3

Click here to load reader

Komplikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anamnesis, blok 18, kedokteran, ukrida, kardiologi, ilmu jantung, preklinik

Citation preview

KomplikasiPertusis

Komplikasi pertusis utama adalah apnea, infeksi sekunder (seperti otitis media dan pneumonia), dan sekuele fisik batuk kuat. Apnea, sianosis, dan pneumonia bakteri sekunder merupakan kejadian-kejadian yang mempercepat intubasi dan ventilasi. Pneumonia bakteri dan/atau sindrom distress pernapasan dewasa merupakan penyebab kematian yang lazim pada setiap umur; pendarahan paru terjadi pada neonatus. Demam, takipnea atay distres pernapasan antara paroksismal, dan neutrofilian absolut merupakan kunci terhadap pneumonia. Patogen yang diharapkan adalah Staphylococcus aureus, S. pneumoniae dan bakteri flora mulut. Bronkiektasis dilaporkan jarang pascapertusis. Kelainan fungsi paru mungkin menetap selama 12 bulan pascapertusis tidak berkomplikasi pada anak sebelum umur 2 tahun.

Kenaikan tekanan intratoraks dan intra-abdomen selama batuk dapat menyebabkan pendarahan subkonjungtiva dan sklera, petekie pada tubuh bagian atas, epistaksis, perdarahan pada sistem saraf sentral dan retina, pneumotoraks dan emfisema subkutan, dan hernia umbilikalis serta inguinalis. Luka robek frenulum lidah tidak jarang. Prolaps rektum, pernah dilaporkan sebagai komplikasi pertusis yang lazim, mungkin karena pertusis pada anak malnutrisi atau salah diagnosis dengan kistik fibrosis. Sangat tidak lazim dan akan memerlukan evaluasi untuk keadaan yang mendasari. Terutama pada bayi di negara yang sedang berkembang, dehidrasi dan malnutrisi pascamuntah-pascabatuk dapat mempunyai dampak yang berat tetani telah disertai dengan alkalosis pasca-batuk yang berat.Kelainan sistem saraf sentral terjadi relatif sangat sering dan hampir selalu akibat hipoksemia atau perdarahan akibat batuk atau apnea padabayi muda. Apnea dan bradikardi atau keduanya dapat terjadi karena laringospasme atau rangsangan vagus tepat sebelum episode batuk, dari obstruksi selama episode, atau dari hipoksemia pasca-episode. Tidak adanya tanda-tanda yang menyertai pada beberapa bayi muda dengan apnea menaikan kemungkinan pengaruh primer pada sistem saraf sentral. Kejang-kejang biasanya akibat hipoksemia, tetapi hiponatremia karena sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat selama pneumonia dapat terjadi. Walaupun hipoglikemia. Pengaruh langsung TP, atau infeksi sekunder karena virus neurotropik merupakan mekanisme gejala-gejala neurologis yang telah disimpulkan, tidak ada data binatang yang mendukung teori demikian, dan satu-satunya neuropatologi yang terdokumentasi pada manusia adalah pendarahan parenkim dan nekrosis iskemia.Tuberkulosis

1. Pleuritis

Pleuritis terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui penyebaran hematogen; sering ditemukan pada remaja belasan tahun, tetapi jarang pada anak balita.

2. Penyebaran miliar

Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sekecil 1-2 mm, atau sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto, toraks tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran badai kabut (snow storm appearance) penyebaran seperti ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang, sendi, selaput otak (meningen), dan sebagainya.

3. Stenosis bronkus

Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang bersangkutan, sering menduduki lobus kanan (sindroma lobus medius).

4. Timbulnya lubang (kavitas)

Timbulnya lubang akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis berbatas licin, tetapi mungkin pula tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan, yang biasanya sedikit (diagnosis diferensial dengan suatu abses yang biasanya mempunyai cairan lebih banyak). Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah (stasioner) pada pemeriksaan berkala ulang (follow up) dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses spesifik lama yang sudah tenang.

(radiologi UI)

Bronkitis AkutObstruksi total dan terserapnya udara dapat menyebabkan atelektasis, pertukaran udara yang terganggu menyebabkan ventilasi berkurang dan hipoksemia, peningkatan frekuensi napas sebagai kompensasi.

(Kapsel 2 468)

Bronkitis KronikInfeksi yang berulang, pneumotoraks spontan, eritrositosis karena keadaan hipoksia kronik, gagal napas, dan kor pulmonal.

(kapsel 1 481)