25
KEPELAUTAN (Bahan penyuluhan Ditkapel, Ditjen Hubla) Bahwa untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang memiliki keahlian, kemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan cakap untuk melakukan tugasnya diatas kapal sesuai dengan jabatannya dengan mempertimbangkan tonase kapal, tata susunan permesinan kapal dan daerah pelayaran. Dalam UU No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 10 menyatakan bahwa pengawakan kapal adalah salah satu faktor kelaiklautan kapal. Oleh karena itu memerlukan pengawasan dan pembinaan yang terus menerus baik dari segi perlindungan, kesejahteraan, pengetahuan, segi disiplin maupun penempatannya/formasi susunan perwiranya di atas kapal agar terwujudnya keselamatan pelayaran, sedangkan dalam Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa Yang dimaksud awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil. I. Persyaratan bekerja sebagai Awak Kapal. Untuk bekerja sebagai awak kapal harus memenuhi persyaratan sbb: 1. Memiliki Sertifikat Kepelautan 2. Memiliki badan yang sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu dari Rumah Sakit yang ditunjuk 3. Pengukuhan (Endorsement) bagi yang akan memegang jabatan minimal sebagai Officer on Watch (OOW) 4. Memiliki Perjanjian Kerja Laut 5. Memiliki Buku Pelaut 6. Disijil 7. Memiliki Buku Kesehatan (yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Pelabuhan) 8. Memiliki Pasport (bagi yang berlayar ke luar negeri yang diterbitkan oleh Imigrasi Pelabuhan) Ad. 1. Sertifikat Kepelautan (Sertifikat Keahlian Pelaut dan atau Sertifikat Keterampilan Pelaut) 1

Ke Pela Utan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ke Pela Utan

KEPELAUTAN(Bahan penyuluhan Ditkapel, Ditjen Hubla)

Bahwa untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang memiliki keahlian, kemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan cakap untuk melakukan tugasnya diatas kapal sesuai dengan jabatannya dengan mempertimbangkan tonase kapal, tata susunan permesinan kapal dan daerah pelayaran.

Dalam UU No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 10 menyatakan bahwa pengawakan kapal adalah salah satu faktor kelaiklautan kapal. Oleh karena itu memerlukan pengawasan dan pembinaan yang terus menerus baik dari segi perlindungan, kesejahteraan, pengetahuan, segi disiplin maupun penempatannya/formasi susunan perwiranya di atas kapal agar terwujudnya keselamatan pelayaran, sedangkan dalam Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa Yang dimaksud awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.

I. Persyaratan bekerja sebagai Awak Kapal.

Untuk bekerja sebagai awak kapal harus memenuhi persyaratan sbb:

1. Memiliki Sertifikat Kepelautan2. Memiliki badan yang sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan berdasarkan

hasil pemeriksaan kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu dari Rumah Sakit yang ditunjuk

3. Pengukuhan (Endorsement) bagi yang akan memegang jabatan minimal sebagai Officer on Watch (OOW)

4. Memiliki Perjanjian Kerja Laut5. Memiliki Buku Pelaut6. Disijil7. Memiliki Buku Kesehatan (yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan

Pelabuhan)8. Memiliki Pasport (bagi yang berlayar ke luar negeri yang diterbitkan oleh

Imigrasi Pelabuhan)

Ad. 1. Sertifikat Kepelautan (Sertifikat Keahlian Pelaut dan atau Sertifikat Keterampilan Pelaut)

Sertifikat Kepelautan membuktikan bahwa yang bersangkutan telah memiliki keahlian dan atau keterampilan sebagai awak kapal.

a. SERTIFIKAT KEAHLIAN PELAUT.

Jenis Sertifikat Keahlian Pelaut :

1) Kapal Niaga :- Dek : ANT-I s/d ANTD - Mesin : ATT-I s/d ATTD

2) Kapal Ikan :Dek : ANKPIN-I s/d ANKPIN-III Mesin : ATKPIN-I s/d ATKPIN-III

1

Page 2: Ke Pela Utan

3) Kapal Layar Motor :- Dek : SK MPR TK. I dan SK MPR TK. II- Mesin : SK JMPR TK. I dan SK JMPR TK. II

4) Kapal Layar/Kapal Motor (ukuran dibawah 100 M3)- Surat Keterangan Kecakapan 30 Mil-Dek/Mesin- Surat Keterangan Kecakapan 60 Mil-Dek/Mesin

5) Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika :- Sertifikat Radio Elektronika Klas I;- Sertifikat Radio Elektronika Klas II;- Sertifikat Operator Umum;- Sertifikat Operator Terbatas.

b. SERTIFIKAT KETERAMPILAN PELAUT

Jenis Sertifikat Keterampilan Pelaut :

1) Sertifikat Keterampilan Dasar Keselamatan Bagi Pelaut (Basic Safety Training)

2) Sertifikat Keterampilan Khusus :

a) Sertifikat keterampilan pemadam kebakaran tingkat lanjutan (Advance Fire Fighting)

b) Sertifikat keterampilan pertolongan pertama (Medical First Aid)

c) Sertifikat keterampilan perawatan medis diatas kapal (Medical Care on board).

