23
BAB I DASAR TEORI 1.1 Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) pemberian pertolongan dan perawatan yang pertama kali diberikan kepada penderita/korban dengan cepat dan tepat. Pertolongan ini adalah langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis. PPGD bertujuan untuk mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup korban, mencegah cacat, mencegah penurunan kondisi fisik korban, mencegah infeksi pada korban, mengurangi rasa sakit korban. 1.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP) Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung nafas, tetapi masih hidup. Tujuan Resusitasi Jantung Paru yang penting ialah mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti sediakala. RJP sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena 1

kegawat daruratan medik dental

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Fisiologi

Citation preview

Page 1: kegawat daruratan medik dental

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)

Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) pemberian pertolongan dan

perawatan yang pertama kali diberikan kepada penderita/korban dengan cepat dan

tepat. Pertolongan ini adalah langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis.

PPGD bertujuan untuk mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup

korban, mencegah cacat, mencegah penurunan kondisi fisik korban, mencegah

infeksi pada korban, mengurangi rasa sakit korban.

1.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier

resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan

buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung nafas,

tetapi masih hidup. Tujuan Resusitasi Jantung Paru yang penting ialah

mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti

sediakala. RJP sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan

jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.

Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan,

tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.

Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang

tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.

RJP dilakukan pada saat jantung dan pernafasan korban telah berhenti

bekerja. Penyelamatan pernafasan digunakan pada saat nadi masih berdenyut

tetapi tidak ada pernafasan. Seorang dokter gigi seharusnya mampu (1) Mengenali

tanda-tanda serangan jantung, (2) Memberikan RJP, dan (3) Menghubungi

Layanan Kedaruratan Medis (LKM).

1

Page 2: kegawat daruratan medik dental

1.2.1 Nafas Bantuan

Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan

memberikan 2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri

dari 2 tahap :

1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.

     Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar

bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu

penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung

korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap

terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.

2. Memberikan bantuan napas.

     Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan

melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang

yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan

napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap

kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang

dihembuskan adalah 7000 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada

korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas

dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume

udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16

– 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari

korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.  Cara memberikan

bantuan pernapasan, antara lain:

1. Mulut ke mulut

Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan

cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru

korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke

mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu

dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut

korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat

menghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang

2

Page 3: kegawat daruratan medik dental

hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk

mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang

diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 – 1000 ml

(10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang

terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung,

sehingga terjadi distensi lambung.

2. Mulut ke hidung

Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut

korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana

mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika

melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut

korban/pasien.

3. Mulut ke Stoma

Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma)

yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien

mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi

dari mulut ke stoma.

1.2.2 Nafas Buatan

Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya

nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan

2 kali efektif (dada mengembang )

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan

RJP yaitu:

Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan

Harus ada tenaga lain yang dapat menolong

Posisi penderita

Letakkan penderita dengan muka menghadap ke atas ( posisi

terlentang) pada dasar yang kokoh.Kontrol kepala dan leher ketika

akan membalik penderita, terutama bila terdapat tanda- tanda

trauma, fraktur, atau luka- luka di dalam tubuh yang terdapat

3

Page 4: kegawat daruratan medik dental

memperburuk perawatan selanjutnya. Apabila penderita mengalami

trauma medulla spinalis, pertahankan kepala penderita pada posisi

netral dan gerakkan bersama badan sebagai satu bagian.

Membuat jalan nafas dan menjaga agar tetap terbuka

Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasan

seperti lidah, cairan lendir, muntah yang mungkin dapat

menghalangi gerakan udara melalui faring, demikian pula ikat

pinggang, BH, danan stagan harus di longgarkan.Bagi penderita

yang tenggelam, air yang masuk ke dalam lambung dan paru harus

dikeluarkan.

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bilamana tindakan RJP

bilamana (1) denyut nadi arteri mulai teraba, (2) mulai timbul pernafasan

spontan, dan (3) secara bertahap kesadaran penderita pulih kembali.

Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan RJP efektif

telah berlangsung 30 menit tetapi kriteria- kriteria berikut masih dijumpai

yaitu:

1) Ketidaksadaran menetap

2) Korban sadar kembali (dapat bernapas dan denyut nadi teraba

kembali)

3) Tidak timbul pernafasan spontan

4) Denyut nadi tidak teraba

5) Pupil berdilatasi dan menetap

6) Atau denyut nadi karotis telah teraba.

7) Digantikan oleh penolong terlatih atau layanan kedaruratan medis

8) Penolong kehabisan tenaga untuk melanjutkan RJP

9) Keadaan menjadi tidak aman (Asih,1996)

1.2.3 Pijat Jantung

Terdiri dari 2 tahapan :

1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.

4

Page 5: kegawat daruratan medik dental

Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan

dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan

dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat

meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua

jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba

dengan lembut selama 5 – 10 detik. Jika teraba denyutan nadi,

penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan

melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai

pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan

pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.

2.  Memberikan bantuan sirkulasi.

        Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya

dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan

kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

o     Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri

tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang

dada (sternum).

o     Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang

lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat

untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan

sirkulasi.

o     Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara

menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang

lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada

korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau

menyilang.

o     Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding

dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur

sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi)  dengan

kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 – 5 cm).

5

Page 6: kegawat daruratan medik dental

o     Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada

dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali

melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan

untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat

melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).

o     Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau

merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.

o      Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2

(Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas),

dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong. Dari tindakan kompresi

yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80

mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah

jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal.

Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan

prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi

(kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

1.2.4 Prosedur Standar RJP

1. Penilaian korban

Tentukan kesadaran korban/pasien (sentuh dan goyangkan korban

dengan lembut dan mantap).

2. Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi 

3. Jalan napas (AIRWAY)

o Posisikan korban/pasien

o Buka jalan napas dengan manuver tengadah kepala-topang dagu.

4. Pernapasan (BREATHING)

Nilai pernapasan untuk melihat ada tidaknya pernapasan dan adekuat

atau tidak pernapasan korban/pasien.

5. Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta tidak

ada trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi

6

Page 7: kegawat daruratan medik dental

mantap (Recovery positiotion), dengan tetap menjaga jalan napas tetap

terbuka.

6. Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukkan

bantuan napas. Di Amerika serikat dan di negara lainnya dilakukan

bantuan napas awal sebanyak 2 kali, sedangkan di Eropa, Australia,

New Zealand diberikan 5 kali. Jika pemberian napas awal terdapat

kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi kepala

korban/pasien, atau ternyata tidak bisa juga maka dilakukan :

a. Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan kompresi dada

sebanyak 30 kali dan 2 kali ventilasi, setiap kali membuka jalan

napas untuk menghembuskan napas, sambil mencari benda yang

menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan dikeluarkan.

b. Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan manajemen

obstruksi jalan napas oleh benda asing.

c. Pastikan dada pasien mengembang pada saat diberikan bantuan

pernapasan.

d. Setelah memberikan napas 12 kali (1 menit), nilai kembali tanda-

tanda adanya sirkulasi dengan meraba arteri karotis, bila nadi ada

cek napas, jika tidak bernapas lanjutkan kembali bantuan napas.

7. Sirkulasi (CIRCULATION)

Periksa tanda-tanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali bantuan

pernapasan dengan cara melihat ada tidaknva pernapasan spontan,

batuk atau pergerakan. Untuk petugas kesehatan terlatih hendaknya

memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.

1. jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan

kompresi dada, hanya menilai pernapasan korban/pasien (ada atau

tidak ada pernapasan)

2. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denvut nadi tidak ada lakukan

kompresi dada

o Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar

o Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali tiap 10 detik

7

Page 8: kegawat daruratan medik dental

oBuka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.

o Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai

kembali kompresi 30 kali tiap 10 detik.

o Lakukan 4 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2 kali bantuan

pernapasan) 

8. Penilaian Ulang

Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi

kembali,

a. Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas

dengan rasio 30 : 2.

b. Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi

mantap

c. Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas

sebanyak 10 – 12 kali permenit dan monitor nadi setiap saat.

d. Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi

teraba, jaga agar jalan napas tetap terbuka kemudian korban/pasien

ditidurkan pada posisi sisi mantap.

