37
1 Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin atau asam asetil salisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Aspirin berasal dari kata “A” (acetyl glikol), “Spir” (Sperea Ulmaria), “In” (dikemas dalam bentuk obat-obatan). Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Ribuan tahun berlalu, hingga di tahun 1829, para ilmuwan berhasil mengisolasi bahan dalam tumbuhan willow yang berfungsi meredakan rasa sakit. Bahan tersebut bernama salicin. Bahan ini dapat menghilangkan sakit, tapi memiliki efek samping terhadap perut-manfaat dan mudaratnya sama besar. Tentu saja harus ada jalan keluar. Seorang ahli kimia Perancis bernama Charles Frederic Gerhardt berhasil Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

prk kimor

Citation preview

Page 1: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

1Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspirin atau asam asetil salisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang

sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),

antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki

efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk

mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada

tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.

Aspirin berasal dari kata “A” (acetyl glikol), “Spir” (Sperea Ulmaria), “In”

(dikemas dalam bentuk obat-obatan). Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah

suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap

rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin

juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama

untuk mencegah serangan jantung.

Ribuan tahun berlalu, hingga di tahun 1829, para ilmuwan berhasil mengisolasi

bahan dalam tumbuhan willow yang berfungsi meredakan rasa sakit. Bahan tersebut

bernama salicin. Bahan ini dapat menghilangkan sakit, tapi memiliki efek samping

terhadap perut-manfaat dan mudaratnya sama besar. Tentu saja harus ada jalan keluar.

Seorang ahli kimia Perancis bernama Charles Frederic Gerhardt berhasil menetralkan

salicin alami menjadi asam salisilat (salicylic acid) lewat penyanggaan (buffering)

dengan natrium dan asam asetat. Asam salisilat ini lebih "ramah" terhadap perut.

Gambar 1.1 Struktur kimia aspirin (Hendriayana, 2008)

Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) berfungsi

sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Kemurnian aspirin bisa

diuiji dengan menggunakan besi (III) klorida. Sebelum dimurnikan aspirin dilakukan

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 2: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

2Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

rekristalisasi terlebih dahulu agar didapatkan aspirin yang murni. Aspirin digunakan

sebagai obat penurun demam, antibiotik, dan penawar nyeri (analgenetika). Biasanya

aspirin di jual sebagai garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat (Irdoni, 2015).

Aspirin juga bisa meredakan penyakit arthritis, melambatkan pembekuan darah,

sebagai penghilang nyeri, mencegah kanker mulut, kerongkongan, merawat kesakitan.

Aspirin digunakan dosis hingga 1 gram setiap empat jam dan maksimum empat kali

sehari.

Sehubungan dengan penggunaan kosmetik dan obat obat yang berkembang di

masyarakat sekarang, maka kami ingin mengetahui kandungan aspirin serta reaksi-reaksi

yang terjadi dalam pembuatan aspirin tersebut. Oleh sebab itu kami melakukan praktikum

Aspirin.

1.2 Tujuan Praktikum

Membuat aspirin dalam skala labor

Mengamati dan mempelajari proses reaksi yang terjadi

Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 3: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

3Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaksi Asetilasi

Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke dalam suatu

substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R = alkil atau aril). Sintesis

aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara

asam karboksilat  dengan suatu alkohol membentuk suatu ester (Fessenden, 1989).

Fungsi utama reaksi asetilasi adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan

untuk diefektifikasi. Kadang-kadang hasil N-asetilasi bersifat lebih reaktif daripada

senyawa induk. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi asetilasi adalah pemanasan.

Dengan adanya pemanasan sampai suhu tertentu, molekul akan putus ikatannya dan

terionisasi. Faktor lainnya adalah adanya perbedaan aktivasi enzim (Wilcox, 1995).

Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat

menggunakan katalis H2SO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam

bifungsional yang mengandung dua gugus fungsi, yaitu –OH dan –COOH.Karenanya

asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda, yaitu reaksi asam dan

basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan reaksi

dengan metanol akan menghasilkan metil salisilat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi

esterifikasi (Fessenden, 1989).

Menurut Fessenden (1989), proses reaksiasetilasi yaitu:

1. Asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrat.

2. Sehingga gugus alkanol pada asam salisilat akan bereaksi dengan gugus asetil pada

asam asetat anhidrat dibantu dengan katalis H2SO4 sebagai penghidrasi (bertugas

memutuskan ikatan gugus hidroksi dan ikatan asetat anhidrat).

