169
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN KAJIAN PENANGANAN DENGAN TIMBUNAN TANAH LUNAK JALAN MORTAR BUSA Maulana Iqbal, S.T. Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta hektar atau sekitar 10% dari luas daratan. Permasalahan yang timbul pada tanah bermasalah ini adalah stabilitas dan penurunan timbunan. Sebagai salah satu opsi penanganan jalan di atas tanah lunak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan mengembangkan teknologi timbunan ringan dengan mortar busa. Mortar busa tersebut mempunyai karakteristik berat isi yang ringan dengan kekuatan yang cukup tinggi sehingga diharapkan tidak terjadi masalah stabilitas dan penurunan timbunan maupun tekanan lateral berlebih pada abutmen jembatan. Teknologi tersebut telah diuji coba dalam skala penuh pada di dua lokasi. Uji coba skala penuh pertama dilakukan tahun 2009 pada oprit Jembatan Kedaton di Ruas Jalan Cirebon - Karang Ampel, Cirebon, Jawa Barat, dengan tinggi timbunan 4,35 meter dan panjang oprit 70 meter. Pada tahun 2010 dilakukan uji coba skala penuh timbunan ringan sebagai badan jalan di Ruas Pangkalan Lima - Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sepanjang 400 meter dengan tinggi timbunan mortar busa 1,1 meter. Buku naskah ilmiah ini berisi hasil kajian kinerja kedua uji coba tersebut. Kinerja timbunan ringan dianalisis berdasarkan data monitoring instrumen-instrumen terpasang. Dalam buku ini dipaparkan pula kajian literatur penggunaan material setempat sebagai bahan timbunan yang diperkuat dengan mortar busa. KAJIAN PENANGANAN DENGAN TIMBUNAN TANAH LUNAK JALAN MORTAR BUSA KAJIAN PENANGANAN DENGAN TIMBUNAN TANAH LUNAK JALAN MORTAR BUSA Maulana Iqbal, S.T. Maulana Iqbal, S.T. KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA K A J I A N P E N A N G A N A N T A N A H L U N A K D E N G A N T I M B U N A N J A L A N M O R T A R B U S A K A J I A N P E N A N G A N A N T A N A H L U N A K D E N G A N T I M B U N A N J A L A N M O R T A R B U S A 9 786028 256865 ISBN: 978-602-8256-86-5

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

  • Upload
    lamhanh

  • View
    311

  • Download
    32

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

K E M E N T E R I A NPEKERJAAN UMUM

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

JALAN DAN JEMBATAN

K E M E N T E R I A NPEKERJAAN UMUM

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

JALAN DAN JEMBATAN

KAJIAN PENANGANAN

DENGAN TIMBUNAN TANAH LUNAK

JALAN MORTAR BUSA

Maulana Iqbal, S.T.

Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta hektar atau sekitar 10% dari luas

daratan. Permasalahan yang timbul pada tanah bermasalah ini adalah stabilitas dan

penurunan timbunan. Sebagai salah satu opsi penanganan jalan di atas tanah lunak, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan mengembangkan teknologi timbunan

ringan dengan mortar busa. Mortar busa tersebut mempunyai karakteristik berat isi yang

ringan dengan kekuatan yang cukup tinggi sehingga diharapkan tidak terjadi masalah

stabilitas dan penurunan timbunan maupun tekanan lateral berlebih pada abutmen

jembatan.

Teknologi tersebut telah diuji coba dalam skala penuh pada di dua lokasi. Uji coba skala

penuh pertama dilakukan tahun 2009 pada oprit Jembatan Kedaton di Ruas Jalan Cirebon -

Karang Ampel, Cirebon, Jawa Barat, dengan tinggi timbunan 4,35 meter dan panjang oprit

70 meter. Pada tahun 2010 dilakukan uji coba skala penuh timbunan ringan sebagai badan

jalan di Ruas Pangkalan Lima - Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sepanjang 400

meter dengan tinggi timbunan mortar busa 1,1 meter.

Buku naskah ilmiah ini berisi hasil kajian kinerja kedua uji coba tersebut. Kinerja timbunan

ringan dianalisis berdasarkan data monitoring instrumen-instrumen terpasang. Dalam

buku ini dipaparkan pula kajian literatur penggunaan material setempat sebagai bahan

timbunan yang diperkuat dengan mortar busa.

KAJIAN PENANGANAN

DENGAN TIMBUNAN TANAH LUNAK

JALAN MORTAR BUSA

KA

JIAN

PEN

AN

GA

NA

N

DEN

GA

N TIM

BU

NA

N

TAN

AH

LUN

AK

JALA

N M

OR

TAR

BU

SA

Maulana Iqbal, S.T.

Maulana Iqbal, S

.T.

KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA

KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA

KA

JIA

N P

ENA

NG

AN

AN

TA

NA

H L

UN

AK

DEN

GA

N T

IMB

UN

AN

JA

LAN

MO

RTA

R B

US

A

KA

JIAN

PEN

AN

GA

NA

N TA

NA

H LU

NA

K D

ENG

AN

TIMB

UN

AN

JALA

N M

OR

TAR

BU

SA

K A J I A N P E N A N G A N A N T A N A H L U N A K D E N G A N T I M B U N A N J A L A N M O R T A R B U S A

K A J I A N P E N A N G A N A N T A N A H L U N A K D E N G A N T I M B U N A N J A L A N M O R T A R B U S A9 786028 256865

ISBN: 978-602-8256-86-5

Page 2: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN 

MORTAR BUSA                  

Maulana Iqbal, S.T. 

Reviewer:   Ir. GJW Fernandez dan Rakhman Taufik, M.Sc. 

Page 3: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

KAJIAN PENANGANAN TANAH LUNAK DENGAN TIMBUNAN JALAN MORTAR BUSA Cetakan ke‐1, 2012, ( xviii  + 150 halaman) No. ISBN  :  978‐602‐8256‐86‐5 ©Pemegang Hak Cipta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan   Penulis: Maulana Iqbal, S.T. 

 Reviewer: Ir. GJW Fernandez dan Rakhman Taufik, M.Sc. 

 Naskah  ini disusun dengan sumber dana APBN Tahun 2012, pada paket pekerjaan Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa.  Pandangan  yang  disampaikan  di  dalam  publikasi  ini  tidak  menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum, unsur pimpinan, maupun instruksi pemerintah lainnya.  Kementerian  Pekerjaan  Umum  tidak  menjamin  akurasi  data  yang  disampaikan dalam  publikasi  ini,  dan  tanggung  jawab  atas  data  dan  informasi  sepenuhnya dipegang oleh penulis.  Kementerian  Pekerjaan  Umum  mendorong  percetakan  dan  memperbanyak informasi  secara eklusif untuk perorangan dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan  yang memadai  kepada  Kementerian  Pekerjaan Umum.  Pengguna dibatasi dalam menjual kembali, mendistribusikan atau pekerjaan kreatif  turunan untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Kementerian Pekerjaan Umum.  Dicetak oleh: Penerbit Informatika – Bandung Anggota IKAPI Jabar No. 033/JBA/99  Pemesanan melalui: Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan [email protected]   

Page 4: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

TENTANG PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN  

 

  

 

 

 

 

 

 

 

Puslitbang  Jalan  dan  Jembatan  (Pusjatan)  adalah  institusi  riset  yang  dikelola 

oleh  Badan  Litbang  Kementerian  Pekerjaan  Umum  Republik  Indonesia. 

Lembaga  ini  mendukung  Kementerian  PU  dalam  menyelenggarakan  jalan 

dengan memastikan keberlanjutan keahlian, pengembangan inovasi dan nilai – 

nilai baru dalam pengembangan infrastruktur. 

 

Pusjatan  memfokuskan  kepada  penyelenggara  jalan  di  Indonesia,  melalui 

penyelenggaraan litbang terapan untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang 

jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual. Selain 

itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis  teknik, pendampingan 

teknologi,  dan  alih  teknologi  yang  memungkinkan  infrastruktur  Indonesia 

menggunakan teknologi yang tepat guna. 

KEANGGOTAAN TIM TEKNIS DAN SUBTIM TEKNIS  TIM TEKNIS: 1. Prof (R) Dr. Ir. M. Sjahdanulirwan, M.Sc. 

2. Ir. Agus Bari Sailendra. M.T. 

3. Ir. I. Gede Wayan Samsi Gunarta, M.Appl.Sc. 

4. Prof (R) Dr. Ir. Furqon Affandi, M.Sc. 

Tentang Puslitbang Jalan dan Jembatan iii

Page 5: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

5. Prof (R) Ir. Lanneke Tristanto, APU 

6. Ir. GJW Fernandez 

7. Ir. Soedarmanto Darmonegoro 

8. DR. Djoko Widayat, MSc. 

SUBTIM TEKNIS: 1. Ir. GJW Fernandez 

2. Dr. Ir. M. Eddie Soenaryo, M.Sc. 

3. Dr. Ir. Imam Aschuri, M.T. 

4. Dr. Ir. Hindra Mulya 

5. Ir. Benny Moestofa 

6. Ir. Suhaimi Daud 

7. Drs. M. Suherman 

 

iv Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 6: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Kata Pengantar  

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta hektar atau sekitar 10% 

dari  luas  daratan.  Permasalahan  yang  timbul  pada  tanah  bermasalah  ini 

adalah  stabilitas  dan  penurunan  timbunan.  Sebagai  salah  satu  opsi 

penanganan jalan di atas tanah lunak, Pusat Penelitian dan Pengembangan 

Jalan  dan  Jembatan mengembangkan  teknologi  timbunan  ringan  dengan 

mortar busa. Mortar busa tersebut mempunyai karakteristik berat  isi yang 

ringan dengan kekuatan yang cukup tinggi sehingga diharapkan tidak terjadi 

masalah  stabilitas  dan  penurunan  timbunan  maupun  tekanan  lateral 

berlebih pada abutmen jembatan. 

 

Teknologi  tersebut  telah diuji coba dalam  skala penuh pada di dua  lokasi. 

Uji coba  skala penuh pertama dilakukan  tahun 2009 pada oprit  Jembatan 

Kedaton di Ruas Jalan Cirebon ‐ Karang Ampel, Cirebon, Jawa Barat, dengan 

tinggi  timbunan 4,35 meter dan panjang oprit 70 meter. Pada  tahun 2010 

dilakukan uji coba skala penuh timbunan ringan sebagai badan jalan di Ruas 

Pangkalan Lima ‐ Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sepanjang 400 

meter dengan tinggi timbunan mortar busa 1,1 meter.  

 

Kata Pengantar v

Page 7: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Buku naskah  ilmiah  ini berisi hasil  kajian  kinerja  kedua uji  coba  tersebut. 

Kinerja timbunan ringan dianalisis berdasarkan data monitoring instrumen‐

instrumen  terpasang.  Dalam  buku  ini  dipaparkan  pula  kajian  literatur 

penggunaan  material  setempat  sebagai  bahan  timbunan  yang  diperkuat 

dengan mortar busa.  

 

Bandung,  

 

Tim Penulis 

 

 

 

 

 

 

vi Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 8: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Daftar Isi  

 

  

 

 

 

 

 

 

 

Kata Pengantar .................................................................................   v 

Daftar Isi ...........................................................................................   vii 

Daftar Tabel ......................................................................................   xi 

Daftar Gambar ..................................................................................   xiii 

 

BAB 1.  PENDAHULUAN ..................................................................   1 

1.1  Latar Belakang ..............................................................   1 

1.2  Rumusan Masalah.........................................................   2 

1.3  Tujuan dan Sasaran.......................................................   2 

1.4  Metodologi ...................................................................   2 

1.5  Sistematika Bab.............................................................   3 

 

BAB 2.  TIMBUNAN JALAN DENGAN MORTAR BUSA .......................   5 

2.1  Gambaran Umum .........................................................   5 

2.2  Penggunaan Mortar Busa yang Telah Digunakan di Jepang  6 

2.3  Kriteria Kinerja Timbunan.............................................   8 

2.3.1  Kriteria Stabilitas Timbunan.............................   8 

2.3.2  Kriteria Deformasi pada Timbunan Jalan.........   9 

2.3.3  Kriteria Deformasi pada Oprit Jembatan .........   16 

2.3.4  Retakan pada Perkerasan ................................   17 

Daftar Isi vii

Page 9: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

BAB 3.  PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN (DESIGN MIX FORMULA)  

  MORTAR BUSA ...................................................................   27 

3.1  Umum ...........................................................................   27 

3.2  Spesifikasi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa ......   28 

3.2.1  Persyaratan Bahan ...........................................   28 

3.2.2  Persyaratan Kuat Tekan dan Berat Isi Mortar Busa  32 

3.3  Prosedur Pembuatan Rencana Campuran Mortar Busa  33 

3.3.1  Pembuatan Busa (foam) Campuran Foam  

  dengan Air........................................................   35 

3.3.2  Pembuatan Material Campuran (Campuran  

  Foam, Semen, dan Pasir) .................................   37 

3.3.3  Pengujian Berat Isi (densitas) Mortar dan Flow  39 

3.3.4  Pembuatan dan Pengujian Benda Uji ..............   39 

3.3.5  Perawatan Benda Uji (Curing)..........................   41 

3.3.6  Pengujian Berat Isi dan Kuat Tekan Bebas,  

  Unconfined Compressive Strength (UCS) .........   41 

 

BAB 4.  METODE KONSTRUKSI TIMBUNAN RINGAN DENGAN MORTAR  

  BUSA ..................................................................................   43 

4.1  Persyaratan Peralatan...................................................   43 

4.1.1  Mixers...............................................................   43 

4.1.2  Mortar Pump (Pompa Mortar).........................   44 

4.1.3  Peralatan Lain Pembentuk Foam .....................   45 

4.2  Tahapan Konstruksi.......................................................   45 

4.2.1  Persiapan Kerja ................................................   45 

4.2.2  Pemasangan Anyaman Baja (Wire Mesh) ........   46 

4.2.3  Pemasangan Bekisting .....................................   47 

4.2.4  Penuangan (Pengecoran).................................   48 

4.2.5  Perataan...........................................................   49 

4.2.6  Perawatan (Curing) ..........................................   50 

4.2.7  Pembukaan Bekisting.......................................   50 

4.2.8  Sambungan Pengecoran (Construction Joint) ..   50 

4.2.9  Pembukaan untuk Lalu Lintas ..........................   52 

viii Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 10: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

4.3  Pengendalian Mutu.......................................................   53 

4.3.1  Pengujian Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 54 

4.3.2  Pengamatan Mutu Khusus setelah Campuran 

   Mortar Busa Selesai di Hampar.......................   56 

 

BAB 5.  KINERJA TIMBUNAN RINGAN MORTAR BUSA OPRIT JEMBATAN  

  DI KEDATON, CIREBON, JAWA BARAT .................................   59 

5.1  Kondisi Geologi dan Geoteknik.....................................   60 

5.2  Konstruksi Timbunan dan Instrumentasi pada Oprit  

  Jembatan Kedaton ........................................................   62 

5.2.1  Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Timbunan Oprit  

  Mortar Busa .....................................................   66 

5.2.2  Kondisi Instrumen Terpasang ..........................   77 

5.3  Pemodelan Numerik .....................................................   89 

5.3.1  Paramater Desain.............................................   90 

5.3.2  Analisis Numerik ..............................................   91 

5.3.3  Analisis Sensitifitas...........................................   93 

5.4  Evaluasi Kinerja Lokasi Oprit Jembatan Kedaton, Cirebon,  

  Jawa Barat.....................................................................   95 

 

BAB 6.  KINERJA TIMBUNAN RINGAN DENGAN MORTAR BUSA,   

  LOKASI DI PANGKALAN BUN, KALIMANTAN TENGAH..........   97 

6.1  Kondisi Geologi dan Geoteknik.....................................   98 

6.1.1  Index Properties ...............................................   100 

6.1.2  Sifat Kuat Geser................................................   100 

6.1.3  Sifat Kompresibilitas ........................................   103 

6.2  Konstruksi Timbunan dan Instrumentasi pada Badan Jalan  106 

6.2.1  Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Timbunan Oprit  

  Mortar Busa pada Badan Jalan ........................   106 

6.2.2  Kondisi Instrumen Terpasang ..........................   111 

6.3  Kondisi Umum Jalan dan Retakan Melintang pada  

  Permukaan Aspal ..........................................................   127 

6.4  Pemodelan Numerik .....................................................   135 

Daftar Isi ix

Page 11: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.4.1  Parameter Desain ............................................   135 

6.4.2  Pemodelan Penurunan Pada STA 0+200..........   136 

6.5  Evaluasi Kinerja Mortar Busa Lokasi Pangkalan Bun,  

  Kalimantan Tengah .......................................................   141 

 

BAB 7.  PENUTUP............................................................................   143 

7.1  Evaluasi Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa  

  pada Oprit Jembatan Kedaton......................................   143 

7.2  Evaluasi Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa  

  di Pengkalan Bun ..........................................................   144 

 

Daftar Pustaka ..................................................................................   147 

 

 

x Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 12: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Daftar Tabel  

 

 

 

          Tabel 2‐1.   Beban Lalu Lintas untuk Analisis Stabilitas  (Kimpraswil,    2002b). ...............................................................................   9 Tabel 2‐2.   Kriteria Penurunan Timbunan (Kimpraswil, 2002b) ..........   9 Tabel 2‐3.   Klasifikasi Perencanaan Jalan Tipe II (Kimpraswil, 2002a) .   10 Tabel 2‐4.   Kriteria Kinerja Timbunan Selama Masa Layan/Kondisi SLS    (diadopsi dari SCDOT, 2008) ..............................................   12 Tabel 2‐5.   Kriteria Kinerja Ketidakstabilan Timbunan pada Kondisi    Terekstrim (EE I) (diadopsi dari SCDOT, 2008)...................   14 Tabel 2‐6.   Kriteria Kinerja Penurunan Timbunan pada Kondisi Terekstrim    (EE I) (diadopsi dari SCDOT, 2008) .....................................   15 Tabel 2‐7.   Kriteria Penurunan Dalam Arah Memanjang (Longitudinal)    untuk Transisi Badan Jalan/Jembatan Selama Masa Layan  16 Tabel 2‐8.   Kriteria Penurunan pada Arah Memanjang pada Kondisi    Terekstrim untuk Transisi Jembatan/Timbunan (SCDOT,    2008) ..................................................................................   17 Tabel 2‐9.  Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan dan Penyebabnya    (BM,1983) ..........................................................................   18 Tabel 3‐1.  Persyaratan Pasir (ASTM C 33‐97, 1997) ...........................   29 

Daftar Tabel xi

Page 13: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Tabel 3‐2.   Kekuatan Tekan Minimum Mortar Busa Lapis Pondasi Atas    (Kemen.PU, 2011) ..............................................................   32 Tabel 3‐3.   Kekuatan Tekan Minimum Mortar Busa Lapisan Pondasi   Bawah (Kemen.PU, 2011) ..................................................   32 Tabel 4‐1.   Jenis Pengujian Semen.......................................................   53 Tabel 4‐2.   Pengendalian Mutu............................................................   57 Tabel 5‐1.   Instrumen dan Simbol........................................................   66 Tabel 5‐2.  Instrumen Vibrating Wire Piezometer ...............................   78 Tabel 5‐3.   Tipe Strain Gages ...............................................................   78 Tabel 5‐4.   Instrumen Vibrating Wire Pressure Cell .............................   81 Tabel 5‐5.   Instrumen Inklinometer .....................................................   83 Tabel 5‐6.   Instrumen Extensometer ...................................................   87 Tabel 5‐7.   Kedalaman Magnetic pada Instrumentasi Extensometer    Magnetic setelah Lapisan AC‐WC selesai...........................   87 Tabel 5‐8.  Instrumen Piezoemeter Cassagrande ................................   88 Tabel 5‐9.   Parameter Desain Model Soft Soil .....................................   91 Tabel 5‐10.   Parameter Desain Model Hardening Soil...........................   91 Tabel 5‐11.  Parameter Timbunan Tanah dan Timbunan Ringan dengan    Mortar Busa .......................................................................   91 Tabel 5‐12.   Tahapan Perhitungan dalam Program Plaxis .....................   92 Tabel 5‐13.   Kombinasi Rentang Nilai Berat Isi Timbunan Ringan.........   94 Tabel 6‐1.  Klasifikasi Konsistensi Tanah Berdasarkan Nilai Tahanan    Konus..................................................................................   99 Tabel 6‐2.   Klasifikasi Kuat Geser Undrained Berdasarkan    (Kimpraswil, 2002a) ...........................................................   110 Tabel 6‐3   Kondisi Instrumen Terpasang ............................................   111 Tabel 6‐4.   Kondisi Instrumen Piezometer Pipe Cassagrande .............   123 Tabel 6‐5   Hasil Pemantauan Piezometer Cassagrande .....................   123 Tabel 6‐6.  Parameter Desain untuk Soft Soil Model...........................   136 Tabel 6‐7.  Parameter Desain untuk Mohr Coulomb Model ................   136    

xii Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 14: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Daftar Gambar  

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2‐1.   Ilustrasi Penurunan (Potongan A‐A) (SCDOT, 2008) .....   13 

Gambar 2‐2.   Profil Penurunan Timbunan (SCDOT, 2008) .................   13 

Gambar 2‐3.   Ilustrasi Penurunan Vertikal dan Lateral Akibat  

  Ketidakstabilan Global Timbunan.................................   15 

Gambar 2‐4.  Ilustrasi Penurunan  pada Arah Memanjang Oprit  

  Jembatan dan Timbunan (SCDOT, 2008) ......................   16 

Gambar 2‐5.   Retak Struktural ............................................................   20 

Gambar 2‐6.  Retak Melintang Akibat Suhu .......................................   20 

Gambar 2‐7.  Retak Refleksi (Reflection Craking) ...............................   21 

Gambar 2‐8.  Retak dengan Tingkat Keparahan Rendah....................   21 

Gambar 2‐9.  Retak dengan Tingkat Keparahan Sedang ....................   22 

Gambar 2‐10.  Retak dengan Tingkat Keparahan Berat .......................   22 

Gambar 3‐1.   Grafik Gradasi Batasan Pasir untuk Mortar Busa .........   29 

Gambar 3‐2.   Pasir, Lokasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah  

  (dokumentasi pelaksanaan lapangan) ..........................   30 

Gambar 3‐3.  Foam Agent (dokumentasi lapangan)...........................   32 

Gambar 3‐4.    Prosedur Pembuatan Rencana Campuran Mortar Busa  34 

Gambar 3‐5.   Pengukuran Kebutuhan Foam dengan Gelas Ukur  

  (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)................   36 

Gambar 3‐6.   Compressor yang Dihubungkan dengan Foam Generator  

  (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)................   36 

Gambar 3‐7.   Pencampuran Foam dan Air dengan Tekanan 10 bar  

  (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)................   37 

Daftar Gambar xiii

Page 15: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Gambar 3‐8.   Foam yang Telah Dicampur dengan Air........................   37 

Gambar 3‐9.  Penimbangan Semen untuk Rencana Campuran Awal   38 

Gambar 3‐10.   Pencampuran Foam, Semen dan Pasir Kedalam Bejana  

  (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)................   38 

Gambar 3‐11.   Pengujian Flow untuk Mortar Busa ..............................   39 

Gambar 3‐12.  Contoh Mortar Busa untuk Pengujian Uji Tekan Bebas  

  (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)................   40 

Gambar 3‐13.   Pengujian UCS di Laboratorium....................................   42 

Gambar 3‐14.   Pengujian Uji Kadar Air .................................................   42 

Gambar 4‐1.   Box Mixer Kapasitas 1m³...............................................   44 

Gambar 4‐2.  Mortar Pump  (dokumentasi pelaksanaan lapangan) ..   45 

Gambar 4‐3.   Ukuran Pemasangan Anyaman Baja.............................   46 

Gambar 4‐4.  Anyaman Baja yang Telah Terhampar ..........................   47 

Gambar 4‐5.   Pemasangan Bekisting ..................................................   48 

Gambar 4‐6.   Tahapan Pengecoran ....................................................   49 

Gambar 4‐7.   Perataan Mortar Busa...................................................   49 

Gambar 4‐8.   Terpal Penutup Mortar Busa Terpasang.......................   50 

Gambar 4‐9.   Pengujian Berat Isi ........................................................   55 

Gambar 5‐1.  Lokasi Jembatan Kedaton, Cirebon, Jawa Barat ...........   59 

Gambar 5‐2.  Kondisi Geologi Kedaton, Cirebon, Jawa Barat.............   60 

Gambar 5‐3.  Grafis Potongan Stratifikasi ..........................................   61 

Gambar 5‐4.   Sondir dan Hasil Uji Laboratorium................................   62 

Gambar 5‐5.  Sketsa Mortar Busa Jembatan Kedaton, Cirebon  

  Jawa Barat.....................................................................   63 

Gambar 5‐6.   Sketsa Tampak Atas dan Letak Titik‐Titik Instrumentasi  64 

Gambar 5‐7.  Sketsa Potongan Memanjang dan Letak Titik Instrumen  65 

Gambar 5‐8.   Kondisi Existing Oprit Jembatan Kedaton.....................   67 

Gambar 5‐9.  Ilustrasi Kondisi Existing Jembatan Kedaton ................   67 

Gambar 5‐10.  Ilustrasi Pekerjaan Pengerukan tanah ..........................   68 

Gambar 5‐11.   Pelaksanaan Pengerukan Tanah ...................................   68 

Gambar 5‐12.   Kondisi Setelah Pengerukan Tanah...............................   69 

Gambar 5‐13.   Waktu Pengecoran Mortar Busa ..................................   70 

Gambar 5‐14.   Ilustrasi Tahap Pekerjaan Pemasangan Instrumen.......   71 

xiv Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 16: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Gambar 5‐15.   Pelaksanaan Pemasangan Instrumen ...........................   71 

Gambar 5‐16.  Tahap Pekerjaan Mortar Busa Lapisan Bawah .............   72 

Gambar 5‐17.  Perawatan Mortar Busa yang Telah Dihampar   

  (dokumentasi pelaksanaan lapangan) ..........................   72 

Gambar 5‐18.  Tahap Timbunan Mortar Busa  Lapisan Bawah ............   73 

Gambar 5‐19.  Tahap Penimbunan Mortar Busa di Atas Lapisan Mortar  

  Busa yang Telah Terhampar .........................................   73 

Gambar 5‐20.  Ilustrasi Pemasangan Anyaman Baja pada Lapis Pondasi  

  Bawah ...........................................................................   74 

Gambar 5‐21.  Ilustrasi Pemasangan Anyaman Baja Antara Lapis  

  Pondasi Atas dan Lapis Pondasi Bawah ........................   74 

Gambar 5‐22.   Ilustrasi Pekerjaan Timbunan Mortar Busa  Lapis Pondasi  

  Atas ...............................................................................   75 

Gambar 5‐23.   Ilustrasi Pekerjaan Pemesangan Anyaman Baja ...........   75 

Gambar 5‐24.   Pekerjaan Perkerasan Jalan ..........................................   76 

