Upload
wahyuni
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 kusuma ningtyas
1/200
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA GARIS
SINGGUNG LINGKARAN DENGAN STRATEGI STUDENT
TEAM HEROIC LEADERSHIP DAN PEMBERIAN TUGAS
TERSTRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP
MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh:
DWI KUSUMANINGTYAS
NIM. 063511025
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
8/19/2019 kusuma ningtyas
2/200
8/19/2019 kusuma ningtyas
3/200
8/19/2019 kusuma ningtyas
4/200
8/19/2019 kusuma ningtyas
5/200
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan..
Semarang, 1 Juni 2011
Deklarator,
Dwi Kusumaningtyas
NIM. 063511025
8/19/2019 kusuma ningtyas
6/200
8/19/2019 kusuma ningtyas
7/200
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”(Q.S. Ali ‘Imran: 104) ∗
∗Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: CV. ALWAAH, 1993), hlm. 93.
8/19/2019 kusuma ningtyas
8/200
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT sang pencipta alam semesta yang telah memberi kenikmatan,
taufiq dan hidayah berupa kesehatan jasmani maupun rohani.
2. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas do’a, nasihat, dan dukungan serta
segala pengorbanan dan kasih sayang selama ini dalam mendidik penulis
dengan penuh kesabaran.
8/19/2019 kusuma ningtyas
9/200
ABSTRAK
Dwi Kusumaningtyas (NIM. 063511025). Efektivitas PembelajaranMatematika Garis Singgung Lingkaran Dengan Strategi Student Team Heroic
Leadership Dan Pemberian Tugas Terstruktur Pada Peserta Didik. Skripsi.Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Walisongo,2011.
Strategi Student Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstrukturmenjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika. Pembelajaran disusundengan diawali pemberian tugas terstruktur, dalam hal ini berbentuk modul (bisadikerjakan di rumah) kemudian dilanjutkan dengan tatap muka di kelas diharapkandapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisi pembelajaran matematika GarisSinggung Lingkaran di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu, diusulkan dalampenelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika Garis Singgung Lingkaran
dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ketuntasan belajar dengan StrategiStudent Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstruktur, (2) pengaruhketerampilan proses dengan strategi tersebut terhadap hasil belajar, dan (3) apakahhasil belajar pendekatan tersebut di atas lebih efektif dari pada strategi pembelajaranekspositori.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang terdiri dariempat kelas SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu dengan rataan 40 peserta didik.Sampel dilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil kelaseksperimen yaitu VIII C dan kelas Kontrol VIII D. Variabel bebas adalahketerampilan proses dan variabel terikat hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstruktur. Cara pengambilan data denganlembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh dideskriptifkan dan diolah dengananalisis uji t satu sampel, analisis regresi, dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika BangunRuang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur (1) mencapai melebihi batas tuntas belajar keterampilan proses 75 danketuntasan hasil belajar 60 yaitu dengan rata-rata keterampilan proses 79,5319 danrata-rata hasil belajar 65,4651, (2) keterampilan proses dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positif terhadappencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 78,1%, dan (3) Hasil belajardengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstrukturlebih baik dibandingkan strategi pembelajaran ekspositori.
Saran, sistem pembelajaran di kelas sebaiknya harus memperhatikanketerampilan prosesnya. Salah satu alternatif dalam pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan adalah dengan menerapkan strategi Student Team Heroic Leadershipdan pemberian tugas terstruktur.
8/19/2019 kusuma ningtyas
10/200
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan
judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Garis Singgung Lingkaran
dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan Tugas Terstruktur
pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 03” dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalammemperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.
3. Minhayati Saleh, M. Sc, selaku Pembimbing I yang telah memberikan waktu
dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.
4. Fakrur Rozi, M. Ag, selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu dan
bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.
5. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
6. Dian Fajarwati, S.PdI., M.Pd., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 03
Kaliwungu yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
8/19/2019 kusuma ningtyas
11/200
7. Guru-guru SMP Muhammadiyah 03 Kaliwungu, yang telah membantu
pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.
8. Keluargaku, terutama ayahanda dan ibunda selaku orang tua penulis yang
telah tulus memberikan dukungan baik materiil maupun spirituil serta usaha
dan do’a sepenuh hati untuk penulis.
9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran
dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil
yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga
bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.
Semarang, 1 Juni 2011
Penulis
Dwi Kusumaningtyas
NIM. 063511025
8/19/2019 kusuma ningtyas
12/200
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Perumusan Masalah .................................................................... 4
D. Penegasan Istilah ......................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teori ............................................................................ 9
B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................. 31
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 33
D. Hipotesis ...................................................................................... 35
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ........................................................................ 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 36
8/19/2019 kusuma ningtyas
13/200
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 37
D. Metode Penelitian ....................................................................... 37
E. Metode Penentuan Obyek ........................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 40
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 49
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data Hasil Penelitian ................................................... 53
B. Analisis Data ............................................................................... 55
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 65
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 66
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 67
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................ 70
C. Penutup ........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
8/19/2019 kusuma ningtyas
14/200
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen ................................................... 87
2. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol .......................................................... 89
3. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Uji Coba ........................................................ 91
4. Daftar Nilai Awal Pokok Bahasan Lingkaran ..................................................... 93
5. Daftar Nilai Kelas Eksperimen Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran ..... 97
6. Daftar Nilai Kelas Kontrol Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran ............ 99
7. Nilai Keterampilan Proses .................................................................................. 101
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ..... 104
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua ........ 109
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Ketiga ...... 113
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ............................................ 117
12. Lembar Pengamatan Keterampilan Proses.......................................................... 122
13. Kisi-kisi Tes Uji Coba Instrumen ....................................................................... 123
14. Kisi-kisi Tes Instrumen ....................................................................................... 12715. Soal Tes Uji Coba ............................................................................................... 131
16. Soal Tes Instrumen .............................................................................................. 137
17. Kunci Jawaban Soal tes Uji Coba Instrumen ...................................................... 142
18. Kunci Jawaban Soal Instrumen ........................................................................... 143
19. Modul Pertemuan Pertama .................................................................................. 144
20. Modul Pertemuan Kedua..................................................................................... 153
21. Modul Pertemuan Ketiga .................................................................................... 158
22. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................. 166
23. Contoh Perhitungan Validitas Soal Uji Coba Instumen ...................................... 170
24. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Instumen ............................ 171
25. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Instumen...................... 178
26. Contoh Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba Instumen .................................. 183
8/19/2019 kusuma ningtyas
15/200
27. Uji Normalitas Awal Kelas Eksperimen ............................................................. 185
28. Uji Normalitas Awal Kelas Kontrol .................................................................... 188
29. Uji Normalitas Akhir Kelas Eksperimen ............................................................ 191
30. Uji Normalitas Akhir Kelas Kontrol ................................................................... 192
31. Uji Homogenitas Ulangan Pokok Bahasan Lingkaran........................................ 196
32. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ................................................................... 200
8/19/2019 kusuma ningtyas
16/200
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 18
3.1 Analisis Varian untuk Uji Kelinieran Regresi ................................................... 49
4.1 Data Nilai Kelas Eksperimen ............................................................................. 53
4.2 Data Nilai Kelas Kontrol .................................................................................... 55
4.3 Hasil Uji Coba Validitas Item Soal .................................................................... 57
4.4 Persentase Daya Pembeda .................................................................................. 57
4.5 Persentase Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .................................................... 58
4.6 Tabel Penolong Menghitung Standar Deviasi Kelas Eksperimen ..................... 60
4.7 Daftar Nilai Frekuensi Observasi Nilai Kelompok Eksperimen ........................ 62
4.8 Ketuntasan Variabel Keterampilan Proses ......................................................... 64
4.9 Ketuntasan Variabel Hasil Belajar ...................................................................... 65
4.10 Persiapan Perhitungan Keliniearn .................................................................... 66
4.11 Kelinieran Regresi ............................................................................................. 68
4.12 Keberartian Regresi ........................................................................................... 69
4.13 Kontribusi Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar .................................. 70
4.14 Tabel Penolong Menghitung Standar Deviasi Kelas Eksperimen .................... 72
4.15 Daftar Nilai Frekuensi Observasi Nilai Kelompok Eksperimen ....................... 74
4.16 Sumber Data Awal Homogenitas ..................................................................... 75
4.17 Sumber Data Akhir Homogenitas ..................................................................... 76
4.18 Uji Ketuntasan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ....................................... 78
4.19 Analisis Regresi Variabel X dan Y ................................................................... 79
4.20 Daftar Distribusi Z ............................................................................................ 75
4.21 Tabel Nilai Chi Kuadrat .................................................................................... 76
4.22 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ................................................................. 78
4.23 Daftar Kritik Uji t .............................................................................................. 76
8/19/2019 kusuma ningtyas
17/200
8/19/2019 kusuma ningtyas
18/200
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar
tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang
kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh
karena itu dalam pembelajaran, faktor keaktifan peserta didik sebagai subyek
belajar sangat menentukan. Peserta didik yang baik memiliki karakter
bersemangat tinggi dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya atau
suatu masalah dimohonkan kepadanya untuk dipecahkan, tidak harus ada pada
peserta didik yang berotak cerdas/IQ tinggi. Namun, bagi peserta didik yang
berkemampuan rata-rata sedang atau kurang pun dapat dilatih untuk memiliki
karakter yang mampu menyelesaikan masalah.
Karena belajar matematika, yang dipentingkan adalah bagaimana
membentuk pengertian pada anak. Ini berarti bahwa belajar matematika
penekanannya adalah pada proses anak belajar, sedangkan guru sebagai
fasilitator. Dan dalam pembelajaran matematika, difokuskan lebih pada
penekanan knowing how, yaitu belajar dipandang sebagai orang yang aktif
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya.1
Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi
melalui suatu proses yang terus berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses
kecakapan hidup atau keterampilan hidup seseorang selama proses
pembelajaran sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi peserta didik,
di mana perkembangan keterampilan proses seorang peserta didik selama
proses pembelajaran dapat diikuti atau diamati.
1 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yangKreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm.127-128.
8/19/2019 kusuma ningtyas
19/200
2
Keterampilan proses merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam suatu proses pembelajaran matematika. Mengajar dengan keterampilan
proses berarti memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang
ilmu pengetahuan. Karena sebenarnya melalui pembelajaran matematika tidak
semata-mata hanya menanamkan pengetahuan saja. Tetapi sangat mungkin
diterapkan pembentukan sikap positif, keterampilan cermat, dan kritis.
Peserta didik SMP merupakan peralihan dari tahap operasional
konkret menuju tahap operasional formal. Pelajaran matematika di sekolah
merupakan pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan strategi
pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan matematika agar peserta didik
lebih mudah memahami konsep yang terkandung dalam setiap materi yang
dipelajari. Karena sampai saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi
peserta didik dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan karena banyaknya
faktor-faktor tertentu, seperti anggapan bahwa pembelajaran sulit dan kurang
diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika
berlangsung. Sehingga hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika.
Islam sesungguhnya telah memberikan arahan tentang beberapa
tahapan atau fase dari setiap strategi yang tepat dalam setiap proses
pembelajaran. Al-qur’an menjelaskan dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8,
sebagai berikut:
. .Artinya: “ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula”.
2
Ayat Al-Qur’an ini memberikan gambaran bahwa dalam setiap
pembelajaran, hendaknya guru memberikan satu bentuk motivasi yang
berkaitan langsung dengan materi yang akan disampaikan pada proses
2 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993),hlm. 1087.
8/19/2019 kusuma ningtyas
20/200
3
pembelajaran, atau motivasi yang pada akhirnya dapat mendorong setiap
peserta didik untuk belajar lebih giat dalam mengikuti dan mempelajari semua
materi pada setiap pembelajaran.
Berdasarkan penuturan salah satu guru kelas VIII di SMP
Muhammadiyah 03 Kaliwungu, bahwa masih banyak peserta didik kelas VIII
yang kurang pemahamannya mengenai pokok bahasan garis singgung
lingkaran dan hasil belajar yang tergolong rendah. Semua ini bukan semata-
mata hanya kesalahan peserta didik tetapi dapat juga karena penggunaan
strategi pembelajaran yang kurang tepat dan kurang diperhatikannya
keterampilan proses selama pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu
soal dikatakan masalah bagi seorang peserta didik tetapi belum tentu menjadi
masalah bagi peserta didik yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus mulai
diajak belajar memecahkan masalah baik secara individual maupun secara
kelompok. Apabila peserta didik bekerja secara kelompok, maka upaya yang
dilakukan agar dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan memberikan
kontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki.
Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan guru kelas VIII di SMP
Muhammadiyah 03 Kaliwungu adalah strategi pembelajaran ekspositori.
Meskipun guru tidak terus menerus bicara, namun proses ini tetap menekankan
penyampaian tekstual serta kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan
belajar peserta didik. Kebiasaan bersikap pasif dalam proses pembelajaran
dapat mengakibatkan sebagian peserta didik takut dan malu bertanya pada guru
mengenai materi yang kurang dipahami, sehingga suasana belajar sangat
monoton dan kurang menarik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang tepat dan menarik di mana peserta didik kooperatif, dapat
bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat,
dan memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik serta dapat meningkatkan
keterampilan proses peserta didik, yaitu strategi Student Team Heroic
Leadership dan pemberian tugas terstruktur.