d) Sertifikat keterampilan sekoci penyelamat cepat (Fast Rescue Boat)

e) Sertifikat ROC for the GMDSSf) Sertifikat GOC for the GMDSSg) Sertifikat Familiarization kapal tangki (Tanker

Familiarization)h) Sertifikat Familiarization kapal tangki pengangkut minyak

(Oil Tanker Familiarization)i) Sertifikat Familiarization kapal tangki pengangkut gas

(Liquited Gas Tanker Familiarization)j) Sertifikat Familiarization kapal tangki pengangkut bahan

kimia cair (Chemical Tanker Familiarization)k) Sertifikat Pengendalian Manajemen pengendalian krisis

dan perilaku manusia (Crisis Management and Human Behaviour)

l) Sertifikat Manajemen Pengendalian Kekacauan (Crowd Management)

m) Sertifikat keterampilan pengoperasian radar simulator dan alat bantu plotting radar otomatis (Radar observation and Automatic Radar Plotting Aid Simulator/ARPA Simulatior)

n) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-Ro

o) Sertifikat keterampilan penggunaan pesawat luput maut dan sekoci penyelamat (Survival Craft and Rescue Boat)

2

Page 3: Ke Pela Utan

a. Penandatanganan Sertifikat Kepelautan :

1). Atas nama Direktur Jenderal Perhubungan Laut Direktur Perkapalan dan Kepelautan berwenang menandatangani Sertifikat Keahlian Pelaut dan Duplikat sertifikat untuk tingkat sertifikat ANT-I/ATT-I sampai dengan ANTD/ATTD serta pengukuhan untuk tingkat sertifikat ANT-I/ ATT-I sampai dengan ANT-V/ATT-V.

2). Direktur Perkapalan dan Kepelautan dapat melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Sub Direktorat Kepelautan untuk menandatangani Sertifikat Keahlian Pelaut dan Duplikat sertifikat untuk tingkat sertifikat ANT-V/ATT-V dan sertifikat ANTD/ATTD serta pengukuhan untuk tingkat sertifikat ANT-I/ATT-I sampai dengan ANT-V/ATT-V.

b. Penerbitan, Registrasi dan Legalisasi Sertifikat Keahlian Pelaut :

1) DIRKAPEL atas nama DIRJEN HUBLA menerbitkan dan meregistrasi Sertifikat Keahlian Pelaut.

2) Kepala UPT DIKLAT, Kepala Unit DIKLAT melaporkan Sertifikat Keterampilan Pelaut yang diterbitkan untuk diregistrasi.

3) Legalisasi foto copy Sertifikat Keahlian Pelaut dilaksanakan oleh DIRKAPEL.

4) Legalisasi foto copy Sertifikat Keterampilan Pelaut dilaksanakan oleh Pejabat yang menerbitkan.

Ad. 2. Sertifikat Kesehatan yang diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu dari Rumah Sakit yang ditunjuk

Dasar Hukum :

a. Keputusan Dirjen Hubla No.DL.22/1/1-99 tanggal 26 Januari 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengujian dan Penilaian Tingkat Kesehatan bagi Tenaga Fungsional Pelayaran

b. Keputusan Dirjen Hubla No.UM.48/15/11-99 tanggal 28 Oktober 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Rumah Sakit dan Tim Penguji dan Penilai Tingkat Kesehatan Tenaga Fungsional Pelayaran

c. Mengacu kepada Keputusan Dirjen Hubla tersebut diatas, sampai saat ini telah ditetapkan sejumlah Lembaga/Institusi Penguji Kesehatan Sebagai Pelaksana Pengujian dan Penilaian Tingkat Kesehatan Bagi Tenaga Fungsional Pelayaran, yaitu :

1. RS. Pelabuhan Surabaya2. RSUD Serang3. RS.PELNI Petamburan4. RS.Pelabuhan Jakarta5. RSU Belawan Bahagia 6. KPP Ujung Pandang7. RS. Pelabuhan Palembang8. RS. Otorita Batam

3

Page 4: Ke Pela Utan

9. RS.Pelabuhan Cirebon10. Dinas Kesehatan Kota Balik papan11. RS. Samarinda12. RSUD Dumai13. RSUD Cilacap,Jawa Tengah14. RS. Pusat Pertamina, Jakarta Selatan15. Klinik Armada Barat, Jakarta Pusat16. RS. Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat17. Klinik Amanah Medika Pura, Jakarta18. Puri Medika Medical Center, Jakarta Utara19. RS.Pertamina Jaya, Jakarta Pusat20. Koperasi Kesehatan Kerja Pelayaran, Jakarta Utara21. RS. PUSRI, Palembang22. RSUD Bitung23. RSUD Pekan Baru24. RSUD Ulin , Banjarmasin25. Kantor Kesehatan Pelabuhan ,Denpasar26. RSUD, Mataram27. RS.Dr Reksodiwiryo, Padang28. RS. Yos Sudarso, Padang29. RS.Freeport Indonesia, Tembaga Pura30. RSAL Jayapura31. RSAL DR.R. Gandhi AT. Sorong32. RS.Pertamina, Sorong33. RSUD , Sorong34. RSUD Merauke35. RS Casa Medical Centre Batam36. KKP Panjang37. RSUD DR.Soedarso Pontianak38. RS ST. Antonius Pontianak39. RS Theresia Jambi40. RS Pelabuhan Surabaya 41. Poliklinik PIP Semarang42. Klinik Jakarta Marindo43. RSUD Tual44. RS Sukmul Sisma Medika45. KKP Banten46. Klinik Medilab Batam

Ad. 3. Sertifikat Pengukuhan (Endorsement) :

Dasar Hukum :

a. International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978 (STCW-1978) as amended.