Gambar 5‐25.   Ilustrasi Kondisi Setelah Pelaksanaan Pekerjaan..........   76 

Gambar 5‐26.   Kondisi Setelah Pelaksanaan Pekerjaan........................   77 

Gambar 5‐27.  Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw‐PZ1  79 

Gambar 5‐28.  Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw‐PZ2  79 

Gambar 5‐29.  Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw‐PZ3  80 

Gambar 5‐30.  Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw‐PZ4  80 

Gambar 5‐31.  Posisi Instrumentasi Pressure Cell ................................   81 

Gambar 5‐32.   Tekanan Lateral Terhadap Dinding Abutment Instrumen  

  Vw‐PC 1.........................................................................   82 

Gambar 5‐33.   Tekanan Lateral Terhadap Dinding Abutment Instrumen  

  Vw‐PC 2.........................................................................   82 

Gambar 5‐34.  Tekanan Lateral Terhadap Dinding Abutment Instrumen  

  Vw‐Pc 3 .........................................................................   82 

Gambar 5‐35.   Grafik Pergerakan Inclinometer 2 .................................   84 

Gambar 5‐36.   Grafik Pergerakan Inclinometer 3 .................................   85 

Gambar 5‐37.   Geomodel Timbunan Material Ringan Mortar Busa.....   89 

Gambar 5‐38.   Mesh Timbunan Material Ringan Mortar Busa ............   90 

Gambar 5‐39.   Deformasi Vertikal (cm) Terhadap Waktu dengan Timbunan  

Daftar Gambar xv

Page 17: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

  Tanpa Mortar Busa dan Timbunan dengan Mortar Busa  93 

Gambar 5‐40.   Analisis Sensitifitas Berat Isi Timbunan Ringan Terhadap  

  Penurunan ....................................................................   94 

Gambar 6‐1.  Lokasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah...................   97 

Gambar 6‐2.   Kondisi Geologi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah ...   98 

Gambar 6‐3.  Batas‐batas Atterberg dan Konsistensi Indeks .............   100 

Gambar 6‐4.  Grafik Plastisitas (Sistem USCS) ....................................   101 

Gambar 6‐5.  Kuat Geser Undrained berdasarkan Sondir dan Vane Shear  102 

Gambar 6‐6.  Sudut Geser dalam Efektif ............................................   103 

Gambar 6‐7.  Plot Sudut Geser dalam Kurva Anon (Kimpraswil 2002a)  103 

Gambar 6‐8.  Klasifikasi Kompresibilitas Tanah (Coduto,2004)..........   104 

Gambar 6‐9.  Kompresibilitas Tanah ..................................................   104 

Gambar 6‐10.  Korelasi antara Cc dan Kadar Air ..................................   105 

Gambar 6‐11.  Nilai Cc Hasil Laboratorium...........................................   105 

Gambar 6‐12.  Kondisi Existing Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah  

  (dokumentasi pelaksanaan lapangan) ..........................   106 

Gambar 6‐13.   Gorong‐Gorong Terpasang ...........................................   107 

Gambar 6‐14.   Penimbunan pada Badan jalan .....................................   107 

Gambar 6‐15.   Penimbunan Pasir pada Badan Jalan ............................   108 

Gambar 6‐16.  Pembuatan Bekisting pada Sisi Badan Jalan (dokumentasi  

  pelaksanaan lapangan) .................................................   108 

Gambar 6‐17.   Pembuatan Bekisting di Badan Jalan ............................   109 

Gambar 6‐18.   Penghamparan Mortar Busa.........................................   109 

Gambar 6‐19.  Penghamparan Mortar Busa dengan Truk Molen  

  (dokumentasi pelaksanaan lapangan) ..........................   110 

Gambar 6‐20.   Mortar Busa yang telah Dihampar................................   110 

Gambar 6‐21.  Pemasangan Tenda pada Mortar Busa Sebagai Masa  

  Perawatan (dokumentasi pelaksanaan lapangan)........   111 

Gambar 6‐22.   Sketsa Pemasangan Instrumentasi Lokasi Pangkalan  

  Bun, Kalimantan Tengah...............................................   113 

Gambar 6‐23.  Ilustrasi Grafis Instrumen Terpasang STA 0+200 ..........   114 

Gambar 6‐24.   Skema Instrumen Settlement Sensor Vibrating Wire  

  (Geokon. 2009) .............................................................   115 

xvi Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 18: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Gambar 6‐25.   Grafik Settlement Plate Sta 0+200................................   116 

Gambar 6‐26.   Grafik Settlement Plate Sta 0+350................................   116 

Gambar 6‐27.   Grafik Settlement Plate Sta 0+450................................   117 

Gambar 6‐28.   Grafik Piezometer Vibrating Wire Sta 0+200 Kedalaman 2m 118 

Gambar 6‐29.   Grafik Piezometer Vibrating Wire Sta 0+200 Kedalaman 6m 118 

Gambar 6‐30.   Grafik Piezometer Vibrating Wire Sta 0+450 Kedalaman 6m 119 

Gambar 6‐31.   Hasil Pembacaan Inclinometer Horizontal STA 0+200..   120 

Gambar 6‐32.   Hasil Pembacaan Inclinometer Horizontal STA 0+450..   121 

Gambar 6‐33.   Grafik Extensometer Sta 0+200 ....................................   122 

Gambar 6‐34.  Pemantauan Bench Mark dengan GPS Geodetic  

  (dokumentasi pemantauan di lapangan)......................   125 

Gambar 6‐35.   Penurunan Longitudinal dan Stratifikasi Tanah............   126 

Gambar 6‐36.  Retakan melintang pada permukaan aspal (dokumentasi  

  foto pematauan di lapangan) .......................................   127 

Gambar 6‐37.  Retakan pada Permukaan Aspal Setelah Ditandai Cat  

  (dokumentasi foto pematauan di lapangan) ................   127 

Gambar 6‐38.  Retakan Horizontal pada Sisi Timbunan Ringan yang  

  Menyambung dengan Retakan pada Permukaan Aspal  128 

Gambar 6‐39.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan STA 0+000 s.d. 

   0+030 ...........................................................................   128 

Gambar 6‐40.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 0+030 s/d 0+075 ....................................................   129 

Gambar 6‐41.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 0+075 S/D 0+110....................................................   129 

Gambar 6‐42.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 0+110 S/D 0+150....................................................   130 

Gambar 6‐43.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 0+150 S/D 0+180....................................................   130 

Gambar 6‐44.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan   

  STA 0+180 S/D 0+225....................................................   131 

Gambar 6‐45.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 0+225 S/D 0+275....................................................   131 

Gambar 6‐46.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

Daftar Gambar xvii

Page 19: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

  STA 0+275 S/D 0+300....................................................   132 

Gambar 6‐47.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 0+300 S/D 0+340....................................................   132 

Gambar 6‐48.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan   

  STA 0+340 S/D 0+380....................................................   133 

Gambar 6‐49  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan  

  STA 380 S/D 0+425........................................................   133 

Gambar 6‐50.  Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan STA 0+425 s.d. 

   0+450 ...........................................................................   134 

Gambar 6‐51.   Model Geometri STA 0+200..........................................   136 

Gambar 6‐52.   Vertical Displacements STA 0+200................................   137 

Gambar 6‐53.   Perbandingan Waktu  dan Tekanan Air Pori Ekses (kPa)  139 

Gambar 6‐54.  Deformasi Vertikal, Waktu dan Pergerakan Instrumentasi  

  STA 0+200. ....................................................................   138 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

xviii Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 20: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

1

PENDAHULUAN  

 

   

 

 

1.1 Latar Belakang Jenis tanah yang sering menimbulkan masalah selama pembangunan suatu 

struktur  maupun  menimbulkan  kerusakan  pada  konstruksi  jalan  existing 

digolongkan  pada  tanah  problematik.  Secara  umum,  tanah  problematik 

ditemukan pada jenis tanah ekspansif, tanah lunak, dan gambut. 

 

Masalah utama yang banyak ditemukan pada  tanah  lunak adalah masalah 

kestabilan konstruksi dan penurunan (settlement). Masalah lain yang sering 

timbul  adalah  masa  konstruksi  yang  lama,  biaya  konstruksi  dan 

pemeliharaan  yang mahal. Pembangunan  infrastruktur di atas  jenis  tanah 

ini,  jika  tidak  direncanakan  dengan  baik melalui  pengenalan  karakteristik 

yang akurat dapat berpotensi mengakibatkan kegagalan bangunan. 

 

Dalam  kurun  tahun  2006  sampai  dengan  2010  beberapa  teknologi 

penanganan  tanah  problematik  telah  diteliti  dan  dikembangkan  di  Balai 

Geoteknik  Jalan,  Pusat  Litbang  Jalan  dan  Jembatan.  Teknologi‐teknologi 

tersebut  telah  diuji  coba  dalam  skala  penuh  di  lapangan.  Salah  satu 

Bab 1 – Pendahuluan 1

Page 21: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

teknologi  tersebut  adalah  penggunaan material  timbunan  jalan mortar 

busa  (foamed  mortar)  sebagai  material  timbunan.  Pada  tahun  2009 

dibangun  timbunan pada oprit  jembatan dengan mortar busa  lokasi Oprit 

Jembatan Kedaton, Ruas Jalan Cirebon‐Karang Ampel, Jawa Barat dan tahun 

2010 dibangun timbunan jalan dengan mortar busa pada badan jalan lokasi 

Ruas Jalan Pangkalan Lima‐Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. 

 

Untuk mengevaluasi kinerja kedua uji coba timbunan  jalan dengan mortar 

busa tersebut telah dilakukan monitoring secara menerus. Naskah ilmiah ini 

menyajikan hasil evaluasi kinerja kedua uji coba tersebut. 

 

 

1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah  pada  kegiatan  ini  adalah  kinerja  teknologi  timbunan 

ringan dengan mortar busa  perlu dievaluasi dari segi besarnya penurunan, 

stabilitas maupun daya layan (serviceability). 

 

 

1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan  penyusunan  naskah  ilmiah  ini  adalah  menyiapkan  naskah  ilmiah 

sebagai  input  dalam  mengkinikan  pedoman  perencanaan,  pedoman 

pelaksanaan,  dan  spesifikasi  teknologi  penanganan  tanah  lunak  dengan 

menggunakan timbunan jalan dengan mortar busa. 

 

Sasaran  dari  kegiatan  TA  2012  adalah  tersedianya  bukti  teknis  kinerja 

timbunan ringan dengan mortar busa dalam jangka panjang. 

 

1.4 Metodologi Metodologi pekerjaan pembuatan naskah  ilmiah Kajian Penanganan Tanah 

Lunak Dengan Timbunan Jalan Mortar Busa, adalah: 

2 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 22: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

1.  Kajian  pustaka  yang mencakup  gambaran  umum  penggunaan mortar 

busa di luar negeri, kriteria mortar busa dan pelaksanaan  mortar busa. 

2.  Analisis dan evaluasi kinerja timbunan yang mencakup: 

• Kaji ulang terhadap data monitoring. 

• Pemodelan numerik timbunan jalan mortar busa sebagai timbunan 

oprit  Jembatan  (Jembatan  Kedaton,  Cirebon,  Jawa  Barat)  dan 

sebagai timbunan badan jalan (Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah). 

Pemodelan  numerik  juga mencakup  analisis  paramater  pengaruh 

variasi muka air,   berat  isi dan kuat  tekan bebas  terhadap kinerja 

timbunan. 

• Evaluasi  kinerja  timbunan  dengan  membandingkan  hasil 

monitoring,  hasil  analisis  numerik  dengan  kritera  timbunan  

(persyaratan besarnya penurunan dan stabilitas timbunan) 

 

 

1.5 Sistematika Bab Buku naskah ilmiah ini terbagi menjadi 7 Bab sebagai berikut: 

- Bab 1: Pendahuluan 

Bab 1 berisi  latar belakang kegiatan penelitian, rumusan masalah yang 

menyampaikan  uraian  masalah  yang  akan  dipecahkan,  tujuan,  dan 

sasaran  dibuatnya  naskah  ilmiah  serta  metodologi  penelitian  yang 

dilakukan. 

- Bab 2: Timbunan Jalan Dengan Mortar Busa 

Bab  2  adalah  gambaran  umum  timbunan  jalan  dengan mortar  busa, 

menjelaskan  kriteria mengenai  stabilitas  timbunan,  kriteria  deformasi 

pada timbunan jalan, kriteria deformasi pada oprit jembatan, dan jenis‐

jenis kerusakan pada perkerasan. 

- Bab 3: Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) 

Bab  3  membahas  mengenai  spesifikasi  bahan  untuk  timbunan  jalan 

dengan mortar  busa,  dan  prosedur  percobaan  pencampuran mortar 

busa yang dilaksanakan.   

- Bab 4: Metode Konstruksi Timbunan Ringan Mortar Busa 

Bab 1 – Pendahuluan 3

Page 23: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 4 berisi mengenai persyaratan peralatan dan tahapan pelaksanaan 

konstruksi mortar busa serta pengendalian mutu terhadap pelaksanaan 

pekerjaan timbunan ringan dengan mortar busa.  

- Bab  5:  Kinerja  Timbunan  Ringan Mortar  Busa  Lokasi  Oprit  Jembatan 

Kedaton, Cirebon, Jawa Barar 

Bab 5 membahas secara lebih rinci pelaksanaan dan kondisi sebenarnya 

timbunan jalan dengan mortar busa pada oprit jembatan, serta analisis 

berdasarkan  pemantauan  instrumen  yang  terpasang  dan  evaluasi 

kinerja  yang  dibandingkan  dengan  kriteria  terhadap  stablitas  dan 

deformasi pada oprit jembatan. 

- Bab 6: Kinerja Timbunan Ringan Pada Ruas Jalan Lokasi Pangkalan Bun, 

Kalimantan Tengah 

Bab 6 membahas mengenai pelaksaan  timbunan  jalan dengan mortar 

busa  pada  badan  jalan,  melakukan  analisis  serta  pemantauan 

berdasarkan  instrumen  yang  terpasang  dan  evaluasi  kinerja  yang 

dibandingkan  dengan  kriteria  stabilitas  dan  deformasi  terhadap 

timbunan ringan mortar busa. 

- Bab 7 : Penutup 

Bab 7 berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran 

untuk penelitian lanjutan 

 

 

 

 

 

 

4 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 24: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 5

2

TIMBUNAN JALAN DENGAN MORTAR BUSA

2.1 Gambaran Umum Bahan timbunan ringan yang dimaksud adalah "foamed embankment

mortar" disebut juga sebagai 'high grade soil' karena mempunyai beberapa

keunggulan dan kegunaan secara optimal, sebagai berikut (Febrijanto,

2008):

1. Beratnya ringan dan kekuatan cukup tinggi untuk subgrade dan pondasi

perkerasan jalan, berat isi dan kuat tekan tanah campuran ini dapat

direncanakan sesuai keinginan sehingga dapat mengurangi tekanan

lateral tanah pada suatu struktur bangunan abutment pondasi

jembatan atau mengurangi berat timbunan.

2. Karena berupa campuran "foamed embankment", maka memiliki

perilaku tahan terhadap perubahan karakteristik propertis akibat

phisical atau chemical procees selama masa konstruksi pelaksanaannya

dan memiliki daya dukung kekuatan selama masa konstruksi

Page 25: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

pelaksanaannya dan memiliki daya dukung kekuatan yang cukup

memadai sebagai pondasi perkerasan jalan.

Beberapa pemanfaatan bahan mortar busa digunakan untuk mengatasi

berbagai masalah geoteknik lainnya seperti untuk mengurangi tekanan

tanah akibat beban (vertical earth pressure) antara lain (Febrijanto, 2008):

1. Pada timbunan dibelakang konstruksi abutment jembatan (backfilling

material for bridge abutment)

2. Pada konstruksi stabilitas lereng dimana diperlukan lereng tegak (for

steel slope).

3. Pada timbunan diatas tanah sehingga diperoleh timbunan yang

beratnya relatif ringan dan tidak menimbulkan dampak tekanan tanah

akibat beban itu sendiri.

2.2 Penggunaan Mortar Busa yang Telah Digunakan di Jepang

Menurut Handayani (2007) disebutkan bahwa tanah yang dicampur dengan

foam telah banyak digunakan di Jepang sebagai pelebaran dan proyek

timbunan (back-filling). Dalam studi kasusnya, tanah kohesi dapat

diaplikasikan sebagai material campuran dengan foam, material tersebut

merupakan material setempat yang apabila dicampur dengan foam akan

mengembang hingga 4 (empat) kali volume awal sehingga kebutuhan

material tidak banyak dan pengadaan material timbunan tidak perlu

didatangkan dari lokasi lain. Keuntungan lain dari metode ini adalah nilai

berat isi dan kekuatan dapat direncanakan sesuai kebutuhan.

Berdasarkan kajian literatur JICA expert perihal pemanfaatan foam untuk

membentuk bahan timbunan jalan dengan mortar busa diperoleh kriteria-

kriteria sebagai berikut (Handayani, 2007):

Page 26: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 7

1. Mempunyai berat yang ringan sehingga nilai berat isi (density) dari

material campuran atau mortar tersebut mempunyai berat isi 5-12

kN/m³.

2. Mempunyai nilai flow (flowability), yang diindikasikan untuk

memudahkan pelaksanaan dilapangan bila menggunakan alat

penyemprot sehingga mencapai jarak yang ideal, nilai flow pada

umumnya berkisar 180±20 mm.

3. Mempunyai kemudahan pelaksanaan, yaitu mudah disemprotkan bila

menggunakan alat mesin penyemprot dan dapat memadat sendiri

karena berperilaku seperti mortar beton dimana material campuran

tersebut mengeras sesuai dengan waktu pemeraman (curring) yang

ditetapkan.

4. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sesuai untuk jenis konstruksi

penggunaannya, misalnya kuat tekannya dalam umur 14 hari mencapai

1000 kN.

Berikut pekerjaan mortar busa yang telah dilaksanakan di Jepang

(Handayani, 2007) :

1. Tomei Express Highway Construction Project (Shizuoka Pref.Japan),

Application Purpose. Lightweight Embanking For Steep Slope, Wet

Density 6 kn/M³, UCS Qu28 = 1,000 Kn/m³, Volume 4,000 m³.

2. Road Restoration Project After Noto Peninsula Earthquake Disaster

(Ishikawa Pref.Japan), Application Purpose. Rapid Embanking For Steep

Slope, Stable Embanking Against Disaster, Wet Density 5.3 & 5.8 Kn/m³,

UCS Qu28 = 500 & 800 Kn/m³, Volume 3,000m³.

3. Tohoku Central Highway Construction Project (Yamagata Pref.Japan),

Application Purpose Reduction Of The Earth Pressure Behind Bridge

Abutment, Wet Density 6 Kn/M³, UCS Qu28 = 1,000 Kn/M³, Volume

15,534 m³.

4. Project Name Haneda Tokyo Internasional Airport, New International

Terminal Area Preparation Project-Protection Of Underground Train

Tunnel Due To Embanking Work, Application Purpose. Reduction Of

Page 27: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

8 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Increment Load By Filling Works, Wet Density = 11 Kn/m³, UCS Qu = 200

Kn/m³, Volume 32,220 m³.

2.3 Kriteria Kinerja Timbunan 2.3.1 Kriteria Stabilitas Timbunan Kriteria stabilitas mengikuti pedoman-pedoman perencanaan yang

menyebutkan bahwa untuk analisis stabilitas lereng timbunan digunakan

faktor keamanan (FK) ≥ 1,30. Kimpraswil (2002b) memberikan faktor

keamanan minimum untuk analisis stabilitas sebesar 1,40 untuk jalan kelas I

dan kelas II, dan faktor keamanan minimum sebesar 1,30 untuk jalan kelas

III.

Penentuan kriteria stabilitas timbunan ini terkait dengan pemilihan jenis

pengujian untuk mendapatkan parameter perencanaan serta pemilihan

metode analisisnya. DPU (2006) menyarankan, analisis tegangan total

dilakukan, apabila:

• Timbunan dengan tinggi ≤ 5 m dari tanah kohesif dengan koefisien

permeabilitas rendah, parameter kekuatan geser tanah

timbunannya ditentukan dengan cara uji triaksial UU.

Meningkatnya kekuatan akibat konsolidasi tidak diharapkan untuk

timbunan dengan tinggi hingga 5 m. dan analisis stabilitas dengan

metoda tegangan total.

• Timbunan dengan tinggi > 5 m dari tanah kohesif dengan koefisien

permeabilitas rendah, parameter kekuatan geser tanah

timbunannya ditentukan dengan cara uji triaksial CU.

• Timbunan dengan koefisien permeabilitas tinggi, parameter

kekuatan geser tanah timbunannya ditentukan dengan cara uji

triaksial CD.

Konstruksi-konstruksi timbunan di jalan tol Cipularang (2005) menggunakan

faktor keamanan minimum tanpa beban gempa untuk timbunan di Kelas

Page 28: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 9

Jalan I dan II, FK ≥ 1,30, dan Kelas Jalan III FK ≥ 1,25 (tidak ada hunian

sekitar). Analisis stabilitas jangka pendek tanah dasar lunak menggunakan

parameter kuat geser tanah tak teralirkan (undrained shear strength) dari

hasil pengujian triaksial UU atau CU. Analisis stabilitas jangka panjang tanah

dasar keras menggunakan parameter kuat geser tanah efektif dari hasil

pengujian triaksial CU atau CD. Besarnya beban lalu lintas yang diizinkan

untuk analisis timbunan di pada Tabel 2-1.

Tabel 2-1. Beban Lalu Lintas untuk Analisis Stabilitas (Kimpraswil, 2002b).

Kelas Jalan Beban Lalu lintas

(kPa)

I 15

II 12

III 12

2.3.2 Kriteria Deformasi pada Timbunan Jalan Kriteria deformasi (penurunan) selama masa konstruksi serta kecepatan

penurunan yang disyaratkan oleh Kimpraswil (2002b) dapat dilihat pada

Tabel 2-2.

Tabel 2-2. Kriteria Penurunan Timbunan (Kimpraswil, 2002b)

Kelas Jalan Penurunan Yang Disyaratkan Selama Masa Konstruksi, s/stot

Kecepatan Penurunan setelah Konstruksi (mm/tahun)

I > 90% < 20

II >85% < 25

III >80% < 30

IV >75% < 30

Kimpraswil (2002a) menjelaskan klasifikasi perencanaan jalan Kelas I sampai

IV dan besar volume Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR) di dalam Tabel 2-3.

Page 29: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

10 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Klasifikasi Jalan Tipe II yang dimaksud adalah klasifikasi sebagian atau tanpa

pengaturan jalan masuk.

Tabel 2-3. Klasifikasi Perencanaan Jalan Tipe II (Kimpraswil, 2002a)

Fungsi LHR Kelas

Primer Arteri I

I

Kolektor ≥ 10.000≤ 10.000 II

Sekunder I

Arteri ≥ 20.000≤ 20.000 II

II

Kolektor ≥ 6.000≤ 6.000 III

III

Lokal ≥ 500 ≤ 500 IV

Kriteria penurunan tanah timbunan lainnya yang pernah diterapkan di

Indonesia adalah kriteria penurunan untuk jalan tol Cipularang (Djajaputra

dkk, 2005). Kritera tersebut mensyaratkan penurunan maksimum timbunan

jalan sebesar 10 cm untuk timbunan jalan dan 4 cm untuk timbunan oprit.

Berbeda dengan kriteria di Indonesia, SCDOT (2008) memberikan kriteria

penurunan total, penurunan diferensial dan laju penurunan pada kondisi

batas layan (serviceability Limit State, SLS) dan kondisi batas ekstrim

(extreme event limit state, EE) untuk kasus timbunan, pelebaran dan transisi

antara jembatan dan timbunan. Pada naskah ilmiah ini yang dibahas adalah

hanya untuk kasus timbunan. Kriteria SLS diperlihatkan pada Tabel 2-4

sedangkan kriteria EE disajikan pada Tabel 2-5 dan Tabel 2-6. Gambar 2-1

dan Gambar 2-2 merupakan ilustrasi penurunan timbunan pada arah

vertikal dan arah memanjang jalan untuk digunakan bersama dengan Tabel

2-4.

Kriteria penurunan dalam SCDOT (2008) dibuat berdasarkan kelas jalan

dengan memperhitungkan umur rencana minimum, penurunan vertikal

selama umur rencana, laju penurunan per tahun, serta penurunan

Page 30: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 11

diferensial vertikal maksimum. Kelas jalan tersebut dibagi menjadi tiga

klasifikasi yang disebut sebagai Roadway structure Operational

Classification (ROC). ROC dikembangkan khususnya untuk perencanaan

timbunan jalan dan struktur di sepanjang jalan bebas hambatan (highways).

Klasifikasi tersebut berhubungan langsung dengan klasifikasi operasional

jembatan atau Bridge Operational Classification (OC) dengan

menghubungkan jarak timbunan dan struktur terhadap jembatan.

Pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. ROC I adalah timbunan jalan atau struktur (dinding penahan tanah, dll)

yang berlokasi 45,72 m dari jembatan dengan Kategori I (OC I), dinding

kaku dengan tinggi > 4,57 m dan dinding fleksibel dengan tinggi > 15,24

m.

2. ROC II adalah timbunan jalan atau struktur (dinding penahan tanah, dll)

yang berlokasi 45,72 m dari jembatan dengan Kategori II (OC = II).

3. ROC III adalah timbunan jalan atau struktur (dinding penahan, dll.) yang

berlokasi 45,72 m dari jembatan kategori III (OC = III) atau berlokasi

lebih jauh dari 45,72 m dari jembatan dengan mengabaikan klasifikasi

jembatannya.

SCDOT (2008) menjelaskan ketiga kategori yang disebutkan di atas sebagai

berikut:

1. Kategori I (OC I), adalah jembatan-jembatan standar antar wilayah

termasuk jembatan yang memenuhi kriteria sebagai:

- Struktur yang tidak memiliki akses putar balik (detour)

- Struktur dengan akses putar balik lebih panjang dari 40 km

- Struktur dengan umur rencana > 75 tahun

2. Kategori II (OC II), adalah jembatan-jembatan yang tidak termasuk ke

dalam Kategori I dan memenuhi kriteria:

- Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) diproyeksikan ≥ 500

- LHR diproyeksikan < 500, dengan panjang jembatan ≥ 55 m, atau

panjang bentang individual ≥ 18,3 m

3. Kategori III (OC III) adalah semua jembatan yang tidak termasuk ke

dalam Kategori I dan II.

Page 31: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

12 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Jika dihubungkan dengan kriteria dari Kimpraswil (2002b) dan Dit. Bina

Marga (1992), maka jalan dengan SCDOT (2008) Kategori II adalah jalan

lokal dengan kelas jalan III dan IV dengan LHR ≥ 500 dan < 500. Dengan

demikian, jalan Kelas I dan II diasumsikan masuk ke dalam jalan Kategori I

berdasarkan SCDOT (2008).

