Upload
dewi-sunarti
View
267
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
prk kimor
Citation preview
1Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspirin atau asam asetil salisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki
efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada
tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Aspirin berasal dari kata “A” (acetyl glikol), “Spir” (Sperea Ulmaria), “In”
(dikemas dalam bentuk obat-obatan). Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah
suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap
rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin
juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung.
Ribuan tahun berlalu, hingga di tahun 1829, para ilmuwan berhasil mengisolasi
bahan dalam tumbuhan willow yang berfungsi meredakan rasa sakit. Bahan tersebut
bernama salicin. Bahan ini dapat menghilangkan sakit, tapi memiliki efek samping
terhadap perut-manfaat dan mudaratnya sama besar. Tentu saja harus ada jalan keluar.
Seorang ahli kimia Perancis bernama Charles Frederic Gerhardt berhasil menetralkan
salicin alami menjadi asam salisilat (salicylic acid) lewat penyanggaan (buffering)
dengan natrium dan asam asetat. Asam salisilat ini lebih "ramah" terhadap perut.
Gambar 1.1 Struktur kimia aspirin (Hendriayana, 2008)
Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) berfungsi
sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Kemurnian aspirin bisa
diuiji dengan menggunakan besi (III) klorida. Sebelum dimurnikan aspirin dilakukan
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
2Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
rekristalisasi terlebih dahulu agar didapatkan aspirin yang murni. Aspirin digunakan
sebagai obat penurun demam, antibiotik, dan penawar nyeri (analgenetika). Biasanya
aspirin di jual sebagai garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat (Irdoni, 2015).
Aspirin juga bisa meredakan penyakit arthritis, melambatkan pembekuan darah,
sebagai penghilang nyeri, mencegah kanker mulut, kerongkongan, merawat kesakitan.
Aspirin digunakan dosis hingga 1 gram setiap empat jam dan maksimum empat kali
sehari.
Sehubungan dengan penggunaan kosmetik dan obat obat yang berkembang di
masyarakat sekarang, maka kami ingin mengetahui kandungan aspirin serta reaksi-reaksi
yang terjadi dalam pembuatan aspirin tersebut. Oleh sebab itu kami melakukan praktikum
Aspirin.
1.2 Tujuan Praktikum
Membuat aspirin dalam skala labor
Mengamati dan mempelajari proses reaksi yang terjadi
Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
3Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaksi Asetilasi
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke dalam suatu
substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R = alkil atau aril). Sintesis
aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara
asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester (Fessenden, 1989).
Fungsi utama reaksi asetilasi adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan
untuk diefektifikasi. Kadang-kadang hasil N-asetilasi bersifat lebih reaktif daripada
senyawa induk. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi asetilasi adalah pemanasan.
Dengan adanya pemanasan sampai suhu tertentu, molekul akan putus ikatannya dan
terionisasi. Faktor lainnya adalah adanya perbedaan aktivasi enzim (Wilcox, 1995).
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
menggunakan katalis H2SO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus fungsi, yaitu –OH dan –COOH.Karenanya
asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda, yaitu reaksi asam dan
basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan reaksi
dengan metanol akan menghasilkan metil salisilat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
esterifikasi (Fessenden, 1989).
Menurut Fessenden (1989), proses reaksiasetilasi yaitu:
1. Asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrat.
2. Sehingga gugus alkanol pada asam salisilat akan bereaksi dengan gugus asetil pada
asam asetat anhidrat dibantu dengan katalis H2SO4 sebagai penghidrasi (bertugas
memutuskan ikatan gugus hidroksi dan ikatan asetat anhidrat).
3. Gugus alkanol dan gugus asetil saling bertukar tempat.
4. Struktur dari asam salisilat berubah (-OH menjadi CH3COO-) yang disebut sebagai
asam asetil salisilat dengan nama dagang aspirin dan reaksi samping berupa asam
asetat.
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
4Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Gambar 2.1 Reaksi asetilasi (Hendriayana, 2008)
2.2 Asam Salisilat
2.2.1 Pengertian Asam Salisilat
Asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) merupakan asam yang bersifat iritan lokal,
yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai
obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam
organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat . Turunannya yang paling dikenal
adalah asam asetil salisilat (Fary, 2009).