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.DL.22/1/6-01 tanggal 23 Mei 2001 tentang Sistem dan Prosedur Penyelenggaraan Ujian Keahlian Pelaut dan Sertifikasi Kepelautan.

c. Keputusan Dirjen Hubla No.PY.67/2/3-01 tanggal 6 November 2001 tentang Pengukuhan Jabatan Bagi Pemilik Sertifikat Keahlian Pelaut Berdasarkan STCW 1978 Amandemen 1995.

4

Page 5: Ke Pela Utan

Persyaratan untuk Pengukuhan :

- Foto copy Sertifikat Keahlian Pelaut - Foto copy Buku Pelaut- Foto copy Sertifikat Keterampilan Pelaut (Oil Tanker Training,

Chemical Tanker Training dan Liquefied Gas Tanker Training) apabila ada.

- Pas Foto ukuran berwarna berukuran 3X4 sebanyak 1 lembar dengan ketentuan baju warna putih, berdasi hitam dan latar belakang biru untuk bagian dek dan latar belakang merah untuk bagian Mesin.

Ad. 4 Perjanjian Kerja Laut (PKL)

a. Dasar Hukum :

1) . Undang Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran Pasal 27.2). KUHD Buku Kedua Bab IV tentang Perjanjian Kerja Laut

Pasal 395 s/d 452 g Jo. STBL. 1938 No.518 . 3). Peraturan Pemerintah Nomor.7 Tahun 2000 tentang

Kepelautan Pasal 1 dan Pasal 18.

4). KEPMENHUB No.KM.164/OT.002/PHB-80 Jo. KEPMENHUB No.KM.20 Tahun 1988 Jo KEPMENHUB No.KM.35 Tahun 1993 Jo KEPMENHUB No.KM.67 Tahun 1999 Jo KEPMENHUB No.KM.63 Tahun 2002 tentang. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan.

5). KEPMENHUB No.KM.24 Tahun 2001 Jo KEPMENHUB No.KM 45 Tahun 2001 Jo KEPMENHUB No.KM.62 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Pelabuhan

6). Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : Py.66/1/4-03 tanggal 18 Desember 2003 tentang tata cara

tetap Pelaksanaan Penyelenggaraan kelaiklautan kapal.

b. PKL ditandatangani oleh Pelaut sebagai buruh, pemilik kapal sebagai majikan dan harus diketahui oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Perhubungan (Pejabat yang berwenang).

c. PKL dibuat rangkap 4 (empat) yaitu untuk Pelaut yang bersangkutan, Pemilik kapal, Nakhoda kapal dan Pejabat yang berwenang.

d. PKL harus memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang antara lain meliputi upah, penunjukan kapal, perjalanan pelayaran, kedudukan awak kapal, jenis pekerjaan, hari libur dan pemutusan hubungan kerja.

5

Page 6: Ke Pela Utan

e. Sebelum Pejabat DITJEN HUBLA mengesahkan PKL, Pejabat tersebut harus yakin bahwa calon Pelaut telah mengerti isi PKL dengan cara :- Membacakan kembali isi PKL.- Menjelaskan isi PKL yang kurang dimengerti oleh Pelaut- Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk

mengajukan hal-hal yang dirasakan memberatkan.

f. Sebelum Pejabat DITJEN HUBLA mengesahkan PKL, harus memperhatikan ketentuan mengenai upah yang tercantum dalam PKL, agar upah minimum bagi awak kapal dengan jabatan terendah tidak boleh lebih rendah dari UMR sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja (sesuai MAPEL DIRJEN HUBLA No.293/PHBL/95 tanggal 29 Agustus 1995) dan No. 39/DII/IV-01 tanggal 25 April 2001

g. PKL bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum kepada awak kapal yang dapat dijadikan alat bukti bila terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak.

h. Jenis PKL yang ada dilihat dari prosedur pembuatan terdiri dari :

1). PKL untuk pelaut yang bekerja di kapal milik perusahaan dalam negeri (kapal berbendera Indonesia)

Materi PKL didasarkan pada : a). UU No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Pasal 97

b). KUHD, Buku Kedua, Bab IV Pasal 395 s/d 452 g , c) Peraturan Peraturan Kecelakaan Pelaut 1940

(SCHOR/Schepelingen Ongevallen Regeling 1940) d). Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang Kepelautan, atau

e). Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara Asosiasi Pelaut di Indonesia/dengan Asosiasi Perusahaan Pelayaran di Indonesia sesuai dengan KonvensiILO No.98 Tahun 1949 yang telah dratifikasi dengan UU No.18 Tahun 1956, bila ada.