Kriteria yang kedua yaitu penurunan minimum dan maksimum dalam arah

lateral dan vertikal badan jalan yang disyaratkan pada kondisi batas

ekstrimnya atau disebut juga sebagai Extreme Event I Limit State (EE- I)

seperti diperlihatkan pada Tabel 2-5 dan Tabel 2-6. Ilustrasi dari penjelasan

pada tabel-tabel tersebut dapat dilihat pada Gambar 2-1, Gambar 2-2, dan

Gambar 2-3.

Tabel 2-4. Kriteria Kinerja Timbunan Selama Masa Layan/Kondisi SLS (diadopsi dari

SCDOT, 2008)

ROC Deskripsi batasan kinerja Kondisi Batas Layan (Service Limit

State, SLS)

I (Jalan Kelas I dan Kelas II)

II (Jalan Kelas III dan Kelas IV)

III Arah penurunan

Umur Rencana Minimum (Tahun)

100 100 100

Penurunan vertikal (total) maksimum di sepanjang profil kelas jalan selama umur rencana timbunan, ΔV

(mm)

203.2 203.2 406.4

Laju penurunan per tahun setelah konstruksi perkerasan selesai (mm/tahun)

2.54 2.54 5.08

Longitudinal (memanjang)

Penurunan diferensial vertikal maksimum yang terjadi di sepanjang profil jalan setelah konstruksi perkerasan selesai. (milimeter per 15 m panjang longitudinal timbunan)

25.4

38.1 50.8

Page 32: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 13

Profil Grade (PG) untuk jalan tanpa median umumnya terletak di bagian

tengah jalan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2-1. Gambar 2-1

merupakan potongan yang diambil dari Gambar 2-2 dalam arah melintang

jalan (potongan A-A). Penurunan yang dievaluasi adalah penurunan di

bagian tengah timbunan, dimana penurunan maksimum dan diferensial

maksimum umumnya terjadi.

Keterangan gambar: Δv adalah penurunan vertikal tanah asli

ΔVp adalah penurunan vertikal di satu profil jalan (roadway profile grade) pada arah melintang

timbunan

Gambar 2-1. Ilustrasi Penurunan (Potongan A-A) (SCDOT, 2008)

Keterangan gambar: Δv adalah penurunan vertikal tanah asli ΔVp adalah penurunan vertikal di profile grade timbunan pada penampang melintang tertentu L adalah jarak yang menunjukkan batas-batas untuk perhitungan penurunan diferensial, dalam hal ini yaitu sejarak L1 dan L2

Gambar 2-2. Profil Penurunan Timbunan (SCDOT, 2008)

Page 33: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

14 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Kriteria kinerja berikutnya dari SCDOT (2008) adalah kriteria kinerja

timbunan pada kondisi terekstrim I atau Extreme Event I (EE I). Objektif dari

kriteria kinerja ini adalah hanya berdasarkan pada timbunan yang

mendukung perkerasan serta mempertahankan lalu-lintas kendaraan di jalan.

Tabel 2-5 memperlihatkan kriteria kinerja ketidakstabilan global timbunan

pada kondisi terekstrim I dan Gambar 2-3 adalah ilustrasi penurunan pada

arah vertikal dan lateral akibat ketidakstabilan global timbunan.

Tabel 2-5. Kriteria Kinerja Ketidakstabilan Timbunan pada Kondisi Terekstrim (EE I)

(diadopsi dari SCDOT, 2008)

ROC

Arah penurunan

Kinerja Kondisi Batas Ekstrim I (EE I

Limit State) Gempa Rencana

I (Jalan Kelas I

dan Kelas II)

II (Jalan

Kelas III dan

Kelas IV)

III

Untuk mempertahankan fungsi jalan

25.4 50.8 101.6 Deformasi vertikal maksimum pada bagian atas bidang keruntuhan lereng, ΔVTS (mm)

Untuk keselamatan pengguna jalan

50.8 101.6 203.2

Untuk mempertahankan fungsi jalan

25.4 50.8 101.6

Vertikal

Deformasi vertikal maksimum pada bagian bawah bidang keruntuhan lereng, ΔVBS (mm)

Untuk keselamatan pengguna jalan

50.8 101.6 203.2

Untuk mempertahankan fungsi jalan

76.2 152.4 609.6 Deformasi lateral maksimum pada bagian atas bidang keruntuhan lereng, ΔLTS (mm)

Untuk keselamatan pengguna jalan

101.6 304.8 1524

Untuk mempertahankan fungsi jalan

76.2 152.4 609.6

Lateral*

Deformasi lateral maksimum pada bagian bawah bidang keruntuhan, ΔLBS lereng (mm)

Untuk keselamatan pengguna jalan

101.6 304.8 1524

Ket: *) penurunan pada arah ketidakstabilan global timbunan

Page 34: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 15

Keterangan gambar: ΔVTS adalah pergerakan vertikal maksimum pada bagian atas bidang runtuh ΔVBS adalah pergerakan vertikal maksimum pada bagian bawah bidang runtuh ΔLTS adalah pergerakan lateral maksimum pada bagian atas bidang runtuh ΔLBS adalah pergerakan lateral maksimum pada bagian bawah bidang runtuh

Gambar 2-3. Ilustrasi Penurunan Vertikal dan Lateral Akibat Ketidakstabilan Global Timbunan

Tabel 2-6 memperlihatkan kriteria kinerja penurunan timbunan pada

kondisi terekstrim atau EE I.

Tabel 2-6. Kriteria Kinerja Penurunan Timbunan pada Kondisi Terekstrim (EE I) (diadopsi

dari SCDOT, 2008)

ROC

Arah penurunan

Kinerja Kondisi Batas Ekstrim I (EE I

Limit State) Gempa desain

I

(Jalan Kelas I

dan Kelas

II)

II

(Jalan Kelas III dan Kelas

IV)

III

Untuk mempertahankan fungsi jalan

25.4 38.1 50.8 Longitudinal (memanjang)

Penurunan diferensial vertikal maksimum pada arah memanjang badan jalan setelah konstruksi jalan selesai (mm per 15 m panjang longitudinal timbunan)

Untuk keselamatan pengguna jalan

50.8 76.2 101.6

Page 35: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

16 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

2.3.3 Kriteria Deformasi pada Oprit Jembatan Penurunan yang disyaratkan untuk perencanaan lokasi transisi antara

jembatan dan timbunan yaitu penurunan diferensial vertikal antara ujung

abutment dengan ujung timbunan oprit jembatan. Kriteria penurunan yang

diberikan adalah dalam arah memanjang (longitudinal) pada kondisi batas

layan jalan (Serviceability Limit State, SLS) seperti yang diperlihatkan di

dalam Tabel 2-7.

Tabel 2-7. Kriteria Penurunan Dalam Arah Memanjang (Longitudinal) untuk Transisi

Badan Jalan/Jembatan Selama Masa Layan (diadopsi dari SCDOT, 2008)

Kelas Jalan

Arah penurunan Deskripsi batasan kinerja Kondisi Batas Layan (Service Limit State) I II III

Longitudinal (memanjang)

Penurunan diferensial vertikal antara ujung abutment dengan ujung oprit jembatan (mm).

*Ket:

Panjang slab terdekat oprit jembatan (Lslab) diukur dalam meter.

1.905 x Lslab

2.54 x Lslab

3.175 x Lslab

End Bent VAApporach Slab

Pavement

Gambar 2-4. Ilustrasi Penurunan pada Arah Memanjang Oprit Jembatan dan Timbunan (SCDOT, 2008)

Page 36: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 17

Tabel 2-8. Kriteria Penurunan pada Arah Memanjang pada Kondisi Terekstrim untuk Transisi Jembatan/Timbunan (SCDOT, 2008)

Kelas Jalan Arah penurunan

Kinerja Kondisi Batas Ekstrim I (EE I Limit

State) Gempa desain

I II III

Untuk mempertahankan fungsi jalan

0.075 Lslab

0.100 Lslab

0.125 Lslab

Longitudinal (memanjang)

Penurunan diferensial vertikal maksimum antara end bent dengan ujung oprit jembatan (mm). *Ket: Panjang slab terdekat oprit jembatan (Lslab) dalam satuan meter

Untuk keselamatan pengguna jalan

0.100 Lslab

0.200 Lslab

0.400

Lslab

Kriteria yang kedua yaitu penurunan minimum dan maksimum dalam arah

lateral dan vertikal memanjang jalan yang disyaratkan pada kondisi batas

ekstrimnya atau disebut juga sebagai Extreme Event I Limit State (EE- I)

seperti diperlihatkan pada Tabel 2-8.

2.3.4 Retakan pada Perkerasan Karena timbunan mortar busa menyerupai konstruksi perkerasan kaku

(rigid pevment), maka dalam kajian ini diulas mengenai jenis- jenis

kerusakan pada konstruksi perkerasan kaku.

Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus

sepanjang jalan seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal

ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada

permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan,

selain itu konstruksi seperti ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya

retak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan.

Kerusakan pada konstruksi permukaan jalan dapat disebabkan oleh

beberapa hal (BM,1983):

1. Lalu-lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.

Page 37: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

18 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak

baik, naiknya air akibat sifat kapiler.

3. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini dapat disebabkan oleh

sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem

pengolahan bahan yang tidak baik.

4. Iklim, suhu udara dan curah hujan yang tinggi dapat merusak

perkerasan jalan.

5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, karena sifatnya memang jelek

atau karena sistem pelaksanaannya yang kurang baik.

6. Proses pemadatan lapisan-lapisan selain tanah dasar kurang baik.

7. Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh

satu faktor saja, tetapi dapat berupa gabungan dari beberapa faktor

yang saling berhubungan.

Jenis kerusakan serta sifat dan tingkat kerusakan perkiraan berdasarkan

penyebab kerusakannya, dapat dilihat pada Tabel 2-9.

Tabel 2-9.Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan dan Penyebabnya (BM,1983)

No Jenis Kerusakan

Bentuk

Sifat Tingkat Kerusakan Perkiraan Penyebab

Kerusakan 1 Retak halus • Lebar celah < 3 mm

• Penyebaran setempat dan meluas • Meresapkan air • Akan berkembang menjadi retak

buaya

• Bahan perkerasan kurang baik

• Pelapukan permukaan • Air/drainase kurang

baik • Tanah dasar/bagian

perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil

2 Retak kulit buaya

• Lebar celah > 3mm • Saling berangkai membentuk

serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya

• Meresapkan air • Akan berkembang menjadi lubang

akibat pelepasan butiran

• Bahan perkerasan kurang baik

• Pelapukan permukaan • Air / drainase kurang

baik • Tanah dasar/bagian

perkerasan dibawah lapisan permukaan kurang stabil

Page 38: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 19

No Jenis Kerusakan

Bentuk

Sifat Tingkat Kerusakan Perkiraan Penyebab

Kerusakan 3 Retak refleksi • Memanjang/diagonal/melintang

/kotak • Meresapkan air • Diikuti lepasnya butir pada tepi

retak sehingga kerusakan akan bertambah parah

• Pergerakan vertikal/horizontal di bawah lapis perkerasan sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif

4 Alur • Berbentuk alur/parit yang sejajar as jalan dan terjadi pada lintasan roda

• Menampung dan meresapkan air • Mengurangi kenyamanan • Akan diikuti retak-retak

• Lapis perkerasan yang kurang padat

• Stabilitas perkerasan rendah sehingga terjadi deformasi plastis

5 Amblas • Setempat, dengan atau tanpa retak

• Kedalaman umumnya lebih 2 cm • Menampung dan meresapkan air • Berkembang menjadi lubang

• Beban/berat kendaraan yang berlebihan

• Pelaksanaan kurang baik

• Penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar

Berdasarkan penyebab terjadinya kerusakan retak, dibagi menjadi 3 bagian

(Mamlouk, 2006):

1. Retak struktural (structural cracking)

Retak struktural yang disebut juga sebagai retak lelah (fatigue cracking)

adalah serangkaian retak memanjang dan saling berhubungan pada

permukaan jalan yang disebabkan oleh pembebanan yang berulang

dari roda kendaraan. Jenis retak ini umumnya dimulai sebagai retak

longitudinal pendek di jalan dan berkembang menjadi retak berpola

kulit buaya (retak saling berhubungan). Jenis retak ini terjadi karena

aksi lentur yang berulang pada perkerasan saat beban diberikan. Hal

ini menghasilkan tegangan tarik yang akhirnya membuat retak pada

bagian bawah lapisan aspal. Retak secara bertahap merambat ke bagian

atas lapisan dan kemudian berkembang dan saling berhubungan. Jenis

kerusakan ini akhirnya akan menyebabkan hilangnya integritas

struktural dari sistem perkerasan. Jenis retak struktural dapat dilihat

pada Gambar 2-5.

Page 39: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

20 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Gambar 2-5. Retak Struktural

2. Retak melintang akibat suhu ( transverse thermal cracking)

Retak ini terjadi karena perubahan suhu pada material perkerasan

jalan. Karena material ini digerus berulang akibat gaya gesekan dengan

material lain, tegangan tarik berkembang dalam material perkerasan.

Jika tegangan tarik melebihi kekuatan tegangan tarik material, maka

retak thermal akan berkembang seperti Gambar 2-6. Retak thermal

biasanya terjadi dalam arah melintang dan tegak lurus dari arah arus

lalu lintas. Jenis retak ini biasanya memiliki jarak yang sama. Retak ini

adalah jenis retak yang tidak berhubungan dengan beban lalu lintas dan

retak ini dimulai saat musim dingin. Lebar retak thermal biasanya

mengalami perubahan dari musim panas ke musim dingin. Dalam

beberapa kasus, retak yang kecil dapat tertutup selama musim panas.

Dalam kasus lain, lebarnya retak meningkat dari tahun ke tahun. Jenis

retak melintang akibat suhu dapat dilihat pada Gambar 2-6.

Gambar 2-6. Retak Melintang Akibat Suhu

Page 40: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 21

3. Retak refleksi (reflection cracking)

Retak refleksi merupakan retak di bawah lapisan yang bisa terjadi

overlay. Retak refleksi sering terjadi di aspal overlay pada perkerasan

beton dan cement treated basis, biasanya terjadi ketika retak pada

lapisan aspal yang lama tidak benar diperbaiki sebelum di-overlay.

Retak refleksi memiliki beberapa bentuk tergantung pada pola retak di

lapisan bawahnya. Jenis retak refleksi dapat dilihat pada Gambar 2-7.

Gambar 2-7. Retak Refleksi (Reflection Craking)

Berdasarkan tingkat keparahan (MTC,1986),dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu:

• Ringan (low), kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak halus

yang saling terhubung tanpa ada retakan yang pecah, terlihat pada

Gambar 2-8.

Gambar 2-8. Retak dengan Tingkat Keparahan Rendah

Page 41: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

22 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

• Sedang (medium), kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak

yang terhubung membentuk kotak-kotak kecil dan pola retak sudah

cukup kelihatan jelas karena sudah terdapat retak yang mulai pecah,

dapat dilihat pada Gambar 2-9.

Gambar 2-9. Retak dengan Tingkat Keparahan Sedang

• Berat (high), kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak

menyerupai kulit buaya yang keseluruhan retaknya sudah pecah

sehingga jika dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya alur bahkan

lubang pada jalan, dapat dilihat pada Gambar 2-10.

Gambar 2-10. Retak dengan Tingkat Keparahan Berat

Berdasarkan lokasi retak, NDLI (1995) membagi retak menjadi dua bagian,

yaitu:

• Retak pada tepi

Retak pada tepi ini sama halnya dengan edge break, retak ini terjadi

pada pertemuan tepi permukaan perkerasan dengan bahu jalan tanah

Page 42: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 23

(bahu tidak beraspal) atau juga pada tepi bahu jalan beraspal dengan

tanah sekitarnya.

• Retak pada lintasan roda (wheel path)

Retak yang terjadi pada lintasan roda (wheel path), yang umumnya

retak akibat pembebanan berulang dari kendaraan yang melintasi jalan

tersebut.

Berdasarkan cara berkembangnya, menurut Kuenne (2009) membagi

menjadi dua bagian, yaitu:

• Retak dari atas ke bawah (top-down cracking)

Top-down cracks (TDC) adalah retak memanjang dan atau melintang

yang dimulai pada permukaan perkerasan aspal dan berkembang ke

bawah. Menurut Kuenne (2009), retak ini biasanya terjadi akibat

segregasi campuran aspal dan sifat viscoelastic aspal sebagai pengikat

yang rentan terhadap perubahan suhu yang ekstrim.

• Retak dari bawah ke atas (bottom-up cracking)

Kuennen (2009) menyebutkan bahwa bottom-up cracking atau fatigue

cracking adalah hasil dari perkembangan tegangan pada lapis pondasi

perkerasan aspal yang menyebabkan lapis pondasi retak dan

merambat ke atas. Retak ini diakibatkan repetisi beban lalu lintas dan

bisa berupa kumpulan retak kecil yang saling berhubungan.

Menurut laporan akhir Handayani (2007), mengenai terjadinya retakan dan

sifat susut, pengamatan visual sifat fisik mortar busa:

• Material (mortar + foam) mengembang hanya pada saat proses

pencampuran

• Sifat susut:

Dimulai pada saat awal curing

Semua campuran menunjukan sifat susut

Campuran yang menggunakan material tanah cenderung memiliki

penyusutan yang lebih besar dibanding material pasir.

Terjadinya retak akan berkurang jika pada saat curing material

campuran ditutup (plastik) atau terlindungi dari pengaruh udara

Page 43: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

24 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

secara langsung. Campuran yang menggunakan material pasir

walaupun tidak ditutup cenderung resisten akan terjadinya retak

dibanding material tanah.

Perlindungan dan perawatan pada perkerasan kaku menurut, Kimpraswil

(2004) sebagai berikut:

Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton

harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor

lingkungan.

a. Pencegahan retak susut plastis;

Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton

basah dan pada saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini

adalah pengeringan permukaan beton yang terlalu cepat yang

dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara serta

kecepatan angin. Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila

kelembaban relatif kecil, temperatur beton lebih tinggi dari temperatur

udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi

kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan

mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan

dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan

yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada

saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.

Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus

dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis.

Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :

- Buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau

sinar matahari terhadap permukaan beton semen

- Kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton

dan udara baik cuaca panas maupun dingin.

- Hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran

beton.

Page 44: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 2 – Timbunan Jalan dengan Mortar Busa 25

- Rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan

dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi

keterlambatan, lindungi perkerasan kaku dengan penutup

sementara

- Lindungi perkerasan kaku selama beberapa jam pertama setelah

pengecoran dan pembuatan tekstur permukaan untuk

meminimalkan penguapan.

b. Perlindungan terhadap hujan;

Untuk melindungi perkerasan kaku belum berusia 12 jam, harus ditutup

dengan bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

c. Perlindungan terhadap kerusakan permukaan.

Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek,

dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang,

dan lain sebagainya.

Page 45: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

26 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 46: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

3

PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN

(DESIGN MIX FORMULA) MORTAR BUSA

 

 

   

 

 

3.1 Umum Teknologi  timbunan  mortar  busa  yang  dibahas  adalah  menggunakan 

metode  campuran  rasio  tertentu  antara  semen,  foam  dengan  bahan 

tanah/pasir. Material yang digunakan dapat merupakan material setempat 

atau  material  yang  diperoleh  dari  lokasi  lain  seperti  pasir.  Dengan 

penambahan  foam pada campuran mortar, maka material campuran akan 

mengembang hingga sampai dengan 4  (empat) kali volume awal sehingga 

kebutuhan  material  dapat  dikurangi  bila  dibandingkan  dengan  material 

tanpa  campuran  foam. Metode  ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai 

berat isi dan kekuatan dapat direncanakan sesuai kebutuhan.  

 

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 27

Page 47: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Pembuatan  rancangan  campuran  diperoleh  berdasarkan  perhitungan 

rancangan  dan  percobaan  di  laboratorim  untuk mendapatkan  komposisi 

material campuran timbunan jalan dengan mortar busa, sehingga diperoleh 

mortar busa yang sesuai dengan target yang diinginkan. Langkah – langkah 

pembuatan desain campuran adalah dengan cara coba‐coba komposisi mix 

design hingga mencapai kriteria yang disyaratkan. 

 

Komposisi campuran adukan mortar yang akan dipergunakan harus sudah 

diajukan  paling  lambat  30  hari  sebelum  pekerjaan  pengadukan  mortar 

dimulai, lengkap dengan laporan analisis dan hasil pengujian. 

 

 

3.2 Spesifikasi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa

3.2.1 Persyaratan Bahan Selambat‐lambatnya 14 hari  sebelum pencampuran material mortar busa 

dimulai, penyedia  jasa harus sudah mengajukan  lokasi sumber dari bahan‐

bahan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan adukan/campuran material 

mortar  busa.  Pembatasan  tersebut  sudah  mencakup  survey  quarry, 

penelitian bahan‐bahan, mix design sampai mendapatkan  job‐mix  formula 

untuk adukan/pencampuran material mortar busa yang akan dipergunakan. 

 A.  Pasir 

Pasir yang dimaksud adalah pasir alam (natrual sand), seperti pasir sungai, 

pasir  galian  atau  disebut  sebagai  pasir  mortar  berkualitas  baik  dan 

memenuhi persyaratan umum/teknis serta persyaratan gradasi. 

 

Pasir  yang  digunakan  adalah  pasir  yang  berkualitas  baik  dan memenuhi 

persyaratan umum/teknis  serta persyaratan gradasi ASTM C 33‐97  (1997) 

pada  Tabel  3‐1.  Pasir    harus mempunyai  butiran‐butiran  yang  keras  dan 

awet  (durable).  Pasir  tidak  boleh  mengandung  lumpur,  tanah  liat  dan 

material‐material gembur/mudah hancur  (clay  lumps and  friable particles) 

28 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 48: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

lebih dari 3% (SNI 03‐6819‐2002). Harus bebas dari arang, benda‐benda dari 

kayu  serta  kotoran‐kotoran  lainnya  yang  tidak  dikehendaki.  Tidak  boleh 

mengandung  terlalu  banyak  butir‐butir  yang  pipih  (flat  pieces)  atau 

berbentuk panjang (enlongated pieces) serta pecahan‐pecahan kulit kerang. 

Bahan  pencampur  tidak  diizinkan  menggunakan  abu  batu.  Pasir  yang 

diijinkan yaitu pasir dengan ukuran maksimum 4,75 mm lolos saringan no.4, 

dapat dilihat pada  Tabel 3‐1 dan Gambar 3‐1. 

 Tabel 3-1.Persyaratan Pasir (ASTM C 33-97, 1997)

Ukuran Saringan (ASTM)  % Berat Lolos Saringan No. 

Inc / No  mm  Minimum  Maksimum 

1  1/2"  12.7  100  100 2  3/8"  9.51  98  100 

3  1/4"  6.35  96  100 

4  No. 4  4.76  95  100 

5  No. 8  2.36  80  100 

6  No. 16  1.19  50  85 

7  No. 30  0.595  25  60 

8  No. 50  0.297  11  33 

9  No. 100  0.149  4  15 

10  No. 200  0.075  0  3 

 

 Gambar 3-1. Grafik Gradasi Batasan Pasir untuk Mortar Busa

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 29

Page 49: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 3-2. Pasir, Lokasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (dokumentasi pelaksanaan lapangan)  

 

B.  Air 

Air  yang  digunakan  dalam  pekerjaan  haruslah  air  bersih,  tawar  (pH  air  > 

5,5), dan bebas dari minyak, bahan‐bahan organik atau bahan‐bahan/zat‐

zat  lainnya. Besar  kandungan  sulfat dan  chloride dalam  air  tersebut  tidak 

boleh melebihi batas‐batas yang telah ditentukan sesuai dengan spesifikasi 

yang bisa merusak mutu dan kekuatan material mortar busa  seperti yang 

sudah ditentukan dan harus memenuhi ketentuaan yang di syaratkan dalam 

SNI 06‐1140‐1989. Air adukan pada timbunan  jalan menggunakan material 

mortar busa tidak boleh mengandung butir‐butir zat padat lebih dari 0.20% 

dan tidak boleh mengandung larutan garam lebih dari 1.5%. 

 

C.  Semen 

Penyedia  jasa  harus  mendapatkan  hasil  uji  laboratorium  dari  pabriknya 

selama waktu 3 (tiga) bulan terakhir, baik untuk semen secara zak maupun 

semen  secara  curah  (silo).  Semen  harus  memenuhi  SNI  15‐2049‐1994. 

Setiap  laporan  bulanan  harus  jelas mencantumkan  deviasi  rata‐rata  dan 

deviasi standar untuk semua hasil pengujian seperti yang telah ditetapkan 

dalam ASTM C 150 – 07. (2007) mengenai spesifikasi untuk semen P.C. tipe I 

dan  V  dan  ASTM  C  595  –  09.  (2009)  untuk  semen  P.C.  tipe  IP  (Portlant 

Pozzolan Cement) atau sesuai SNI 15 7064‐2004, termasuk analisis kimiawi 

dan fisik. Ahli atau yang mewakili bilamana perlu mengambil contoh semen 

P.C. yang masih  segar untuk diuji apakah hasilnya  sama dengan hasil dari 

pabriknya. 

30 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 50: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Semen  P.C.  yang  akan  dipergunakan  harus memenuhi  persyaratan  yang 

ditetapkan  dalam  ASTM  C  150‐07  (2007)  untuk  semen  tipe  I  (slab)  dan 

semen  tipe V  (Pipa Cakar Ayam) dan ASTM C 595‐09  (2009) untuk  semen 

tipe  IP. Dalam  hal  ini  Penyedia  jasa  harus mendapatkan  laporan  bulanan 

mengenai hasil uji kimiawi dan  fisik dari pabrik yang memproduksinya. Di 

samping  itu  tiap  minggu  Penyedia  jasa  harus  melaksanakan  pengujian 

terhadap  semen  P.C.  yang  akan  dipergunakan  di  laboratorium  lapangan 

dengan jenis pengujian sebagai berikut: 

- Specific Grafity dari semen PC. 

- Kehalusan  dari  semen  PC  dengan  mempergunakan  air  permeability 

apparatus (ASTM C 204 ‐ 11. 2011). 

- Lamanya waktu pengikatan dari semen PC dengan vicat needle (ASTM C 

191‐04, 2004). 

- Compressive strength dari mortar semen PC 

 

Dalam  hal  dipergunakan  semen  curah  dalam  silo, maka  pada  saat  akan 

dipergunakan  dalam  adukan  mortar,  temperatur  semen  tersebut  tidak 

boleh  lebih  dari  700C.  Penyedia  jasa  harus  betul‐betul  memperhatikan 

temperatur  semen  yang  dikirim  dari  pabriknya.  Untuk  ini  Penyedia  jasa 

diminta melengkapi dengan metal thermometer pada silo‐silo penyimpanan 

semen PC. 

 

D.  Material Agent 

Cairan  pembentuk  foam  untuk  mendapatkan  campuran  mortar  dengan 

berat  isi  yang  ringan  dan  dapat  didesain  sesuai  rencana.  Senyawa  kimia 

dominan  yang  teridentifikasi  dalam  cairan  pembentuk  foam,  yaitu  1‐

Dodecanol, Methoxyacetic  gcid  tridecyl  ester  dan  1‐Tetradecanol.  Cairan 

foam atau dapat disebut cairan surfactant, memiliki karakteristik  fisik dan 

kimia yang hampir sama seperti air, dapat dilihat pada Gambar 3‐3. 