8/19/2019 kusuma ningtyas
21/200
4
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
penelitian ini yang dapat diidentifikasikan bahwa masih banyak peserta didik
yang bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebagian dari peserta didik
takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami
sehingga suasana belajar sangat monoton dan kurang menarik, dan matematika
menjadi pelajaran yang tidak disenangi, patut ditakuti dan dibenci. Kurangnya
pemahaman mengenai pokok bahasan garis singgung lingkaran dan hasil
belajar yang tergolong rendah, ini dikarenakan kurang tepatnya strategi
pembelajaran yang digunakan dan kurang diperhatikannya keterampilan proses
selama pembelajaran matematika.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang akan
diteliti, yaitu :
1. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik SMP Muhammadiyah 03
Kaliwungu kelas VIII semester genap.
2. Mengetahui efektifitas strategi Student Team Heroic Leadership dan
pemberian tugas terstruktur.3. Materi yang dipelajari dalam penelitian ini hanya pada Pokok Bahasan Garis
Singgung Lingkaran.
4. Ketuntasan yang dievaluasi adalah ketuntasan keterampilan proses dan hasil
belajar.
5. Keterampilan proses dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan
75.3 Hasil belajar dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan 60.4
D. PERUMUSAN MASALAH
3 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,2009), hlm. 64.
4 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: YumaPustaka, 2011), hlm. 170.
8/19/2019 kusuma ningtyas
22/200
5
Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut di atas,
maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Apakah strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan
pemberian tugas terstruktur pada pembelajaran matematika garis singgung
lingkaran dapat efektif mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses
dan hasil belajar) peserta didik?
2. Apakah keterampilan proses strategi pembelajaran Student Team Heroic
Leadership dan pemberian tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap
hasil belajar peserta didik?
3. Apakah hasil belajar peserta didik dengan strategi Student Team Heroic
Leadership dan pemberian tugas terstruktur lebih efektif dari pada strategi
pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika garis singgung
lingkaran?
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapatmembawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan)”.
5 Dan dalam
Kamus Ilmiah Populer ‘efektifitas’ berarti ketepatgunaan; hasil guna;
menunjang tujuan.6 Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
diperolehnya ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar)
peserta didik, keterampilan proses strategi Student Team Heroic
Leadership dan pemberian tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap
hasil belajar peserta didik, dan hasil belajar peserta didik dengan strategi
Student Team Heroic Leadership dan pemberian tugas terstruktur lebih
5 Suharso, dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang : CV.Widya Karya, 2009), hlm.127.
6 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular , (Surabaya: Arkola,1994), hlm. 128.
8/19/2019 kusuma ningtyas
23/200
6
baik dari pada strategi ekspositori pada pembelajaran matematika Garis
Singgung Lingkaran.
2. Pembelajaran Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.7 Dan Matematika, menurut
John A. Van De Walle, adalah ilmu tentang pola dan urutan.8 Jadi,
pembelajaran matematika adalah cara/ proses untuk menjadikan orang
belajar tentang ilmu pola dan urutan.
3. Garis Singgung Lingkaran
Garis singgung lingkaran adalah garis yang menyinggung sisi lingkaran.
Sifat garis singgung ini adalah selalu tegak lurus terhadap jari-jari
lingkaran yang ditarik dari titik singgungnya.9 Garis Singgung Lingkaran
merupakan salah satu materi dalam KTSP (kurikulum tingkat satuan
pendidikan) untuk mata pelajaran Matematika yang di pelajari peserta
didik kelas VIII di tingkat SMP atau sederajat.
4. Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi tugas
terstruktur.
Strategi Student Team Heroic Leadership ini merupakan suatu
pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, dengan
kegiatan belajar mengajar yang memotivasi peserta didik agar bersikap
heroik.
Pembelajaran dengan tugas terstruktur dapat diartikan suatu
model pembelajaran di mana guru dapat menyuruh peserta didik untuk
mempelajari lebih dahulu topik yang akan dibahas, menyuruh mencari
7 Suharso, loc.cit., hlm. 21.8 John A. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga,
2008), hlm. 13.9 Singgih S. Wibowo, Matematika Menyongsong OSN SMP, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 35.
8/19/2019 kusuma ningtyas
24/200
7
bukti dari teorema yang harus dipecahkan sendiri maupun berkelompok
kemudian hasilnya didiskusikan dengan guru.10
Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur
yang berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan
didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada
saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan (soal-soal) yang akan diajukan/dilempar pada peserta didik
kelompok lain. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah
memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan
menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut.
Pertanyaan (soal) tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang
ditugaskan saat itu.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah.
1. Bagi Peserta Didik.
a. Dengan menggunakan strategi pembelajaran Student Team Heroic
Leadership dan pemberian tugas terstruktur diharapkan dapat
membentuk peserta didik yang memiliki jiwa kepemimpinankepahlawanan (heroik) secara akademik.
b. Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran
matematika.
2. Bagi Pendidik.
Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.
3. Bagi Sekolah.
Dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah
dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
10 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm.262.
8/19/2019 kusuma ningtyas
25/200
8
4. Bagi Peneliti.
Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana
penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
8/19/2019 kusuma ningtyas
26/200
9
8/19/2019 kusuma ningtyas
27/200
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORI
1. Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.11
Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan
belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan
dan memiliki tentang sesuatu.
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi
belajar yang dikutip oleh Sardiman, antara lain sebagai berikut:
a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience.
b. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of
practice.12
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni juga menguraikan pengertian
belajar dari beberapa ahli, di antaranya yaitu:
a. Menurut Hilgrad dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain
knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study;
2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough
experience; 4) to become in forme of to find out .
11 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV.Widya Karya, 2009), hlm. 21.
12 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar , (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),hlm. 20.
8/19/2019 kusuma ningtyas
28/200
10
b. Morgan dan kawan-kawan, yang menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan atau pengalaman.
c. Woolfolk juga menyatakan bahwa “learning occurs when experience
causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge or
behavior ”.13
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change
behavior ). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil;
b. Perubahan perilaku relative permanent . Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap
atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak
akan terpancang seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat
potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan merupakan hasil latihan atau
pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.14
Untuk melengkapi pengertian belajar, Sardiman mengemukakan
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa
prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain:
a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan
kelakuannya;
13 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 13-14.
14 Ibid ., hlm. 15-16.
8/19/2019 kusuma ningtyas
29/200
11
b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada
siswa;
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi,
terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic
motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan
rasa tertekan dan menderita;
d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan
kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan;
e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam
rangka menentukan isi pelajaran;
f. Belajar dapat melakukan tiga cara, yaitu:
1) Diajar secara langsung;
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak
belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain);
3) Pengenalan dan/atau peniruan.
g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih
efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan
lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja;
h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan;
i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik
untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna;
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan peserta didik, banyak membantu kelancaran dan gairah
belajar;
k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,
sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau
mengalaminya sendiri.15
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
15 Sardiman, op.cit., hlm. 24-25.
8/19/2019 kusuma ningtyas
30/200
12
Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu.
2) Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
utama memengaruhi proses belajar adalah:
a) Kecerdasan/intelegensi siswa diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat;
b) Motivasi, menurut para ahli sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberi arah, dan menjaga
perilaku setiap saat;
c) Minat, yang berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu;
d) Sikap. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, orang peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif;
e) Bakat, didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor nonsosial.
1) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan sosial sekolah,
lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.
8/19/2019 kusuma ningtyas
31/200
13
2) Lingkungan nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial adalah:
a) Lingkungan alamiah;
b) Faktor instrumental;
c) Faktor materi pelajaran.16
2. Pembelajaran Matematika
Belajar mungkin terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh
aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan
dan biasanya lebih mudah diamati. Maka dalam berbagai kajian
dikemukakan bahwa instruction atau pembelajaran sebagai suatu sistemyang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar peserta didik yang
internal.17
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa yang belum
terdidik, menjadi yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang
sesuatu, menjadi peserta didik yang memiliki pengetahuan. Sebenarnya
belajar dapat terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai
dengan terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik. Dalam proses
pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu
agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses
pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang
terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang
telah terbukti keunggulannya secara empirik.18
Reigeluth dan Merill yang dikutip Made Wena mengklasifikasikan
variabel pembelajaran menjadi tiga, yaitu:
16 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, op.cit., hlm. 19-28.17 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009),
hlm.34.18 Ibid ., hlm. 34-35.
8/19/2019 kusuma ningtyas
32/200
14
a. Kondisi (conditions) pembelajaran;
Kondisi pembelajaran merupakan factor-faktor yang memengaruhi
strategi pembelajaran dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Menurut
Reigeluth dan Merill yang dikutip oleh Wena, variabel kondisi
pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (a) tujuan dan
karakteristik bidang studi, (b) kendala dan karakteristik bidang studi,
serta (c) karakteristik peserta didik.
b. Strategi (methods) pembelajaran;
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda. Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu:
1) Strategi pengorganisasian (organizational strategy);
2) Strategi penyampaian (delivery strategy); dan
3) Strategi pengelolaan (management strategy).
c. Hasil (outcomes) pembelajaran.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah
kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
1) Keefektifan (effectiveness);
2) Efisiensi (efficiency), dan
3) Daya tarik (appeal).19
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan
sebagai ilmu tentang bilangan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan di penyelesaian masalah mengenai bilangan.20
Matematika,
menurut Russefendi sebagaimana dikutip oleh Heruman, adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif;
ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
19 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu TinjauanKonseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 3-6.
20 Suharso dan Ana Retnoningsih, op.cit., hlm. 313.
8/19/2019 kusuma ningtyas
33/200
15
unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil.21
Sedangkan hakikat matematika menurut
Soejadi yang dikutip oleh Heruman, yaitu memiliki objek tujuan abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu
pada kesepakatan.22
Jadi pembelajaran matematika merupakan suatu sistem yang
bertujuan dan berupaya untuk membantu proses belajar peserta didik dalam
mata pelajaran matematika.
3. Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-mengajar yangmengarah pada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan
sosial yang mendasar untuk penggerak kemampuan-kemampuan proses
adalah cara memandang peserta didik sebagai menusia seutuhnya. Cara
memandang ini diterjemahkan dalam kegiatan belajar mengajar yang
sekaligus memperhatikan pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan.
Ketiga ranah itu berkaitan dalam diri peserta didik dan tampil dalam
bentuk kreativitas.
a. Tujuan dan lingkup kegiatanKeterampilan proses bertujuan mengembangkan kreativitas siswa dalam
belajar, sehingga siswa secara aktif dapat mengolah dan
mengembangkan hasil perolehannya (hasil belajarnya).
b. Asas pelaksanaan kegiatan
Kegiatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Harus sesuai dan selalu berpegang kepada tujuan kurikuler dan
tujuan pengayaan.
2) Berasumsi bahwa setiap siswa memiliki kemampuan atau potensi
sesuai dengan kodratnya.
21 Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar , (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 1.
22 Ibid .
8/19/2019 kusuma ningtyas
34/200
16
3) Memberi kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk
mengungkapkan perasaan dan pikiran.
4) Mengupayakan agar pembinaan mengarah pada kemampuan siswa
untuk mengolah perolehannya.
c. Bentuk pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dapat secara perorangan atau kelompok. Bentuk
pelaksanaan kegiatan keterampilan adalah mengamati, menggolongkan
(mengklasifikasi), menafsirkan (menginterpretasikan), meramalkan
(memprediksi), menerapkan, merencanakan penelitian, dan
mengkomunikasikan. Ketujuh keterampilan proses tersebut tidak
berurutan secara hirarkis, karena keterampilan proses bukanlah
langkah-langkah, tetapi sejumlah keterampilan yang perlu dibina dan
dikembangkan sejak kanak-kanak.23
Menurut Suryosubroto, pengembangan keterampilan proses itu
memerlukan kemampuan guru untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
siswa serta mengorganisasi kelas. Untuk itu guru secara mandiri diminta
untuk mengembangkan kemampuannya agar proses belajar mengajar yang
mengembangkan keterampilan itu dapat berhasil.24
Sedangkan menurut Syah dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya,
yang dimaksud keterampilan proses adalah kemampuan melakukan pola-
pola tingkah laku proses aktif yang kompleks dan tersusun secara mulus dan
sesuai dengan keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai
hasil tertentu. Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya
meliputi gerakan motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi
mental yang bersifat kognitif.25
23 Eti Ismawati, Perencanaan Pengajaran Bahasa, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),hlm. 193-195.
24 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2009), hlm. 62.
25 Sukestiyarno dan Budi Waluya, Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Membentuk Mahasiswa menjadi Matematikawan yang Filsafati melalui Pembelajaran Filsafat
Ilmu dengan Strategi Student Team Heroic Leadership, (Semarang: Laporan Teaching Grant Pend.Matematika UNNES, 2006), hlm. 8.
8/19/2019 kusuma ningtyas
35/200
17
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses
disini adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan
suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi
mental yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis
strategi pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh suatu
keterampilan tertentu secara optimal. Oleh karena itu keterampilan proses
disini akan menjadi ciri kekhasan suatu rancangan strategi pembelajaran
dari mulai rancangan awal strategi diterapkan, proses, akibat/dampak yang
dihasilkan, hingga menutup strategi tersebut.
4. Hasil BelajarPenilaian Menurut John Galen Saylor, Evaluation is implied in the
very process of planning for it is the act of placing a value on something, of
determining its merits.26 Penilaian adalah penyiratan dari proses
perencanaan, penentuan nilai dari proses yang telah berlangsung.
Hasil belajar peserta didik pada pelajaran merupakan hasil kegiatan
dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari
perlakuan atau pembelajaran yang di lakukan peserta didik.27
Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yangdimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.