2). PKL untuk pelaut yang bekerja di kapal milik perusahaan Asing diluar negeri (kapal berbendera asing).

Materi PKL didasarkan pada:KKB antara Asosiasi Pelaut di Indonesia dengan Asosiasi Perusahaan Pelayaran Asing di Luar negeri / FSEA (Foreign Shipowner Employer Association) atau dengan perusahaan pelayaran asing di luar negeri yang mempekerjakan pelaut warga negara Indonesia (WNI).

i. PKL tidak diwajibkan bagi pelaut yang bekerja pada :- Kapal Motor ukuran kurang dari GT.35- Kapal Layar ukuran kurang dari GT.105- Kapal untuk pelayaran percobaan.

6

Page 7: Ke Pela Utan

Ad.5 BUKU PELAUT

a. Dasar Hukum :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan

2. Keputusan Menteri Perhubungan Laut No.DPLJ.10/1/7 tanggal 1 Pebruari 1962 tentang Buku Pelaut.

3. Keputusan DIRJEN HUBLA No.PY.68/1/11-93 tanggal 29 Nopember 1993 tentang Mekanisme dan Kewenangan Menerbitkan Buku Pelaut.

4. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: Py.66/1/4-03 tanggal 18 Desember 2003 tentang tata cara tetap Pelaksanaan Penyelenggaraan kelaiklautan kapal.

b. Buku Pelaut adalah dokumen yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia yang bekerja sebagai awak kapal di kapal niaga dan kapal perikanan, yang mencantumkan antara lain mengenai keterangan lengkap yang sah tentang pribadi dan hubungan kerja dari pemegang Buku Pelaut dengan pengusaha kapal dan merupakan buku identitas bagi para pelaut.

c. Buku Pelaut tidak diwajibkan bagi pelaut yang tidak diwajibkan membuat PKL.

d. Buku Pelaut diberikan kepada :1. Anak buah kapal yang memiliki PKL yang masih berlaku2. Pemegang Sertifikat Kepelautan.3. Taruna yang akan melaksanakan Praktek Kerja Laut.

e. Sesuai dengan pasal 16, PP.No.7/2000 Buku Pelaut merupakan identitas bagi pelaut dan berlaku sebagai dokumen perjalanan

bagi pelaut yang akan naik di luar negeri atau menuju Indonesia setelah turun kapal di luar negeri.

f. Persyaratan mendapatkan Buku Pelaut

1) Buku Pelaut Baru :Pemohon mengajukan surat permohonan dengan melampirkan :- Surat Pernyataan belum pernah memiliki Buku Pelaut- PKL yang masih berlaku atau copy Ijazah Sertifikat

Keterampilan Pelaut atau Surat Keterangan Prola bagi Taruna yang akan Praktek Kerja Laut.

- Surat Keterangan Masa Berlayar yang diketahui Syahbandar atau KBRI setempat (bila ada)

- Surat Keterangan Sehat dari Dokter yang masih berlaku meliputi sehat jasmani dan rohani, sehat mata dan telinga, sehat jantung dan paru-paru

- Surat Keterangan Kelakuan Baik dari Polisi- Photo copy Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir atau Kartu

Tanda Penduduk yang masih berlaku- Pas photo terbaru ukuran 5x5 cm sebanyak 2 lembar dan

3 x 4 cm sebanyak 2 lembar dengan latar belakang

7

Page 8: Ke Pela Utan

warna biru untuk bagian dek dan warna merah untuk bagian mesin.

2) Penggantian Buku pelaut yang habis masa berlakunya.Pemohon mengajukan surat permohonan dengan melampirkan :- Buku pelaut lama- Surat Keterangan Sehat dari Dokter yang masih berlaku

meliputi sehat jasmani dan rohani, sehat mata dan telinga, sehat jantung dan paru-paru

- Photo copy Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir atau Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku.

- Pas photo terbaru ukuran 5x5 cm sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar dengan latar belakang warna biru untuk bagian dek dan warna merah untuk bagian mesin.

3) Penggantian Buku Pelaut yang hilangPemohon mengajukan surat permohonan dengan melampirkan :- Photo copy Buku Pelaut (bila ada)- Surat Keterangan Kehilangan Buku Pelaut dari polisi

atau photo copy Laporan Kecelakaan Kapal- Surat Keterangan Sehat dari Dokter yang masih berlaku

meliputi sehat jasmani dan rohani, sehat mata dan telinga, sehat jantung dan paru-paru

- Pas photo terbaru ukuran 5x5 cm sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar dengan latar belakang warna biru untuk bagian dek dan warna merah untuk bagian mesin.