3. Gugus alkanol dan gugus asetil saling bertukar tempat.

4. Struktur dari asam salisilat berubah (-OH menjadi CH3COO-) yang disebut sebagai

asam asetil salisilat dengan nama dagang aspirin dan reaksi samping berupa asam

asetat.

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 4: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

4Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Gambar 2.1 Reaksi asetilasi (Hendriayana, 2008)

2.2 Asam Salisilat

2.2.1 Pengertian Asam Salisilat

Asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) merupakan asam yang bersifat iritan lokal,

yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai

obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam

organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat . Turunannya yang paling dikenal

adalah asam asetil salisilat (Fary, 2009).

2.2.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Salisilat

Tabel 2.1 Sifat fisika asam salisilat

Rumus Molekul C7H6O3

Massa Molar 138,12 gram/mol

Densitas 1,44 gram/cm3

Titik Lebur 159oC

Titik Didih 211oC

Tekanan Uap 1 mmHg pada 33oC

Sumber: Amri (2009)

Menurut Amri (2009), sifat kimia asam salisilat antara lain :

1. Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%), mudah larut

dalam kloroform dan eter.

2. Tidak cepat menguap.

3. Tidak mudah terbakar

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 5: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

5Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

2.3 Asam Asetat Glasial

2.3.1 Pengertian Asam Asetat Glasial

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik

yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki

rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan

higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7°C (Abduh, 2010).

2.3.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Asetat Glasial

Tabel 2.2 Sifat fisika asam asetat glasial

Rumus Molekul CH3COOH

Massa Molar 60,05 gram/mol

Densitas 1,05 gram/cm3

Titik Lebur 16,5oC

Titik Didih 118,1oC

Sumber: Amri (2009)

Menurut Amri (2009), sifat kimia asam asetat glasial antara lain :

1. Cairan bersifat higroskopis.

2. Cairan tidak berwarna

3. Berbentuk kristal, mudah menguap

4. Mudah terbakar

5. Disimpan pada lemari asam.

2.4 Asam Sulfat

2.4.1 Pengertian Asam Sulfat

Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.Zat ini larut

dalam air pada semua perbandingan.Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan

merupakan salah satu produk utama industri kimia.Walaupun asam sulfat yang mendekati

100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam

98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat

yang paling umum. Asam sulfat 98% pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat

(Abduh, 2010).

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 6: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

6Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

2.4.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat

Tabel 2.3 Sifat fisika asam sulfatRumus Molekul H2SO4

Massa Molar 98,08 gram/mol

Densitas 1,84 gram/cm3

Titik Lebur 10oC

Titik Didih 337oC

Sumber: Amri (2009)

Menurut Amri (2009), sifat kimia asam sulfat antar lain :

1. Sebagai katalisator dan dehidrator.

2. Mudah menguap.

3. Mudah terbakar.

4. Disimpan pada lemari asam.

5. Cairannya kental.

6. Sangat korosif.

2.5 Besi (III) Klorida

2.5.1 Pengertian besi (III) klorida

Besi (III) klorida memiliki titik lebur yang relatif rendah dan mendidih pada

315°C. Uapnya merupakan dimer Fe2Cl6, yang pada suhu yang semakin tinggi lebih

cenderung terurai menjadi monomer FeCl3, daripada penguraian reversibel menjadi besi

(III) klorida dan gas klorin (Baysinger, 2004).

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 7: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

7Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

2.5.2 Sifat Fisika dan Kimia Besi (III) Klorida

Tabel 2.4 Sifat fisika Besi (III) klorida

Nama lain Besi (III) klorida

Rumus molekul FeCl3

Berat Molekul 162,22 gr/mol

Densitas 2,898 g/cm3

Titik didih 315OC

Titik lebur 282OC

Sumber: Amri (2009)

Menurut Amri (2009), sifat kimia Besi (III) klorida antara lain :

1. Larut dalam air, larutan berpalensi berwarna jingga.

2. Sebagai indikator uji kemurniaan aspirin.

3. Mudah menguap.

4. Merupakan asam lewis yang relative kuat.

2.6 Aspirin

2.6.1 Sejarah Penemuan Aspirin

Lebih dari 2500 tahun silam, kurang lebih 500 SM, para ahli obat-obatan Cina

menggunakan kulit pohon (willow bark), yang merupakan cikal bakal aspirin, sebagai

obat untuk mengobati penyakit yang ringan. Sekitar 400 SM, Hippocrates, seorang

Yunani yang sering diakui sebagai bapak obat-obatan, menyarankan bahwa mengunyah

kulit pohon dapat mengurangi demam dan rasa sakit. Lima ratus tahun sesudah

Hippocrates, Dioscrorides, seorang dokter Yunani, menggunakan kulit pohon untuk

mengurangi inflamasi pada pasiennya. Hal-hal di atas menunjukkan penggunaan kulit

pohon sebagai cikal bakal dari aspirin (Baysinger, 2004).

