Upload
scholastica-risty
View
69
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
prenentive dentistry
Citation preview
KLASIFIKASI MALOKlUSI
• Klasifikasi Angle yang paling luas
digunakan di dunia
• Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi
lengkung geligi dalam jurusan sagital.
• Kunci klasifikasi Angle pada relasi molarpertama permanen.
kekurangan kelasifikasi Angle:
1. Bila M1 bergeser karena molar sulunghilang prematur ------> relasi molar yangada bukan relasi molar yang sebenarnyasebelum terjadi pergeseran.
2. Bila molar pertama permanen dicabutberarti tidak ada relasi molar.
3. Ada kemungkinan relasi M1 kanan tidaksama dengan relasi M1 kiri.
4. Sulit menetapkan garis batas dengantegas antara kelas I dengan kelaslainnya.
Di Inggris digunakan juga kelasifikasi insisivi
yang mempunyai kemiripan dengan
klasifikasi Angle.
Maloklusi Kelas l Angle:
• Kasus kelas I biasanya menguntungkan
dan keadaan ini tidak berubah dengan
adanya pertumbuhan wajah.
• Gigitan terbuka skeletal -------> maloklusi
yang parah karena kompensasi
dentoalveolar tidak dapat menyamai
pertumbuhan tinggi muka anterior.
• Pola jaringan lunak pada kasus kelas I
biasanya menguntungkan dan tidak
penghambat tujuan perawatan
• Over bite yang tidak sempurna kerana
kebiasaan mengisap jari akan berkurang
dengan sendirinya kecuali bila disertaicara penelanan yang salah.
• Kasus bimaksila bibir dapat terletak
everted dan keadaan ini merupakan faktor
penting yang menentukan letak gigi.
• Displacement mandibula ----> disebabkan
gigi yang terletak kurang baik sehingga
path of closure perlu diperhatikan padaawal pemeriksaan.
Maloklusi Kelas ll Divisi l Angle:
• Menunjukkan kelainan relasi lengkung
geligi dengan jarak gigit besar
• Insisive atas biasanya protrusi
• Tumpang gigit dalam &sering tidak
sempurna karena adanya kebiasaan
menelan / mengisap jari.
• Bila tidak ada kehilangan prematur gigi
sulung -----> relasi gigi posterior kelas II-----> pola skelet.
• Pola bibir sangat penting karena stabilitas
pengurangan jarak gigit tergantung pada
seal yang didapatkan dari bibir, juga bibir
mengontrol letak insisivi atas.
• Morfologi bibir sangat menentukan pola
menelan / kebiasaan menelan.
Maloklusi Kelas ll Divisi 2 Angle:
• Kasus ringan, baik fungsi maupun profil
muka tampak baik.
• Kasus parah terdapat gigitan dalam
sehingga terjadi trauma pada bagian
palatal insisivi atas dan bagian labial
insisivi bawah.
• Bibir biasanya cukup panjang dankompeten
Maloklusi Kelas lll Angle:
• Adanya gigitan silang anterior dan daguyang menonjol.
• Kasus ringan ------> relasi edge to edge ---------> pasien menggerakkan mandibulake anterior untuk mendapatkan kontakgigi-gigi posterior yang baik.
• Sering didapatkan tinggi antar rahangbesar -----> gigitan terbuka
• Sering RA gigi berdesakan disebabkanlengkung geligi atas yang sempit &pendek
• Sering ditemukan lengkung geligi bawah
diastema
• Peranan jaringan lunak tidak besarsebagai etiologi
Ringkasan kasus:
• Sesudah melakukan berbagai analisis
suatu kasus dan menetapkan diagnosis
kasus tersebut.
• tindakan selanjutnya adalah pembuatan
ringkasan kasus tersebut agar dapat
dengan mudah menentukan langkah-
langkah menuju perawatan.