- Photo copy Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir atau Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku.

g. Buku Pelaut berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang sebanyak 2 (dua) kali dengan jangka waktu masing-masing 2 (dua) tahun oleh Pejabat yang berwenang menerbitkan Buku Pelaut.

h. Buku Pelaut diterbitkan oleh DIRJEN HUBLA cq. DITKAPEL , ADPEL atau KANPEL yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

i. Selama Pelaut bekerja sebagai awak kapal, Buku Pelaut disimpan oleh Nakhoda kapal.

j. Tanggal dan tempat naik kapal (sign on) harus dicatat dalam Buku Pelaut yang bersangkutan oleh Pejabat yang berwenang.

k. Jika Pelaut turun dari kapal untuk dipindahkan ke kapal lain atau karena hubungan kerja berakhir dan telah dicoret dari Buku Sijil, Nakhoda menyerahkan Buku Pelaut kepada yang bersangkutan setelah dilakukan sign off dan catatan Nakhoda mengenai kondite pelaut yang bersangkutan serta telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

8

Page 9: Ke Pela Utan

l. Bila pindah atau berhenti kerja, masa kerja selama berlayar dalam suatu jabatan di kapal dapat dicatat dalam Buku pelaut yang harus dilakukan oleh Pejabat yang berwenang. Perhitungan masa kerja berlayar berdasarkan tanggal-tanggal pencatatan dalam Buku Pelaut.

Ad.6 Sijil awak kapal :

a. Dasar Hukum :1). KUHD Pasal 375.2). PP.Nomor.7 Tahun 2000 Pasal 15(1),(2)dan(4)

b. Disijil pada Buku Sijil yang harus diselenggarakan pada setiap kapal niaga atau kapal perikanan berbendera Indonesia.

c. Dengan disijil berarti seseorang sudah sah untuk disebut sebagai awak kapal.

d. Untuk disijil, pelaut harus memiliki PKL yang masih berlaku.

e. Penyelenggaraan Buku sijil tidak diwajibkan bagi :

- Kapal motor ukuran kurang dari GT 35

- Kapal layar ukuran kurang dari GT 105

- Kapal untuk pelayaran percobaan.

f. Penyijilan dalam Buku Sijil harus ditandatangani oleh Nakhoda dan Pejabat yang berwenang.

g. Persyaratan Penyijilan.

Permohonan diajukan oleh Perusahaan Pelayaran dengan melampirkan :

- PKL

- Sertifikat Kepelautan

h. Dalam melakukan penyijilan, Petugas yang berwenang wajib tidak memasukkan dalam Buku Sijil setiap pelaut yang :

- Tidak mempunyai PKL

- Tersangkut dalam kejahatan politik

- Anggota ABRI/PNS yang melarikan diri

- Masih ada ikatan kerja dengan perusahaan lain

- Cacat jasmani dan rohani

- Usia kurang dari 16 tahun

II. Susunan Awak Kapal

Dalam UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran Pasal 39 ayat (1) ditetapkan bahwa : ‘”berdasarkan pertimbangan kondisi geografis dan meteorologi, ditetapkan daerah pelayaran tertentu”.

Kemudian dalam ayat (2) ditetapkan bahwa :

9

Page 10: Ke Pela Utan

“Setiap kapal yang beroperasi di daerah pelayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal sesuai dengan daerah pelayarannya”.

Dikaitkan dengan Pasal 1 butir 10 bahwa pengawakan kapal adalah salah satu faktor kelaiklautan kapal, maka pengaturan mengenai susunan awak kapal/penempatan awak kapal di kapal harus disesuaikan dengan daerah pelayarannya, jenis kapal, tonase kapal dan tenaga penggerak kapal. Ketentuan-ketentuan yang mengatur hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kapal Niaga

a. Peraturan Kapal 1935 pasal 111 s/d 114 untuk susunan awak kapal di bawah Perwira (anak buah kapal) pada Kapal Niaga.

b. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 70 tahun 1998 tentang Pengawakan Kapal Niaga.

2. Kapal Layar Motor (KLM)

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut NO.PY.66/1/2-02 tanggal 7 Februari 2002 tentang Persyaratan Keselamatan Bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor sampai dengan GT.500.

3. Kapal Ikan, Kapal Motor dan Kapal Layar

Petunjuk Pengawasan Kapal No. 9. Keputusan Menteri Perhubungan No.KM.46 Tahun 1996 tentang

Sertifikasi Kelaiklautan Kapal Penangkap Ikan Keputusan Menteri Perhubungan No.KM.9 Tahun 2005 tentang

Pendidikan dan Pelatihan, Ujian dan Sertifikasi Kapal Penangkap Ikan. MAPEL DIRJEN HUBLA No. 526/PHBL/92 tanggal 1 Agustus 1992

tentang Persyaratan Pengawakan Kapal Ikan 100 M3 s/d 250 M3. SE Perlindungan Awak Kapal.