28Sedangkan
menurut Dimyati hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar yang diakhiri adanya proses evaluasi hasil
belajar.29
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian adalah proses yang
telah direncanakan untuk mengetahui berhasil tidaknya sesuatu yang telah
dilaksanakan.
26 John Galen Saylor , Curriculum Planning for Better Teaching and Learning, (Canada:Published simultaneously, tth), hlm. 316
27 Hamzah. B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 139.28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar , (Bandung: Remaja ROSDA Karya,
2002), hlm. 22.29 Dimyati dan Mudjiono , Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 3.
8/19/2019 kusuma ningtyas
36/200
18
Penilaian Hasil belajar dapat menggunakan instrumen test yang
dapat mengindikasikan peningkatan kapasitas atau perolehan pengetahuan
peserta didik setelah mengikuti pelatihan.30
5. Ketuntasan Belajar
Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila
kompetensi dasarnya dapat tercapai. Keberhasilan proses belajar mengajar
dapat dilihat dari efektivitas dan ketuntasannya.
Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian
taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan
pembelajaran setiap satuan pelajaran.
31
Pada penelitian ini, ketuntasan belajar yang dimaksud adalah
ketuntasan belajar keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik.
6. Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, peserta didik secara
individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pengajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut.32
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin mengatakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif,
dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya
dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada
30 Hamzah B. Uno , op.cit., hlm. 70.31 Hartutik, Efektifitas Pembelajaran Biologi SMA dengan Pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS) Berdasar Analisis SWOT dalam kemasan CD Interaktif . (Semarang: Tesis ProgramPascasarjana Prodi Pend. IPA UNNES, 2006), hlm. 20.
32 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 4.
8/19/2019 kusuma ningtyas
37/200
19
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok.33
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi peserta
didik bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik.
Menurut Lie sebagaimana dikutip Wena, pembelajaran kooperatif adalah
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.34
Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
a. Pembelajaran secara tim;
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif;
c. Kemauan untuk bekerja sama;
d. Keterampilan bekerja sama.35
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat prinsip-prinsip yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Saling ketergantungan positif ( positive interdependence);
2) Interaksi tatap muka ( face to face promotion interaction);
3) Tanggung jawab perorangan (individual accountability), dan
4) Partisipasi dan komunikasi ( participation communication).36
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pengajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu
ditunjukkan tabel berikut.
33 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: theory, research, and practice, terj. NarulitaYusron (London: Allymand Bacon, 2005), hlm. 8.
34 Made Wena, op.cit., (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 189-190.35 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,
(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 244-246.36 Ibid., hlm. 246-247.
8/19/2019 kusuma ningtyas
38/200
20
Tabel 2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi peserta
didik belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada peserta
didik dengan jalan demonstrasi atau lewatbahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan peserta
didik ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada peserta didik
bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar agar melakukan transisi secara
efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
8/19/2019 kusuma ningtyas
39/200
21
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.37
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama pembelajaran kooperatif ini sebenarnya telah disinggung oleh Al-
Qur’an pada surat Al Maidah ayat 2, yakni:
.
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”38
7. Strategi Pembelajaran
Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan.39
Strategi berarti, pola umum perbuatan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar, di mana satu komponennya ialah
pengajar yang mendukung filosofi tentang pendidikan dan pengajaran, serta
kompetensi dalam teknik penyajian, kebiasaan dan lain-lain.40
Strategi di sini berbeda dengan metode, metode berkaitan langsung
antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran. Sedangkan strategi
berfungsi mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam
pembelajaran. Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam
37 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasiya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010),hlm. 66-67.
38 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993),hlm. 157.
39 Syaiful Bahri Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2002), hlm. 192.
40 Roestiyah H.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.vii.
8/19/2019 kusuma ningtyas
40/200
22
pemakaian metode dalam kegiatan belajar mengajar serta memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik.41
Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru
dalam mengajar.42
Melalui strategi pembelajaran guru dapat membantu
peserta didik agar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
tujuan pembelajaran afektif, kognitif dan psikomotorik dapat tercapai.
Gambaran strategi dalam pembelajaran dalam Al-Qur’an tertuang
dalam surat Yunus ayat 57, sebagai berikut:
“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”43
Dari ayat di atas menerangkan bahwasanya seorang guru harus
mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan
proses belajar mengajar.
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik
peserta didik, serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran
tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi semuanya sama
efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan
kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.44
Walaupun secara teoritis seorang guru telah paham tentang langkah-
langkah operasional suatu strategi pembelajaran. Namun, belum tentu
seorang guru akan mampu berhasil menerapkan strategi tersebut dalam
41 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang :Media Group, 2008) , hlm. 25.
42 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. BumiAksara, 2007), hlm. 67.
43 Depag RI, op.cit ., hlm. 315.44 Hamzah B. Uno, op.cit ., hlm. 7-8.
8/19/2019 kusuma ningtyas
41/200
23
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Keberhasilan guru menerapkan suatu
strategi pembelajaran, sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis
kondisi pembelajaran yang ada, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Tujuan pembelajaran, yang mencakup tujuan pembelajaran ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Adanya perbedaan
tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada adanya perbedaaan
strategi pembelajaran yang harus diterapkan.
b. Karakteristik siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat
pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, kemampuan awal, gaya belajar,
kepribadian, dan sebagainya.
c. Kendala sumber/media belajar
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Ketersediaan sumber belajar sangat
memengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan penerapan strategi
pembelajaran bahwa setiap strategi pembelajaran digunakan untuk
materi/isi pembelajaran tertentu, dan membutuhkan media/sumber
belajar tertentu.
d. Karakteristik/struktur bidang studi
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara
bagian-bagian suatu bidang studi. Perbedaan struktur bidang studi
membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula.45
8. Tugas Terstruktur
Pembelajaran dengan tugas terstruktur dapat diartikan suatu model
pembelajaran di mana guru dapat menyuruh peserta didik untuk
mempelajari lebih dahulu topik yang akan dibahas, menyuruh mencari bukti
dari teorema yang harus dipecahkan sendiri maupun berkelompok kemudian
hasilnya didiskusikan dengan guru.46 Pada pembelajaran dengan tugas
45 Made Wena, op.cit ., hlm. 14-17.46 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm.262.
8/19/2019 kusuma ningtyas
42/200
24
terstruktur guru harus memperhatikan individu peserta didik baik dari segi
intelegensi maupun kemampuan kerja. Dalam kondisi semacam ini guru
harus selalu siap menampung keluhan atau kesulitan peserta didik yang
ditemukan pada saat menyelesaikan tugas.
Tugas ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu
program pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan guru,
untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pelajaran itu, dalam hal ini
adalah pembelajaran matematika garis singgung lingkaran.