• Yang perlu dicantumkan dalam ringkasan
adalah:
a. Jenis kelamin dan umur pasien
b. Diagnosis maloklusi
c. Profil wajah
• Keadaan-keadaan yang menyimpang dari
normal untuk merencanakan perawatan.
misalnya:
a. Susunan gigi dan simetri dalam lengkung geligi
(misalnya gigi yang berdesakan)
b. Relasi gigi dan rahang dalam jurusan
sagital, transversal dan vertikal (misalnya
jarak gigit, tumpang gigit, gigitan terbuka
posterior, gigitan silang posterior)
c. Diskrepansi pada model
d. Pergeseran garis median
• Keadaan-keadaan yang berhubungan
dengan penyakit atau kondisi patologis
(misalnya gigi yang karies yang
memerlukan perawatan, kelainan jaringan
periodontal).
• Hasil analisis sefalometri (untuk kasus
yang memerlukan perawatan
komprehensif)
• Etiologi Maloklusi.
Pasien laki-laki umur 26 tahun dengan
maloklusi kelas I Angle disertai protrusi
atas bawah dan gigitan terbuka anterior.
• Profil cembung.
• Jarak gigit 4 mm (bertambah).
• Tumpang gigit - 6 mm (berkurang).
• Diskrepansi pada model: rahang atas dan
bawah masing-masing kekurangan tempat
l0 mm.
• Resesi gingiva labial 31,41.
• Hasil analisis sefalometri.
• Penjelasan:
• Ringkasan di atas menyatakan kasus
kelas I (meskipun relasi molar pertama
perrnanen tidak tampak tapi foto ini
diambil dari kasus kelas I) disertai protrusi
dan gigitan terbuka anterior.
• Kasus ini tidak memiliki kelainan lain
misalnya gigi yang terletak berdesakan.
Perhatikan ukuran tumpang gigit bertanda
negatif yang menunjukkan adanya gigitanterbuka anterior.
• Adanya resesi gingiva di labial 31,41
harus diperhatikan untuk menentukan
perawatan periodontologi yang akan
dilakukan.
• Hasil analisis sefalometri perlu
dicantumkan karena pasien ini
memerlukan perawatan ortodontik
komprehensif.
• Kalau terdapat maloklusi kelas II tipe
skeletal biasanya sudut ANB ± 4°.
Penyusunan Daftar Problema:
• Klasifikasi yang ideal harus merangkum
semua data diagnostik serta memudahkan
perencanaan perawatan
• Untuk mendapatkan klasifikasi perlu
diperiksa:
– keadaan geligi,
– relasi oklusal,
– relasi skelet rahang
• Pemeriksaan tersebut dapat diperoleh:
– Pemeriksaan klinis,
– foto panoramik,
– sefalogram,
– Foto wajah
– Foto intraoral
• Daftar problema dibagi dalam 2 golongan:
1. Kondisi yang berhubungan dengan penyakit
atau proses patologi
2. Kondisi yang berhubungan dengan
gangguan pertumbuhkembangan yang
menghasilkan maloklusi.
• Dalam pemeriksaan pasien perlu diingat:
1. Evaluasi proporsi dan estetika wajah.
2. evaluasi susunan gigi dan simetri lengkung
geligi,
3. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam
jurusan transversal,
4. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam
jurusan sagital
5. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan vertikal
1. Evaluasi proporsi dan estetika wajah:
dilakukan pemeriksaan klinis:
– asimetri wajah,
– proporsi anteroposterior dan vertikal,
– prominensia bibir yang berhubungan dengan
insisivi yang protrusi.
Hasilnya dibandingkan dengan:
– foto wajah,
– Sefalogram.
2. Evaluasi susunan gigi dan simetri dalam
lengkung geligi:
– Dilakukan memeriksa lengkung geligi dari
oklusal -----> melihat simetri dan susunan
geligi,
– Mis:
• crowding,
• diastema,
• protrusi berkaitan dengan posisi bibir waktu
istirahat,
• analisis kebutuhan tempat.
3. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam
jurusan transversal:
– Model dalam keadaan oklusi diperiksa
jurusan transversal apakah relasi geligi
normal / gigitan silang.
– Tujuannya untuk melihat apakah ada kelainan
dental atau skeletal.
