22
PERCOBAAN 5 KONDUKTOMETRI ABSTRAK Percobaan ini bertujuan menentukan konsentrasi Natrium Asetat dengan Asam Klorida dan menganalisa tablet aspirin dengan cara konduktometri. Penentuan konsentrasi Natrium Asetat dilakukan dengan cara mengukur daya hantarnya yang dibuat dalam bentuk gafik. Titik ekivalen tercapai pada saat penambahan volume HCl yang ke 13,5 mL. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi Natrium Asetat yaitu 0,00135 M. Selanjutnya pada penetuan kadar aspirin diperoleh kadarnya sebesar 4,785%. 51

Konduktometri (2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konduktometri (2)

PERCOBAAN 5

KONDUKTOMETRI

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan menentukan konsentrasi Natrium Asetat dengan

Asam Klorida dan menganalisa tablet aspirin dengan cara konduktometri. Penentuan

konsentrasi Natrium Asetat dilakukan dengan cara mengukur daya hantarnya yang

dibuat dalam bentuk gafik. Titik ekivalen tercapai pada saat penambahan volume HCl

yang ke 13,5 mL. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi Natrium Asetat yaitu

0,00135 M. Selanjutnya pada penetuan kadar aspirin diperoleh kadarnya sebesar

4,785%.

51

Page 2: Konduktometri (2)

PERCOBAAN 5

KONDUKTOMETRI

I. PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan natrium asetat

dengan asam klorida dan kendungan tablet aspirin dalam sampel menggunakan

metode konduktometri.

I.2. Latar Belakang

Berbagai macam metode yang dapat dilakukan untuk menentukan atau

menghitung konsentrasi serta menganalisa suatu sampel salah satunya adalah

dengan metode konduktometri. Sehingga sangat penting bagi kita untuk

mempelajarinya. Konduktansi merupakan merupakan kebalikan dari tahanan.

Piranti konduktivitas termal berisi atau filamen logam yang dipanasi (umunya

platinum, aliase platinum-rodium, atau wolfram) atau suatu termistor, kawat

aliase platinum yang halus dapat memberikan hubungan listrik. Pengukuran

konduktivitas dilakukan setelah setiap penambahan suatu volume kecil reagensia,

dan dengan titik-titik yang diperole, digambarkan grafik yang terdiri dari dua

garis lurus yang berpotongan pada titik ekivalen.

52

Page 3: Konduktometri (2)

II. DASAR TEORI

Menurut hukum ohm I = E.R; dimana I = arus dalam ampere, E =

tegangan dalam volt, R = tahanan dalam ohm. Hukum ini berlaku bila difusi dan

reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktometri sendiri didefinisikan sebagai

kebalikan dari tahanan sehingga I = E.L. satuan dari hantaran (konduktansi)

adalah mho (Khopkar, 1990).

Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan

konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan

untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar

sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti

selama pengukuran yang berturut–turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran

sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran

akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan

konsentrasi (Khopkar, 1990).

Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya

bergantung pada ion–ion yang ada, dan konsentrasi ion–ion tersebut. Bila larutan

suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion

berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh

antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk

mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini

sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek–efek antarionik untuk

elektrolit–elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat ionisasi untuk elektrolit–

elektrolit lemah (Bassett dkk., 1994).

Perbedaan suatu elektrolit pada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi–

kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan

memengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada atau tidak

terjadi reaksi–reaksi ionik. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau

turun; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran

53

Page 4: Konduktometri (2)

turun disebabkan oleh pergantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh

kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang

mendasari titrasi–titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion–ion dengan suatu

konduktivitas oleh ion–ion dengan konduktivitas yang lain (Bassett dkk., 1994).

Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah

reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan

dengan konsentrasi ionik terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan Kmno4, di

mana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil

dibandingkan besarnya konduktansi total (Khopkar, 1990).

Piranti konduktivitas termal berisi atau filamen logam yang dipanasi

(umumnya platinum, aliase platinum–radium, atau wolfram). Atau suatu

termistor. Biasanya terdapat lapisan kaca pada permukaan sebagai pelindung, dan

kawat aliase platinum yang halus memberikan hubungan listrik (Underwood dan

Day, 1986).

