45
PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PPK) LAPORAN BULANAN Mei 2007 Konsultan Manajemen Nasional Jl. Pejaten Raya Pasar Minggu, Graha Pejaten No. 2 Jakarta Selatan Telp. +62 21 7988940, 7988918 / Fax +62 21 7974712 Email: [email protected] Website: www.ppk.or.id

Laporan KMN Mei 2007

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan KKN

Citation preview

  • PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN

    (PPK)

    LAPORAN BULANANMei 2007

    Konsultan Manajemen Nasional Jl. Pejaten Raya Pasar Minggu, Graha Pejaten No. 2

    Jakarta SelatanTelp. +62 21 7988940, 7988918 / Fax +62 21 7974712

    Email: [email protected]: www.ppk.or.id

  • Keterangan Foto:Foto Atas: Partisipasi Perempuan dalam pembangunan jalan di kab. Garut, provinsi Jawa Barat (dari kiri ke kanan): 1. Pembangunan TK di desa Rantau Alay, kec. Pemayung, kab. Batang Hari,

    provinsi Jambi 2. Pekerjaan Jalan di desa Bangkellekila, kec. Sesean kab. Tana Toraja, provinsi

    Sulawesi Selatan3. Kegiatan MD Sosialisasi di desa, kab. Nagan Raya, provinsi NAD.

  • iDAFTAR ISI

    Judul Halaman

    Daftar IsiRingkasan EksekutifBab I : Pendahuluan .

    I.1. Gambaran Umum I.2. Kegiatan Mei 2007

    Bab II : Kemajuan dan Hasil ..II.1. Status Pencairan Dana per Mei 2007

    II.2. Perkembangan Kegiatan PPK II Siklus IV Siklus V Siklus VI Rekapitulasi Kegiatan & Alokasi Dana PPK II

    II.3. Perkembangan Kegiatan PPK III Siklus VII Siklus VIII Rekapitulasi Kegiatan dan Alokasi Dana PPK III/A .Siklus IX Siklus X

    II.4. Perkembangan Kegiatan Pendidikan dan KesehatanKegiatan Pendidikan di PPKKegiatan Kesehatan di PPK

    II.5. Perkembangan UPK

    II.6. PPK Pola KhususPPK di NAD & Nias PPK di Klaten & DI Yogyakarta PPD di Papua & Irjabar

    Bab III : Peningkatan Kapasitas & Pengembangan Program III.1. DOK Tambahan

    III.2. Peningkatan Kapasitas di Provinsi

    III.3. Pengembangan Program Proyek Percontohan P2SPP Kelembagaan Lokal Pendidikan dan Kesehatan

    Bab IV : Monitoring dan Evaluasi IV.1. Kunjungan Lapangan

    iiii112

    44

    66678

    91010111212

    131314

    14

    15151718

    1920

    20

    23232525

    2727

  • ii

    IV.2. Pemeriksaan Keuangan Internal Hasil Audit .Rekomendasi Hasil Audit

    IV.3. Status Penanganan Masalah Pengaduan dan Pelaku Pelanggaran Masalah Derajat-4 dan Masalah Sulit Masalah Menonjol Penanganan Masalah Penyalahgunaan Dana Penanganan Masalah Melalui Proses Hukum Formal

    IV.4. Informasi, Edukasi, dan Komunikasi (IEC)

    VI.5. Pemantauan Independen

    Bab V : Pengelolaan Konsultan V.1. Perkembangan Jumlah Konsultan

    V.2. Kekosongan dan Cadangan Konsultan

    V.3. Perkembangan Penempatan Konsultan

    V.4. Masalah dan Rekomendasi

    Lampiran .Lampiran I : Profil Kegiatan PPK III per ProvinsiLampiran II: Progres Kegiatan PPK Siklus IV, V, VI, VII, VIII, IX, dan XLampiran III: Daftar Kegiatan yang Didanai per SiklusLampiran IV: Progres Penanganan MasalahLampiran V: Perkembangan Pinjaman UEP & SPP

    292930

    303132323334

    34

    35

    3636

    36

    39

    39

  • iii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri telah diresmikan oleh Presiden SBY di Sulawesi Tengah pada April lalu. Salah satu implementasi program tersebut adalah PNPM-PPK, dimana pelaksanaan, lokasi dan alokasi BLM t.a. 2007 telah ditegaskan dalam surat Dirjen PMD (a.n. Mendagri) No. 414.2/675/PMD, tanggal 13 April 2007. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan harus dapat dituntaskan dalam periode 9 bulan ke depan (sejak surat diterbitkan).

    Artinya waktu pelaksanaan program (Siklus X) yang dimiliki cukup sempit. Untuk itu, KM-Nasional mulai merumuskan strategi berikut rekomendasi agar dapat mencapai target pada waktunya. Variabel yang cukup berpengaruh adalah ketersediaan dana cost sharing (yang siap dicairkan), status lokasi (aktif, phase out, atau baru), kategori lokasi (normal, sulit, atau sangat sulit) dan jumlah desa dalam kecamatan. Implementasi Siklus X (PNPM-PPK tahun 2007) tidak luput dari kegiatan MMDD (Menggagas Masa Depan Desa) yang dipertajam dengan pendataan RTM (Rumah Tangga Miskin). Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Alhasil, perlu dipertimbangkan kembali bagaimana menyiasati sisa waktu yang ada.