– Gigitan silang dapat karena posisi gigi saja /
lebar rahang tidak normal.
– Lebar maksila dapat diukur pada model geligi.
• Dasar palatum lebar tetapi gigi dan tulang
alveol posterior mengarah ke median ----->
gigitan silang dental, karena distorsi
lengkung geligi.
• Palatal sempit dan gigi serta prosesus
alveol mengarah ke bukal -------> gigitan
silang skeletal, karena palatum sempit.
• Bila tidak ada gigitan silang posterior pada
palatum yang sempit dapat diartikan ada
kompensasi gigi dan prosesus alveolaris.
• Lebar mandibula juga menyebabkan
terjadinya gigitan silang posterior.
4. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam
jurusan jurusan sagital:
– Pemeriksaan model studi dalam keadaan
oklusi -----> memberi informasi problema
anteroposterior baik di anterior maupun
posterior.
– Kelainan skeletal selalu menyebabkan
kelainan relasi geligi.
– bila penyebabnya kelainan skeletal ------>
problem selalu ditulis skeletal kelas II / III.
• Membedakan skeletal dan dental sangat
penting --------> perawatan maloklusi kelas
II skeletal dan dental baik pada anak
maupun orang dewasa sangat berbeda.
• Untuk menentukannya ------> mutlakdiperlukan analisis sefalometri.
5. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam
jurusan jurusan vertikal:
– Pemeriksaan dilakukan pada model dalam
keadaan oklusi ------> gigitan terbuka anterior,
gigitan dalam, gigitan terbuka posterior
unilateral atau pun bilateral.
– Gigitan terbuka anterior dapat disebabkan
erupsi gigi posterior melebihi erupsi gigi
anterior & menyebabkan rotasi mandibula ke
bawah dan posterior.
• Kelainan skeletal ------> adanya rotasi
rahang atas dan bawah yang ditunjukkan
pada relasi bidang palatal dan mandibula.
• Bila sudut maksila mandibula kecil ----->
terdapat tendensi gigitan dalam skeletal.
• Bila sudut maksila dan mandibula besar
-----> terdapat tendensi gigitan terbukaskeletal.
• Perlu diingat untuk mengoreksi sudut
mandibula dibutuhkan perubahan posisi
gigi posterior -------> memberi kesempatan
mandibula berotasi ke arah yang lebih
menguntungkan.
• Karena itu perlu sefalogram agar diketahui
apakah kelainan dental atau skeletal.
PERENCANAAN PERAWATAN:
• Dalam berbagai literature menggolongkanperawatan ortodontik ke dalam perawatanpreventif, interseptif dan kuratif.
• Akan dibahas berdasarkan klasifikasimaloklusi menurut Angle.
• Proffit dkk.(2007) menganjurkan dalammerencanakan perawatan tidak terlalumementingkan klasifikasi maloklusi tetapiberdasarkan adanya problem kasus dalamlingkup perawatan yang terbatas maupunperawatan komprehensif.
Klasifikasi Perawatan dalam ortodonti :
• Ortodonti Preventif
• Ortodonti Interseptif
• Ortodonti Korektif
• Ortodonti bedah
• Perencanaan perawatan ortodontik
membutuhkan penguasaan berbagai
pengetahuan diantaranya:
– pertumbuhkembangan dentomakiilofasial,
– estetik dentofasial,
– diagnosis maloklusi,
– etiologi,
– peranti ortodonti,
– Perubahan jaringan pada pergerakan gigi,
– retensi dan relaps.
Tujuan perawatan ortodontik untuk
mendapatkan:
• kesehatan gigi dan mulut
• estetik muka dan geligi
• fungsi mengunyah dan bicara yang baik
• stabilitas hasil perawatan.
• Kebanyakan pasien memerlukan
perawatan ortodontik untuk memperbaiki
estetik muka dan geligi yang bisa
diperoleh bila gigi-gigi terletak teratur
dalam lengkung geligi sehingga muka
pasien menyenangkan.
