Upload
daniel-parks
View
24
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ttrial
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial
Skenario A BLOK XVI” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Dimyati, M.Sc, selaku tutor Tutorial 4
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Amin.
Palembang, Desember 2012
Penulis
Page | 1
DAFTAR ISI
Halaman Judul ….………………………………………………………………… i
Kata Pengantar…………………………………………………………………… 1
Daftar Isi ….……………………………………………………………………… 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 3
1.2 Maksud dan Tujuan ….……………………………………… 3
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial ..………………………………………………… 4
2.2 Skenario ….……………………………………………………. 4
2.3 Seven Jump Steps …………………………………………… 5
2.3.1 Klarifikasi Istilah-Istilah.……………………………. 5
2.3.2 Identifikasi Masalah ……………………………….... 6
2.3.3 Analisis Masalah……………………………………… 7
2.3.4 Hipotesis……………………………………………… 23
2.3.5 Kerangka Konsep…………………………………….. 24
2.3.6 Learning Issue………………………………………... 25
2.3.7 Sintesis……………………………………………….. 26
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 43
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Kesehatan Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keenambelas pada
semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang
memaparkan kasus mengenai Autistic Spektrum Disorder (ASD)
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Dimyati, M.Sc
Waktu : Rabu, 26 Desember 2012
Jum’at, 28 Desember 2012
Moderator : Febbi Iral Pratama
Sekretaris meja : Widiawarmi
Sekretaris papan : Ricky Dwi Putra
Rules Tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Berbicara yang sopan dan penuh tata krama.
2.2 Skenario A Blok XVI
Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
bicara. Enrico tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa
dimengerti orangtua dan orang lain. Enrico tidak mau bermain dengan teman sebaya,
tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila
memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya. Disamping itu juga
Enrico selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan, dan
sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengan seperti mau terbang.
Enrico anak kedua dari ibu usia 32 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.
Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9. Berat
badan waktu lahir 3000 gram. Kakak Enrico tidak mengalami kondisi seperti Enrico,
tumbuh kembangnya normal.
Pemeriksaan fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis, Kepala : Tidak
ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis.
Status Perkembangan :
- Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa
- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya
- Selalu mengepak-ngepakkan lengannya
Page | 4
- Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh)
- Tidak pernah menunjuk sesuatu
- Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, amalah melihat ke tangan
pemeriksa
- Bermain mobil-mobilan hanya disususun berurutan dan diperhatikan hanya bagian
rodanya saja
Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal
2.3 Seven Jump Steps
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. belum bisa bicara : keterlambatan bicara pada proses perkembangan anak akibat
autisme
2. tidak menoleh bila dipanggil : Gangguan interaksi sosial.
3. mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti : Development word deafness
4. tidak mau dipeluk : Sikap kurang peka terhadap sentuhan.
5. tidak mau diam : Hiperaktif, Sangat besar dorongan bergeraknya, disebutkan
juga over aktif
6. selalu mengepakkan tangan seperti mau terbang : Aktifitas yang dilakukan
berulang ulang
7. tidak bisa bermain pura-pura : gangguan dalam berbahasa
8. berlari tanpa tujuan yang jelas : suatu aktivitas yang berlebihan atau meningkat
secara abnormal
9. bila diajak bicara, tidak menatap muka lawan : gangguan dalam interaksi social
10. histeris bila mendengar suara keras : memberikan suatu respon dengan
teriakan
11. skor APGAR : ( Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) Metode
sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir, sesaat setelah
kelahiran
12. gambaran dismorfik: Gambaran bentuk tubuh yang tidak normal
Page | 5
2.3.2 Identifikasi masalah
1. Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.
Enrico tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa
dimengerti orangtua dan orang lain
2. Enrico tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan
menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan
mengambil tangan pengasuhnya
3. Enrico selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan, dan
sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengan seperti mau terbang.
4. Enrico anak kedua dari ibu usia 32 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.
Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9.
Berat badan waktu lahir 3000 gram. Kakak Enrico tidak mengalami kondisi seperti
Enrico, tumbuh kembangnya normal.
5. Pemeriksaan fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis, Kepala :
Tidak ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis.
6. Status Perkembangan :
- Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa
- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya
- Selalu mengepak-ngepakkan lengannya
- Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh)
- Tidak pernah menunjuk sesuatu
- Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, amalah melihat ke tangan
pemeriksa
- Bermain mobil-mobilan hanya disususun berurutan dan diperhatikan hanya bagian
rodanya saja
7. Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal
Page | 6
2.3.2 Analisis Masalah
1. a. bagaimana tumbuh kembang anak 24 bulan secara normal ?
jawab :
Tahap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Normal
MENGGAMBAR UMURMencoret 12 bulanMeniru membuat garis 15 bulanMembuat garis spontan 18 bulanMembuat garis horizontal dan vertikal 25 – 27 bulanMeniru membuat lingkaran 30 bulanMembuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahunMENYUSUN KUBUS (Gunakan kubus dengan sisi 2.5 cm) UMURMenyusun 2 kubus 15 bulanMenyusun 3 kubus 16 bulanKereta api dengan 4 kubus 2 tahunKereta api dengan cerobong asap 2.5 tahunJembatan dari 3 kubus 3 tahunPintu gerbang dari 5 kubus 4 tahunTangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat contoh
6 tahun
BERPAKAIAN UMURMembuka baju sendiri 24 bulanMemakai baju 36 bulanMembuka kancing 36 bulanMemasang kancing 48 bulanMengikatkan tali sepatu 60 bulan
Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak Normal
EKSPRESIF UMUR
Ooo-ooo 6 mingguGuu, guuu 3 bulana-guuu, a-guuu 4 bulanMengoceh 4-6 bulanDadadada (menggumam) 6 bulanDa-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti 8 bulanDada 10 bulanMama & kata pertama selain mama 11 bulanKata kedua 12 bulanKata ketiga 13 bulan4 – 6 kata 15 bulan7 – 20 kata 17 bulanKalimat pendek 2 kata 21 bulan50 kata & kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun
Page | 7
Kalimat terdiri dari 4 -5 kata, bercerita, menanyakan arti suatu kata, menghitung sampai 20
4 tahun
Umur Motor Behavior Adaptive
2
tahun
Berlari. Menyusun tumpukan 6
kubus
Meniru coretan garis lingkaran
Perkembangan bahasa
b. apa makna Enrico belum bisa bicara saat usia 24 bulan ?