Selama berjalannya penetralan, pengendapan, dan sebagainya, pada

umumnya dapat diharapkan perubahan dalam konduktivitas, dan karenanya ini

dapat digunakan dalam penetapan titik akhir maupun jalannya reaksi,

konduktivitas ini diukur setelah setiap penambahan suatu volume reagensia, dan

titik–titik yang demikian diperoleh, digambarkan untuk memberi grafik yang

terdiri dari dua garis lurus yang berpotongan pada titik ekivalen. Kontras dengan

metode–metode titrasi potensiometri, tetapi serupa dengan metode–metode

amperometri, pengukuran–pengukuran dekat titik ekivalen tak mempunyai

makna khusus. Sesungguhnya, karena hidrolisis, disosiasi, atau kelarutan dari

produk–produk reaksi, nilai–nilai konduktivitas yang diukur di dekat sekitar titik

ekivalen biasanya tak berharga dalam menyusun grafik, karena satu atau dua

kurva akan menunjukkan bagian yang membulat pada titik ini (Bassett dkk.,

1994).

Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian tempertur dalam

pengukuran–pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah

54

Page 5: Konduktometri (2)

penting dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut,

tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktometri, kekonstanan dalam

temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas

itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan

relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan regensia

dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum

kira–kira 0,5 %. Elektolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam

reaksi, tak boleh ada, karena zat–zat ini mempunyai efek paling besar pada

ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memeiliki aplikasi yang jauh lebih

terbatas ketimbang prosedur–prosedur visual, potensiometri dan amperometri

(Bassett dkk, 1994).

Asam slisilat adalah golongan khusus dari asam hidroksi. Penggunaan

utama dari asam slisilat adalah dalam pembuatan aspirin. Reaksi dengan

anhidrida asetat mengubah gugus hidroksil fenolik dari asam salisilat menjadi

ester asetil (Hart, 1983).

Aspirin digunakan secara meluas dalam bentuk murni atau campuran

dengan obat lain, baik sebagai obat penghilang rasa nyeri (analgesik) atau obat

demam. Pengaruh sampingnya adalah pendarahan saluran pencernaan, dan dalam

dosis tinggi mengakibatkan kematian (Hart, 1983).

III. METODOLOGI

3.1. Alat

Dalam percobaan ini menggunakan alat–alat yaitu : gelas beker,

penggerus, pipet tetes, pipet volume, buret, pengaduk, erlenmeyer, sel hantaran,

dan magnetic stirrer

55

Page 6: Konduktometri (2)

III.2. Bahan

Dalam percobaan ini menggunakan bahan–bahan yaitu : HCL, Natrium

Asetat, NaOH, etanol, dan tablet aspirin.

III.3. Prosedur Kerja

A. Penentuan Natrium Asetat dengan Asam Klorida

1) Mengambil larutan Natrium Asetat sebanyak 100 mL kemudian

memasukkannya ke dalan beker gelas.

2) Menitrasi larutan dengan HCl 0,01 M sampai dengan 20 mL, mengukur

daya hantarnya setiap penambahan 1 mL, mengaduk dengan magnet

stirrer pada saat penitrasian.

B. Analisa Tablet Aspirin

1) Menimbang tablet aspirin, menggerusnya. Kemudian menimbangnya

kembali.

2) Mengencerkan serbuk tablet aspirin sampai 15 mL dengan aquadest

kemudian menambahkanya dengan etanol sebanyak 30 mL, kemudian

mengencerkannya sampai dengan 250 mL

3) Mengambil larutan yang telah diencerkan sebanyak 100 mL,

memasukkanya ke dalam beker gelas, kemudian menitrasi larutan dengan

NaOH standar hingga volume 10 mL, mengukur daya hantarnya setiap

penambahan 0,5 mL sambil mengaduknya dengan magnetic stirrer.

