Upload
riska-arula
View
76
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
KERATOSIS SEBOROIK
I. DEFINISI
Keratosis Seboroik (KS) adalah tumor jinak epidermis dan sering
menyerang kulit yang terpapar sinar matahari. Lesi KS berwarna cokelat
muda sampai hitam, papul, berbatas tegas atau berbentuk plak, dengan besar
tidak lebih dari 3 cm, predileksi di dada, punggung, kulit kepala, wajah, leher
dan ekstremitas. Lesi KS dapat muncul pada seluruh bagian tubuh, kecuali
selaput lendir.[1-3]
Dahulu, KS dikatakan seringkali muncul pada individu dengan usia
sekitar 40 tahun, tetapi pada beberapa kasus dijumpai pula penderita di usia
muda sehingga kini tidak bisa lagi dikatakan sebagai keratosis senilis karena
semua kalangan umur berpotensi terkena penyakit kelainan kulit ini.[4]
II. ETIOLOGI
Etiologi dari KS hingga saat ini belum diketahui. Namun, kelainan
kulit ini tidak berpotensi berubah menjadi ganas. Peranan genetik, paparan
sinar matahari, dan infeksi merupakan beberapa faktor yang diduga terlibat
didalamnya. Banyak penderita dengan KS dalam keluarganya memiliki
riwayat penyakit serupa. Diduga adanya ketidakteraturan pengaturan penanda
apoptosis p52 dan Bcl-2, meskipun tidak ada lokus genetik atau
ketidakseimbangan kromosom yang dideteksi hingga saat ini.[5]
KS sesungguhnya dapat dengan mudah diatasi, jika prosedur dilakukan
dengan baik bahkan bisa meminimalisasi bekas luka atau skar. Sebagian besar
kasus penderita dengan KS ditemui dengan kualitas hidup yang baik.[4]
III. EPIDEMIOLOGI
KS adalah tumor jinak epidermis yang paling sering. Lesi KS
umumnya menyerang individu usia lebih dari 30 tahun dan dapat pula muncul
pada remaja. Di Australia prevalensi penderita KS adalah 20% pada laki-laki
dan 25% pada perempuan berusia 15 sampai 25 tahun. Tipe “dermatitis
papulosa nigra” adalah yang paling sering menyerang bangsa Afrika Amerika.[3, 6]
1
IV. PATOGENESIS
Kelainan kulit ini terjadi jika ada akumulasi keratinosit di stratum basal
lapisan epidermis. Melanosit merupakan sel-sel pembentuk melanin atau clear
cell yaitu sel-sel yang berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti
gelap, dan juga mengandung butir-butir pigmen (melanosomes). Lapisan
dermis pars papilare dapat memanjang. Keratinisasi fokal juga mungkin terjadi
dalam massa sel yang belum matang sehingga akan menghasilkan kista
bertanduk yang membesar dan nantinya akan terkumpul kemudian dibawa ke
permukaan oleh sel-sel epidermal. Jika terjadi pembentukan dan pelepasan
kista bertanduk yang berlebihan, maka akan terbentuklah permukaan yang
menyerupai veruka. Sebaliknya, jika massa utama dari lesi terdiri sel-sel yang
belum matang, permukaan akan menjadi halus dan berbentuk bulat, melanosit
akan lebih banyak dan derajat pigmentasi akan lebih bervariasi
mengakibatkan lesi yang muncul juga dengan warna yang bervariasi pula.
Untuk sel-sel parenkim akan terlihat berbentuk poligonal dengan ukuran yang
agak kecil, memiliki tonofobril, dan jalur antar sel yang teratur.[7]
V. DIAGNOSIS
Gejala Klinis
KS dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Biasanya lesi asimptomatis
namun kadang disertai rasa gatal. Lesi sebagian besar ditemukan di daerah
wajah, dada, punggung, dan leher. Awalnya lesi digambarkan dengan sedikit
hiperpigmentasi. Pada daerah tangan dan wajah, KS yang superfisial dapat
disalah artikan sebagai lesi melanosit, sehingga agak sukar untuk membedakan
antara melanoma atau nevus. Ditemukan papul, nodul, bahkan plak dengan
‘stuck-on’ appereance (istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
lokasi neoplasma epidermis, yang secara klinis karakteristiknya tidak selalu
jelas) di epidermis, berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, melekat,
dan berminyak di permukaannya. Lesi berbatas tegas dengan bentuk bundar,
lonjong, biasanya multipel namun dapat pula soliter. Ukuran bervariasi dari 1
mm hingga beberapa sentimeter. Permukaan lesi dapat pula berupa skuama,
2
krusta, halus, atau berminyak. Apabila lesi terjadi di lipatan bawah payudara,
lesi tampak lembab, kemerahan, namun tidak disertai dengan skuama.[7-9]
Gambar 1. “Stuck-on” appereance (Dikutip dari kepustakaan [5] )
Gambar 2. KS multipel di daerah wajah ( Dikutip dari kepustakaan [5] )
Hubungan KS dengan Keganasan
Tanda Leser-Trélat pada KS adalah penanda kulit yang langka terjadi
akibat adanya keganasan internal (adenokarsinoma kolon, kanker payudara,
dan limfoma). Pruritus di regio generalisata juga ditemui lebih dari 40% kasus.