1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong

Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap

harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang

disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena

pemberian pertolongan.

Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :

Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan

penolong dan pasien

Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam

memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau

kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat

ditularkan oleh korban

8

Page 9: kegawat daruratan medik dental

Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan

pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan

dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

9

Page 10: kegawat daruratan medik dental

BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1 Pertanyaan

1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan

pengetahuan PPGD dan RJP?

2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda

tertelan?

3. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi?

4. Apa gunanya metode Heimleich Manuever di bidang kedokteran gigi ?

5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi ?

6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai seseorang mengalami pingsan

setelah kecelakaan lalu lintas ? Jelaskan !

2.2 Jawaban

1. Pengetahuan tentang Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) dan

Resusitasi Jantung dan Paru (RJP), karena suatu saat nanti ketika sudah

menjadi dokter gigi ataupun masih menjalani studi profesi, dapat

menangani pasien dengan baik dan dapat memberikan pertolongan pertama

apabila tiba-tiba ada hal yang tidak diinginkan, seperti: tiba-tiba tidak

sadarkan diri ataupun dalam kondisi gawat darurat, sebelum akhirnya

diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan korban. Selain itu,

sebagai seseorang yang lebih paham tentang dunia medis dibandingkan

masyarakat awam lainnya maka kita dapat langsung memberi pertolongan

pertama, jika suatu ketika menemui korban yang dalam kondisi gawat

darurat dijalan.

2. Ketika kita menemui pasien yang gigi tiruannya tiba-tiba tertelan, harus

diberikan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), yaitu dengan

melakukan metode back-blow ataupun metode hiemlich maneuver jika gigi

tiruan sudah tertelan mencapai abdomen.

10

Page 11: kegawat daruratan medik dental

3. Metode back blow menuever dibidang kedokteran gigi dapat dilakukan jika

tiba-tiba mendapati seorang pasien yang tersedak seperti gigi tiruan tertelan,

dsb sehingga menyumbat jalan nafas.

4. Hiemlich maneuver dilakukan jika metode back-blow maneuver tidak

berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan. Dengan kata lain metode

heimlich manuever dan back blow manuever memiliki fungsi yang sama,

namun pada hiemlich maneuver bagian yang ditekan ialah ulu hati, sehingga

dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai abdomen.

5. Sama seperti back-blow manuever dan hiemlich maneuver, chest thrust

maneuver juga dilakukan dan biasanya dipadukan dengan back-blow untuk

mengeluarkan benda asing yang tertelan.

6. Jika kita menjumpai seseorang mengalami pingsan setelah kecelakaan lalu

lintas, kita sebagai salah satu tenaga medis harus mencoba memberi

Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dengan langkah awal yang

harus dilakukan ialah pengkajian korban, meliputi pernapasan korban dan

peredaran darahnya. Jika pasien tidak sadarkan diri, yang pertama diperiksa

ialah pernapasannya (dapat dilihat dari terangkatnya dada ataupun dari pupil

mata), kemudian diperiksa juga denyut nadinya melalui arteri carotis

communis yang ada di leher. jika memang dibutuhkan diberi nafas buatan,

segera dilakukan sambil tetap menghubungi Rumah Sakit/Layanan

Kesehatan Medis (LKM).

11

Page 12: kegawat daruratan medik dental

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PPGD dan RJP

Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) pemberian pertolongan dan

perawatan yang pertama kali diberikan kepada penderita/korban dengan cepat dan

tepat. Pertolongan ini adalah langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis.

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier

resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan

buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung nafas,

tetapi masih hidup. Tujuan Resusitasi Jantung Paru yang penting ialah

mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti

sediakala.

