13
KERATOSIS SEBOROIK A. DEFINISI Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak awal. Tumor kulit sendiri dapat dibagi menjadi 3 yakni: tumor jinak, tumor prakanker, dan tumor ganas. Dan di antara tumor-tumor jinak tersebut yang paling sering ditemukan ialah keratosis seboroik. 1 Keratosis seboroik adalah suatu tumor jinak, berpigmen, lebih sering ditemukan pada orang tua yang berusia 50 tahun ke atas dan terdiri dari keratinosit epidermis. Keratosis seboroik umumnya berbentuk papul verukosa, stuck-on, asimtomatik atau keluhan gatal. 2,3,4 Lesi awalnya kecil, rata, dan berwarna kecoklatan. Lama kelamaan membesar menyerupai papul verukosa, memberi gambaran stuck on pada kulit. 2 1

Keratosis Seboroik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keratosis seboroik

Citation preview

Page 1: Keratosis Seboroik

KERATOSIS SEBOROIK

A. DEFINISI

Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada

manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak

awal. Tumor kulit sendiri dapat dibagi menjadi 3 yakni: tumor jinak, tumor

prakanker, dan tumor ganas. Dan di antara tumor-tumor jinak tersebut yang

paling sering ditemukan ialah keratosis seboroik.1

Keratosis seboroik adalah suatu tumor jinak, berpigmen, lebih sering

ditemukan pada orang tua yang berusia 50 tahun ke atas dan terdiri dari

keratinosit epidermis. Keratosis seboroik umumnya berbentuk papul

verukosa, stuck-on, asimtomatik atau keluhan gatal.2,3,4

Lesi awalnya kecil, rata, dan berwarna kecoklatan. Lama kelamaan

membesar menyerupai papul verukosa, memberi gambaran stuck on pada

kulit.2

Gambar 1. Keratosis seboroik dengan gambaran lesi stuck-on2

B. EPIDEMIOLOGI

Keratitis seboroik adalah tumor epidermal kulit yang paling umum dan

lesi umumnya timbul pada usia pertengahan tetapi dapat timbul pada usia

remaja.2,3

1

Page 2: Keratosis Seboroik

1. Ras

Keratosis seboroik kurang umum di populasi dengan kulit gelap

dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit putih, namun orang-orang

kulit hitam mengembangkan varian keratosis seboroik yang disebut

dermatosis papulosa nigra. Lesi ini mempengaruhi wajah, terutama pipi atas

dan lateral daerah orbita. Lesi ini kecil, pedunkulasi, dan sangat berpigmen

dengan elemen keratotik yang minimal. Awal lesi ini umumnya berawal dari

keratosis seboroik biasa.

2. Jenis kelamin

Tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam frekuensi terjadinya keratosis

seboroik.

3. Usia

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang umum pada individu yang

lebih tua.Mereka tampak meningkat seiring dengan meningkatnya usia.

Keratosis seboroik juga telah ditemukan terjadi pada individu muda.

Walaupun sangat umum tidak ada karakteristik yang baik pada kebanyakan

populasi. Dalam studi di Australia lesi diidentifikasi 30% pada orang yang

berusia di bawah 30 tahun dan meningkat hingga 100% pada yang berusia

lebih tua lebih dari 50 tahun.

C. ETIOLOGI

Etiologi yang pasti belum diketahui.2

Ada beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya keratosis seboroik:

1. Genetik

Disebutkan bahwa penyakit ini berhubungan dengan faktor genetik

dengan pola penurunan secara dominan autosomal. Faktor pertumbuhan

epidermis dianggap berperan dalam pembentukan keratosis seboroik.

Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya

hubungan dengan terjadinya keratosis seboroik ini.

2

Page 3: Keratosis Seboroik

2. Paparan sinar matahari

Ada pula yang mengatakan bahwa terpapar sinar matahari (sinar

ultraviolet) secara kronis yang menjadi penyebabnya, karena keratosis

seboroik biasanya terdapat pada bagian kulit yang paling sering terpajan

sinar matahari, dan sebagian tipe keratosis seboroik dapat terbentuk

akibat radiasi sinar matahari pada kulit manusia.

3. Infeksi virus (HPV DNA)

Ada pula yang mengatakan diduga infeksi virus berdasarkan gambaran

klinis kutilnya. DNA dari human papiloma virus didapat pada 40 kasus

keratosis seboroik genital dan 42 dari 55 kasus keratosis seboroik non

genital (76%).

D. PATOGENESIS

Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti

terlibat dalam pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang

nyata dari ekspresi immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit

pada epidermis normal dan keratosis seboroik.3

Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis, rendah

pada keratosis seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau

skuamous sel karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini

(Nakagawa et al, 1994). Tidak ada peningkatan yang dapat dilihat dalam sonic

hedgehog signal transducers patched (ptc) dan smoothened (smo) mRNA

pada keratosis seboroik dibanding kulit yang normal. 3

Frekuensi yang tinggi dari mutasi gen dalam mengenkode reseptor

tyrosine kinase FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah ditemukan

pada beberapa tipe keratosis seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor

gen menjadi basis dalam patogenesis keratosis seboroik. FGFR3 terdapat

dalam reseptor transmembran tirosine kinase yang ikut serta dalam

memberikan sinyal transduksi guna regulasi pertumbuhan, deferensiasi,

migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis

3

Page 4: Keratosis Seboroik

seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis seboroik akantosis, dan 85% keratosis