    Sementara itu, pencapaian tahapan kegiatan dari setiap siklus masih menyisakan PR MDST di beberapa desa, yakni Siklus IV dan V masingmasing 3 desa (2 kecamatan), dan Siklus VI 4 desa di 2 kecamatan. Untuk Siklus VII, lokasi yang belum menuntas MDST adalah kec. Larantuka (NTT). Sedangkan Siklus VIII dan IX, masing-masing 42 dan 39 kecamatan belum seratus persen melakukan MDST. Upaya untuk mendorong penyelesaian terus dilakukan KM-Nasional, yang salah satunya adalah alternatif MD Khusus untuk lokasi-lokasi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan MDST.

    UPK sebagai lembaga yang dibentuk PPK pada tingkat kecamatan, mengelola dana BLM untuk kegiatan pinjaman modal usaha bagi masyarakat. Dana ini tidak dikembalikan kepada pemerintah, tetapi akan menjadi milik masyarakat yang dikelola oleh UPK. Hingga saat ini, modal yang terkumpul oleh UPK lebih dari Tiga trilyun rupiah dengan tingkat pengembalian SPP dan UEP per Mei 2007 masing-masing sebesar 90% dan 71%. Dalam melakukan pembinaan terhadap UPK, dilakukan pemetaan UPK dimana pada Maret 2007, 1.263 UPK dinyatakan potensial dan 360 UPK kurang potensial.

    Melihat perkembangan kegiatan PPK di NAD, dari 221 kecamatan yang ada, baru 155 kecamatan yang berhasil menuntaskan MDST dengan jumlah desa 2.838 desa dari 3.014 desa yang mengajukan SPPB. Artinya masih terdapat 66 kecamatan yang belum menuntaskan kegiatan. Masih banyaknya lokasi yang belum menyelesaikan kegiatan ini diakibatkan oleh berbagai kendala, diantaranya kelangkaan bahan material dan penyalahgunaan dana oleh pelaku PPK. Di Kep. Nias, tengah dipersiapkan program PPK-R2PN (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias) yang implementasinya baru dimulai pada tahun 2007. Program ini mencakup 9 kecamatan yang tersebar di dua kabupaten dengan total desa yang berpartisipasi sebanyak 113 desa. Kegiatan terbagi menjadi 4 jenis, yaitu berupa pembangunan perumahan, sekolah, dan gedung balai desa (given). Satu kegiatan lainnya bersifat open menu berupa prasarana pendukung perdesaan. Adapun alokasi dana yang dianggarkan masing-masing untuk kab. Nias dan Nias Selatan sejumlah Rp217,05 miliar dan Rp164,986 miliar.

    Adapun kegiatan PPK Rehabilitasi di Klaten dan DIY dalam tahap penyelesaian, dimana sejumlah dana Rp43,25 miliar untuk Klaten dan Rp81,25 miliar untuk DIY telah berhasil dicairkan dan diserap hingga 99%. Sedangkan kegiatan PPD di Papua dan Papua Barat juga dalam tahap penyelesaian kegiatan. Semua lokasi di Papua Barat telah berhasil

  • iv

    melakukan pencairan dana hingga 100% dan telah dilakukan MKST. Sementara itu di Papua tersisa 26 kampung belum MKST dari seluruh siklus PPK II dan III.

    Untuk kegiatan Unit Training, masih difokuskan pada pelatihan dalam rangka mempersiapkan konsultan KM/FK melalui pelatihan penyegaran dan pratugas. Pelatihan penyegaran berhasil dilaksanakan pada Mei 2007 dan dilanjutkan dengan evaluasi pelatihan. Adapun pelatihan pratugas masih menunggu NoL dari Bank Dunia. Akan tetapi persiapan dan perbaikan modul pelatihan pratugas KM/FK tetap dilakukan, termasuk materi Panduan Menggagas Masa Depan Desa dalam bentuk media cetak maupun audio visual.

    Dalam rangka pengembangan kelembagaan program, KM-Nasional mencoba merumuskan strategi yang mendukung kebijakan pemerintah melalui: pemetaan kelembagaan dan pelatihan bagi UPK potensial. Pemerintah telah berupaya dalam memelihara lembaga yang terbentuk adalah melalui kebijakan perlindungan dan pelestarian hasil-hasil PPK serta dikuatkan dengan PP No. 72/2005 mengenai BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa).

    Mengingat besarnya manfaat UPK yang dirasakan masyarakat dan untuk mendukung upaya pemerintah, KM-Nasional merencanakan pelatihan UPK-BKAD yang akan dilaksanakan pada bulan November Desember 2007 selama 3 hari efektif. Pelatihan ini ditujukan dalam rangka memperkuat legalitas dan operasional UPK-BKAD agar mampu mengembangkan diri secara organisasi dan sebagai pengelola keuangan (pinjaman), pelaksana program (fungsi participatory development agency), serta penguatan dan pembinaan TPK dan kelompok masyarakat.

