kusuma ningtyas

  • Upload
    wahyuni

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    1/200

    EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA GARIS

    SINGGUNG LINGKARAN DENGAN STRATEGI STUDENT  

    TEAM HEROIC LEADERSHIP DAN PEMBERIAN TUGAS

    TERSTRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP

    MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU 

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika

    Oleh:

    DWI KUSUMANINGTYAS

    NIM. 063511025 

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2011

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    2/200

     

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    3/200

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    4/200

     

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    5/200

    PERNYATAAN 

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

    skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau

    diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

    lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

    rujukan..

    Semarang, 1 Juni 2011

    Deklarator,

    Dwi Kusumaningtyas

    NIM. 063511025 

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    6/200

     

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    7/200

          

    “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

    kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;

    merekalah orang-orang yang beruntung”(Q.S. Ali ‘Imran: 104) ∗ 

    ∗Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta,  Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: CV. ALWAAH, 1993), hlm. 93.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    8/200

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    1.  Allah SWT sang pencipta alam semesta yang telah memberi kenikmatan,

    taufiq dan hidayah berupa kesehatan jasmani maupun rohani.

    2.  Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas do’a, nasihat, dan dukungan serta

    segala pengorbanan dan kasih sayang selama ini dalam mendidik penulis

    dengan penuh kesabaran.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    9/200

    ABSTRAK 

    Dwi Kusumaningtyas (NIM. 063511025). Efektivitas PembelajaranMatematika Garis Singgung Lingkaran Dengan Strategi Student Team Heroic

     Leadership  Dan Pemberian Tugas Terstruktur Pada Peserta Didik. Skripsi.Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Walisongo,2011.

    Strategi Student Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstrukturmenjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika. Pembelajaran disusundengan diawali pemberian tugas terstruktur, dalam hal ini berbentuk modul (bisadikerjakan di rumah) kemudian dilanjutkan dengan tatap muka di kelas diharapkandapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisi pembelajaran matematika GarisSinggung Lingkaran di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu, diusulkan dalampenelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika Garis Singgung Lingkaran

    dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ketuntasan belajar dengan StrategiStudent Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstruktur, (2) pengaruhketerampilan proses dengan strategi tersebut terhadap hasil belajar, dan (3) apakahhasil belajar pendekatan tersebut di atas lebih efektif dari pada strategi pembelajaranekspositori.

    Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang terdiri dariempat kelas SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu dengan rataan 40 peserta didik.Sampel dilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil kelaseksperimen yaitu VIII C dan kelas Kontrol VIII D. Variabel bebas adalahketerampilan proses dan variabel terikat hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstruktur. Cara pengambilan data denganlembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh dideskriptifkan dan diolah dengananalisis uji t  satu sampel, analisis regresi, dan koefisien determinasi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika BangunRuang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur (1) mencapai melebihi batas tuntas belajar keterampilan proses 75 danketuntasan hasil belajar 60 yaitu dengan rata-rata keterampilan proses 79,5319 danrata-rata hasil belajar 65,4651, (2) keterampilan proses dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positif terhadappencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 78,1%, dan (3) Hasil belajardengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan pemberian Tugas Terstrukturlebih baik dibandingkan strategi pembelajaran ekspositori.

    Saran, sistem pembelajaran di kelas sebaiknya harus memperhatikanketerampilan prosesnya. Salah satu alternatif dalam pembelajaran yang menarik dan

    menyenangkan adalah dengan menerapkan strategi Student Team Heroic Leadershipdan pemberian tugas terstruktur. 

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    10/200

    KATA PENGANTAR

           

    Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,

    tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta

    inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

     judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Garis Singgung Lingkaran

    dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan Tugas Terstruktur

    pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 03” dengan baik.

    Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalammemperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

    Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari

    berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam

    penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1.  Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

    Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam

    rangka penyusunan skripsi ini.

    2.  Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah Institut

    Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin

    penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

    3.  Minhayati Saleh, M. Sc, selaku Pembimbing I yang telah memberikan waktu

    dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

    4.  Fakrur Rozi, M. Ag, selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu dan

    bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

    5.  Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas

    Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

    6.  Dian Fajarwati, S.PdI., M.Pd., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 03

    Kaliwungu yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    11/200

    7.  Guru-guru SMP Muhammadiyah 03 Kaliwungu, yang telah membantu

    pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.

    8.  Keluargaku, terutama ayahanda dan ibunda selaku orang tua penulis yang

    telah tulus memberikan dukungan baik materiil maupun spirituil serta usaha

    dan do’a sepenuh hati untuk penulis.

    9.  Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran

    dalam proses penulisan skripsi ini.

    10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

    membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

    penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil

    yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga

    bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.

    Semarang, 1 Juni 2011

    Penulis

    Dwi Kusumaningtyas

    NIM. 063511025 

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    12/200

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

    ABSTRAK .......................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

    BAB I : PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah .............................................................. 1B.  Identifikasi Masalah .................................................................... 4

    C.  Perumusan Masalah .................................................................... 4

    D.  Penegasan Istilah ......................................................................... 4

    E.  Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

    BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    A.  Deskripsi Teori ............................................................................ 9

    B.  Kajian Penelitian yang Relevan .................................................. 31

    C.  Kerangka Berfikir ....................................................................... 33

    D.  Hipotesis ...................................................................................... 35

    BAB III : METODE PENELITIAN

    A.  Tujuan Penelitian ........................................................................ 36

    B.  Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 36

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    13/200

    C.  Variabel Penelitian ...................................................................... 37

    D.  Metode Penelitian ....................................................................... 37

    E.  Metode Penentuan Obyek ........................................................... 38

    F.  Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 40

    G.  Teknik Analisis Data ................................................................... 49

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A.  Deskripsi data Hasil Penelitian ................................................... 53

    B.  Analisis Data ............................................................................... 55

    C.  Pengujian Hipotesis ..................................................................... 65

    D.  Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 66

    E.  Keterbatasan Penelitian ............................................................... 67

    BAB V : PENUTUP

    A.  Simpulan ..................................................................................... 69

    B.  Saran ............................................................................................ 70

    C.  Penutup ........................................................................................ 70

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP 

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    14/200

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1.  Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen ................................................... 87

    2.  Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol .......................................................... 89

    3.  Daftar Nama Peserta Didik Kelas Uji Coba ........................................................ 91

    4.  Daftar Nilai Awal Pokok Bahasan Lingkaran ..................................................... 93

    5.  Daftar Nilai Kelas Eksperimen Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran ..... 97

    6.  Daftar Nilai Kelas Kontrol Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran ............ 99

    7.  Nilai Keterampilan Proses .................................................................................. 101

    8.  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ..... 104

    9.  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua ........ 109

    10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Ketiga ...... 113

    11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ............................................ 117

    12. Lembar Pengamatan Keterampilan Proses.......................................................... 122

    13. Kisi-kisi Tes Uji Coba Instrumen ....................................................................... 123

    14. Kisi-kisi Tes Instrumen ....................................................................................... 12715. Soal Tes Uji Coba ............................................................................................... 131

    16. Soal Tes Instrumen .............................................................................................. 137

    17. Kunci Jawaban Soal tes Uji Coba Instrumen ...................................................... 142

    18. Kunci Jawaban Soal Instrumen ........................................................................... 143

    19. Modul Pertemuan Pertama .................................................................................. 144

    20. Modul Pertemuan Kedua..................................................................................... 153

    21. Modul Pertemuan Ketiga .................................................................................... 158

    22. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................. 166

    23. Contoh Perhitungan Validitas Soal Uji Coba Instumen ...................................... 170

    24. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Instumen ............................ 171

    25. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Instumen...................... 178