jawab :
Terjadi gangguan kualitatif dalam komunikasi dalam hal ini keterlambatan
perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali. Defisit (kekurangan)
misalnya gangguan bicara / gangguan bahasa dan komunikasi verbal maupun
non verbal, seperti terlambat bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya
sendiri yang tidak dapat dimengerti.
c. apa saja yang bisa menyebabkan anak belum bisa bicara pada usia 24
bulan ?
jawab :
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah
sebagai berikut:
Gangguan Pendengaran.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila
ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan
pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa
terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem
Page | 8
2 tahun Bisa menyebutkan sejumlah nama benda di sekitarnya.Menggabungkan dua kata menjadi kalimat pendek “Mama bobo”Kosa kata mencapai 150—300 kataBisa berespon pada perintah seperti “Tunjukkan mana telingamu.”
pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu
saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat
keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga
saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu
atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila
kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan
pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9
bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam
akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam.
Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf
degeneratif.
Kelainan Organ Bicara.
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula
(rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi
septum nasi, adenoid atau kelainan laring.
Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan
mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa
rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti
”s”, ”k”, dan ”g”.
Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan
anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari
gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu
disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
Genetik Heriditer Dan Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya
juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya
keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX
terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi
bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa
Page | 9
kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih
berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Gangguan Emosi Dan Perilaku Lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.
Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala
tersamar lainnya
d. apa makna anak belum bisa bicara pada usia 24 bulan ?
jawab :
setiap stimulus diterima oleh sel-sel otak untuk mengatur memori yang
dipengaruhi oleh asam linolenat, pada anak autis terjadi ke abnormalan sintesa
protein asam linolenat yang menyebabkan keabnormalan diotak terutama
didaerah area wernick dan broca yang menyebabkan gangguan bicara
e. apa makna anak mengeluarkan kata-kata tidak mengerti ?
jawab :
Pada penderita autis terdapat keabnormalan di area lobus frontal (area Broca)
gangguan berkomunikasi (Afasia Broca) ketidakmampuan mengatur
sistem vokal untuk menghasilkan kata-kata hanya bisa bergumam
Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua. Pada anak
dengan autism ini memiliki sifat antisosial termasuk dengan orang tuanya
sendiri sehingga anak akan jarang berkomunikasi dengan orang tuanya yang
membuat anak tidak banyak memiliki perbendaharaan kata-kata.
f. apa makna anak tidak menoleh bila dipanggil ?
jawab :
Page | 10
Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kurang mampu
melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik dan cenderung tidak
merespon terhadap panggilan atau lingkungan sekitar
Pada anak autis terdapat keabnormalan di area lobus temporal (Area Wernick)
tidak mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain tidak menoleh bila
dipanggil.
2. a. apa etiologi dan makna tidak mau bermain dengan teman sebaya ?
jawab :
Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kegagalan dalam
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat
perkembangan
Menunjukkan enrico mengalami gangguan untuk menjalin interaksi social dimana
ciri dari adanya gangguan Interaksi Sosial, yaitu (minimal 2):
1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi
muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah
b. apa etiologi dan makna tidak suka dipeluk ?
jawab :
Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kurang mampu
melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik. Biasanya dikarenakan
berlebihnya kepekaan atau hipersensitivitas terhadap sentuhan dan terganggu
dengan sentuhan, maka pelukan justru dapat diartikan sebagai hukuman yang
menyakitkan.
c. apa etiologi dan makna menjadi histeris bila mendengar suara keras ?
jawab :
Menjadi histeris dengan reaksi mudah mengamuk, marah, agresif, menangis,
takut, pada hal-hal tertentu dan mendadak tertawa ketika mendengar suara keras
sebagai akibat dari adanya gangguan pada sistem limbic sebagai pusat emosi pada
Page | 11
hipocampus dan amigdala. Terjadi gangguan dalam persepsi sensoris, yaitu bila
mendengar suara keras, ia akan menutup telinga dan histeris
d. apa etiologi dan makna bila memerlukan suatu Enrico akan mengambil
tangan pengasuhnya ?
jawab :
Mengindikasi adanya gangguan interaksi sosial. Anak-anak dengan gangguan
interaksi sosial pada umumnya dapat membentuk hubungan namun cukup dengan
anggota keluarga, pengasuh (seperti pada kasus) atau orang yang paling banyak
berperan dalam memberikan penanganan pada mereka.
e. bagaimana perkembangan psikososial pada anak yang normal?
Jawab :
Umur Status Interaksi Sosial Tindakan
1-2 tahun Penyempurnaan sosial aktif Anak mencari
mengharapkan ada teman
sebaya, memberikan
mainan bila diminta.
2-4 tahun Masa membangkang Anak berulang-ulang
mengatakan “saya mau”
dan akan marah bila tidak
terpenuhi, sudah mulai
mengerjakan tugas yang
diberikan orang tuanya.
3. a. apa etiologi dan makna selalu bergerak dan tidak mau diam?
jawab :
Terjadi gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang
berlebihan ( excessive) yaitu hiperaktif . Peningkatan neurotransmitter serotonin
anak menjadi lebih aktif (hiperaktivitas)
c. apa etiologi dan makna berlari berlari tanpa tujuan ?