    Audit internal sebagai bagian dari Monitoring dan Evaluasi menjalankan audit secara berjenjang dan terdesentralisasi. KM-Kab. diberi penguatan kapasitas agar dapat melakukan audit rutin. Berdasarkan hasil audit rutin KM-Kab. dan FK dari 268 kabupaten dan 2.006 kecamatan yang tersebar di 28 provinsi (2 provinsi yang belum mengirim laporan adalah Kepri dan Jawa Timur), ditemukan selisih dana yang belum dapat dipertanggungjawabkan (dokumen hilang, tidak dicatat pada pembukuan, dll.) oleh UPK sejumlah Rp17,381 miliar.

    Berdasarkan matriks masalah yang dirangkum dari seluruh provinsi, jumlah masalah mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya menjadi 873 masalah. Sejumlah masalah tersebut merupakan akumulasi dari 835 masalah yang berstatus proses pada bulan April 2007 ditambah 38 kasus yang baru dilaporkan pada bulan Mei 2007. Dari 835 masalah sisa bulan April tersebut, 25 masalah telah ditangani hingga selesai pada bulan Mei dan sisanya 810 masalah masih dalam proses penanganan. Sedangkan 38 masalah baru pada bulan Mei 2007, dua masalah diantaranya dilaporkan telah selesai. Jadi secara keseluruhan, total masalah yang ditangani pada bulan Mei 2007 sebanyak 873 masalahdimana 27 masalah berhasil ditangani hingga selesai dan 846 masalah masih dalam proses penanganan.

    Dari kuota sebanyak 4.989 orang, jumlah konsultan aktif yang bertugas per 1 Juni 2007adalah 3.094 orang, sehingga masih terdapat kekosongan sebanyak 1.895 orang. Angka ini belum termasuk konsultan untuk PNPM Generasi yang akan diterapkan di 129 kecamatan dan tersebar di 5 provinsi (Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Utara, dan Gorontalo). Penyebab kekosongan konsultan hingga Mei 2007, sebagian besar akibat adanya penambahan lokasi pada PNPM-PPK 2007 yang akan segera diisi setelah pelatihan pratugas. Selain itu, beberapa konsultan dikeluarkan akibat PHK (indisipliner atau kode etik), pengunduran diri, dan demobilisasi/tidak diperpanjang kontrak karena berkurangnya lokasi. Banyaknya konsultan keluar selama Mei 2007 adalah 5 orang yang terdiri dari 4 orang FK/FT dan 1 orang Pendamping UPK.

  • Halaman 1 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    I. PENDAHULUAN

    Agenda pada Mei 2007 masih diwarnai persiapan pelaksanaan PNPM-PPK 2007.Diantaranya pelatihan pratugas yang belum juga terbit NoL-nya. Untuk memastikan kesiapan TKPPK di daerah, TKPPK Pusat melakukan monitoring yang didampingi tim Sekretariat dan KM-Nasional. Di penghujung bulan, KM-Nasional dikunjungi Tim Supervisi Bank Dunia dan pada Juni mendatang akan dilakukan supervisi di 9 provinsi lokasi PPK.

    I.1. GAMBARAN UMUMProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri telah diresmikan oleh Presiden SBY di Sulawesi Tengah pada April lalu. Salah satu implementasi program tersebut adalah PNPM-PPK, dimana pelaksanaan, lokasi dan alokasi BLM t.a. 2007 telah ditegaskan dalam surat Dirjen PMD (a.n. Mendagri) No. 414.2/675/PMD, tanggal 13 April 2007. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan harus dapat dituntaskan dalam periode 9 bulan ke depan (sejak surat diterbitkan).

    Untuk menindaklanjuti hal di atas tidaklah mudah, terutama untuk lokasi baru yang belum pernah tersentuh PPK. Kondisi ini diperburuk dengan belum siapnya konsultan/fasilitator untuk diterjunkan ke lapangan, mengingat masih menunggu pelatihan pratugas yang pelaksanaanya masih tertahan oleh NoL (No Objection Letter) Bank Dunia yang belum juga terbit. Alhasil, waktu yang dimiliki hanya 7 bulan lagi untuk menyelesaikan satu siklus kegiatan.

    Lokasi-lokasi yang telah memiliki fasilitator telah memulai kegiatan sosialisasi dan perencanaan sejak bulan lalu walaupun belum ada dukungan Dana Operasional Kegiatan (DOK). Pada Mei 2007 ini, akhirnya NoL (No Objection Letter) Bank Dunia terkait DOKtelah diterbitkan. Keberadaan DOK sangat penting bagi masyarakat untuk memulai pelaksanaan kegiatan perencanaan. Keterlambatan DOK ini juga akan berpengaruh pada pencapaian tahapan kegiatan.