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 31

Page 51: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 3-3. Foam Agent (dokumentasi lapangan)

 

 

3.2.2 Persyaratan Kuat Tekan dan Berat Isi Mortar Busa

Spesifikasi fisik material ringan harus sesuai dengan  Tabel 3‐2 dan Tabel 3‐

3. Tabel 3-2. Kekuatan Tekan Minimum Mortar Busa Lapis Pondasi Atas (Kemen.PU, 2011)

Umur Pemeraman  

(hari) 

Kekuatan Tekan Minimum (UCS) (kPa) 

Maks. Berat Isi (Densitas) (t/m3) 

3 7 14 

1750 1900 2000 

0.8 

 Tabel 3-3. Kekuatan Tekan Minimum Mortar Busa Lapis Pondasi Bawah (Kemen.PU, 2011)

Umur Pemeraman  

(hari) 

Kekuatan Tekan Minimum (UCS) (kPa) 

Maks. Berat Isi (Densitas) (t/m3) 

3 7 14 

600 750 800 

0.6 

 

 

 

 

 

32 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 52: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

3.3 Prosedur Pembuatan Rencana Campuran Mortar Busa

Prosedur  pembuatan  rencana  campuran mortar  busa  dapat  dilihat  pada 

Gambar  3‐4.  Setelah  pembuatan  rencana  campuran  mortar  busa,  maka 

dilakukan penghamparan percobaan dilapangan  sesuai dengan  spesifikasi. 

Jika  percobaan  tersebut  gagal  memenuhi  spesifikasi  pada  salah  satu 

persyaratan maka  dilakukan  penyesuaian  dan  percobaan  kembali  hingga 

memenuhi  spesifikasi.  Campuran  yang  sesuai  spesifikasi  dijadikan  acuan 

untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan badan jalan dengan mortar busa. 

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 33

Page 53: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Persiapan foam (cairan foam+air)

Pembuatan foam(compressor : 0,6 Mpa

Mesin pembuat foam : 0,2 Mpa)

Periksa berat isi foam(compressor : 0,6 Mpa

(standar 0,04±0,005 (t/m3)

Persiapan material campuan(semen+tanah+air)

Pembuatan bahan uji(variasi komposisi material sesuai

dengan pertimbangan

Dicampur dengan mixer(pasir : air + semen + pasir)

(tanah : air + tanah + semen)

Periksa ada tidaknyagumpalan

Pencampuran materialdengan foam

Check quality(densitas, flow)

Pembentukan benda uji(mol : Ø 15 x 30 cm)

curing

Cek Uji Tekan Bebas

Standar : dalam kondisi 10 litermemerlukan adukan

selama 50 detik

Mulai

Persiapan Bahan

Selesai

Tidak

Ya

 Gambar 3-4. Prosedur Pembuatan Rencana Campuran Mortar Busa

 

 

Berdasarkan percobaan pencampuran, menurut Handayani (2007), sebagai 

berikut: 

34 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 54: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

1.  Semua jenis material atau bahan timbunan jalan pada prinsipnya dapat 

dijadikan  bahan  campuran  dengan  foam  dan  direncanakan  sesuai 

kebutuhan.  Penggunaan  material  setempat  untuk  timbunan  mortar 

busa sangatlah mungkin dan hal  ini dapat mengurangi biaya pekerjaan 

timbunan  jika  dibandingkan  dengan mendatangkan  tanah  dari  lokasi 

quarry yang lokasinya relatif jauh. 

2.  Berdasarkan  hasil  percobaan  pencampuran  bahan  timbunan  mortar 

busa, komposisi yang paling efisien dalam mencapai nilai target adalah 

komposisi  campuran  pasir  dan  semen  1:1  dan  komposisi  campuran 

tanah dan semen 1:2. 

 

 

3.3.1 Pembuatan Busa (foam) Campuran Foam dengan Air

Bahan pembuat busa  adalah  cairan busa  (foam agent) dengan  air. Untuk 

mengetahui komposisi senyawa kimia penyusun cairan busa maka terlebih 

dahulu dilakukan pengujian GC‐MS, yaitu pengujian yang menggunakan alat 

Gas  Chromatograph  untuk menganalisis  komposisi  unsur  Karbon  (C)  dari 

benda uji, baik yang berupa gas ataupun cairan (oil atau condensate). Dari 

pengujian  tersebut  diketahui  bahwa  senyawa  kimia  dominan  yang 

teridentifikasi  dalam  cairan  pembentuk  busa  adalah  1‐Dodecanol, 

Methoxyacetic gcid tridecyl ester dan 1‐Tetradecanol. Untuk membuat busa 

dilakukan  pencampuran  cairan  busa  dan  air  dengan menggunakan  foam 

generator  dan  compresor.  Setelah  busa  terbentuk  dilakukan  pemeriksaan 

berat  isinya  (standar 0,04 ± 0,005  t/m3) dan cukup dilakukan 1 kali dalam 

tiap pencampuran. 

 

• Untuk  job  mix  awal,  timbang  agregat,  semen  dan  air  diambil 

perbandingan agregat sebesar 1:1, air sebanyak 0,5 dari berat semen. 

• Ukur  foam  dan  air  dengan  perbandingan  1:25,  pengukuran  dilakukan 

dengan menggunakan gelas ukur, dapat dilihat pada Gambar 3‐5. 

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 35

Page 55: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 3-5. Pengukuran Kebutuhan Foam dengan Gelas Ukur (dokumentasi pelaksanaan di

laboratorium)  

 

• Hubungkan  compressor  dengan  foam  generator,  dapat  dilihat  pada 

Gambar 3‐6. 

 Gambar 3-6. Compressor yang Dihubungkan dengan Foam Generator (dokumentasi

pelaksanaan di laboratorium)  

 

• Campurkan  foam  dan  air  di  dalam  ember,  lalu  masukkan  ke  foam 

generator, dengan tekanan 10 bar, dapat dilihat pada Gambar 3‐7. 

36 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 56: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 3-7. Pencampuran Foam dan Air dengan Tekanan 10 bar (dokumentasi pelaksanaan di

laboratorium)  

 

Pastikan campuran foam dan air sudah tercampur sempurna, dapat dilihat 

pada Gambar 3‐8 . 

 Gambar 3-8. Foam yang telah Dicampur dengan Air (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)  

 

3.3.2 Pembuatan Material Campuran (Campuran Foam, Semen, dan Pasir)

Material  campuran  terdiri  dari  semen,  pasir,  dan  air,  semua  material 

dicampur menggunakan hand mixer dan dengan variasi komposisi material 

sesuai  dengan  perhitungan.  Hal  ini  dimaksudkan  agar  bisa  diperoleh 

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 37

Page 57: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

spesifikasi  material  ringan  dengan  mortar  busa  yang  dikehendaki. 

Campuran tersebut harus diperiksa dari adanya gumpalan. 

• Untuk  job  mix  awal  campuran  foam,  semen  dan  pasir  diambil 

perbandingan  berat:  berat  semen  +  agregat  sebesar  1,2  :  1  timbang 

hasil campuran   foam sesuai dengan job mix yang direncanakan. dapat 

dilihat pada Gambar 3‐9. 

Gambar 3-9. Penimbangan Semen untuk Rencana Campuran Awal (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)

 

 

• Masukkan  agregat  dan  semen  ke  dalam  bejana  mixer,  lalu  diaduk 

dengan mixer selama ± 2 menit. 

• Masukan  campuran  foam  ke  dalam  bejana  mixer  yang  telah  terisi 

campuran tersebut, lalu aduk lagi selama ± 2 menit, dan pastikan telah 

tercampur sempurna, dapat dilihat pada Gambar 3‐10. 

 

 Gambar 3-10. Pencampuran Foam, Semen dan Pasir Kedalam Bejana (dokumentasi pelaksanaan

di laboratorium)  

 

38 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 58: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

3.3.3 Pengujian Berat Isi (densitas) Mortar dan Flow

Pengujian  berat  isi material  campuran  yang  telah  dicampur  dengan  busa 

dilakukan sesaat setelah proses pencampuran. Pengujian nilai flow material 

mortar busa dilakukan dalam kondisi segar. Bahan  tersebut dituangkan ke 

dalam  flow  cone  hingga  batas  atasnya,  kemudian  flow  cone  diangkat 

perlahan hingga  sampel mengalir dan menyebar,  lalu hitung diameternya 

setelah 1 menit kemudian, diamater hasil flow 180mm ± 2mm, Pengecekan 

flow sebagai berikut : 

• Masukkan  hasil  campuran  tersebut  ke  dalam  silinder  di  atas  bidang 

yang rata dan timbang beratnya untuk mengetahui berat isi mortar. 

• Angkat silindernya dan ukur diameter alirannya untuk mengetahui nilai 

flow‐nya. 

• Harus memenuhi nilai flow 18 ± 2 cm, dapat dilihat pada Gambar 3‐11. 

 

 Gambar 3-11. Pengujian Flow untuk Mortar Busa (dokumentasi pelaksanaan di laboratorium)

 

 

3.3.4 Pembuatan dan Pengujian Benda Uji Persiapkan  terlebih dahulu cetakan mould mortar  (diameter 15cm x  tinggi 

30cm), setelah  itu tuang material campuran dengan busa kedalam cetakan 

tersebut sampai penuh. Beri tanda pada setiap benda uji agar mudah dalam 

mengindentifikasinya. Buka cetakan setelah benda uji telah mengeras.  

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 39

Page 59: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

• Masukkan mortar  ke  dalam mould  silinder  sesuai  dengan  kebutuhan 

(dengan minimal benda uji 3 buah untuk  setiap pengujian uji  tekan 3 

hari, 7 hari, 14 hari). 

• Beri label pada setiap mould silinder dan setiap pengujian, dapat dilihat 

pada Gambar 3‐12. 

 Gambar 3-12. Contoh Mortar Busa untuk Pengujian Uji Tekan Bebas (dokumentasi pelaksanaan

di laboratorium) • Buka benda  uji di  dalam mould  silinder  setelah  1 hari, dan dilakukan 

proses perawatan (curing). Pada proses perawatan benda uji dibungkus 

dengan menggunakan plastik, hal ini dimaksudkan agar benda uji dapat 

terhindar dari kontaminasi udara bebas sehingga proses oksidasi dapat 

dicegah. 

• Timbang benda uji dan hitung densitasnya. 

• Lakukan  pengujian  tekan  bebas  pada waktu  yang  telah  ditentukan  (3 

hari, 7 hari, 14 hari). 

• Lakukan uji  kadar  air dengan  contoh benda uji  yang  telah diuji  tekan 

bebas. 

• Periksa  apakah  nilai  pengujiannya  telah masuk  ke  dalam  spesifikasi. 

Untuk UCS 800, nilai kuat tekan minimum adalah 800 kPa dengan nilai 

densitas maksimum  0,6  t/m3,  sedangkan  untuk  UCS  2000,  nilai  kuat 

tekan minimum adalah 2000 kPa dengan nilai densitas maksimum 0,8 

t/m3.  Apabila  kuat  tekannya  lebih  rendah,  dapat  diatasi  dengan 

menambah  jumlah  semen,  dan  bila  densitasnya  lebih  tinggi  dari 

40 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 60: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

spesifikasi  dapat  kurangi  dengan  menambah  jumlah  foam  atau 

mengurangi volume agregat yang digunakan. 

 

 

3.3.5 Perawatan Benda Uji (Curing) Setelah  cetakan  dibuka  perlu  dilakukan  proses  perawatan  (curing)  agar 

benda  uji  tidak mengalami  kerusakan.  Pada  proses  perawatan  benda  uji 

dibungkus dengan menggunakan plastik, hal ini dimaksudkan agar benda uji 

dapat  terhindar  dari  kontaminasi  udara  bebas  sehingga  proses  oksidasi 

dapat dicegah. Perawatan benda uji dilakukan sesuai SNI 03‐4810‐1998. 

 

 

3.3.6 Pengujian Berat Isi dan Kuat Tekan Bebas, Unconfined Compressive Strength (UCS)

Pengujian berat isi mortar busa dilakukan sebelum melakukan pengujian uji 

tekan  bebas,  dengan  cara  menimbang  benda  uji  dan  menghitung 

densitasnya. 

 

Pengujian  uji  tekan  bebas  harus  sesuai  SNI  03‐3838‐1994.  Pengujian  ini 

dilakukan untuk mengetahui nilai UCS benda uji. Nilai UCS harus memenuhi 

peryaratan mortar busa. Jika nilai UCS benda uji sudah sesuai dengan yang 

dikehendaki maka  komposisi material  benda  uji  tersebut  bisa  digunakan 

sebagai dasar untuk melakukan  produksi  yang  lebih banyak. Apabila nilai 

UCS‐nya  tidak  sesuai maka  proses  trial mix mortar  busa  yang  dilakukan 

harus  diulang  dari  awal  dan  dilakukan  dengan  komposisi  material  yang 

berbeda.  Lakukan  pengujian  tekan  bebas  (UCS)  pada  waktu  yang  telah 

ditentukan (3hari, 7hari, dan 14hari), dapat dilihat pada Gambar 3‐13. 

 

Bab 3 – Pembuatan Rencana Campuran (Design Mix Formula) Mortar Busa 41

Page 61: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 3-13. Pengujian UCS di Laboratorium (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

Lakukan  uji  kadar  air  dengan  sampel 

yang  telah  diuji  tekan,  dapat  dilihat 

pada Gambar 3‐14.  

 

Gambar 3-14. Pengujian Uji Kadar Air (dokumentasi foto pelaksanaan di laboratorium)

 

 

Periksa apakah nilai pengujiannya  telah masuk ke dalam  spesifikasi  sesuai  

Tabel 3‐2 dan Tabel 3‐3. Apabila kuat tekannya  lebih rendah, dapat diatasi 

dengan menambah  jumlah  semen, dan bila   berat  isinya  lebih  tinggi dari 

spesifikasi dapat kurangi dengan menambah jumlah foam atau mengurangi 

volume agregat yang digunakan 

 

Jika  percobaan  tidak  memenuhi  spesifikasi  pada  salah  satu  persyaratan 

maka  dilakukan  penyesuaian  dan  percobaan  kembali  hingga  memenuhi 

spesifikasi.  Campuran  yang  sesuai  spesifikasi  dijadikan  acuan  untuk 

pelaksanaan pekerjaan timbunan konstruksi jalan dengan mortar busa. 

 

42 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 62: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

4

METODE KONSTRUKSI TIMBUNAN RINGAN DENGAN

MORTAR BUSA  

 

   

 

 

4.1 Persyaratan Peralatan Peralatan dan alat‐alat  lainnya yang akan dipergunakan untuk menangani 

bahan‐bahan dan melakukan semua bagian dari pekerjaan, terlebih dahulu 

harus  disetujui  oleh  Ahli,  seperti:  design,  kapasitas,  dan  keadaan 

mekaniknya.  Peralatan  harus  ada  di  lokasi  pekerjaan  sebelum  dimulainya 

operasi konstruksi. Hal ini diperlukan untuk pemeriksaan dan persetujuan. 

 

 

4.1.1 Mixers Pada  prinsipnya  pekerjaan  pengadukan  mortar  yang  akan  dilaksanakan 

harus diaduk di suatu central mixing plant  (stationary mixer) type wet‐mix 

yang dilengkapi alat penimbang, alat pengontrol kelembaban dan kadar air 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 43

Page 63: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

agregat  serta  alat  pengontrol  lainnya  yang memenuhi  persyaratan  sesuai 

dengan spesifikasi ASTM C 94 – 94. (1994). 

 

Sebelum  dipesan/dipasang  di  central  mixing  plant    baik  merk  maupun 

kapasitasnya harus disetujui oleh Ahli  terlebih dahulu. Bilamana penyedia 

jasa akan mempergunakannya alat pengaduk  jenis truck mixer atau transit 

mixer, baik untuk keseluruhan adukan (truck mixed mortar), maka Penyedia 

jasa harus mendapatkan izin tertulis terlebih dahulu dari Ahli. 

 

Stationary mixer oleh pabrik pembuatnya harus sudah dicantumkan papan 

logam  yang  memuat  informasi  tentang  kapasitas  drum  pengaduk, 

kecepatan  rotasi  drum  pengaduk  dan  sirip‐sirip  pengaduk,  dapat  dilihat 

pada Gambar 4‐1. 

 

 Gambar 4-1. Box Mixer Kapasitas 1m³ (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

4.1.2 Mortar Pump (Pompa Mortar) Yaitu  mesin  pompa  untuk  memompa  adukan  mortar  basah  ke  titik 

pengecoran  apabila  tidak bisa dijangkau oleh  truck mixer  tersebut. Merk, 

tipe maupun kapasitasnya harus disetujui oleh Ahli  terlebih dahulu, dapat 

dilihat pada Gambar 4‐2. 

44 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 64: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 4-2.Mortar Pump (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

4.1.3 Peralatan Lain Pembentuk Foam Peralatan  pembuat  foam  terdiri  dari  compressor  dan  mesin  pembuat 

foamnya itu sendiri. Kapasitas dari kedua alat tersebut yaitu: 

1.  Compressor : 0,6 MPa 

2.  Mesin pembuat Foam : 0,2 MPa 

 

 

4.2 Tahapan Konstruksi Tahapan  pelaksanaan  konstruksi  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa, 

sebagai berikut: 

 

 

4.2.1 Persiapan Kerja Penyiapan  kondisi  lapangan  yaitu  meliputi  kebersihan  lahan  dan 

pembuatan  lantai  kerja  atau  lean  concrete,  serta  semua  peralatan  dan 

operator sudah siap. 

 

 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 45

Page 65: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

4.2.2 Pemasangan Anyaman Baja (Wire Mesh) Pada  timbunan  jalan  menggunakan  mortar  busa  yang  menggunakan 

anyaman baja,  lebar dan panjang anyaman baja harus di atur  sedemikian 

rupa  sehingga  pada  saat  dipasang,  anyaman  baja  tersebut  tepat  pada 

posisinya  dan  tidak  bergeser,  ukuran  anyaman  baja,dapat  dilihat  pada 

Gambar 4‐3. 

10 cm

10 cm

 Gambar 4-3. Ukuran Pemasangan Anyaman Baja

 

 

Apabila  mortar  busa  dilakukan  dengan  dua  kali  pengecoran,  maka 

permukaan  lapis  pertama  harus  rata  dan  terletak  pada  kedalaman  tidak 

kurang  dari  5  cm  di  bawah  permukaan  akhir  mortar  busa.  Anyaman 

ditempatkan  di  atas  lapis  pertama  pengecoran.  Penghamparan  lapisan 

pertama harus mencakup  seluruh  lebar pengecoran dengan panjang yang 

cukup untuk memungkinkan agar anyaman dapat di gelar pada posisi akhir 

tanpa  kelebihan  anyaman.    Untuk  mencegah  anyaman  bergeser  maka 

lembar anyaman yang berdampingan harus di ikat kuat. Pengecoran lapisan 

selanjutnya,  campuran dituang diatas  anyaman baja. Untuk  jangka waktu 

tertentu permukaan  lapisan pertama  tidak boleh di biarkan  terbuka  lebih 

dari 30 menit. Penghamparan anyaman baja dapat dilihat pada Gambar 4‐4. 

46 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 66: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 4-4. Anyaman Baja yang Telah Terhampar (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

 

4.2.3 Pemasangan Bekisting Papan‐papan cetakan atau bekisting dibentuk dengan baik harus dipasang 

tegak dan lurus dalam arti tidak berbelok‐belok sesuai dengan dimensi yang 

direncanakan, agar  tegak lurus dilakukan pengukuran dengan bantuan alat 

waterpass.  Papan‐papan  tersebut  harus  kokoh  sehingga  tidak  mudah 

berubah tempat, miring atau   melengkung bila pengecoran  telah di mulai. 

Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan mortar busa. 

 

Papan  cetakan  harus  dipasang  secara  rapi  berdasarkan  bentuk  timbunan 

ringan yang akan di cor. Bekisting dipasang sesuai persyaratan. Tinggi papan 

cetakan  dipasang  melebihi  tinggi  mortar  busa  yang  akan  dituang. 

Sambungan pada bekisting harus merupakan garis  lurus  serta  sambungan 

harus  rapat  sehingga  tidak  terjadi  kebocoran.  Untuk  bekisting  pada 

abutment harus ditunjang dengan tiang yang kuat untuk menyangga papan 

cetakan. Bekisting dibuat sesuai kemampuan mortar busa yang dihasilkan, 

terlihat pada  Gambar 4‐5 untuk kebutuhan 1m³. 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 47

Page 67: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 4-5. Pemasangan Bekisting (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

4.2.4 Penuangan (Pengecoran) Campuran mortar busa harus dicor dengan menuangkan mortar busa dari 

alat  pengangkut  sesuai  dengan  batas  bekisting.  Tata  cara  pencampuran 

sesuai dengan tata cara pengadukan dan pengecoran beton, sesuai SNI 03‐

3976‐1995. 

 

Mortar busa harus dihampar dengan  takaran yang cukup untuk mengecor 

seluruh lebar mortar busa yang bekerjanya sedemikian rupa sehingga tidak 

akan timbul segregasi atau pemisahan material‐material pembentuk mortar 

busa  sendiri.  Level  permukaan  harus  diawasi  dari  bekisting  samping  dan 

harus  diatur  pada  kemiringan  yang  betul  sesuai  dengan  ketentuan  yang 

tertera dalam gambar rencana. 

 

Pengecoran  dapat  juga  dilakukan  dengan  mesin  pompa  (Mortar  pump) 

untuk  memompa  campuran  mortar  busa  basah  ke  lokasi  pengecoran, 

apabila  tidak bisa dijangkau oleh  truck mixer dan harus dijaga untuk  tidak 

menimbulkan  segregasi atau pemisahan material pembentuk mortar busa 

sendiri. 

 

Tinggi  jatuh pelaksanaan pengecoran tidak boleh  lebih dari 1,5 meter,  jika 

harus menggunakan pipa atau trimie, untuk menghindari hasil pelaksanaan 

48 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 68: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

pengecoran  terjadi  buih  yang  terlalu  besar,  yang  akan  mengakibatkan 

segresi atau penurunan hasil pengecoran sehingga keroposnya permukaan 

atas hasil pengecoran. Pelaksanaan pengecoran  ke dalam bekisting dapat 

dilihat pada Gambar 4‐6. 

 

 Gambar 4-6. Tahapan Pengecoran (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

4.2.5 Perataan Setelah  material  ringan  dengan  mortar  busa  dihamparkan,  permukaan 

material ringan harus diratakan dan dirapihkan dengan alat perata, seperti 

dapat dilihat pada Gambar 4‐7. 

 

 Gambar 4-7. Perataan Mortar Busa (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 49

Page 69: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

4.2.6 Perawatan (Curing) Mortar busa yang telah selesai dicor segera ditutup dengan bahan penutup 

(terpal, plastik  tebal) agar  tidak  terjadi penguapan  yang berlebihan untuk 

menghindari  retakan.  Lahan  yang  akan  dicor  harus  ditutup  agar  tidak 

terkena  sinar matahari  secara  langsung,  hujan  atau  angin,  dapat  dilihat 

pada Gambar 4‐8.  

 Gambar 4-8. Terpal Penutup Mortar Busa Terpasang (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

4.2.7 Pembukaan Bekisting Cetakan tidak boleh dibuka dari saat mortar busa di cor sampai finial setting 

time atau di hitung 24  jam. Bekisting harus dibuka  secara hati‐hati untuk 

menghindari kerusakan pada mortar busa. 

  

4.2.8 Sambungan Pengecoran (Construction Joint) 1. Umum 

Pada  pembangunan  jalan,  runway,  taxiway  dan  apron  tidak 

dipergunakan dummy‐joint lagi, sehingga yang ada hanya “construction 

joint”  (sambungan  pengecoran)  saja,  baik  sambungan  pengecoran 

antara konstruksi yang baru dengan dengan yang lama, baik sambungan 

pengecoran ke arah melintang maupun memanjang. 

50 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 70: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

2. Sistem Pengecoran 

Apabila  tersedia  cukup  waktu  maka  pengecoran  dapat  dilaksanakan 

sebagai berikut :  

Sistem pengecoran dilakukan dapat dilakukan secara bertahap dengan 

ketebalan maksimum  1 meter dan  lebar  sesuai  lebar  jalan  yang  akan 

digunakan  konstruksi  mortar  busa,  demikian  selanjutnya  sampai 

mencapai ujung konstruksi perkerasan yang direncanakan. 

3. Daerah‐daerah  yang  belum  dicor  ini  akan  dicor  kemudian  bilamana 

slab‐slab di kanan dan kirinya atau di belakang dan di depannya yang 

akan disambung  telah mencapai umur  rencana dengan maksud untuk 

memberi kesempatan agar slab yang dicor itu telah selesai atau hampir 

selesai mengalami penyusutan. 

4. Rencana  pengecoran  dan  penyiapan  papan‐papan  cetakan  atau 

pembatas. Paling tidak 7 hari sebelum pengecoran Penyedia jasa harus 

sudah  menyampaikan  rencana  pengecoran  berikut  gambar  sketsa 

mengenai  letak  bagian‐bagian  yang  akan  dicor  beserta  urut‐urutan 

pengecorannya. Bila rencana pengecoran  ini  telah disetujui Ahli, maka 

Penyedia  jasa  bisa mulai menyiapkan  tempat  yang  akan  dicor  sesuai 

urut‐urutannya yang meliputi: 

‐   Kesiapan lantai kerja  

‐   Pembesian sesuai dengan gambar kerja.  

 

Papan‐papan  cetakan  yang merupakan pembatas daerah pengecoran, 

dimana papan‐papan cetakan ini harus dipasang tegak dan lurus dalam 

arti  kata  tidak  berbelok‐belok  serta  kokoh,  sehingga  tidak  mudah 

berubah tempat, miring atau melengkung bila pengecoran telah dimulai 

atau terinjak. 