56

Page 7: Konduktometri (2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan

Tabel 5.1. Penentuan Natrium Asetat dengan HCl

No. Keterangan Hasil

1. Memasukkan Na-Asetat ke dalam beaker glass

V Na-Asetat = 200 mL

2. Mentitrasi Na-asetat dengan HCl sambil mengukur daya hantarnya

V HCl ( mL)

Daya HantarSuhu (oC)

0 9,50 31,11 9,72 30,82 9,83 30,93 10,01 30,94 10,19 30,95 10,37 30,96 10,58 30,97 10,78 30,88 11,01 30,89 11,28 30,810 11,56 30,811 11,88 30,812 12,25 30,813 12,74 30,814 13,29 30,815 13,96 30,816 14,87 30,817 15,85 30,818 17,14 30,819 18,84 30,820 20,40 30,8

57

Page 8: Konduktometri (2)

Tabel 5.2. Analisa Tablet Aspirin

No. Keterangan Hasil

1. Massa tablet aspirin m = 0,6 g2. Massa setelah digerus m = 0,47 g3. Mentitrasi dengan NaOH sambil

mengukur daya hantarnyaV NaOH

(mL)Daya Hantar

0,5 0,31,0 0,31,5 0,32,0 0,22,5 0,33,0 0,33,5 0,34,0 0,34,5 0,35,0 0,35,5 0,36,0 0,36,5 0,47,0 0,47,5 0,48,0 0,48,5 0,49,0 0,59,5 0,510 0,5

58

Page 9: Konduktometri (2)

IV.2. Pembahasan

A. Penentuan Natrium Asetat dengan asam Klorida

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, dapat digambarkan

grafik antara perubahan volume dengan daya hantar (konduktans).

Gambar 5.1. Hubungan Antara Volume HCl terhadap Daya Hantar

Grafik yang diperoleh menunjukkan kenaikkan yang bertahap dan

menunjukkan kemiringan yang bernilai positif karena tidak ada terjadi

penurunan konduktivitas apabila penambahan HCl ditingkatkan.

Berdasarkan grafik ini, sangat sulit untuk menentukan titik ekivalen titrasi.

Hal ini bias disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu konsentrasi asam

klorida yang digunakan sama dengan konsentrasi cuplikan yaitu 0,01 M,

dengan konsentrasi yang sama akan menyebabkan disosiasi dan HCL sangat

mempengaruhi terjadinya pergantian anion dari garam natrium asetat.

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah

HCl + CH3COONa CH3COOH + NaCl

Masuknya H+ menggantikan Na+ menyebabkan kenaikan

konduktans.

59

Page 10: Konduktometri (2)

CH3COO- + H+ CH3COOH

Namun dengan adanya pembentukan garam (NaCl) pada awal titrasi akan

menurunkan konduktans atau hantaran. Apabila titik ekivalen telah tercapai,

maka kurva pada konduktan akan naik dengan drastis karena asam asetat

yang telah terbentuk semakin banyak dan ion klorida yang berlebih akan

menyebabkan ionisasi asam asetat. Titik ekivalen tercapai saat penambahan

volume HCl sebanyak 13,5 mL. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

bahwa konsentrasi dari natrium asetat yaitu 0,00135 M, sedangkan secara

teoritis, konsentrasi Na-asetat adalah 0,001 M. Jadi nilai ini sudah mendekati

kebenaran.

B. Analisa Tablet Aspirin

Pada saat mentitrasi aspirin dengan NaOH maka akan terbentuk

garam NaC9H7O4, dimana pada awal titrasi,garam yang terbentuk ini akan

cenderung menekan ionsasi dari asam lemah yang masih ada sehingga nilai

konduktansinya akan cenderung turun. Tetapi konsentrasi garam yang

semakin bertambah akan menghasilkan nilai konduktans yang semakin

meningkat sehingga jika dibuat grafik akan membentuk kurva yang semakin

naik.