    Menurut pandangan TKPPK Pusat, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan PNPM-PPK, kesiapan dokumen penting perlu diperhatikan. Agar dapat memastikan kesiapan ini, TKPPK Pusat melakukan monitoring secara langsung ke lapangan (Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah) dengan didampingi KM-Nasional. Lokasi yang diprioritaskan adalah lokasi yang pernah mengalami permasalahan atau kendala penyediaan dana pendamping daerah baik cost sharing maupun Pembinaan Administrasi Proyek (PAP).

    Hasil monitoring ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah daerah menyanggupi penyediaan dana cost sharing, akan tetapi perubahan jumlah lokasi dan kapasitas fiskal daerah menimbulkan respons negatif yang ditunjukkan oleh penolakan pemda terhadap penyediaan dana. Temuan lain yang menjadi fenomena adalah kebingungan lokasi baru dalam memulai atau menentukan langkah selanjutnya karena belum ditempatkannya fasilitator atau konsultan di lokasinya.

  • Halaman 2 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Terkait dengan sempitnya waktu pelaksanaan program (Siklus X), KM-Nasional mulai merumuskan strategi berikut rekomendasi agar dapat mencapai target pada waktunya. Variabel yang cukup berpengaruh adalah ketersediaan dana cost sharing (yang siap dicairkan), status lokasi (aktif, phase out, atau baru), kategori lokasi (normal, sulit, atau sangat sulit) dan jumlah desa dalam kecamatan. Implementasi Siklus X (PNPM-PPK tahun 2007) tidak luput dari kegiatan MMDD (Menggagas Masa Depan Desa) yang dipertajam dengan pendataan RTM (Rumah Tangga Miskin). Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Alhasil, perlu dipertimbangkan kembali bagaimana menyiasati sisa waktu yang ada.

    Sementara itu, pencapaian tahapan kegiatan dari setiap siklus masih menyisakan PR MDST di beberapa desa, yakni Siklus IV dan V masingmasing 3 desa (2 kecamatan), dan Siklus VI 4 desa di 2 kecamatan. Untuk Siklus VII, lokasi yang belum menuntas MDST adalah kec. Larantuka (NTT). Sedangkan Siklus VIII dan IX, masing-masing 42 dan 39kecamatan belum seratus persen melakukan MDST. Upaya untuk mendorong penyelesaian terus dilakukan KM-Nasional, yang salah satunya adalah alternatif MD Khusus untuk lokasi-lokasi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan MDST.

    Selain Monitoring Bersama TKPPK, KM-Nasional turut mendampingi tim Misi Supervisi Bank Dunia dalam melihat persiapan PNPM. Misi diawali dengan supervisi di Sekretariat PMD dan kantor KM-Nasional Jakarta pada akhir bulan Mei 2007 dalam rangka melakukan review terhadap struktur manajemen, pengelolaan konsultan, SOP, Pengelolaan Data dan Informasi, serta Pelatihan. Adapun supervisi di lapangan ditujukan untuk melihat kesiapan daerah dalam melaksanakan PNPM-PPK. Adapun lokasi sasaran adalah provinsi: NAD, Bengkulu, Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku.

    Agenda lain yang cukup melibatkan KM-Nasional secara intens adalah persiapan pelaksanaan salah satu program pilot, yaitu PNPM Generasi dan Pilot Pendidikan. Telah dilakukan pertemuan dengan Depdiknas untuk memperbaharui nota kesepakatan kerjasama program Pilot Pendidikan yang telah diterapkan di 4 provinsi pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, persiapan PNPM Generasi terus disempurnakan dan pada bulan ini mulai menganalisis kebutuhan konsultan/fasilitator serta merancang pelatihannya.

    Di samping persiapan PNPM, KM-Nasional memiliki agenda rutin, yaitu laporan tahunan dan laporan akhir siklus. Penyusunan laporan ini telah dirancang sejak awal tahun 2007. Akan tetapi, banyaknya agenda di luar skedul dan ketersediaan data yang kurang akurat menyebabkan tim penyusun harus beberapa kali melakukan validasi data agar data yang disajikan benar-benar akurat. Namun demikian, pada akhir Mei 2007 laporan tahunan telah mencapai tahap finishing.

    Kendala dalam penyediaan data yang cepat, akurat, dan informatif menjadi tantangan KM-Nasional pada pelaksanaan PNPM mengingat stakeholder yang lebih banyak, di samping lebih banyak pihak yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai program ini.Untuk itu, perbaikan pengelolaan data menjadi agenda besar tim MIS KM-Nasional.

    I.2. KEGIATAN MEI 2007Kegiatan KM-Nasional di lapangan, pada Mei 2007, lebih padat dari bulan sebelumnya. Berbeda dengan triwulan pertama di tahun 2007 dimana intensitas KM-Nasional ke lapangan hampir tidak ada (sangat minim). Kegiatan Supervisi dan Monitoring Bersama TKPPK paling banyak menyerap personil, yaitu 9 orang karena kegiatan tersebut dilaksanakan di 9 provinsi. Sementara itu, Supervisi dan Monitoring Pelatihan Penyegaran FK/PJOK dilakukan di 7 provinsi. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih rinci diuraikan di bawah ini bersama kegiatan lainnya.