    26. Contoh Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba Instumen .................................. 183

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    15/200

    27. Uji Normalitas Awal Kelas Eksperimen ............................................................. 185

    28. Uji Normalitas Awal Kelas Kontrol .................................................................... 188

    29. Uji Normalitas Akhir Kelas Eksperimen ............................................................ 191

    30. Uji Normalitas Akhir Kelas Kontrol ................................................................... 192

    31. Uji Homogenitas Ulangan Pokok Bahasan Lingkaran........................................ 196

    32. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ................................................................... 200

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    16/200

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 18

    3.1 Analisis Varian untuk Uji Kelinieran Regresi ................................................... 49

    4.1 Data Nilai Kelas Eksperimen ............................................................................. 53

    4.2 Data Nilai Kelas Kontrol .................................................................................... 55

    4.3 Hasil Uji Coba Validitas Item Soal .................................................................... 57

    4.4 Persentase Daya Pembeda .................................................................................. 57

    4.5 Persentase Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .................................................... 58

    4.6 Tabel Penolong Menghitung Standar Deviasi Kelas Eksperimen ..................... 60

    4.7 Daftar Nilai Frekuensi Observasi Nilai Kelompok Eksperimen ........................ 62

    4.8 Ketuntasan Variabel Keterampilan Proses ......................................................... 64

    4.9 Ketuntasan Variabel Hasil Belajar ...................................................................... 65

    4.10 Persiapan Perhitungan Keliniearn .................................................................... 66

    4.11 Kelinieran Regresi ............................................................................................. 68

    4.12 Keberartian Regresi ........................................................................................... 69

    4.13 Kontribusi Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar .................................. 70

    4.14 Tabel Penolong Menghitung Standar Deviasi Kelas Eksperimen .................... 72

    4.15 Daftar Nilai Frekuensi Observasi Nilai Kelompok Eksperimen ....................... 74

    4.16 Sumber Data Awal Homogenitas ..................................................................... 75

    4.17 Sumber Data Akhir Homogenitas ..................................................................... 76

    4.18 Uji Ketuntasan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ....................................... 78

    4.19 Analisis Regresi Variabel X dan Y ................................................................... 79

    4.20 Daftar Distribusi Z ............................................................................................ 75

    4.21 Tabel Nilai Chi Kuadrat .................................................................................... 76

    4.22 Tabel Nilai-Nilai r  Product Moment  ................................................................. 78

    4.23 Daftar Kritik Uji t  .............................................................................................. 76

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    17/200

     

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    18/200

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar

    tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang

    kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat

    mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

    karena itu dalam pembelajaran, faktor keaktifan peserta didik sebagai subyek

    belajar sangat menentukan. Peserta didik yang baik memiliki karakter

    bersemangat tinggi dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya atau

    suatu masalah dimohonkan kepadanya untuk dipecahkan, tidak harus ada pada

    peserta didik yang berotak cerdas/IQ tinggi. Namun, bagi peserta didik yang

    berkemampuan rata-rata sedang atau kurang pun dapat dilatih untuk memiliki

    karakter yang mampu menyelesaikan masalah.

    Karena belajar matematika, yang dipentingkan adalah bagaimana

    membentuk pengertian pada anak. Ini berarti bahwa belajar matematika

    penekanannya adalah pada proses anak belajar, sedangkan guru sebagai

    fasilitator. Dan dalam pembelajaran matematika, difokuskan lebih pada

    penekanan knowing how, yaitu belajar dipandang sebagai orang yang aktif

    dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan

    lingkungannya.1 

    Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi

    melalui suatu proses yang terus berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses

    kecakapan hidup atau keterampilan hidup seseorang selama proses

    pembelajaran sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi peserta didik,

    di mana perkembangan keterampilan proses seorang peserta didik selama

    proses pembelajaran dapat diikuti atau diamati.

    1 Hamzah B. Uno,  Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yangKreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm.127-128.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    19/200

    2

    Keterampilan proses merupakan salah satu aspek yang sangat penting

    dalam suatu proses pembelajaran matematika. Mengajar dengan keterampilan

    proses berarti memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja dengan ilmu

    pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang

    ilmu pengetahuan. Karena sebenarnya melalui pembelajaran matematika tidak

    semata-mata hanya menanamkan pengetahuan saja. Tetapi sangat mungkin

    diterapkan pembentukan sikap positif, keterampilan cermat, dan kritis.

    Peserta didik SMP merupakan peralihan dari tahap operasional

    konkret menuju tahap operasional formal. Pelajaran matematika di sekolah

    merupakan pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan strategi

    pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan matematika agar peserta didik

    lebih mudah memahami konsep yang terkandung dalam setiap materi yang

    dipelajari. Karena sampai saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi

    peserta didik dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan karena banyaknya

    faktor-faktor tertentu, seperti anggapan bahwa pembelajaran sulit dan kurang

    diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika

    berlangsung. Sehingga hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar

    matematika.

    Islam sesungguhnya telah memberikan arahan tentang beberapa

    tahapan atau fase dari setiap strategi yang tepat dalam setiap proses

    pembelajaran. Al-qur’an menjelaskan dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8,

    sebagai berikut:

       .  .Artinya: “ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,

    niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang

    mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan

    melihat (balasan)nya pula”.

    2

     

    Ayat Al-Qur’an ini memberikan gambaran bahwa dalam setiap

    pembelajaran, hendaknya guru memberikan satu bentuk motivasi yang

    berkaitan langsung dengan materi yang akan disampaikan pada proses

    2 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993),hlm. 1087.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    20/200

    3

    pembelajaran, atau motivasi yang pada akhirnya dapat mendorong setiap

    peserta didik untuk belajar lebih giat dalam mengikuti dan mempelajari semua

    materi pada setiap pembelajaran.

    Berdasarkan penuturan salah satu guru kelas VIII di SMP

    Muhammadiyah 03 Kaliwungu, bahwa masih banyak peserta didik kelas VIII

    yang kurang pemahamannya mengenai pokok bahasan garis singgung

    lingkaran dan hasil belajar yang tergolong rendah. Semua ini bukan semata-

    mata hanya kesalahan peserta didik tetapi dapat juga karena penggunaan

    strategi pembelajaran yang kurang tepat dan kurang diperhatikannya

    keterampilan proses selama pembelajaran matematika.

    Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu

    soal dikatakan masalah bagi seorang peserta didik tetapi belum tentu menjadi

    masalah bagi peserta didik yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus mulai

    diajak belajar memecahkan masalah baik secara individual maupun secara

    kelompok. Apabila peserta didik bekerja secara kelompok, maka upaya yang

    dilakukan agar dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan memberikan

    kontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki.

    Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan guru kelas VIII di SMP

    Muhammadiyah 03 Kaliwungu adalah strategi pembelajaran ekspositori.

    Meskipun guru tidak terus menerus bicara, namun proses ini tetap menekankan

    penyampaian tekstual serta kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan

    belajar peserta didik. Kebiasaan bersikap pasif dalam proses pembelajaran

    dapat mengakibatkan sebagian peserta didik takut dan malu bertanya pada guru

    mengenai materi yang kurang dipahami, sehingga suasana belajar sangat

    monoton dan kurang menarik.

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi

    pembelajaran yang tepat dan menarik di mana peserta didik kooperatif, dapat

    bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat,

    dan memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik serta dapat meningkatkan

    keterampilan proses peserta didik, yaitu strategi Student Team Heroic

     Leadership dan pemberian tugas terstruktur.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    21/200

    4

    B. IDENTIFIKASI MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

    penelitian ini yang dapat diidentifikasikan bahwa masih banyak peserta didik

    yang bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebagian dari peserta didik

    takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami

    sehingga suasana belajar sangat monoton dan kurang menarik, dan matematika

    menjadi pelajaran yang tidak disenangi, patut ditakuti dan dibenci. Kurangnya

    pemahaman mengenai pokok bahasan garis singgung lingkaran dan hasil

    belajar yang tergolong rendah, ini dikarenakan kurang tepatnya strategi

    pembelajaran yang digunakan dan kurang diperhatikannya keterampilan proses

    selama pembelajaran matematika.

