain sepeti Jawa, Madura tergolong sedikit.
Penganut agama terbesar adalah agama islam dan yang kedua adalah agama
kaharingan dan ketiga adalah Kristen protestan, untuk pemeluk agama seperti
Katolik, Hindu dan Budha relative sedikit. Kegiatan institusi social lainnya berupa
karang taruna, PKK, Sarikat kematian dan majelis ta’lim.
C.6. Aksesibilitas
Perjalanan menuju wilayah kecamatan Loksado dari ibukota Kabupaten dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, pada umumnya sarana
perhubungan di Kecamatan Loksado sudah cukup baik dan terletak kurang lebih 40
km dari ibukota Hulu Sungai Selatan. Jalan anatar desa telah dapat dilewati melalui
darat. Dari 11 desa di Kecamatan Loksado sebagian besar sudah berupa aspal
kecuali desa Tumingki dan desa Kamawakan yang bila hendak ke ibu kota
kecamatan haruslah berjalan kaki. Untuk lokasi penelitian, desa Loksado, desa Hulu
31
Laporan Akhir Penelitian
Banyu dan desa Lok lahung dapat ditempuh dengan menggunakan kendaran roda
empat dan roda dua sampai kepusat desa.
C.7. Desa Lok Lahung
a) Kondisi Fisik
Desa Lok Lahung memiliki luas wilayah sekitar 3.486 Ha. Letak desa dari
ibukota kecamatan sejauh 2 km dan jarak dai ibukota kabupaten sejauh 40
km atau dengan waktu tempuh 1,5 jam. Teridri dari 4 RT dan 2 RW.
Adapun batas desanya adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Haratai
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu
- Sebelah Selatan berbatsan dengan Desa Tumingki
- Sebelah Barat berbatsan dengan Desa Loksado
Topografi desa Lok Lahung berbukit-bukit dengan ketinggian dari
permukaan laut 1200 meter yang terdiri atas dataran 126 Ha dan
perbukitan 3.360 Ha.
b) Kependudukan
Jumlah penduduk desa lok lahung berdasarkan hasil registrasi penduduk
pertengahan tahun 2010 adalah 720 orang dengan 154 kepala keluarga.
Apabila jumlah penduduk dibagi dengan banyaknya keluarga akan terlihat
rata0rata jumlah anggota keluarga, setiap anggota keluarga hanya terdiri
dari 4-5 anggota keluarga. Di desa Lok Lahung terdapat 5 balai adat yaitu
balai Malaris, Manutui, Luapanggang, Manakili I dan Manakili II.
32
Laporan Akhir Penelitian
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah mikroorganisme
khususnya fungi dan bakteri dan melihat perbedaan yang terdapat pada penutupan
lahan Kelapa Sawit, Karet dan tanaman Kayu Manis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak-
pihak terkait tentang kualitas tanah ditinjau dari aspek keragamaan mikroorganisme
yang terkandung sehingga memungkinkan digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan jenis penutupan lahan yang baik.
33
Laporan Akhir Penelitian
IV. METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai
Selatan Kalimantan selatan. Waktu penelitian dilakukan selama 30 hari sejak awal
Desember sampai akhir Desember 2012, meliputi pengumpulan data, pengolahan dan
penyusunan laporan penelitian.
B. Alat, Bahan dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Sekop atau alat untuk mengambil contoh tanah
2) Soil tester , untuk mengukur pH tanah secara langsung
3) Plastik ukuran 1 kg untuk memasukkan sampel tanah
4) Kotak steoroform untuk menyimpan sementara sampel
5) Sprayer untuk menyiram larutan perlakuan pada tanah sampel
6) GPS (Global Positionong System)
7) Alat Dokumentasi.
8) Peralatan uji laboratorium
34
Laporan Akhir Penelitian
Bahan yang digunakan adalah:
1) Tanah pada tiga penutupan lahan
2) Bahan uji laboratorium
3) Larutan fisiologis 0,85 %
4) Nutrient Agar (NA) 410 ml untuk bakteri
5) Potato Dextrose Agar (PDA) 410 ml untuk jamur
6) Alkohol 70 %
7) Masing-masing sampel tanah sebanyak 5 gr
8) Sabun cuci
Objek penelitian ini adalah tanah yang berada disekitar tegakan Karet, Kelapa Sawit
dan Kayu Manis.
C. Metodologi
1. Pengambilan data primer (sampel tanah) :
a) Menentukan titik pengambilan sampel
b) Tanah diambil masing-masing lokasi sehingga diperoleh 3 unit sampel
dengan menggunakan teknik Purvosive Sampling dengan
pertimbangan agar pengambilan sampel tanah pada areal penelitian
benar-benar dapat mewakili.
c) Sampel tanah disimpan dalam kantong plastik dan dimasukkan
kedalam kotak steorofoam, agar kondisi tanah tetap terjaga.
