63
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario A BLOK XVI” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan. 2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual. 3. dr. Dimyati, M.Sc, selaku tutor Tutorial 4 4. Teman-teman seperjuangan 5. Semua pihak yang membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan Page | 1

laoprann

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ttrial

Citation preview

Page 1: laoprann

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial

Skenario A BLOK XVI” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu

tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat,

dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa

mendatang.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.

2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.

3. dr. Dimyati, M.Sc, selaku tutor Tutorial 4

4. Teman-teman seperjuangan

5. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada

semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi

kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Amin.

Palembang, Desember 2012

Penulis

Page | 1

Page 2: laoprann

DAFTAR ISI

Halaman Judul ….………………………………………………………………… i

Kata Pengantar…………………………………………………………………… 1

Daftar Isi ….……………………………………………………………………… 2

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 3

1.2 Maksud dan Tujuan ….……………………………………… 3

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial ..………………………………………………… 4

2.2 Skenario ….……………………………………………………. 4

2.3 Seven Jump Steps …………………………………………… 5

2.3.1 Klarifikasi Istilah-Istilah.……………………………. 5

2.3.2 Identifikasi Masalah ……………………………….... 6

2.3.3 Analisis Masalah……………………………………… 7

2.3.4 Hipotesis……………………………………………… 23

2.3.5 Kerangka Konsep…………………………………….. 24

2.3.6 Learning Issue………………………………………... 25

2.3.7 Sintesis……………………………………………….. 26

Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 43

Page | 2

Page 3: laoprann

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kesehatan Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keenambelas pada

semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang

memaparkan kasus mengenai Autistic Spektrum Disorder (ASD)

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Page | 3

Page 4: laoprann

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Dimyati, M.Sc

Waktu : Rabu, 26 Desember 2012

Jum’at, 28 Desember 2012

Moderator : Febbi Iral Pratama

Sekretaris meja : Widiawarmi

Sekretaris papan : Ricky Dwi Putra

Rules Tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Berbicara yang sopan dan penuh tata krama.

2.2 Skenario A Blok XVI

Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa

bicara. Enrico tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa

dimengerti orangtua dan orang lain. Enrico tidak mau bermain dengan teman sebaya,

tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila

memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya. Disamping itu juga

Enrico selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan, dan

sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengan seperti mau terbang.

Enrico anak kedua dari ibu usia 32 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38

minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.

Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9. Berat

badan waktu lahir 3000 gram. Kakak Enrico tidak mengalami kondisi seperti Enrico,

tumbuh kembangnya normal.

Pemeriksaan fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis, Kepala : Tidak

ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis.

Status Perkembangan :

- Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum

kepada pemeriksa

- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

- Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

Page | 4

Page 5: laoprann

- Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh)

- Tidak pernah menunjuk sesuatu

- Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, amalah melihat ke tangan

pemeriksa

- Bermain mobil-mobilan hanya disususun berurutan dan diperhatikan hanya bagian

rodanya saja

Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal

2.3 Seven Jump Steps

2.3.1 Klarifikasi Istilah

1. belum bisa bicara : keterlambatan bicara pada proses perkembangan anak akibat

autisme

2. tidak menoleh bila dipanggil : Gangguan interaksi sosial.

3. mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti : Development word deafness

4. tidak mau dipeluk : Sikap kurang peka terhadap sentuhan.

5. tidak mau diam : Hiperaktif, Sangat besar dorongan bergeraknya, disebutkan

juga over aktif

6. selalu mengepakkan tangan seperti mau terbang : Aktifitas yang dilakukan

berulang ulang

7. tidak bisa bermain pura-pura : gangguan dalam berbahasa

8. berlari tanpa tujuan yang jelas : suatu aktivitas yang berlebihan atau meningkat

secara abnormal

9. bila diajak bicara, tidak menatap muka lawan : gangguan dalam interaksi social

10. histeris bila mendengar suara keras : memberikan suatu respon dengan

teriakan

11. skor APGAR : ( Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) Metode

sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir, sesaat setelah

kelahiran

12. gambaran dismorfik: Gambaran bentuk tubuh yang tidak normal

Page | 5

Page 6: laoprann

2.3.2 Identifikasi masalah

1. Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.

Enrico tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa

dimengerti orangtua dan orang lain

2. Enrico tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan

menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan

mengambil tangan pengasuhnya

3. Enrico selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan, dan

sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengan seperti mau terbang.

4. Enrico anak kedua dari ibu usia 32 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38

minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.

Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9.

Berat badan waktu lahir 3000 gram. Kakak Enrico tidak mengalami kondisi seperti

Enrico, tumbuh kembangnya normal.

5. Pemeriksaan fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis, Kepala :

Tidak ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis.

6. Status Perkembangan :

- Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum

kepada pemeriksa

- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

- Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

- Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh)

- Tidak pernah menunjuk sesuatu

- Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, amalah melihat ke tangan

pemeriksa

- Bermain mobil-mobilan hanya disususun berurutan dan diperhatikan hanya bagian

rodanya saja

7. Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal

Page | 6

Page 7: laoprann

2.3.2 Analisis Masalah

1. a. bagaimana tumbuh kembang anak 24 bulan secara normal ?

jawab :

Tahap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Normal

MENGGAMBAR UMURMencoret 12 bulanMeniru membuat garis 15 bulanMembuat garis spontan 18 bulanMembuat garis horizontal dan vertikal 25 – 27 bulanMeniru membuat lingkaran 30 bulanMembuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahunMENYUSUN KUBUS (Gunakan kubus dengan sisi 2.5 cm) UMURMenyusun 2 kubus 15 bulanMenyusun 3 kubus 16 bulanKereta api dengan 4 kubus 2 tahunKereta api dengan cerobong asap 2.5 tahunJembatan dari 3 kubus 3 tahunPintu gerbang dari 5 kubus 4 tahunTangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat contoh

6 tahun

BERPAKAIAN UMURMembuka baju sendiri 24 bulanMemakai baju 36 bulanMembuka kancing 36 bulanMemasang kancing 48 bulanMengikatkan tali sepatu 60 bulan

Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak Normal

EKSPRESIF UMUR

Ooo-ooo 6 mingguGuu, guuu 3 bulana-guuu, a-guuu 4 bulanMengoceh 4-6 bulanDadadada (menggumam) 6 bulanDa-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti 8 bulanDada 10 bulanMama & kata pertama selain mama 11 bulanKata kedua 12 bulanKata ketiga 13 bulan4 – 6 kata 15 bulan7 – 20 kata 17 bulanKalimat pendek 2 kata 21 bulan50 kata & kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun

Page | 7

Page 8: laoprann

Kalimat terdiri dari 4 -5 kata, bercerita, menanyakan arti suatu kata, menghitung sampai 20

4 tahun

Umur Motor Behavior Adaptive

2

tahun

Berlari. Menyusun tumpukan 6

kubus

Meniru coretan garis lingkaran

Perkembangan bahasa

b. apa makna Enrico belum bisa bicara saat usia 24 bulan ?

jawab :

Terjadi gangguan kualitatif dalam komunikasi dalam hal ini keterlambatan

perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali. Defisit (kekurangan)

misalnya gangguan bicara / gangguan bahasa dan komunikasi verbal maupun

non verbal, seperti terlambat bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya

sendiri yang tidak dapat dimengerti.

c. apa saja yang bisa menyebabkan anak belum bisa bicara pada usia 24

bulan ?

jawab :

Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah

sebagai berikut:

Gangguan Pendengaran.

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar

pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila

ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan

pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa

terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem

Page | 8

2 tahun Bisa menyebutkan sejumlah nama benda di sekitarnya.Menggabungkan dua kata menjadi kalimat pendek “Mama bobo”Kosa kata mencapai 150—300 kataBisa berespon pada perintah seperti “Tunjukkan mana telingamu.”

Page 9: laoprann

pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu

saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat

keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga

saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu

atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila

kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan

pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9

bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam

akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam.

Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf

degeneratif.

Kelainan Organ Bicara.

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula

(rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi

septum nasi, adenoid atau kelainan laring.

Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan

mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula

mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.

Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa

rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti

”s”, ”k”, dan ”g”.

Retardasi Mental

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan

anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari

gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu

disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

Genetik Heriditer Dan Kelainan Kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya

juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya

keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX

terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi

bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa

Page | 9

Page 10: laoprann

kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih

berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.

Autisme

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai

dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,

perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

Gangguan Emosi Dan Perilaku Lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,

gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.

Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala

tersamar lainnya

d. apa makna anak belum bisa bicara pada usia 24 bulan ?

jawab :

setiap stimulus diterima oleh sel-sel otak untuk mengatur memori yang

dipengaruhi oleh asam linolenat, pada anak autis terjadi ke abnormalan sintesa

protein asam linolenat yang menyebabkan keabnormalan diotak terutama

didaerah area wernick dan broca yang menyebabkan gangguan bicara

e. apa makna anak mengeluarkan kata-kata tidak mengerti ?

jawab :

Pada penderita autis terdapat keabnormalan di area lobus frontal (area Broca)

gangguan berkomunikasi (Afasia Broca) ketidakmampuan mengatur

sistem vokal untuk menghasilkan kata-kata hanya bisa bergumam

Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua. Pada anak

dengan autism ini memiliki sifat antisosial termasuk dengan orang tuanya

sendiri sehingga anak akan jarang berkomunikasi dengan orang tuanya yang

membuat anak tidak banyak memiliki perbendaharaan kata-kata.

f. apa makna anak tidak menoleh bila dipanggil ?

jawab :

Page | 10

Page 11: laoprann

Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kurang mampu

melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik dan cenderung tidak

merespon terhadap panggilan atau lingkungan sekitar

Pada anak autis terdapat keabnormalan di area lobus temporal (Area Wernick)

tidak mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain tidak menoleh bila

dipanggil.

2. a. apa etiologi dan makna tidak mau bermain dengan teman sebaya ?

jawab :

Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kegagalan dalam

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat

perkembangan

Menunjukkan enrico mengalami gangguan untuk menjalin interaksi social dimana

ciri dari adanya gangguan Interaksi Sosial, yaitu (minimal 2):

1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi

muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju

2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya

3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat

4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah

b. apa etiologi dan makna tidak suka dipeluk ?

jawab :

Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kurang mampu

melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik. Biasanya dikarenakan

berlebihnya kepekaan atau hipersensitivitas terhadap sentuhan dan terganggu

dengan sentuhan, maka pelukan justru dapat diartikan sebagai hukuman yang

menyakitkan.

c. apa etiologi dan makna menjadi histeris bila mendengar suara keras ?

jawab :

Menjadi histeris dengan reaksi mudah mengamuk, marah, agresif, menangis,

takut, pada hal-hal tertentu dan mendadak tertawa ketika mendengar suara keras

sebagai akibat dari adanya gangguan pada sistem limbic sebagai pusat emosi pada

Page | 11

Page 12: laoprann

hipocampus dan amigdala. Terjadi gangguan dalam persepsi sensoris, yaitu bila

mendengar suara keras, ia akan menutup telinga dan histeris

d. apa etiologi dan makna bila memerlukan suatu Enrico akan mengambil

tangan pengasuhnya ?

jawab :

Mengindikasi adanya gangguan interaksi sosial. Anak-anak dengan gangguan

interaksi sosial pada umumnya dapat membentuk hubungan namun cukup dengan

anggota keluarga, pengasuh (seperti pada kasus) atau orang yang paling banyak

berperan dalam memberikan penanganan pada mereka.

e. bagaimana perkembangan psikososial pada anak yang normal?

Jawab :

Umur Status Interaksi Sosial Tindakan

1-2 tahun Penyempurnaan sosial aktif Anak mencari

mengharapkan ada teman

sebaya, memberikan

mainan bila diminta.

2-4 tahun Masa membangkang Anak berulang-ulang

mengatakan “saya mau”

dan akan marah bila tidak

terpenuhi, sudah mulai

mengerjakan tugas yang

diberikan orang tuanya.

3. a. apa etiologi dan makna selalu bergerak dan tidak mau diam?

jawab :

Terjadi gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang

berlebihan ( excessive) yaitu hiperaktif . Peningkatan neurotransmitter serotonin

anak menjadi lebih aktif (hiperaktivitas)

c. apa etiologi dan makna berlari berlari tanpa tujuan ?