    C. PEMBATASAN MASALAH

    Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang akan

    diteliti, yaitu :

    1.  Sasaran penelitian ini adalah peserta didik SMP Muhammadiyah 03

    Kaliwungu kelas VIII semester genap.

    2.  Mengetahui efektifitas strategi Student Team Heroic Leadership  dan

    pemberian tugas terstruktur.3.  Materi yang dipelajari dalam penelitian ini hanya pada Pokok Bahasan Garis

    Singgung Lingkaran.

    4.  Ketuntasan yang dievaluasi adalah ketuntasan keterampilan proses dan hasil

    belajar.

    5.  Keterampilan proses dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan

    75.3 Hasil belajar dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan 60.4 

    D. PERUMUSAN MASALAH

    3 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,2009), hlm. 64.

    4  Sarwiji Suwandi,  Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: YumaPustaka, 2011), hlm. 170.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    22/200

    5

    Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut di atas,

    maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    1.  Apakah strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership  dan

    pemberian tugas terstruktur pada pembelajaran matematika garis singgung

    lingkaran dapat efektif mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses

    dan hasil belajar) peserta didik?

    2.  Apakah keterampilan proses strategi pembelajaran Student Team Heroic

     Leadership dan pemberian tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap

    hasil belajar peserta didik?

    3.  Apakah hasil belajar peserta didik dengan strategi Student Team Heroic

     Leadership dan pemberian tugas terstruktur lebih efektif dari pada strategi

    pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika garis singgung

    lingkaran?

    E. PENEGASAN ISTILAH

    1.  Efektifitas

    Efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapatmembawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan)”.

    5  Dan dalam

    Kamus Ilmiah Populer ‘efektifitas’ berarti ketepatgunaan; hasil guna;

    menunjang tujuan.6 Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    diperolehnya ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar)

    peserta didik, keterampilan proses strategi Student Team Heroic

     Leadership dan pemberian tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap

    hasil belajar peserta didik, dan hasil belajar peserta didik dengan strategi

    Student Team Heroic Leadership  dan pemberian tugas terstruktur lebih

    5  Suharso, dan Ana Retnoningsih,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang : CV.Widya Karya, 2009), hlm.127.

    6 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular , (Surabaya: Arkola,1994), hlm. 128.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    23/200

    6

    baik dari pada strategi ekspositori pada pembelajaran matematika Garis

    Singgung Lingkaran.

    2.  Pembelajaran Matematika

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara,

    menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.7 Dan Matematika, menurut

    John A. Van De Walle, adalah ilmu tentang pola dan urutan.8  Jadi,

    pembelajaran matematika adalah cara/ proses untuk menjadikan orang

    belajar tentang ilmu pola dan urutan.

    3.  Garis Singgung Lingkaran

    Garis singgung lingkaran adalah garis yang menyinggung sisi lingkaran.

    Sifat garis singgung ini adalah selalu tegak lurus terhadap jari-jari

    lingkaran yang ditarik dari titik singgungnya.9 Garis Singgung Lingkaran

    merupakan salah satu materi dalam KTSP (kurikulum tingkat satuan

    pendidikan) untuk mata pelajaran Matematika yang di pelajari peserta

    didik kelas VIII di tingkat SMP atau sederajat.

    4.  Strategi Student Team Heroic Leadership  yang dilengkapi tugas

    terstruktur.

    Strategi Student Team Heroic Leadership  ini merupakan suatu

    pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik

    menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, dengan

    kegiatan belajar mengajar yang memotivasi peserta didik agar bersikap

    heroik.

    Pembelajaran dengan tugas terstruktur dapat diartikan suatu

    model pembelajaran di mana guru dapat menyuruh peserta didik untuk

    mempelajari lebih dahulu topik yang akan dibahas, menyuruh mencari

    7 Suharso, loc.cit., hlm. 21.8 John A. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga,

    2008), hlm. 13.9  Singgih S. Wibowo,  Matematika Menyongsong OSN SMP, (Yogyakarta : Pustaka

    Pelajar, 2010), hlm. 35.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    24/200

    7

    bukti dari teorema yang harus dipecahkan sendiri maupun berkelompok

    kemudian hasilnya didiskusikan dengan guru.10

     

    Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur

    yang berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan

    didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada

    saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-

    pertanyaan (soal-soal) yang akan diajukan/dilempar pada peserta didik

    kelompok lain. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah

    memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan

    menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut.

    Pertanyaan (soal) tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang

    ditugaskan saat itu.

    F. MANFAAT PENELITIAN 

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah.

    1.  Bagi Peserta Didik.

    a.  Dengan menggunakan strategi pembelajaran Student Team Heroic

     Leadership  dan pemberian tugas terstruktur diharapkan dapat

    membentuk peserta didik yang memiliki jiwa kepemimpinankepahlawanan (heroik) secara akademik.

    b.  Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran

    matematika.

    2.  Bagi Pendidik.

    Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih

    strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.

    3.  Bagi Sekolah.

    Dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah

    dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai

    bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.

    10 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm.262.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    25/200

    8

    4.  Bagi Peneliti.

    Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana

    penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    26/200

    9

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    27/200

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. DESKRIPSI TEORI

    1.  Belajar

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

    memiliki arti: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.11

     Definisi ini

    memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

    kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu

    merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan

    ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan

    belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan

    dan memiliki tentang sesuatu.

    Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan

    mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi

    belajar yang dikutip oleh Sardiman, antara lain sebagai berikut:

    a.  Cronbach memberikan definisi:  Learning is shown by a change in

    behavior as a result of experience. 

    b.  Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to

    imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

    c.  Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of

     practice.12 

    Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni juga menguraikan pengertian

    belajar dari beberapa ahli, di antaranya yaitu:

    a.  Menurut Hilgrad dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain

    knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study;

    2) to fix in the mind or memory;  memorize; 3) to acquire trough

    experience; 4) to become in forme of to find out .

    11  Suharso dan Ana Retnoningsih,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV.Widya Karya, 2009), hlm. 21.

    12 Sardiman,  Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar , (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),hlm. 20.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    28/200

    10

    b.  Morgan dan kawan-kawan, yang menyatakan bahwa belajar adalah

    perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil

    latihan atau pengalaman.

    c.  Woolfolk juga menyatakan bahwa “learning occurs when experience

    causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge or

    behavior ”.13 

    Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya

    beberapa ciri belajar, yaitu:

    a.  Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change

    behavior ). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari

    tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu

    menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil;

    b.  Perubahan perilaku relative permanent . Ini berarti, bahwa perubahan

    tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap

    atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak

    akan terpancang seumur hidup;

    c.  Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

    proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat

    potensial;

    d.  Perubahan tingkah laku merupakan merupakan hasil latihan atau

    pengalaman;

    e.  Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang

    memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk

    mengubah tingkah laku.14

     

    Untuk melengkapi pengertian belajar, Sardiman mengemukakan

    prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa

    prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain:

    a.  Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan

    kelakuannya;

    13 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 13-14.

    14  Ibid ., hlm. 15-16.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    29/200

    11

    b.  Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada

    siswa;

    c.  Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi,

    terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic

    motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan

    rasa tertekan dan menderita;

    d.  Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan

    kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan;

    e.  Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam

    rangka menentukan isi pelajaran;

    f.  Belajar dapat melakukan tiga cara, yaitu:

    1)  Diajar secara langsung;

    2)  Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak

    belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain);

    3)  Pengenalan dan/atau peniruan.

    g.  Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih

    efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan

    lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja;

    h.  Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi

    kemampuan belajar yang bersangkutan;

    i.  Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik

    untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna;

     j.  Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta

    keberhasilan peserta didik, banyak membantu kelancaran dan gairah

    belajar;

    k.  Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,

    sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau

    mengalaminya sendiri.15 

    Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

    dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    15 Sardiman, op.cit., hlm. 24-25.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    30/200

    12

    Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu

    sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

    a.  Faktor internal

    Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu

    dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini

    meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

    1)  Faktor  fisiologis  adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi

    fisik individu.