35
Laporan Akhir Penelitian
d) Sampel ditempatkan pada ruang laboratorium untuk diberi perlakuan.
2. Uji Laboratorium
Uji laboratorium untuk mengetahui koloni dan total dari mikrobiologi tanah
(bakteri dan jamur).
a) Memasukkan larutan fisiologis ke dalam tabung reaksi
b) Mensterilisasi alat dan bahan di dalam autoclave
c) Membuat media NA (untuk bakteri) dan PDA (untuk jamur)
d) Menimbang masing-masing sampel tanah sebanyak 5 gr dan
memasukkannya ke dalam larutan fisiologis
e) Melakukan pengenceran sample tanah
f) Melakukan penanaman sampel tanah ke dalam cawan petri
Menambahkan media NA (untuk bakteri) dan PDA (untuk jamur) ke
dalam cawan petri yang sudah berisi sampel tanah yang sudah di
lakukan pengenceran
g) Membungkus cawan petri dengan plastik dan membiarkan selama satu
minggu, setelah itu lakukan pengamatan untuk menghitung jumlah
koloni jamur dan bakteri yang tumbuh
h) Menghitung koloni pada cawan
36
Laporan Akhir Penelitian
D. Analisa Data
1) Data yang diamati pada keberadaan jenis jamur dan bakteri
2) Pengamatan lainnya ditunjukkan melalui foto kenampakan koloni
jamur dan bakteri
3) Data yang diperoleh akan dibandingkan terhadap perbedaan jenis penutupan
lahan yang tetap mengacu pada jumlah koloni jamur maupun bakteri.
37
Laporan Akhir Penelitian
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data hasil uji tanah, diperoleh total fungi dan bakteri berdasarkan
perbedaan tiga jenis penutupan lahan sebagai berikut :
Tabel 5. Total Fungi dan Bakteri Lokasi Penelitian
No Jenis Penutup Lahan Mikroorganisme
Total Fungi Total Bakteri
1 Kelapa Sawit 9,1 x 105 CFU gr-1 2,2 x 105 CFU gr-1
2 Karet 8,3 x 105 CFU gr-1 7,5 x 105 CFU gr-1
3 Kayu Manis 1,4 x 106 CFU gr-1 3,4 x 105 CFU gr-1
Hasil yang diperoleh pada tabel tersebut menunjukkan bahwa baik fungi
maupun bakteri akan berbeda jumlahnya pada setiap perbedaan jenis tanaman yang
berada diatasnya, hal ini menunjukkan bahwa kandungan mikroorganisme
bergantung pada setiap proses yang terjadi dilingkungan dimana tanaman dan
mikroorganiasme tersebut saling berinteraksi. Fungsi mikroorganisme tanah
mempunyai peranan sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup
tanaman sebagai penyedia unsur hara dan aktif dalam dekomposisi serasah maupun
dalam proses-proses pelapukan bahan organik.
Keberadaan mikroba tanah (bakteri dan fungi) pada ke tiga sampel tanah
berbeda, total fungi terbesar tampak pada kayu manis (1,4 x 106 CFU gr-1) berurutan
setelahnya pada tanaman tanaman kelapa sawit (9,1 x 105 CFU gr-1) dan karet (8,3 x
105 CFU gr-1) hal ini dapat terjadi karena baik pada tanaman kayu manis sudah
ditanam lebih lama lama dibanding dua jenis tanaman lainnya, hal ini menunjukkan
38
Laporan Akhir Penelitian
bahwa sudah terjadi kesesuaian antara tanaman lokal tersebut dengan habitatnya
sehingga mikroorganisme yang tumbuh juga banyak.
Pada dua jenis tanaman yang lain meskipun tidak sebanyak tanaman kayu
manis tetap ditemui jenis fungi yang dapat tumbuh untuk sementara kemungkinan
tumbuhnya fungi tersebut bisa berasal dari asupan pupuk yang diperoleh tanaman
baik pada masa perbanyakan tanaman maupun pada perlakuan pemeliharaan.
Kastono (2005) menyatakan bahwa pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah
kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat.
Pendapat lain Tedja Imas dan Yadi Setiadi, (1987), beberapa jenis jamur
dapat bertahan hidup di tanah tertentu karena memiliki mycelium vegetatif
(chlamidospora) yang tahan terhadap serangan selama periode-periode tak aktif
(dormansi) karena punya dinding-dinding yang tebal dan sering berpigmen.
Mycelium dapat pula berubah untuk membentuk tubuh-tubuh khusus yang disebut
skletoria, struktur ini merupakan hyfa yang kompak, massa yang bundar, terbungkus
rapat, bercabang berulang dengan permukaan-permukaan sebelah luarnya terdiri dari
sel-sel yang berdinding tebal sekali dengan cadangan makanan melimpah dan
tercampur pigmen-pigmen seperti melanin.
