89
DIAGNOSIS & RENCANA PERAWATAN MALOKLUSI KEDOKTERAN GIGI UNSOED

L3 Diagnosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

prenentive dentistry

Citation preview

 

DIAGNOSIS & RENCANA

PERAWATAN MALOKLUSI

KEDOKTERAN GIGI

UNSOED

 

KLASIFIKASI MALOKlUSI 

• Klasifikasi Angle yang paling luas

digunakan di dunia

• Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi

lengkung geligi dalam jurusan sagital.

• Kunci klasifikasi Angle pada relasi molarpertama permanen. 

 

kekurangan kelasifikasi Angle:

1. Bila M1 bergeser karena molar sulunghilang prematur ------> relasi molar yangada bukan relasi molar yang sebenarnyasebelum terjadi pergeseran.

2. Bila molar pertama permanen dicabutberarti tidak ada relasi molar.

3. Ada kemungkinan relasi M1 kanan tidaksama dengan relasi M1 kiri.

4. Sulit menetapkan garis batas dengantegas antara kelas I dengan kelaslainnya. 

 

Di Inggris digunakan juga kelasifikasi insisivi

yang mempunyai kemiripan dengan

klasifikasi Angle.

Maloklusi Kelas l Angle: 

• Kasus kelas I biasanya menguntungkan

dan keadaan ini tidak berubah dengan

adanya pertumbuhan wajah. 

 

• Gigitan terbuka skeletal -------> maloklusi

yang parah karena kompensasi

dentoalveolar tidak dapat menyamai

pertumbuhan tinggi muka anterior.

• Pola jaringan lunak pada kasus kelas I

biasanya menguntungkan dan tidak

penghambat tujuan perawatan

• Over bite yang tidak sempurna kerana

kebiasaan mengisap jari akan berkurang

dengan sendirinya kecuali bila disertaicara penelanan yang salah. 

 

• Kasus bimaksila bibir dapat terletak

everted dan keadaan ini merupakan faktor

penting yang menentukan letak gigi.

• Displacement mandibula ----> disebabkan

gigi yang terletak kurang baik sehingga

path of closure perlu diperhatikan padaawal pemeriksaan. 

 

Maloklusi Kelas ll Divisi l Angle:

• Menunjukkan kelainan relasi lengkung

geligi dengan jarak gigit besar

• Insisive atas biasanya protrusi

• Tumpang gigit dalam &sering tidak

sempurna karena adanya kebiasaan

menelan / mengisap jari.

• Bila tidak ada kehilangan prematur gigi

sulung -----> relasi gigi posterior kelas II-----> pola skelet. 

 

• Pola bibir sangat penting karena stabilitas

pengurangan jarak gigit tergantung pada

seal yang didapatkan dari bibir, juga bibir

mengontrol letak insisivi atas.

• Morfologi bibir sangat menentukan pola

menelan / kebiasaan menelan.

 

Maloklusi Kelas ll Divisi 2 Angle: 

• Kasus ringan, baik fungsi maupun profil

muka tampak baik.

• Kasus parah terdapat gigitan dalam

sehingga terjadi trauma pada bagian

palatal insisivi atas dan bagian labial

insisivi bawah.

• Bibir biasanya cukup panjang dankompeten 

 

Maloklusi Kelas lll Angle:

•  Adanya gigitan silang anterior dan daguyang menonjol.

•  Kasus ringan ------> relasi edge to edge ---------> pasien menggerakkan mandibulake anterior untuk mendapatkan kontakgigi-gigi posterior yang baik.

• Sering didapatkan tinggi antar rahangbesar -----> gigitan terbuka

• Sering RA gigi berdesakan disebabkanlengkung geligi atas yang sempit &pendek 

 

• Sering ditemukan lengkung geligi bawah

diastema

• Peranan jaringan lunak tidak besarsebagai etiologi 

 

Kelas III ringan

 

Ringkasan kasus: 

• Sesudah melakukan berbagai analisis

suatu kasus dan menetapkan diagnosis

kasus tersebut.

• tindakan selanjutnya adalah pembuatan

ringkasan kasus tersebut agar dapat

dengan mudah menentukan langkah-

langkah menuju perawatan.