2.2.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Salisilat
Tabel 2.1 Sifat fisika asam salisilat
Rumus Molekul C7H6O3
Massa Molar 138,12 gram/mol
Densitas 1,44 gram/cm3
Titik Lebur 159oC
Titik Didih 211oC
Tekanan Uap 1 mmHg pada 33oC
Sumber: Amri (2009)
Menurut Amri (2009), sifat kimia asam salisilat antara lain :
1. Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%), mudah larut
dalam kloroform dan eter.
2. Tidak cepat menguap.
3. Tidak mudah terbakar
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
5Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
2.3 Asam Asetat Glasial
2.3.1 Pengertian Asam Asetat Glasial
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7°C (Abduh, 2010).
2.3.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Asetat Glasial
Tabel 2.2 Sifat fisika asam asetat glasial
Rumus Molekul CH3COOH
Massa Molar 60,05 gram/mol
Densitas 1,05 gram/cm3
Titik Lebur 16,5oC
Titik Didih 118,1oC
Sumber: Amri (2009)
Menurut Amri (2009), sifat kimia asam asetat glasial antara lain :
1. Cairan bersifat higroskopis.
2. Cairan tidak berwarna
3. Berbentuk kristal, mudah menguap
4. Mudah terbakar
5. Disimpan pada lemari asam.
2.4 Asam Sulfat
2.4.1 Pengertian Asam Sulfat
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan.Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia.Walaupun asam sulfat yang mendekati
100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam
98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat
yang paling umum. Asam sulfat 98% pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat
(Abduh, 2010).
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
6Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
2.4.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat
Tabel 2.3 Sifat fisika asam sulfatRumus Molekul H2SO4
Massa Molar 98,08 gram/mol
Densitas 1,84 gram/cm3
Titik Lebur 10oC
Titik Didih 337oC
Sumber: Amri (2009)
Menurut Amri (2009), sifat kimia asam sulfat antar lain :
1. Sebagai katalisator dan dehidrator.
2. Mudah menguap.
3. Mudah terbakar.
4. Disimpan pada lemari asam.
5. Cairannya kental.
6. Sangat korosif.
2.5 Besi (III) Klorida
2.5.1 Pengertian besi (III) klorida
Besi (III) klorida memiliki titik lebur yang relatif rendah dan mendidih pada
315°C. Uapnya merupakan dimer Fe2Cl6, yang pada suhu yang semakin tinggi lebih
cenderung terurai menjadi monomer FeCl3, daripada penguraian reversibel menjadi besi
(III) klorida dan gas klorin (Baysinger, 2004).
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
7Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
2.5.2 Sifat Fisika dan Kimia Besi (III) Klorida
Tabel 2.4 Sifat fisika Besi (III) klorida
Nama lain Besi (III) klorida
Rumus molekul FeCl3
Berat Molekul 162,22 gr/mol
Densitas 2,898 g/cm3
Titik didih 315OC
Titik lebur 282OC
Sumber: Amri (2009)
Menurut Amri (2009), sifat kimia Besi (III) klorida antara lain :
1. Larut dalam air, larutan berpalensi berwarna jingga.
2. Sebagai indikator uji kemurniaan aspirin.
3. Mudah menguap.
4. Merupakan asam lewis yang relative kuat.
2.6 Aspirin
2.6.1 Sejarah Penemuan Aspirin
Lebih dari 2500 tahun silam, kurang lebih 500 SM, para ahli obat-obatan Cina
menggunakan kulit pohon (willow bark), yang merupakan cikal bakal aspirin, sebagai
obat untuk mengobati penyakit yang ringan. Sekitar 400 SM, Hippocrates, seorang
Yunani yang sering diakui sebagai bapak obat-obatan, menyarankan bahwa mengunyah
kulit pohon dapat mengurangi demam dan rasa sakit. Lima ratus tahun sesudah
Hippocrates, Dioscrorides, seorang dokter Yunani, menggunakan kulit pohon untuk
mengurangi inflamasi pada pasiennya. Hal-hal di atas menunjukkan penggunaan kulit
pohon sebagai cikal bakal dari aspirin (Baysinger, 2004).