• Hasil perawatan ortodontik harus
menjamin letak geligi akan stabil dan tidak
cenderung relaps.
• Kadang-kadang semua tujuan tidak dapat
dicapai ------> diperlukan kompromi & tidak
boleh mengorbankan kesehatan gigi dan
mulut.
• Beberapa maloklusi dapat dirawat dokter
gigi umum, mis: maloklusi yang tidak
parah dan tidak melibatkan skelet,
• Dalam merencanakan perawatan
ortodontik berdasar problema yang ada
perlu diperhatikan:
– keinginan pasien
– wajah pasien
– susunan dan simetri gigi dalam rahang
– relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital
– relasi gigi dan rahang dalam jurusan
transversal
– relasi gigi dan rahang dalam jurusanhorizontal.
• Prinsip dasar rencana perawatan
ortodontik:
– Kesehatan mulut,
– rencana perawatan rahang bawah,
– perencanaan perawatan rahang atas,
– relasi gigi posterior,
– penjangkaran
– masa retensi.
Kesehatan Mulut
• Sebelum memulai perawatan ortodontik
diupayakan kesehatan mulut baik.
• Gigi-gigi karies, kalkulus dan penyakit
periodontal harus dirawat.
• Bila ada penyakit sistemik, misnya:
diabetes melitus kadar gula darah harusterkontrol.
Merencanakan Perawatan Rahang
Bawah:
– terutama di regio insisivi dilakukan lebih
dahulu.
– Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang
stabil, yaitu pada daerah keseimbangan di
antara lidah, bibir dan pipi.
– Perubahan letak insisivi yang berlebihancenderung relaps.
Merencanakan Perawatan Rahang Atas:
• Penyesuaian perawatan rahang atas
terhadap rahang bawah terutama untuk
mendapatkan relasi kaninus kelas I,
• Ini mempengaruhi pertimbangan seberapa
banyak tempat yang dibutuhkan
• dan banyaknya kaninus diretraksi.
Relasi Gigi Posterior:
• diupayakan mendapatkan relasi M1 kelas I
• Bila tidak memungkinkan ------> relasi
molar bisa kelas II / kelas III.
Penjangkaran:
• Macam penjangkaran yang digunakan
perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya kehilangan penjangkaran yang
berlebihan -------> apakah penjangkaran
cukup dari gigi-gigi yang ada atau perlu
mendapat penjangkaran tambahan, mis:
penjangkaran ekstra oral.
Masa Retensi:
• Perlu perencanaan retensi pada akhirperawatan untuk perawatan ortodontik.
• Hampir semua kasus yang dirawatortodontik membutuhkan masa retensiuntuk mencegah relaps,
• Macam peranti retensi dan lamapemakaian peranti perlu dijelaskan padapasien sebelum perawatan ortodontik.
• Peranti retensi lepasan dibutuhkankepatuhan pasien untuk memakai perantiretensinya.
Penyediaan Ruangan dalam Perawatan
Ortodontik:
• Gigi berdesakan merupakan kelainan
dental yang paling sering.
• Gigi berdesakan digolongkan tiga kategori:
– Berdesakan ringan ----> untuk koreksi
dibutuhkan ruangan 4 mm.
– berdesakan sedang ----> dibutuhkan ruangan
4 - 8 mm
– berdesakan parah -----> dibutuhkan ruangan
> 8 mm
• Penyediaan tempat untuk koreksi letak
gigi yang berdesakan dapat diperoleh dari:
– enamel stipping,
– ekspansi lengkung geligl,
– Distalisasi molar,
– proklinasi insisivi
– mencabut gigi Permanen.
Enamel str ipp ing :
• Pengurangan enamel dapat dilakukan
pada sisi distal/mesial gigi sulung atau
permanen.
• selain menyediakan ruangan, juga
membentuk gigi permanen ke bentuk yang
lebih baik / memperbaiki titik kontak.
• Enamel stripping menggunakan metal
abrasive strip atau dengan bur high speed
air-turbine handpiece.
• Banyaknya enamel yang dibuang adalah
0,25 mm tiap sisi.