 

• Yang perlu dicantumkan dalam ringkasan

adalah:

a. Jenis kelamin dan umur pasien

b. Diagnosis maloklusi

c. Profil wajah

• Keadaan-keadaan yang menyimpang dari

normal untuk merencanakan perawatan.

misalnya:

a. Susunan gigi dan simetri dalam lengkung geligi

(misalnya gigi yang berdesakan)

 

b. Relasi gigi dan rahang dalam jurusan

sagital, transversal dan vertikal (misalnya

 jarak gigit, tumpang gigit, gigitan terbuka

posterior, gigitan silang posterior)

c. Diskrepansi pada model

d. Pergeseran garis median

• Keadaan-keadaan yang berhubungan

dengan penyakit atau kondisi patologis

(misalnya gigi yang karies yang

memerlukan perawatan, kelainan jaringan

periodontal). 

 

• Hasil analisis sefalometri (untuk kasus

yang memerlukan perawatan

komprehensif)

• Etiologi Maloklusi. 

 

Contoh kasus:

 

Pasien laki-laki umur 26 tahun dengan

maloklusi kelas I Angle disertai protrusi

atas bawah dan gigitan terbuka anterior.

• Profil cembung.

• Jarak gigit 4 mm (bertambah).

• Tumpang gigit - 6 mm (berkurang).

• Diskrepansi pada model: rahang atas dan

bawah masing-masing kekurangan tempat

l0 mm.

• Resesi gingiva labial 31,41.

• Hasil analisis sefalometri. 

 

• Penjelasan:

• Ringkasan di atas menyatakan kasus

kelas I (meskipun relasi molar pertama

perrnanen tidak tampak tapi foto ini

diambil dari kasus kelas I) disertai protrusi

dan gigitan terbuka anterior.

• Kasus ini tidak memiliki kelainan lain

misalnya gigi yang terletak berdesakan.

Perhatikan ukuran tumpang gigit bertanda

negatif yang menunjukkan adanya gigitanterbuka anterior. 

 

•  Adanya resesi gingiva di labial 31,41

harus diperhatikan untuk menentukan

perawatan periodontologi yang akan

dilakukan.

• Hasil analisis sefalometri perlu

dicantumkan karena pasien ini

memerlukan perawatan ortodontik

komprehensif.

• Kalau terdapat maloklusi kelas II tipe

skeletal biasanya sudut ANB ± 4°. 

 

Penyusunan Daftar Problema:

• Klasifikasi yang ideal harus merangkum

semua data diagnostik serta memudahkan

perencanaan perawatan

• Untuk mendapatkan klasifikasi perlu

diperiksa:

 – keadaan geligi,

 – relasi oklusal,

 – relasi skelet rahang 

 

• Pemeriksaan tersebut dapat diperoleh:

 – Pemeriksaan klinis,

 –  foto panoramik,

 –  sefalogram,

 – Foto wajah

 – Foto intraoral

 

• Daftar problema dibagi dalam 2 golongan:

1. Kondisi yang berhubungan dengan penyakit

atau proses patologi

2. Kondisi yang berhubungan dengan

gangguan pertumbuhkembangan yang

menghasilkan maloklusi. 

 

• Dalam pemeriksaan pasien perlu diingat:

1. Evaluasi proporsi dan estetika wajah.

2. evaluasi susunan gigi dan simetri lengkung

geligi,

3. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam

 jurusan transversal,

4. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam

 jurusan sagital

5. evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan vertikal 

 

1. Evaluasi proporsi dan estetika wajah:

dilakukan pemeriksaan klinis:

 – asimetri wajah,

 –  proporsi anteroposterior dan vertikal,

 – prominensia bibir yang berhubungan dengan

insisivi yang protrusi.

Hasilnya dibandingkan dengan:

 –  foto wajah,

 – Sefalogram. 

 

2. Evaluasi susunan gigi dan simetri dalam

lengkung geligi:

 – Dilakukan memeriksa lengkung geligi dari

oklusal -----> melihat simetri dan susunan

geligi,

 – Mis:

• crowding,

• diastema,

• protrusi berkaitan dengan posisi bibir waktu

istirahat,

• analisis kebutuhan tempat. 

 

3. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam

 jurusan transversal:

 – Model dalam keadaan oklusi diperiksa

 jurusan transversal apakah relasi geligi

normal / gigitan silang.