seboroik adenoid. 3

Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada

pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi

dari melanosit di sekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating

cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan

melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sebagai salah

satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis

seboroik (Teraki et al, 1996). Secara Immunohistokimia, keratinosit pada

keratosis seboroik memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah,

tetapi ada sebagian kecil pembentukan keratin dengan berat molekul yang

tinggi. 3

E. GEJALA KLINIS

Munculnya keratosis seboroik biasanya di mulai dengan lesi datar,

berwarna coklat muda, berbatas tegas, dengan permukaan seperti beludru

sampai verukosa halus, diameter lesi bervariasi antara beberapa mm sampai 3

cm. Lama kelamaan lesi akan menebal, dan member gambaran yang khas

yaitu menempel (stuck on) pada permukaan kulit. Lesi yang telah berkembang

akan mengalami pigmentasi yang gelap dan tertutup oleh skuama berminyak.

Predileksi tumor terutama pada daerah seboroika yaitu : dada, punggung,

perut, wajah dan leher.

Gambar 2. Gambaran keratosis seboroik pada pemeriksaan fisis2

4

Page 5: Keratosis Seboroik

Gambar 3. Gambaran keratosis seboroik pada pemeriksaan fisis2

F. DIAGNOSIS

a. Anamnesis

1. Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam

terasa tidak nyaman.

2. Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau dijepit.

3. Pasien kadang merasa benjolan semakin membesar secara lambat.

4. Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.

5. Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.

6. Lesi dapat timbul di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta

membrane mukosa.

b. Pemeriksaan fisik

Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau plak yang

agak menonjol, namun dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit.

Lesi biasanyamemiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang

kadang juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk

bulat sampai oval, ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan sampai

35x15cm. Pada lesi multiple distribusi seiring dengan lipatan kulit. Permukaan

lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki permukaan halus

biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai butiran gandum.

Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.2,3

5

Page 6: Keratosis Seboroik

Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring

dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar

dan tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya. 2,3

Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian

puncak lesi lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada

tendensi untuk berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma

sel basal, dan terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik. 2,3

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan

histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan

campuran sel skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan

karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada

tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada

pewarnaan hematoksilin-eosin. Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang

dikenal : akantosis (solid), reticulated (adenoid), hiperkeratosis

(papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa

dijumpai.2

a) Tipe akantosis dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan

campuran horncyst.

b) Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel

basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.

c) Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat

hiperkeratotis,papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan

sel skuamosa.

d) Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.

e) Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat,

dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik

terdapat pada dasar lesiyang menggambarkan adanya regresi imunologi

pada keratosis seboroik. Kadangkala terdapat infiltrat sel yang

mengalami inflamasi berat tanpa likenoid, Jarang terdapat netrofil yang

berlebihan dalam infiltrat. Pada pemeriksaan dengan menggunakan

6

Page 7: Keratosis Seboroik

mikroskop elektron menunjukkan bahwasel basaloid yang kecil

berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok -

kelompok melanososm yang sering membatasi membran dapat

ditemukan di antara sel.

Gambar 4. Acantolitic berisi sel basaloid2

Gambar 5. Keratosis seboroik tipe klonal2

G. DIAGNOSIS BANDING

a) Melanoma maligna1

Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran, mulai

timbul gejala (terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, berkembangnya

lesi satelit. Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi

7

Page 8: Keratosis Seboroik

lesi berpigmen,yaitu: A = asimetri, B = border irregularity, C = color

variegation, D = Diameter lebih dari 0,6 mm.1

b) Epitelioma sel basal berpigmen

Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan, badang,

tungkai dan kaki. Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter

kurang 2 cm dengan tepi meninggi dan berwarna hitam atau coklat.

Permukaan tampak mengkilat, sering dijumpai teleangiektasia dan kadang

ada skuama halus atau krusta tipis. 1

c) Nevus pigmentosus

Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua tempat termasuk membrana

mukosa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa

biasanya berukuran 2-4 mm. Papul berbatas tegas dan mengkilat dengan

permukaan agak licin, umumnya berambut.1

H. PENATALAKSANAAN

1. Terapi obat

Ammonium laktat dan asam alfa hidroksi telah dilaporkan dapat

mengurangi bertambah beratnya penyakit. Lesi superficial dapat

ditangani dengan baik menggunakan asam triklorasetik. Pemberian

obat topical krim tazarotene 0,1% selama 16 minggu memberikan

hasil yang baik pada 50% pasien.2,5

2. Terapi operasi

Keratosis seboroik yang simptomatis dan mengganggu secara

kosmetik membutuhkan penanganan. Destruksi metode krioterapi,

elektrodesisasi, yang diikuti kuret, lalu desisi atau terapi laser telah

menghasilan terapi yang efektif. Menghilangkan lesi yang kecil

melalui kuret menghasilkan permukaan yang rata yang akan tertutupi

oleh epidermis disekitarnya dalam seminggu. Bedah listrik

(electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakandengan

perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik bolak-balik

berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi

8

Page 9: Keratosis Seboroik

jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup

estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang

dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah : elektrofulgurasi,

elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,

elektrolisis den elektrokauter.4,6

I. PROGNOSIS

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman

bagi kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil

namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu, dan tidak

berubah menjadi ganas.2,6

9