Page | 12
jawab :
Terjadi gangguan pada serebelum. Terdapat hipoplasia cerebellum terutama
lobus ke 6-7 yang terjadi pada masa janin dan terjadi kekurangan jumlah sel
purkinje ( sel dengan kandungan serotonin tinggi). Terganggunya keseimbangan
antara neurotransmitter serotonin dan dopamine menyebabkan kacaunya lalu
lintas impuls di otak.
Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur
pergerakan otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah
serebelum gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan Anak
autism selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.
Peningkatan neurotransmitter serotonin anak menjadi lebih aktif
(hiperaktivitas)
d. apa etiologi dan makna sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan
lengan seperti mau terbang ?
jawab :
Sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lengannya seperti mau terbang ini
merupakan stereotipic atau gerakan berulang yang terjadi akibat adanya
abnormalitas cerebelum (kegagalan perkembangan sel otak untuk menyatu dengan
benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti dalam perkembangan otak
normal atau putusnya sinaps).
4. a. bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan Enrico ?
jawab :
Usia ibu 32 tahun tidak berhubungan dengan keluhan yang timbul pada Enrico
Lahir spontan : normal
Kehamilan 38 minggu : normal (37-38 minggu)
Setelah lahir langsung menangis : Normal merupakan refleks / respon yang harus
ada pada saat bayi baru lahir.
BB waktu lahir : 2700-3400 gram
BB waktu lahir 3000 gram Normal
Jadi, tidak ada hubungan antara riwayat kelahiran dengan keluhan Enrico
Page | 13
b. apa makna skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9 ?
jawab :
Skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9 : normal
Jumlah sko
r
Interpretasi Catatan
7-10 Bayi normal
4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian
oksigen untuk membantu bernapas.
0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
c. bagaimana cara pemeriksaan APGAR ?
jawab :
Menit ke-1 setelah kelahiran, yaitu untuk menilai kemampuan adaptasi bayi
terhadap perubahan lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine atau untuk
menilai keadaan fisiologis bayi baru lahir.
Menit ke-5, untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi yang dilakukan serta
sebagai penentu prognosis.
Menit ke-10. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa
mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis. Penilaian dapat
dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi
Berikut keterangan mengenai skor APGAR dan interpretasinya secara umum:
Kriteria 0 1 2
Activity
(tonus otot)Lumpuh
Fleksi tungkai atas dan
bawahGerakan aktif
Pulse
(denyut jantung)Tidak ada < 100x/min > 100x/min
Grimace
(refleks
iritabilitas)
Tidak ada respon Meringis Bersin atau
batuk,
menjauh saat
Page | 14
saluran napas
distimulasi
Appearance
(warna kulit)
Biru - abu-abu
atau pucat di
seluruh tubuh
Badan merah, kaki dan
tangan biru
Seluruh
tubuh dan
anggota
gerak merah
Respiration
(pernapasan)Tidak bernapas
Menangis lemah;
terdengar seperti
merengek atau
mendengkur; Lambat,
ireguler
Baik,
menangis
kuat
*Penilaian pada satu menit pertama:
total nilai 7 - 10 : bayi dalam kondisi baik (bugar)
total nilai 4-6 : bayi mengalami sesak nafas (asfiksia) sedang
total nilai < 4 : bayi asfiksia berat.
*Penilaian 5 menit kemudian gunanya untuk menilai keberhasilan resusitasi
terhadap bayi.
5. a. bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik: BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm.
Kepala : tidak ada gambaran dismorfik, tidak ada kelainan neurologis ?
jawab :
BB 13 kg : Normal ( 10-15 kg )
PB 88 cm :Normal ( 80-90 cm )
LK 47 cm : Normal ( 45-51 cm )
Page | 15
b. apa makna status perkembangan :
- Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau
tersenyum kepada pemeriksa
- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya
- Selalu mengepak-ngepakkan lengannya
- Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh)
- Tidak pernah menunjuk sesuatu
- Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke
tangan pemeriksa
- Bermain mobil-mobilan hanya disususun berurutan dan diperhatikan
hanya bagian rodanya saja
Jawab :
Page | 16
Hasil pemeriksaan fisik Interpretasi
Bila diajak bicara, tidak mau
menatap muka lawan bicara
dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa
Penurunan fungsi non verbal
dan ekspresi wajah (DSM-IV :
qualitative impairment of social
interaction, gangguan interaksi
social
Tidak menoleh ketika
dipanggil namanya
Tidak menunjukkan hubungan
emosional timbal-balik pada
orang lain (qualitative
impairment of social interaction)
Selalu mengepak-ngepakkan
tangannya
Melakukan kegiatan yang
berulang-ulang (qualitative
impairment of social
interaction), gangguan perilaku
Tidak bias bermain pura-
pura
Kurangnya symbolic play dan
social imitation (qualitative
impairment of communication),
gangguan interaksi social dan
gangguan perilaku
Tidak pernah menunjuk
sesuatu
Kurangnya spontaneous sharing
(qualitative impairment of social
interaction), gangguan perilaku
Tidak bisa disuruh untuk
melihat benda yang ditunjuk,
malah melihat ke tangan
pemeriksa
Kurangnya spontaneous sharing
(qualitative impairment of social
interaction), gangguan interaksi
social
Bermain mobil-mobilan
hanya disusun berurutan dan
diperhatikan hanya bagian
rodanya saja
Anak focus pada 1 minat dan
kecenderungan untung
menyusun/lining up object
(restricted range of activity and
interest), Gangguan prilaku
stereotipik
c. apa makna pemeriksaan penunjang : tes pendengaran normal ?
Page | 17
jawab :
menunjukkan tidak terjadi gangguan pendengaran atau ketulian
6. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ?
Jawab :
7. bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ?