III. Perlindungan Awak Kapal.

Dalam rangka perlindungan terhadap tenaga kerja pelaut WNI ada beberapa ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh Perusahaan Pelayaran Indonesia/Perusahaan Perikanan Indonesia bila Perusahaan tersebut memperkerjakan tenaga asing di kapalnya ataupun mengoperasikan kapal niaga asing maupun kapal ikan asing yang beroperasi selama 6 bulan secara tetap di perairan Indonesia. Ketentuan-ketentuan yang mengatur hal tersebut terdiri dari beberapa peraturan yang berbentuk Keputusan Menteri Pertanian, Keputusan Menteri tenaga Kerja, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut ataupun MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut sbb :

Penggunaan Perwira Asing di kapal berbendera Indonesia

a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.55/MEN/81 tanggal 21 April 1981 tentang Pelaksanaan Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing

10

Page 11: Ke Pela Utan

Pendatang (TKWNAP) pada Sektor Perhubungan, mengatur penggunaan perwira asing di Kapal Barang, Kapal Penumpang dan Kapal Ikan berbendera Indonesia yang mengatur hal-hal sebagai berikut:1). Di kapal barang, terbatas untuk jabatan Nakhoda dan Kepala

Kamar Mesin.2) Di kapal penumpang, terbatas untuk jabatan Nakhoda, KKM,

Kepala Pelayan dan Radio Officer.3). Di kapal ikan, terbatas untuk jabatan Nakhoda, KKM, dan

Electrician4). Di kapal tanker, tertutup untuk TKWNAP.

b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-781/MEN/85 tanggal 1 Agustus 1985 tentang Pelaksanaan Pembatasan Penggunaan

Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP) di Sektor Pertanian Sub Sektor Perikanan, yang antara lain mengatur penggunaan perwira asing di Kapal Ikan berbendera Indonesia .

Penggunaan ABK Indonesia di kapal niaga berbendera asing

a. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. 364/836/PHBL/93 tanggal 27 Oktober 1993, yang mengatur bahwa kapal-kapal berbendera asing yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia lebih dari 6 (enam) bulan secara berturut turut harus menggunakan minimal 50% awak kapal warga negara Indonesia dan memenuhi ketentuan persyaratan pengawakan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. DPL. 93/12/16 tanggal 28 Juni 1976.

b. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.40/10/D.III/I/94 tanggal 31 Januari 1994 tentang Pemberlakuan MAPEL No. 364/836/PHBL/93 tanggal 27 Oktober 1993 terhitung mulai tanggal 27 April 1994.

c. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.92/45/D.II/II/94 tanggal 23 Maret 1994 tentang Penerapan MAPEL No. 364/836/PHBL/93 tanggal 27 Oktober 1993 terhadap kapal-kapal tanker asing yang dicharter oleh PERTAMINA.

- Yang dicharter sebelum adanya MAPEL, diberikan dispensasi.- Yang dicharter/setelah terbitnya MAPEL sepenuhnya

mengacu pada MAPEL tersebut.

Penggunaan ABK Indonesia di kapal ikan berbendera asing

a. Keputusan Menteri Pertanian No. 816/KPTS/IK.120/11/90 tanggal

11

Page 12: Ke Pela Utan

1 Nopember 1990 tentang Penggunaan Kapal Perikanan Berbendera Asing dengan cara sewa untuk menangkap ikan di ZEEI, mengatur antara lain : “6 (enam) bulan sejak dikeluarkan SIPI, harus sudah menggunakan ABK Indonesia sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah ABK untuk masing-masing kapal”.

b. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut NO. 336/798/PHBL/93 tanggal 8 Oktober 1993 tentang Pengawasan Kapal-kapal Ikan berbendera Asing dan berbendera Indonesia, mengatur :

- Penggantian bendera kapal ikan asing- Pengawakan kapal ikan asing- Pengawakan kapal ikan Indonesia- Pemeriksaan kapal ikan asing dalam rangka penerbitan

sertifikat keselamatan kapal- Pengawasan ABK WNI di kapal ikan asing.

IV. Sertifikat Pengawakan (Safe Manning Certificate).

1. Dasar Hukum :

a. Solas 1974 chapter V Regulation 13.

b. Resolusi IMO No. A. 481 (XII) tentang prinsip-prinsip pengawakan kapal yang aman (Principles of Safe Manning) diberlakukan mulai 1 Februari 1992 yang direvisi dengan Resolusi IMO No. A 890(21)

c. Telegram DIRJEN HUBLA NO. 89/PHBL/92 tanggal 10 Februari 1992 tentang Pelimpahan Wewenang untuk menerbitkan Sertifikat Pengawakan/Safe Manning Certificate kepada :

- ATHUB Singapura

- ADPEL/Syahbandar Belawan, Dumai, Palembang, Teluk Bayur, Tg. Priok, Semarang, Surabaya, Cilacap, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Ujung Pandang, Bitung, Ambon, Samarinda dan Sorong.

- Telegram KADIT KAPEL No. 060/D.II/VI/92 tanggal 2 Juni 1992 tentang Pengisian Blanko Sertifikat Pengawakan.

2. Negara bendera penandatangan Solas 1974 wajib menerbitkan Sertifikat Pengawakan (Safe Manning Certificate) bagi kapal-kapalnya yang berukuran lebih besar dari GT 500 yang berlayar ke luar negeri.

3. Pada sertifikat dinyatakan bahwa :Kapal telah cukup diawaki dan aman bilamana berlayar ke laut dengan jumlah awak dan jabatan yang tidak kurang dari yang tertera dalam sertifikat.