 – Tujuannya untuk melihat apakah ada kelainan

dental atau skeletal.

 – Gigitan silang dapat karena posisi gigi saja /

lebar rahang tidak normal.

 – Lebar maksila dapat diukur pada model geligi. 

 

• Dasar palatum lebar tetapi gigi dan tulang

alveol posterior mengarah ke median ----->

gigitan silang dental, karena distorsi

lengkung geligi.

• Palatal sempit dan gigi serta prosesus

alveol mengarah ke bukal -------> gigitan

silang skeletal, karena palatum sempit.

• Bila tidak ada gigitan silang posterior pada

palatum yang sempit dapat diartikan ada

kompensasi gigi dan prosesus alveolaris.

• Lebar mandibula juga menyebabkan

terjadinya gigitan silang posterior.

 

 A. Kelainan dental. B. Kelainan skeletal 

 

Ukuran lebar lengkung geligi atas:

* gigi sulung dalam mm

 

Ukuran lebar lengkung geligi bawah 

* gigi sulung dalam mm

 

4. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam

 jurusan jurusan sagital:

 – Pemeriksaan model studi dalam keadaan

oklusi -----> memberi informasi problema

anteroposterior baik di anterior maupun

posterior.

 – Kelainan skeletal selalu menyebabkan

kelainan relasi geligi.

 –  bila penyebabnya kelainan skeletal ------>

problem selalu ditulis skeletal kelas II / III. 

 

• Membedakan skeletal dan dental sangat

penting --------> perawatan maloklusi kelas

II skeletal dan dental baik pada anak

maupun orang dewasa sangat berbeda.

•  Untuk menentukannya ------> mutlakdiperlukan analisis sefalometri. 

 

5. Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam

 jurusan jurusan vertikal:

 – Pemeriksaan dilakukan pada model dalam

keadaan oklusi ------> gigitan terbuka anterior,

gigitan dalam, gigitan terbuka posterior

unilateral atau pun bilateral.

 – Gigitan terbuka anterior dapat disebabkan

erupsi gigi posterior melebihi erupsi gigi

anterior & menyebabkan rotasi mandibula ke

bawah dan posterior. 

 

• Kelainan skeletal ------> adanya rotasi

rahang atas dan bawah yang ditunjukkan

pada relasi bidang palatal dan mandibula.

• Bila sudut maksila mandibula kecil ----->

terdapat tendensi gigitan dalam skeletal.

• Bila sudut maksila dan mandibula besar

-----> terdapat tendensi gigitan terbukaskeletal. 

 

• Perlu diingat untuk mengoreksi sudut

mandibula dibutuhkan perubahan posisi

gigi posterior -------> memberi kesempatan

mandibula berotasi ke arah yang lebih

menguntungkan.

• Karena itu perlu sefalogram agar diketahui

apakah kelainan dental atau skeletal. 

 

PERENCANAAN PERAWATAN: 

• Dalam berbagai literature menggolongkanperawatan ortodontik ke dalam perawatanpreventif, interseptif dan kuratif.

•  Akan dibahas berdasarkan klasifikasimaloklusi menurut Angle.

• Proffit dkk.(2007) menganjurkan dalammerencanakan perawatan tidak terlalumementingkan klasifikasi maloklusi tetapiberdasarkan adanya problem kasus dalamlingkup perawatan yang terbatas maupunperawatan komprehensif. 

 

Klasifikasi Perawatan dalam ortodonti :

• Ortodonti Preventif

• Ortodonti Interseptif

• Ortodonti Korektif

• Ortodonti bedah

 

• Perencanaan perawatan ortodontik

membutuhkan penguasaan berbagai

pengetahuan diantaranya:

 – pertumbuhkembangan dentomakiilofasial,

 –  estetik dentofasial,

 – diagnosis maloklusi,

 –  etiologi,

 –  peranti ortodonti,

 – Perubahan jaringan pada pergerakan gigi,

 – retensi dan relaps. 

 

Tujuan perawatan ortodontik untuk

mendapatkan:

• kesehatan gigi dan mulut

• estetik muka dan geligi

• fungsi mengunyah dan bicara yang baik

• stabilitas hasil perawatan.

 

• Kebanyakan pasien memerlukan

perawatan ortodontik untuk memperbaiki

estetik muka dan geligi yang bisa

diperoleh bila gigi-gigi terletak teratur

dalam lengkung geligi sehingga muka

pasien menyenangkan.