3.2 Metode Back-Blow

Metode back blow maneveur sebagai langkah awal untuk mengeluarkan

benda asing/padat yang tersumbat. Pada heimlich maneuver yang ditekan adalah

pada punggung di antara tulang scapula atau tulang belikat (back blows). Caranya

yaitu dengan menepuk secara cepat dan kuat pada punggung di antara tulang

scapula atau tulang belikat (back blows), sehingga benda asing keluar dan tidak

lagi menyumbat jalan nafas.

3.3 Metode Hiemlich

Manuver Heimlich diberikan kepada orang-orang yang tersedak untuk

meringankan gejala-gejala tersedak. Orang tersedak ketika beberapa objek

terjebak dalam jalan napas dan itu adalah umum terjadi dengan anak-anak. Ketika

seseorang tersedak mereka bisa kehilangan kesadaran segera dan objek harus

dikeluarkan sebelum itu. Bila Anda melihat bahwa seseorang tersedak meminta

mereka jika mereka tersedak. Jika mereka mampu menjawab dan berbicara, maka

bisa parsial tersedak. Jika mereka tidak dapat berbicara sama sekali, maka objek

akan memblokir seluruh jalan udara. Dalam hal ini, pegang pinggang dari

12

Page 13: kegawat daruratan medik dental

belakang seperti Anda adalah orang yang memeluk dan mendapatkan pegangan

yang kokoh. Tempatkan tangan Anda tepat di atas pusar dan di bawah tulang

rusuk. Tekan kepalan tangan anda terhadap perut dan memberikan sekitar 5

tekanan ke atas. Ini biasanya harus membawa objek yang menghalangi keluar.

Jika tidak, maka Anda perlu mengulang tekanan ke atas sampai benda

menghalangi keluar. Namun, penting untuk memberikan proses istirahat setelah

setiap lima tusukan. Setelah objek berhasil dihapus orang harus melihat dokter

untuk mengevaluasi apakah ada komplikasi.

Selanjutnya, manuver Heimlich dapat dilakukan hanya pada orang yang

tidak sadar dan orang yang tidak sadar. Jika orang pingsan karena tersedak, segera

menelepon pihak medis untuk bantuan karena mungkin keluar dari tangan. Juga,

melakukan CPR pada orang seperti itu tampaknya membantu. Diblokir saluran

udara melambat hati dan dengan memberikan CPR kepada orang yang tidak sadar

Anda dapat membantu situasi sampai pihak medis tiba.

3.4 Metode Chest Thrust

Metode Chest Thrust Maneuver sebenarnya memiliki prinsip utama yang

sama dengan Back Blow manuever dan Hiemlich maneuver yaitu untuk

mengeluarkan benda asing di dalam perut. Hanya saja Chest thrust maneuver

biasanya dipadukan dengan Back-blow untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada percobaan Chest Trust maneuver kali ini, orang coba merasakan udara dari

paru-paru terdorong keluar dengan paksa sehingga mengakibatkan orang coba

merasa sesak pada bagian dada.

13

Page 14: kegawat daruratan medik dental

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan beberapa percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) pemberian pertolongan dan

perawatan yang pertama kali diberikan kepada penderita / korban dengan cepat

dan tepat. Pertolongan ini adalah langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis.

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier

resusitation (CPR), merupakan gabungan penyelamatan pernapasan dengan

kompresi dada eksternal. Resusitasi digolongkan dalam 3 bagian yaitu nafas

bantuan, nafas buatan, pijat jantung. Pembebasan jalan nafas dapat dilakukan

dengan metode Back Blow Maneuver, Heimlich Maneuver, dan Chest Thrust

Maneuver.

Mahasiswa kedokteran gigi penting sekali memiliki pengetahuan tentang

PPGD dan RJP, karena pada saat kita terjun langsung di dalam masyarakat kita

akan bertemu dengan pasien dalam segala kondisi.

14

Page 15: kegawat daruratan medik dental

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

15