Jamur dapat tumbuh pada dan disekitar tanaman, ada yang bersifat menguntungkan
ada pula yang dapat menyebabkan kerugian bagi tanaman, pada penelitian ini tidak
diketahui jenis jamur yang didapati namun peneliti hanya mengharapkan bahwa jenis
fungi dapat tumbuh sehingga dapat dijadikan indikator bahwa kehidupan
mikroorganisme masih berlangsung artinya pada penutupan tersebut masih
menyebabkan pengaruh positif untuk mikroba.
39
Laporan Akhir Penelitian
Gambar 1. Kenampakan Jenis Fungi yang berhasil tumbuh
Menurut Agrios (1997) telah mengelompokkan jamur menjadi 2 kelompok
besar yaitu kelompok psedofungi (jamur semu) yang dulunya dikenal sebagai jamur
rendah dan kelompok true fungi (jamur sejati) yang dulunya dikenal dengan nama
Eumycota atau Mycetae. Kelompok jamur ini memiliki ciri-ciri antara lain :
memproduksi miselium, dinding terdiri atas glucan dan chitin serta tidak mempunyai
khloroplas.
Gambar 2. Hipa dari Fungi (400 x)
40
Laporan Akhir Penelitian
Keberadaan jamur dapat menyebabkan beberapa keuntungan bagi tanaman,
diantaranya dapat memacu pertumbuhan, biasanya jenis-jenis jamur ini disebut
dengan jenis jamur yang menguntungkan sedangkan fungsi fungi sebaliknya disebut
sebagai jamur penyebab penyakit pada tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh
Naemah, D. (2002) menyebutkan bahwa efek tidak langsung keberadaan jamur
menyebabkan asosiasi yang terjadi dapat membantu penyerapan air dan berbagai
unsur hara sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Disamping itu zat
gula yang dihasilkan oleh tanaman dapat membantu terhadap aktivitas metabolisme
jamur yang tumbuh pada permukaan De la cruz (1982) yang dikutip oleh Omon
(1996).
Secara makroskopis fungi dapat terlihat sebagai berikut :
Gambar 3. Kenampakan mikroskopis jamur
Jumlah bakteri pada tiga penutupan lahan tertinggi ditemui pada jenis Karet
(7,5 x 105 CFU gr-1) dan berturut – turut diikuti oleh jenis kayu manis (3,4 x 105 CFU
gr-1 ) dan kelapa sawit (2,2 x 105 CFU gr-1). Angka tersebut dapat dipengaruhi oleh
banyak hal baik lingkungan maupun perlakuan yang berasal dari luar (manusia).
Angka total bakteri berada dibawah total fungi hal ini diperkuat oleh pernyataan Rao
41
Laporan Akhir Penelitian
(1994) bahwa beberapa peneliti bahwa agregat berpengaruuh terhadap berbagai
kelompok mikroorganisme yang dalam urutannya memang didominasi oleh fungi
sebelum bakteri.
Pemeliharaan tanaman terhadap hama biasanya menggunakan beberapa jenis
insektisida baik organic maupun organic, kegiatan ini tentu saja bertujuan untuk
mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman, secara tidak langsung efek
sisa dari kegiatan ini dapat menyebabkan penekanan berkembangnya beberapa
mikroba bakteri.
Gambar 4. Kenampakan jenis bakteri yang tumbuh
Rao (1994) menyatakan bahwa dalam tanah yang normal terdapat 10 – 100
juta bakteri didalam setiap gram tanah, mengacu kepada hal tersbut maka yang
paling mendekati adalah total fungi yang didapati pada contoh tanah yang ditumbuhi
oleh karet. Protoplas bakteri dapat menyebabkan sumbangan nutrisi besar bagi tanah
yang dibantu oleh sekelompok penyusun biologis yang menyertainya.
Sistem perakaran tanaman ikut berpengaruh dalam memberikan status materi
organik tanah, idealnya sistem perakaran yang dimaksud adalah memiliki
42
Laporan Akhir Penelitian
kemampuan menyebar secara cepat dan dapat menembus agregat tanah serta lapisan
tanah untuk menyerap air dan mineral.
Gambar 5. Kenampakan mikroskopis bakteri
Menentukan kandungan total bakteri dalam tanah sangat dipengaruhi
olehtekstur, kandungan air dan substrat organic yang terdapat dalam tanah. Selain itu
faktor pembatas pada bakteri juga akan sangat mempengaru total bakteri (Rao, 1994)
Bakteri dalam pertumbuhannya memerlukan asam amino dan vitamin B, karbon serta
karbondiokssida. Kelompok fungi lebih banyak ditemui dibandingkan bakteri, hal
ini dapat disebabkan karena fungi lebih dapat bertahan dalam keadaan tanah yang
lebih asam.