Pada pertengahan abad ke-18, Reveren Edward Stone dari Oxford mulai
melakukan eksperimen dengan berbagai cara untuk mengurangi demam. Stone
menghancurkan satu pound kulit pohon yang dikeringkan dan memberikannya kepada 50
orang yang demam selama beberapa tahun. Dia mencoba mencampurkan bubuk kulit
pohon tersebut dengan teh, air, dan bahkan bir. Dengan beberapa pengecualian, demam
yang diderita pun hilang. Mungkin ini merupakan bukti nyata, tetapi Stone tidak
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
8Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
mengetahui bahwa ia sebenarnya melanjutkan pekerjaan ribuan tahun yang lalu. Pada
tahun 1763, The Royal Society of London mempublikasikan kesuksesan Stone dalam
menemukan kemampuan kulit pohon willow untuk menurunkan demam. Masih memakan
waktu beberapa tahun untuk dapat menjadikan kulit pohon willow menjadi obat
(Baysinger, 2004).
Pada tahun 1828, ahli kimia Italia Raffaele Piria dan apoteker Perancis Henri
Leroux menemukan dan memisahkan bahan aktif yang terkandung di dalam kulit pohon.
Karena nama Latin dari pohon willow putih adalah Salix alba, senyawa baru yang
terkandung di dalam kulit pohon itu dinamakan salicin. Sepuluh tahun kemudian, ahli
kimia Perancis berhasil memisahkan senyawa yang lebih murni dan dikenal dengan nama
asam salisilat. Asam salisilat menjadi dasar dari banyak produk farmasi lainnya termasuk
asam asetil salisilat, yang dikenal dengan nama aspirin pada saat sekarang ini (Baysinger,
2004).
Walaupun asam salisilat memiliki banyak kegunaan, namun ada efek samping yang
tidak disukai yaitu menyebabkan iritasi pada lambung. Penelitian dilakukan untuk
menetralisir keasaman asam salisilat dengan natrium, dan dengan mengkombinasikan
natrium salisilat dan asetil klorida, namun usaha ini masih belum berhasil. Baru pada
tahun 1899, ilmuwan yang bekerja pada Bayer, Felix Hoffman berhasil menemukan asam
asetil salisilat yang lebih ramah ke lambung. Kemudian produk ini diberi nama aspirin, a-
dari gugus asetil, -spir- dari nama bunga spiraea, dan –in merupakan akhiran untuk obat
pada waktu itu (Baysinger, 2004).
2.6.2 Pengertian Aspirin
Aspirin juga disebut asam asetil salisilat atau acetyl salicylic acid yang merupakan
kristal jarum berwarna bening yang dapat diperoleh dengan cara asetilasi senyawa phenol
(dalam bentuk asam salisilat) menggunakan asetat anhidrat dengan bantuan sedikit katalis
asam sulfat pekat. Pada pembuatan aspirin, asam salisilat berfungsi sebagai alkohol dan
reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Gugus hidroksi dari asam salisilat akan
bereaksi dengan asetil dari asetat anhidrat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi
(Fessenden, 1989).
Titik leleh aspirin 136oC. Aspirin tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena
asam salisilat sebagai bahan baku aspirin merupakan senyawa turunan asam benzoat yang
merupakan asam lemah yang memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu, dalam
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
9Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
pembuatan aspirin dilakukan penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi endapan
aspirin. Reaksi ini juga di lakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat
tercapainya energi aktivasi. Selain pemanasan juga dilakukan pendinginan yang
dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul
aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk
endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation) (Fessenden, 1989).
Nukleasi adalah proses yang mendahului kristalisasi. Nukleasi merupakan hasil
dari status metastabil yang terjadi setelah supersaturasi akibat dari pemisahan zat pelarut
atau penurunan suhu larutan. Nukleasi dapat terjadi secara homogen ataupun heterogen.
Nukleasi heterogen lebih cenderung terjadi pada bahan pangan akibat dari keberadaan zat
lain (impurities). Proses nukleasi homogen dan heterogen dianggap sebagai mekanisme
nukleasi primer, dalam hal ini pusat kristal dari zat yang sedang mengalami kristalisasi
tidak terdapat pada sistem yang bernukleasi (Fessenden, 1989).