5. Pengecoran tahap selanjutnya 

Yang  dimaksud  dengan  pengecoran  tahap  selanjutnya  disini  adalah 

pengecoran bagian‐bagian yang belum dicor akibat diloncati atau dapat 

dikatakan pengecoran  sambungan antara dua mortar yang  telah dicor 

terlebih dahulu pada pengecoran tahap sebelumnya. 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 51

Page 71: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6. Seperti  telah  diterangkan  di  atas  bahwa  pengecoran  sambungan‐

sambungan ini baru bisa dimulai bilamana mortar yang akan disambung 

telah berumur  lebih dari umur rencana atau mencapai nilai kuat tekan 

optimum  14  hari.  Sebelum  pengecoran  tahap  selanjutnya  ini  dimulai, 

maka tempat‐tempat  yang  akan  dicor  harus  telah  diperiksa  terlebih 

dahulu atas kesiapannya, terutama mengenai: 

a. Permukaan  sisi  tegak  dari  ujung  mortar  pengecoran  tahap 

sebelumnya yang akan disambung. Permukaan  sisi  tegak  ini harus 

merupakan  bidang  tegak  yang  rapi  dan  lurus.  Bila  ada  sisa‐sisa 

pengecoran  tahap sebelumnya harus dibongkar  (dibeitel) sehingga 

memperoleh bidang tegak rapi. 

b. Kebersihan  tempat  yang  akan dicor.  Tempat  ini harus bebas  atau 

bersih  dari  sisa‐sisa  pembongkaran  atau  puing‐puing  mortar, 

barang‐barang  yang  tidak  dikehendaki  serta  kotoran‐kotoran 

lainnya. 

c. Pembesian  anyaman baja  (wire mesh) harus  sudah  sesuai dengan 

gambar desain, terpasang kokoh dengan ganjal‐ganjal (spacer) yang 

kuat  sehingga  tidak  mudah  melengkung  bila  terinjak  orang  dan 

tidak mudah tergeser pada waktu proses pengecoran. 

 

 

4.2.9 Pembukaan untuk Lalu Lintas 1. Pembukaan timbunan jalan menggunakan mortar busa untuk lalu lintas 

umum  harus  ditentukan  terlebih  dahulu  oleh  Ahli.  Lalu  lintas  umum 

dapat dibuka kurang lebih 14 hari setelah timbunan jalan menggunakan 

mortar  busa  terpasang.  Bila  kekuatan  timbunan  jalan  menggunakan 

mortar  busa  tersebut  telah mencapai  kekuatan  tekan minimum  2000 

kPa  untuk  Lapis  Pondasi  Atas  (lapisan  dengan  tebal  30  cm  di  bawah 

lapisan  aspal)  dan  kekuatan  tekan  minimum  800  kPa  untuk  Lapis 

Pondasi Bawah (lapisan di bawah Lapis Pondasi Atas), sebelum 14 hari 

maka jalan/daerah tersebut bisa dibuka untuk lalu lintas umum. 

52 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 72: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

2. Sebelum  dibuka  untuk  lalu‐lintas  umum, maka  daerah/jalur  tersebut 

harus  dibersihkan  lebih  dahulu  dari  kotoran‐kotoran  yang menempel 

(tanah, dsb.) kotoran‐kotoran lepas dan debu. 

3. Bilamana  timbunan  jalan menggunakan mortar busa belum mencapai 

umur/kekuatan  tersebut  diatas,  kendaraan proyek  yang berhubungan 

dengan tugasnya harus melewati timbunan  jalan menggunakan mortar 

busa tersebut, maka terlebih dahulu harus ada izin khusus dari Ahli. 

 

 

4.3 Pengendalian Mutu Pengendalian  mutu  adalah  salah  satu  faktor  kunci  keberhasilan  hasil 

pelaksanaan  pekerjaan  yaitu  pengendalian  mutu  yang  baik,  maka  akan 

diperoleh  hasil  pekerjaan  yang memberikan  kinerja  yang  baik.    Frekuensi 

pengujian minimum untuk pengendalian  selama proses pelaksanaan  yang 

diperlukan  harus  seperti  yang  ditunjukkan  dalam  Tabel  4‐2.  Mutu  dari 

pekerjaan  konstruksi  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa  dipengaruhi 

oleh  bahan  material  yang  digunakan,  untuk  itu  pengendalian  mutu 

terhadap bahan harus lebih diperhatikan. 

 

Pengujian mutu terhadap bahan material semen dapat dilihat pada Tabel 4‐

1. Tabel 4-1. Jenis Pengujian Semen

Spesifikasi Jenis Pengujian  Tipe I  Tipe II  Tipe III  Tipe IV  Tipe V 

Kadar udara, volume, Max %  12  12  12  12  12 

Kehalusan, luas permukaan spesifik, m2/kg 

         

‐ Pengujian Turbidimeter, Min  160  160  ‐  160  160 ‐ Pengujian permiabilitas udara, Min  280  280    280  280 

Pengembangan autociave, max %  0.8  0.8  0.8  0.8  0.8 

Kuat tekan, min, Mpa           ‐ 1 hari      12.4     ‐ 3 hari      24.1     

‐ 7 hari  12.4  10.3  24.1    8.3 ‐ 28 hari  27.6  27.6    17.2  20.7 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 53

Page 73: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Spesifikasi Jenis Pengujian  Tipe I  Tipe II  Tipe III  Tipe IV  Tipe V 

Waktu pengikat, menit           

*Alat vicat (menit)           ‐ Pengikatan awal, Min  45  45  45  45  45 ‐ Pengikatan akhir, Max  50‐375  50‐375  50‐375  50‐375  50‐375 * Alat gillmore (menit)           ‐ Pengikatan awal, Min  60  60  60  60  60 

‐ Pengikatan akhir, Max  600  600  600  600  600 Konsistensi normal semen           

 

 

4.3.1 Pengujian Timbunan Ringan dengan Mortar Busa

Pengujian  permukaan  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa  sebagai 

berikut: 

1) Permukaan  timbunan  jalan menggunakan mortar busa harus diperiksa 

dengan mistar lurus sepanjang 3 meter, harus dilaksanakan tegak lurus 

dan sejajar. 

2) Pengujian untuk pemeriksaan toleransi kerataan yang disyaratkan harus 

mulai  dilaksanakan  segera  setelah  penghamparan  dan  perataan, 

penyimpangan  yang  terjadi  harus  diperbaiki  dengan membuang  atau 

menambahkan bahan sebagaimana diperlukan. 

a) Ketentuan Berat Isi,  UCS dan Flow 

Berat  isi dan  kekuatan  tekan bebas  timbunan  jalan menggunakan 

mortar busa  (compressive  strength) dan  flow harus  sesuai dengan 

persyaratan timbunan jalan menggunakan mortar busa. 

54 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 74: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 4-9. Pengujian Berat Isi (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

b) Jumlah Pengambilan Benda Uji 

Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di unit produksi mortar 

busa dengan  frekuensi pengujian  setiap pengecoran 10m3 adukan 

harus  diambil  benda  uji  silinder/kubus  secara  uji  petik  (random 

sampling)  untuk  setiap  minimum  3  kali  pengujian  dan  setidak‐

tidaknya  setiap  1  (satu)  hari  sekali  yang  cukup  mewakili 

(representative)  untuk  pengecoran  hari  itu,  juga  sebanyak  untuk 

minimum 3 (tiga) kali pengujian. 

3) Untuk menguji  kekuatan  tekan  timbunan  jalan menggunakan mortar 

busa  (compressive  strength)  mengikuti  SNI  03‐3638‐1994.  Pada  saat 

awal‐awal  pengecoran,  harus mengambil minimum  sebanyak  20  (dua 

puluh) buah benda uji silinder yang masing‐masing di tes pada umur 7 

hari dan 14 hari. 

4) Dari  hasil  pengetesan  benda  uji  tersebut  diatas, maka  harus  dipakai 

sebagai  dasar  untuk  mempertimbangkan  apakah  perlu  diadakan 

perubahan dalam campuran (mix design) dan cara pelaksanaan. 

5) Benda‐benda uji tersebut harus dibuat/disiapkan menurut cara standar 

tentang pembuatan dan  perawatan benda uji di  laboratorium  seperti 

tercantum dalam SNI 3419‐2008. 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 55

Page 75: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6) Pengetesan/pengujian dilaksanakan  setelah benda uji mencapai umur 

tertentu dan setiap pengujian harus terdiri dari 3 (tiga) buah benda uji. 

Jadi setiap rangkaian pengujian @3 benda uji. 

 

 

4.3.2 Pengamatan Mutu Khusus setelah Campuran Mortar Busa Selesai di Hampar

Pengamatan mutu khusus setelah campuran mortar busa selesai di hampar, 

adalah sebagai berikut: 

1) Khusus  pada  timbunan  jalan menggunakan mortar  busa  yang  sudah 

selesai  dikerjakan,  harus  dilakukan  pengamatan  mutu  terhadap 

timbunan  jalan  menggunakan  mortar  busa  dan  terhadap  tebal  dari 

timbunan jalan menggunakan mortar busa tersebut.  

2) Untuk  ini Penyedia  Jasa diwajibkan untuk melaksanakan core drill dan 

dengan kedalaman  setebal  timbunan  jalan menggunakan mortar busa 

menurut gambar rencana serta diwajibkan untuk membuat laporan. 

3) Jumlah dan ulangan core drill harus dilaksanakan sebagai berikut : 

a) Pada  timbunan  jalan menggunakan mortar  busa  percobaan  yang 

seluas ± 300m2 harus diadakan 15 buah core drill. 

b) Pada  timbunan  jalan  menggunakan  mortar  busa  dengan  luas 

1000m2 hasil pengecoran pertama harus diadakan 20 core drill. 

c) Bila  pengujian  pada  butir  b.  diatas  telah menunjukkan  hasil  yang 

baik,  maka  pada  sisa  mortar  busa  yang  akan  dicor  selanjutnya 

cukup  diadakan  1  (satu)  core  drill  pada  luas  2500m2  untuk 

pengecoran  mortar  busa  yang  dilaksanakan  secara  mekanis, 

sedangkan  bagian‐bagian  mortar  busa  yang  dilaksanakan  secara 

manual diadakan 1 (satu) core drill untuk setiap 500m2. 

4) Dalam  hal  hasil  core  drill  diatas  menunjukkan  hal‐hal  yang  perlu 

diperhatikan  secara  sungguh‐sungguh  guna  mengambil  suatu 

keputusan. 

5) Tempat‐tempat yang akan dilakukan  core drill akan ditentukan  secara 

acak/uji petik (random). 

56 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 76: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Tabel 4-2. Pengendalian Mutu

Pengujian  Frekuensi pengujian 

Bahan

Semen Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

Pasir :

- kadar carbon organik  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

- kadar air   Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

- wet density test  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

- ignition loss  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

Air : 

- PH test  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran (spesifikasi 4,5‐8,5), sesuai PB‐0301‐76 

‐ Bahan padat  Spesifikasi Max.2000ppm, sesuai PB‐0302‐76 (Binkot, 1990a) 

‐ Bahan tersuspensi  Spesifikasi Max.2000ppm, sesuai PB‐0303‐76 (Binkot, 1990b) 

‐ Bahan organik  Spesifikasi Max.2000ppm, sesuai PB‐0304‐76 (Binkot, 1990c) 

‐ Minyak mineral  Spesifikasi Max.2%  berat  semen,  sesuai  PB‐0305‐76 (Binkot, 1990d) 

‐ Ion sulfat (Na2SO4)  Spesifikasi Max.10000ppm,  sesuai  PB‐0306‐76 (Binkot, 1990e) 

‐ Ion klorida (NaCL)  Spesifikasi Max.20000ppm,  sesuai  PB‐0307‐76 (Binkot, 1990f) 

Kadar air sebelum produksi :

- Kadar air busa  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

- Kadar air campuran  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

Campuran :

- Gradasi  200 ton (min, 2 pengujian per hari) 

- Kadar Busa  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran 

- Campuran Rancangan (Mix Design)  Setiap perubahan rancangan 

- Density  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran di lab 

- Flow  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran di lab 

- UCS  Diperiksa setiap dilakukan pencampuran di lab 

Bab 4 – Metode Konstruksi Timbunan Ringan dengan Mortar Busa 57

Page 77: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Pengujian  Frekuensi pengujian 

Lapisan yang dihampar : 

- Uji  kepadatan  dapat  dilakukan menggunakan  UCS  lapangan  pada lokasi  yang  ditentukan  oleh  Direksi Teknis,tetapi  tidak berselang  lebih dari 50 m 

50 meter panjang 

- Uji  ketebalan  dapat  dilakukan  dengan menggali  dan  mengukur  ketebalan lapisan hamparan padat pada lokasi yag ditentukan  oleh  Direksi  Teknis,  tetapi tidak  boleh  berselang  lebih  50  m. Sebagai  alternatif  uji  ketebalan  dapat dilakukan  dengan  pengeboran  (core drill)  setelah  hamparan  berusia minimum 14 hari 

50 meter panjang 

 

 

 

58 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 78: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

5

KINERJA TIMBUNAN RINGAN MORTAR BUSA OPRIT

JEMBATAN DI KEDATON, CIREBON, JAWA BARAT

 

 

Lokasi pekerjaan skala penuh untuk timbunan mortar busa oprit  jembatan 

pada  Jembatan  Kedaton  Ruas  Jalan  Cirebon‐Karang  Ampel,  Kecamatan 

Kapetakan, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat, seperti terlihat pada Gambar 

5‐1. 

 Gambar 5-1. Lokasi Jembatan Kedaton, Cirebon, Jawa Barat

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 59

Page 79: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

5.1 Kondisi Geologi dan Geoteknik Timbunan uji di oprit  Jembatan Kedaton  terletak di atas  tanah  lunak yang 

tersusun  atas  Aluvium  endapan  sungai  yang  umumnya  tersusun  oleh 

bahan‐bahan  berbutir  halus  (lempung,  lanau  dan  selingan  pasir), 

diperlihatkan  pada  Gambar  5‐2,  dengan  tanah  keras  berada  pada 

kedalaman sekitar 30 m. Tanah  lunak  tersebut mempunyai kuat geser  tak 

terdrainse antara 20 – 40 kPa dan indeks kompresibilitas Cc antara 0.7 – 1, 

angka pori e0 antara 1.9 – 2.2,   kadar air 365 – 176%. Dari hasil uji  indeks, 

tanah  dasar merupakan  Fat  Clay  berwarna  abu‐abu  dan masuk  kedalam 

klasifikasi CH (lempung plastisitas tinggi). 

 Gambar 5-2. Kondisi Geologi Kedaton, Cirebon, Jawa Barat

 

 

Interpretasi  startifikasi  tanah  diperlihatkan  pada  Gambar  5‐3 

memperlihatkan  instrumentasi  terpasang  berdasarkan  kedalaman, 

60 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 80: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

sedangkan hasil pengujian sondir dan uji  lab diperlihatkan pada Gambar 5‐

4. EXT.2

Vw - Pz.3

0.00

INC.2

-4.118

-6.115

-8.105

-10.409

-12.478

-14.085

- 19.103

- 24.077

- 27.00

SP.7

-4.04

0.000.00

-4.00

0.00

-10,03

SP.9

-4.04

0.00

- 27.00

INC.1 SP.8

-4.04

0.00

 

Tanah Asli

Timbunan Mortar Busa 

Gambar 5-3. Grafis Potongan Stratifikasi

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 61

Page 81: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

     

Gambar 5-4. Sondir dan Hasil Uji Laboratorium  

 

5.2 Konstruksi Timbunan dan Instrumentasi pada Oprit Jembatan Kedaton

Mortar  busa  pada  oprit  Jembatan  Kedaton,  Cirebon,  Provinsi  Jawa  Barat 

terpasang  sepanjang  70 meter  dengan  tinggi  timbunan  4,35 meter,  arah 

Kota  Indramayu,  seperti  terlihat  tampak  atas pada Gambar 5‐5 dan  letak 

titik‐titik  instrumentasi pada Gambar 5‐6 dan potongan memanjang pada 

Gambar 5‐7. 

 

 

 

 

 

 

 

 

62 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 82: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

CIR

EB

ON

 

IND

RA

MA

YU

Med

ian

Bad

an J

alan

Jalu

r Cep

at

Jalu

r Lam

bat

Bah

u Ja

lan

Sun

gai

Trot

oar

Bad

an J

alan

Jalu

r Cep

at

Jalu

r Lam

bat

Bah

u Ja

lan

Sung

ai

 

 

ABUTMENTABUTMENT

 

 

 

 

Gam

bar 5

-5. S

kets

a Mor

tar B

usa J

emba

tan

Keda

ton,

Cire

bon

Jawa

Bar

at

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mor

tar B

usa

 

 

 

 

 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 63

Page 83: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

SG -

Kn

SG -

Kr

Vw-P

c.1 d

an 4

Vw-P

c.2

Vw-P

c.3

INDR

AMAY

UVw

- PZ

.1Vw

- PZ

.2

INC.

1

INC.

2

Vw -

PZ.3

INC.

4

INC.

3

EXT.

1

Vw -

PZ.4

EXT.

2

2m

1.8m

2m

2m BM. P

IPA

PDAM

Medi

an

BM.B

 

 

 

Sung

ai

Bada

n Ja

lanJa

lur C

epat

Jalur

Lam

bat

Trot

oar

SP.4

SP.5

SP.6

SP.1

SP.2

SP.3

SP.7

SP.8

SP.9

 

 

 

 

Gam

bar 5

-6. S

kets

a Tam

pak A

tas d

an L

etak

Titi

k-Ti

tik In

stru

men

tasi  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bahu

Jalan 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

64 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 84: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 65

Ket

:: I

nclin

omet

er: E

xten

zom

eter

: Set

tlem

ent P

late

: Pie

zom

eter

: Pre

ssur

e C

ell

: Stra

in G

auge

Vw

- P

z.3

0.00

- 4,6

4

0.00

-1,6

4

0.00

-2.0

6

- 6.0

6

-4.0

0

-10,

03

0.00

-4.2

0

-12.

20

EX

T.2

EX

T.1

0.00

INC

.1 /

2

- 7.0

7

- 4.2

4

- 4.8

8

- 9.9

0

- 11.

20

- 13.

20

- 18.

92

- 22.

40

-4.1

18

-6.1

15

-8.1

05

-10.

409

-12.

478

-14.

085

- 19.

103

- 24.

077

-27.

00

- 27.

00

0.00

SP

:7,8

,9S

P:1,

2,3

SP

:4,5

,6

-2.1

0-1

,66

-4.0

4

Tana

h A

sli

Vw

- P

c.1

(-3,3

5)

- 4,3

5

Vw

- P

c.2-

3 (-

1,55

)

Vw

- P

c.4

(-0,3

5)

(0,0

0)

0.00

Vw

- P

z.2

INC

.3 /4

Vw

- Pz

.1

Vw

- P

z.4

0.00

0.00

0.00

0.00

Inc

Ext SP

Pz

Pc SG

VW.1

VW.2

W.1

W.2

VW

.3

VW

.4

Foam

Mor

tar

2000

kP

a

Foam

Mor

tar

800

kPa

SK

ETS

A L

ETA

K T

ITIK

INS

TRU

ME

N

AB

UTM

EN

T JE

MB

ATA

N K

ED

ATO

N B

AR

U

AR

AH

IND

RA

MA

YU

KM

.21+

177

CR

B.

U

S

T

B

12

34

56

m'

12

34

56

m'

Ska

la :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gam

bar 5

-7. S

kets

a Pot

onga

n Me

man

jang

dan

Leta

k Titi

k Ins

trum

en

Page 85: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Instrumen  yang  terpasang  pada Oprit  Jembatan    Kedaton  dengan  simbol 

sebagai  keterangan pada Gambar 5‐6 dan Gambar 5‐7 dapat dilihat pada  

Tabel 5‐1. Tabel 5-1. Instrumen dan Simbol

No  Instrumen  Simbol 

1  Vibrating Wire Piezometer  PZ 

2  Vibrating Wire Pressure Cell   PC 

3  Inclinometer   INC 

4  Settlement Plate  SP 

5  Surface Marker  SM 

5  Extensometer Magnetic  EXT 

6  Strain Gauge  SG 

7  Piezometer Pipe Cassagrande  PZC 

 

 

5.2.1 Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Timbunan Oprit Mortar Busa

Berikut  tahapan pelaksanaan konstruksi  timbunan oprit mortar busa pada 

lokasi  Oprit  Jembatan  Kedaton,  Cirebon,  Jawa  Barat  dapat  dilihat  pada 

Gambar 5‐9 sampai dengan Gambar 5‐26.  

 

Kondisi  ekisting Oprit  Jembatan  Kedaton,  sebelum  dilakukan  penggantian 

timbunan  dengan  menggunakan  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa 

dapat dilihat pada Gambar 5‐8 dan Gambar 5‐9. 

 

66 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 86: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 5-8. Kondisi Existing Oprit Jembatan Kedaton (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

 Gambar 5-9. Ilustrasi Kondisi Existing Jembatan Kedaton

 

 

Pekerjaan  awal  penggantian  timbunan  tanah  dengan  dengan  timbunan 

ringan mortar busa adalah melakukan pengerukan tanah asli dengan tinggi 

4,35 m  dan  panjang  70 m  dengan menggunakan  alat  berat  dapat  dilihat 

pada  Gambar 5‐10 dan Gambar 5‐11. 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 67

Page 87: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 5-10. Ilustrasi Pekerjaan Pengerukan tanah

 

 

 Gambar 5-11. Pelaksanaan Pengerukan Tanah (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

Kondisi setelah dilakukan pengerukan tanah asli dapat dilihat pada Gambar 

5‐12. 

 

 

68 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 88: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 5-12. Kondisi Setelah Pengerukan Tanah Asli (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

Tahapan  pelaksanaan  pengecoran  material  dengan  mortar  busa 

berdasarkan waktu dan lapisan tinggi timbunan, dan pemasangan anyaman 

baja (wire mesh)  dapat dilihat pada Gambar 5‐13. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 69

Page 89: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gam

bar 5

-13.

Wak

tu P

enge

cora

n Mo

rtar B

usa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

70 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 90: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Pelaksanaan  pemasangan  instrumen  dilakukan  berbarengan  dengan 

penghamparan  mortar  busa,  setelah  melakukan  pekerjaan  pengerukan 

tanah asli, melakukan pemasangan instrumen seperti terlihat pada Gambar 

5‐14  dan  Gambar  5‐15,  warna  merah  menunjukan  pemasangan 

instrumentasi  piezometer  dan  warna  hijau  pemasangan  instrumentasi 

extensometer. 

 

 Gambar 5-14. Ilustrasi Tahap Pekerjaan Pemasangan Instrumen

  

 Gambar 5--15. Pelaksanaan Pemasangan Instrumen (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 71

Page 91: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Awal  penghamparan mortar  busa  dilakukan  pada  tahap  pertama  di  STA 

0+080 dengan spesifikasi kuat tekan bebas 800 kPa dan berat  isi 0,6 t/m³, 

terlihat pada Gambar 5‐16. 

 

 Gambar 5-16 .TahapPekerjaan Mortar Busa Lapis Pondasi Bawah

 

 

Mortar  busa  yang  telah  dihampar  ditutup  dengan  terpal  menghindari 

pengaruh cuaca terik matahari ataupun hujan, seperti terlihat pada Gambar 

5‐17. 

 Gambar 5-17. Perawatan Mortar Busa yang Telah Dihampar (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

72 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 92: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Pelaksanaan  pengecoran  dilakukan  dengan  metode  papan  catur,  yaitu 

penghamparan  mortar  busa  dilewatkan/dilangkahi  satu  kotak  bekisting 

menunggu bekisting yang telah terpasang dapat dibuka untuk dipergunakan 

pada  tempat  penghamparan mortar  busa  yang  lain,  seperti  terlihat  pada 

Gambar 5‐18 dan Gambar 5‐19. 

 

 Gambar 5-18.Tahap Timbunan Mortar Busa Lapis Pondasi Bawah

 

 

 Gambar 5-19.Tahap Penimbunan Mortar Busa di Atas Lapisan Mortar Busa yang Telah

Terhampar  

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 73

Page 93: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Penghamparan  mortar  busa  pada  tahap  selanjutnya  dilakukan  secara 

menerus hingga mencapai tinggi timbunan yang direncanakan. 

 

Pemasangan  anyaman  baja  dilakukan  setiap  1 m  dari  lapisan  dasar,  dan 

antara  Lapis  Pondasi  Bawah  800  kPa  dan  Lapis  Pondasi  Atas  2000  kPa, 

seperti terlihat pada Gambar 5‐20 sampai dengan Gambar 5‐23. 

 

 Gambar 5-20. Ilustrasi Pemasangan Anyaman Baja pada Lapis Pondasi Bawah

 

 Gambar 5-21. Ilustrasi Pemasangan Anyaman Baja Antara Lapis Pondasi Atas dan Lapis

Pondasi Bawah  

74 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 94: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 5-22. Ilustrasi Pekerjaan Timbunan Mortar Busa Lapis Pondasi Atas

 

 

Pekerjaan  perkerasan  tebal  lapisan  jalan  dengan  aspal  di  atas  timbunan 

mortar  busa  Lapis  Pondasi  Atas  dengan  kuat  tekan  bebas  2000  kPa  dan 

berat  isi 0,8 t/m³, dengan tinggi  lapisan aspal 30 cm sebagai pengganti soil 

cement, dapat dilihat pada Gambar 5‐24 dan Gambar 5‐25. 

 

 Gambar 5-23. Ilustrasi Pekerjaan Pemasangan Anyaman Baja

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 75

Page 95: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 5-24. Pekerjaan Perkerasan Jalan (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

 Gambar 5-25. Ilustrasi Kondisi Setelah Pelaksanaan Pekerjaan

 

Kondisi  timbunan  jalan dengan mortar busa  yang  telah  selesai dikerjakan 

dapat dilihat pada Gambar 5‐26. 

 

 

 

76 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 96: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 5-26. Kondisi Setelah Pelaksanaan Pekerjaan

(dokumentasi foto pemantauan di lapangan)  

 

5.2.2 Kondisi Instrumen Terpasang Pada  lokasi  Oprit  Jembatan  Kedaton,  Cirebon,  Jawa  Barat  terpasang 

instrumen  yang  dilakukan  pemantauan  setelah  pelaksanaan  konstruksi. 

Kegiatan  pemantauan  dengan  melakukan  identifikasi  kondisi  instrumen 

terpasang secara visual dan dengan mengecek alat dengan data logger. 

 

A.  Instrumen Vibrating Wire Piezometer 

Vibrating wire pieziemeter adalah unit pisometer yang menggunakan kawat 

bervibrasi. Kawat bervibrasi ini akan bergetar jika terjadi defleksi diafragma 

yang  dipengaruhi  oleh  tekanan  air  pori.  Kawat  bevibrasi  ini  akan 

mempengaruhi  frekuensi  resonan  dan  perubahan  regangan  pada  kawat 

bervibrasi dan akan terbaca oleh alat. 

 

Kondisi  instrumen  vibrating  wire  piezometer,serial  number,  serta  serial 

number, gage faktor, thermal factor,dan lokasi instrumen dapat dilihat pada 

Tabel 5‐2 

 

 

 

 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 77

Page 97: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Tabel 5-2 Instrumen Vibrating Wire Piezometer

No  Jenis Instrumen SimbolSerial 

Number 

Gage Factor (G) (kPa/digit)

Thermal Factor (K) (kPa/°C) 

Lokasi Instrumen

Kondisi Instrumen 

1 Vibrating Wire Piezometer 

PZ.1  921001 0.1048  ‐0.0477 

0+043 Tidak dapat dipantau 

2 Vibrating Wire Piezometer 

PZ.2  921002 0.1110  0.0288 

0+027 Dapat 

dipantau 

3 Vibrating Wire Piezometer 

PZ.3  921003 0.1152  ‐0.0754 

0+012 Dapat 

dipantau 

4 Vibrating Wire Piezometer 

PZ.4  921004 0.1135  ‐0.1204 

0+005 Dapat 

dipantau   

Display Mode  yang  digunakan  untuk  pemantuan  piezometer  adalah  A‐F 

yang  disesuaikan  dengan  tipe  strain  gages  yang  terpasang  dilapangan 

diperlihatkan pada Tabel 5‐3. 