Pada pertengahan abad ke-18, Reveren Edward Stone dari Oxford mulai

melakukan eksperimen dengan berbagai cara untuk mengurangi demam. Stone

menghancurkan satu pound kulit pohon yang dikeringkan dan memberikannya kepada 50

orang yang demam selama beberapa tahun. Dia mencoba mencampurkan bubuk kulit

pohon tersebut dengan teh, air, dan bahkan bir. Dengan beberapa pengecualian, demam

yang diderita pun hilang. Mungkin ini merupakan bukti nyata, tetapi Stone tidak

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 8: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

8Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

mengetahui bahwa ia sebenarnya melanjutkan pekerjaan ribuan tahun yang lalu. Pada

tahun 1763, The Royal Society of London mempublikasikan kesuksesan Stone dalam

menemukan kemampuan kulit pohon willow untuk menurunkan demam. Masih memakan

waktu beberapa tahun untuk dapat menjadikan kulit pohon willow menjadi obat

(Baysinger, 2004).

Pada tahun 1828, ahli kimia Italia Raffaele Piria dan apoteker Perancis Henri

Leroux menemukan dan memisahkan bahan aktif yang terkandung di dalam kulit pohon.

Karena nama Latin dari pohon willow putih adalah Salix alba, senyawa baru yang

terkandung di dalam kulit pohon itu dinamakan salicin. Sepuluh tahun kemudian, ahli

kimia Perancis berhasil memisahkan senyawa yang lebih murni dan dikenal dengan nama

asam salisilat. Asam salisilat menjadi dasar dari banyak produk farmasi lainnya termasuk

asam asetil salisilat, yang dikenal dengan nama aspirin pada saat sekarang ini (Baysinger,

2004).

Walaupun asam salisilat memiliki banyak kegunaan, namun ada efek samping yang

tidak disukai yaitu menyebabkan iritasi pada lambung. Penelitian dilakukan untuk

menetralisir keasaman asam salisilat dengan natrium, dan dengan mengkombinasikan

natrium salisilat dan asetil klorida, namun usaha ini masih belum berhasil. Baru pada

tahun 1899, ilmuwan yang bekerja pada Bayer, Felix Hoffman berhasil menemukan asam

asetil salisilat yang lebih ramah ke lambung. Kemudian produk ini diberi nama aspirin, a-

dari gugus asetil, -spir- dari nama bunga spiraea, dan –in merupakan akhiran untuk obat

pada waktu itu (Baysinger, 2004).

2.6.2 Pengertian Aspirin

Aspirin juga disebut asam asetil salisilat atau acetyl salicylic acid yang merupakan

kristal jarum berwarna bening yang dapat diperoleh dengan cara asetilasi senyawa phenol

(dalam bentuk asam salisilat) menggunakan asetat anhidrat dengan bantuan sedikit katalis

asam sulfat pekat. Pada pembuatan aspirin, asam salisilat berfungsi sebagai alkohol dan

reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Gugus hidroksi dari asam salisilat akan

bereaksi dengan asetil dari asetat anhidrat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi

(Fessenden, 1989).

Titik leleh aspirin 136oC. Aspirin tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena

asam salisilat sebagai bahan baku aspirin merupakan senyawa turunan asam benzoat yang

merupakan asam lemah yang memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu, dalam

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 9: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

9Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

pembuatan aspirin dilakukan penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi endapan

aspirin. Reaksi ini juga di lakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat

tercapainya energi aktivasi. Selain pemanasan juga dilakukan pendinginan yang

dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul

aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk

endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation) (Fessenden, 1989).

Nukleasi adalah proses yang mendahului kristalisasi. Nukleasi merupakan hasil

dari status metastabil yang terjadi setelah supersaturasi akibat dari pemisahan zat pelarut

atau penurunan suhu larutan. Nukleasi dapat terjadi secara homogen ataupun heterogen.