Gambar 2.2 Struktur molekul aspirin (Hendriayana, 2008)
2.6.3 Sifat Fisika dan Kimia Aspirin
Tabel 2.5 Sifat fisika aspirin
Rumus Molekul C9H8O4
Massa Molar 180,2 gram/mol
Titik Didih 140oC
Titik Leleh 136oC
Densitas 1,4 gram/cm³
Kelarutan dalam Air 3 mg/mL (20oC)
Sumber: Amri (2009)
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
10Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Menurut Amri (2009), sifat kimia aspirin antara lain :1. Larut dalam air.
2. Mudah larut dalam etanol.
3. Larut dalam kloroform dan eter.
4. Sukar larut dalam eter mutlak.
5. Tidak mudah terbakar
6. Disimpan pada tempat yang steril.
2.6.4 Manfaat Aspirin
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit.Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera
ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik
yang berfungsi untuk mengurangi demam.Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin
diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai 300
tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin
secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis
yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing
dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3- 1 gram, dosis yang mencapai 10-30
gram dapat mengakibatkan kematian (Fary, 2009).
Gambar 2.3 Aspirin (Hendriayana, 2008)
Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan baik,
efek-efek berguna dari ester-ester dari asam ini telah diketahui sejak dahulu kala, daun-
daun yang mengandung jumlah yang cukup dari senyawa-senyawa penawar rasa sakit dan
demam ini telah dikelola oleh Dokter dokter zaman dahulu kala. Selain itu aspirin juga
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
11Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
digunakan untuk masker wajah anti penuaan dini, arena aspirin mengandung alat
eksfuliator pengelupasan kulit. Biasanya aspirin dijual dalam bentuk garam natriumnya
yaitu Natrium Asetil Asetat. Dosis untuk aspirin digunakan adalah 1 mg setiap empat jam
dan maksimum empat kali dalam sehari (Hendriayana, 2008).
2.6.5 Cara Kerja Aspirin
Bahan aktif dalam aspirin, asam salisilat asetil, merupakan turunan sintetis dari
senyawa salicin, yang terjadi secara alami pada tanaman, terutama pohon willow.
Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang
dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam
pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik apabila aspirin
mengasetil enzim tersebut (Schror, 2009).
Prostaglandins ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek
di dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan
termostat hipotalamus. Tromboksan juga bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet.
Serangan jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan rangsangan sakit menuju ke
otak. Oleh karena itu, pengurangan gumpalan darah dan rangsangan sakit ini disebabkan
konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit dianggap baik dari segi pengobatan (Schror,
2009).
Namun, efeknya darah lambat membeku menyebabkan pendarahan berlebihan bisa
terjadi. Jadi, mereka yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah
pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin (Schror, 2009).
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
12Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Gambar 2.4 Cara kerja aspirin dalam tubuh (Hendriayana, 2008)
2.6.6 Rekristalisasi
Untuk mendapatkan aspirin yang murni, maka harus dilakukan rekristalisasi.
Dimana, rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat-zat
organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu, teknik ini sering digunakan untuk
pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis
lebih lanjut. Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi adalah metoda yang paling
penting untuk pemurnian sebab kemudahannya dan karena keefektifannya (Fary, 2009).
Material padatan terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (padat atau
dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh.
Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan
padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan
mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai
jenuh (Fary, 2009).
Menurut Fessenden (1989), saran-saran yang dibutuhkan untuk melakukan metoda
kristalisasi adalah sebagai berikut:
1. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang
besar pada suhu. Misalnya, ketergantungan pada suhu NaCl hampir dapat
diabaikan. Jadi, pemurnian NaCl dengan rekristalisasi tidak dapat dilakukan.
Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan pendinginan karena
mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus semacam ini penambahan Kristal
bibit, mungkin akan efektif.
2. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut
non polar lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung merupakan
pelarut yang buruk untuk senyawa polar.
3. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah lebih diinginkan. Namun, sekali lagi
pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi, pemilihan pelarut
biasanya bukan masalah sederhana.