  • Halaman 3 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    a. Setelah pelatihan penyegaran untuk KM-Kab., pada Mei 2007 mulai dilakukan pelatihan penyegaran untuk FK dan PJOK. Dalam hal ini, KM-Nasional memantau kegiatan di 7 provinsi, yakni: NAD, Sumatera Utara, Riau (sekaligus melatih UPK), Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

    b. Seperti diuraikan sebelumnya, TKPPK Pusat bermaksud untuk memastikan kesiapan dokumen dan jajarannya di tingkat daerah melalui monitoring bersama. KM-Nasional turut mendampingi kegiatan ini yang dilaksanakan di provinsi: Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

    c. Implementasi R2PN di Kep. Nias belum dapat dimulai secara sempurna karena masih terdapat kekosongan konsultan. Untuk itu, dilakukan seleksi aktif calon konsultan di Sumatera Utara.

    d. PPK di Papua yang menggunakan pola khusus, telah melaksanakan program Diklat untuk Kader Teknik mengingat sulitnya mendapatkan SDM Teknik yang siap pakai.Kegiatan ini perlu dievaluasi keberhasilannya oleh KM-Nasional, di samping mengevaluasi kegiatan pembimbingan teknis di provinsi tersebut.

    e. Berdasarkan temuan BPKP dan pengaduan masalah yang timbul di provinsi Sulawesi Tengah, KM-Nasional melakukan klarifikasi, investigasi, dan tindak lanjut penyelesaian masalah.

    f. Tim Misi Supervisi Bank Dunia pada tahun ini akan mengunjungi 9 provinsi.Kunjungan ditujukan untuk melihat kesiapan PNPM dari berbagai macam aspek. Misi ini secara umum akan dilakukan pada awal Juni 2007, tetapi salah satu provinsi (Jawa Barat) dikunjungi lebih dulu, pada bulan Mei 2007.

    g. Pemeriksaan keuangan internal UPK dan TPK merupakan agenda tim audit internal. Pada bulan ini, sampel lokasi audit adalah provinsi Nusa Tenggara Timur. Walaupun fokus audit pada aspek keuangan, aspek lain yang terkait dengan prosedur pelaksanaan PPK tetap menjadi perhatian.

    h. Berkaitan dengan akan berakhirnya periode pelaksanaan PPK Rehabilitasi Pasca Bencana di provinsi Sumatera Utara dan DI Yogyakarta, KM-Nasional mendampingi penyusunan laporan akhir kegiatan sekaligus Rapat Koordinasi bidang Teknis.

    i. Untuk mensupervisi dan memberikan dukungan kepada KM-Provinsi dalam rangka memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi mengenai PNPM-PPK dilakukan kunjungan ke provinsi Bengkulu. Selain itu, kunjungan ditujukan untuk memenuhi undangan TKPPK Provinsi sebagai pembicara pada Lokakarya PNPM-PPK di Bengkulu.

    j. Dengan diresmikannya PNPM sebagai program nasional, DPR sebagai lembaga pemerintah yang terkait ingin mengetahui lebih banyak mengenai PPK melalui kunjungan langsung ke lokasi. Salah satu lokasi yang dipilih Komisi II DPR adalah Sulawesi Barat, dan KM-Nasional diminta untuk mendampingi kunjungan tersebut.

    k. Setiap bulan tim MIS KM-Nasional melakukan OJT (On the Job Training) terhadap operator komputer di kantor Korprov maupun KM-Kabupaten. Lokasi sasaran adalah provinsi yang tidak memiliki spesialis MIS, baik karena kekosongan posisi (paling lama mencapai 3 semester) ataupun provinsi yang tidak memiliki struktur MIS. OJT bulan ini dilakukan di provinsi Kep. Riau.

  • Halaman 4 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    II. KEMAJUAN DAN HASIL

    Kemajuan kegiatan PPK II dan III masih difokuskan pada penyelesaian MDST, terutama kegiatan yang didanai dari DIPA t.a. sebelum tahun 2006. MD Khusus dapat dilakukan, jika terjadi stagnasi dan tidak dimungkinkan lagi MDST dalam bulan April 2007. Sementara itu, tingkat pengembalian UEP dan SPP masing-masing sebesar 93% dan 82% dengan realisasi pengembalian sebanyak Rp1,391 triliyun.

    PPK sebagai program pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan selama 8 tahun, pada tahun 2005 memasuki fase III walaupun kegiatan PPK II belum tuntas. Akhirnya, kegiatan yang berjalan hingga medio 2007 sebanyak 7 siklus kegiatan (Siklus IV X)dimana seluruh kegiatan (kecuali Siklus X) telah mencairkan dana BLM. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mendorong penyelesaian kegiatan sejak tahun 2007, di samping padatnya tugas-tugas KM-Nasional dalam mempersiapkan PNPM-PPK. Pada Mei 2007, tersisa beberapa desa PPK II yang belum melaksanakan MDST. Sedangkan lokasi PPK III (Siklus VIII dan IX) masih menyisakan 30 40 kecamatan yang belum MDST.