Berdasarkan beberapa asumsi dan hasil pengujian maka ada kemungkinan
terjadi perubahan total mikroorganisme ketika terjadi perubahan yang disebabkan
perbedaan jenis tanaman yang tumbuh diatasnya dengan kata lain terjadi perubahan
rizosfer. Yang perlu dikaji lebih lanjut adalah jeni-jenis fungi atau bakteri yang
tumbuh sehingga akan dapat diketahui bahwa jenis-jenis tersebut menguntungkan
atau justru menyebabkan gangguan pada tanaman.
43
Laporan Akhir Penelitian
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1) Total mikroorganisme fungi yang ditemui pada tiga jenis tanaman
yang berbeda adalah : kayu manis (1,4 x 106 CFU gr-1) ; kelapa sawit
(9,1 x 105 CFU gr-1) dan karet (8,3 x 105 CFU gr-1)
2) Total mikorganisme bakteri yang ditemui pada tiga jenis tanaman
adalah : Karet (7,5 x 105 CFU gr-1) ; kayu manis (3,4 x 105 CFU gr-1 )
dan kelapa sawit (2,2 x 105 CFU gr-1)
3) Total fungi terbanyak ditemui pada tanah yang berasal dari tanah
pertanaman Kayu Manis sedangkan Total bakteri terbanyak ditemui
berasal dari tanah pertanaman Karet (Hevea braziliensis)
B. Saran
Beberapa hal yang dapat kami sampaikan sebagai saran adalah sebagai
berikut :
1) Sebaiknya dilakukan peneltian lebih lanjut untuk mengetahui species fungi
maupun bakteri sehingga dapat diketahui status pengelompokkannya
2) Perlu dikaji lebih lanjut bersama-sama dengan fator lingkungan lainnya
seperti kadar keasaman, nilai erosi dan lain-lain sehingga dapat diambil
kebijakan pemilihan jenis untuk dikembangkan dan perbaikan lahan tentunya
untuk mengurangi dampak negative bagi lingkungan
44
Laporan Akhir Penelitian
3) Perlu telaah sosial budaya tentang keinginan jenis tanaman yang disukai
masyarakat kemudian disinkronkan dengan pengangkatan budaya lokal serta
ciri khas daerah setempat.
45
Laporan Akhir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 2002. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Bradsaw, R., A.J. Burt dan D.J. Read. 1983. The biology of micorrhiza in the
Ericaceae. VIII. The role of mycorrhizal infection in heavy metal resistance. New
Phytol. 91 : 197-209.
Dwijosaputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Hadi,A dan K. Sabamoto. 2002. Pemanfaatan Cendawan mikoriza untuk
Rehabilitasi Lahan. Seminar Nasional IPTEK Diversifikasi Usaha Tani Terpadu.
Himpunan Mahasiswa budidaya pertanian, Unlam. Banjarbaru.
Hadi, Soetrisno. Patologi Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Bogor
Hendromono. 1987. Peranan Mikoriza Dalam Penyerapan Hara Pada
Tanaman Pinus. Majalah Duta Rimba 89 – 90/XIII/1987.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan
Pengembagan Kehutanan Departemen Kehutanan. Penerbit Yayasan Sarana
Wana Jaya, Jakarta.
Imas T dan Yadi Setiadi. 1987. Mikrobiologi Tanah. Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Lembaga Sumber daya Informasi-
IPB. Bogor
Imos, T., Hadioetomo, R.S., Gunawan,A.W., Setiadi,Y. 1989. Mikrobiologi
Tanah II. Departemen P dan K Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB, Bogor.
Mulyana, R. Omon. 1996. Pengaruh Beberapa Jamur Mikoriza dan Media
Terhadap Pertumbuhan Stek Shorea leprosula Mid. Di Rumah Kaca Wanariset
Samboja, Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Kehutanan, Vol. 16 No : 2 Balai
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan.
46
Laporan Akhir Penelitian
Naemah. 2002. Introduksi Trichoderma Terhadap Perkembangan Mikoriza
Pada Akar Pinus Merkusii Jungh. et, de vriese, Jurnal Ilmiah Hutan Tropis
Borneo. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Tidak Dipublikasikan.
Pujiyanto. 2001. Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur mikoriza dan Bakteri dalam
system Pertanian. Institut Pertanian Bogor. www.hayati-
ipb.com/users/rudyct/indiv 2001/ pujiyanto.htm II/09/03
Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Indonesia, Jakarta
Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikro Organisme Dalam Kehutanan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suseno, B.S.A dan Duljapar,K. 1996. Kayu Komersil. PT Penebar Swadaya,
Jakarta.