Menurut Fessenden (1989), tahap-tahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi
pada umumnya, yaitu:
1. Memilih pelarut yang cocok
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
13Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Pelarut yang umum digunakan jika dilarutkan sesuai dengan kenaikan
kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil asetat,
etanol, metanol, dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu sampel zat
tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan
panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin
Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan volume
sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika terlalu encer,
uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut, mula-
mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai larut,
kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul
kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya hilang,
kemudian disaring.
3. Penyaringan
Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak
larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat
pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya.
Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya digunakan corong Buchner. Jika larutannya
mengandung zat warna pengotor, maka sebelum disaring ditambahkan sedikit ( ± 2%
berat ) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak
boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan.
]Apabila saat penyaringan masih ada asam asetat glasial yang lolos maka asam
asetat glasial tersebut bereaksi dengan alkohol membentuk endapan putih etil etanoat (etil
asetat). Pembentukan etil asetat tersebut dinamakan reaksi esterifikasi, yaitu suatu reaksi
antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis berupa
asam. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.
4. Pendinginan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Sering pendinginan
ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (feed) yang berupa kristal murni ke dalam
larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat mempercepat
rekristalisasi.
5. Penyaringan dan pendinginan kristal
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
14Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh perlu
disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian, kristal yang diperoleh
dikeringkan dalam eksikator. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari asam asetat
dengan asam salisilat. Oleh karena itu, senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan
asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai
katalisator.
2.6.7 Reaksi Pengujian Aspirin
Reaksi aspirin dengan penambahan FeCl3.6H2O bertujuan untuk menguji
kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum. Jika dari pengujian tersebut warna
larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenolik (Fessenden,
1989).
Reaksi pengujian aspirin termasuk kompleksometri, yaitu reaksi antara ion logam
dan anion atau molekul netral, sehingga menghasilkan senyawa kompleks. Jadi, ion
FeCl3.6H2O akan bereaksi dengan –OH dan akan menghasilkan warna, dan disini
FeCl3.6H2O bertindak sebagai ion logam, sedangkan –OH sebagai anion. Pada saat
terbentuk senyawa komlpleks, maka warna larutan berubah jadi ungu (Fessenden, 1989).
Menurut Fessenden (1989), proses reaksi antara asam salisilat dengan FeCl3.6H2O
yaitu:
1. Pertama, FeCl3.6H2O dengan struktur Fe ditengah dan dikelilingi oleh 6 H2O
direaksikan dengan asam salisilat yang mengandung 2 buah gugus fungsi, yaitu –
OH dan –COOH.
2. Kemudian atom oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari
asam salisilat akan berikatan dengan ion kompleks Fe(H2O)63+ tersebut yang
menyebabkan warna ungu pada larutan dan atom H pada gugus hidroksi, dan gugus
karboksilat akan bereaksi dengan Cl3 pada FeCl3.6H2O membentuk HCl sebagai
reaksi samping.
3. Kemudian untuk pengujian aspirin dengan ferri klorida, larutan tidak berwarna
ungu, hal ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat yang berikatan
dengan ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan. Jika warna larutan
berwarna ungu berarti pada aspirin yang dihasilkan masih mengandung asam
salisilat.
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
COOH
OH
COOH
15Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Gambar 2.5 Reaksi asam salisilat dengan FeCl3.6H2O (Hendriayana, 2008)
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
Cl
Fe
Cl
Cl.6 H2O +
O-FeCl2.6H2O
Besi(III)Klorida Asam Salisilat Menghasilkan warna ungu
HCl+
16Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan-Bahan yang digunakan:
1. Asam Salisilat
2. Asam Asetat Glasial
3. Asam Sulfat Pekat
4. Etanol hangat
5. Ferri Klorida
6. Aquades
3.2 Alat- Alat yang digunakan
1. Statif dan klem
2. Corong buchner
3. Pompa vakum
4. Labu didih dasar bulat
5. Batang pengaduk
6. Penangas air
7. Kertas saring
8. Timbangan analitik
9. Pipet tetes
10. Kaca arloji
11. Termometer
12. Gelas piala
13. Tabung reaksi
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
17Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Aspirin
a. 5 gram asam salisilat dimasukkan ke dalam labu didih dasar bulat (reaktor) dan
ditambahkan dengan 16 ml asam asetat glasial sedikit demi sedikit serta 4 tetes
asam sulfat pekat.
b. Labu didih digoyang-goyangkan agar zat tercampur dengan baik (dilakukan
dalam lemari asam). Larutan dipanaskan di atas penangas air pada temperatur
500-600C sambil diaduk selama 15 menit.
c. Campuran dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar, diaduk sekali-sekali.
d. 60 ml aquades ditambahkan kedalam larutan, diaduk dengan sempurna.
e. Selanjutnya endapan disaring dengan pompa pengisap atau vakum.