Tujuan penggunaan tugas terstruktur di antaranya:
a. Membimbing peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam menerima
materi;
b. Mendidik peserta didik mengenai bagaimana cara mempelajari sesuatu;
c. Untuk mendidik atau memperluas bahan oleh karena adanya
keterbatasan waktu tatap muka;
d. Mendidik peserta didik agar dapat menyelesaikan tugas dengan penuh
rasa tanggung jawab sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama;
e. Mengembangkan kecakapan peserta didik khususnya dan intelegensi
pada umumnya.47
Ada beberapa kelebihan penggunaan tugas terstruktur, antara lain:
a. Mengembangkan rasa tanggung jawab peserta didik;
b. Mempunyai tujuan yang jelas;
c. Memperhatikan perbedaan individual;
d. Mempererat hubungan guru dengan peserta didik.48
Pada penelitian ini tugas terstruktur yanag dimaksud disajikan
dalam bentuk modul. Menurut Russel, sebagaimana dikutip Wena, modul
sebagai suatu paket pembelajaran yang berisi satu unit konsep tunggal.49
Sedangkan Houston & Howson mengemukakan sebagaimana dikutip Wena,
modul pembelajaran meliputi seperangkat aktivitas yang bertujuan
mempermudah peserta didik untuk mencapai seperangkat tujuan
47 Mohamad Hardjoko, op.cit., hlm. 24.48 Ibid. 49 Made Wena, op.cit., hlm. 230.
8/19/2019 kusuma ningtyas
43/200
25
pembelajaran.50 Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dilihat unsur-
unsur sebuah modul pembelajaran yaitu:
a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajar yang berdiri sendiri;
b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik mencapai
seperangkat tujuan yang telah ditetapkan;
c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain
secara hierarkis.51
Modul adalah satuan program belajar-mengajar terkecil yang secara
garis besar berisikan:
a. Berbagai tujuan instruksional umum yang akan ditunjang
pencapaiannya;
b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar;
c. Berbagai tujuan instruksional khusus;
d. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan;
e. Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang
lebih luas;
f. Peran guru dalam proses belajar-mengajar;g. Lembaran-lembaran kerja yang harus disempurnakan atau dijawab oleh
siswa; dan
h. Program penilaian yang perlu dilaksanakan secara terus menerus
sehingga merupakan umpan balik secara langsung terhadap proses
belajar mengajar.52
9. Strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi
Tugas Terstuktur
Pada penelitian ini, penulis memilih strategi pembelajaran dengan
nama Student Team Heroic Leadership. Student Team merupakan bagian
50 Ibid. 51 Ibid. 52 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 224-225.
8/19/2019 kusuma ningtyas
44/200
26
dari pembelajaran kooperatif (pembelajaran kelompok kecil). Menurut
Slavin, dalam student team peserta didik ditempatkan dalam kelompok
belajar beranggotakan 4 sampai 6 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kerja, jenis kelamin, dan suku. Di dalam kelompok, peserta didik
diberi tugas untuk berdiskusi dan pada akhirnya diberi tes secara individual
untuk penjajagan.53 Sedangkan pengertian heroic leadership (kepemimpinan
berjiwa pahlawan), menurut Lowney sebagaimana dikutip Sukestiyarno dan
Budi Waluya, menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang bersifat
memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Sedangkan pendekatan
gaya kepemimpinan menurutnya adalah gaya kepemimpinan yang melawan
arus, kebanyakan model kepemimpinan kontemporer.54
Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa:
a. Kita semua adalah pemimpin sepanjang waktu. Terkadang
kepemimpinan dilaksanakan dengan cara langsung, dramatis, dan jelas
nyata, yang lebih sering dengan cara halus, dan sulit diukur;
b. Kepemimpinan muncul dari dalam bukan apa yang kita lakukan (what
we do) melainkan siapa kita (who we are). Bagi seorang pemimpin, alat
kepemimpinan yang paling menarik perhatian ialah siap dirinya.
Seorang pribadi yang memahami apa yang dianggapnya bernilai atau
apa yang diinginkannya, dan memandang dunia secara konsisten;
c. Kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup. Kepemimpinan
bukan tugas yang dapat dikesampingkan sewaktu pulang rumah
melainkan memerlukan suatu perilaku yang cocok tergantung dari cara
kita bertindak. Dengan kita mengetahui apa yang dianggap bernilai dan
apa yang ingin dicapai, ia mengorientasikan dirinya pada lingkungan
yang baru sembari berkeyakinan beradaptasi;
d. Kepemimpinan berlangsung terus menerus. Kepemimpinan pribadi
merupakan sebuah kerja tanpa akhir dan bersumber pada pemahaman
53 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, (U.S.America : Allyn & Bacon, 1995), p.5.
54 Sukestiyarno dan Budi Waluya, op.cit., hlm.9.
8/19/2019 kusuma ningtyas
45/200
27
diri yang tumbuh. Pemimpin yang kuat menikmati peluang untuk terus
belajar tentang diri sendiri dan dunia serta menatap ke depan.55
Kesadaran kepahlawanan dalam gaya kepemimpinan heroic
menurut Lowney sebagaimana dikutip oleh Sukestiyarno dan Budi Waluya
dijelaskan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan
menambah keterampilan pribadi secara terus menerus;
b. Kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat dipakai
sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri;
c. Kesadaran untuk mengambil nilai manfaat dari apa yang telah
dipelajari;
d. Kesadaran untuk menentukan pendirian sebagai pandangan hidup yang
rela berkorban;
e. Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan
ambisi heroik.56
Al-Qur’an menerangkan tentang kepemimpinan, yang dijelaskan
dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 73, sebagai berikut:
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yangmemberi petunjuk kepada perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu
menyembah.”57
Jadi pembelajaran matematika dengan strategi student team heroic
leadership dan pemberian tugas terstruktur merupakan suatu pembelajaran
yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapakelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang. Pada pelaksanaannya, setiap
peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi uraian
55 Ibid. 56 Ibid ., hlm.10.57 Depag RI, op.cit., hlm. 504.
8/19/2019 kusuma ningtyas
46/200
28
materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas
(bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta didik
diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan
diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada saat
kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi.
Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal)
yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai
review untuk materi yang ditugaskan saat itu. Pada kelompok tersebut setiap
individu memerankan sebagai pemimpin yang mempunyai semangat
kepahlawanan akademik. Pembelajaran dengan menerapkan strategi
kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran
diri bahwa peserta didik baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya
merasa dirinya adalah pemimpin yang mempunyai sifat heroik.
Dimaksudkan bahwa setiap peserta didik merasa dirinya adalah pemimpin
yang menyadari siapa dirinya dalam memilih cara hidup pandang, sadar
akan dirinya mau mengembangkan potensi menambah keterampilan,
melihat kelemahan, dan mengambil nilai.
10. Strategi Pembelajaran EkspositoriStrategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasaia pelajaran secara optimal. Roy Killen dalam Wina Sanjaya
menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran
langsung (direct instruction). Karena dalam strategi ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori, yaitu sebagai
berikut.
a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat
8/19/2019 kusuma ningtyas
47/200
29
utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang
mengidentikkannya dengan ceramah.
b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran
yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang
harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan
dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan.58
11. Garis Singgung LingkaranC
Bg
g ’
A
D
O
Gambar 2.1
Perhatikan gambar 2.1 di atas!