Nukleasi heterogen lebih cenderung terjadi pada bahan pangan akibat dari keberadaan zat

lain (impurities). Proses nukleasi homogen dan heterogen dianggap sebagai mekanisme

nukleasi primer, dalam hal ini pusat kristal dari zat yang sedang mengalami kristalisasi

tidak terdapat pada sistem yang bernukleasi (Fessenden, 1989).

Gambar 2.2 Struktur molekul aspirin (Hendriayana, 2008)

2.6.3 Sifat Fisika dan Kimia Aspirin

Tabel 2.5 Sifat fisika aspirin

Rumus Molekul C9H8O4

Massa Molar 180,2 gram/mol

Titik Didih 140oC

Titik Leleh 136oC

Densitas 1,4 gram/cm³

Kelarutan dalam Air 3 mg/mL (20oC)

Sumber: Amri (2009)

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 10: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

10Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Menurut Amri (2009), sifat kimia aspirin antara lain :1. Larut dalam air.

2. Mudah larut dalam etanol.

3. Larut dalam kloroform dan eter.

4. Sukar larut dalam eter mutlak.

5. Tidak mudah terbakar

6. Disimpan pada tempat yang steril.

2.6.4 Manfaat Aspirin

Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit.Selain itu,

aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera

ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik

yang berfungsi untuk mengurangi demam.Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin

diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai 300

tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin

secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis

yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing

dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3- 1 gram, dosis yang mencapai 10-30

gram dapat mengakibatkan kematian (Fary, 2009).

Gambar 2.3 Aspirin (Hendriayana, 2008)

Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan baik,

efek-efek berguna dari ester-ester dari asam ini telah diketahui sejak dahulu kala, daun-

daun yang mengandung jumlah yang cukup dari senyawa-senyawa penawar rasa sakit dan

demam ini telah dikelola oleh Dokter dokter zaman dahulu kala. Selain itu aspirin juga

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 11: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

11Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

digunakan untuk masker wajah anti penuaan dini, arena aspirin mengandung alat

eksfuliator pengelupasan kulit. Biasanya aspirin dijual dalam bentuk garam natriumnya

yaitu Natrium Asetil Asetat. Dosis untuk aspirin digunakan adalah 1 mg setiap empat jam

dan maksimum empat kali dalam sehari (Hendriayana, 2008).

2.6.5 Cara Kerja Aspirin

Bahan aktif dalam aspirin, asam salisilat asetil, merupakan turunan sintetis dari

senyawa salicin, yang terjadi secara alami pada tanaman, terutama pohon willow.

Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang

dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam

pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik apabila aspirin

mengasetil enzim tersebut (Schror, 2009).

Prostaglandins ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek

di dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan

termostat hipotalamus. Tromboksan juga bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet.

Serangan jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan rangsangan sakit menuju ke

otak. Oleh karena itu, pengurangan gumpalan darah dan rangsangan sakit ini disebabkan

konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit dianggap baik dari segi pengobatan (Schror,

2009).

Namun, efeknya darah lambat membeku menyebabkan pendarahan berlebihan bisa

terjadi. Jadi, mereka yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah

pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin (Schror, 2009).

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 12: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

12Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Gambar 2.4 Cara kerja aspirin dalam tubuh (Hendriayana, 2008)

2.6.6 Rekristalisasi

Untuk mendapatkan aspirin yang murni, maka harus dilakukan rekristalisasi.

Dimana, rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat-zat

organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu, teknik ini sering digunakan untuk

pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis

lebih lanjut. Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi adalah metoda yang paling

penting untuk pemurnian sebab kemudahannya dan karena keefektifannya (Fary, 2009).

Material padatan terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (padat atau

dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh.

Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan

padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan

mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai

jenuh (Fary, 2009).

Menurut Fessenden (1989), saran-saran yang dibutuhkan untuk melakukan metoda

kristalisasi adalah sebagai berikut:

1. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang

besar pada suhu. Misalnya, ketergantungan pada suhu NaCl hampir dapat

diabaikan. Jadi, pemurnian NaCl dengan rekristalisasi tidak dapat dilakukan.

Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan pendinginan karena

mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus semacam ini penambahan Kristal

bibit, mungkin akan efektif.

2. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut

non polar lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung merupakan

pelarut yang buruk untuk senyawa polar.

3. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah lebih diinginkan. Namun, sekali lagi

pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi, pemilihan pelarut

biasanya bukan masalah sederhana.

Menurut Fessenden (1989), tahap-tahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi

pada umumnya, yaitu:

1. Memilih pelarut yang cocok

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 13: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

13Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Pelarut yang umum digunakan jika dilarutkan sesuai dengan kenaikan

kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil asetat,

etanol, metanol, dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu sampel zat

tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan

panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.

2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin

Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan volume

sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika terlalu encer,

uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut, mula-

mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai larut,

kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul

kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya hilang,

kemudian disaring.

3. Penyaringan

Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak

larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat

pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya.

Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya digunakan corong Buchner. Jika larutannya

mengandung zat warna pengotor, maka sebelum disaring ditambahkan sedikit ( ± 2%

berat ) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak

boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan.

]Apabila saat penyaringan masih ada asam asetat glasial yang lolos maka asam

asetat glasial tersebut bereaksi dengan alkohol membentuk endapan putih etil etanoat (etil

asetat). Pembentukan etil asetat tersebut dinamakan reaksi esterifikasi, yaitu suatu reaksi

antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis berupa

asam. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.

4. Pendinginan filtrat

Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Sering pendinginan

ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (feed) yang berupa kristal murni ke dalam

larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat mempercepat

rekristalisasi.

5. Penyaringan dan pendinginan kristal

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 14: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

14Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh perlu

disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian, kristal yang diperoleh

dikeringkan dalam eksikator. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari asam asetat

dengan asam salisilat. Oleh karena itu, senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan

asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai

katalisator.

2.6.7 Reaksi Pengujian Aspirin

Reaksi aspirin dengan penambahan FeCl3.6H2O bertujuan untuk menguji

kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum. Jika dari pengujian tersebut warna

larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenolik (Fessenden,

1989).

Reaksi pengujian aspirin termasuk kompleksometri, yaitu reaksi antara ion logam

dan anion atau molekul netral, sehingga menghasilkan senyawa kompleks. Jadi, ion

FeCl3.6H2O akan bereaksi dengan –OH dan akan menghasilkan warna, dan disini

FeCl3.6H2O bertindak sebagai ion logam, sedangkan –OH sebagai anion. Pada saat

terbentuk senyawa komlpleks, maka warna larutan berubah jadi ungu (Fessenden, 1989).

Menurut Fessenden (1989), proses reaksi antara asam salisilat dengan FeCl3.6H2O

yaitu:

1. Pertama, FeCl3.6H2O dengan struktur Fe ditengah dan dikelilingi oleh 6 H2O

direaksikan dengan asam salisilat yang mengandung 2 buah gugus fungsi, yaitu –

OH dan –COOH.

2. Kemudian atom oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari

asam salisilat akan berikatan dengan ion kompleks Fe(H2O)63+ tersebut yang

menyebabkan warna ungu pada larutan dan atom H pada gugus hidroksi, dan gugus

karboksilat akan bereaksi dengan Cl3 pada FeCl3.6H2O membentuk HCl sebagai

reaksi samping.

3. Kemudian untuk pengujian aspirin dengan ferri klorida, larutan tidak berwarna

ungu, hal ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat yang berikatan

dengan ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan. Jika warna larutan

berwarna ungu berarti pada aspirin yang dihasilkan masih mengandung asam

salisilat.

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 15: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

COOH

OH

COOH

15Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Gambar 2.5 Reaksi asam salisilat dengan FeCl3.6H2O (Hendriayana, 2008)

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Cl

Fe

Cl

Cl.6 H2O +

O-FeCl2.6H2O

Besi(III)Klorida Asam Salisilat Menghasilkan warna ungu

HCl+

Page 16: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

16Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan-Bahan yang digunakan:

1. Asam Salisilat

2. Asam Asetat Glasial

3. Asam Sulfat Pekat

4. Etanol hangat

5. Ferri Klorida

6. Aquades

3.2 Alat- Alat yang digunakan

1. Statif dan klem

2. Corong buchner

3. Pompa vakum

4. Labu didih dasar bulat

5. Batang pengaduk

6. Penangas air

7. Kertas saring

8. Timbangan analitik

9. Pipet tetes

10. Kaca arloji

11. Termometer

12. Gelas piala

13. Tabung reaksi

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 17: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

17Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan Aspirin

a. 5 gram asam salisilat dimasukkan ke dalam labu didih dasar bulat (reaktor) dan

ditambahkan dengan 16 ml asam asetat glasial sedikit demi sedikit serta 4 tetes

asam sulfat pekat.

b. Labu didih digoyang-goyangkan agar zat tercampur dengan baik (dilakukan

dalam lemari asam). Larutan dipanaskan di atas penangas air pada temperatur

500-600C sambil diaduk selama 15 menit.

c. Campuran dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar, diaduk sekali-sekali.

d. 60 ml aquades ditambahkan kedalam larutan, diaduk dengan sempurna.

e. Selanjutnya endapan disaring dengan pompa pengisap atau vakum.

3.3.2 Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin)

a. Aspirin dilarutkan kedalam 15 ml etanol hangat.

b. 40 ml air hangat dituangkan ke dalam larutan aspirin-alkohol.

c. Dipanaskan sampai larut (dalam penangas air) bila terjadi endapan, larutan

disaring dalam keadaan panas dengan cepat.

d. Larutan jernih didinginkan pada temperatur kamar menggunakan batu es.

e. Larutan tersebut diamati sampai kristal yang terbentuk cukup banyak.

f. Larutan disaring dan diendapankan menggunakan kertas saring dengan corong

buchner (penyaringan vakum), sebelumnya ditimbang terlebih dahulu kertas

saring yang digunakan.

f. Endapan dikeringkan dengan kertas saring menggunakan oven.

g. Berat aspirin yang terbentuk ditimbang bila telah kering.

h. Dihitung rendemennya.

3.3.3 Uji Kemurnian Aspirin

a. Diambil sedikit kristal aspirin hasil rekristalisasi, dimasukkan dalam tabung

reaksi.

b. Diambil asam salisilat, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.

c. Dilarutkan kristal aspirin dan asam salisilat menggunakan alkohol masing-masing

1 ml.

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 18: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

18Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

d. Ditambahkan 3 tetes larutan ferri klorida dan diamati, bila larutan aspirin berubah

menjadi ungu berarti aspirin yang dibuat belum murni. Jika larutan tetap bening

berarti aspirin yang terbentuk telah murni.

3.4 Rangkaian Alat

Keterangan Gambar :

a. Statif

b. Termometer

c. Labu didih dasar bulat

d. Ketel pemanas

e. Kabel

f. Stop kontak

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Saat Pemanasan

Keterangan Gambar :

a. Corong Buchner

b. Erlenmeyer Buchner

b. Selang

c. Selang

d. Pompa vakum

e. Tombol on-off

Gambar 3.2 Rangkaian alat ketika dilakukan Penyaringan dengan pompa vakum

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 19: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

19Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

1. Kertas saring : a. 1,09 gram

b. 1,10 gram

c. 1,07 gram

2. Aspirin yang didapat : 2,89 gram

a. Massa Relatif : 180 gram/mol

3. Asam salisilat : 3 gram

a. Berat Jenis : 1,44 gram/ml

b. Massa Relatif : 138 gram/mol

4. Asam Asetat (Glasial) : 16 ml

a. Berat Jenis : 1,05 gram/ml

b. Massa Relatif : 60 gram/mol

5. Asam Sulfat pekat : 5 tetes

6. Alkohol hangat : 15 ml

7. Akuades hangat : 40 ml

8. FeCl3 : 3 tetes

Tabel 4.1 Hasil pengamatan aspirin

No. Perlakuan Pengamatan

13 gram asam salisilat + 16 ml asam asetat

glacialLarutan bening terdapat endapan

23 gram asam salisilat + 16 ml asam asetat

glasial + 5 tetes asam sulfat pekatLarutan bening terdapat endapan

3 Endapan disaring dengan pompa vakum Berat aspirin 4,48 gram

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 20: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

20Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

Tabel 4.2 Hasil rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin)

No. Perlakuan Pengamatan

1Aspirin + 7 ml alkohol hangat + 40 ml

air hangat, dipanaskan 50oC-60oC

Sebagian endapat larut, sebagian

lagi tidak larut

2 Larutan + endapan, saring Larutan bening

3 Filtratnya didinginkan Kristal + larutan

4 Kristal + larutan, disaring Kristal menjadi kering

5 Berat aspirin kering 2,89 gram

Tabel 4.3 Hasil Uji Kemurnian Aspirin

No Perlakun pengamatan

1 Kristal aspirin + 1 ml alcohol Larutan bening

2 Kristal aspirin + 1 ml alkohol + 3 tetes

FeCl3

Larutan menjadi bening keunguan

4.2 Pembahasan

Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke dalam suatu

substrat yang sesuai. Aspirin disebut juga asam asetil salisilat dapat dibuat dengan cara

asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan asam asetat glasial

dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat.

