Kerangka Acuan Kerja.dmantraocx

Embed Size (px)

Citation preview

KERANGKA ACUAN KERJAPROGRAM MATA DAN INDRA TAHUN 2015 PUSKESMAS BARENG

A.PENDAHULUANMata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan perlu mendapatkan perhatian. Untuk menangani permasalahan kebutaan dan gangguan penglihatan, WHO membuat program Vision 2020 yang direkomendasikan untuk diadaptasi oleh negara-negara anggotanya. Vision 2020 adalah suatu inisiatif global untuk penanganan kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, Vision 2020 telah dicanangkan pada tanggal 15 Februari 2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden saat itu. Dalam upaya mencapai Vision 2020 ini WHO telah menetapkan setiap hari Kamis minggu kedua di bulan Oktober sebagai Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/WSD) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2000. Tahun 2014 ini WSD jatuh pada tanggal 9 Oktober. Tema besar WSD yang diangkat oleh WHO melanjutkan tema sebelumnya yaitu Universal Eye Health dengan pesan khusus No more Avoidable Blindness. Sekitar 80% gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia dapat dicegah. Dua penyebab terbanyak adalah gangguan refraksi dan katarak, yang keduanya dapat ditangani dengan hasil yang baik dan cost-effective di berbagai negara termasuk Indonesia. Sebagai titik awal perencanaan program penanggulangan kebutaan dan gangguan penglihatan yang direkomendasikan oleh WHO melalui Vision 2020 adalah ketersediaan data mengenai keadaan kebutaan dan gangguan penglihatan di suatu wilayah atau negara melalui metoda survei yang dapat diandalkan. Ketersediaan data ini sangat penting agar program penanganan kebutaan dan gangguan penglihatan dirancang berdasarkan permasalahan yang muncul di masyarakat sehingga dapat dilakukan perencanaan program yang efektif dan efisien. Pada dokumen WHO, WHA 66.4 tahun 2013, Menuju Universal Eye Health 2014-2019, terdapat tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan kesehatan mata di tingkat nasional di suatu negara, yaitu: Prevalensi Kebutaan dan gangguan penglihatan Jumlah tenaga kesehatan mata Jumlah operasi katarak, yang dapat berupa angka CSR (Cataract Surgical Rate) atau CSC (Cataract Surgical Coverage). Ketiga indikator ini merupakan target global dan telah ditetapkan pula dalam action plannya bahwa penurunan prevalensi gangguan penglihatan (yang dapat dicegah) mencapai 25% di tahun 2019. SITUASI GANGGUAN PENGLIHATAN GLOBAL Data gangguan penglihatan di seluruh dunia diperoleh dari hasil estimasi yang dilakukan oleh WHO.B.LATAR BELAKANGData nasional mengenai besaran masalah gangguan indera penglihatan pernah dikumpulkan melalui berbagai survei, antara lain Survei Kesehatan Mata, Survei Kesehatan Nasional/Survei Kesehatan Rumah Tangga, Riset Kesehatan Dasar dan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) . Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2013 mengumpulkan data mengenai kesehatan indera penglihatan. Berdasarkan survei kebutaan tahun 1993, angka kebutaan Indonesia mencapai 1,5% dari seluruh populasi. Pada tahun 2003 telah dilaporkan melalui sebuah penelitian di Sumatera bahwa angka kebutaan pada kedua mata sebesar 2,2%.5 Dan pada tahun 2007 sebuah survei di Purwakarta Jawa Barat mengemukakan angka kebutaan 1,67%.6 Angka kebutaan yang besar ini menempatkan angka kebutaan di Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia, dilaporkan pada pertemuan Asia Pacific Academy of Ophthalmology di Sydney 2010 (lampiran).7 Dengan angka kebutaan Indonesia yang di atas 1% menjadikan kebutaan di Indonesia tidak hanya menjadi masalah kesehatan tetapi sudah menjadi masalah sosial. Hasil kebutaan dan gangguan penglihatan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 maupun 2013 oleh kalangan profesi kesehatan mata dinilai tidak menunjukkan gambaran kebutaan dan gangguan penglihatan di Indonesia karena beberapa hal, antara lain kemampuan enumerator yang tidak memadai untuk mendeteksi kebutaan dan gangguan penglihatan beserta penyebabnya. Hal ini diakui pada hasil Riskesdas 2013 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa hasil penilaian enumerator untuk menilai kebutaan dan gangguan kesehatan tidak valid. Hal ini juga diperkuat dengan validasi penilaian enumerator Riskesdas 2013 yang dilakukan oleh Perdami yang mendapatkan hasil kappa 0,3 (penilaian enumerator dianggap valid apabila kappa 0,6). Hal tersebut juga disertai keterbatasan dalam pengumpulan data visus yaitu tidak dilakukannya koreksi visus, tetapi dilakukan pemeriksaan visus tanpa pin-hole dan jika visus tidak normal (kurang dari 6/6 atau 20/20) dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan pin-hole, seperti yang dilakukan saat Riskesdas 2007. Dalam pengumpulan data prevalensi morbiditas permukaan mata dan lensa terdapat keterbatasan kemampuan klinis pengumpul data (enumerator) yang bervariasi dalam menilai permukaan mata dan lensa menggunakan alat bantu pen-light, sehingga prevalensi pterigium, kekeruhan kornea, serta katarak cenderung kurang valid.C.TUJUANTujuan Umum Terselenggaranya pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi. Tujuan Khusus 1. Tercapainya identifikasi status kesehatan jemaah haji berkualitas. 2. Tersedianya data kesehatan sebagai dasar upaya perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jemaah haji. 3. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia. 4. Terwujudnya fungsi BKJH sebagai sumber informasi medik jemaah haji untuk kepentingan pelayanan kesehatan haji. 5. Tersedianya bahan keterangan bagi penetapan laik kesehatan (istithoah) jemaah haji. 6. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat Internasional/Indonesia