Page | 12

Page 13: laoprann

jawab :

Terjadi gangguan pada serebelum. Terdapat hipoplasia cerebellum terutama

lobus ke 6-7 yang terjadi pada masa janin dan terjadi kekurangan jumlah sel

purkinje ( sel dengan kandungan serotonin tinggi). Terganggunya keseimbangan

antara neurotransmitter serotonin dan dopamine menyebabkan kacaunya lalu

lintas impuls di otak.

Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur

pergerakan otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah

serebelum gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan Anak

autism selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.

Peningkatan neurotransmitter serotonin anak menjadi lebih aktif

(hiperaktivitas)

d. apa etiologi dan makna sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan

lengan seperti mau terbang ?

jawab :

Sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lengannya seperti mau terbang ini

merupakan stereotipic atau gerakan berulang yang terjadi akibat adanya

abnormalitas cerebelum (kegagalan perkembangan sel otak untuk menyatu dengan

benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti dalam perkembangan otak

normal atau putusnya sinaps).

4. a. bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan Enrico ?

jawab :

Usia ibu 32 tahun tidak berhubungan dengan keluhan yang timbul pada Enrico

Lahir spontan : normal

Kehamilan 38 minggu : normal (37-38 minggu)

Setelah lahir langsung menangis : Normal merupakan refleks / respon yang harus

ada pada saat bayi baru lahir.

BB waktu lahir : 2700-3400 gram

BB waktu lahir 3000 gram Normal

Jadi, tidak ada hubungan antara riwayat kelahiran dengan keluhan Enrico

Page | 13

Page 14: laoprann

b. apa makna skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9 ?

jawab :

Skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9 : normal

Jumlah sko

r

Interpretasi Catatan

7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan

lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian

oksigen untuk membantu bernapas.

0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

c. bagaimana cara pemeriksaan APGAR ?

jawab :

Menit ke-1 setelah kelahiran, yaitu untuk menilai kemampuan adaptasi bayi

terhadap perubahan lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine atau untuk

menilai keadaan fisiologis bayi baru lahir.

Menit ke-5, untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi yang dilakukan serta

sebagai penentu prognosis.

Menit ke-10. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa

mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis. Penilaian dapat

dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi

Berikut keterangan mengenai skor APGAR dan interpretasinya secara umum:

Kriteria 0 1 2

Activity

(tonus otot)Lumpuh

Fleksi tungkai atas dan

bawahGerakan aktif

Pulse

(denyut jantung)Tidak ada < 100x/min > 100x/min

Grimace

(refleks

iritabilitas)

Tidak ada respon Meringis Bersin atau

batuk,

menjauh saat

Page | 14

Page 15: laoprann

saluran napas

distimulasi

Appearance

(warna kulit)

Biru - abu-abu

atau pucat di

seluruh tubuh

Badan merah, kaki dan

tangan biru

Seluruh

tubuh dan

anggota

gerak merah

Respiration

(pernapasan)Tidak bernapas

Menangis lemah;

terdengar seperti

merengek atau

mendengkur; Lambat,

ireguler

Baik,

menangis

kuat

*Penilaian pada satu menit pertama:

total nilai 7 - 10 : bayi dalam kondisi baik (bugar)

total nilai 4-6 : bayi mengalami sesak nafas (asfiksia) sedang

total nilai < 4 : bayi asfiksia berat.

*Penilaian 5 menit kemudian gunanya untuk menilai keberhasilan resusitasi

terhadap bayi.

5. a. bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik: BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm.

Kepala : tidak ada gambaran dismorfik, tidak ada kelainan neurologis ?

jawab :

BB 13 kg : Normal ( 10-15 kg )

PB 88 cm :Normal ( 80-90 cm )

LK 47 cm : Normal ( 45-51 cm )

Page | 15

Page 16: laoprann

b. apa makna status perkembangan :

- Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau

tersenyum kepada pemeriksa

- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

- Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

- Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh)

- Tidak pernah menunjuk sesuatu

- Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke

tangan pemeriksa

- Bermain mobil-mobilan hanya disususun berurutan dan diperhatikan

hanya bagian rodanya saja

Jawab :

Page | 16

Page 17: laoprann

Hasil pemeriksaan fisik Interpretasi

Bila diajak bicara, tidak mau

menatap muka lawan bicara

dan tidak mau tersenyum

kepada pemeriksa

Penurunan fungsi non verbal

dan ekspresi wajah (DSM-IV :

qualitative impairment of social

interaction, gangguan interaksi

social

Tidak menoleh ketika

dipanggil namanya

Tidak menunjukkan hubungan

emosional timbal-balik pada

orang lain (qualitative

impairment of social interaction)

Selalu mengepak-ngepakkan

tangannya

Melakukan kegiatan yang

berulang-ulang (qualitative

impairment of social

interaction), gangguan perilaku

Tidak bias bermain pura-

pura

Kurangnya symbolic play dan

social imitation (qualitative

impairment of communication),

gangguan interaksi social dan

gangguan perilaku

Tidak pernah menunjuk

sesuatu

Kurangnya spontaneous sharing

(qualitative impairment of social

interaction), gangguan perilaku

Tidak bisa disuruh untuk

melihat benda yang ditunjuk,

malah melihat ke tangan

pemeriksa

Kurangnya spontaneous sharing

(qualitative impairment of social

interaction), gangguan interaksi

social

Bermain mobil-mobilan

hanya disusun berurutan dan

diperhatikan hanya bagian

rodanya saja

Anak focus pada 1 minat dan

kecenderungan untung

menyusun/lining up object

(restricted range of activity and

interest), Gangguan prilaku

stereotipik

c. apa makna pemeriksaan penunjang : tes pendengaran normal ?

Page | 17

Page 18: laoprann

jawab :

menunjukkan tidak terjadi gangguan pendengaran atau ketulian

6. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ?

Jawab :

7. bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ?