Jawab :
Anamnesis
Dalam DSM-IV-R,( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) secara
ringkas kriteria diagnostik gangguan autistik adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik:
a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti kontak mata,
ekspresi wajah, dan posisi tubuh;
b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan
tingkat perkembangan;
c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi dengan orang
lain; dan
Page | 18
Karakter ASD ADHD Retardasi
Mental
Gangguan bicara + + +/-
Gangguan
komunikasi non
verbal
+ -
+/-
Inattention + + -
Hiperaktif + + (dominan) -
Gangguan interaksi
social
+ - +/-
Kontak mata - + -
Stereotipik + + -
Gangguan motorik - - +/-
d. kurang mampu melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik.
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi:
a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali;
b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada kemampuan
memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain;
c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitif atau sulit dimengerti; dan
d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura
3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat dan
aktivitas:
a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih;
b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional;
c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan
d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek.
Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan autistik bila simtom-simtom di
atas telah tampak sebelum anak mencapai usia 36 bulan
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya gangguan :
a. interaksi social
b. bicara+bahasa
c. cara bermain yang monoton
Bukan di sebabkan oleh syndroma rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak
Pemeriksaan fisik
Kepala : Tidak ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis.
Pemeriksaan Penunjang
a. The Screening Test For Autism In Two Years
b. EEG ( Elektroenrefalogram)
Untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,
diindikasikan pada gangguan otak
c. Skrening metabolik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine untuk melihat
metabolisme mekanan di dalam tunuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang
anak . Misalmya disembuhkam dengan diet khusus.
d. MRI dan CT scan
Untuk mendiagmosis kelainan struktur otak karena dapat melihat struktur otak
secara lebih detail
Page | 19
e. Pemeriksaan genetik
Pemeriksaan darah untuk langsung kelainan genetik yang dapat menyebabkan
gangguan perkembangan.
8. apa penyakit yang paling mungkin pada kasus ?
Jawab :
Autistic Spectrum Disorder (ASD)
Etiologi :
Etiologi pada 80-90% kasus autis tidak diketahui penyebabnya.
a. Faktor psikodinamika dan keluarga
Tidak ada bukti memuaskan yang menyatakan bahwa jenis tertentu fungsi
keluarga yang menyimpang atau kumpulan factor psikodinamika yang
menyebabkan perkembangan gangguan autistic. Namun demikian, beberapa anak
autistic berspon terhadap stressor psikososial, seperti kelahiran seorang adik atau
pindah kerumah baru, dengan eksaserbasi gejala.
b. Kelainan organic-neurologis-biologis
Gangguan autistic dangejala autistic berhubungan dengan kondisi yang memiliki
lesi neurologis, terutama rubella congenital, fenilketinuria, sklerosis tuberosus,
dan gangguan Rett. Empat sampai 32 % orang sutistik memiliki kejang grand mal
pada suatu saat kehidupannya, dan kira-kira 20 sampai 25 % orang autistic
menunjukkan pembesaran ventrikuler pada pemeriksaan tomografi computer.
Pemeriksaan MRI menemukan hipoplasia pada lobules vermal VI dan VII
serebelar, dan penelitian MRI lain menemukan abnormalitas kortikal, terutama
polimikrogria, pada beberapa pasien autistic.
c. Faktor genetika
Dalam beberapa penelitian, antara 2 dan 4 persen sanak saudara orang autistic
ditemukan terkena gangguan autistic. Laporan klinis dan penelitian menyatakan
bahwa anggota keluarga nonautistik memiliki berbagai masalah bahasa atau
kognitif lainnya yang sama dengan orang autistic tetapi dalam bentuk yang kurang
parah.
Page | 20
d. Faktor imunologis
Beberapa bukti menyatalak inkompatibilitas antara ibu dan embrio atau janin
dapat menyebabkan gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic bereaksi
dengan antibody maternal, yang meningkatkan kemungkinan bahwa jaringan
neural embrionik mungkin mengalami kerusakan selama kehamilan.
e. Faktor Perinatal
Selama gestasi, perdarahan maternal setelah trisemester pertama dan mekonium
dalam cairan amnion telah dilaporkan lebih sering ditemukan pada anak autistic
dibandingkan populasi umum. Beberapa bukti menyatakan tingginya insidensi
pemakaian medikasi selama kehamilan oleh ibu dari anak autistic.
f. Temuan Neuroanatomi
Lobus temporalis diperkirakan sebagai bagian penting dalam otak yang mungkin
abnormal dalam gangguan autistic. Temuan lain pda gangguan autistic adalah
penuruanan sel purkinje di serebelum, kemungkinan menyebabkan kelainan
atensi, kesadaran, dan proses sensorik.
g. Temuan biokimia
Pada beberapa anak autistic, peningkatan homovanillic acid (suatu metenolit
utama dopamine) dalam cairan serebrospinalis adalah disertai dengan peningkatan
penarikan diri dan stereotipik. Beberapa bukti menyatakan keparahan gejala
menurun saat rasio 5-hydroxyindoleacettic acid (5-HIAA, metabolit serotonin)
cairan serebrospinal terhadap homovallinic acid cairan serebrospinalis meningkat.
9. bagaimana epidemiologi pada kasus ?
jawab :
Prevalensi :
a. 2-5 kasus per 10.000 anak (0,02-0,05%) dibawah usia 12 tahun
b. 25% pada anak usia 1 tahun
c. 50% pada anak usia 2 tahun
d. 25% pada anak usia >2 tahun
Page | 21
Distribusi jenis kelamin
a. ♂ : ♀ = 3 : 1
b. Anak perempuan yang memiliki gangguan austistik cenderung terkena lebih serius
dan lebih mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan
anak laki-laki.
Tidak ada hubungan dengan ras, etnis, dan sosial ekonomi.
10. bagaimana penatalaksanaan kasus ini secara komperhensif ?
Jawab:
a. Pendidikan khusus untuk bicara, interaksi sosial, perilaku, dan sensorik.
b. Obat anti psikotik, Agonis serotonin-dopamin risperidone, dengan prinsip
terapi dari dosis rendah kemudian ditingkatkan hingga mempunyai efek terapi
yang adekuat. Dosis : 0,5-4 mg/hari.
c. Memberikan dukungan untuk keluarga pasien.