Hal ini dianggap sebagai sindrom kulit paraneoplastik ditandai dengan
peningkatan mendadak dalam jumlah ukuran KS yang dapat terjadi sebelum,
selama atau setelah keganasan internal telah terdeteksi. [10]
3
Patogenesis tanda Leser-Trélat belum diketahui secara pasti, diduga
hal ini berkaitan dengan sekresi faktor pertumbuhan neoplasma yang
mengarah ke hiperplasia epitel. Diagnosis tanda Leser-Trélat sudah dapat
dibenarkan jika penemuan pada kulit sudah ada tanda-tanda keganasan
lanjutan atau jika tumor primer sudah berhasil diangkat atau berhasil diobati
sebelumnya, namun masih ada tanda yang bersifat rekuren atau bahkan terjadi
metastasis.[5]
Gambaran Histopatologi
KS terdiri atas berbagai tipe yaitu acanthotic, hyperkeratotic,
reticulated, irritated, clonal, dan melanoacanthoma. Gambaran histologis
yang berbeda bahkan sering hadir dalam lesi yang sama, sehingga penampilan
beragam, tingkatannya seperti hiperkeratosis, akantosis, papillomatosis, dan
pseudokista bertanduk.[8, 9]
Acanthotic seborrheic keratosis adalah jenis histologis yang paling
umum. Biasanya muncul sebagai papul halus-muncul, berbentuk kubah.
Penampakannya akan dijumpai hiperkeratosis ringan, papillomatosis, dan
pseudokista bertanduk. Pada tipe ini juga terdapat lesi berpigmen yang
mengandung melanin berlimpah dalam sel basaloid (Gambar 3).[9]
Hyperkeratotic seborrheic keratosis morfologinya hampir
berkebalikan dengan tipe akantosis ditunjukkan dengan penonjolan
hiperkeratosis seperti bergerigi sementara akantosis minimal. Tipe ini pada
proyeksi epidermalnya sering digambarkan seperti ‘church-spires’.[10]
Varian lain yang berbentuk agak datar dengan minimal akantosis juga
menunjukkan sel-sel basaloid yang khas disebut reticulated seborrheic
keratosis. Pada gambaran histologinya untaian sel basaloid tampak jatuh ke
dalam dermis pars papilare (Gambar 4). Pada irritated seborrheic keratosis,
lesi yang tampak di permukaan memang tidak menunjukkan suatu tanda-tanda
peradangan, tetapi pada gambaran histologis akan ditemukan sel-sel skuamosa
yang ditandai dengan bentuk seperti pusaran air di antara sel-sel basaloid,
sehingga dapat menimbulkan kesulitan dalam penegakkan diagnosis karena
mempunyai kemiripan dengan gambaran squamous cell carcinoma (SSC).[9]
4
Pada clonal seborrheic keratosis akan terlihat sel-sel basaloid yang
serupa atau sel-sel skuamosa yang berukuran besar yang terkumpul dalam satu
area, sedangkan melanoacanthoma ditunjukkan dengan proliferasi akantosis
dari keratinosit sel basal dan adanya melanin yang dominan pada sitoplasma.[8,
9, 11]
Gambar 3. Proliferasi epidermis dan elevasi di atas permukaan kulit yang normal. Bentuk pseudokista bertanduk
(tanda panah hitam) (Dikutip dari kepustakaan [12] )
Gambar 4. Akantosis papilomatosa epidermis terdiri atas sel basal (Dikutip dari kepustakaan [5])
Gambar 4. Ada pusaran skuamosa yang menonjol merupakan tanda khas dari irritated seborrheic keratosis (Dikutip
dari kepustakaan [10])
5
Gambar 5. Clonal Seborrheic Keratosis. Terlihat adanya kumpulan dari keratinosit dan melanosit (Dikutip dari
kepustakaan [5])
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal (KSB) merupakan tumor ganas yang paling umum
dan sering terlihat pada daerah wajah, dahi atau bagian atas dari leher,
meskipun tidak menutup kemungkinan untuk muncul di tempat lain.