12

Page 13: Ke Pela Utan

4. Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Pengawakan :a. Surat Ukur/Tonase Kapalb. PK. Mesinc. Daerah Pelayarand. Sertifikat yang dimiliki awak kapal

V. Pengawasan Bidang Pengawakan.

Pengawasan bidang pengawakan meliputi :

1. Pengawasan/pengecekan susunan awak kapal apakah telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Pengawasan/pengecekan terhadap keaslian ijazah awak kapal dan bila ditemukan adanya ijazah palsu atau diduga palsu, maka ijazah ditahan dan dicabut kemudian dibuat Berita Acara Pencabutan untuk diteruskan ke Kantor Pusat DITJEN HUBLA cq. DITKAPEL.

3. Pengawasan/pengecekan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan awak kapal seperti penggunaan tenaga asing di kapal berbendera asing dan kapal ikan berbendera asing yang beroperasi secara tetap di perairan Indonesia yang dioperasikan oleh Perusahaan Pelayaran/Perusahaan Perikanan Indonesia.

4. Pengawasan/pengecekan khususnya terhadap kapal-kapal berbendera Indonesia yang akan berlayar ke luar negeri yang harus dilengkapi Sertifikat Pengawakan (Safe Manning Certificate).

VI. Kesejahteraan Awak Kapal.

Ketentuan mengenai kesejahteraan awak kapal diatur dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan yang meliputi :

a. Jam kerja maksimalb. Waktu istirahatc. Upah minimumd. Hak cuti tahunan e. Hak apabila jatuh sakit atau tertimpa kecelakaan dalam dinas f. Hak atas makanan yang cukup dan tempat tinggal yang pantas g. Hak atas upah pekerjaan lembur bagi awak kapal h. Hak awak kapal yang telah habis kontrak kerjanya i. Ganti rugi kepada awak kapal yang kapalnya karam j. Hak jika awak kapal meninggal dunia di atas kapal.

VII. Pendidikan , Pengujian dan Sertifikasi.

13

Page 14: Ke Pela Utan

Untuk memperoleh Sertifikat Keahlian Pelaut harus mengikuti pendidikan pelaut dan lulus ujian negara kepelautan. Ketentuan-ketentuan yang mengatur hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Sertifikat ANTD/ATTD s/d ANT-I/ATT-I

a. KEPPRES RI No.60 Tahun 1986 tanggal 4 Desember 1986 tentang Pengesahan International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978.

b. Keputusan Menteri Perhubungan No.KM.18 tahun 1997 tanggal

19 Pebruari 1997 tentang Pendidikan dan Latihan, Ujian Negara dan Sertifikasi Kepelautan.

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.DL.22/1/6-01 tanggal 23 Mei 2001 tentang Sistem dan Prosedur Penyelenggaraan Ujian Keahlian Pelaut dan Sertifikasi Kepelautan.

d. MAPEL DIRJEN HUBLA No.081/78/Phbl-99 tanggal 11 Juni 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan KEPMENHUB No.KM.18 Tahun 1997 dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

2. Tingkat MPR/JMPR :

a. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.PY.68/1/5-86 tanggal 1 Juli 1986 tentang Surat Kecakapan Mualim/Juru Motor Pelayaran Rakyat.

b. MAPEL DIRJEN HUBLA No.067/KWT/No.126/PHBL/93 tanggal

24 Pebruari 1993 tentang Pelaksanaan Pengujian, Penandatanganan, Legalisasi dan foto copy SKP dan MPR/JMPR.

c. Keputusan Kepala Badan Diklat No.SK.86/DL.002/Diklat-94 tanggal

29 Januari 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Diklat Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran.

3. Tingkat SKK 30 Mil dan 60 Mil :

a. Petunjuk Pengawasan Kapal No.9.

b. MAPEL DIRJEN HUBLA No.115/D.II/VI/93 tanggal 30 Juni 1993 tentang Kewenangan untuk penerbitan SKK 30 Mil dan 60 Mil, hanya dilaksanakan oleh Syahbandar pada Kantor ADPEL Klas I s/d V, KANPEL Klas II s.d IV dan sepanjang yang bersangkutan memiliki ijazah minimal MPI/AMK-PI dan STTPL Kesyahbandaran Klas IV/V serta harus mendapat ijin dari DJPL/Pusat.

4. Basic Safety Training (BST) :

14

Page 15: Ke Pela Utan

KEPPRES RI No.60 tahun 1986 tanggal 4 Desember 1986 tentang Pengesahan International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978.

Keputusan Dirjen Hubla No.DL.21/2/7-2000 tanggal 25 Pebruari 2000 tentang Pedoman Pemberian Pengakuan Program Pendidikan dan Pelatihan Kepelautan

PENGAWASAN PENGAWAKAN

Pengawasan terhadap pengawakan meliputi :

Pengecekan susunan awak kapal apakah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PERLINDUNGAN PELAUT :

a. Setiap pelaut yang bekerja diatas kapal berhak mendapatkan perlindungan, untuk itu harus memiliki Perjanjian Kerja Laut.

b. Bagi pelaut Indonesia yang bekerja di kapal berbendera asing PKL dibuat berdasarkan Perjanjian kerja bersama antara Pemilik kapal dengan organisasi pelaut di Indonesia.

c. Untuk Pelaut Indonesia yang bekerja di kapal – kapal Indonesia diharapkan juga ada KKB antara pemilik kapal dan atau Organisasi pemilik kapal dengan organisasi pelaut Indonesia.

d. Untuk Pelaut asing yang bekerja di kapal Indonesia, harus memiliki :

1) Izin tenaga kerja asing dari Depnakertrans2) Rekomendasi / persetujuan penempatan tenaga asing dari DJPL3) Bagi kapal asing yang beroperasi secara tetap di perairan

Indonesia harus mempekerjakan minimal 50% WNI4) Bagi kapal bebendera Indonesia, maksimal 3 orang WNA (hanya

untuk hal – hal yang sangat perlu).