Jawab :

Anamnesis

Dalam DSM-IV-R,( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) secara

ringkas kriteria diagnostik gangguan autistik adalah sebagai berikut:

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik:

a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti kontak mata,

ekspresi wajah, dan posisi tubuh;

b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan

tingkat perkembangan;

c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi dengan orang

lain; dan

Page | 18

Karakter ASD ADHD Retardasi

Mental

Gangguan bicara + + +/-

Gangguan

komunikasi non

verbal

+ -

+/-

Inattention + + -

Hiperaktif + + (dominan) -

Gangguan interaksi

social

+ - +/-

Kontak mata - + -

Stereotipik + + -

Gangguan motorik - - +/-

Page 19: laoprann

d. kurang mampu melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi:

a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali;

b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada kemampuan

memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain;

c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitif atau sulit dimengerti; dan

d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura

3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat dan

aktivitas:

a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih;

b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional;

c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan

d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek.

Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan autistik bila simtom-simtom di

atas telah tampak sebelum anak mencapai usia 36 bulan

Sebelum umur 3 tahun tampak adanya gangguan :

a. interaksi social

b. bicara+bahasa

c. cara bermain yang monoton

Bukan di sebabkan oleh syndroma rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak

Pemeriksaan fisik

Kepala : Tidak ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis.

Pemeriksaan Penunjang

a. The Screening Test For Autism In Two Years

b. EEG ( Elektroenrefalogram)

Untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,

diindikasikan pada gangguan otak

c. Skrening metabolik

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine untuk melihat

metabolisme mekanan di dalam tunuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang

anak . Misalmya disembuhkam dengan diet khusus.

d. MRI dan CT scan

Untuk mendiagmosis kelainan struktur otak karena dapat melihat struktur otak

secara lebih detail

Page | 19

Page 20: laoprann

e. Pemeriksaan genetik

Pemeriksaan darah untuk langsung kelainan genetik yang dapat menyebabkan

gangguan perkembangan.

8. apa penyakit yang paling mungkin pada kasus ?

Jawab :

Autistic Spectrum Disorder (ASD)

Etiologi :

Etiologi pada 80-90% kasus autis tidak diketahui penyebabnya.

a. Faktor psikodinamika dan keluarga

Tidak ada bukti memuaskan yang menyatakan bahwa jenis tertentu fungsi

keluarga yang menyimpang atau kumpulan factor psikodinamika yang

menyebabkan perkembangan gangguan autistic. Namun demikian, beberapa anak

autistic berspon terhadap stressor psikososial, seperti kelahiran seorang adik atau

pindah kerumah baru, dengan eksaserbasi gejala.

b. Kelainan organic-neurologis-biologis

Gangguan autistic dangejala autistic berhubungan dengan kondisi yang memiliki

lesi neurologis, terutama rubella congenital, fenilketinuria, sklerosis tuberosus,

dan gangguan Rett. Empat sampai 32 % orang sutistik memiliki kejang grand mal

pada suatu saat kehidupannya, dan kira-kira 20 sampai 25 % orang autistic

menunjukkan pembesaran ventrikuler pada pemeriksaan tomografi computer.

Pemeriksaan MRI menemukan hipoplasia pada lobules vermal VI dan VII

serebelar, dan penelitian MRI lain menemukan abnormalitas kortikal, terutama

polimikrogria, pada beberapa pasien autistic.

c. Faktor genetika

Dalam beberapa penelitian, antara 2 dan 4 persen sanak saudara orang autistic

ditemukan terkena gangguan autistic. Laporan klinis dan penelitian menyatakan

bahwa anggota keluarga nonautistik memiliki berbagai masalah bahasa atau

kognitif lainnya yang sama dengan orang autistic tetapi dalam bentuk yang kurang

parah.

Page | 20

Page 21: laoprann

d. Faktor imunologis

Beberapa bukti menyatalak inkompatibilitas antara ibu dan embrio atau janin

dapat menyebabkan gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic bereaksi

dengan antibody maternal, yang meningkatkan kemungkinan bahwa jaringan

neural embrionik mungkin mengalami kerusakan selama kehamilan.

e. Faktor Perinatal

Selama gestasi, perdarahan maternal setelah trisemester pertama dan mekonium

dalam cairan amnion telah dilaporkan lebih sering ditemukan pada anak autistic

dibandingkan populasi umum. Beberapa bukti menyatakan tingginya insidensi

pemakaian medikasi selama kehamilan oleh ibu dari anak autistic.

f. Temuan Neuroanatomi

Lobus temporalis diperkirakan sebagai bagian penting dalam otak yang mungkin

abnormal dalam gangguan autistic. Temuan lain pda gangguan autistic adalah

penuruanan sel purkinje di serebelum, kemungkinan menyebabkan kelainan

atensi, kesadaran, dan proses sensorik.

g. Temuan biokimia

Pada beberapa anak autistic, peningkatan homovanillic acid (suatu metenolit

utama dopamine) dalam cairan serebrospinalis adalah disertai dengan peningkatan

penarikan diri dan stereotipik. Beberapa bukti menyatakan keparahan gejala

menurun saat rasio 5-hydroxyindoleacettic acid (5-HIAA, metabolit serotonin)

cairan serebrospinal terhadap homovallinic acid cairan serebrospinalis meningkat.

9. bagaimana epidemiologi pada kasus ?

jawab :

Prevalensi :

a. 2-5 kasus per 10.000 anak (0,02-0,05%) dibawah usia 12 tahun

b. 25% pada anak usia 1 tahun

c. 50% pada anak usia 2 tahun

d. 25% pada anak usia >2 tahun

Page | 21

Page 22: laoprann

Distribusi jenis kelamin

a. ♂ : ♀ = 3 : 1

b. Anak perempuan yang memiliki gangguan austistik cenderung terkena lebih serius

dan lebih mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan

anak laki-laki.

Tidak ada hubungan dengan ras, etnis, dan sosial ekonomi.

10. bagaimana penatalaksanaan kasus ini secara komperhensif ?

Jawab:

a. Pendidikan khusus untuk bicara, interaksi sosial, perilaku, dan sensorik.

b. Obat anti psikotik, Agonis serotonin-dopamin risperidone, dengan prinsip

terapi dari dosis rendah kemudian ditingkatkan hingga mempunyai efek terapi

yang adekuat. Dosis : 0,5-4 mg/hari.

c. Memberikan dukungan untuk keluarga pasien.

11. apabila tidak di tata laksana dengan komperhensif apa yang akan terjadi ?

