Upload
yanti-wijaya
View
127
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
KERATOSIS SEBOROIKPEMBIMBING : dr S Primawati, spKK Oleh : Wijayanti (030.07.271)
DEFINISI Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan biasanya asimtomatik.
Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil senilis, veruka seboroik senilis, papiloma sel basal.
Siregar, R.A., 2005. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta. EGC.
ETIOLOGI
Sinar ultravio
let
DNAHarahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• Common Seborrheic Keratosis
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• Reticulated Seborrheic Keratosis
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• irritated seborrhoic Keratosis
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• Clonal Seborrheic Keratosis
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• Melanoacanthoma
VARIAN KLINIK PATOLOGI
• Dermatosis Papulosa Nigra
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 1965 Young memeriksa 222 orang yang tinggal di Panti jompo Orthodox Jewish di New York dan menemukan bahwa 29,3 %
pria dan 37,9 % pada wanita memiliki lesi keratosis seboroik.Balin, K.A., 2009. Seborrheic Keratosis. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
PATOGENESIS
FGFR3 BCL2
Sinar UV Genetik
apoptosis↓
Proliferasi keratosit↑
Aktifasi Melanosit↑
msc
Papil hiperpigmentasiPermukaan verukosa
PATOFISIOLOGI Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti terlibat
dalam pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi reseptor immunoreactive growth hormone di
keratinosit pada epidermis normal dan keratosis seboroik.
Frekuensi yang tinggi dari mutasi gene dalan meng-encode reseptor tyrosine kinase FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah
ditemukan pada beberapa tipe keratosis seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor gen menjadi basis dalam patogenesis keratosis seboroik.
FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembrane tyrosine kinase yang ikut serta dalam memberika sinyal transduksi guna regulasi
pertumbuhan, deferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis
seboroik akantosis, dan 85% keratosis seboroik adenoid.
Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating
cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat
sabagai salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis seboroik.
DIAGNOSIS
anamnesai
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
penunjang
Wolff,K. et al. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh edition. McGraw Hill.
ANAMNESA Bejolan hitam terasa tidak nyaman.
Lesi kadang gatal
Benjolan semakin membesar secara lambat.
Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.
Lesi dapat timbul diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta membran mukosa.
PEMERIKSAAN FISIK
Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau
plak yang agak menonjol, namun dapat juga terlihat
menempel pada permukaan kulit.
Lesi biasanya memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat,
namun kadang kadang juga dapat ditemukan yang
bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk bulat sampai
oval, ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan
sampai 35x15cm. pada lesi multiple distribusi seiring
dengan lipatan kulit.
Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki permukaan halus biasanya terkandung
jaringan keratotik yang menyerupai butiran gandum. Pada perabaan terasa lunak
dan berminyak.
Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus
bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Pada
beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan tebal, namun jarang lepas dengan
sendirinya.
Trauma atau penggosokan dengan keras dapat
menyebabkan bagian puncak lesi lepas, namun akan
tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi
untuk berubah ke arah keganasan. Akan tetapi
melanoma, karsinoma sel basal, dan terkadang tumbuh
di lesi keratosis seboroik.
PEMERIKSAAN FISIK
Lesi soliter keratosis seboroik
PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran klinis keratosis seboroik pada leher
PEMERIKSAAN FISIK
Multipel keratosis seboroik pada warisan secara autosomal dominan
PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain pemeriksaan histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran sel skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin.
Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal : acanthotic (solid), reticulated (adenoid), hyperkeratotic (papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpaiHarahap, M. 2000. Ilmu Penyakit
Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Acanthotic (solid)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Reticulated (adenoid),
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hyperkeratotic (papilomatous)
PENATALAKSANAAN
• Keratolytic agent• 1. Amonium lactat lotion• 2.Trichloroacetic acid
Medikamentosa
• Krioterapi • Bedah listrik• Sinar laser CO2• Bedah scalpel• Dermabrasi
Terapi bedah
Balin, K.A., 2009. Seborrheic Keratosis. Diakses darihttp://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
TERAPI BEDAH
Balin, K.A., 2009. Seborrheic Keratosis. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
MEDIKAMENTOSA
KERATOLYTIC AGENT
AMONIUM LACTAT LOTION
TRICHLORACETIC ACID
KERATOLYTIC AGENT
Amonium lactat lotion • Mengandung asam laktat dan asam alfa
hidroxi yang mempunyai daya keratolitik dan memfasilitasi pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12% strenght dapat menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel keratin tidak beradesi.
Trichloroacetic acid• Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya.
Dapat menyebabkan iritasi lokal. Pengobatan keratosis seboroik dengan 100% trichloroacetic acid dapat menghilangkan lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli.
TERAPI BEDAH
Krioterapi Bedah listrik
Sinar laser CO2
Bedah scalpel
Dermabrasi
Kryoterapi
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair atau karbondioksid padat.
Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel kanker, pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis seboroik bila pembekuan terlalu dingin maka dapat menimbulkan skar atau hiperpigmentasi, tetapi apabila pembekuan dilakukan secara minal diteruskan dengan kuretase akan memberikan hasil yang baik secara kosmetik
Bedah listrik
Merupakan salah satu teknik bedah listrik. Elektrodesikasi dan kuret dilakukan di bawah prosedur anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan dasar lesi dibersihkan dengan elektrodesikasi, diulang-ulang selama dua kali. Prosedur ini relatif ringkas, praktis, dan cepat serta berbuah kesembuhan. Namun kerugiannya, prosedur ini sangat tergantung pada operator dan sering meninggalkan bekas berupa jaringan parut.
Elektrodiseksi
Handoko, S., 2009. Terapi bedah listrik (electrosurgery) operasi tumor kulit ditinjau dari kedokteran dan Islam. Universitas YARSI.
PROGNOSIS
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi kesehatan individu.
Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu, dan tidak berubah menjadi ganas.