    Walaupun proses pencairan dana telah selesai, tidak seluruhnya dapat mencairkan dana 100% karena adanya kendala-kendala terutama masalah terhambatnya cost sharing dari pemerintah daerah. Dalam menyusun laporan pencairan dana, unit Keuangan dan Anggaran secara rutin melakukan validasi data. Hasilnya, banyak terjadi backlog danoutstanding. Temuan ini merupakan pelajaran untuk menyusun mekanisme yang lebih baik pada kegiatan PNPM mendatang.

    II.1. STATUS PENCAIRAN DANA PER MEI 2007Berdasarkan SPM dan rekening BI, status pencairan dana BLM tidak mengalami perubahan per tanggal 5 Januari 2007. Sedangkan saldo rekening khusus dan SBUN per 5 April 2007 untuk Loan IBRD 4627 IND/3535 IDA dan TF 051369 sebesar $11,597 juta dari plafon total sebanyak $405,484 juta. Adapun saldo rekening Loan IBRD 4710 IND/3806 IDA sebesar $2,214 juta dan Loan IBRD 4771/4045 IDA sejumlah $28,168 juta. Sementara itu, rekapitulasi status pencairan dana BLM PPK II dan PPK III tampak pada Tabel 1. Tabel 3.

    Tabel 1. Status Pencairan Dana BLM PPK II dan III

    PPK II PPK III/a PPK III/bKeterangan Siklus IV Siklus V Siklus VI Siklus VII Siklus VIII Siklus IX

    Jumlah Kecamatan 1.264 964 868 592 592 557Alokasi Dana(miliar Rp)

    1.051,000 790,725 685,500 470,250 453,500* 439,250**

    Pencairan Dana(miliar Rp)

    1.041,119 772,997 633,713 466,483 450,772 435,175

    Persentase (%) 99,1 97,7 92,5 99,2 99,40 99,07Ket: *) Alokasi awal Rp470,25 miliar, nilai ini berubah karena alokasi untuk daerah bencana dipisahkan.

    **) Alokasi awal Rp455,75 miliar, nilai ini berubah karena alokasi untuk daerah bencana dipisahkan.

  • Halaman 5 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Tabel 2. Rincian Status Pencairan Dana BLM PPK II

    DIPPJumlah

    Kec.Alokasi DIPP (Rp) Pencairan (Rp) %

    PPK II Th1 (2002/2003) FG 1.115 955.750.000.000 952.942.238.377 99,7%MG 149 95.250.000.000 88.176.477.237 92,6%

    Subtotal 1.264 1.051.000.000.000 1.041.118.715.614 99,1%PPK II Th2 (2004) FG 824 700.050.000.000 699.221.836.523 99,9%

    MG 140 90.675.000.000 73.775.000.000 81,4%Subtotal 964 790.725.000.000 772.996.836.523 97,7%

    PPK II Th3 724 594.250.000.000 562.088.123.887 94,6% MG 144 91.250.000.000 71.625.000.000 78,5%

    Subtotal 868 685.500.000.000 633.713.123.887 92,4%TOTAL 2.527.225.000.000 2.447.828.676.024 96,9%

    Tabel 3. Rincian Status Pencairan Dana BLM PPK III

    DIPA JMLKEC

    ALOKASI DIPA (Rp) Pencairan (Rp) Prosen-tase

    PPK III/a Siklus VII 592 354.025.000.000 351.884.997.891 99%

    PPK III/ a Siklus VII (Cost Sharing) 592 116.225.000.000 114.597.897.230 99%

    TOTAL 592 470.250.000.000 466.482.895.121 99%

    PPK III/a Siklus VIII 573 342.325.000.000 341.199.999.369 99,67%

    PPK III/a Siklus VIII (Cost Sharing) 573 111.175.000.000 109.572.273.174 98,56%

    TOTAL 573 453.500.000.000 450.772.272.543 99,40%

    PPK III/b Sikus IX 537 316.875.000.000 314.699.993.783 99,13%

    PPK III/b Siklus IX (Cost Sharing) 537 122.375.000.000 120.474.999.492 98,13%

    TOTAL 537 439.250.000.000 435.174.993.275 99,07%

    Di samping pencairan dana BLM, pencairan Dana Operasional Kegiatan (DOK) terus dipantau yang hingga saat ini masih tersisa cukup banyak (Rp16,698 miliar atau 14% dari total DOK Rp116,933 miliar). DOK untuk PPK III/a yang tercairkan masih tetap 96%,namun ada kenaikan angka menjadi sebesar Rp38,145 miliar dan sisanya sebesar Rp1,433 miliar (Tabel 4). Sedangkan DOK PPK III/b saat ini mengalami kenaikan sebesar 1% dibandingkan dengan bulan lalu karena hampir seluruh provinsi telah melakukan pencairan tahap II dan beberapa kecamatan sudah memasuki pencairan DOK untuk tahap III. Status pencairan DOK untuk Pola Khusus dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Status Pencairan DOK per Mei 2007