Jawab :

a. Retardasi mental

b. Gangguan pada akademik, sosial, dan pekerjaan

c. Sering mengalami kecelakaan seperti terpotong anggota badannya sendiri karena

kurangnya atau tidak

d. Gangguan tidur

e. Malnutrisi

12. bagaimana peluang sembuhnya ?

Jawab :

Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif dan mampu

memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : bonam

Page | 22

Page 23: laoprann

13. bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ?

Jawab :

Tingkat Kemampuan 2

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-

pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan

laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke

spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya

14. bagaimana islam memandang kasus ini ?

Jawab :

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-

lah pahala yang besar. (QS 64:15)

“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai

penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati

air yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh

(ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;

(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S. As Sajdah: 32, ayat 7 – 9)

2.3.4 Hipotesis

Enrico, laki-laki 24 tahun mengalami gangguan komunikasi interaksi social, dan

perilaku et causa Autistic Spectrum Disorder(ASD)

2.3.5 Kerangka Konsep

Page | 23

Autistic spectrum disorder (ASD)

Page 24: laoprann

2.3.6 Learning Issue

Page | 24

Gangguan fungsi serebelum

Kerusakan area lobus frontal dan temporal (wernic dan broca)

Gangguan komunikasi

Level serotonin dan dopamin

Tidak ada kontak mata

Gangguan fungsi motorik

stereotipik

Tidak bereaksi terhadap panggilan

Hanya bias bergumam, mengeluarkan kata tidak dimengerti

Kurang berinteraksi dengan orang lain

Bergerak kesana kemari tanpa tujuan

Page 25: laoprann

Pokok BahasanWhat I

Know

What I

don’t know

I have to

Prove

How will I

learn

1.Anatomi organ

terlibat (otak)

Area wernic

dan broca

System

limbic

- Text book

2.Tumbuh kembang

anak normal

Bahasa, interaksi

sosial

- Text book

- Internet

3.

Autism / Autistic

Spectrum

Disorder

Definisi,

epidemiologi

Etiologi,

penatalaksanan

- Text book

- Internet

4. ADHD

Definisi,

epidemiologi,

Etiologi,

penatalaksanan

- Text book

- Internet

- Jurnal

5. Retardasi mental

Definisi,

epidemiologi

,Etiologi,

penatalaksan

an

- Text book

- Internet

- Jurnal

2.3.7 Sintesis

1. anatomi organ terlibat (otak)

Area Broca

a. Pidato produksi

b. Memahami bahasa

Page | 25

Page 26: laoprann

Otak kecil

a. Kontrol gerakan koordinasi

b. Memelihara keseimbangan dan kesetimbangan

Cerebral Cortex cuping

a. Lobus frontal -Terlibat dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan

perencanaan 

b. Lobus occipital-Terlibat dengan visi dan pengakuan warna 

c. Lobus parietalis - Menerima dan memproses informasi sensorik 

d. Lobus temporal - Terlibat dengan tanggapan emosional, memori, dan pidato

Sistem limbik Struktur

a. Amigdala - Terlibat dalam respons emosional, sekresi hormon, dan memori 

b. Cingulate Gyrus - Lipatan di otak yang terlibat dengan input sensorik tentang emosi

dan peraturan perilaku agresif 

c. Fornix - An, band melengkung berserat serat saraf yang menghubungkan ke

hipokampus hipotalamus 

d. Hippocampus - Kenangan mengirim ke bagian yang tepat dari belahan otak untuk

penyimpanan jangka panjang dan retrievs mereka ketika diperlukan 

e. Hypothalamus - Mengarahkan banyak fungsi penting seperti suhu tubuh, kelaparan,

dan homeostasis 

f. Olfactory Cortex - Menerima informasi sensorik dari bola penciuman dan terlibat

dalam identifikasi bau 

g. Talamus - Massa sel abu-abu yang peduli relay sensorik sinyal ke dan dari sumsum

tulang belakang dan otak besar

Area Wernicke

Daerah otak di mana bahasa lisan dipahami

2. Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan

Perkembangan Fisik

Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di

dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki

tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi

Page | 26

Page 27: laoprann

agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan

pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan.

Perkembangan Kognitif

Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai

kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru

belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu

tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik,

dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat

untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana

cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak

lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan

piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan,

berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa.

Perkembangan Emosi

Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk

menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai

penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan

berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa

bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan

awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek

transisi, sesuatu yang berguna sebagai simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam

istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis

telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua telah dipenuhi.

Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini.

Anak yang sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh

wajah mereka sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah

pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali

ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika

tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka

sendiri, “jangan, jangan”, bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting

untuk mengontrol gerak hati, sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka

sering menyentuh suatu objek untuk menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan

internalisasi pada tahap ini.

Page | 27

Page 28: laoprann

Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang

lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan

distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti

perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan

perilaku agresif mereka.

Perkembangan Bahasa

Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi

nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa

kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata

pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata

kira-kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat

sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti

“berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol

lingkuangan sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa

lisan menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-

jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan

masalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan

manipulasi berkurang.

Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai

24 bulan. Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami

perkembangan bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan

pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk

evaluasi lebih lanjut. Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar

mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa

lainnya hanya sebagai bahasa sekunder.

3. Autisme

Definisi

Autis berasal dari kata “autos” yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri

sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme didefinisikan sebagai (1) cara berpikir

yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia

berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, menolak realitas, dan (3) keasyikan ekstrim

dengan pikiran dan fantasi sendiri .

Page | 28

Page 29: laoprann

Dalam DSM IV autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas

perkembangan pada interaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya

aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap

perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap

early infantile autism, childhood autism, atau Kanner’s autism.

Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif

(berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif

adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar,

memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused).

Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit

sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya

tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.

Prevalensi nya adalah 5 : 10.000 dengan perbandingan antara anak laki-laki dan

perempuan adalah 4 : 1. Jadi anak laki-laki memiliki kemungkinan mengidap autisme

lebih esar disbanding anak perempuan.

Karakteristik

Menurut kriteria diagnostic dalam DSM IV karakteristik penderita adalah:

A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1)

dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).