11. apabila tidak di tata laksana dengan komperhensif apa yang akan terjadi ?
Jawab :
a. Retardasi mental
b. Gangguan pada akademik, sosial, dan pekerjaan
c. Sering mengalami kecelakaan seperti terpotong anggota badannya sendiri karena
kurangnya atau tidak
d. Gangguan tidur
e. Malnutrisi
12. bagaimana peluang sembuhnya ?
Jawab :
Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif dan mampu
memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Page | 22
13. bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ?
Jawab :
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke
spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
14. bagaimana islam memandang kasus ini ?
Jawab :
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-
lah pahala yang besar. (QS 64:15)
“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S. As Sajdah: 32, ayat 7 – 9)
2.3.4 Hipotesis
Enrico, laki-laki 24 tahun mengalami gangguan komunikasi interaksi social, dan
perilaku et causa Autistic Spectrum Disorder(ASD)
2.3.5 Kerangka Konsep
Page | 23
Autistic spectrum disorder (ASD)
2.3.6 Learning Issue
Page | 24
Gangguan fungsi serebelum
Kerusakan area lobus frontal dan temporal (wernic dan broca)
Gangguan komunikasi
Level serotonin dan dopamin
Tidak ada kontak mata
Gangguan fungsi motorik
stereotipik
Tidak bereaksi terhadap panggilan
Hanya bias bergumam, mengeluarkan kata tidak dimengerti
Kurang berinteraksi dengan orang lain
Bergerak kesana kemari tanpa tujuan
Pokok BahasanWhat I
Know
What I
don’t know
I have to
Prove
How will I
learn
1.Anatomi organ
terlibat (otak)
Area wernic
dan broca
System
limbic
- Text book
2.Tumbuh kembang
anak normal
Bahasa, interaksi
sosial
- Text book
- Internet
3.
Autism / Autistic
Spectrum
Disorder
Definisi,
epidemiologi
Etiologi,
penatalaksanan
- Text book
- Internet
4. ADHD
Definisi,
epidemiologi,
Etiologi,
penatalaksanan
- Text book
- Internet
- Jurnal
5. Retardasi mental
Definisi,
epidemiologi
,Etiologi,
penatalaksan
an
- Text book
- Internet
- Jurnal
2.3.7 Sintesis
1. anatomi organ terlibat (otak)
Area Broca
a. Pidato produksi
b. Memahami bahasa
Page | 25
Otak kecil
a. Kontrol gerakan koordinasi
b. Memelihara keseimbangan dan kesetimbangan
Cerebral Cortex cuping
a. Lobus frontal -Terlibat dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan
perencanaan
b. Lobus occipital-Terlibat dengan visi dan pengakuan warna
c. Lobus parietalis - Menerima dan memproses informasi sensorik
d. Lobus temporal - Terlibat dengan tanggapan emosional, memori, dan pidato
Sistem limbik Struktur
a. Amigdala - Terlibat dalam respons emosional, sekresi hormon, dan memori
b. Cingulate Gyrus - Lipatan di otak yang terlibat dengan input sensorik tentang emosi
dan peraturan perilaku agresif
c. Fornix - An, band melengkung berserat serat saraf yang menghubungkan ke
hipokampus hipotalamus
d. Hippocampus - Kenangan mengirim ke bagian yang tepat dari belahan otak untuk
penyimpanan jangka panjang dan retrievs mereka ketika diperlukan
e. Hypothalamus - Mengarahkan banyak fungsi penting seperti suhu tubuh, kelaparan,
dan homeostasis
f. Olfactory Cortex - Menerima informasi sensorik dari bola penciuman dan terlibat
dalam identifikasi bau
g. Talamus - Massa sel abu-abu yang peduli relay sensorik sinyal ke dan dari sumsum
tulang belakang dan otak besar
Area Wernicke
Daerah otak di mana bahasa lisan dipahami
2. Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan
Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di
dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki
tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi
Page | 26
agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan
pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan.
Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai
kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru
belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu
tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik,
dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat
untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana
cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak
lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan
piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan,
berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa.
Perkembangan Emosi
Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk
menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai
penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan
berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa
bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan
awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek
transisi, sesuatu yang berguna sebagai simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam
istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis
telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua telah dipenuhi.
Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini.
Anak yang sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh
wajah mereka sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah
pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali
ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika
tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka
sendiri, “jangan, jangan”, bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting
untuk mengontrol gerak hati, sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka
sering menyentuh suatu objek untuk menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan
internalisasi pada tahap ini.
Page | 27
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang
lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan
distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti
perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan
perilaku agresif mereka.
Perkembangan Bahasa
Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi
nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa
kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata
pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata
kira-kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat
sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti
“berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol
lingkuangan sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa
lisan menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-
jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan
masalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan
manipulasi berkurang.
Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai
24 bulan. Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami
perkembangan bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan
pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk
evaluasi lebih lanjut. Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar
mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa
lainnya hanya sebagai bahasa sekunder.
3. Autisme
Definisi
Autis berasal dari kata “autos” yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri
sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme didefinisikan sebagai (1) cara berpikir
yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, menolak realitas, dan (3) keasyikan ekstrim
dengan pikiran dan fantasi sendiri .
Page | 28
Dalam DSM IV autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas
perkembangan pada interaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya
aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap
perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap
early infantile autism, childhood autism, atau Kanner’s autism.
Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif
(berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif
adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar,
memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused).
Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit
sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya
tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.
Prevalensi nya adalah 5 : 10.000 dengan perbandingan antara anak laki-laki dan
perempuan adalah 4 : 1. Jadi anak laki-laki memiliki kemungkinan mengidap autisme
lebih esar disbanding anak perempuan.