 Tabel 5-3. Tipe Strain Gages

No  Sensor  Model Strain gages 

Display Mode 

Satuan  Alat (Manual) 

1  Piezometer (PZ)   4500  B  Digits  Geokon GK‐403 

 

Pada saat monitoring, teridentifikasi pada tahun 2010 dan tahun 2011 tidak 

dilakukan pembacaan  initial  reading yang menjadi acuan bagi pembacaan 

selanjutnya.  Hal  ini  terlihat  dari  nilai  pembacaan  tekanan  air  pori  tanah 

yang  berbeda  jauh  dengan  nilai  tekanan  air  hidrostatik. Oleh  karena  itu, 

walaupun  kurang  akurat,  pada  setiap  kegiatan  monitoring  selanjutnya 

digunakan pembacaan initial reading dari factory setting yang tertera dalam 

Calibration  Sheet.  Data  tahun  2009  dan  tahun  2011  juga  telah  dikoreksi 

dengan  initial  reading  factory  setting  dari  Calibration  Sheet.  Setelah 

dilakukan  koreksi  tersebut,  nilai  tekanan  air  pori mendekati  tekanan  air 

hidrostatik. 

 

Monitoring piezometer vibrating wire dilakukan dengan menggunakan Read 

Out unit Geokon GK‐4500. 

P = { (R0 – R1) x G } + { (T1 – T0) x K } 

78 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 98: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Di mana: 

P  = Pressure 

R0 = Initial reading 

R1 = Current reading 

G  = Calibration factor 

T0 = Initial Temperature 

T1 = Current Temperature  

K  = Thermal factor 

 

Hasil pengamatan  tekanan muka air menggunakan piezometer pneumatic 

vibrating wire ditampilkan pada Gambar 5‐27 sampai dengan Gambar 5‐30. 

 

 Gambar 5-27. Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw-PZ1

 

 

 Gambar 5-28. Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw-PZ2

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 79

Page 99: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Gambar 5-29. Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw-PZ3  

 

 Gambar 5-30. Grafik Ekses Air Pori dari Instrumen Piezometer Vw-PZ4

 

 

Pada Gambar 5‐27  terlihat hanya dapat dipantau hingga bulan april 2011, 

kemungkinan  terjadi  putusnya  kabel,  sedangkan  pada  Gambar  5‐28  dan 

Gambar 5‐29 terlihat adanya kenaikan perubahan kenaikan tekanan air dan 

pada Gambar 5‐30 terlihat adanya penurunan tekanan air. Perubahan yang 

terjadi terjadi akibat pengaruh pasang surut air sungai. 

 

B.  Instrumen Vibrating Wire Pressure Cell 

Pemantauan  instrumen  pressure  cell  dimaksudkan  untuk  mengetahui 

tekanan  lateral  timbunan  mortar  busa  terhadap  dinding  abutment 

jembatan. Posisi  instrumentasi pressure cell dapat dilihat pada Gambar 5‐

31. 

 

 

 

 

 

80 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 100: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

0.00

-4 .20

E X T .1

0.00

- 4 .24

- 4 .88

V w - P c .1 (-3 ,35)

- 4 ,35

V w - P c .2 -3 (-1 ,55)

V w - P c .4 (-0 ,35)

(0 ,00)

V w - P z.4

 Gambar 5-31. Posisi Instrumentasi Pressure Cell

 

 

Kondisi instrumen pressure cell, serial number, gage faktor, thermal faktor, 

dan lokasi instrumen dapat dilihat pada Tabel 5‐4. 

 Tabel 5-4. Instrumen Vibrating Wire Pressure Cell

No  Jenis Instrumen SimbolSerial 

Number 

Gage Factor (G) (kPa/digit)

Thermal Factor (K) (kPa/°C) 

Lokasi Instrumen

Kondisi Instrumen 

1 Vibrating Wire Pressure Cell 

PC.1  921005 0.1159  ‐0.0522 

0+003 Dapat 

dipantau 

2 Vibrating Wire Pressure Cell 

PC.2  921006 0.1113  ‐0.0843 

0+001 Dapat 

dipantau 

3 Vibrating Wire Pressure Cell 

PC.3  921007 0.1095  ‐0.0941 

0+004 Dapat 

dipantau 

4 Vibrating Wire Pressure Cell 

PC.4  921008 0.1092  ‐0.0717 

0+003 Dapat 

dipantau  Analisis  yang  dipergunakan  dalam menganalisis  besarnya  tekanan  lateral 

timbunan  ringan yang menekan dinding abutmen  jembatan menggunakan 

persamaan: 

P= { (R0 – R1) x G } + { (T1 – T0) x K } 

 

Di mana: 

P=Pressure (kPa) 

R0=Initial reading 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 81

Page 101: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

R1=Current reading 

G=Calibration factor 

T0=Initial Temperature 

T1=Current Temperature  

K=Thermal factor 

 

‐0.40‐0.200.000.200.400.600.80

02/05/10 10/08/10 18/11/10 26/02/11 06/06/11 14/09/11 23/12/11 01/04/12 10/07/12 18/10/12 26/01/13

Tekanan (kPa)

Tanggal Pembacaan

VW PC1VW PC1

 Gambar 5-32. Tekanan Lateral Terhadap Dinding Abutment Instrumen Vw-PC 1

 

 

 Gambar 5-33. Tekanan Lateral Terhadap Dinding Abutment Instrumen Vw-PC 2

 

 

 Gambar 5-34. Tekanan Lateral Terhadap Dinding Abutment Instrumen Vw-Pc 3

 

 

Terlihat  adanya  perubahan  tekanan  yang  terjadi  pada  instrumentasi 

Pressure  Cell  hal  ini  bisa  terjadi  akibat  tekanan  yang  diakibatkan  susut 

82 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 102: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

muainya beton terhadap suhu pada instrument pressure cell dan pengaruh 

tekanan  hidrostatis  akibat  tinggi muka  air  sungai  yang menekan  dinding 

abutment jembatan Kedaton. 

 

C.  Instrumen Inclinometer 

Terdapat  empat  buah  inklinometer  yang  terpasang  pada  oprit  jembatan 

Kedaton,  tetapi  hanya  dua  buah  yang  dapat  dibaca,  yaitu  Inklinometer2 

(INC.2),  dan  Inklinometer3  (INC.3).  Inklinometer  1  dan  4  mengalami 

kerusakan  berupa  putusnya  pipa  yang  tertanam.  Kondisi  instrumen 

inklinometer dapat dilihat pada Tabel 5‐5.  

 Tabel 5-5. Instrumen Inclinometer

No  Jenis Instrumen  Simbol  Kondisi Instrumen 

1  Inklinometer  INC.1  Tidak Dapat Dipantau 

2  Inklinometer  INC.2  Dapat dipantau 

3  Inklinometer  INC.3  Dapat dipantau 

4  Inklinometer  INC.4  Tidak Dapat Dipantau 

 

Pemantauan  instrumen  inclinometer  hanya  dilakukan  hingga  kegiatan 

monitoring 2011, hasil pemantuan dapat dilihat pada Dari Gambar 5‐35 dan 

Gambar 5‐36, terlihat bahwa tanah tidak mengalami pergerakan lateral. 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 83

Page 103: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

   Gambar 5-35. Grafik Pergerakan Inclinometer 2

84 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 104: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

   

Gambar 5-36. Grafik Pergerakan Inclinometer 3  

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 85

Page 105: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

D.  Surface Marker 

Pada  Lokasi  oprit  jembatan  Kedaton,  Cirebon  terpasang  juga  instrumen 

settlement  plate,  dikarenakan  tidak  dapat  dipantau,  sehingga  untuk 

pemantuan  settlement  plate  di  gantikan  dengan  pemasangan  surface 

marker dengan jarak per 5 meter. 

 

Pada monitoring bulan Mei 2012, telah terpasang surface marker dipasang 

di sisi kiri, tengah dan kanan jalan dengan interval 5 meter baik di jalan arah 

Indramayu  maupun  jalan  ke  arah  Cirebon,  ruas  jalan  yang  tidak 

menggunakan  timbunan  ringan mortar busa.  Surface marker  terbuat dari 

paku payung yang ditancapkan di aspal atau pada struktur dan diberi tanda 

dan nomer dengan cat semprot. Surface Marker  ini diberi kode LS xx A, LS 

xx B dan  LS  xx C untuk  jalan dengan  timbunan  ringan arah ke  Indramayu 

dan kode LS xx D, LS xx E dan LS xx F untuk  jalan dengan  timbunan biasa 

arah ke Cirebon dengan nomer urut dari 1 sampai 18. Pada monitoring ke 

bulan  September,  dilakukan  pemantauan  untuk  mengetahui  kondisi 

penurunan arah memanjang longitudinal. 

 

Pada  lokasi yang terjadi    lendetun dilakukan pemantauan sebanyak 2 titik. 

Surface Marker ini diberi nama D1 dan D2. 

 

Hasil  pemantauan  pada  lokasi  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa 

menggunakan Water Pass  tipe orion+, didapat adanya penurunan 1,4  cm 

selama  6  bulan  pemantuan  arah  Indramayu.  Sedangkan  oprit  dengan 

timbunan  tanah  arah  Cirebon  dengan  overlay  beberapa  kali,  adanya 

penurunan sebesar 1,8 cm. 

 

E.  Instrumen Extensometer 

Kondisi  instrumen  extensometer  berdasarkan  kedalaman,  dapat  dilihat 

pada Tabel 5‐6. 

 

 

 

86 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 106: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Tabel 5-6. Instrumen Extensometer

No  Jenis Instrumen  Simbol

Kedalam Datum Dari Dasar Galian 

(m) 

Kedalam Datum Setelah AC‐WC Dari permukaan 

Jalan (m) 

Lokasi Kondisi 

Instrumen 

1 Extensometer Magnetic 

EXT.1  18.16  24.08  0+005 Tidak dapat dipantau 

2 Extensometer Magnetic 

EXT.2  19.98  22.4  0+0012  Dapat dipantau 

 

Untuk  menghitung  pergerakan  lapisan  tanah  arah  vertikal  terpasang 

magnetic  extensometer. Untuk  titik  Extensometer  –  1  Posisi Datum  (titik 

ikat)  berada  pada  kedalaman  18.16  m  dari  dasar  galian.  Posisi  Datum 

setelah lapisan AC‐WC selesai (28 Desember 2009) berada pada kedalaman 

24.08 m dari permukaan jalan. Extensometer 1 pada monitoring 2012, tidak 

dapat  dipantau  dikarenakan  terbukanya  penutup  extensometer,  sehingga 

masuknya kotoran‐kotoran. 

 

Untuk  titik  Extensometer  –  2  Posisi  Datum  (titik  ikat)  berada  pada 

kedalaman 19.98 m dari dasar galian. Posisi Datum setelah  lapisan AC‐WC 

selesai  (28  Desember  2009)  berada  pada  kedalaman  22.40  m  dari 

permukaan  jalan.  Kedalaman  tiap Magnetic pada  Extensometer Magnetic 

ditampilkan pada Tabel 5‐7. 

 Tabel 5-7. Kedalaman Magnetic pada Instrumentasi Extensometer Magnetic setelah

Lapisan AC-WC selesai Kedalaman Magnetic 

No  Magnetic EXT.1  EXT.2 

1  Plate Magnetic  4.11  4.24 

2  Spider Magnetic  6.11  4.88 

3  Spider Magnetic  8.10  7.07 

4  Spider Magnetic  10.41  9.90 

5  Spider Magnetic  12.48  11.20 

6  Spider Magnetic  14.09  13.20 7  Spider Magnetic  19.10  18.92 

8  Spider Magnetic  24.08  22.40 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 87

Page 107: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Pengukuran Extensometer Magnetic didasarkan pada selisih  jarak tiap‐tiap 

magnetik terhadap datum (titik ikat) setiap pengukurannya. 

 

F.  Instrumen Strain Gauge 

Pada oprit Jembatan Kedaton, terpasang juga instrumen strain gauge untuk 

mengetahui besarnya kontribusi kuat geser yang disumbangkan oleh beton 

melalui bacaan regangan strain gauge. 

 

Pada  kegiatan monitoring  setelah  pelaksanaan  konstruksi  tidak  dilakukan 

pemantuan  instrumen  strain  gauge,  kemungkinan  terjadinya  putus  kabel 

pembacaan. 

 

G.  Instrumen Open Stand Pipe Piezometer (Cassagrande) 

Dalam  kegiatan  monitoring  bulan  Mei  2012  terpasang  instrumen 

piezometer  cassagrande  (open  stand  pipe)  di  tanah  asli  di  sisi  oprit 

jembatan Kedaton,Cirebon, Jawa Barat, arah ke Indramayu (kedalaman 2,25 

m  dan  7  m).  Pemantauan,  piezometer  cassagrande  dipantau  dengan 

menggunakan  alat  dipmeter.  Kondisi  Instrumen  Piezometer  Cassagrande 

dapat dilihat pada Tabel 5‐8. 

 Tabel 5-8.Instrumen Piezoemeter Cassagrande

No  Jenis Instrumen  Simbol  Lokasi  Kondisi Instrumen 

1 Piezometer Pipe Cassagrande 

PZC.1 0+005 (di tanah asli, sisi timbunan mortar busa, kedalaman H = 7 

meter) Dapat dipantau 

2 Piezometer Pipe Cassagrande 

PZ.2 0+005 (di tanah asli, sisi timbunan mortar busa, kedalaman H = 2.25 

meter) Dapat dipantau 

 

Berdasarkan  pemantuan  dengan  menggunakan  piezometer  open  pipe 

(cassagarande)  untuk  kedalaman  2.25 meter  adanya  perubahan  naiknya 

tinggi  muka  air  sebesar  0.92  meter,  dan  pada  kedalaman  7  meter 

perubahan penurunan tinggi muka selama 7 bulan sebesar 2.35 meter. 

 

 

88 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 108: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

5.3 Pemodelan Numerik Karena kompleksitas geometri, maka evaluasi kinerja  timbunan uji mortar 

busa dilakukan dengan pemodelan elemen hingga dengan bantuan piranti 

lunak  Plaxis  versi  9.0  (Brinkgreve  &  Broere,  2008).  Gambar  5‐37 

memperlihatkan geomodel dari  timbunan uji yang memodelkan potongan 

melintang mortar  busa. Mesh  yang  digunakan  dalam  analisis mempunyai 

kerapatan  medium  dan  dengan  mesh  yang  lebih  rapat  pada  cluster  di 

elevasi galian bagian bawah, Gambar 5‐38 Pemodelan dilakukan mulai dari 

timbunan  eksisting,  penggalian  dan  kemudian  pengecoran  mortar  busa. 

Oleh karena  itu,  tegangan vertikal efektif  tanah dasar di‐generate dengan 

metode gravity loading. 

 

Model  tanah  yang  digunakan  dalam  analisis  adalah model  soft  soil  dan 

model  hardening  soil. Model  Soft  Soil merupakan model  Cam‐Clay  yang 

digunakan  untuk  memodelkan  perilaku  tanah  lunak  seperti  lempung 

terkonsolidasi normal dan gambut. Model Hardening Soil merupakan model 

hiperbolik  yang  bersifat  elastoplastis  yang  diformulasikan  dalam  lingkup 

plastisitas dari pengerasan akibat friksi (friction hardening plasticity). Model 

ini  telah  mengikut  sertakan  komperesi  hardening  untuk  memodelkan 

pemampatan  tanah yang  tidak dapat kembali  seperti  semula  (irreversible) 

saat menerima pembebanan yang bersifat kompresif. 

 

19

0 1 2 3

4 5

6 7

8 910 11 12 1314

15 16 17 18 19 20 21 22 23 2425

26 27 2829 30 31 3233 34

35 36

37 38 3940 41 4243 444546474849 5051

52 535455 5657 5859606162636465 66676869707172

73

 Gambar 5-37. Geomodel Timbunan Material Ringan Mortar Busa

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 89

Page 109: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Gambar 5-38. Mesh Timbunan Material Ringan Mortar Busa  

 

5.3.1 Paramater Desain Parameter  kompresibilitas  untuk  model  soft  soil  dan  hardening  soil 

ditentukan  dengan  persamaan  1,  persamaan  2  dan  persamaan  3 

(Brinkgreve& Broere, 2008) : 

)1(31.22

;)1(3.2 0 o

sc

eC

eC

−=κ

−=λ   

(1)  )1(

; **

o

refrefoed e

pE

−λ

=λλ

=  

(2)  )1(

;2 *

*o

refrefur e

pE

κκ

≈  

 

(3) di mana: 

Eoed  =  Tegangan plastis kompresi primer 

Eur   =  Tegangan elastic unloading / reloading 

Cc   =  Koefisien kompresibilitas 

Cs   =  Koefisien kompresi sekunder 

e0  =  Angka pori awal 

pref   =  Tekanan aktual 

λ*  =  Indeks kompresi modifikasi (modified compression index) 

κ*     =  modified swelling index 

 

Tabel  5‐9 dan  Tabel  5‐10 memperlihatkan parameter desain untuk  tanah 

dasar,  timbunan  awal dan mortar busa. Mortar busa dimodelkan  sebagai 

material dengan model Mohr‐Coulomb non‐porous. Perlu diketahui bahwa 

parameter  kuat  geser  timbunan  yang  dipilih  dinaikkan  dari  parameter 

90 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 110: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

awalnya untuk mencegah terjadinya keruntuhan timbunan saat penggalian 

yang  akan  menyebabkan  terhentinya  perhitungan.  Parameter  dari 

timbunan dan timbunan mortar busa diperlihatkan pada Tabel 5‐11. 

 

Untuk  parameter  Modulus  Elastisitas,  Ec,  untuk  timbunan  mortar  busa 

diestimasi  dengan  menggunakan  persamaan  untuk  beton  ringan 

(ligthweigth concrete) dari AASHTO (2010): 

 

cc fwKEc 5,1133000=  

Di mana: 

K1    :  faktor koreksi untuk jenis beton. Dapat diambil nilai 1 terkecuali telah 

ditentukan secara uji fisik. 

wc    : berat isi beton (kcf) 

f’c    :  kuat tekan agregat (ksi) dalam hal ini dapat dipakai nilai UCS hasil dari 

uji mortar busa 

 Tabel 5-9. Parameter Desain Model Soft Soil Type g_unsat g_sat k_x k_y lambda* kappa* K0nc c_ref phi

[kN/m^3] [kN/m^3] [m/day] [m/day] [ ‐ ] [ ‐ ] [ ‐ ] [kN/m^2] [ ° ]8 KEDATON Soft clay UnDrained 15.7 16.7 0.001274 0.001274 0.140536 0.02635 0.577382 10 25

10 KEDATON Very Soft Clay UnDrained 15 16 0.001274 0.001274 0.141747 0.027259 0.609269 6 23

ID Name

  

Tabel 5-10. Parameter Desain Model Hardening Soil Type g_unsat g_sat k_x k_y E50ref Eoedref Eurref c_ref phi

[kN/m^3] [kN/m^3] [m/day] [m/day] [kN/m^2] [kN/m^2] [kN/m^2] [kN/m^2] [ ° ]8 KEDATON Soft clay UnDrained 15.7 16.7 0.001274 0.001274 889.4531 578.8275 8316 10 25

10 KEDATON Very Soft Clay UnDrained 15 16 0.001274 0.001274 881.851 597.5669 8038.8 6 23

ID Name

  

Tabel 5-11. Parameter Timbunan Tanah dan Timbunan Ringan dengan Mortar Busa ID Name Type g_unsat g_sat k_x k_y nu E_ref c_ref phi R_inter

  [kN/m^3] [kN/m^3] [m/day] [m/day] [ ‐ ] [kN/m^2] [kN/m^2] [ ° ] [ ‐ ]1 Selected Fill Drained 19.6 20.6 0.86 0.86 0.33 10000 5 25 12 Timb. Ringan 2000kPa Non‐porous 8 8 0 0 0.2 1411379 60 45 13 Timb. Ringan 800kPa Non‐porous 6 6 0 0 0.2 892634.5 60 40 1  

 

 

5.3.2 Analisis Numerik Analisis pertama adalah mendapatkan hasil perhitungan sensitifitas antara 

model  soft  soil  dan  model  hardening  soil.  Tahapan  perhitungan  dalam 

program Plaxis diperlihatkan pada Tabel 5‐12. Dalam tabel tersebut terlihat 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 91

Page 111: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

bahwa  penggalian  dimulai  dari  hari  pertama  hingga  hari  ke  99,  dan 

pengecoran timbunan ringan dimulai dari hari ke 115. 

 Tabel 5-12. Tahapan Perhitungan dalam Program Plaxis

Identifikasi  Perhitungan  Input Pembebanan  Hari  Jumlah Hari 

Initial phase  N/A  N/A  0  hari 0 

Gravity Loading  Plastic  Staged construction  1  hari 1 

Kupas Aspal  Consolidation  Staged Construction  7  hari 8 

Kupas Lap pondasi  Consolidation  Staged construction  14 hari 22 

Gali Timb. 1  Consolidation  Staged construction  7  hari 29 

Gali Timb. 2  Consolidation  Staged construction  7  hari 36 

Gali Timb. 3  Consolidation  Staged construction  7  hari 43 

Gali Timb. 4  Consolidation  Staged construction  7  hari 50 

Gali Timb. 5  Consolidation  Staged construction  7  hari 57 

Gali Timb. 6  Consolidation  Staged construction  7  hari 64 

Gali Timb. 7  Consolidation  Staged construction  7  hari 71 

Gali Timb. 8  Consolidation  Staged construction  7  hari 78 

Gali Timb. 9  Consolidation  Staged construction  7  hari 85 

Gali Timb. 10  Consolidation  Staged construction  7  hari 92 

Idle  Consolidation  Staged construction  7  hari 99 

FM. 800kPa 30cm  Consolidation  Staged construction  6  hari 115 

FM. 800kPa 30cm  Consolidation  Staged construction  6  hari 121 

FM. 800kPa 40cm  Consolidation  Staged construction  6  hari 127 

FM. 800kPa 50cm  Consolidation  Staged construction  6  hari 133 

FM. 800kPa 50cm  Consolidation  Staged construction  5  hari 138 

FM. 800kPa 60cm  Consolidation  Staged construction  4  hari 142 

FM. 800kPa 40cm  Consolidation  Staged construction  3  hari 145 

FM. 800kPa 40cm  Consolidation  Staged construction  2  hari 147 

FM. 800kPa 40cm  Consolidation  Staged construction  3  hari 150 

FM. 2000kPa 40cm Consolidation  Staged construction  7  hari 157 

Lap. Pondasi  Consolidation  Staged construction  7  hari 164 

Lap. Aspal  Consolidation  Staged construction  7  hari 171 

Konsol Ultimate  Consolidation  Minimum pore pressure     

 

Hasil  analisis  perbandingan  antaran  timbunan  dengan  mortar  busa  dan 

timbunan  tanah  tanpa  mortar  busa  diperlihatkan  pada  Gambar  5‐39, 

memperlihatkan deformasi vertikal terhadap waktu untuk timbunan tanah 

dengan  overlay  beberapa  kali,  diprediksi  deformasi  vertikal  sebesar  ‐0.14 

92 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 112: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

cm selama 1000 hari, sedangkan  timbunan oprit dengan mortar busa dari 

tahapan pengupasan tanah asli yang diganti dengan mortar busa deformasi 

vertikal yang terjadi ‐0.03 cm pada hari ke 100, untuk itu mortar busa dapat 

mereduksi  besarnya  penurunan  dibandingkan  timbunan  dengan 

menggunakan tanah urugan biasa, baik pada oprit jembatan. 

 

 Gambar 5-39. Deformasi Vertikal (cm) Terhadap Waktu dengan Timbunan Tanpa Mortar Busa

dan Timbunan dengan Mortar Busa  

 

5.3.3 Analisis Sensitifitas Analisis  lain yang dilakukan adalah melakukan analisis  sensitifitas berat  isi 

timbunan  ringan  terhadap  besarnya  penurunan  yang  terjadi.  Berat  isi 

timbunan  ringan  dimodifikasi  dengan  rentang  seperti  yang  diperlihatkan 

pada Tabel 5‐13. 

 

 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 93

Page 113: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Tabel 5-13. Kombinasi Rentang Nilai Berat Isi Timbunan Ringan

χUCS 800 kPa χUCS 2000kPaKombinasi Perhitungan  (kN/m3)  (kN/m3) 

Kombinasi 1  6  6 Kombinasi 2  8  6 Kombinasi 3  10  6 Kombinasi 4  12  6 Kombinasi 5  6  8 Kombinasi 6  8  8 Kombinasi 7  10  8 Kombinasi 8  12  8 Kombinasi 9  6  10 Kombinasi 10  8  10 Kombinasi 11  10  10 Kombinasi 12  12  10 Kombinasi 13  6  12 Kombinasi 14  8  12 Kombinasi 15  10  12 Kombinasi 16  12  12 

 

 Gambar 5-40. Analisis Sensitifitas Berat Isi Timbunan Ringan Terhadap Penurunan

 

 

Kombinasi  perhitungan  analisis  sensitifitas  berat  isi  timbunan  ringan 

ternyata  tidak  banyak  memberikan  kontribusi  yang  besar  terhadap 

penurunan  yang  terjadi,  deviasi  ekstrim  yang  terjadi  (kombinasi  1  dan 

kombinasi  16)  hanya  sebesar  4  cm.  Terlihat  pula  bahwa  dengan 

meningkatkan  berat  isi  dua  kali  lipat, maka  penurunan  yang  terjadi  juga 

94 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 114: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

sebesar dua kali lipat. Dari hasil analisis sensitifitas berat isi material ringan 

dengan  mortar  busa,  peningkatan  berat  isi  sampai  menjadi  sebesar  12 

kN/m3  menyebabkan  terjadinya  penurunan  yang  masih  lebih  kecil 

dibandingkan heaving yang terjadi. 

 

 

5.4 Evaluasi Kinerja Lokasi Oprit Jembatan Kedaton, Cirebon, Jawa Barat

Dari hasil evaluasi, kinerja timbunan ringan dengan mortar busa di Kedaton 

memenuhi  kriteria  kinerja  berdasarkan  persyaratan  Kimpraswil  (2002b). 

Dari hasil analisis numerik pada Gambar 5‐39, didapatkan faktor keamanan 

sebesar  2.47,  sedangkan  Kimpraswil  (2002b)  mensyaratkan  faktor 

keamanan minimum sebesar 1,40. 