3.3.2 Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin)
a. Aspirin dilarutkan kedalam 15 ml etanol hangat.
b. 40 ml air hangat dituangkan ke dalam larutan aspirin-alkohol.
c. Dipanaskan sampai larut (dalam penangas air) bila terjadi endapan, larutan
disaring dalam keadaan panas dengan cepat.
d. Larutan jernih didinginkan pada temperatur kamar menggunakan batu es.
e. Larutan tersebut diamati sampai kristal yang terbentuk cukup banyak.
f. Larutan disaring dan diendapankan menggunakan kertas saring dengan corong
buchner (penyaringan vakum), sebelumnya ditimbang terlebih dahulu kertas
saring yang digunakan.
f. Endapan dikeringkan dengan kertas saring menggunakan oven.
g. Berat aspirin yang terbentuk ditimbang bila telah kering.
h. Dihitung rendemennya.
3.3.3 Uji Kemurnian Aspirin
a. Diambil sedikit kristal aspirin hasil rekristalisasi, dimasukkan dalam tabung
reaksi.
b. Diambil asam salisilat, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
c. Dilarutkan kristal aspirin dan asam salisilat menggunakan alkohol masing-masing
1 ml.
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
18Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
d. Ditambahkan 3 tetes larutan ferri klorida dan diamati, bila larutan aspirin berubah
menjadi ungu berarti aspirin yang dibuat belum murni. Jika larutan tetap bening
berarti aspirin yang terbentuk telah murni.
3.4 Rangkaian Alat
Keterangan Gambar :
a. Statif
b. Termometer
c. Labu didih dasar bulat
d. Ketel pemanas
e. Kabel
f. Stop kontak
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Saat Pemanasan
Keterangan Gambar :
a. Corong Buchner
b. Erlenmeyer Buchner
b. Selang
c. Selang
d. Pompa vakum
e. Tombol on-off
Gambar 3.2 Rangkaian alat ketika dilakukan Penyaringan dengan pompa vakum
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
19Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
1. Kertas saring : a. 1,09 gram
b. 1,10 gram
c. 1,07 gram
2. Aspirin yang didapat : 2,89 gram
a. Massa Relatif : 180 gram/mol
3. Asam salisilat : 3 gram
a. Berat Jenis : 1,44 gram/ml
b. Massa Relatif : 138 gram/mol
4. Asam Asetat (Glasial) : 16 ml
a. Berat Jenis : 1,05 gram/ml
b. Massa Relatif : 60 gram/mol
5. Asam Sulfat pekat : 5 tetes
6. Alkohol hangat : 15 ml
7. Akuades hangat : 40 ml
8. FeCl3 : 3 tetes
Tabel 4.1 Hasil pengamatan aspirin
No. Perlakuan Pengamatan
13 gram asam salisilat + 16 ml asam asetat
glacialLarutan bening terdapat endapan
23 gram asam salisilat + 16 ml asam asetat
glasial + 5 tetes asam sulfat pekatLarutan bening terdapat endapan
3 Endapan disaring dengan pompa vakum Berat aspirin 4,48 gram
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
20Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
Tabel 4.2 Hasil rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin)
No. Perlakuan Pengamatan
1Aspirin + 7 ml alkohol hangat + 40 ml
air hangat, dipanaskan 50oC-60oC
Sebagian endapat larut, sebagian
lagi tidak larut
2 Larutan + endapan, saring Larutan bening
3 Filtratnya didinginkan Kristal + larutan
4 Kristal + larutan, disaring Kristal menjadi kering
5 Berat aspirin kering 2,89 gram
Tabel 4.3 Hasil Uji Kemurnian Aspirin
No Perlakun pengamatan
1 Kristal aspirin + 1 ml alcohol Larutan bening
2 Kristal aspirin + 1 ml alkohol + 3 tetes
FeCl3
Larutan menjadi bening keunguan
4.2 Pembahasan
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke dalam suatu
substrat yang sesuai. Aspirin disebut juga asam asetil salisilat dapat dibuat dengan cara
asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan asam asetat glasial
dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat.