Namun, kelainan ini tidak ditemukan pada mukosa. Gambaran klinis yang
paling khas adalah papul berwarna abu-abu yang diatasnya terdapat
telangiektasa. Sel basal superficial dapat muncul sebagai bercak
kemerahan. Sindrom nevus sel basal adalah penyakit autosomal dominan
yang diwariskan.[9]
KSB yang klasik ditandai dengan kumpulan sel basaloid yang
memperlihatkan inti hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit. Kumpulan
sel basaloid ini terhubung dengan lapisan epidermis bahkan bisa sampai ke
dermis dan subkutis. Kumpulan tumor ini menunjukkan palisade sel
perifer. Sel-sel tumor umumnya homogeny tanpa memperlihatkan
gambaran yang khas dan mitosis yang meningkat. Antar sel tumor sering
terdapat materi mucinous yang memisahkan sel dan membentuk ruang
pseudoglandular. Kadang-kadang ruang ini begitu menonjol yang lebih
menyerupai adenoma daripada karsinoma.[9]
6
Gambar 6 : karsinoma sel basal (Dikutip dari kepustakaan [13] )
2. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa (KSS) paling sering muncul di daerah
yang sering terpapar sinar matahari, terutama kepala, leher, dan
ekstremitas atas. Lesi berupa plak eritem atau nodul yang biasanya
hiperkeratotik dan mengalami ulserasi. KSS kadang-kadang muncul di
daerah yang telah mendapat terapi radiasi sebelumnya, hal ini dikaitkan
dengan bekas luka bakar yang lama (ulkus marjolin), pada ulserasi kronis
atau terkait dengan infeksi kronis, seperti osteomyelitis sinus. [9]
KSS akibat paparan sinar matahari berkembang secara relative, non
agresif, namun dapat juga mengalami metastasis. Ada beberapa
pengecualian untuk hal ini, terutama lesi pada telinga, di atas mata dan
pada punggung tangan menunjukkan tanda-tanda yang lebih agresif. KSS
yang muncul pada bibir bawah juga cukup agresif dan diperlukan eksisi
lebih awal untuk menangani lesi ini. KSS yang muncul pada kulit yang
mengalami transformasi seperti skar, atau infeksi kronis juga bisa
menunjukkan tanda-tanda yang agresif. Pada mukosa atau kulit genitalia
eksterna, KSS bisa menyertai infeksi Human Papilloma Virus (HPV 16
dan 18). Tumor bisa berkembang dengan cepat dan harus ditangani sedini
mungkin.[9]
7
Gambar 7 : Karsinoma sel skuamosa (Dikutip dari kepustakaan [13] )
3. Veruka vulgaris
Veruka vulgaris (VV) yang disebabkan oleh infeksi Human Papiiloma
Virus (HPV) pada kulit sulit untuk disembuhkan. Veruka vulgaris ini
bermanifestasi dalam bentuk yang berbeda pada area tubuh yang berbeda.
Terdapat lebih dari 118 tipe HPV yang telah diidentifikasi. VV pada tangan
dan kaki disebabkan oleh HPV tipe 1, 2, 4, 27, 57 dan 19. Di dunia terdapat
beberapa kasus langka generalized cutaneus warts yang disebabkan oleh HPV
tipe 2. Terdapat banyak modalitas terapi untuk menatalaksana VV ini namun
belum ada modalitas yang terbukti 100% efektif.[14]
Gambar 8 : Veruka (Dikutip dari kepustakaan [13])
1. Lentigo simpleks
Lentigo simpleks muncul sebagai makula hiperpigmentasi dan
cenderung tidak muncul di daerah yang sering terpapar sinar matahari,
dan bisa menyerang semua umur. Sedangkan lentigo solaris adalah makula
hiperpigmentasi yang sering muncul di daerah yang sering terpapar sinar
matahari, dan lebih banyak menyerang orang tua.[9]
8
VII. PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis ditegakkan, pilihan terapi tergantung pada ukuran
lesi, morfologi dan lokasi. Ada beberapa terapi yang digunakan untuk
menangani KS, diantaranya cryosurgery, electrosurgery dan terapi laser.[15]
Cryosurgery
Kerusakan jaringan ditargetkan melalui proses nekrosis akibat
rendahnya suhu dibawah 00 Celcius dengan nitrogen cair, karena melanosit
dan jaringan vaskular sangat rentan terhadap suhu dingin. Kerusakan sel
langsung karena pembentukan kristal es yang dimulai dari system
ekstraseluler menyebabkan cairan dalam sel keluar sehingga
mengakibatkan dehidrasi intraseluler dan penyusutan membran sel,
selanjutnya akan terjadi kristalisasi di dalam sel dan terjadi perluasan
kerusakan organel dengan robeknya membran sel, sedangkan untuk
kerusakan tidak langsung dapat terjadi akibat rendahnya suhu sehingga
memudahkan adanya kerusakan kapiler yang berlanjut menjadi nekrosis
iskemik lokal.[16]
Electrosurgery
Penggunaan frekuensi tinggi arus bolak-balik untuk menciptakan
kerusakan jaringan termal (termasuk elektroseksi, elektrokoagulasi,
elektrofulgurasi, elektrodesikasi).[16]
Pengeluaran lesi dengan menggunakan kuret meninggalkan permukaan
yang datar tetapi dalam seminggu akan ditutupi oleh lapisan yang baru.