 

Berdasarkan  kriteria  deformasi  menurut  Kimpraswil  (2002b)  dan  SCDOT 

(2008)  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa  pada  oprit  jembatan, 

memenuhi  syarat  kinerja.  Menurut  Kimpraswil  (2002b)  selama  masa 

konstruksi  besarnya  penurunan  terhadap  penurunan  total  selama  masa 

konstruksi  (S/stot)  harus  lebih  besar  dari  90%  dan  kecepatan  penurunan 

setelah  konstruksi  harus  lebih  kecil  20  mm/tahun  (lihat  Tabel  2‐2). 

Sedangkan berdasarkan analisis numerik, besarnya penurunan pada masa 

konstruksi diprediksi lebih dari 90% dan kecepatan penurunan setelah masa 

konstruksi diprediksi 10 mm/tahun.  

 

Dari  segi  kriteria deformasi,  kinerja  timbunan  ringan dengan mortar busa 

memenuhi  syarat  penurunan  diferensial  vertikal  antara  ujung  abutment 

dengan  slab  terdekat  oprit  jembatan  menurut  SCDOT  (2008).  SCDOT 

mensyaratkan  penurunan  diferensial  tersebut  sebesar  1.905  x  Lslab, 

dimana  Lslab  adalah  panjang  slab  terdekat  oprit  jembatan  (Lslab)  diukur 

dalam meter (lihat Tabel 2‐7). Untuk oprit timbunan ringan dengan mortar 

busa  di  Kedaton,  panjang  slab  terdekat  oprit  jembatan  kedaton  adalah 

sebesar 2 m, sehingga besarnya penurunan diferensial maksimum menurut 

Bab 5 – Kinerja Timbunan Ringan Mortar Busa Oprit Jembatan di Kedaton, Crb, Jbr 95

Page 115: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

SCDOT  (2008)  adalah  sebesar  3.81  cm.  Berdasarkan  analisis  numerik 

(Gambar  5‐39),  deformasi  vertikal  diprediksi  sebesar  0,03  cm.  Selain  itu, 

pemantuan  instrumen  surface  marker  menunjukkan  terjadi  penurunan 

diferensial sebesar 0.3 cm dalam kurun 7 bulan, dimana  lokasi titik surface 

marker berada pada jarak 5 meter dari abutmen jembatan. Oleh karena itu, 

dapat disimpulkan bahwa timbunan ringan dengan mortar busa di Kedaton 

memenuhi kriteria kinerja menurut SCDOT (2008). 

 

96 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 116: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6

KINERJA TIMBUNAN RINGAN DENGAN MORTAR BUSA,

LOKASI DI PANGKALAN BUN, KALIMANTAN TENGAH

 

 

Lokasi  pekerjaan  skala  penuh  untuk  timbunan mortar  busa  pada  badan 

jalan  di  Ruas  Jalan  Pangkalan  Lima‐Kumai,  Pangkalan  Bun,  Kalimantan 

Tengah, dapat dilihat pada Gambar 6‐1. 

 Gambar 6-1. Lokasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 97

Page 117: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.1 Kondisi Geologi dan Geoteknik Pangkalan  Bun  terletak  di  atas  satuan  Qs  (endapan  rawa).  Satuan  ini 

tersusun  atas  gambut,  lempung  kaolinan,  lanau  sisipan  pasir,  dan  sisa 

tumbuhan. Berdasarkan penyelidikan tanah yang telah dilakukan pada ruas 

jalan  Pangkalan  Lima‐Kumai,  batuan  dasar  yang  menyusun  daerah  ini 

adalah endapan tanah  lunak yang cukup tebal, dapat dilihat pada   Gambar 

6‐2 

 

 Gambar 6-2. Kondisi Geologi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

 

 

Dari  hasil  penyelidikan  lapangan,  lapisan  tanah  teratas  adalah  gambut 

berserat menurut Kimpraswil (2002a) karena mempunyai kadar serat  lebih 

dari  75%.  Kadar  organik  berdasarkan  SNI  13‐6793‐2002  pada  contoh 

gambut yang diambil di Pangkalan Bun adalah antara 86.7% sampai 99.65%. 

Gambut tersebut berada di atas lempung sangat lunak sampai lunak dengan 

98 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 118: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

ketebalan antara 1 m sampai 7 m dengan nilai konus sondir (qc) kurang dari 

6  kg/cm2.  Hal  ini  konsisten  dengan  nilai  batas‐batas  Atterberg  yang 

menunjukkan bahwa kadar air  lempung mendekati batas cair (LL) dan nilai 

indeks  konsistensi di bawah mendekati  1.  Plot batas‐batas Atterberg dan 

indeks  konsistensi  terhadap  kedalaman  diperlihatkan  pada  Gambar  6‐3. 

Lapisan  terbawah  yang  teridentifikasi  dari  hasil  pemboran  adalah  lapisan 

lempung pasiran dengan konsistensi teguh sampai kenyal dengan nilai SPT 

antara 4 sampai 10.  

 

Kriteria  yang  dipakai  untuk  menentukan  suatu  deposit  tanah  tergolong 

tanah lunak adalah apabila memiliki kuat geser undrained (cu) dari 0 sampai 

dengan 40 kPa  (British Standard 5930:1981, 1981) atau nilai konus  sondir 

(qc)  kurang  dari  6  kg/cm2.  Di  bawah  ini  pembagian  konsistensi  tanah 

berdasarkan tahanan konus sondir Tabel 6‐1.  

 Tabel 6-1.Klasifikasi Konsistensi Tanah Berdasarkan Nilai Tahanan Konus

Konsistensi Tahanan Konus, qc 

(kg/cm2) 

Sangat lunak (very soft)  0‐3 

Lunak (soft)  3‐6 

Teguh (firm)  6‐12 

Kenyal (stiff)  12‐24 

Sangat kenyal (very stiff)  >24 

 

Deskripsi  pemboran  menunjukkan  adanya  deposit  tanah  lunak  pada 

kedalaman  0  sampai  16  m,  tanah  lempung  pasiran  dengan  konsistensi 

teguh sampai keras berada di bawah tanah lunak tersebut.  

 

Hasil pengujian SPT pada lapisan lempung pasiran memberikan nilai NSPT 4‐

10. Hal  ini menunjukan bahwa  lapisan  lempung pasiran  tersebut memiliki 

konsistensi teguh sampai kenyal. 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 99

Page 119: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.1.1 Index Properties Berdasarkan  batas‐batas  Atterberg,  terlihat  bahwa  konsistensi  tanah 

lempung mempunyai konsistensi sangat  lunak. Hal  ini ditunjukkan dengan 

plot  kadar  air  mendekati  batas  cair  (LL)  dan  nilai  indeks  konsistensi  di 

bawah  mendekati  1.  Plot  batas‐batas  Atterberg  dan  indeks  konsistensi 

terhadap kedalaman diperlihatkan pada Gambar 6‐3. 

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 1

Dep

th (m

)

Consistency Index

2

 Gambar 6-3.Batas-batas Atterberg dan Konsistensi Indeks

 

 

6.1.2 Sifat Kuat Geser Plot  indeks  plastisitas  dan  batas  cair  pada  grafik  plastisitas  sistem  USCS 

(ASTM  D  2487‐93,  1993)  dapat  dlihat  Gambar  6‐4.  Dari  klasifikasi  USCS, 

lempung sangat lunak termasuk klasifikasi CH (lempung tak organik dengan 

plastisitas  tinggi,  lempung  gemuk),  sedangkan  lempung  pasiran  termasuk 

klasifikasi  CL  (lempung  tak  organik,  dengan  plastisitas  rendah  sampai 

sedang, lempung berkerikil, lempung kurus). 

100 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 120: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-4. Grafik Plastisitas (Sistem USCS)

 

 

Berdasarkan  nilai  sondir,  kuat  geser  undrained  diperoleh  dengan 

pendekatan sebagai berikut: 

                                                Cu =  20qc

 (kPa) . ………………………………………... (1) 

 

Dengan  persamaan  tersebut,  dapat  diklasifikasikan  sebagai  tanah  sangat 

lunak dan tanah  lunak karena mempunyai kuat geser undrained  lebih kecil 

dari 20 kPa. Plot kuat geser undrained berdasarkan korelasi dari sondir dan  

hasil uji geser baling disajikan pada Gambar 6‐5.  

 Tabel 6-2. Klasifikasi Kuat Geser Undrained Berdasarkan (Kimpraswil,2002a)

Konsistensi  Kuat geser undrained (kPa) Very stiff to hard  >150 

Stiff  100‐150 Firm to stiff  75‐100 

Firm  50‐75 Soft to firm  40‐50 

Soft  20‐40 Very soft  <20 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 101

Page 121: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

0

2

4

6

8

10

12

14

0 10 20 30 40

Depth (m)

Cu (kPa)

S7

VS 3

S10

VS 4

S2

VS 2

 Gambar 6-5. Kuat Geser Undrained berdasarkan Sondir dan Uji Geser Baling 

 

 

Sudut geser dalam efektif (φ’) hasil  laboratorium memberikan nilai 13°‐20° (Gambar  6‐5).  Plot  plasticity  index  dan  sudut  geser  dalam  efektif 

menunjukan  rata‐  rata berada pada peak mean  value dan  residual  value. 

Plot  hasil  pengujian  triaksial  pada  kurva  Anon  (Kimpraswil,  2002a) 

diperlihatkan pada Gambar 6‐7. 

 

102 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 122: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-6. Sudut Geser dalam Efektif

 

 

 Gambar 6-7. Plot Sudut Geser dalam pada Kurva Anon (Kimpraswil, 2002a)

 

 

6.1.3 Sifat Kompresibilitas Berdasarkan  klasifikasi  kompresibilitas  tanah  pada  Gambar  6‐8  (Coduto, 

2004)  tanah  lempung mempunyai nilai kompresibilitas antara 0,15 sampai 

0.35. Hal  ini menunjukan  bahwa  tanah  lempung memiliki  kompresibilitas 

sedang  sampai  tinggi. Tanah  lempung pasiran mempunyai  kompresibilitas 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 103

Page 123: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

sekitar  0,1  dan  termasuk  klasifikasi  sedikit  kompresibel.  Plot  antara  nilai 

kompresibilitas terhadap kedalaman dapat dilihat pada Gambar 6‐9. 

 Gambar 6-8. Klasifikasi Kompresibilitas Tanah (Coduto,2004) 

 

 

 Gambar 6-9. Kompresibilitas Tanah 

 

 

Plot nilai indeks kompresibilitas primer (Cc) dengan kadar air menunjukkan 

bahwa nilai‐nilai tersebut mendekati garis korelasi dari Azzouz, Hough dan 

104 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 124: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Serajuddin (Kimpraswil, 2002a). Plot Cc dan kadar air tersebut diperlihatkan 

pada Gambar 6‐10. 

 

 Gambar 6-10. Korelasi antara Cc dan Kadar Air

 

 

Dari hasil pengujian oedometer, indeks kompresi primer Cc berkisar antara 

0,2 sampai dengan 1,3  (Gambar 6‐11). Dari grafik  tersebut  terlihat bahwa 

nilai Cc pada kedalaman 6‐10 m rata‐rata sebesar 1 sampai dengan 1,3 dan 

lempung pasiran pada kedalaman 12 m  sampai dengan 15 m Cc  rata‐rata 

sebesar 0,2. 

Gambar 6-11. Nilai Cc Hasil Laboratorium 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 105

Page 125: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.2 Konstruksi Timbunan dan Instrumentasi pada Badan Jalan

Konstruksi  mortar  busa  pada  badan  jalan  ruas  Kumai‐Pangkalan  Lima  

sepanjang  400 m  dengan  tinggi  timbunan  1,10 m,  Ruas  Jalan  Pangkalan 

Lima‐Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. 

 

 

6.2.1 Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Timbunan Oprit Mortar Busa pada Badan Jalan

Kondisi  eksisting  badan  jalan  Pangkalan  Bun,  Kalimantan  Tengah  arah 

Kumai, terlihat pada Gambar 6‐12. 

 

 Gambar 6-12. Kondisi Existing Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (dokumentasi pelaksanaan lapangan)  

 

Pada  awal  konstruksi  terlebih  dahulu  dipasang  gorong‐gorong  untuk 

mengalirkan  aliran  air  pada  sekitar  badan  jalan,  seperti  terlihat  pada 

Gambar 6‐13 dan dilakukan penimbunan dengan menggunakan alat berat 

pada  lokasi sekitar gorong‐gorong sebagai dasar  lantai kerja,  terlihat pada 

Gambar 6‐14. 

 

106 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 126: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-13. Gorong-Gorong Terpasang (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

 Gambar 6-14. Penimbunan pada Badan jalan (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

Tahapan selanjutnya melakukan penimbunan pasir diatas tanah asli sebagai 

lantai kerja, terlihat pada Gambar 6‐15. 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 107

Page 127: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-15. Penimbunan Pasir pada Badan Jalan (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

Setelah dilakukan penimbunan pasir, dilakukan pembuatan bekisting pada 

sisi  kanan  dan  kiri  badan  jalan  dengan  perkuatan  dolken  kedalaman  0,5 

meter, seperti terlihat pada gambar Gambar 6‐16. 

 

 Gambar 6-16. Pembuatan Bekisting pada Sisi Badan Jalan (dokumentasi pelaksanaan lapangan)  

 

Pembuatan bekisting untuk konstruksi  timbunan mortar busa pada badan 

jalan  dibuat  untuk  satu  jalur  kendaraan  terlebih  dahulu,  agar  truk molen 

108 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 128: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

penghampar  mortar  busa    dapat  melintasi  lokasi,  seperti  terlihat  pada 

Gambar 6‐17. 

 

 Gambar 6-17. Pembuatan Bekisting di Badan Jalan (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

 

 

Kondisi  pelaksanaan  penghamparan  mortar  busa  dengan  menggunakan 

truk molen, dapat dilihat pada Gambar 6‐18 dan Gambar 6‐19.  

 

 Gambar 6-18. Penghamparan Mortar Busa (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 109

Page 129: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-19. Penghamparan Mortar Busa dengan Truk Molen (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

  Kondisi  setelah penghamparan mortar busa dapar dilihat pada Gambar 6‐

20, pelaksanaan pengecoran dilakukan dengan metode papan catur, yaitu 

penghamparan mortar  busa  diloncati  atau  di  lewati  satu  kotak  bekisting 

menunggu bekisting yang telah terpasang dapat dibuka untuk dipergunakan 

pada tempat penghamparan mortar busa yang lain. 

 

 Gambar 6-20. Mortar Busa yang telah Dihampar (dokumentasi pelaksanaan lapangan)

  Mortar busa yang telah selesai dihamparkan segera ditutup dengan bahan 

penutup (terpal, plastik tebal) agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan 

untuk menghindari  keretakan.  Lahan  yang  akan  dicor  harus  ditutup  agar 

110 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 130: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

tidak  terkena  sinar  matahari  secara  langsung,  hujan  atau  angin,  seperti 

terlihat pada Gambar 6‐21.  

 

 Gambar 6-21. Pemasangan Tenda pada Mortar Busa Sebagai Masa Perawatan (dokumentasi

pelaksanaan lapangan)  

 

6.2.2 Kondisi Instrumen Terpasang Pada  lokasi  timbunan  jalan  dengan  mortar  busa  lokasi  Pangkalan  Bun, 

Kalimantan Tengah terpasang instrumen, dapat dilihat pada tabel Tabel 6‐3 

dan Gambar 6‐22. 

 Tabel 6-3 Kondisi Instrumen Terpasang

Jenis Instrumen  Simbol  Sta 0+200  Sta 0+350  Sta 0+425 Settlement Sensor Vibrating Wire, Read Out Unit: GK‐4500 

VW SP  • Kedalaman 2m 

o Serial Number: 1026356 

o Baik dan dapat dipantau 

• Kedalaman 2m 

o Serial Number: 1026357 

o Baik dan dapat dipantau 

• Kedalaman 2m 

o Serial Number: 1026358 

o Baik dan dapat dipantau 

Settlement Plate   SP  TIDAK ADA  • Dipasang di bawah timbunan 

TIDAK ADA 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 111

Page 131: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Jenis Instrumen  Simbol  Sta 0+200  Sta 0+350  Sta 0+425 ringan (elevasi ‐1.1 m), kondisi baik dan dapat dipantau 

Piezometer Vibrating Wire, Read Out Unit: GK‐4500 

PZ  • Kedalaman 2m 

o Serial Number: 1025543 

o Baik dan dapat dipantau 

• Kedalaman 6m: 

o Serial Number: 1025542 

o Baik dan dapat dipantau 

TIDAK ADA  • Kedalaman 6m: 

o Serial Number: 1025541 

o Baik dan dapat dipantau 

Inclinometer Vertikal 

INC.V  Tidak bisa dipantau, pipa sudah bengkok 

   

Inclinometer Horizontal 

INC.H  Dipasang di bawah timbunan ringan (elevasi sekitar ‐1.1m), tidak bisa dipantau karena pipa sudah bengkok 

   

Magnetic Extensometer,  

Read Out Unit: Geokon 403 

EXT  • Spider magnet di kedalaman 2‐14 m dengan interval 2 m.  

• Kondisi: baik dan bisa dipantau 

TIDAK ADA  TIDAK ADA 

Piezometer keramik cassagrande 

PZC  Kedalaman 2 m & 6 m, dipasang di tanah asli, di sisi timbunan ringan 

Kedalaman 2 m & 6 m, dipasang di tanah asli, di sisi timbunan ringan 

TIDAK ADA 

Surface Marker interval per 5 m ditandai dengan paku payung dan nomor 

SM       

112 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 132: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-22. Sketsa Pemasangan Instrumentasi Lokasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

 

 

Pada lokasi STA 0+200, terpasang beberapa instrumen berdasarkan kondisi 

stratifikasi tanah dapat dilihat pada Gambar 6‐23. 

 

 

 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 113

Page 133: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gam

bar 6

-23

Ilust

rasi

Graf

is In

stru

men

Ter

pasa

ng S

TA 0+

200

 

 

 

 

 Ti

mbu

nan

lam

a

Gam

but S

anga

t Lun

ak

Lem

pung

San

gat L

unak

1 2

3 5Le

mpu

ng P

asira

n Te

guh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan

 : 

 

 

 

 

 

 

 

114 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 134: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

A.  Instrumen Settlement Sensor Vibrating Wire 

Settlement  sensor  vibrating wire  digunakan  untuk memantau  penurunan 

timbunan  ringan. Read  out  unit  yang  digunakan  untuk memantau  adalah 

Geokon GK4500. 

 

Pressure  sensor berfungsi untuk menentukan besarnya penurunan,  ketika 

terjadi penurunan, akan terjadi perubahan tekanan fluida dalam twin tube 

yang kemudian dibaca oleh pressure sensor. Oleh karena  itu,  jika pressure 

sensor tidak ditempatkan di tanah keras, maka bacaan tekanan fluida akan 

terpengaruh. Skema instrumen tersebut diperlihatkan pada Gambar 6‐24. 

 

 Gambar 6-24. Skema Instrumen Settlement Sensor Vibrating Wire (Geokon. 2009)

 

 

Hasil  monitoring  instrumen  sensor  vibrating  wire  dapat  dilihat  pada  

Gambar 6‐25 s.d. Gambar 6‐27. 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 115

Page 135: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-25. Grafik Settlement Plate Sta 0+200

 

 

 Gambar 6-26. Grafik Settlement Plate Sta 0+350

 

 

 

 

 

 

 

116 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 136: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-27. Grafik Settlement Plate Sta 0+450

 

 

Data settlement plate vibrating wire tahun 2010 menunjukkan inkonsistensi 

di mana  penurunan  terbesar  yang  terbaca mencapai  30  cm.  Jika  terjadi 

penurunan  sebesar  30  cm maka  seharusnya  sisa  tinggi  timbunan  ringan 

adalah  80  cm.  Akan  tetapi  di  lapangan,  timbunan  ringan  dengan mortar 

busa tidak mengalami penurunan sebesar itu.  

 

Inkonsistensi  data  tersebut  diduga  diakibatkan  pressure  sensor  tidak 

ditempatkan  di  tanah  keras.  Geokon  Instruction  Manual  Model  4600 

Vibrating Wire menyebutkan  bahwa  sensor  harus  ditempatkan  di  tanah 

keras.  Pressure  sensor  tersebut  ditempatkan  pada  kedalaman  21 m  yang 

seharusnya  ditempatkan  di  kedalaman  lebih  dari  30 m.  Pressure  sensor 

berfungsi  untuk  menentukan  besarnya  penurunan,  ketika  terjadi 

penurunan,  akan  terjadi  perubahan  tekanan  fluida  dalam  twin  tube  yang 

kemudian dibaca oleh pressure sensor. Oleh karena itu, jika pressure sensor 

tidak  ditempatkan  di  tanah  keras,  maka  bacaan  tekanan  fluida  akan 

terpengaruh. 

 

B.  Instrumen Piezometer Vibrating Wire 

Monitoring piezometer vibrating wire dilakukan dengan menggunakan Read 

Out unit Geokon GK‐4500. 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 117

Page 137: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Pada saat monitoring ini, teridentifikasi bahwa pada tahun 2010 dan tahun 

2011  tidak  dilakukan  pembacaan  initial  reading  yang menjadi  acuan  bagi 

pembacaan  selanjutnya. Hal  ini  terlihat  dari  nilai  pembacaan  tekanan  air 

pori  tanah  yang  berbeda  jauh  dengan  nilai  tekanan  air  hidrostatik.  Oleh 

karena  itu,  walaupun  kurang  akurat,  pada  monitoring  ini  digunakan 

pembacaan  initial  reading  dari  factory  setting  yang  tertera  dalam 

Calibration  Sheet.  Data  tahun  2010  dan  tahun  2011  juga  telah  dikoreksi 

dengan  initial  reading  factory  setting  dari  Calibration  Sheet.  Setelah 

dilakukan  koreksi  tersebut,  nilai  tekanan  air  pori mendekati  tekanan  air 

hidrostatik. Hasil monitoring Gambar 6‐28, Gambar 6‐29, dan Gambar 6‐30. 

 Gambar 6-28. Grafik Piezometer Vibrating Wire Sta 0+200 Kedalaman 2m

 

 

 Gambar 6-29. Grafik Piezometer Vibrating Wire Sta 0+200 Kedalaman 6m

118 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 138: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-30. Grafik Piezometer Vibrating Wire Sta 0+450 Kedalaman 6m

 

 

Terlihat  pada  grafik  di  atas  bahwa  tekanan  air  sudah  tidak  mengalami 

banyak perubahan. Perubahan yang  terjadi hanya  terjadi akibat pengaruh 

pasang surut air sungai. 

 

C.  Instrumen Inclinometer Horizontal dan Vertical 

Inclinometer adalah salah satu unit instrumentasi geoteknik yang digunakan 

untuk  mengukur  pergerakan  horizontal/vertical  lapisan  tanah/batuan. 

Inclinometer horizontal terpasang di STA 0+200 dan di STA 0+450. Pada saat 

monitoring   bulan mei 2011  kondisi  Inclinometer horizontal di  STA 0+200 

dan STA 0+450 sudah tidak dapat dibaca dikarenakan kedua pipa bengkok 

dan  menyebabkan  torpedo  inclinometer  tidak  dapat  masuk.  Hasil 

pembacaan  inclinometer  horizontal  dapat  dilihat  pada  Gambar  6‐31  dan 

Gambar 6‐32. 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 119

Page 139: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-31. Hasil Pembacaan Inclinometer Horizontal STA 0+200

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

120 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 140: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-32. Hasil Pembacaan Inclinometer Horizontal STA 0+450

 

 

D.  Instrumen Extensometer 

Extensometer digunakan untuk mengetahui penurunan yang  terjadi setiap 

lapisan  tanah  pada  timbunan  jalan  mortar  busa.  Alat  baca  magnetic 

extensometer yang digunakan adalah Geokon 6000. Alat untuk memantau 

elevasi penyambung adalah waterpass digital Orion. 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 121

Page 141: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-33. Grafik Extensometer Sta 0+200

 

 

Pipa  extensometer  yang  dipasang  tahun  2010  teridentifikasi mempunyai 

panjang  sekitar  14  m  sedangkan  tanah  keras  berada  di  30  m.  Hal  ini 

menyebabkan pembacaan penurunan spider magnet menjadi  terpengaruh 

dengan penurunan pipa extensometer. Terbukti dengan tidak konsistennya 

data, beberapa  spider magnet menunjukkan penurunan  sedangkan  spider 

magnet  lainnya  terjadi kenaikan. Maka, data monitoring  tahun 2010  tidak 

bisa  digunakan  sebagai  baseline  reading,  dan  data  tahun  2011  pun  tidak 

bisa digunakan karena terjadinya penurunan pada pipa extensometer. 

 

Untuk  itu  pada  kegiatan  pemantuan  2012  disarankan  setiap  pemantauan 

extensometer harus dilakukan pemantauan elevasi  top pipa extensometer 

dengan menggunakan Waterpass pada waktu yang bersamaan. Waterpass 

yang  disarankan  adalah  tipe  waterpass  digital  agar  menghilangkan 

kemungkinan  kesalahan  pembacaan  dan  mendapatkan  data  yang  lebih 

akurat.  Disarankan  elevasi  titik  top  magnetic  extensometer  dikontrol 

dengan elevasi dari GPS Geodetic setiap kali monitoring. 

 

E.  Instrumen Open Stand Pipe Piezometer (Cassagrande) 

Instrumen  open  stand  pipe  piezometer  (cassagrande)  untuk mengetahui 

pengaruh  tinggi muka  air  terhadap  timbunan  jalan dengan menggunakan 

122 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 142: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

mortar  busa,  alat  yang  digunakan  untuk melakukan  pemantauan  dengan 

menggunakan dipmeter, seperti terlihat pada Tabel 6‐4. 

 Tabel 6-4. Kondisi Instrumen Piezometer Pipe Cassagrande

No  Jenis Instrumen  Simbol  Lokasi  Kondisi Instrumen 

1 Piezometer Pipe Cassagrande 

PZC.1 0+200 (di tanah asli, sisi timbunan mortar busa, kedalaman H = 2 

meter) Dapat dipantau 

2 Piezometer Pipe Cassagrande 

PZC.2 0+200 (di tanah asli, sisi timbunan mortar busa, kedalaman H = 6 

meter) Dapat dipantau 

3 Piezometer Pipe Cassagrande 

PZC.1 0+350 (di tanah asli, sisi timbunan mortar busa, kedalaman H = 2 

meter) Dapat dipantau 

4 Piezometer Pipe Cassagrande 

PZC.2 0+3350 (di tanah asli, sisi timbunan mortar busa, kedalaman H = 6 meter) 

Dapat dipantau 

Hasil  pemantauan  selama  7  bulan  pada  tahun  2012    dapat  dilihat  pada 

Error! Not a valid bookmark self‐reference.. 

 Tabel 6-5 Hasil Pemantauan Piezometer Cassagrande

No  Keterangan Kedalaman

(m) STA 

Tinggi Muka Air Bulan April 2012 

(m) 

Tinggi Muka Air Bulan Juni 2012 

(m) 1  PZC.1  2  0+200  2.100  1.655 

2  PZC.2  6  0+200  5.435  5.471 

3  PZC.3  2  0+350  2.130  1.847 

4  PZC.4  7  0+350  4.082  6.14 

 

F.  Instrumen Surface Marker 

Instrumentasi  surface  marker  dipasang  untuk  mengetahui  indikasi 

perubahan  yang  terjadi  pada badan  jalan dengan  timbunan mortar busa. 