• Hasil perawatan ortodontik harus

menjamin letak geligi akan stabil dan tidak

cenderung relaps.

 

• Kadang-kadang semua tujuan tidak dapat

dicapai ------> diperlukan kompromi & tidak

boleh mengorbankan kesehatan gigi dan

mulut.

• Beberapa maloklusi dapat dirawat dokter

gigi umum, mis: maloklusi yang tidak

parah dan tidak melibatkan skelet,

 

• Dalam merencanakan perawatan

ortodontik berdasar problema yang ada

perlu diperhatikan:

 – keinginan pasien

 – wajah pasien

 – susunan dan simetri gigi dalam rahang

 – relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital

 – relasi gigi dan rahang dalam jurusan

transversal

 – relasi gigi dan rahang dalam jurusanhorizontal. 

 

• Prinsip dasar rencana perawatan

ortodontik:

 – Kesehatan mulut,

 – rencana perawatan rahang bawah,

 – perencanaan perawatan rahang atas,

 –  relasi gigi posterior,

 –  penjangkaran

 – masa retensi. 

 

Kesehatan Mulut

• Sebelum memulai perawatan ortodontik

diupayakan kesehatan mulut baik.

• Gigi-gigi karies, kalkulus dan penyakit

periodontal harus dirawat.

• Bila ada penyakit sistemik, misnya:

diabetes melitus kadar gula darah harusterkontrol. 

 

Merencanakan Perawatan Rahang

Bawah:

 – terutama di regio insisivi dilakukan lebih

dahulu.

 – Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang

stabil, yaitu pada daerah keseimbangan di

antara lidah, bibir dan pipi.

 – Perubahan letak insisivi yang berlebihancenderung relaps.

 

 

Merencanakan Perawatan Rahang Atas:

• Penyesuaian perawatan rahang atas

terhadap rahang bawah terutama untuk

mendapatkan relasi kaninus kelas I,

• Ini mempengaruhi pertimbangan seberapa

banyak tempat yang dibutuhkan

• dan banyaknya kaninus diretraksi. 

 

Relasi Gigi Posterior:

• diupayakan mendapatkan relasi M1 kelas I

• Bila tidak memungkinkan ------> relasi

molar bisa kelas II / kelas III.

 

Penjangkaran:

• Macam penjangkaran yang digunakan

perlu diperhatikan untuk mencegah

terjadinya kehilangan penjangkaran yang

berlebihan -------> apakah penjangkaran

cukup dari gigi-gigi yang ada atau perlu

mendapat penjangkaran tambahan, mis:

penjangkaran ekstra oral. 

 

Masa Retensi:

• Perlu perencanaan retensi pada akhirperawatan untuk perawatan ortodontik.

• Hampir semua kasus yang dirawatortodontik membutuhkan masa retensiuntuk mencegah relaps,

• Macam peranti retensi dan lamapemakaian peranti perlu dijelaskan padapasien sebelum perawatan ortodontik.

• Peranti retensi lepasan dibutuhkankepatuhan pasien untuk memakai perantiretensinya. 

 

Penyediaan Ruangan dalam Perawatan

Ortodontik:

• Gigi berdesakan merupakan kelainan

dental yang paling sering.

• Gigi berdesakan digolongkan tiga kategori:

 – Berdesakan ringan ----> untuk koreksi

dibutuhkan ruangan 4 mm.

 – berdesakan sedang ----> dibutuhkan ruangan

4 - 8 mm

 – berdesakan parah -----> dibutuhkan ruangan

> 8 mm

 

• Penyediaan tempat untuk koreksi letak

gigi yang berdesakan dapat diperoleh dari:

 –  enamel stipping,

 – ekspansi lengkung geligl,

 – Distalisasi molar,

 – proklinasi insisivi

 – mencabut gigi Permanen. 

 

Enamel str ipp ing :

• Pengurangan enamel dapat dilakukan

pada sisi distal/mesial gigi sulung atau

permanen.

• selain menyediakan ruangan, juga

membentuk gigi permanen ke bentuk yang

lebih baik / memperbaiki titik kontak.

• Enamel stripping menggunakan metal

abrasive strip atau dengan bur high speed

air-turbine handpiece. 