D.KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATANa.Kegiatan Pokok- Pemeriksaan Calon jamaah Haji - Pelaksanaan tes kebugaran- Kunjunga Rumah pada CJH (bila 1 minggu setelah kedatangan jamaah haji belum datang ke pusk) -Pencatatan dan pelaporanb.Rincian Kegiatan1. pelayanan pemeriksaan tahap 1 bagi CJH di puskesmas bareng di buka setiap hari senin s/d sabtu pukul 07.30 s/d 11.30.1. Kunjungan runah dilakukan seminggu setelah jamaah haji pulang dari mekah

E.CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN1. Calon jamaah haji (CJH) datang ke loket pendaftaran1. CJH membawa buku kesehatan jamaah haji (BKJH) dan hasil laboratorium 1. Petugas melakukan pemeriksaan medis dasar, antara lain : anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, pemeriksaan penunjang, memeriksa kemandirian dan kebugaran, penetapan diagnosis serta menentukan faktor resiko calon jemaah haji.1. Petugas Merujuk calon jemaah haji yang mempunyai faktor resiko yang diperkirakan dapat mempengaruhi kesehatan jemaah haji selama menunaikan ibadah haji.1. Merekam hasil pemeriksaan kesehatan dasar dalam catatan medik dan Buku Kesehatan jemaah haji (BKJH).1. Memasukkan data pemeriksaan kesehatan dasar CJH ke siskohart haji 1. Melaporkan dan mengumpulkan BKJH hasil pemeriksaan kesehatan awal ke Dinas Kesehatan

F.SASARAN1. CJH (calon jamaah haji yang sudah mempunyai nomor porsi)1. Semua CJH mendapat penilaian kesehatan yang baik dan benar

G.JADWAL PELAKSANAAN KEGIATANNoJenis KegiatanBulanKet

123456789101112

1.Pemeriksaan kesehatan CJHX

2Kunjungan rumahX

H.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN1. Pemeriksaan kesehatan berjalan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan1. Pelaporan dilaksanakan sebelum dan sesudah jamaah haji berangkat

I.PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN - Mencatat nama CJH di buku register- Mengisi buku bantu CJH melalui E BKJH - Membuat laporan ke dinas kesehatan