Karakteristik
Menurut kriteria diagnostic dalam DSM IV karakteristik penderita adalah:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1)
dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbal balik.
a. Tak mampu menjalin interaksi social yang cukup memadai : kontak mata
sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju
b. Tak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
d. Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada
usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
d. Cara bermain kurang variatif,kurang imajinatif, dan kurang isa meniru
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan kegiatan.
Page | 29
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan
berlebih-lebihan
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tak ada
gunanya
c. Ada gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a. Interaksi social
b. Bicara dan berbahasa
c. Cara bermain yang kurang variatif
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegrasi Masa Kanak
Penyebab
Menurut Bruno Bettelheim, dengan pendekatan Psikoanalisis dia berpendapat bahwa
ketika seorang anak berhadapan dengan sebuah dunia yang tidak responsive yaitu yang
merusak dan menyebabkan frustrasi, anak akan menarik diri darinya dan dari orang lain .
Tapi pendapat ini tidak banyak memberikan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk
mendukung teori tersebut.
Melalui pendekatan behaviorisme, Ferster mengemukakan pendapat bahwa
dikarenakan ketidakpedulian orang tua, khususnya ibu, menghentikan pembangunan
hubungan yang menjadi reinforcerment bagi manusia untuk bersosialisasi .
Akan tetapi autisme tampaknya tidak disebabkan oleh tigkah laku orang tua yang
dingin, tidak peduli, maupun perilaku patologis lainnya. Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh David Hansen dan Irving Gottesman dapat disimpulkan bahwa tidak ada
bukti kuat yang menunjukkan bahwa factor genetic tidak sepenuhnya berperan dalam
perkembangan autisme .Memang ditemukan kelainan kromosom pada anak autis, namun
kelainan itu tidak selalu pada kromosom yang sama .
Diyakini bahwa gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ-organ
(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0-4 bulan. Organ otak sendiri baru
terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Pada kehamilan trisemester pertama
yaitu 0-4 bulan factor pemicu autisme biasanya terdiri dari infeksi toxoplasma, rubella,
Page | 30
candida, logam berat (Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), obat-obatan,
jamu peluntur, muntah-muntah yang hebat (hiperemesis), pendarahan berat, dll .
Pada sebuah studi, subjek autisme menunjukkan pengurangan aktifitas otak, otak
penderita autisme sedikit lebih lebar dan berat daripada orang normal, dan syaraf-
syarafnya dideskripsikan sebagai tidak berkembang dengan matang (Kendall, h. 514,
1998).
Dari penelitian yang dilakukan para pakar dari banyak Negara ditemukan beerapa
fakta yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus patietalis cerebellum dan system
limbiknya. 43 % penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya
yang menyebabkan anak tidak peduli dengan lingkungannya. Kelainan juga ditemukan
pada otak kecil yang berfungsi pada proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar
berbahasa, dan proses atensi yaitu pada lobus ke VI dan VII
Sel purkinye juga sangat sedikit sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin
dan dopamine yang mengakiatkan terjadinya gangguan penghantaran impuls di otak.
Selain itu ditemukan kelainan yang khas di dalam system limbic yang disebut
hipokampus dan amigdala yang mengakibatkan gangguan fungsi control terhadap agresi
dan emosi .
Hipokampus berpengaruh pada fungsi belajar dan daya ingat sehingga bila
hipokampus terganggu maka terjadi kesulitan menyimpan informasi baru. Perilaku yang
berulang-ulang, aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hipokampus .
Treatment
Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme
masa kanak-kanak dapat dikoreksi. Tatalaksana koreksi harus dilakukan pada usia sedini
mungkin. Dengan beberapa metode yang pernah dicoba, 47 % penderita autisme murni
dapat menjadi normal. Berikut beberapa jenis terapi:
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian).
Page | 31
Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak
dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang
non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup
berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa
akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan
cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya,
dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot-otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang
tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang
bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
keterampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6) Terapi Bermain
Page | 32
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam
belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi
dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan
teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak
yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku
negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan
dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang
lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan
ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN!
(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka
sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah
oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.
Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses,
dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi
Page | 33
bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila
mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh
sendiri (biomedis).
Terapi medikamentosa
Obat hanyalah terapi pendamping, bukan yang utama. Perlu dinyatakan bahwa belum
ada obat yang dapat menyembuhkan autisme. Obat dibutuhkan hanya untuk membantu
mengatasi masalah-masalah yang timbul yang tidak dapat diatasi dengan metoda non obat,
seperti hiperaktivitas, agresivitas, menyakiti diri dan insomnia. Atau bila metoda intervensi
non obat dikombinasikan dengan obat, diharapkan intervensinya dapat maksimal.7 Obat-obat
yang sering dipakai adalah:
Stimulan
Inatensi mungkin merupakan satu gejala yang mengganggu proses belajar. Harus
dibedakan antara inatensi yang merupakan bagian dari gejala autisme dengan inatensi
sebagai gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
Deksamfetamin dan Levoamfetamin.
Metilfenidat.
Dapat meningkatkan atensi dan mengurangi distraktibilitas. Dosis: 0,3 mg/kg.
Spesifik serotonin reuptake inhibitor (ssri)
SSRI digunakan untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti perilaku yang melukai
diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, ritual obsesif dengan anxietas
yang tinggi. Pemberian SSRI dimulai dari dosis terkecil dan secara bertahap
dinaikkan sampai mencapai dosis terapeutik.
Fluoxetine.
Fluvoksamin.
Neuroleptik
Neuroleptik tipikal potensi rendah (Thioridazine).
Dapat menurunkan agreivitas dan agitasi. Dosis: 0,5-3 mh/kg/hari, dibagi dalam 2-3
kali/hari.
Neuroleptik tipikal potensi tinggi (Haloperidol dan Pimozide).
Page | 34
Dalam dosis kecil: 0,25-3 mg/hari, dapat menurunkan agresivitas, hiperaktivitas,
iritabilitas dan stereotipik.