Pada gambar di atas tampak salah satu diameter, yaitu garis .
Garis g adalah garis yang memotong lingkaran di A dan B serta tegak lurus
garis tengah . Bila garis g digeser terus ke bawah dengan tetap
membentuk sudut siku dengan garis tengah sedemikian, sehingga
memotong lingkaran di satu titik yaitu titik D, garis yang demikian (garis g’)
disebut garis singgung. Sedangkan perpotongannya (titik D) disebut titik
singgung.59
Jadi, garis singgung lingkaran adalah:
58 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 179.
59 Asyono, Matematika Kelas VIII SMP & MTs, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 2005),hlm.183.
8/19/2019 kusuma ningtyas
48/200
30
a. Suatu garis lurus yang memotong lingkaran pada satu titik;
b. Suatu garis yang tegak lurus pada garis tengah lingkaran yang ditarik
melalui titik singgung;
c. Sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui titik pusat dan garis
singgung lingkaran adalah 90˚.
Panjang garis singgung yang ditarik dari titik di luar lingkaran dapat
dilihat pada gambar di bawah ini. AB merupakan garis singgung lingkaran
yang menyinggung lingkaran di titik B. Maka AB tegak lurus terhadap OB.
A
B
O
Gambar 2.2
(Teorema Pythagoras)
Jadi,Suatu garis singgung dapat ditarik dari suatu titik T di luar lingkaran
seperti tampak pada gambar 2.3 di bawah ini:
3 cm
3 cm
5 cmT
A
B
O
Gambar 2.3
Bila panjang cm dan jari-jari lingkaran 3 cm, tentukan
panjang garis singgung dan !
Penyelesaian :
8/19/2019 kusuma ningtyas
49/200
31
Perhatikan segitiga siku-siku OAT yang bertitik siku di titik A, sehingga
berlaku dalil Pythagoras:
Atau
cm
Selanjutnya, karena juga merupakan segitiga siku-siku yang bertitik
siku di titik siku di titik B, maka berlaku juga dalil Pythagoras:
Atau
cm
Dari hasil di atas ternyata cm.
Jadi, dua garis singgung lingkaran yang ditarik dari suatu titik di luar
lingkaran adalah sama panjang.60
Garis singgung persekutuan dua lingkaran yang meliputi garissinggung persekutuan dalam dan garis singgung persekutuan luar. Untuk
memahami, perhatikan gambar berikut:
O
A
B
T
D
C
Gambar 2.4(a)
60 Ibid., hlm. 185.
8/19/2019 kusuma ningtyas
50/200
32
O
R
P
S
Q
T
Gambar 2.4(b)
Keterangan gambar garis singgung persekutuan dua lingkaran:
• Pada gambar (a) dan disebut garis singgung persekutuan luar.
disebut garis sentral, , dan // .
• Pada gambar (b) dan disebut garis singgung persekutuan dalam.
disebut garis sentral, , dan // .61
62
61 Ibid., hlm. 188.62 Ibid ., hlm. 191-192.
Jika dua buah lingkaran berjari-jari R dan r , dan jarak kedua titik
pusat lingkaran panjangnya d , maka panjang garis singgung
persekutuan luar adalah:
Jika dua buah lingkaran berjari-jari R dan r , dan jarak kedua titik
pusat lingkaran panjangnya d , maka panjang garis singgung
persekutuan luar adalah:
8/19/2019 kusuma ningtyas
51/200
33
B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Adapun beberapa penelitian yang berkaitan dengan strategi Student
Team Heroic Leadership dan pemberian tugas terstruktur, antara lain:
a. Skripsi yang disusun oleh Leni Ambarwati (2101407133) mahasiswa
Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, yang
berjudul “Keefektifan Metode Student Team Heroic Leadership (STHL)
dengan pemberian Tugas Terstruktur dan Metode Student Team Heroic
Leadership dengan Compact Disc (CD) terhadap Hasil Belajar
Matematika dalam Materi Pokok Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMPN
30 Semarang.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah
ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang memperoleh metode STHL
(dengan pemberian tugas terstruktur dan berbantuan CD) dengan metode
ekspositori, (2) apakah hasil belajar matematika siswa dengan metode
STHL dengan pemberian tugas terstruktur lebih baik daripada metode
ekspositori, (3) apakah hasil belajar matematika siswa dengan metode
STHL dengan berbantuan CD lebih baik daripada metode ekspositori, (4)
apakah hasil belajar matematika siswa dengan metode STHL dengan
pemberian tugas lebih baik daripada metode STHL dengan berbantuan
CD. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat
perbedaan hasil antar siswa yang memperoleh metode STHL dengan
pemberian tugas terstruktur dan berbantuan CD dengan pembelajaran
ekspositori, (2) hasil belajar matematika siswa dikenai metode STHL
dengan pemberian tugas terstruktur (76,82) lebih baik dari pada metode
ekspositori (63,50), (3) hasil belajar matematika siswa yang dikenai
metode STHL dengan berbantuan CD (72,34) lebih baik daripada metode
ekspositori (63,50), (4) hasil belajar metematika siswa yang dikenai
metode STHL dengan pemberian tugas terstruktur (76,82) lebih baik
daripada metode STHL dengan berbantuan CD (72,34).63
63 Leni Ambarwati, Keefektifan Metode Student Team Heroic Leadership (STHL)dengan pemberian Tugas Terstruktur dan Metode Student Team Heroic Leadership dengan
Compact Disc (CD) terhadap Hasil Belajar Matematika dalam Materi Pokok Bangun Ruang
8/19/2019 kusuma ningtyas
52/200
34
b. Skripsi yang disusun oleh Mohamad Hardjoko (4114990034) mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas
MIPA Universitas Negeri Semarang, yang berjudul “Keefektifan Problem
Posing dan Tugas Terstruktur pada Pembelajaran Mata Kuliah
Probabilitas pada Mahasiswa Semester 1 D3 Statistika Terapan dan
Komputasi Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2002/2003.”
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa pembelajaran pada
mata kuliah pengantar probabilitas pada Mahasiswa Semester 1 D3
Statistika Terapan dan Komputasi Jurusan Matematika Universitas Negeri
Semarang lebih efektif apabila menggunakan problem posing dan tugas
terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
. Hal ini berarti bahwa hasil belajar
mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan problem posing dan tugas
terstruktur pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas control.64
c. Skripsi yang disusun oleh Desy Rikha Setyanty (4101403575) mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas
MIPA Universitas Negeri Semarang, yang berjudul “ Efektifitas
Pembelajaran Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team
Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik
Kelas VIII SMP N 15 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran matematikan Bangun Ruang dengan Strategi Student Team
Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur (1) mencapai
ketuntasan belajar keterampilan proses 70 dan ketuntasan hasil belajar 68,
(2) keterampilan proses dengan strategi Student Team Heroic Leadership
yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positif terhadap
pencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 83,8%, dan (3) hasil
belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi
Siswa Kelas VIII SMPN 30 Semarang, skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, (Semarang :Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2009) hlm. ii.