• Bila enamel stripping pada semua insisivi
---------> didapat ruangan 2 mm di regio
anterlor
• Bila pada seluruh rahang -------> didapat
ruangan 5-6 mm.
• Usahakan untuk mempertahankan bentuk
gigi dan kontak dengan gigi yang
berdekatan.
• Sesudah enamel stripping harus diulas denganaplikasi topikal fluor untuk mencegah karies.
Ekspansi:
• Ekspansi ke arah transversal dilakukan dirahang atas ------> bila terdapat gigitansilang posterior.
• Ekspansi ke arah transversal di regioanterior untuk mendapatkan tempat agar
• gigi-gigi anterior yang sedikit berdesakandapat dikoreksi.
• Ekspansi ke arah sagital ----->
memperpanjang lengkung geligi.
• Ekspansi sagital regio anterior perlu
diperhatikan posisi gigi tidak menggangguprofil pasien.
Distalisasi molar.
• M1 atas dapat digerakkan ke distal untuk
menambah ruangan pada kasus yang bila
dilakukan pencabutan akan kelebihan
tempat atau sesudah dilakukan
pencabutan gigi permanen masih juga
kekurangan tempat.
• Juga dilakukan pada M1 permanen yang
bergeser ke mesial karena kehilangan
prematur molar kedua sulung.
• Peranti yang digunakan bisa peranti
lepasan, atau headgear yang bisa
menggerakkan molar ke distal sejauh 2-3
mm tiap sisi.
• Peranti lain ------> peranti cekat di RA, mis:
pendulum yang menggerakkan molar ke
distal lebih banyak.
• Molar bawah juga dapat digerakkan ke
distal bila molar kedua sulung tanggalprematur.
Proklinasi Insisivi.
• Dapat dilakukan bila insisivi terletak retroklinasi
& profil wajah tidak cembung.
• Bila dilakukan berlebihan menyebabkan
profil menjadi lebih cembung dan insisivi
yang proklinasi cenderung relaps.
Pencabutan Gigi Permanen.
• Pencabutan gigi permanen dilakukan bila
diskrepansi total menunjukkan kekurangan
tempat lebih dari 8 mm.
• Diskrepansi total terdiri atas:
– diskrepansi model,
– diskrepansi sefalometrik,
– Kedalaman kurva Spee
– perkiraan banyaknya kehilanganpenjangkaran.
• mendatarkan kurva Spee yang
kedalamannya < 3 mm diperlukan tempat
1 mm,
• Bila > 5 mm diperlukan tempat 2 mm.
• Sebelum dilakukan pencabutan gigi
permanen pada masa geligi pergantian
perlu diperhatikan ------> gigi permanen
yang lain ada meskipun saat itu masih
belum erupsi.
• Yang perlu diperhatikan sebelum
mencabut gigi permanen adalah:
– Prognosis gigi,
mis: ada karies yang besar disertai kelainan
patologis pada apikal yang bila dirawat, ----->
prognosisnya dalam jangka lama masih
diragukan.
– Letak gigi yang kadang-kadang sangat
menyimpang dari letak yang normal.
– Banyaknya tempat yang dibutuhkan dan di mana
letak kekurangan tempat tersebut.
– Relasi insisivi.
– Kebutuhan penjangkaran apakah perlu
digunakan penjangkaran maksimum / tidak.
– Profil pasien ------> apakah pencabutan yang
dilakukan dapat menyebabkan perubahan
profil pasien,
mis: pasien dengan profil lurus dengan
adanya pencabutan dapat menyebabkan
profil menjadi cekung.
– Tujuan perawatan apakah perawatan
komprehensif / perawatan kompromi / hanyaperawatan penunjang
Pertimbangan pemilihan gigi yang akan
dicabut sbb:
• Insisivi:
– jarang dipilih sebagai pilihan utama untuk
pencabutan karena insisivi memengaruhi
estetik geligi.
– Dengan pencabutan insisivi di salah satu
rahang timbul kesukaran mengadakan
relasi gigi yang baik karena ada 3 gigi di
satu rahang sedangkan di rahang yang lain
ada 4 gigi..