SERTIFIKASI

a. Kapal bendera asing yang singgah dipelabuhan Indonesia :

1) Safe Manning Certificate.2) Sertifikat keahlian/keterampilan sesuai jenis/ukuran kapal. 3) Endorsement Certificate (sesuai SK DJPL No. No.PY.67/2/3-01

tanggal 6 Nopember 2001 tentang Pengukuhan Jabatan bagi Pemilik Sertifikat Keahlian Pelaut berdasarkan STCW 1978 Amandemen 1995

4) CoR (untuk Perwira warga Negara yang bukan warga Negara dari Negara bendera kapal).

15

Page 16: Ke Pela Utan

b. Kapal berbendera Indonesia

1) Safe Manning Certificate (terutama yang berlayar keluar negeri)2) Sertifikat keahlian/keterampilan sesuai jenis / ukuran kapal.3) Endorsement Certificate4) CoR/Certificate of Recognition (untuk Perwira warga Negara

asing/bukan Negara bendera Indonesia).5) Sertificat harus yang asli/tidak salinan dan diyakini keabsahannya

melalui pengecekan pada website (www.pelaut.go.id atau email : [email protected] atau fax.3505681 u.p. sub direktorat kepelautan).

POSISI LETTER OF UNDERTAKINGSESUAI REGULATION I/10 STCW 1995

No. Country Date of Signed Category*

1 ANTIGUA AND BARBUDA 30-August-2002 22 ARGENTINA 28-October-2002 33 BARBADOS 20-August-2002 34 BELIZE 19-July-2002 25 BRUNEI DARUSSALAM 18-June-2002 36 BULGARIA 8-August-2002 37 CHECH REPUBLIC 22-July-2002 38 CUBA 30-July-2002 39 DEM. REP. OF KOREA 30-July-2002 3

10 DOMINICA 16-July-2002 311 EGYPT 25-July-2002 312 ESTONIA 6-August-2002 313 GEORGIA 23-July-2002 314 GHANA 28-August-2002 315 HONGARIA 10-Sept-2002 316 HONGKONG 9-July-2002 317 ICELAND 2-October-2002 318 ITALIA 24-July-2002 319 JAMAICA 3-October-2002 320 JAPAN 20-August-2002 221 KIRIBATI 30-August-2002 322 KUWAIT 9-January-2003 223 LATVIA 25-August-2002 324 LIBERIA 1-August-2002 325 LITHUANIA 8-August-2002 326 MALAYSIA 1-July-2002 327 MAROCCO 21-October-2002 328 MARSHALL ISLAND 5-July-2002 329 MAURITIUS 19-August-2002 3

16

Page 17: Ke Pela Utan

No. Country Date of Signed Category*

17

Page 18: Ke Pela Utan

30 NETHERLAND 14-Nov-2001 331 NEW ZEALAND 2-August-2002 332 PAKISTAN 20-July-2002 333 PANAMA 17-July-2002 334 PHILIPINA 16-Sept-2002 335 POLANDIA 5-August-2002 336 ROMANIA 20-Sept-2002 337 RUSIA 2-Dec-2002 338 SAMOA 30-August-2002 339 SINGAPORE 19-June-2001 340 SLOVAK 21-August-2002 341 SLOVENIA 22-July-2002 342 THAILAND 1-Nov-2002 343 VANUATU 12-July-2002 344 VIETNAM 2-July-2002 345 LUXEMBURG 17-Feb-2003 246 TUVALU 07-August-2002 347 YUGOSLAVIA 23-August-2002 348 MYANMAR 13-March-2003 349 MALTA 01-August-2003 350 KORSEL 12-August-2003 351 MONGOLIA 28-May-2003 252 BELGIA 22-April-2003 353 AUSTRALIA 21-January-2002 154 BAHAMAS 2-Sept-2002 255 BANGLADESH 29-July-2002 156 CANADA 15-July-2002 157 FINLAND 22-July-2002 158 FRANCE 31-July-2002 159 MEXICO 9-January-2003 160 REPUBLIC OF CHINA 29-July-2002 161 GREEK 22-January-2003 362 NORWAY 9-January-2004 2 63 CYPRUS 2- January-2004 364 ST. VINCENT AND THE

GRENADINES24 June 2005 2

Note : * Category1 = Kita akui mereka, mereka belum akui kita2 = Mereka akui kita, kita belum akui mereka3 = Saling mengakui.

18