    2)  Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

    memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

    utama memengaruhi proses belajar adalah:

    a)  Kecerdasan/intelegensi siswa diartikan sebagai kemampuan

    psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

    dengan lingkungan melalui cara yang tepat;

    b)  Motivasi, menurut para ahli sebagai proses di dalam diri

    individu yang aktif, mendorong, memberi arah, dan menjaga

    perilaku setiap saat;

    c)  Minat, yang berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

    atau keinginan yang besar terhadap sesuatu;

    d)  Sikap. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

    berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan

    cara yang relatif tetap terhadap objek, orang peristiwa dan

    sebagainya, baik secara positif maupun negatif;

    e)  Bakat, didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang

    dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

    yang akan datang.

    b.  Faktor eksternal

    Faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi

    dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor nonsosial.

    1)  Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan sosial sekolah,

    lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    31/200

    13

    2)  Lingkungan nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan

    nonsosial adalah:

    a)  Lingkungan alamiah;

    b)  Faktor instrumental;

    c)  Faktor materi pelajaran.16 

    2.  Pembelajaran Matematika

    Belajar mungkin terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh

    aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan

    dan biasanya lebih mudah diamati. Maka dalam berbagai kajian

    dikemukakan bahwa instruction  atau pembelajaran sebagai suatu sistemyang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi

    serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

    mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar peserta didik yang

    internal.17 

    Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa yang belum

    terdidik, menjadi yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang

    sesuatu, menjadi peserta didik yang memiliki pengetahuan. Sebenarnya

    belajar dapat terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai

    dengan terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik. Dalam proses

    pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu

    agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses

    pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang

    terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang

    telah terbukti keunggulannya secara empirik.18

     

    Reigeluth dan Merill yang dikutip Made Wena mengklasifikasikan

    variabel pembelajaran menjadi tiga, yaitu:

    16 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, op.cit., hlm. 19-28.17  Aunurrahman,  Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009),

    hlm.34.18  Ibid ., hlm. 34-35.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    32/200

    14

    a.  Kondisi (conditions) pembelajaran;

    Kondisi pembelajaran merupakan factor-faktor yang memengaruhi

    strategi pembelajaran dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Menurut

    Reigeluth dan Merill yang dikutip oleh Wena, variabel kondisi

    pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (a) tujuan dan

    karakteristik bidang studi, (b) kendala dan karakteristik bidang studi,

    serta (c) karakteristik peserta didik.

    b.  Strategi (methods) pembelajaran;

    Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk

    mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang

    berbeda. Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga,

    yaitu:

    1)  Strategi pengorganisasian (organizational strategy);

    2)  Strategi penyampaian (delivery strategy); dan

    3)  Strategi pengelolaan (management strategy).

    c.  Hasil (outcomes) pembelajaran.

    Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai

    indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah

    kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan

    menjadi tiga, yaitu:

    1)  Keefektifan (effectiveness);

    2)  Efisiensi (efficiency), dan

    3)  Daya tarik (appeal).19 

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan

    sebagai ilmu tentang bilangan antara bilangan, dan prosedur operasional

    yang digunakan di penyelesaian masalah mengenai bilangan.20

     Matematika,

    menurut Russefendi sebagaimana dikutip oleh Heruman, adalah bahasa

    simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif;

    ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari

    19  Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu TinjauanKonseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 3-6.

    20 Suharso dan Ana Retnoningsih, op.cit., hlm. 313.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    33/200

    15

    unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

    postulat, dan akhirnya ke dalil.21

      Sedangkan hakikat matematika menurut

    Soejadi yang dikutip oleh Heruman, yaitu memiliki objek tujuan abstrak,

    bertumpu pada kesepakatan, yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu

    pada kesepakatan.22

     

    Jadi pembelajaran matematika merupakan suatu sistem yang

    bertujuan dan berupaya untuk membantu proses belajar peserta didik dalam

    mata pelajaran matematika.

    3.  Keterampilan Proses

    Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-mengajar yangmengarah pada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan

    sosial yang mendasar untuk penggerak kemampuan-kemampuan proses

    adalah cara memandang peserta didik sebagai menusia seutuhnya. Cara

    memandang ini diterjemahkan dalam kegiatan belajar mengajar yang

    sekaligus memperhatikan pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan.

    Ketiga ranah itu berkaitan dalam diri peserta didik dan tampil dalam

    bentuk kreativitas.

    a.  Tujuan dan lingkup kegiatanKeterampilan proses bertujuan mengembangkan kreativitas siswa dalam

    belajar, sehingga siswa secara aktif dapat mengolah dan

    mengembangkan hasil perolehannya (hasil belajarnya).

    b.  Asas pelaksanaan kegiatan

    Kegiatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai

    berikut:

    1)  Harus sesuai dan selalu berpegang kepada tujuan kurikuler dan

    tujuan pengayaan.

    2)  Berasumsi bahwa setiap siswa memiliki kemampuan atau potensi

    sesuai dengan kodratnya.

    21  Heruman,  Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar , (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 1.

    22  Ibid .

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    34/200

    16

    3)  Memberi kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk

    mengungkapkan perasaan dan pikiran.

    4)  Mengupayakan agar pembinaan mengarah pada kemampuan siswa

    untuk mengolah perolehannya.

    c.  Bentuk pelaksanaan kegiatan

    Pelaksanaan kegiatan dapat secara perorangan atau kelompok. Bentuk

    pelaksanaan kegiatan keterampilan adalah mengamati, menggolongkan

    (mengklasifikasi), menafsirkan (menginterpretasikan), meramalkan

    (memprediksi), menerapkan, merencanakan penelitian, dan

    mengkomunikasikan. Ketujuh keterampilan proses tersebut tidak

    berurutan secara hirarkis, karena keterampilan proses bukanlah

    langkah-langkah, tetapi sejumlah keterampilan yang perlu dibina dan

    dikembangkan sejak kanak-kanak.23

     

    Menurut Suryosubroto, pengembangan keterampilan proses itu

    memerlukan kemampuan guru untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

    siswa serta mengorganisasi kelas. Untuk itu guru secara mandiri diminta

    untuk mengembangkan kemampuannya agar proses belajar mengajar yang

    mengembangkan keterampilan itu dapat berhasil.24 

    Sedangkan menurut Syah dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya,

    yang dimaksud keterampilan proses adalah kemampuan melakukan pola-

    pola tingkah laku proses aktif yang kompleks dan tersusun secara mulus dan

    sesuai dengan keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai

    hasil tertentu. Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya

    meliputi gerakan motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi

    mental yang bersifat kognitif.25 

    23  Eti Ismawati, Perencanaan Pengajaran Bahasa, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),hlm. 193-195.

    24  B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2009), hlm. 62.

    25  Sukestiyarno dan Budi Waluya, Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Membentuk Mahasiswa menjadi Matematikawan yang Filsafati melalui Pembelajaran Filsafat

     Ilmu dengan Strategi Student Team Heroic Leadership, (Semarang: Laporan Teaching Grant Pend.Matematika UNNES, 2006), hlm. 8.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    35/200

    17

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses

    disini adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan

    suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi

    mental yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis

    strategi pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh suatu

    keterampilan tertentu secara optimal. Oleh karena itu keterampilan proses

    disini akan menjadi ciri kekhasan suatu rancangan strategi pembelajaran

    dari mulai rancangan awal strategi diterapkan, proses, akibat/dampak yang

    dihasilkan, hingga menutup strategi tersebut.

    4.  Hasil BelajarPenilaian Menurut John Galen Saylor,  Evaluation is implied in the

    very process of planning for it is the act of placing a value on something, of

    determining its merits.26  Penilaian adalah penyiratan dari proses

    perencanaan, penentuan nilai dari proses yang telah berlangsung.