(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbal balik.

a. Tak mampu menjalin interaksi social yang cukup memadai : kontak mata

sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju

b. Tak bisa bermain dengan teman sebaya

c. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain

d. Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik

(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi

a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada

usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)

b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi

c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang

d. Cara bermain kurang variatif,kurang imajinatif, dan kurang isa meniru

(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan kegiatan.

Page | 29

Page 30: laoprann

a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan

berlebih-lebihan

b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tak ada

gunanya

c. Ada gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang

d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda

B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:

a. Interaksi social

b. Bicara dan berbahasa

c. Cara bermain yang kurang variatif

C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegrasi Masa Kanak

Penyebab

Menurut Bruno Bettelheim, dengan pendekatan Psikoanalisis dia berpendapat bahwa

ketika seorang anak berhadapan dengan sebuah dunia yang tidak responsive yaitu yang

merusak dan menyebabkan frustrasi, anak akan menarik diri darinya dan dari orang lain .

Tapi pendapat ini tidak banyak memberikan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk

mendukung teori tersebut.

Melalui pendekatan behaviorisme, Ferster mengemukakan pendapat bahwa

dikarenakan ketidakpedulian orang tua, khususnya ibu, menghentikan pembangunan

hubungan yang menjadi reinforcerment bagi manusia untuk bersosialisasi .

Akan tetapi autisme tampaknya tidak disebabkan oleh tigkah laku orang tua yang

dingin, tidak peduli, maupun perilaku patologis lainnya. Menurut sebuah penelitian yang

dilakukan oleh David Hansen dan Irving Gottesman dapat disimpulkan bahwa tidak ada

bukti kuat yang menunjukkan bahwa factor genetic tidak sepenuhnya berperan dalam

perkembangan autisme .Memang ditemukan kelainan kromosom pada anak autis, namun

kelainan itu tidak selalu pada kromosom yang sama .

Diyakini bahwa gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ-organ

(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0-4 bulan. Organ otak sendiri baru

terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Pada kehamilan trisemester pertama

yaitu 0-4 bulan factor pemicu autisme biasanya terdiri dari infeksi toxoplasma, rubella,

Page | 30

Page 31: laoprann

candida, logam berat (Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), obat-obatan,

jamu peluntur, muntah-muntah yang hebat (hiperemesis), pendarahan berat, dll .

Pada sebuah studi, subjek autisme menunjukkan pengurangan aktifitas otak, otak

penderita autisme sedikit lebih lebar dan berat daripada orang normal, dan syaraf-

syarafnya dideskripsikan sebagai tidak berkembang dengan matang (Kendall, h. 514,

1998).

Dari penelitian yang dilakukan para pakar dari banyak Negara ditemukan beerapa

fakta yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus patietalis cerebellum dan system

limbiknya. 43 % penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya

yang menyebabkan anak tidak peduli dengan lingkungannya. Kelainan juga ditemukan

pada otak kecil yang berfungsi pada proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar

berbahasa, dan proses atensi yaitu pada lobus ke VI dan VII

Sel purkinye juga sangat sedikit sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin

dan dopamine yang mengakiatkan terjadinya gangguan penghantaran impuls di otak.

Selain itu ditemukan kelainan yang khas di dalam system limbic yang disebut

hipokampus dan amigdala yang mengakibatkan gangguan fungsi control terhadap agresi

dan emosi .

Hipokampus berpengaruh pada fungsi belajar dan daya ingat sehingga bila

hipokampus terganggu maka terjadi kesulitan menyimpan informasi baru. Perilaku yang

berulang-ulang, aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hipokampus .

Treatment

Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme

masa kanak-kanak dapat dikoreksi. Tatalaksana koreksi harus dilakukan pada usia sedini

mungkin. Dengan beberapa metode yang pernah dicoba, 47 % penderita autisme murni

dapat menjadi normal. Berikut beberapa jenis terapi:

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan

didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi

pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian).

Page | 31

Page 32: laoprann

Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak

dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan

berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang

non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup

berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk

berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa

akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik

halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan

cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya,

dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih

mempergunakan otot-otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu

autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang

tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang

bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk

menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam

keterampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman dan main bersama ditempat

bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka

untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.

6) Terapi Bermain

Page | 32

Page 33: laoprann

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam

belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi

dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan

teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak

memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak

yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering

mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku

negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan

dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

8) Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap

sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat

perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan

intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang

lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).

Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi

melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange

Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan

ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN!

(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka

sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah

oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.

Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses,

dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi

Page | 33

Page 34: laoprann

bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila

mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh

sendiri (biomedis).

Terapi medikamentosa

Obat hanyalah terapi pendamping, bukan yang utama. Perlu dinyatakan bahwa belum

ada obat yang dapat menyembuhkan autisme. Obat dibutuhkan hanya untuk membantu

mengatasi masalah-masalah yang timbul yang tidak dapat diatasi dengan metoda non obat,

seperti hiperaktivitas, agresivitas, menyakiti diri dan insomnia. Atau bila metoda intervensi

non obat dikombinasikan dengan obat, diharapkan intervensinya dapat maksimal.7 Obat-obat

yang sering dipakai adalah:

Stimulan

Inatensi mungkin merupakan satu gejala yang mengganggu proses belajar. Harus

dibedakan antara inatensi yang merupakan bagian dari gejala autisme dengan inatensi

sebagai gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).

Deksamfetamin dan Levoamfetamin.

Metilfenidat.

Dapat meningkatkan atensi dan mengurangi distraktibilitas. Dosis: 0,3 mg/kg.

Spesifik serotonin reuptake inhibitor (ssri)

SSRI digunakan untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti perilaku yang melukai

diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, ritual obsesif dengan anxietas

yang tinggi. Pemberian SSRI dimulai dari dosis terkecil dan secara bertahap

dinaikkan sampai mencapai dosis terapeutik.

Fluoxetine.

Fluvoksamin.

Neuroleptik

Neuroleptik tipikal potensi rendah (Thioridazine).

Dapat menurunkan agreivitas dan agitasi. Dosis: 0,5-3 mh/kg/hari, dibagi dalam 2-3

kali/hari.

Neuroleptik tipikal potensi tinggi (Haloperidol dan Pimozide).