Dalam pembuatan aspirin, asam salisilat bertindak sebagai alkohol dan reaksinya
dengan asam asetat glasial berlangsung pada gugus hidroksil. Sedangkan asam asetat
glasial akan berperan sebagai asam.
Penambahan asam sulfat pekat pada campuran asam salisilat dengan asam asetat
glasial berfungsi sebagai katalisator, katalisator dapat mempercepat laju reaksi
pembentukan ester dengan menurunkan energi aktivasi sehingga pembentukan produk
berupa ester dapat dengan mudah terbentuk.
Setelah ketiga larutan dicampurkan maka dilakukan pemanasan untuk
mempercepat kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat tercampur dengan sempurna,
hal ini dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari molekul-
molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin cepat dan reaksi
berjalan cepat. Reaksi akan berlangsung dengan baik pada suhu 50oC-60oC. Jika larutan
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
21Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
dipanaskan dengan suhu lebih dari 600C larutan akan menguap dan jka dipanaskan
dengan suhu 500C maka reaksi belum optimal (Fessenden, 1989).
Setelah itu larutan didinginkan pada suhu kamar. Menurut Fessenden (1989),
pendinginan bertujuan untuk membentuk kristal, karena suhu dingin molekul aspirin
dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan
melalui proses nukleasi (induced nucleation). Material padatan terlarut dalam pelarut
yang cocok pada suhu tinggi (padat atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan
jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal
akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan.
Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan
tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh (Fary, 2009).
Kristal aspirin yang telah didinginkan ditambahkan 60 ml aquades sambil
digoyang-goyangkan. Kristal aspirin tersebut tidak larut di dalam air sedangkan hasil
sampingnya berupa pengotor-pengotor akan larut dalam pencampuran ini. Sehingga saat
di lakukan penyaringan hanya kristal aspirin dan larutan bersifat non-polar yang akan
tersaring di kertas saring. Berat aspirin sebelum rekristalisasi yaitu 4,48 gram.
Setelah itu dilakukan proses rekristalisasi menggunakan alkohol dan air hangat
untuk mendapatkan kristal dan hasil aspirin yang murni. Dari hasil percobaan terlihat
bahwa kristal aspirin larut dalam alkohol yag bersifat non-polar dan tidak larut dalam air
yag bersifat polar. Dalam hal ini alkohol hangat berperan sebagai pelarut dan
mempercepat proses kelarutan sedangkan air berfungsi melarutkan pengotor yang masih
tersisa saat penyaringan. Penambahan air hangat dilakukan setelah aspirin larut dalam
alkohol hangat. Kemudian larutan tersebut disaring dalam keadaan panas, ini bertujuan
untuk memisahkan zat–zat pengotor yang tidak larut dalam larutan, sehingga didapatkan
filtrat aspirin berupa larutan jernih. Jika tidak disaring dengan cepat maka akan semakin
banyak lagi asam salisilat yang mengendap sehingga aspirin yang terbentuk akan sedikit.
Selanjutnya larutan itu didinginkan menggunakan es. Setelah kering ditimbang berat
aspirin yang terbentuk, dan berat aspirin yang terbentuk adalah 2,89 gram. Sehingga
rendemen yang diperoleh adalah 64,22%. Rendemen yang diperoleh tidak mencapai
100%, hal ini dapat disebabkan oleh reaksi pembuatan aspirin yang tidak sempurna dan
adanya aspirin yang masih belum terbentuk pada saat didinginkan. Juga, pada saat
rekristalisasi mungkin ada kandungan aspirin yang tersaring pada saat penyaringan
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
22Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
kotoran. Sehingga berat aspirin berkurang yang menyebabkan rendemen yang didapatkan
tidak mencapai 100%.