Dalam pembuatan aspirin, asam salisilat bertindak sebagai alkohol dan reaksinya

dengan asam asetat glasial berlangsung pada gugus hidroksil. Sedangkan asam asetat

glasial akan berperan sebagai asam.

Penambahan asam sulfat pekat pada campuran asam salisilat dengan asam asetat

glasial berfungsi sebagai katalisator, katalisator dapat mempercepat laju reaksi

pembentukan ester dengan menurunkan energi aktivasi sehingga pembentukan produk

berupa ester dapat dengan mudah terbentuk.

Setelah ketiga larutan dicampurkan maka dilakukan pemanasan untuk

mempercepat kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat tercampur dengan sempurna,

hal ini dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari molekul-

molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin cepat dan reaksi

berjalan cepat. Reaksi akan berlangsung dengan baik pada suhu 50oC-60oC. Jika larutan

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 21: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

21Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

dipanaskan dengan suhu lebih dari 600C larutan akan menguap dan jka dipanaskan

dengan suhu 500C maka reaksi belum optimal (Fessenden, 1989).

Setelah itu larutan didinginkan pada suhu kamar. Menurut Fessenden (1989),

pendinginan bertujuan untuk membentuk kristal, karena suhu dingin molekul aspirin

dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan

melalui proses nukleasi (induced nucleation). Material padatan terlarut dalam pelarut

yang cocok pada suhu tinggi (padat atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan

jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal

akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan.

Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan

tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh (Fary, 2009).

Kristal aspirin yang telah didinginkan ditambahkan 60 ml aquades sambil

digoyang-goyangkan. Kristal aspirin tersebut tidak larut di dalam air sedangkan hasil

sampingnya berupa pengotor-pengotor akan larut dalam pencampuran ini. Sehingga saat

di lakukan penyaringan hanya kristal aspirin dan larutan bersifat non-polar yang akan

tersaring di kertas saring. Berat aspirin sebelum rekristalisasi yaitu 4,48 gram.

Setelah itu dilakukan proses rekristalisasi menggunakan alkohol dan air hangat

untuk mendapatkan kristal dan hasil aspirin yang murni. Dari hasil percobaan terlihat

bahwa kristal aspirin larut dalam alkohol yag bersifat non-polar dan tidak larut dalam air

yag bersifat polar. Dalam hal ini alkohol hangat berperan sebagai pelarut dan

mempercepat proses kelarutan sedangkan air berfungsi melarutkan pengotor yang masih

tersisa saat penyaringan. Penambahan air hangat dilakukan setelah aspirin larut dalam

alkohol hangat. Kemudian larutan tersebut disaring dalam keadaan panas, ini bertujuan

untuk memisahkan zat–zat pengotor yang tidak larut dalam larutan, sehingga didapatkan

filtrat aspirin berupa larutan jernih. Jika tidak disaring dengan cepat maka akan semakin

banyak lagi asam salisilat yang mengendap sehingga aspirin yang terbentuk akan sedikit.

Selanjutnya larutan itu didinginkan menggunakan es. Setelah kering ditimbang berat

aspirin yang terbentuk, dan berat aspirin yang terbentuk adalah 2,89 gram. Sehingga

rendemen yang diperoleh adalah 64,22%. Rendemen yang diperoleh tidak mencapai

100%, hal ini dapat disebabkan oleh reaksi pembuatan aspirin yang tidak sempurna dan

adanya aspirin yang masih belum terbentuk pada saat didinginkan. Juga, pada saat

rekristalisasi mungkin ada kandungan aspirin yang tersaring pada saat penyaringan

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 22: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

22Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

kotoran. Sehingga berat aspirin berkurang yang menyebabkan rendemen yang didapatkan

tidak mencapai 100%.