Page | 34

Page 35: laoprann

Dalam dosis kecil: 0,25-3 mg/hari, dapat menurunkan agresivitas, hiperaktivitas,

iritabilitas dan stereotipik.

Neuroleptik atipikal (Risperidon).

Bila digunakan dalam dosis yang direkomendasikan: 0,5-3 mg/hari dibagi dalam 2-3

kali/hari, dapat dinaikkan 0,25 mg setiap 3-5 hari sampai dosis inisial tercapai 1-2

mg/hari dalam 4-6 minggu, akan tampak perbaikan pada hubungan sosial, atensi dan

gejala obsesif.

4.ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity

disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hiperactivity = hiperaktif dan Disorder

= gangguan). Diartikan dalam Bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan

perhatian disertai hiperaktif.

            Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Hiperaktif adalah gangguan

perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas

anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. ADHD sekitar tiga kali lebih sering

terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

 ADHD, juga dikenal sebagai gangguan perhatian defisit (ADD) atau gangguan

hyperkinetic, telah ada lebih lama daripada kebanyakan orang sadari. Bahkan, kondisi yang

muncul untuk menjadi serupa dengan ADHD digambarkan oleh Hippocrates, yang tinggal

460-370 SM. Nama Perhatian Defisit Disorder pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980

di DSM-III, edisi ketiga dari "Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders",

digunakan dalam psikiatri. Pada tahun 1994 definisi telah diubah untuk memasukkan tiga

kelompok dalam ADHD: jenis dominan hiperaktif-impulsif, tipe didominasi inatentif, dan

jenis gabungan. ADHD biasanya muncul pada masa kanak-kanak tetapi dapat didiagnosis

pada orang dewasa.

Kriteria ADHD dari DSM IV (1994)

            Berikut ini kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistical Manual.

A.1 Kurang Perhatian

a. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail

Page | 35

Page 36: laoprann

b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau

kegiatan bermain.

c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara langsung

d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan

sekolah, pekerjaan atau tugas di tempat kerja.

e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.

f. Seringkali kehilangan barang/benda yang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan.

g. Seringkali mengihndari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang

membutuhkan usaha mental yang didukung.

h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.

i. Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

A.2 Hiperaktifitas Impulsifitas.

            Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas berkutnya

bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak

dengan tingkat perkembangan.

         Hiperaktivitas.

a.  Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering mengggeliat di kursi.

b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas

c.  Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.

d.  Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara

tenang.

e.  Sering ‘bergerak’ atau bertindak seolah-olah ‘dikendalikan oleh motor.

f.  Sering berbicara berlebihan.

         Impulsifitas

a.  Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.

b.  Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.

c.  Mereka sering mengintrupsi orang lain.

Page | 36

Page 37: laoprann

B. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan

gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.

C. Ada sesuatu di dua atau lebih setting/situasi.

D. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau

pekerjaan.

E. Gejala-gejala tidak terjadi selamanya berlaku PDD,skizofrenia, atau gangguan psikotik

lainnya dan tidak dijelaskan dengan lenbih baik oleh gangguan mental lainnya.

Faktor Penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Hiperaktif.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :

a.       Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai

dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urine),

cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.

b.      Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.

c.       Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini

ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal

berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang

tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah

pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut

mempunyai efek samping.

d.      Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat

mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali

& perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak

menunjukkan ciri berikut: perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak

memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik

& isyarat.

e.       Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar.

Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab

hiperaktivitas.  Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak

berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15

menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan

akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.

Page | 37

Page 38: laoprann

Penanganan dan Alternatif Penyembuhan Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD) atau Hiperaktif.

Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori

penyebabnya, maka tentunya banyak sekali terapi atau cara dalam penanganannya sesuai

dengan landasan teori penyebabnya. Ada satu hal yang perlu diketahui, bahwa tak ada

penyembuhan ADH. Beberapa terapi untuk anak hiperaktif :

1. Terapi Farmakologi

Adalah penanganan dengan menggunakan obat- obatan. Terapi ini hendaknya hanya

sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls impils

hiperaktif yang tidak terkendali. Rencana pengobatan harus dibuat secara individual,

tergantung gejala dan efeknya terhadap kehidupan sehari-hari. Penelitian jangka panjang

menunjukkan bahwa kombinasi obat dan terapi lain memberi hasil paling baik.

Pengobatan diberikan bila gejala impulsivitas, agresivitas, dan hiperaktivitas cukup

berat sehingga menyebabkan gangguan di sekolah, di rumah, atau hubungan dengan teman.

Pengobatan bertujuan menghilangkan gejala dan sangat memudahkan terapi psikologis.

Lamanya pengobatan tergantung ada atau tidaknya gejala yang ingin dihilangkan.

Saat ini tersedia beragam tipe pengobatan yang dapat digunakan dalam menangani

ADHD.

a. Stimulans.

Merupakan jenis obat yang paling sering digunakan dan sudah lebih 50 tahun dipakai

dalam menangani ADHD. Dosis yang diberikan pun bervariasi, ada yang setiap 4 jam

adapula yang lebih dari 12 jam . Sementara efek samping yang mungkin timbul, antara lain,

nafsu makan menurun, sakit perut, snewen dan insomnia.

b.NonStimulans

Mulai dianjurkan untuk menangani ADHD pada tahun 2003. Obat ini diketahui

mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan tipe stimulant, dan masa paruh

pakainya lebih dari 24 jam.

c. Antidepressants.

Page | 38

Page 39: laoprann

Terkadang dijadikan salah satu opsi dalam menangani ADHD, tetapi pada tahun 2004

Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan peringtan bahwa obat ini dapat memicu

gejala aneh yang meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri di antara anak dan remaja yang

menggunakannya.

Jika anak kita diberi resep antidepressant, maka penting sekali untuk mendiskusikan

risiko-risiko diatas dengan dokter.

Sebagai catatan, efek yang diberikan dari obat-obatan di atas akan berbeda-beda pada

setiap anak. Efek samping seperti hilangnya selera makan, kesulitan tidur, atau mengantuk

didalam kelas kerap kali dapat dikendalikan melalui penyesuaian dosis obat-obatan. Dengan

demikian, untuk menemukan dosis yang paling tepat, dokter akan mencoba beragam jenis

obat dan dosisnya khusunya, bila menangani anak ADHD yang disertai dengan kelainan

lainnya.