    DOK Alokasi DOK (Rp) Pencairan (Rp) %PPK III/A 39.580.000.000 38.146.816.000 96PPK III/B 37.555.000.000 28.284.093.000 75NAD dan Kep. Nias 19.450.000.000 18.096.457.000 93Papua dan Irjabar 8.205.000.000 4.614.230.000 56DOK Tambahan/Siklus VI 9.903.000.000 9.605.910.000 97PPK Rehab-DIY 2.240.000.000 1.487.729.000 66

    Masalah dan RekomendasiBerdasarkan laporan dari lapangan, terdapat ketidaksesuaian antara jumlah desa dan kategori lokasi PNPM dengan kondisi riil di lapangan. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penerimaan alokasi DOK dan tunjangan transportasi bagi konsultan/fasilitator di lapangan. Untuk mengatasi hal ini, KM Nasional telah merekomendasikan untuk dilakukan perubahan atau penyesuaian kembali jumlah desa dan kategori lokasi

  • Halaman 6 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    sehingga penentuan alokasi DOK PNPM dan tunjangan transportasi bagi konsultan/fasilitator dapat disesuaikan dengan kondisi riil agar dapat mendukung kegiatan pelaksanaan PPK di lapangan.

    II.2. PERKEMBANGAN KEGIATAN PPK IIPada tahun 2003, kegiatan PPK II digulirkan dengan masa tahun anggaran selama 3 tahun untuk 3 siklus kegiatan (Siklus IV, V, dan VI). Dalam pelaksanaannya, tidak seluruh kegiatan dapat berjalan mulus. Salah satu faktor penghambat adalah tidak mulusnya pencairan dana Matching Grant, yang merupakan hibah pemerintah daerah untuk mendanai kegiatan PPK di sejumlah lokasi. Bahkan beberapa lokasi tidak terdanai sama sekali sehingga kegiatan tidak dapat dilaksanakan. Perkembangan kegiatan PPK II hingga Mei 2007 secara perlahan menampakkan kemajuan ke arah penyelesaian sehingga laporan akhir dapat segera dipersiapkan.

    SIKLUS IVKegiatan Siklus IV yang merupakan kegiatan PPK tahun I terus diupayakan penyelesaiannya. Pada bulan lalu, masih terdapat 5 kecamatan yang belum MDST. Berdasarkan laporan Korprov terkait (Kalimantan Tengah, Papua, dan Papua Barat), di Kalimantan Tengah masih tersisa 2 desa di kec. Sanaman Mantikei (Tabel 5). Hal ini merupakan koreksi, dimana pada bulan lalu dilaporkan bahwa kecamatan belum MDST adalah kec. Seruyan Tengah saja yang pada bulan ini telah diselesaikan MDST di 3 desa, dan 5 desa lainnya diselesaikan secara swadaya. Keterlambatan penyelesaian kegiatan di kec. Seruyan Tengah adalah akibat dana tahap III tidak berhasil dicairkan dan tidak ada dalam DIPA Luncuran t.a. 2006.

    Tabel 5. Kecamatan Siklus IV Belum MDST

    PROVINSIJml Kec.

    Keterangan

    N. ACEH DARUSSALAM 18 2 kec. pending: kec. Indrapuri, kab. Aceh Besar, kec. P. Banyak, kab. Aceh Singkil; 16 kec. bencana

    RIAU 1 Pending: kec. Tapungkiri, kab. Kampar

    JAWA TIMUR 1 Pending: kec. Udanawu, kab. Blitar

    KALIMANTAN TENGAH 1 Belum MDST: kec. Sanaman Mantikei, kab. Katingan (2 desa)

    SULAWESI SELATAN 1 Pending: kec. Mambie, kab. Polewali Mamasa

    PAPUA 4 3 kec. pending: kec. Agisiga, Haju, Assue;1 kec belum MDST: Waropen Bawah, kab. Waropen (1 desa)

    IRIAN JAYA BARAT 8 8 kec. pending: kec. Beraur, Moraid, Sausapor, Seget, Samate, Waigeo Selatan, Waigeo Utara, Buruway;

    Total 34 16 kec. pending, 2 kec. belum MDST, 16 kec. bencana

    Sementara itu dari 53 distrik di Papua, terdapat 2 distrik yang belum menuntaskan MDST yakni Waropen Bawah tersisa 1 desa dan Waropen Atas yang kegiatannya terhenti pada pencairan tahap II akibat adanya kasus penyimpangan dana oleh ketua UPK dan FK sebesar Rp155 juta. Sedangkan prov. Papua Barat menyatakan bahwa seluruh kegiatan Siklus IV telah tuntas, tetapi pada SIP KM-Nasional masih muncul beberapa distrik yang belum tuntas. Hal ini disebabkan tidak ada updating data SIP (Siklus IV) dari provinsi tersebut.