Pemasangan  surface  marker  dengan  menggunakan  paku  payung  pada 

setiap sisi timbunan mortar busa dengan jarak interval per 5 meter  kanan, 

kiri dan  tengah pada  timbunan mortar busa yang diberi  tanda dengan cat 

semprot dan penomoran. 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 123

Page 143: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Mengingat uji  coba  skala penuh  ini mempunyai panjang 400 m dan pada 

beberapa lokasi terdapat retakan yang perlu diteliti serta adanya instrumen 

baru maka pada pemantuan 2012 dipasang surface marker baru yaitu: 

a. Surface marker  longitudinal dengan  jarak antara marker  sekitar 5m di 

sisi kiri dan kanan jalan. 

b. Surface  marker  pada  daerah  retakan  yang  perlu  diteliti,  yaitu  pada 

lokasi  yang  mempunyai  2  box  culvert  yang  berjarak  sekitar  1.5m. 

Surface  marker  dipasang  pada  permukaan  aspal  di  atas  kedua  box 

culvert dan di timbunan ringan yang berada di antara kedua box culvert 

tersebut. Lokasi ini adalah di Sta 0 + 150. 

c. Surface marker pada lokasi instrumen baru, yaitu peizometer open pipe 

(cassagrande) di Sta 0+200 dan Sta. 0+350. 

 

Pemantuan  kondisi  instrumentasi  surface  merker  selain  menggunakan 

waterpass orion+, melakukan pemantuan dengan georeferencing geodetic 

trimble 4700. 

 

Tujuan dilakukan georeferencing adalah untuk: 

A. Mengetahui  lokasi  Bench Mark  (BM)  dan  lokasi  uji  coba  skala  penuh 

dengan sistem koordinat WGS (word geodetic system) 

B. Mengecek apakah pada BM (bench mark) terjadi penurunan 

C. Mengecek  apakah  terjadi  deformasi  horizontal  dan  vertikal  pada 

beberapa point yang diteliti. 

 

Georeferncing  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  GPS  RTK  (real  time 

kineumatic)  Geodetic  Trimble  4800  lt  II,  Georeferencing  dilakukan  pada 

tanggal 12  ‐15 April 2012 dibandingkan dengan pemantauan pada  tanggal 

27 September ‐ 3 Oktober 2012. 

 

Sebelum melakukan pengecekan BM dan deformasi pada beberapa point, 

satu antenna disimpan di base station dan satu antenna disimpan sebagai 

rover,  di  lokasi  uji  coba  skala  penuh  selama  12  jam  untuk  mengoreksi 

124 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 144: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

pengaruh  troposfir atau  lapisan athmosfer. Base Station berada di Kantor 

BPN, Kota Waringan Barat, Pangkalan Bun. 

 

Penurunan  longitudal  pada Gambar  6‐35 menunjukan  adanya  penurunan 

badan  jalan  sebesar  0,043m  berdasarkan  pemantauan  dengan 

menggunakan  alat  geodetik  trimble,  pemantauan  dilakukan  pada  STA 

0+200. 

 

 Gambar 6-34. Pemantauan Bench Mark dengan GPS Geodetic (dokumentasi pemantauan di lapangan)  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 125

Page 145: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gam

bar 6

-35.

Penu

runa

n Lo

ngitu

dina

l dan

Stra

tifika

si Ta

nah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

126 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 146: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.3 Kondisi Umum Jalan dan Retakan Melintang pada Permukaan Aspal

Dari hasil survey teridentifikasi adanya retakan melintang pada permukaan 

aspal.Aspal  dibangun  di  atas  timbunan  beton  ringan  dengan  ketebalan 

secara kasar sekitar 5‐10 cm. Retakan pada permukaan aspal diperlihatkan 

pada Gambar 6‐36 dan Gambar 6‐37. Retakan melintang didominasi pada 

sisi kanan jalan arah ke Pangkalan Lima. 

 

 Gambar 6-36. Retakan melintang pada permukaan aspal (dokumentasi foto pematauan di lapangan)

 

 

 Gambar 6-37. Retakan pada Permukaan Aspal Setelah Ditandai Cat (dokumentasi foto

pematauan di lapangan)

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 127

Page 147: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-38. Retakan Horizontal pada Sisi Timbunan Ringan yang Menyambung dengan

Retakan pada Permukaan Aspal (dokumentasi foto pematauan di lapangan)  

 

Ploting retakan pengecoran pada mortar busa dapat dilihat pada Gambar 6‐

39 s.d. Gambar 6‐50, retak yang terjadi dan pergerakan retakan di‐plot‐kan 

dengan warna merah, hijau dan coklat selama pemantauan 8 bulan. 

 

 Gambar 6-39. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan STA 0+000 s.d. 0+030

128 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 148: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-40. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+030 s.d. 0+075

 

 

 Gambar 6-41. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan RetakanSTA 0+075 s.d. 0+110

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 129

Page 149: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-42. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+110 s.d. 0+150

 

 

 Gambar 6-43. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+150 s.d. 0+180

 

 

 

130 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 150: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-44. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+180 s.d. 0+225

 

 

 Gambar 6-45. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+225 s.d. 0+275

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 131

Page 151: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-46. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan RetakanSTA 0+275 s.d. 0+300

 

 

 Gambar 6-47. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+300 s.d. 0+340

 

 

 

 

132 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 152: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-48. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 0+340 s.d. 0+380

 

 

 Gambar 6-49. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan dan Retakan STA 380 s.d. 0+425

 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 133

Page 153: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 Gambar 6-50. Ploting Segmen Pengecoran Per Lapisan STA 0+425 s.d. 0+450

 

 

Retakan yang  terjadi kemungkinan karena susut, dikarenakan berdasarkan 

Kimpraswil  (2004),   mengenai pelaksanaan perkerasan  jalan‐beton semen, 

jenis perkerasan  jalan beton semen menerus, tanpa tulangan karena susut 

diakibatkan  perubahan  temperatur  dan  kelembaban.  Retak  susut  plastis 

sendiri  adalah  retak  yang  terjadi pada permukaan beton basah dan pada 

saat  masih  plastis,  penyebab  utamanya  adalah  pengeringan  permukaan 

beton  yang  terlalu  cepat  yang  dipengaruhi  oleh  kelembaban  relatif, 

temperatur  dan  udara  serta  kecepatan  angin.  Tingkat  penguapan  akan 

sangat tinggi bila kelembaban kecil temperatur lebih tinggi dari temperatur 

udara, dan bila angin bertiup pada permukaan. Bilamana terjadi kombinasi 

panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya 

kelembaban  yang  lebih  cepat  dibandingkan  dengan  pengisian  kemballi 

rongga oleh proses aliran air.  Jika  laju penguapan air  lebih dari 1,0 kg/m² 

per jam, pencegahan harus dilakukan untuk menghindari retak susut plastis 

yang terjadi. 

 

 

134 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 154: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.4 Pemodelan Numerik 6.4.1 Parameter Desain Parameter  desain  diperoleh  dengan merata‐ratakan  nilai‐nilai  parameter 

yang  representatif  pada  suatu  lapisan  tanah  yang  sama.  Nilai 

kompresibilitas  dan  koefisien  konsolidasi  diperoleh  dari  uji  oedometer. 

Parameter desain c’ dan Ф’ merupakan rata‐rata dari uji triaksial CU.  

 

Analisis numerik dilakukan dengan bantuan piranti  lunak Plaxis 2D versi 9 

(Brinkgreve  dan  Broere,  2008). Dalam  analisis  numerik,  digunakan model 

tanah soft soil dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: 

- Kekakuan  yang  tergantung  pada  tegangan  (perilaku  kompresi 

logaritmik) 

- Pembedaan  antara  pembeban  primer  dan  pelepasan‐pengulangan 

beban 

- Terekamnya tegangan prakonsolidasi 

- Perilaku keruntuhan menurut kriteria mohr‐coulomb. 

 

Parameter‐parameter  tanah  yang  diperlukan  dalam  model  SS  adalah 

parameter‐parameter dasar: 

c   = kohesi 

φ   = sudut friksi 

ψ   = sudut dilatansi 

κ*   = modifikasi indeks kembang 

λ*   = modifikasi indeks kompresi 

νur   = rasio Poisson untuk pelepasan‐pengulangan beban 

k0NC   = rasio tegangan σ'xx/σ'yy pada kondisi konsolidasi normal 

M   = parameter yang berkaitan dengan k0NC 

Parameter  untuk  soft  soil model  diberikan  pada  Tabel  6‐6.  Untuk  tanah 

timbunan  dan  pasir  lepas  (loose  sand),  digunakan model Mohr  Coulomb 

seperti terlihat pada Tabel 6‐7. 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 135

Page 155: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Tabel 6-6.Parameter Desain untuk Soft Soil Model

  

Tabel 6-7. Parameter Desain untuk Mohr Coulomb Model

  

 

6.4.2 Pemodelan Penurunan Pada STA 0+200 Pada  Sta  0+200  dilakukan  analisis  pada  potongan melintang  karena  pada 

terdapat intrumentasi untuk mengukur penurunan yang akan di bandingkan 

dengan  hasil  analisis.  Pada  STA  0+200  terdapat  lapisan  gambut  berserat. 

Berdasarkan  data  sekunder  yang  ada  (borlog  pemasangan  instrumentasi) 

ketebalan  timbunan  eksisting  adalah  3 m. Muka  air  tanah  berada  pada 

elevasi 0 m.  Adapun pemodelan seperti pada Gamber 6‐51  

 Gambar 6-51. Model Geometri STA 0+200

136 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 156: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Analisis menggunakan  peranti  lunak  plaxis menunjukkan  total  penurunan 

pada akhir konsolidasi  (pada  saat  tekanan air pori ekses  lebih kecil dari 1 

kPa)  sebesar  37  cm.  Penyebabnya  adalah  karena  tebal  lapisan  perata 

berupa  pasir  yang  cukup  tebal.  Penurunan  terbesar  terletak  pada  lokasi 

dilakukannya timbunan ringan seperti terlihat pada Gambar 6‐52. 

 Gambar 6-52. Vertical Displacements STA 0+200

 

 

Tekanan  air  pori  ekses  hasil  analisis  dan  hasil  pemantauan menunjukkan 

konsistensi. Tekanan air pori pada kedalaman 2 m dari hasil analisis adalah 

sebesar  17,7  kPa  sedangkan  berdasarkan  pemantauan  instrumentasi 

piezometer vibrating wire sebesar 18.5 kPa. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 137

Page 157: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

0.00

2.00

4.00

6.00

0.01

0.10

1.00

10.00

100.00

1,00

0.00

10,000

.00

100,00

0.00

1,00

0,00

0.00

Teka

Waktu (h

ari)

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

nan Air Pori Ekses (kPa)

Tekana

n Air Pori Ekses ( H = ‐2

 m)

"FEM

"

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gam

bar 6

-53.

Perb

andi

ngan

Wak

tu d

an T

ekan

an A

ir Po

ri Ek

ses (

kPa)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

138 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 158: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

Berdasarkan   analisis dan monitoring  instrumen  yang dilakukan pada  STA 

0+200  diketahui  adanya  perbedaan  penurunan.  Dari  hasil  analisis 

penurunan  selama  635  hari  diprediksi  sebesar  15  cm  sedangkan  hasil 

pembacaan  extensometer  (plate  magnet  h  =  0)  dan  settlement  plat 

vibrating wire  penurunan  yang  terjadi masing‐masing    5  cm.  Pembacaan 

pada settlement plat vibrating wire terjadi perbedaan yang cukup signifikan 

yaitu  +  40  cm.  Kemungkinan  anomali  terjadi  pada  settlemenet  plate 

vibrating wire. Anomali tersebut bisa terjadi karena adanya kerusakan pada 

instrument, bila dilihat dari Gambar 5‐4, berdasarkan pemantauan surface 

marker  yang  terpasang  pada  tahun  2012  dan  didukung  pemantauan GPS 

geodetic  terdapat penurunan  sebesar 4,3  cm,  selama 8 bulan pemantaun 

(Maret 2012 – Oktober 2012). 

 

Inkonsistensi  data  tersebut  diduga  diakibatkan  pressure  sensor  tidak 

ditempatkan  di  tanah  keras.  Geokon  Instruction  Manual  Model  4600 

Vibrating Wire menyebutkan  bahwa  sensor  harus  ditempatkan  di  tanah 

keras.  Pressure  sensor  tersebut  ditempatkan  pada  kedalaman  21 m  yang 

seharusnya  ditempatkan  di  kedalaman  lebih  dari  30 m.  Pressure  sensor 

berfungsi  untuk  menentukan  besarnya  penurunan,  ketika  terjadi 

penurunan,  akan  terjadi  perubahan  tekanan  fluida  dalam  twin  tube  yang 

kemudian dibaca oleh pressure sensor. Oleh karena itu, jika pressure sensor 

tidak  ditempatkan  di  tanah  keras,  maka  bacaan  tekanan  fluida  akan 

terpengaruh. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 139

Page 159: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

 

 

 

 

 

 

 

Gam

bar 6

-54.

Defo

rmas

i Ver

tikal,

Wak

tu d

an P

erge

raka

n In

stru

men

tasi

STA

0+20

0.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

140 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 160: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

6.5 Evaluasi Kinerja Mortar Busa Lokasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Dari  hasil  evaluasi,  kinerja  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa  di 

Pangkalan  Bun  memenuhi  kriteria  kinerja  berdasarkan  persyaratan 

Kimpraswil (2002b). Dari hasil analisis numerik pada Gambar 6‐, didapatkan 

faktor kemanan sebesar 1.88, sedangkan Kimpraswil (2002b) mensyaratkan 

faktor keamanan minimum sebesar 1,40. 

 

Berdasarkan kriteria deformasi menurut Kimpraswil (2002) timbunan ringan 

dengan  mortar  busa  pada  badan  jalan,  tidak  memenuhi  syarat  kinerja. 

Menurut Kimpraswil  (2002b) selama masa konstruksi besarnya penurunan 

terhadap penurunan total selama masa konstruksi (S/stot) harus lebih besar 

dari 90% dan kecepatan penurunan setelah konstruksi harus  lebih kecil 20 

mm/tahun  (lihat  Error!  Reference  source  not  found.).  Akan  tetapi 

berdasarkan  analisis  numerik,  besarnya  penurunan  pada masa  konstruksi 

diprediksi hanya mencapai 21% dan besarnya kecepatan penurunan setelah 

masa  konstruksi  diprediksi  7  mm/tahun.  Hal  ini  didukung  dengan 

pemantauan  elevasi  timbunan  dengan  surface marker  dan  GPS  geodetic 

yang menunjukkan penurunan sebesar 43 mm selama 8 bulan pemantauan. 

Oleh karena itu, konstruksi uji coba skala penuh ini tidak memenuhi kriteria 

kinerja berdasarkan Kimpraswil (2002b). 

 

Selain  itu,  teridentifikasi  adanya  retak  refleksi  pada  perkerasan  lentur  di 

atas  timbunan  jalan  dengan  mortar  busa,  yang  dapat  mengganggu 

kenyamanan  pengemudi.  Retakan  yang  terdapat  pada  lokasi  Pangkalan 

Bun,  diduga merupakan  retak  susut,  retak  susut mempunyai  ciri  retakan 

terjadi pada  arah  tegak  lurus  terhadap  arah  lalu  lintas  seperti  yang  telah 

diuraikan pada Bab 2. 

 

 

 

 

Bab 6 – Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa, Lokasi di Pangkalan Bun, Kalteng 141

Page 161: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

142 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 162: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

7

PENUTUP  

 

 

 

 

 

 

 

 Pada  buku  ini  telah  dibahas  evaluasi  kinerja  timbunan  ringan  dengan 

mortar busa pada uji  coba  skala penuh di  Kedaton  (Cirebon,  Jawa Barat) 

dan  di  Pangkalan  Bun  (Kalimantan  Tengah).  Evaluasi  kinerja  dilakukan 

melalui pemodelan numerik yang diverifikasi dengan hasil monitoring dari 

instrumen terpasang. Untuk menilai kinerja timbunan, hasil analisis numerik 

dan  monitoring  dibandingkan  dengan  kriteria  timbunan  menurut 

Kimpraswil (2002b) dan SCDOT (2008). 

 

 

7.1 Evaluasi Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa pada Oprit Jembatan Kedaton

Uji  coba  skala  penuh  timbunan  ringan  dengan  mortar  busa  pada  oprit 

Jembatan  Kedaton  dilaksanakan  pada  tahun  2009.  Lokasi  uji  coba  skala 

penuh  berada  pada  deposit  tanah  lunak  yang  tersusun  atas  aluvium 

endapan sungai yang umumnya tersusun oleh bahan‐bahan berbutir halus 

Bab 7 – Penutup 143

Page 163: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

(lempung,  lanau  dan  selingan  pasir).  Tanah  lunak  tersebut  mempunyai 

konsistensi  sangat  lunak  dan  lunak  dengan  tanah  keras  berada  pada 

kedalaman sekitar 30m.  

 

Berdasarkan analisis dan kriteria yang disyartakan Kimpraswil (2002b)   dan 

SCDOT  (2008),  disimpulkan  bahwa  timbunan  ringan  dengan mortar  busa 

pada oprit  Jembatan Kedaton memenuhi kriteria  stabilitas dan deformasi. 

Faktor  keamanan  timbunan  diprediksi  sebesar  2.47,  sedangkan menurut 

persyaratan  Kimpraswil  (2002b)  minimal  sebesar  1.4.  Penurunan  yang 

terjadi  pada  oprit  dengan  timbunan  ringan  tersebut  memenuhi  syarat 

deformasi  dari  kedua  pedoman  tersebut  baik  dari  segi  penurunan 

diferensial maupun kecepatan penurunan pasca konstruksi. 

 

 

7.2 Evaluasi Kinerja Timbunan Ringan dengan Mortar Busa di Pengkalan Bun

Pada  tahun  2010,  uji  coba  skala  penuh  timbunan  ringan  dengan   mortar 

busa sebagai timbunan badan jalan dilaksanakan pada Ruas Jalan Pangkalan 

Lima‐Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Timbunan ringan tersebut 

mempunyai  tinggi  1,1 m  dan  panjang  400 m.  Timbunan material  ringan 

dengan mortar busa terdiri dari dua  lapis,  lapis bawah dengan berat  isi 0,8 

t/m3 dan kuat tekan bebas minimum 800 kPa, dan lapis atas dengan berat 

isi 0,6 t/m3 dan kuat tekan bebas minimum 2000 kPa. 

 

Berdasarkan karakterisasi geoteknik,  lokasi uji coba skala penuh Pangkalan 

Bun, berada di atas tanah gambut dengan kadar organik mendekati 100%. 

Lapisan  gambut  tersebut  berada  di  atas  tanah  lempung  sangat  lunak 

dengan variasi 6‐18 m.  

 

Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa timbunan ringan dengan mortar busa 

memberikan kinerja yang memenuhi kriteria stabilitas menurut Kimpraswil 

144 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 164: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

(2002b).  Faktor  keamanan diprediksi  sebesar 1.88  sedangkan persyaratan 

minimum adalah 1.4. 

 

Dari  segi  kriteria  deformasi,  konstruksi  uji  coba  skala  penuh  ini  tidak 

memenuhi  syarat  dari  Kimpraswil  (2002b).  Kimpraswil  (2002b) 

mensyaratkan  kecepatan  penurunan  saat  konstruksi  minimal  harus 

mencapai  90%  dan  penurunan  pasca  konstruksi  maksimal  sebesar  20 

mm/tahun.  Akan  tetapi,  penurunan  selama  masa  konstruksi  diprediksi 

hanya mencapai 21% dan berdasarkan data monitoring, penurunan pasca 

konstruksi relatif besar yaitu 43 mm/tahun. Ditengarai adanya lapisan pasir 

perata  yang  cukup  tebal  di  bawah  timbunan  ringan  menyebabkan 

terjadinya penurunan yang besar.  

 

Selain  itu,  retak  susut  dari  mortar  busa  menyebabkan  terjadinya  retak 

refleksi pada perkerasan  lentur   di atas timbunan ringan. Retak refleksi  ini 

dapat mengakibatkan terganggunya kenyamanan pengemudi.  

 

Uji coba  skala penuh yang  telah dilakukan memberikan umpan balik yang 

sangat berharga untuk penyempurnaan teknologi timbunan ringan dengan 

mortar busa. Oleh karena  itu, penanganan retak susut dengan manajemen 

konstruksi yang ketat, penambahan  lapis agregat atau  lapis penahan retak 

refleksi  antara  timbunan  ringan  dan  perkerasan  lentur  disarankan.  Selain 

itu,  diperlukan  monitoring  lanjutan  karena  penurunan  timbunan  ringan 

masih relatif besar. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 7 – Penutup 145

Page 165: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

 

 

 

 

 

 

146 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 166: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

DAFTAR PUSTAKA  

  AASHTO. 2010. LRFD Bridge Design and Spesification, Fifth Edition. 

Washington DC, United States of America. 

ASTM C 150 – 07. 2007. Standard Specification for Portland Cement. 

American Standard Testing Material. ASTM International, West 

Conshohoken, PA, USA. 

ASTM C 191 – 04. 2004. Time of Setting of Hydraulic Cement by Vicat 

Needle. ASTM International, West Conshohoken, PA, USA.. 

ASTM C 204‐11. 2011. Standard Test Methods for Fineness of Hydraulic 

Cement by Air Permeability Apparatus. ASTM International, West 

Conshohoken, PA, USA. 

ASTM C 33 – 97. 1997. Standard Specification for Concrete Aggregates. 

ASTM International, West Conshohoken, PA, USA.. 

ASTM C 595 – 09. 2009. Standard Specification for Blended Hydraulic. 

American Standard Testing Material. ASTM International, West 

Conshohoken, PA, USA. 

ASTM C 94 – 94. 1994. Standard Specification for Ready Mix‐Mixed 

Concrete. American Standard Testing Material. ASTM International, 

West Conshohoken, PA, USA. 

Daftar Pustaka 147

Page 167: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

ASTM D 2487 ‐ 93. 1993. Unified Soil Classification System. American 

Standard Testing Material. ASTM International, West Conshohoken, PA, 

USA. 

Binkot. 1990. PB‐0302‐76a. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton 

Semen). Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan 

Kota (Binkot). 

Binkot. 1990. PB‐0303‐76b. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton 

Semen). Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan 

Kota (Binkot). 

Binkot. 1990. PB‐0304‐76c. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton 

Semen). Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan 

Kota (Binkot). 

Binkot. 1990. PB‐0305‐76d. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton 

Semen). Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan 

Kota (Binkot). 

Binkot. 1990. PB‐0306‐76e. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton 

Semen). Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan 

Kota (Binkot). 

Binkot. 1990. PB‐0307‐76f. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton 

Semen). Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan 

Kota (Binkot). 

BM. 1983. Manual Pemeliharaan Jalan, Jenis Kerusakan Retak (Cracking) 

Jalan. BinaMarga No. 03/MN/B/1983. 

Brinkgreve, R.B.J.& Broere. 2008. 2D – Version 9.0 Manual, Delft 

  university of Technology & PLAXIS b. v., The Netherlands. 

British Standard 5930:1981. 1981. Code of Practice for Site Investigation. 

British Standards Instituition. 1981 

Coduto, Donald. 2004. Foundation Design, Principle and Practice. 

Djajaputra, A., dkk. 2005. Laporan Akhir Review Geoteknik Terhadap 

Pekerjaan Galian dan Timbunan Proyek Pembangunan Jalan Tol 

Cipularang Tahap II. Team Geoteknik LPPM ITB. 

148 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa

Page 168: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

DPU. 2006. ISBN: 979‐95959‐1‐6. Panduan Geoteknik Jalan. Edisi II. Japan 

International Cooperation Agency dan Departemen Pekerjaan Umum 

(DPU). 

Febrijanto, Rudi. 2008. Laporan Akhir Penyusunan DED Uji Coba SkalaPenuh 

TImbunan Badan Jalan Dengan Material Ringan. Laporan Penelitian 

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. 

DepartemenPekerjaanUmum.  

Geokon. 2009. Instruction Manual Model 4600 Vibrating Wire Settlement 

Sensor (Geokon).  

Handayani, Fasma. 2007. Timbunan Badan Jalan Dengan Bahan Timbunan 

Ringan. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan 

dan Jembatan. Indonesia.DepartemenPekerjaanUmum.  

Kemen. PU, 2011. Konsensus R0 Pedoman Perencanaan Timbunan Jalan 

dengan Menggunakan Material Ringan  Beton Busa. Kementerian 

Pekerjaan Umum. 2011. 

Kimpraswil. 2002a. Pt T‐09‐2002‐B. Panduan Geoteknik 2: Penyelidikan 

Tanah Lunak Desain dan Pekerjaan Lapangan. Departemen 

Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil). 

Kimpraswil. 2002b. Pt T‐10‐2002‐B. Panduan Geoteknik 4: Desain dan 

Konstruksi. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 

(Kimpraswil). 

Kimpraswil. 2004. Pd T‐05‐2004‐B. Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton 

Semen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi, 

Badan Penelitian dan Pengembangan. Departemen Permukiman dan 

Prasarana Wilayah (Kimpraswil). 

Kuennen, Tom. 2009. Taming Disruptive Cracks to Preserve Pavements. 

Road Science Tutorial. United States. 

Mamlouk, Michael. 2006. Chapter 8: Design of Flexible Pavement. Arizona 

State University, United States. 

MTC, 1986. Pavement Condition Distress Identification Manual for Jointed 

Portland Cement Concrete Pavements. Severity, Metropolitan 

Transportation Commission. 

Daftar Pustaka 149

Page 169: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN PENANGANAN …bagaskara.co.id/Pedoman/Pekerjaan_Jalan/Kajian_Penanganan_Tanah... · Kata Pengantar Deposit tanah lunak di Indonesia mencapai 10 juta

NDLI, 1995.Modelling Road Deterioration and Maintenance Effects in   

HDM‐4, Final Report Asian Development Bank Project RETA 5549. ND 

Lea  International, Vancouver, United States 

SCDOT, 2008. Chapter 10 Geotechnical Performance Limit. Final SCDOT 

Geotechnical Design Manual. 

SNI 03‐3638‐1994: Metode Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Kohesif.  

SNI 03‐3976‐1995: Tata Cara Pengadukan Dan Pengecoran Beton 

SNI 03‐4810‐1998: Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton Di 

Laboratorium. 

SNI 03‐6819‐2002: Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan Beraspal 

SNI 06‐1140‐1989: Cara uji pH air dengan elektrometer 

SNI 15 7064‐2004: Semen Portland Komposit 

SNI 15‐2049‐1994: Semen Portland. 

SNI 3419‐2008: Cara Uji Abrasi Beton di Laboratorium.   

 

 

 

 

 

150 Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar Busa