2.   Terapi Bermain

Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan

gerak , minat dan terbiasa dengan suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan

kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan beraktivitas dan

bekerja saat dewasa.

3. Terapi Perilaku                  

Terapi psikososial/perilaku, seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat dianjurkan

sebagai terapi awal bila gejala ADHD cukup ringan, diagnosis ADHD belum pasti, atau

keluarga memilih terapi ini. Namun, untuk jangka panjangnya, terapi perilaku saja tidak

cukup dalam menangani ADHD.

Berikut beberapa contoh strategi-strategi perilaku yang dapat membantu anak dengan

ADHD.

a.    Menjadwal Rutinitas Harian.

Cobalah untuk megikuti “jadwal” kegiatan yang sama setiap hari dari bangun tidur

sampai tidur lagi. Taruh jadwal tersebut di tempat yang dapat dilihat dengan mudah sehingga

anak pun tahu.

b.   Keteraturan dan kerapian.

Page | 39

Page 40: laoprann

   Taruh tas sekolah, pakaian dan mainan di tempat yang telah ditentukan. Dengan demikian,

risiko kehilangan benda-benda milik pribadi anak menjadi kecil.

c.    Mengurangi Distraksi.

   Matikan TV, radio dan game komputer khususnya pada saat anak sedang belajar atau

mengerjakan PR.

5,Retardasi Mental(RM)

Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.

(Soetjiningsih,1995). Retardasi mental menurut The Individuals with Disabilities Education

Act (IDEA) adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan

defisit perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode perkembangan serta berakibat buruk

terhadap kemampuan belajar.

Kriteria diagnostik untuk RM

A. IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).

B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu:

efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut

usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut:

komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan

sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik fungsional,

pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan.

C. Onset sebelum usia 18 tahun.

Klasifikasi RM

A. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.

B. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.

C. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.

D. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.

Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi IQ

pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.

Faktor penyebab

A. Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.

B. Kerusakan fisik otak.

C. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.

D. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.

Page | 40

Page 41: laoprann

E. Kelainan Kromosom

1. Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina diri,

memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan

terus terjadi mulai usia 1 s/d 30 tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan

hidup tidak lebih dari 40 tahun.

2. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek. Diagnosis:

gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif. Catatan: Fungsi

Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.

Karakteristik Perkembangan Orang Dengan RM

Derajat

RM

Usia Prasekolah

Maturasi &

Perkembangan

Usia sekolah 6-20

Latihan & Pendidikan

Dewasa (21 & lebih)

Keadekuatan Sosial &

Kejuruan

Sangat

berat

Retardasi jelas; kapasitas

berfungsi yang minimal

dalam bidang

sensorimotorik;

memerlukan perawatan;

memerlukan bantuan &

pengawasan terus menerus.

Ada beberapa

perkembangan motorik;

dapat berespon minimal

atau terbatas terhadap

latihan menolong diri

sendiri.

Beberapa

perkembangan motorik

dan bicara; dapat

mencapai perawatan

diri yang sangat

terbatas; memerlukan

perawatan.

Berat

Perkembangan motorik

yang miskin; berbicara

sedikit biasanya tidak

mampu belajar dari latihan

menolong diri sendiri;

sedikit atau tidak

mempunyai keterampilan

komunuikasi.

Dapat berbicara atau

belajar berkomunikasi;

dapat dilatih dalam

kebiasaan sehat dasar;

memperoleh manfaat dari

latihan kebiasaan

sistematik; tidak mampu

memperoleh manfaat dari

latihan kejuruan.

Dapat bereperan

sebagian dalam

pemeliharaan diri

sendiri dibawah

pengawasan lengkap;

dapat mengembangkan

keterampilan

melindungi diri sendiri

sampai tingkat minimal

yang berguna dalam

lingkungan yang

terkendali.

Sedang Dapat berbicara atau belajar

untuk berkomunikasi;

kesadaran sosial yang

Dapat memperoleh

manfaat dari latihan

dalam keterampilan

Dapat bekerja sendiri

dalam pekerjaan yang

tidak terlatih dan

Page | 41

Page 42: laoprann

buruk; perkembangan

motorik yang cukup;

mendapat manfaat dari

latihan menolong diri

sendiri; dapat ditangani

dengan pengawasan sedang.

sosial dan pekerjaan;

tidak mungkin

berkembang lebih dari

kelas dua dalam subjek

akademik; dapat belajar

pergi sendirian ditempat

yang dikenal.

setengah terlatih

dibawah kondisi

terawasi; memerlukan

pengawasan dan

bimbingan jika berada

dalam stress sosial atau

ekonomi ringan.

Ringan

Dapat mengembangkan

keterampilan sosial dan

komunikasi; retardasi

minimal dan bidang

sensorimotorik; sering tidak

dapat dibedakan dari normal

sampai lebih tua.

Dapat belajar

keterampilan akademik

sampai kira-kira kelas

enam pada akhir usia

remaja; dapat dibimbing

untuk menyesuaikan diri

dengan sosial.

Biasanya dapat

mencapai keterampilan

sosial dan kejuruan

yang adekuat untuk

membiayai diri sendiri

minimal tetapi mungkin

memerlukan bantuan

dan bimbingan jika

dibawah stress sosial

atau ekonomi yang

tidak biasa.

Catatan: Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis adalah: 1. Anak RM

biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan

umur mentalnya, 2. mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, 3.

mereka memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

DAFTAR PUSTAKA

Page | 42

Page 43: laoprann

Buku Standar Kompetensi Dokter. Edisi I. Jakarta, 2006. Penerbit: Konsil Kedokteran

Indonesia

David A. Tomb.2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6, , Jakarta : EGC

Ganiswarna, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FK UI

Kaplan Harlod, Benjamin J sadock dkk.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 1, Tanggerang, Bina

Aksara Publisher

Kaplan Harlod, Benjamin J sadock dkk, Sinopsis Psikiatri Jilid 2.2010. Tanggerang, Bina

Aksara Publisher

Maslim Rusdi dr,Sp.KJ. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Maslim Rusdi dr, Sp.KJ. 2007. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Soetjiningsih dr. Sp.AK.2000. Tumbuh Kembang Anak. . Jakarta: EGC

Page | 43