– Pada pencabutan insisivi bawah yang
kelihatannya sederhana ------> disini biasanya
dibutuhkan peranti cekat untuk mengkoreksi
letak gigi anterior bawah dan retensi cekat
untuk mempertahankan hasil perawatan.
– Insisivi bawah kadang--kadang dicabut bila:
• keadaan gigi tidak baik terutama jaringan
periodontalnya.
• Ada gigi berdesakan di anterior pada maloklusi
kelas I.
• Pasien maloklusi kelas III ringan dengan
berdesakan anterior.
• Kaninus:
– peran kaninus sangat besar untuk estetik
maupun fungsi kunyah.
– di beberapa negara pencabutan kaninus
dilakukan
– Mis:
• kaninus ektopik jauh dari letaknya yang
benar
• insisivi lateral berkontak dengan baikdengan premolar pertama.
• Premolar pertama:
– merupakan gigi yang paling sering dicabut
untuk perawatan ortodontik bila kekurangan
tempat sedang sampai banyak.
– Dicabut untuk mengkoreksi berdesakan baik
di anterior maupun di posterior.
– Bila premolar pertama dicabut saat kaninus
erupsi biasanya secara spontan menempati_
bekas pencabutan premolar pertama.
– sebagian besar ruangan bekas
pencabutan premolar pertama dipakaiuntuk koreksi berdesakan di anterior.
• Premolar kedua:
– Bila kebutuhan tempat ringan sampai sedang± 4 mm.
– Hanya 25-50% tempat bekas pencabutanpremolar kedua yang dipakai untuk koreksigigi yang berdesakan.
– Bila premolar kedua dicabut -----> kelebihantempat pencabutan premolar dapat ditutupdari posterior dengan menggerakkan molarpertama ke mesial -----> diperlukan peranticekat agar terdapat kontak yang baik antaramolar pertama permanen dengan premolarpertama
• Molar pertama permanen:
– Pencabutan molar pertama permanen
menghasilkan tempat banyak -----> sehingga
dapat koreksi kelainan di anterior yang parah
meskipun waktu perawatan menjadi lebih
lama dan lebih sukar.
• Molar kedua permanen:
– diindikasikan untuk dicabut.
– Mis:
• bila diperlukan menggerakkan molar pertama ke
distal
• Bila ada gigi berdesakan di posterior dan memberi
kesempatan molar ketiga untuk bergeser ke
mesial.
• Molar ketiga:
– dahulu M3 dicabut untuk menghindari
berdesakan di regio anterior.
– Sekarang banyak yang berpendapat ------->
pencabutan molar ketiga hanya untuk
mencegah berdesakan di regio anterior tidakdianjurkan.
Perencanaan Perawatan padaKelainan Relasi Skeletal.
Prinsip kelainan relasi skeletal untuk dapat
dirawat dengan mengadakan:
• Modifikasi pertumbuhan,
• kamuflase
• Orthognathic surgery.
• Modifikasi Pertumbuhan.
– Dapat dilakukan pada pasien dalam masa
pertumbuhan dengan tujuan memperbaiki
relasi rahang.
– Ada two phase treatment :
• Fase pertama : koreksi relasi rahang.
• fase kedua : mengatur letak gigi-gigi.
– Banyak klinisi lebih menyukai one phase
treatment ------> melakukan perawatan pada
saat sudah tidak ada pertumbuhan.
– Modifikasi pertumbuhan biasanya dilakukan
dengan menggunakan peranti fungsional.
– Perawatan banyak berhasil untuk
mengkoreksi kelainan skeletal dalam jurusan
anteroposterior, misalnya: maloklusi kelas II
divisi 1.
Kamuflase secara Ortodontik.
• ditujukan pada maloklusi yang disertai
kelainan skeletal yang tidak parah.
• Kelainan skeletal yang terjadi diterima apa
adanya --------> gigi-gigi digerakkan
menjadi relasi kelas I.