 

• Banyaknya enamel yang dibuang adalah

0,25 mm tiap sisi.

• Bila enamel stripping pada semua insisivi

---------> didapat ruangan 2 mm di regio

anterlor

• Bila pada seluruh rahang -------> didapat

ruangan 5-6 mm.

• Usahakan untuk mempertahankan bentuk

gigi dan kontak dengan gigi yang

berdekatan.

 

• Sesudah enamel stripping harus diulas denganaplikasi topikal fluor untuk mencegah karies.

Ekspansi:

• Ekspansi ke arah transversal dilakukan dirahang atas ------> bila terdapat gigitansilang posterior.

• Ekspansi ke arah transversal di regioanterior untuk mendapatkan tempat agar

• gigi-gigi anterior yang sedikit berdesakandapat dikoreksi. 

 

• Ekspansi ke arah sagital ----->

memperpanjang lengkung geligi.

• Ekspansi sagital regio anterior perlu

diperhatikan posisi gigi tidak menggangguprofil pasien. 

 

Distalisasi molar.

• M1 atas dapat digerakkan ke distal untuk

menambah ruangan pada kasus yang bila

dilakukan pencabutan akan kelebihan

tempat atau sesudah dilakukan

pencabutan gigi permanen masih juga

kekurangan tempat.

• Juga dilakukan pada M1 permanen yang

bergeser ke mesial karena kehilangan

prematur molar kedua sulung. 

 

• Peranti yang digunakan bisa peranti

lepasan, atau headgear yang bisa

menggerakkan molar ke distal sejauh 2-3

mm tiap sisi.

• Peranti lain ------> peranti cekat di RA, mis:

pendulum yang menggerakkan molar ke

distal lebih banyak.

• Molar bawah juga dapat digerakkan ke

distal bila molar kedua sulung tanggalprematur. 

 

Peranti untuk menggerakkan molar ke distal.

 

Proklinasi Insisivi.

• Dapat dilakukan bila insisivi terletak retroklinasi

& profil wajah tidak cembung.

• Bila dilakukan berlebihan menyebabkan

profil menjadi lebih cembung dan insisivi

yang proklinasi cenderung relaps. 

 

Pencabutan Gigi Permanen.

• Pencabutan gigi permanen dilakukan bila

diskrepansi total menunjukkan kekurangan

tempat lebih dari 8 mm.

• Diskrepansi total terdiri atas:

 –  diskrepansi model,

 –  diskrepansi sefalometrik,

 – Kedalaman kurva Spee

 –  perkiraan banyaknya kehilanganpenjangkaran. 

 

• mendatarkan kurva Spee yang

kedalamannya < 3 mm diperlukan tempat

1 mm,

•  Bila > 5 mm diperlukan tempat 2 mm.

• Sebelum dilakukan pencabutan gigi

permanen pada masa geligi pergantian

perlu diperhatikan ------> gigi permanen

yang lain ada meskipun saat itu masih

belum erupsi. 

 

• Yang perlu diperhatikan sebelum

mencabut gigi permanen adalah:

 – Prognosis gigi,

mis: ada karies yang besar disertai kelainan

patologis pada apikal yang bila dirawat, ----->

prognosisnya dalam jangka lama masih

diragukan.

 – Letak gigi yang kadang-kadang sangat

menyimpang dari letak yang normal.

 – Banyaknya tempat yang dibutuhkan dan di mana

letak kekurangan tempat tersebut.

 – Relasi insisivi. 

 

 – Kebutuhan penjangkaran apakah perlu

digunakan penjangkaran maksimum / tidak.

 – Profil pasien ------> apakah pencabutan yang

dilakukan dapat menyebabkan perubahan

profil pasien,

mis: pasien dengan profil lurus dengan

adanya pencabutan dapat menyebabkan

profil menjadi cekung.

 – Tujuan perawatan apakah perawatan

komprehensif / perawatan kompromi / hanyaperawatan penunjang 

 

Pertimbangan pemilihan gigi yang akan

dicabut sbb:

• Insisivi:

 – jarang dipilih sebagai pilihan utama untuk

pencabutan karena insisivi memengaruhi

estetik geligi.