Kauter harus digunakan seminimal mungkin untuk menghindari terjadinya
sikatriks.[16]
Terapi laser
Mekanisme kerja terapi laser ini dengan menghancurkan melanin,
karoten dibawah pengaruh thermal atau gelombang tekanan. Kedalaman
dari penetrasi sesuai dengan panjang gelombang dari laser sehingga
dengan mudah menyeleksi daerah yang akan ditindaki. Infrared
menghasilkan penetrasi yang baik. Laser merupakan terapi yang baik
9
untuk memecahkan koagulasi (argon, Nd:YAG, copper vapor) dan
sebagai fototermolisis yang selektif (dye laser, QS-ruby laser).[16]
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Keskin, E.A., et al., Seborrheic keratoses: a distinctive diagnoses of pigmented vulvar
lesions: a case report. Cases J, 2010. 3: p. 1-3.
2. Bhuiyan, Z.H., Seborrheic keratosis: a case report. The Orion Med J, 2007. 26: p.
441-442.
3. Banerjee, S., Seborrhoeic keratosis: bilaterally symmetrical linear verrucous lesions
in inguinal folds, an unusual presentation. J of Pakis Association of Dermatol, 2012.
22: p. 73-75.
4. Habif, T.P., Benign skin tumor, in Clinical dermatology : a color guide to diagnosis
and therapy2003, Mosby: USA. p. 688-703.
5. Thomas, V.D., N.A. Swanson, and K.K. Lee, Benign Epithelial Tumors,
Hamartomas, and Hyperplasias, in Fitzpatrick's dermatology in general medicine, K.
Wolff, et al., Editors. 2008, Mc Graw-Hill: New York. p. 1054-1056.
6. James, W.D., T.G. Berger, and D.M. Elston, Epidermal nevi, neoplasms, and cysts, in
Andrews' diseases of the skin clinical dermatology, W.D. James, T.G. Berger, and
D.M. Elston, Editors. 2006, Saunders Elsevier: USA. p. 637-638.
7. Quinn, A.G. and W. Perkins, Non-melanoma skin cancer and other epidermal skin
tumours, in Rook’s textbook of dermatology, T. Burns, et al., Editors. 2010, Wiley-
Blackwell: USA. p. 52.38-52.39.
8. Spielvogel, R.L., Benign epithelial neoplasms and cysts, in Color Atlas of
Dermatopathology, J.M. Grant-Kels, Editor 2007, Informa Healthcare: USA. p. 173-
176.
9. Sánchez, R.L. and S.S. Raimer, Tumors of the epidermis and of the hair follicles, in
Dermatopathology, R.L. Sánchez and S.S. Raimer, Editors. 2001, Landes Bioscience:
USA. p. 209-211.
10. Cockerell, C.J. and F. Larsen, Benign epidermal tumors and proliferations in
Bolognia: Dermatology, J.L. Bolognia, J.L. Jorizzo, and R.P. Rapini, Editors. 2008,
Mosby Elsevier USA. p. 1661-1664.
11. Johr, R., Seborrheic Keratosis Including Lichen Planus-like Keratosis, in Color Atlas
of Melanocytic Lesions of the Skin, H.P. Soyer, et al., Editors. 2007, Springer: New
York. p. 313-323.
11
12. Jain, S., Dermatologic Surgery, in Dermatology illustrated study guide and
comprehensive board review2012, Springer: USA. p. 263.
13. Wolff, K. and R.A. Johnson, Precancerous lesions and cutaneous carcinomas, in
Fitzpatrick's color atlas and synopsis of clinical dermatology2009, McGraw-Hill:
New York. p. 281-292.
14. Sundoro, A., et al., Management of root like man: case from Gatot Soebroto, The
Indonesian Army National Hospital. J Plastik Rekonstruksi, 2012. 1: p. 268-275.
15. Berman, B., et al., Actinic keratoses: sequelae and treatments. Supplement to The J of
Family Practice, 2006. 1: p. 1-8.
16. Sterry, W., R. Paus, and W. Burgdorf, Operative dermatology, in Thieme clinical
companions dermatology2006, Thieme: New York. p. 666-667.
12