Untuk menguji kemurnian aspirin ditambahkan larutan FeCl3 (ferri klorida). Jika

ferri klorida ditambahkan lalu membentuk warna ungu maka terdapat asam salisilat pada

aspirin, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol. Jika semua asam salisilat sudah

berubah menjadi aspirin maka larutan tersebut akan berwarna bening bila ditambahkan

FeCl3. Hal ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksil yang berikatan dengan

ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan. Reaksi aspirin dengan penambahan

FeCl3.6H2O bertujuan untuk menguji kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum.

Jika dari pengujian tersebut warna larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih

terdapat gugus fenolik (Fessenden, 1989).

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 23: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

23Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat glasial

menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis.

2. Berat aspirin yang dihasilkan adalah 2,89 gram

3. Rendemen yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebesar 64,22 %

5.2 Saran

1. Sebaiknya melakukan pencampuran zat-zat untuk membuat aspirin dilakukan di

dalam lemari asam dengan hati-hati.

2. Gunakan pelindung yang disarankan, seperti masker dan sarung tangan.

3. Perhatikan rentang suhu pada saat pemanasan dengan hati-hati.

4. Lakukan penyaringan zat pengotor dengan segera setelah aspirin dipanaskan agar

aspirin yang didapat lebih murni.

5. Untuk mempercepat pembentukan kristal dapat dilakukan dengan menggunakan

batu es saat pendinginan.

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 24: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

24Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

DAFTAR PUSTAKA

Abduh. 2010. Aspirin. http://library.USU.ac.id/download/ft/tkimia-Abduh.pdf. Diakses

pada 12 April 2015.

Amri. 2009. Asam Salisilat. http://library.USU.ac.id/download/ft/tkimia-Amri.pdf.

Diakses pada 12 April 2015.

Baysinger, G, dkk. 2004. CRC Handbook of Chemistry and Physics. 85th ed. (hal:132).

Fary. 2009. Rekristalisasi, Pembuatan Aspirin dan Penentuan Titik Leleh Aspirin.

http://faryjackazz.blogspot.com/2009/03/rekristalisasi-pembuatan-aspirin-dan.html.

Diakses pada 12 April 2015.

Fessenden. 1989. Kimia Organik, edisi ke 3. Jakarta: Erlangga.

Irdoni, HS & Nirwana. 2015. Modul praktikum kimia organik. Pekanbaru :Universitas

riau

Hendriayana, A. 2008. Pembuatan Aspirin”.http://gundulshare.blogspot.com/2008/05/

pembuatan-aspirin.html. Diakses pada 12 April 2015.

Schror, K. 2009. Acetyl Salicylic Acid.Darmstadt, Wiley-Blackwrll, ISBN 978-3-527-

32109-4.

Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. Prentice Hall Inc, New Jersey.

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 25: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

25Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

Berat aspirin sebelum divakum = (kertas saring + aspirin) – (kertas saring)= 5,55 gram – 1,13 gram= 4,48 gram

Berat aspirin rekristalisasi = (berat kertas saring + aspirin) – (berat kertas saring)= 4,10 gram – 1,07 gram = 3,03 gram

Berat aspirin setelah dioven = 2,89 gram

A) Asam salisilat

C7H6O3 = 3 gramMr C7H6O3 = 120

mol =

= 3 gram

120= 0,025 mol

B) Asam Asetat (glasial)

CH3COOH = 16 mlρ CH3COOH = 1,05 gram/ml

ρ = MassaVolume

massa = ρ x volume = 1,05 gram/ml x 16 ml = 16,8 gram

Mr CH3COOH = 60

n = Massa

Berat Molekul

= 16,8 gram

60

= 0,28 mmol

C7H6O3 + CH3COOH → C9H8O4

M 0,025 0,28 - R 0, 02 5 0,025 0, 02 5 S - 0,255 0,02 5

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 26: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

26Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

C) Aspirin ( C9H8O4)

Mr C9H8O4 = 180

n = Massa

Berat Molekulgram = 0,025 x 180

= 4,5 gram

% rendemen = Berat Aspirin hasil percobaan

Berat Aspirin secara stokiometri x 100%

= 2,89 gram4,5 gram

x 100%

= 64,22 %

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’

Page 27: Laporan Aspirin_Revisi 1 Mei 2015

27Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI

Gambar C.1 Bahan yang dipakai Gambar C.2 Pengambilan H2SO4

Gambar C.3 Larutan Aspirin Gambar C.4 Rekristalisasi

Gambar C.5 Aspirin Gambar C.6 Pengujian

Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’