 – Dengan pencabutan insisivi di salah satu

rahang timbul kesukaran mengadakan

relasi gigi yang baik karena ada 3 gigi di

satu rahang sedangkan di rahang yang lain

ada 4 gigi.. 

 

 – Pada pencabutan insisivi bawah yang

kelihatannya sederhana ------> disini biasanya

dibutuhkan peranti cekat untuk mengkoreksi

letak gigi anterior bawah dan retensi cekat

untuk mempertahankan hasil perawatan.

 – Insisivi bawah kadang--kadang dicabut bila:

• keadaan gigi tidak baik terutama jaringan

periodontalnya.

•  Ada gigi berdesakan di anterior pada maloklusi

kelas I.

• Pasien maloklusi kelas III ringan dengan

berdesakan anterior.

 

• Kaninus:

 – peran kaninus sangat besar untuk estetik

maupun fungsi kunyah.

 – di beberapa negara pencabutan kaninus

dilakukan

 – Mis:

• kaninus ektopik jauh dari letaknya yang

benar

• insisivi lateral berkontak dengan baikdengan premolar pertama. 

 

• Premolar pertama:

 – merupakan gigi yang paling sering dicabut

untuk perawatan ortodontik bila kekurangan

tempat sedang sampai banyak.

 – Dicabut untuk mengkoreksi berdesakan baik

di anterior maupun di posterior.

 – Bila premolar pertama dicabut saat kaninus

erupsi biasanya secara spontan menempati_

bekas pencabutan premolar pertama.

 – sebagian besar ruangan bekas

pencabutan premolar pertama dipakaiuntuk koreksi berdesakan di anterior. 

 

• Premolar kedua:

 – Bila kebutuhan tempat ringan sampai sedang± 4 mm.

 – Hanya 25-50% tempat bekas pencabutanpremolar kedua yang dipakai untuk koreksigigi yang berdesakan.

 – Bila premolar kedua dicabut -----> kelebihantempat pencabutan premolar dapat ditutupdari posterior dengan menggerakkan molarpertama ke mesial -----> diperlukan peranticekat agar terdapat kontak yang baik antaramolar pertama permanen dengan premolarpertama

 

• Molar pertama permanen:

 – Pencabutan molar pertama permanen

menghasilkan tempat banyak -----> sehingga

dapat koreksi kelainan di anterior yang parah

meskipun waktu perawatan menjadi lebih

lama dan lebih sukar.

 

• Molar kedua permanen:

 – diindikasikan untuk dicabut.

 – Mis:

•  bila diperlukan menggerakkan molar pertama ke

distal

• Bila ada gigi berdesakan di posterior dan memberi

kesempatan molar ketiga untuk bergeser ke

mesial.

 

• Molar ketiga:

 – dahulu M3 dicabut untuk menghindari

berdesakan di regio anterior.

 – Sekarang banyak yang berpendapat ------->

pencabutan molar ketiga hanya untuk

mencegah berdesakan di regio anterior tidakdianjurkan.

 

Pemanfaatan ruangan bekas pencabutan gigi. 

Ukuran dalam milimeter

 

Perencanaan Perawatan padaKelainan Relasi Skeletal. 

Prinsip kelainan relasi skeletal untuk dapat

dirawat dengan mengadakan:

• Modifikasi pertumbuhan,

•  kamuflase

• Orthognathic surgery. 

 

• Modifikasi Pertumbuhan.

 – Dapat dilakukan pada pasien dalam masa

pertumbuhan dengan tujuan memperbaiki

relasi rahang.

 – Ada two phase treatment :

• Fase pertama : koreksi relasi rahang.

• fase kedua : mengatur letak gigi-gigi.

 – Banyak klinisi lebih menyukai one phase

treatment ------> melakukan perawatan pada

saat sudah tidak ada pertumbuhan.

 

 – Modifikasi pertumbuhan biasanya dilakukan

dengan menggunakan peranti fungsional.

 – Perawatan banyak berhasil untuk

mengkoreksi kelainan skeletal dalam jurusan

anteroposterior, misalnya: maloklusi kelas II

divisi 1.

 

Kamuflase secara Ortodontik.

• ditujukan pada maloklusi yang disertai

kelainan skeletal yang tidak parah.

• Kelainan skeletal yang terjadi diterima apa

adanya --------> gigi-gigi digerakkan

menjadi relasi kelas I.