Untuk menguji kemurnian aspirin ditambahkan larutan FeCl3 (ferri klorida). Jika
ferri klorida ditambahkan lalu membentuk warna ungu maka terdapat asam salisilat pada
aspirin, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol. Jika semua asam salisilat sudah
berubah menjadi aspirin maka larutan tersebut akan berwarna bening bila ditambahkan
FeCl3. Hal ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksil yang berikatan dengan
ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan. Reaksi aspirin dengan penambahan
FeCl3.6H2O bertujuan untuk menguji kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum.
Jika dari pengujian tersebut warna larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih
terdapat gugus fenolik (Fessenden, 1989).
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
23Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat glasial
menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis.
2. Berat aspirin yang dihasilkan adalah 2,89 gram
3. Rendemen yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebesar 64,22 %
5.2 Saran
1. Sebaiknya melakukan pencampuran zat-zat untuk membuat aspirin dilakukan di
dalam lemari asam dengan hati-hati.
2. Gunakan pelindung yang disarankan, seperti masker dan sarung tangan.
3. Perhatikan rentang suhu pada saat pemanasan dengan hati-hati.
4. Lakukan penyaringan zat pengotor dengan segera setelah aspirin dipanaskan agar
aspirin yang didapat lebih murni.
5. Untuk mempercepat pembentukan kristal dapat dilakukan dengan menggunakan
batu es saat pendinginan.
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
24Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
DAFTAR PUSTAKA
Abduh. 2010. Aspirin. http://library.USU.ac.id/download/ft/tkimia-Abduh.pdf. Diakses
pada 12 April 2015.
Amri. 2009. Asam Salisilat. http://library.USU.ac.id/download/ft/tkimia-Amri.pdf.
Diakses pada 12 April 2015.
Baysinger, G, dkk. 2004. CRC Handbook of Chemistry and Physics. 85th ed. (hal:132).
Fary. 2009. Rekristalisasi, Pembuatan Aspirin dan Penentuan Titik Leleh Aspirin.
http://faryjackazz.blogspot.com/2009/03/rekristalisasi-pembuatan-aspirin-dan.html.
Diakses pada 12 April 2015.
Fessenden. 1989. Kimia Organik, edisi ke 3. Jakarta: Erlangga.
Irdoni, HS & Nirwana. 2015. Modul praktikum kimia organik. Pekanbaru :Universitas
riau
Hendriayana, A. 2008. Pembuatan Aspirin”.http://gundulshare.blogspot.com/2008/05/
pembuatan-aspirin.html. Diakses pada 12 April 2015.
Schror, K. 2009. Acetyl Salicylic Acid.Darmstadt, Wiley-Blackwrll, ISBN 978-3-527-
32109-4.
Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. Prentice Hall Inc, New Jersey.
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
25Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Berat aspirin sebelum divakum = (kertas saring + aspirin) – (kertas saring)= 5,55 gram – 1,13 gram= 4,48 gram
Berat aspirin rekristalisasi = (berat kertas saring + aspirin) – (berat kertas saring)= 4,10 gram – 1,07 gram = 3,03 gram
Berat aspirin setelah dioven = 2,89 gram
A) Asam salisilat
C7H6O3 = 3 gramMr C7H6O3 = 120
mol =
= 3 gram
120= 0,025 mol
B) Asam Asetat (glasial)
CH3COOH = 16 mlρ CH3COOH = 1,05 gram/ml
ρ = MassaVolume
massa = ρ x volume = 1,05 gram/ml x 16 ml = 16,8 gram
Mr CH3COOH = 60
n = Massa
Berat Molekul
= 16,8 gram
60
= 0,28 mmol
C7H6O3 + CH3COOH → C9H8O4
M 0,025 0,28 - R 0, 02 5 0,025 0, 02 5 S - 0,255 0,02 5
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
26Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
C) Aspirin ( C9H8O4)
Mr C9H8O4 = 180
n = Massa
Berat Molekulgram = 0,025 x 180
= 4,5 gram
% rendemen = Berat Aspirin hasil percobaan
Berat Aspirin secara stokiometri x 100%
= 2,89 gram4,5 gram
x 100%
= 64,22 %
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’
27Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2015
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar C.1 Bahan yang dipakai Gambar C.2 Pengambilan H2SO4
Gambar C.3 Larutan Aspirin Gambar C.4 Rekristalisasi
Gambar C.5 Aspirin Gambar C.6 Pengujian
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin’’