    Hasil belajar peserta didik pada pelajaran merupakan hasil kegiatan

    dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari

    perlakuan atau pembelajaran yang di lakukan peserta didik.27

     

    Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yangdimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.

    28Sedangkan

    menurut Dimyati hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

    belajar dan tindak mengajar yang diakhiri adanya proses evaluasi hasil

    belajar.29 

    Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian adalah proses yang

    telah direncanakan untuk mengetahui berhasil tidaknya sesuatu yang telah

    dilaksanakan.

    26 John Galen Saylor , Curriculum Planning for Better Teaching and Learning, (Canada:Published simultaneously, tth), hlm. 316

    27 Hamzah. B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 139.28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar , (Bandung: Remaja ROSDA Karya,

    2002), hlm. 22.29  Dimyati dan Mudjiono , Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),

    hlm. 3.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    36/200

    18

    Penilaian Hasil belajar dapat menggunakan instrumen test yang

    dapat mengindikasikan peningkatan kapasitas atau perolehan pengetahuan

    peserta didik setelah mengikuti pelatihan.30

     

    5.  Ketuntasan Belajar

    Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila

    kompetensi dasarnya dapat tercapai. Keberhasilan proses belajar mengajar

    dapat dilihat dari efektivitas dan ketuntasannya.

    Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian

    taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan

    pembelajaran setiap satuan pelajaran.

    31

     Pada penelitian ini, ketuntasan belajar yang dimaksud adalah

    ketuntasan belajar keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik.

    6.  Pembelajaran Kooperatif

    Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam

    mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, peserta didik secara

    individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota

    kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil

    dalam pengajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk

    memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam

    kelompok tersebut.32 

    Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin mengatakan bahwa

    cooperative  learning  adalah suatu model pembelajaran di mana siswa

    belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif,

    dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya

    dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada

    30 Hamzah B. Uno , op.cit., hlm. 70.31  Hartutik,  Efektifitas Pembelajaran Biologi SMA dengan Pendekatan Jelajah Alam

    Sekitar (JAS) Berdasar Analisis SWOT dalam kemasan CD Interaktif . (Semarang: Tesis ProgramPascasarjana Prodi Pend. IPA UNNES, 2006), hlm. 20.

    32 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 4.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    37/200

    19

    kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun

    secara kelompok.33

     

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

    menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi peserta

    didik bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik.

    Menurut Lie  sebagaimana dikutip Wena, pembelajaran kooperatif adalah

    sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

    bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang

    terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.34

     

    Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai

    berikut:

    a.  Pembelajaran secara tim;

    b.  Didasarkan pada manajemen kooperatif;

    c.  Kemauan untuk bekerja sama;

    d.  Keterampilan bekerja sama.35 

    Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya

    terdapat prinsip-prinsip yang merupakan ketentuan pokok dalam

    pembelajaran kooperatif, yaitu:

    1)  Saling ketergantungan positif ( positive interdependence);

    2)  Interaksi tatap muka ( face to face promotion interaction);

    3)  Tanggung jawab perorangan (individual accountability), dan

    4)  Partisipasi dan komunikasi ( participation communication).36 

    Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pengajaran

    yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu

    ditunjukkan tabel berikut.

    33 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: theory, research, and practice, terj. NarulitaYusron (London: Allymand Bacon, 2005), hlm. 8.

    34 Made Wena, op.cit., (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 189-190.35  Wina Sanjaya,  Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,

    (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 244-246.36  Ibid., hlm. 246-247.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    38/200

    20

    Tabel 2.1

    Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

    Fase Tingkah Laku Guru

    Fase-1

    Menyampaikan tujuan dan

    memotivasi peserta didik

    Guru menyampaikan semua tujuan

    pelajaran yang ingin dicapai pada

    pelajaran tersebut dan memotivasi peserta

    didik belajar.

    Fase-2

    Menyajikan informasi

    Guru menyajikan informasi kepada peserta

    didik dengan jalan demonstrasi atau lewatbahan bacaan.

    Fase-3

    Mengorganisasikan peserta

    didik ke dalam kelompok

    kooperatif

    Guru menjelaskan kepada peserta didik

    bagaimana caranya membentuk kelompok

    belajar agar melakukan transisi secara

    efisien.

    Fase-4

    Membimbing kelompok

    bekerja dan belajar

    Guru membimbing kelompok belajar pada

    saat mereka mengerjakan tugas mereka.

    Fase-5

    Evaluasi

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

    materi yang telah dipelajari atau masing-

    masing kelompok mempresentasikan hasil

    kerjanya.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    39/200

    21

    Fase-6

    Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk menghargai

    baik upaya maupun hasil belajar individu

    dan kelompok.37

     

    Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

    utama pembelajaran kooperatif ini sebenarnya telah disinggung oleh Al-

    Qur’an pada surat Al Maidah ayat 2, yakni:

     . 

    “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

     pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

    amat berat siksa-Nya.”38 

    7.  Strategi Pembelajaran

    Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis

    besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

    ditentukan.39

     Strategi berarti, pola umum perbuatan peserta didik di dalam

    perwujudan kegiatan belajar mengajar, di mana satu komponennya ialah

    pengajar yang mendukung filosofi tentang pendidikan dan pengajaran, serta

    kompetensi dalam teknik penyajian, kebiasaan dan lain-lain.40 

    Strategi di sini berbeda dengan metode, metode berkaitan langsung

    antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran. Sedangkan strategi

    berfungsi mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam

    pembelajaran. Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam

    37 Trianto,  Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasiya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010),hlm. 66-67.

    38 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993),hlm. 157.

    39 Syaiful Bahri Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2002), hlm. 192.

    40 Roestiyah H.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.vii.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    40/200

    22

    pemakaian metode dalam kegiatan belajar mengajar serta memotivasi siswa

    untuk belajar dengan baik.41

     

    Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru

    dalam mengajar.42

      Melalui strategi pembelajaran guru dapat membantu

    peserta didik agar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga

    tujuan pembelajaran afektif, kognitif dan psikomotorik dapat tercapai.

    Gambaran strategi dalam pembelajaran dalam Al-Qur’an tertuang

    dalam surat Yunus ayat 57, sebagai berikut:

       

     “ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

     petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”43 

    Dari ayat di atas menerangkan bahwasanya seorang guru harus

    mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan

    proses belajar mengajar.

    Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

    pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan

    dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik

    peserta didik, serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran

    tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik

    pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi semuanya sama

    efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan

    kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.44 

    Walaupun secara teoritis seorang guru telah paham tentang langkah-

    langkah operasional suatu strategi pembelajaran. Namun, belum tentu

    seorang guru akan mampu berhasil menerapkan strategi tersebut dalam

    41  Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM   (Semarang :Media Group, 2008) , hlm. 25.

    42 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. BumiAksara, 2007), hlm. 67.