Gambar 5.2. Hubungan antara Volume NaOH terhadap Daya Hantar

60

Page 11: Konduktometri (2)

Pada grafik menunjukkan nilai ekivalen terjadi pada volume 2 mL,

sehingga dari perhitungan didapatkan berat aspirin sebesar 9.10-3 g yaitu berat

yang terkandung daam sampel. Sedangkan berat aspirin dalam tablet sebesar

0,02871 g. Jika dibandingkan antara berat tablet berdasarkan perhitungan

dengan berat tablet yang terkandung yaitu 0,05 g memperlihatkan nilai yang

tidak jauh selisihnya. Selisih nilai ini bisa disebabkan oleh karena adanya

pengenceran dari larutan yang menyebabkan kandungan aspirin dalam

sampel berkurang karena dalam proses pelarutan yang digunakan adalah air

yang dapat menyebabkan terjadinya ikatan dengan aspirin sehingga kadarnya

turun. Kadar aspirin yang diperoleh yaitu 4,785 %.

Reaksi yang terjadi antara Aspirin dengan NaOH dapat dituliskan

sebagai berikut :

O O ║ ║ O―CCH3 O―CCH3

+ NaOH + H2O

COOH COONa

61

Page 12: Konduktometri (2)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan yaitu :

1. Konsentrasi Natrium Asetat yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu

sebesar 1,35.10-3 M.

2. Berat aspirin dalam tablet berdasarkan hasil perhitungan yaitu sebesar

0,01575 g.

3. Berat aspirin dalam sampel yaitu 0,02871 g.

4. Kadar aspirin yang diperoleh yaitu sebesar 4,785%.

5. Konduktometri adalah suatu metode analisa kuantitatif suatu zat dengan

menggunakan pengukuran konduktans (daya hantar).

62

Page 13: Konduktometri (2)

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit

Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 720-739

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

513

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. 371-377

63

Page 14: Konduktometri (2)

LAMPIRAN

PERCOBAAN 5

KONDUKTOMETRI

Perhitungan

A. Penentuan Natrium Asetat dengan Asam Klorida

1. Konsentrasi HCl Hasil Pengenceran Dik :

M Na Ac = 0,01 M

M HCL = 0,01 M

V HCL = 13,5 mL

V Na Ac = 100 mL

Ditanya :

Jawab :

(M.V) HCl = (M.V) Na-asetat

M Na-asetat

= 1,35. 10-3 M

2. Menentukan Molaritas Na-asetat sebagai cuplikan

M Na-asetat

= 0,001 M

B. Analisa Tablet Aspirin

64

Page 15: Konduktometri (2)

Diketahui: V NaOH = 2 mL = 2 . 10-3 L

M NaOH = 0,1 M

V Sampel = 100 mL = 0,1 L

BM aspirin = 180 g/mol

V Pengenceran= 250 mL = 0,25 L

Fp (factor pengenceran)

Fk (factor koreksi)

Ditanya: a. Kandungan aspirin dalam sampel:….?

b. Kandungan aspirin dalam tablet:….?

Jawab :

o Konsentrasi NaOH setelah pengenceran

Diketahui: M NaOH = 0,1M

V NaOH = 10 mL

V Pengenceran= 100 mL

Ditanya: M NaOH Pengenceran:…?

Jawab :

(M.V) NaOH = (M.V) NaOH pengenceran

0,1 M x 10mL = M x 100 mL

M = 0,01 M

o Massa Aspirin

Dketahui: V pengenceran Aspirin = 100 mL

M NaOH = 0,01 M

V NaOH = 2 mL

Ditanya: Massa Aspirin:….?

Jawab:

(M.V) aspirin = (M.V) NaOH titrasi

M x 100 mL = 0,01 M x 2 mL

65

Page 16: Konduktometri (2)

M = 2 x 10-4 M

a. Kandungan aspirin dalam sampel

Gram aspirin1 = M aspirin x M NaOH x V pengenceran

= 2 . 10-4M x 180 g/mol x 0,25 L

= 9. 10-3 g

b. Kandungan Aspirin dalam Tablet

Gram aspirin 2 = Gram aspirin1 x Fk x Fp

= 9. 10-3 g x 1,276 x 2,5= 0,02871 g

c. Kadar aspirin

% kadar aspirin

66