• Kelainan skeletal ringan memberikan hasil
perawatan yang baik.
• kelainan skeletal parah kadang-kadang
tidak dapat memberikan hasil seperti yangdiharapkan
• Orthognathic Surgery.
– Merupakan gabungan perawatan ortodontik
dan pembedahan untuk menempatkan gigi
dan rahang dalam posisi yang normal
sehingga menghasilkan estetik wajah yang
baik.
– Tindakan pembedahan dapat dilakukan
sesudah pasien tidak mengalami
pertumbuhan lagi.
– Indikasinya: pasien yang mempunyai
problema skeletal yang parah, yang tidak
dapat dirawat dengan perawatanortodontik saja.
Perawatan Orthodonti pada OrangDewasa
• Perawatan pada orang yang masa
pertumbuhan telah berhenti -------> di atas
usia 18 tahun.
• Penelitian menunjukkan bahwa masih
terjadi perubahan sampai umur 30 tahun &
tidak signifikan terhadap penggunaanheadgear atau peranti fungsional.
Keuntungan perawatan:
• Bentuk dan pola skelet tidak mengalami
perubahan.
• pasien biasanya sangat patuh dan
mempunyai motivasi internal yang tinggi.
• bila diperlukan tindakan pembedahan
sudah dapat dilaksanakan karena
pertumbuhan telah selesai.
Keterbatasan perawatan:
• Karena pertumbuhan telah selesai maka
hasil perawatan tidak mendapat bantuan
dari pertumbuhan.
• Pasien lebih memperhatikan hasil
perawatan, meskipun kurang puas.
• Kamuflase dentoalveolar pada kelainan
skeletal hanya dapat mengkompensasi
kelainan yang tidak parah. Pertimbangan
harus lebih ditekankan pada perubahanprofil dan jaringan lunak.
• Kemungkinan mempunyai penyakit
sistemik dan kelainan periodontal lebih
besar.
• Perawatan pasien dewasa ada 2:
– perawatan komprehensif
– perawatan penunjang (adjunctive).
• Perawatan komprehensif :
– mendapatkan hasil estetik dan fungsi yang
paling baik dengan cara menggerakkan gigi
dan lengkung geligi dan biasanya
menggunakan peranti cekat
– Kasus tertentu dilakukan orthognathic
surgery.
• Perawatan penunjang: – untuk menunjang perawatan bidang lain,
– Mis: bila molar pertama permanen hilang molar keduamenjadi mesioklinasi
Prognosis:
• Prognosis perawatan ortodontik adalahperkiraan tentang hasil perawatanortodontik.
• Prognosis dapat dikatakan tidakmenguntungkan atau menguntungkantergantung pada beberapa faktor,:
– diagnosis,
– etiologi,
– rencana perawatan,
– pemilihan peranti yang digunakan
– jaringan penyangga gigi,
– kooperatif pasien
• Diagnosis maloklusi hendaknya
ditegakkan dengan menggunakan semua
rekam ortodontik yang dibutuhkan.
• Secara umum diketahui bahwa maloklusi
kelas II divisi 1, kelas II divisi 2 dan kelas
III Angle merupakan maloklusi yang sukar
dirawat terutama bila digunakan perantilepasan.
• Jaringan penyangga gigi sangat
berpengaruh pada perawatan ortodontik
karena ikut menentukan stabilitas hasil
perawatan.
• Jaringan penyangga yang kurang sehat
memberi prognosis yang kurang baik pada
perawatan ortodontik.
• Kepatuhan pasien memenuhi perjanjian
yang sudah ditentukan, menunjangkeberhasilan perawatan ortodontik.
• Pasien yang tidak dapat memeliharakebersihan giginya, dan tidak maumemakai peranti tambahan yangdianjurkan --------> memberi prognosisyang kurang baik.
• Perkembangan teknik perawatan --------->memunculkan penggunaan perantitambahan yang tidak memerlukan kerjasama dan kepatuhan pasien,
• Mis: penggunaan mini screw atauminiplate dapat menggantikanpenggunaan headgear pada kasustertentu.