• Kelainan skeletal ringan memberikan hasil

perawatan yang baik.

• kelainan skeletal parah kadang-kadang

tidak dapat memberikan hasil seperti yangdiharapkan 

 

• Orthognathic Surgery.

 – Merupakan gabungan perawatan ortodontik

dan pembedahan untuk menempatkan gigi

dan rahang dalam posisi yang normal

sehingga menghasilkan estetik wajah yang

baik.

 – Tindakan pembedahan dapat dilakukan

sesudah pasien tidak mengalami

pertumbuhan lagi.

 – Indikasinya: pasien yang mempunyai

problema skeletal yang parah, yang tidak

dapat dirawat dengan perawatanortodontik saja. 

 

Perawatan Orthodonti pada OrangDewasa 

• Perawatan pada orang yang masa

pertumbuhan telah berhenti -------> di atas

usia 18 tahun.

• Penelitian menunjukkan bahwa masih

terjadi perubahan sampai umur 30 tahun &

tidak signifikan terhadap penggunaanheadgear atau peranti fungsional. 

 

Keuntungan perawatan:

• Bentuk dan pola skelet tidak mengalami

perubahan.

• pasien biasanya sangat patuh dan

mempunyai motivasi internal yang tinggi.

• bila diperlukan tindakan pembedahan

sudah dapat dilaksanakan karena

pertumbuhan telah selesai. 

 

Keterbatasan perawatan:

• Karena pertumbuhan telah selesai maka

hasil perawatan tidak mendapat bantuan

dari pertumbuhan.

• Pasien lebih memperhatikan hasil

perawatan, meskipun kurang puas.

• Kamuflase dentoalveolar pada kelainan

skeletal hanya dapat mengkompensasi

kelainan yang tidak parah. Pertimbangan

harus lebih ditekankan pada perubahanprofil dan jaringan lunak. 

 

• Kemungkinan mempunyai penyakit

sistemik dan kelainan periodontal lebih

besar.

• Perawatan pasien dewasa ada 2:

 – perawatan komprehensif

 – perawatan penunjang (adjunctive). 

 

• Perawatan komprehensif :

 – mendapatkan hasil estetik dan fungsi yang

paling baik dengan cara menggerakkan gigi

dan lengkung geligi dan biasanya

menggunakan peranti cekat

 – Kasus tertentu dilakukan orthognathic

surgery.

• Perawatan penunjang: – untuk menunjang perawatan bidang lain,

 – Mis: bila molar pertama permanen hilang molar keduamenjadi mesioklinasi 

 

Prognosis: 

• Prognosis perawatan ortodontik adalahperkiraan tentang hasil perawatanortodontik.

• Prognosis dapat dikatakan tidakmenguntungkan atau menguntungkantergantung pada beberapa faktor,:

 – diagnosis,

 – etiologi,

 – rencana perawatan,

 –  pemilihan peranti yang digunakan

 – jaringan penyangga gigi,

 – kooperatif pasien 

 

• Diagnosis maloklusi hendaknya

ditegakkan dengan menggunakan semua

rekam ortodontik yang dibutuhkan.

• Secara umum diketahui bahwa maloklusi

kelas II divisi 1, kelas II divisi 2 dan kelas

III Angle merupakan maloklusi yang sukar

dirawat terutama bila digunakan perantilepasan. 

 

• Jaringan penyangga gigi sangat

berpengaruh pada perawatan ortodontik

karena ikut menentukan stabilitas hasil

perawatan.

• Jaringan penyangga yang kurang sehat

memberi prognosis yang kurang baik pada

perawatan ortodontik.

• Kepatuhan pasien memenuhi perjanjian

yang sudah ditentukan, menunjangkeberhasilan perawatan ortodontik. 

 

• Pasien yang tidak dapat memeliharakebersihan giginya, dan tidak maumemakai peranti tambahan yangdianjurkan --------> memberi prognosisyang kurang baik.

• Perkembangan teknik perawatan --------->memunculkan penggunaan perantitambahan yang tidak memerlukan kerjasama dan kepatuhan pasien,

• Mis: penggunaan mini screw atauminiplate dapat menggantikanpenggunaan headgear pada kasustertentu. 

 

mini screw 

 

TERIMA KASIH

SELAMAT BELAJAR