Neuroleptik atipikal (Risperidon).
Bila digunakan dalam dosis yang direkomendasikan: 0,5-3 mg/hari dibagi dalam 2-3
kali/hari, dapat dinaikkan 0,25 mg setiap 3-5 hari sampai dosis inisial tercapai 1-2
mg/hari dalam 4-6 minggu, akan tampak perbaikan pada hubungan sosial, atensi dan
gejala obsesif.
4.ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hiperactivity = hiperaktif dan Disorder
= gangguan). Diartikan dalam Bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan
perhatian disertai hiperaktif.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Hiperaktif adalah gangguan
perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas
anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. ADHD sekitar tiga kali lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
ADHD, juga dikenal sebagai gangguan perhatian defisit (ADD) atau gangguan
hyperkinetic, telah ada lebih lama daripada kebanyakan orang sadari. Bahkan, kondisi yang
muncul untuk menjadi serupa dengan ADHD digambarkan oleh Hippocrates, yang tinggal
460-370 SM. Nama Perhatian Defisit Disorder pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980
di DSM-III, edisi ketiga dari "Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders",
digunakan dalam psikiatri. Pada tahun 1994 definisi telah diubah untuk memasukkan tiga
kelompok dalam ADHD: jenis dominan hiperaktif-impulsif, tipe didominasi inatentif, dan
jenis gabungan. ADHD biasanya muncul pada masa kanak-kanak tetapi dapat didiagnosis
pada orang dewasa.
Kriteria ADHD dari DSM IV (1994)
Berikut ini kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistical Manual.
A.1 Kurang Perhatian
a. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail
Page | 35
b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain.
c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara langsung
d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
sekolah, pekerjaan atau tugas di tempat kerja.
e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
f. Seringkali kehilangan barang/benda yang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan.
g. Seringkali mengihndari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
membutuhkan usaha mental yang didukung.
h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.
i. Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
A.2 Hiperaktifitas Impulsifitas.
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas berkutnya
bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak
dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas.
a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering mengggeliat di kursi.
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas
c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.
d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara
tenang.
e. Sering ‘bergerak’ atau bertindak seolah-olah ‘dikendalikan oleh motor.
f. Sering berbicara berlebihan.
Impulsifitas
a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.
c. Mereka sering mengintrupsi orang lain.
Page | 36
B. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan
gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.
C. Ada sesuatu di dua atau lebih setting/situasi.
D. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan.
E. Gejala-gejala tidak terjadi selamanya berlaku PDD,skizofrenia, atau gangguan psikotik
lainnya dan tidak dijelaskan dengan lenbih baik oleh gangguan mental lainnya.
Faktor Penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Hiperaktif.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
a. Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai
dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urine),
cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
b. Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
c. Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini
ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal
berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang
tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah
pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut
mempunyai efek samping.
d. Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat
mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali
& perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak
menunjukkan ciri berikut: perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak
memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik
& isyarat.
e. Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar.
Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab
hiperaktivitas. Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak
berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15
menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan
akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.
Page | 37
Penanganan dan Alternatif Penyembuhan Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) atau Hiperaktif.
Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori
penyebabnya, maka tentunya banyak sekali terapi atau cara dalam penanganannya sesuai
dengan landasan teori penyebabnya. Ada satu hal yang perlu diketahui, bahwa tak ada
penyembuhan ADH. Beberapa terapi untuk anak hiperaktif :
1. Terapi Farmakologi
Adalah penanganan dengan menggunakan obat- obatan. Terapi ini hendaknya hanya
sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls impils
hiperaktif yang tidak terkendali. Rencana pengobatan harus dibuat secara individual,
tergantung gejala dan efeknya terhadap kehidupan sehari-hari. Penelitian jangka panjang
menunjukkan bahwa kombinasi obat dan terapi lain memberi hasil paling baik.
Pengobatan diberikan bila gejala impulsivitas, agresivitas, dan hiperaktivitas cukup
berat sehingga menyebabkan gangguan di sekolah, di rumah, atau hubungan dengan teman.
Pengobatan bertujuan menghilangkan gejala dan sangat memudahkan terapi psikologis.
Lamanya pengobatan tergantung ada atau tidaknya gejala yang ingin dihilangkan.
Saat ini tersedia beragam tipe pengobatan yang dapat digunakan dalam menangani
ADHD.
a. Stimulans.
Merupakan jenis obat yang paling sering digunakan dan sudah lebih 50 tahun dipakai
dalam menangani ADHD. Dosis yang diberikan pun bervariasi, ada yang setiap 4 jam
adapula yang lebih dari 12 jam . Sementara efek samping yang mungkin timbul, antara lain,
nafsu makan menurun, sakit perut, snewen dan insomnia.
b.NonStimulans
Mulai dianjurkan untuk menangani ADHD pada tahun 2003. Obat ini diketahui
mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan tipe stimulant, dan masa paruh
pakainya lebih dari 24 jam.
c. Antidepressants.
Page | 38
Terkadang dijadikan salah satu opsi dalam menangani ADHD, tetapi pada tahun 2004
Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan peringtan bahwa obat ini dapat memicu
gejala aneh yang meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri di antara anak dan remaja yang
menggunakannya.
Jika anak kita diberi resep antidepressant, maka penting sekali untuk mendiskusikan
risiko-risiko diatas dengan dokter.
Sebagai catatan, efek yang diberikan dari obat-obatan di atas akan berbeda-beda pada
setiap anak. Efek samping seperti hilangnya selera makan, kesulitan tidur, atau mengantuk
didalam kelas kerap kali dapat dikendalikan melalui penyesuaian dosis obat-obatan. Dengan
demikian, untuk menemukan dosis yang paling tepat, dokter akan mencoba beragam jenis
obat dan dosisnya khusunya, bila menangani anak ADHD yang disertai dengan kelainan
lainnya.