    43 Depag RI, op.cit ., hlm. 315.44 Hamzah B. Uno, op.cit ., hlm. 7-8.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    41/200

    23

    pelaksanaan pembelajaran di kelas. Keberhasilan guru menerapkan suatu

    strategi pembelajaran, sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis

    kondisi pembelajaran yang ada, di antaranya adalah sebagai berikut.

    a.  Tujuan pembelajaran, yang mencakup tujuan pembelajaran ranah

    kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Adanya perbedaan

    tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada adanya perbedaaan

    strategi pembelajaran yang harus diterapkan.

    b.  Karakteristik siswa

    Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat

    pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, kemampuan awal, gaya belajar,

    kepribadian, dan sebagainya.

    c.  Kendala sumber/media belajar

    Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari

    pengirim ke penerima pesan. Ketersediaan sumber belajar sangat

    memengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan penerapan strategi

    pembelajaran bahwa setiap strategi pembelajaran digunakan untuk

    materi/isi pembelajaran tertentu, dan membutuhkan media/sumber

    belajar tertentu.

    d.  Karakteristik/struktur bidang studi

    Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara

    bagian-bagian suatu bidang studi. Perbedaan struktur bidang studi

    membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula.45 

    8.  Tugas Terstruktur

    Pembelajaran dengan tugas terstruktur dapat diartikan suatu model

    pembelajaran di mana guru dapat menyuruh peserta didik untuk

    mempelajari lebih dahulu topik yang akan dibahas, menyuruh mencari bukti

    dari teorema yang harus dipecahkan sendiri maupun berkelompok kemudian

    hasilnya didiskusikan dengan guru.46  Pada pembelajaran dengan tugas

    45 Made Wena, op.cit ., hlm. 14-17.46 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :

    Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm.262.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    42/200

    24

    terstruktur guru harus memperhatikan individu peserta didik baik dari segi

    intelegensi maupun kemampuan kerja. Dalam kondisi semacam ini guru

    harus selalu siap menampung keluhan atau kesulitan peserta didik yang

    ditemukan pada saat menyelesaikan tugas.

    Tugas ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu

    program pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan guru,

    untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pelajaran itu, dalam hal ini

    adalah pembelajaran matematika garis singgung lingkaran.

    Tujuan penggunaan tugas terstruktur di antaranya:

    a.  Membimbing peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam menerima

    materi;

    b.  Mendidik peserta didik mengenai bagaimana cara mempelajari sesuatu;

    c.  Untuk mendidik atau memperluas bahan oleh karena adanya

    keterbatasan waktu tatap muka;

    d.  Mendidik peserta didik agar dapat menyelesaikan tugas dengan penuh

    rasa tanggung jawab sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama;

    e.  Mengembangkan kecakapan peserta didik khususnya dan intelegensi

    pada umumnya.47 

    Ada beberapa kelebihan penggunaan tugas terstruktur, antara lain:

    a.  Mengembangkan rasa tanggung jawab peserta didik;

    b.  Mempunyai tujuan yang jelas;

    c.  Memperhatikan perbedaan individual;

    d.  Mempererat hubungan guru dengan peserta didik.48 

    Pada penelitian ini tugas terstruktur yanag dimaksud disajikan

    dalam bentuk modul. Menurut Russel, sebagaimana dikutip Wena, modul

    sebagai suatu paket pembelajaran yang berisi satu unit konsep tunggal.49

     

    Sedangkan Houston & Howson mengemukakan sebagaimana dikutip Wena,

    modul pembelajaran meliputi seperangkat aktivitas yang bertujuan

    mempermudah peserta didik untuk mencapai seperangkat tujuan

    47 Mohamad Hardjoko, op.cit., hlm. 24.48  Ibid. 49 Made Wena, op.cit., hlm. 230.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    43/200

    25

    pembelajaran.50  Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dilihat unsur-

    unsur sebuah modul pembelajaran yaitu:

    a.  Modul merupakan seperangkat pengalaman belajar yang berdiri sendiri;

    b.  Modul dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik mencapai

    seperangkat tujuan yang telah ditetapkan;

    c.  Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain

    secara hierarkis.51 

    Modul adalah satuan program belajar-mengajar terkecil yang secara

    garis besar berisikan:

    a.  Berbagai tujuan instruksional umum yang akan ditunjang

    pencapaiannya;

    b.  Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar;

    c.  Berbagai tujuan instruksional khusus;

    d.  Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan;

    e.  Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang

    lebih luas;

    f.  Peran guru dalam proses belajar-mengajar;g.  Lembaran-lembaran kerja yang harus disempurnakan atau dijawab oleh

    siswa; dan

    h.  Program penilaian yang perlu dilaksanakan secara terus menerus

    sehingga merupakan umpan balik secara langsung terhadap proses

    belajar mengajar.52 

    9.  Strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi

    Tugas Terstuktur 

    Pada penelitian ini, penulis memilih strategi pembelajaran dengan

    nama Student Team Heroic Leadership. Student Team  merupakan bagian

    50  Ibid. 51  Ibid. 52  Oemar Hamalik,  Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2008), hlm. 224-225.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    44/200

    26

    dari pembelajaran kooperatif (pembelajaran kelompok kecil). Menurut

    Slavin, dalam student team  peserta didik ditempatkan dalam kelompok

    belajar beranggotakan 4 sampai 6 orang yang merupakan campuran menurut

    tingkat kerja, jenis kelamin, dan suku. Di dalam kelompok, peserta didik

    diberi tugas untuk berdiskusi dan pada akhirnya diberi tes secara individual

    untuk penjajagan.53 Sedangkan pengertian heroic leadership (kepemimpinan

    berjiwa pahlawan), menurut Lowney sebagaimana dikutip Sukestiyarno dan

    Budi Waluya, menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang bersifat

    memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Sedangkan pendekatan

    gaya kepemimpinan menurutnya adalah gaya kepemimpinan yang melawan

    arus, kebanyakan model kepemimpinan kontemporer.54 

    Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa:

    a.  Kita semua adalah pemimpin sepanjang waktu. Terkadang

    kepemimpinan dilaksanakan dengan cara langsung, dramatis, dan jelas

    nyata, yang lebih sering dengan cara halus, dan sulit diukur;

    b.  Kepemimpinan muncul dari dalam bukan apa yang kita lakukan (what

    we do) melainkan siapa kita (who we are). Bagi seorang pemimpin, alat

    kepemimpinan yang paling menarik perhatian ialah siap dirinya.

    Seorang pribadi yang memahami apa yang dianggapnya bernilai atau

    apa yang diinginkannya, dan memandang dunia secara konsisten;

    c.  Kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup. Kepemimpinan

    bukan tugas yang dapat dikesampingkan sewaktu pulang rumah

    melainkan memerlukan suatu perilaku yang cocok tergantung dari cara

    kita bertindak. Dengan kita mengetahui apa yang dianggap bernilai dan

    apa yang ingin dicapai, ia mengorientasikan dirinya pada lingkungan

    yang baru sembari berkeyakinan beradaptasi;

    d.  Kepemimpinan berlangsung terus menerus. Kepemimpinan pribadi

    merupakan sebuah kerja tanpa akhir dan bersumber pada pemahaman

    53  Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, (U.S.America : Allyn & Bacon, 1995), p.5.

    54 Sukestiyarno dan Budi Waluya, op.cit., hlm.9.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    45/200

    27

    diri yang tumbuh. Pemimpin yang kuat menikmati peluang untuk terus

    belajar tentang diri sendiri dan dunia serta menatap ke depan.55

     

    Kesadaran kepahlawanan dalam gaya kepemimpinan heroic 

    menurut Lowney sebagaimana dikutip oleh Sukestiyarno dan Budi Waluya

    dijelaskan meliputi hal-hal sebagai berikut:

    a.  Kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan

    menambah keterampilan pribadi secara terus menerus;

    b.  Kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat dipakai

    sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri;

    c.  Kesadaran untuk mengambil nilai manfaat dari apa yang telah

    dipelajari;

    d.  Kesadaran untuk menentukan pendirian sebagai pandangan hidup yang

    rela berkorban;

    e.  Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan

    ambisi heroik.56

     

    Al-Qur’an menerangkan tentang kepemimpinan, yang dijelaskan

    dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 73, sebagai berikut:

        “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yangmemberi petunjuk kepada perintah Kami dan telah Kami wahyukan

    kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,

    menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu

    menyembah.”57 

     

    Jadi pembelajaran matematika dengan strategi student team heroic

    leadership dan pemberian tugas terstruktur merupakan suatu pembelajaran

    yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapakelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang. Pada pelaksanaannya, setiap

    peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi uraian

    55  Ibid. 56  Ibid ., hlm.10.57 Depag RI, op.cit., hlm. 504.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    46/200

    28

    materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas

    (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta didik

    diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan

    diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada saat

    kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi.

    Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal)

    yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai

    review untuk materi yang ditugaskan saat itu. Pada kelompok tersebut setiap

    individu memerankan sebagai pemimpin yang mempunyai semangat

    kepahlawanan akademik. Pembelajaran dengan menerapkan strategi

    kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran

    diri bahwa peserta didik baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya

    merasa dirinya adalah pemimpin yang mempunyai sifat heroik.

    Dimaksudkan bahwa setiap peserta didik merasa dirinya adalah pemimpin

    yang menyadari siapa dirinya dalam memilih cara hidup pandang, sadar

    akan dirinya mau mengembangkan potensi menambah keterampilan,

    melihat kelemahan, dan mengambil nilai.

    10.  Strategi Pembelajaran EkspositoriStrategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

    menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

    guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat

    menguasaia pelajaran secara optimal. Roy Killen dalam Wina Sanjaya

    menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran

    langsung (direct instruction). Karena dalam strategi ini materi pelajaran

    disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan

    materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

    Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori, yaitu sebagai

    berikut.

    a.  Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi

    pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    47/200

    29

    utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang

    mengidentikkannya dengan ceramah.

    b.  Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran

    yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang

    harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

    c.  Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu

    sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan

    dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan

    kembali materi yang telah diuraikan.58

     

    11.  Garis Singgung LingkaranC

    Bg 

    g ’

    A

    D

    O

     

    Gambar 2.1

    Perhatikan gambar 2.1 di atas!

    Pada gambar di atas tampak salah satu diameter, yaitu garis .

    Garis g adalah garis yang memotong lingkaran di A dan B serta tegak lurus

    garis tengah . Bila garis g  digeser terus ke bawah dengan tetap

    membentuk sudut siku dengan garis tengah sedemikian, sehingga

    memotong lingkaran di satu titik yaitu titik D, garis yang demikian (garis g’)

    disebut garis singgung. Sedangkan perpotongannya (titik  D) disebut titik

    singgung.59

     

    Jadi, garis singgung lingkaran adalah:

    58  Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 179.

    59 Asyono, Matematika Kelas VIII SMP & MTs, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 2005),hlm.183.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    48/200

    30

    a.  Suatu garis lurus yang memotong lingkaran pada satu titik;

    b.  Suatu garis yang tegak lurus pada garis tengah lingkaran yang ditarik

    melalui titik singgung;

    c.  Sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui titik pusat dan garis

    singgung lingkaran adalah 90˚.

    Panjang garis singgung yang ditarik dari titik di luar lingkaran dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini.  AB merupakan garis singgung lingkaran

    yang menyinggung lingkaran di titik B. Maka AB tegak lurus terhadap OB.

     A

     B

    O

     

    Gambar 2.2

    (Teorema Pythagoras)

    Jadi,Suatu garis singgung dapat ditarik dari suatu titik T  di luar lingkaran

    seperti tampak pada gambar 2.3 di bawah ini:

    3 cm

    3 cm

    5 cmT

    A

    B

    O

     

    Gambar 2.3

    Bila panjang cm dan jari-jari lingkaran 3 cm, tentukan

    panjang garis singgung dan !

    Penyelesaian :

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    49/200

    31

    Perhatikan segitiga siku-siku OAT   yang bertitik siku di titik  A, sehingga

    berlaku dalil Pythagoras:

    Atau

    cm

    Selanjutnya, karena juga merupakan segitiga siku-siku yang bertitik

    siku di titik siku di titik B, maka berlaku juga dalil Pythagoras:

    Atau

    cm

    Dari hasil di atas ternyata cm.

    Jadi, dua garis singgung lingkaran yang ditarik dari suatu titik di luar

    lingkaran adalah sama panjang.60 

    Garis singgung persekutuan dua lingkaran yang meliputi garissinggung persekutuan dalam dan garis singgung persekutuan luar. Untuk

    memahami, perhatikan gambar berikut:

    O

    A

    B

    T

    D

    C  

    Gambar 2.4(a)

    60  Ibid., hlm. 185.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    50/200

    32

    O

    R

    P

    S

    Q

    T

     

    Gambar 2.4(b)

    Keterangan gambar garis singgung persekutuan dua lingkaran:

    •  Pada gambar (a) dan disebut garis singgung persekutuan luar.

    disebut garis sentral, , dan // .

    •  Pada gambar (b) dan disebut garis singgung persekutuan dalam.

    disebut garis sentral, , dan // .61 

    62 

    61  Ibid., hlm. 188.62  Ibid ., hlm. 191-192.

    Jika dua buah lingkaran berjari-jari  R dan r , dan jarak kedua titik

    pusat lingkaran panjangnya d , maka panjang garis singgung

    persekutuan luar adalah:

    Jika dua buah lingkaran berjari-jari  R dan r , dan jarak kedua titik

    pusat lingkaran panjangnya d , maka panjang garis singgung

    persekutuan luar adalah:

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    51/200

    33

    B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    Adapun beberapa penelitian yang berkaitan dengan strategi Student

    Team Heroic Leadership dan pemberian tugas terstruktur, antara lain:

    a.  Skripsi yang disusun oleh Leni Ambarwati (2101407133) mahasiswa

    Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, yang

    berjudul “Keefektifan Metode Student Team Heroic Leadership (STHL)

    dengan pemberian Tugas Terstruktur dan Metode Student Team Heroic

     Leadership dengan Compact Disc (CD) terhadap Hasil Belajar

     Matematika dalam Materi Pokok Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMPN

    30 Semarang.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah

    ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang memperoleh metode STHL

    (dengan pemberian tugas terstruktur dan berbantuan CD) dengan metode

    ekspositori, (2) apakah hasil belajar matematika siswa dengan metode

    STHL dengan pemberian tugas terstruktur lebih baik daripada metode

    ekspositori, (3) apakah hasil belajar matematika siswa dengan metode

    STHL dengan berbantuan CD lebih baik daripada metode ekspositori, (4)

    apakah hasil belajar matematika siswa dengan metode STHL dengan

    pemberian tugas lebih baik daripada metode STHL dengan berbantuan

    CD. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat

    perbedaan hasil antar siswa yang memperoleh metode STHL dengan

    pemberian tugas terstruktur dan berbantuan CD dengan pembelajaran

    ekspositori, (2) hasil belajar matematika siswa dikenai metode STHL

    dengan pemberian tugas terstruktur (76,82) lebih baik dari pada metode

    ekspositori (63,50), (3) hasil belajar matematika siswa yang dikenai

    metode STHL dengan berbantuan CD (72,34) lebih baik daripada metode

    ekspositori (63,50), (4) hasil belajar metematika siswa yang dikenai

    metode STHL dengan pemberian tugas terstruktur (76,82) lebih baik

    daripada metode STHL dengan berbantuan CD (72,34).63 

    63  Leni Ambarwati,  Keefektifan Metode Student Team Heroic Leadership (STHL)dengan pemberian Tugas Terstruktur dan Metode Student Team Heroic Leadership dengan

    Compact Disc (CD) terhadap Hasil Belajar Matematika dalam Materi Pokok Bangun Ruang

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    52/200

    34

    b.  Skripsi yang disusun oleh Mohamad Hardjoko (4114990034) mahasiswa

    Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas

    MIPA Universitas Negeri Semarang, yang berjudul “Keefektifan Problem

    Posing dan Tugas Terstruktur pada Pembelajaran Mata Kuliah

    Probabilitas pada Mahasiswa Semester 1 D3 Statistika Terapan dan

    Komputasi Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2002/2003.”

    Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa pembelajaran pada

    mata kuliah pengantar probabilitas pada Mahasiswa Semester 1 D3

    Statistika Terapan dan Komputasi Jurusan Matematika Universitas Negeri

    Semarang lebih efektif apabila menggunakan problem posing dan tugas

    terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

    . Hal ini berarti bahwa hasil belajar

    mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan problem posing dan tugas

    terstruktur pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas control.64

     

    c.  Skripsi yang disusun oleh Desy Rikha Setyanty (4101403575) mahasiswa

    Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas

    MIPA Universitas Negeri Semarang, yang berjudul “ Efektifitas

    Pembelajaran Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team

     Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik

    Kelas VIII SMP N 15 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pembelajaran matematikan Bangun Ruang dengan Strategi Student Team

     Heroic Leadership  yang dilengkapi Tugas Terstruktur (1) mencapai

    ketuntasan belajar keterampilan proses 70 dan ketuntasan hasil belajar 68,

    (2) keterampilan proses dengan strategi Student Team Heroic Leadership

    yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positif terhadap

    pencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 83,8%, dan (3) hasil

    belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi

    Siswa Kelas VIII SMPN 30 Semarang, skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, (Semarang :Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2009) hlm. ii.

    64  Mohamad Hardjoko,  Keefektifan Problem Posing dan Tugas Terstruktur padaPembelajaran Mata Kuliah Probabilitas pada Mahasiswa Semester 1 D3 Statistika Terapan dan

    Komputasi Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2002/2003, skripsi Program StudiPendidikan Matematika, (Semarang : Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2005), hlm. 8.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    53/200

    35

    Tugas Terstruktur lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran

    ekspositori.65

     

    Dari skripsi yang pertama membahas keefektifan metode student team

    heroic leadership dengan pemberian tugas terstruktur dan metode student team

    heroic leadership  dengan compact disc (CD) yaitu dengan dua kelas

    eksperimen yang berbeda dengan skripsi ini, yaitu hanya dengan satu kelas

    eksperimen dengan strategi student team heroic leadership dengan pemberian

    tugas terstruktur. Perbedaan dengan skripsi yang kedua adalah dari segi strategi

    yang berbeda, tetapi dengan penunjang yang sama yaitu tugas terstruktur, yang

    dibahas di skripsi kedua adalah keefektifan  Problem Posing dan Tugas

    Terstruktur. Sedangkan perbedaan untuk skripsi yang ketiga lebih bertolak

    pada materi yang dibahas dan populasinya.

    C. KERANGKA BERPIKIR

    Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

    dipisahkan satu sama lain. Belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku

    dalam rangka pemuasan kebutuhan berdasarkan pemikiran, pengalaman, dan

    latihan.66

      Sedangkan mengajar berarti merupakan suatu proses yang ditandai

    dengan timbulnya kegiatan siswa belajar.67

     Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sering dihadapkan oleh

    berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu peserta didik

    harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian

    dan langkah pemecahan masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala

    masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah, peserta didik dapat belajar

    memecahkannya. Materi Garis Singgung Lingkaran merupakan materi yang

    mencakup kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Strategi

    Student Team Heroic Leadership  merupakan strategi yang dapat mendidik

    65 Desy Rikha Setyanty, Efektifitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang denganStrategi Student Team Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik

    Kelas VIII SMP N 15 Semarang,  skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, (Semarang :Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2007), hlm. ii.

    66  Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar , (Yogyakarta: SUKSES Offset,2009), hlm.13

    67  Ibid ., hlm.19

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    54/200

    36

    peserta didik berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar

    dari suatu masalah yang dihadapi, dapat belajar menganalisis suatu masalah

    serta dapat membuat peserta didik memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik.

    Pembelajaran matematika Garis Singgung Lingkaran dengan strategi

    Student Team Heroic Leadership  yang dilengkapi tugas terstruktur akan

    dilakukan sebagai berikut. Pada kegiatan ini akan mencobakan suatu

    pembelajaran yang dapat melatih menumbuhkan semangat peserta didik untuk

    menyelesaikan masalah. Bentuk kegiatannya akan menerapkan prinsip

    kepahlawanan (heroik), di mana sifat tersebut dipresentasikan atau ditunjukkan

    untuk menghadapi diskusi antar kelompok menyelesaikan modul tutorial

    seperti tersebut di atas. Diskusi kelompok tersebut mengkompetisikan

    pencarian pemecahan masalah. Menurut Lowney sebagaimana dikutip oleh

    Sukestiyarno dan Budi Waluya, bahwa setiap individu adalah pemimpin

    sepanjang waktu, kepemimpinan muncul dari dalam, bukan apa yang dilakukan

    (what we do) melainkan siapa kita (who we are), dan kepemimpinan bukan

    suatu tindakan tetapi cara hidup. Sedangkan gaya kepemimpinan heroik adalah

    memiliki sifat kesadaran diri untuk menambah keterampilan, memahami

    kelemahan guna memperbaiki konsep diri, mengambil nilai manfaat, dan

    menentukan pendirian. Jiwa kepahlawanan ditunjukkan dengan menyemangati

    diri sendiri dan menyemangati orang lain dengan ambisi heroik.68 

    Latihan dengan gaya kepemimpinan heroik dalam diskusi ini

    dikenakan pada pembahasan setiap tugas terstruktur dalam bentuk modul (bisa

    dikerjakan di rumah). Pembelajaran yang dilakukan dengan membagi peserta

    didik menjadi beberapa kelompok dengan 4 atau 5 anggota. Dalam tiap

    kelompok akan diberi masalah berupa soal untuk dikompetensikan pada intern

    kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan maka peserta didik yang

    mampu harus mau berjiwa heroik, dia mau membantu mensosialisasikan ke tim

    kelompoknya. Setiap peserta didik bertanggung jawab dalam kelompoknya.

    Setiap tim ditanamkan jiwa heroik yakni sifat saling membantu dengan suka

    rela.

    68 Sukestiyarno, op.cit., hlm. 10.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    55/200

    37

    Dengan melakukan strategi pembelajaran sesuai skenario di atas

    diharapkan setiap peserta didik akan aktif, mandiri serta mengalami sendiri

    aktivitasnya. Pengamatan keterampilan proses selama pembelajaran akan

    tampak jelas dan dapat diamati dalam lembar pengamatan. Jika keterampilan

    proses seseorang menunjukkan adanya perkembangan, maka akan dapat

    memberikan kontribusi yang baik, yaitu peningkatan hasil belajar. Pada

    akhirnya apabila diberikan tes hasil belajar maka hasil belajar yang dicapai

    kelas eksperimen yang menggunakan strategi Student Team Heroic Leadership 

    dan pemberian tugas terstruktur diharapkan akan lebih baik dibandingkan kelas

    kontrol.

    D. HIPOTESIS

    Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara dan bersifat

    teoritis.69 Dalam metode penelitian, hipotesis merupakan alat yang mempunyai

    kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari

    teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan

    dengan teori yang relevan.70  Apabila peneliti telah mendalami permasalahan

    penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggaran dasar, maka

    kemudian membuat suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diujihipotesis.

    71 Hipotesa merupakan sarana penelitian ilmiah, dan instrument kerja

    dari teori.72 

    Berdasarkan kerangka berfikir dengan skenario seperti tersebut di atas

    dapatlah dimunculkan hipotesis tindakan sebagai berikut:

    1.  Pembelajaran matematika garis singgung lingkaran dengan strategi Student

    Team Heroic Leadership  yang dilengkapi tugas terstruktur efektif untuk

    mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar);

    69  Sukardi,  Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya), (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 41.

    70  Ibid. 71 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka cipta, 2002), hlm. 64.72 Sofian Efendi, Unsur-Unsur Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 1995), hlm. 43.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    56/200

    38

    2.  Keterampilan proses strategi pembelajaran Student Team Heroic

     Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap

    hasil belajar peserta didik.

    3.  Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika garis singgung

    lingkaran dengan strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership

    dan pemberian tugas terstruktur lebih efektif daripada strategi

    pembelajaran ekspositori.

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    57/200

    39

  • 8/19/2019 kusuma ningtyas

    58/200

    37

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A.  TUJUAN PENELITIAN

    Tuju