64 Mohamad Hardjoko, Keefektifan Problem Posing dan Tugas Terstruktur padaPembelajaran Mata Kuliah Probabilitas pada Mahasiswa Semester 1 D3 Statistika Terapan dan
Komputasi Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2002/2003, skripsi Program StudiPendidikan Matematika, (Semarang : Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2005), hlm. 8.
8/19/2019 kusuma ningtyas
53/200
35
Tugas Terstruktur lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran
ekspositori.65
Dari skripsi yang pertama membahas keefektifan metode student team
heroic leadership dengan pemberian tugas terstruktur dan metode student team
heroic leadership dengan compact disc (CD) yaitu dengan dua kelas
eksperimen yang berbeda dengan skripsi ini, yaitu hanya dengan satu kelas
eksperimen dengan strategi student team heroic leadership dengan pemberian
tugas terstruktur. Perbedaan dengan skripsi yang kedua adalah dari segi strategi
yang berbeda, tetapi dengan penunjang yang sama yaitu tugas terstruktur, yang
dibahas di skripsi kedua adalah keefektifan Problem Posing dan Tugas
Terstruktur. Sedangkan perbedaan untuk skripsi yang ketiga lebih bertolak
pada materi yang dibahas dan populasinya.
C. KERANGKA BERPIKIR
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku
dalam rangka pemuasan kebutuhan berdasarkan pemikiran, pengalaman, dan
latihan.66
Sedangkan mengajar berarti merupakan suatu proses yang ditandai
dengan timbulnya kegiatan siswa belajar.67
Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sering dihadapkan oleh
berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu peserta didik
harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian
dan langkah pemecahan masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala
masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah, peserta didik dapat belajar
memecahkannya. Materi Garis Singgung Lingkaran merupakan materi yang
mencakup kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Strategi
Student Team Heroic Leadership merupakan strategi yang dapat mendidik
65 Desy Rikha Setyanty, Efektifitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang denganStrategi Student Team Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik
Kelas VIII SMP N 15 Semarang, skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, (Semarang :Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2007), hlm. ii.
66 Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar , (Yogyakarta: SUKSES Offset,2009), hlm.13
67 Ibid ., hlm.19
8/19/2019 kusuma ningtyas
54/200
36
peserta didik berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar
dari suatu masalah yang dihadapi, dapat belajar menganalisis suatu masalah
serta dapat membuat peserta didik memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik.
Pembelajaran matematika Garis Singgung Lingkaran dengan strategi
Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur akan
dilakukan sebagai berikut. Pada kegiatan ini akan mencobakan suatu
pembelajaran yang dapat melatih menumbuhkan semangat peserta didik untuk
menyelesaikan masalah. Bentuk kegiatannya akan menerapkan prinsip
kepahlawanan (heroik), di mana sifat tersebut dipresentasikan atau ditunjukkan
untuk menghadapi diskusi antar kelompok menyelesaikan modul tutorial
seperti tersebut di atas. Diskusi kelompok tersebut mengkompetisikan
pencarian pemecahan masalah. Menurut Lowney sebagaimana dikutip oleh
Sukestiyarno dan Budi Waluya, bahwa setiap individu adalah pemimpin
sepanjang waktu, kepemimpinan muncul dari dalam, bukan apa yang dilakukan
(what we do) melainkan siapa kita (who we are), dan kepemimpinan bukan
suatu tindakan tetapi cara hidup. Sedangkan gaya kepemimpinan heroik adalah
memiliki sifat kesadaran diri untuk menambah keterampilan, memahami
kelemahan guna memperbaiki konsep diri, mengambil nilai manfaat, dan
menentukan pendirian. Jiwa kepahlawanan ditunjukkan dengan menyemangati
diri sendiri dan menyemangati orang lain dengan ambisi heroik.68
Latihan dengan gaya kepemimpinan heroik dalam diskusi ini
dikenakan pada pembahasan setiap tugas terstruktur dalam bentuk modul (bisa
dikerjakan di rumah). Pembelajaran yang dilakukan dengan membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok dengan 4 atau 5 anggota. Dalam tiap
kelompok akan diberi masalah berupa soal untuk dikompetensikan pada intern
kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan maka peserta didik yang
mampu harus mau berjiwa heroik, dia mau membantu mensosialisasikan ke tim
kelompoknya. Setiap peserta didik bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Setiap tim ditanamkan jiwa heroik yakni sifat saling membantu dengan suka
rela.
68 Sukestiyarno, op.cit., hlm. 10.
8/19/2019 kusuma ningtyas
55/200
37
Dengan melakukan strategi pembelajaran sesuai skenario di atas
diharapkan setiap peserta didik akan aktif, mandiri serta mengalami sendiri
aktivitasnya. Pengamatan keterampilan proses selama pembelajaran akan
tampak jelas dan dapat diamati dalam lembar pengamatan. Jika keterampilan
proses seseorang menunjukkan adanya perkembangan, maka akan dapat
memberikan kontribusi yang baik, yaitu peningkatan hasil belajar. Pada
akhirnya apabila diberikan tes hasil belajar maka hasil belajar yang dicapai
kelas eksperimen yang menggunakan strategi Student Team Heroic Leadership
dan pemberian tugas terstruktur diharapkan akan lebih baik dibandingkan kelas
kontrol.
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara dan bersifat
teoritis.69 Dalam metode penelitian, hipotesis merupakan alat yang mempunyai
kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari
teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan
dengan teori yang relevan.70 Apabila peneliti telah mendalami permasalahan
penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggaran dasar, maka
kemudian membuat suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diujihipotesis.
71 Hipotesa merupakan sarana penelitian ilmiah, dan instrument kerja
dari teori.72
Berdasarkan kerangka berfikir dengan skenario seperti tersebut di atas
dapatlah dimunculkan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika garis singgung lingkaran dengan strategi Student
Team Heroic Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur efektif untuk
mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar);
69 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya), (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 41.
70 Ibid. 71 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka cipta, 2002), hlm. 64.72 Sofian Efendi, Unsur-Unsur Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 1995), hlm. 43.
8/19/2019 kusuma ningtyas
56/200
38
2. Keterampilan proses strategi pembelajaran Student Team Heroic
Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap
hasil belajar peserta didik.
3. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika garis singgung
lingkaran dengan strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership
dan pemberian tugas terstruktur lebih efektif daripada strategi
pembelajaran ekspositori.
8/19/2019 kusuma ningtyas
57/200
39
8/19/2019 kusuma ningtyas
58/200
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN
Tuju