2. Terapi Bermain
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan
gerak , minat dan terbiasa dengan suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan
kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan beraktivitas dan
bekerja saat dewasa.
3. Terapi Perilaku
Terapi psikososial/perilaku, seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat dianjurkan
sebagai terapi awal bila gejala ADHD cukup ringan, diagnosis ADHD belum pasti, atau
keluarga memilih terapi ini. Namun, untuk jangka panjangnya, terapi perilaku saja tidak
cukup dalam menangani ADHD.
Berikut beberapa contoh strategi-strategi perilaku yang dapat membantu anak dengan
ADHD.
a. Menjadwal Rutinitas Harian.
Cobalah untuk megikuti “jadwal” kegiatan yang sama setiap hari dari bangun tidur
sampai tidur lagi. Taruh jadwal tersebut di tempat yang dapat dilihat dengan mudah sehingga
anak pun tahu.
b. Keteraturan dan kerapian.
Page | 39
Taruh tas sekolah, pakaian dan mainan di tempat yang telah ditentukan. Dengan demikian,
risiko kehilangan benda-benda milik pribadi anak menjadi kecil.
c. Mengurangi Distraksi.
Matikan TV, radio dan game komputer khususnya pada saat anak sedang belajar atau
mengerjakan PR.
5,Retardasi Mental(RM)
Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
(Soetjiningsih,1995). Retardasi mental menurut The Individuals with Disabilities Education
Act (IDEA) adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan
defisit perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode perkembangan serta berakibat buruk
terhadap kemampuan belajar.
Kriteria diagnostik untuk RM
A. IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).
B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu:
efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut
usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut:
komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan
sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik fungsional,
pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan.
C. Onset sebelum usia 18 tahun.
Klasifikasi RM
A. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
B. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
C. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
D. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi IQ
pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.
Faktor penyebab
A. Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.
B. Kerusakan fisik otak.
C. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.
D. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.
Page | 40
E. Kelainan Kromosom
1. Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina diri,
memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan
terus terjadi mulai usia 1 s/d 30 tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan
hidup tidak lebih dari 40 tahun.
2. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek. Diagnosis:
gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif. Catatan: Fungsi
Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.
Karakteristik Perkembangan Orang Dengan RM
Derajat
RM
Usia Prasekolah
Maturasi &
Perkembangan
Usia sekolah 6-20
Latihan & Pendidikan
Dewasa (21 & lebih)
Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
Sangat
berat
Retardasi jelas; kapasitas
berfungsi yang minimal
dalam bidang
sensorimotorik;
memerlukan perawatan;
memerlukan bantuan &
pengawasan terus menerus.
Ada beberapa
perkembangan motorik;
dapat berespon minimal
atau terbatas terhadap
latihan menolong diri
sendiri.
Beberapa
perkembangan motorik
dan bicara; dapat
mencapai perawatan
diri yang sangat
terbatas; memerlukan
perawatan.
Berat
Perkembangan motorik
yang miskin; berbicara
sedikit biasanya tidak
mampu belajar dari latihan
menolong diri sendiri;
sedikit atau tidak
mempunyai keterampilan
komunuikasi.
Dapat berbicara atau
belajar berkomunikasi;
dapat dilatih dalam
kebiasaan sehat dasar;
memperoleh manfaat dari
latihan kebiasaan
sistematik; tidak mampu
memperoleh manfaat dari
latihan kejuruan.
Dapat bereperan
sebagian dalam
pemeliharaan diri
sendiri dibawah
pengawasan lengkap;
dapat mengembangkan
keterampilan
melindungi diri sendiri
sampai tingkat minimal
yang berguna dalam
lingkungan yang
terkendali.
Sedang Dapat berbicara atau belajar
untuk berkomunikasi;
kesadaran sosial yang
Dapat memperoleh
manfaat dari latihan
dalam keterampilan
Dapat bekerja sendiri
dalam pekerjaan yang
tidak terlatih dan
Page | 41
buruk; perkembangan
motorik yang cukup;
mendapat manfaat dari
latihan menolong diri
sendiri; dapat ditangani
dengan pengawasan sedang.
sosial dan pekerjaan;
tidak mungkin
berkembang lebih dari
kelas dua dalam subjek
akademik; dapat belajar
pergi sendirian ditempat
yang dikenal.
setengah terlatih
dibawah kondisi
terawasi; memerlukan
pengawasan dan
bimbingan jika berada
dalam stress sosial atau
ekonomi ringan.
Ringan
Dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan
komunikasi; retardasi
minimal dan bidang
sensorimotorik; sering tidak
dapat dibedakan dari normal
sampai lebih tua.
Dapat belajar
keterampilan akademik
sampai kira-kira kelas
enam pada akhir usia
remaja; dapat dibimbing
untuk menyesuaikan diri
dengan sosial.
Biasanya dapat
mencapai keterampilan
sosial dan kejuruan
yang adekuat untuk
membiayai diri sendiri
minimal tetapi mungkin
memerlukan bantuan
dan bimbingan jika
dibawah stress sosial
atau ekonomi yang
tidak biasa.
Catatan: Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis adalah: 1. Anak RM
biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan
umur mentalnya, 2. mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, 3.
mereka memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Page | 42
Buku Standar Kompetensi Dokter. Edisi I. Jakarta, 2006. Penerbit: Konsil Kedokteran
Indonesia
David A. Tomb.2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6, , Jakarta : EGC
Ganiswarna, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FK UI
Kaplan Harlod, Benjamin J sadock dkk.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 1, Tanggerang, Bina
Aksara Publisher
Kaplan Harlod, Benjamin J sadock dkk, Sinopsis Psikiatri Jilid 2.2010. Tanggerang, Bina
Aksara Publisher
Maslim Rusdi dr,Sp.KJ. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Maslim Rusdi dr, Sp.KJ. 2007. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Soetjiningsih dr. Sp.AK.2000. Tumbuh Kembang Anak. . Jakarta: EGC
Page | 43