    SIKLUS V Pada Mei 2007, terdapat kemajuan pada Siklus V yaitu 1 desa di kec. Sorkam (Sumatera Utara), 2 desa di kec. Wonosari (Gorontalo), dan 1 desa di kec. Seram Timur (Maluku)

  • Halaman 7 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    telah melakukan MDST. Sedangkan di kec. Uluwoii dan Soropia (Sulawesi Tenggara) telah dilakukan Musyawarah Desa Khusus untuk penyelesaian kegiatan. Alhasil, tersisa 2kecamatan yang belum menuntaskan MDST (Tabel 6). Untuk kec. Kamipang (Kalimantan Tengah) dimana desa Tampelas mengalami masalah (belum terpenuhinya swadaya papan lantai titian), akan segera diselesaikan pada Juni 2007 bersamaan dengan pencanangan bulan bakti gotong royong yang berpusat di desa tersebut.

    Tabel 6. Kecamatan Belum MDST-Siklus V

    PROVINSIJml Kec. Keterangan

    N. ACEH DARUSSALAM 82 Revisi Pola: PPK Rehabilitasi dari total 87 kecamatan

    SUMATERA UTARA 7 6 kec. di Kep. Nias revisi Pola : PPK Rehabilitasi,1 kec. Belum MDST: kec. Muara Batang Gadis (1 desa), kab. Madina

    JAWA TIMUR 1 Pending: Gandusari, kab. Blitar

    NUSA TENGGARA TIMUR 2 Pending: Pala dan Wewewa Selatan,kab. Sumba Barat

    KALIMANTAN TENGAH 1 Belum MDST: kec. Kamipang (1 desa), kab. Katingan

    SULAWESI SELATAN 3 Pending: Seko dan Rampi, kab. Luwu Utara;Mambie, kab. Polewali Mamasa

    SULAWESI TENGGARA 2 Belum MDST (per Jan 2007 sudah cair 100%): kec. Uluiwoi danSoropia; tetapi telah dilakukan MD Khusus

    MALUKU UTARA 1 Pending: Sahu, kab. Halmahera Barat

    Total 88 kec. PPK Rehab, 7 kec. pending, 2 kec. belum MDST, 2 kec. MD Khusus

    SIKLUS VISebagai gambaran, kegiatan PPK Siklus VI diikuti oleh 868 kecamatan. Akan tetapi, pada pelaksanaannya hanya 679 kecamatan yang melanjutkan kegiatan. Sisanya sebanyak 189 kecamatan lainnya terkendala beberapa hal sebagai berikut, sebagaimana dirinci Tabel 7:a. 86 kecamatan di NAD dan 4 kecamatan di Kep. Nias - Sumatera Utara melaksanakan

    PPK Pola Khusus (Rehabilitasi) dengan menggunakan dana MDTF.b. 52 kecamatan di Papua dan 26 kecamatan di Irian Jaya Barat melaksanakan PPK Pola

    khusus, yaitu PPD dan dilaporkan secara khusus.c. 21 kecamatan pending karena berbagai alasan di antaranya: dana MG tidak tersedia

    dalam APBD, termasuk kecamatan bermasalah, ataupun kerusuhan akibat pemekaran kecamatan.

    Kegiatan Siklus VI ini menggunakan dana t.a. 2005 dan ditargetkan seluruh lokasi dapat menyelesaikan kegiatan pada akhir tahun 2006. Namun target ini tidak dapat terpenuhikarena waktu yang dimiliki cukup singkat dan terhambatnya juga terlambatnya pencairan dana Matching Grant. Untuk kecamatan yang mendapat Full Grant dan belum menuntaskan pencairan dana, pemerintah mengeluarkan kebijakan DIPA Luncuran sehingga lokasi-lokasi tersebut masih memiliki kesempatan mencairkan dana di tahun 2006.

    Per Mei 2007, sebanyak 7 kecamatan berhasil menuntaskan kegiatan sehingga sisanya 5kecamatan di Sulawesi Tenggara telah dilakukan MD Khusus untuk penyelesaian kegiatan karena terlambatnya pencairan dana MG. Sedangkan kec. Padang Sidempuan Barat (Sumatera Utara) masih tersisa 1 desa yang belum MDST (Tabel 7.). Adapun kec. Muara Dua Kisam (Sumatera Selatan), tersisa 3 desa masih dalam tahap penyelesaian masalahdengan supplier.

  • Halaman 8 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Tabel 7. Kecamatan Siklus VI Belum MDST

    PROVINSI JML KEC.

    KETERANGAN

    N. ACEH DARUSSALAM 86 Revisi: PPK Rehabilitasi

    SUMATERA UTARA 5 Revisi: 4 kec. PPK Rehabilitasi di Kep. Nias,Belum MDST: 1 kec. Pd. Sidempuan Barat (1 desa)

    RIAU 2 2 kec. PendingSUMATERA SELATAN 1 Belum MDST: kec. Muara Dua Kisam (3 desa)BANTEN 3 3 kec. PendingJAWA TENGAH 2JAWA TIMUR 4

    Pending

    NUSA TENGGARA TIMUR 3 2 kec. PendingGORONTALO 1 1 kec (Suwawa) dibatalkan;SULAWESI TENGAH 1 1 kec. PendingSULAWESI SELATAN 3 2 kec. Pending

    SULAWESI TENGGARA 5 Belum MDST: 2 kec.belum cair sama sekali, 2 kec. cair 80%,1 kec. cair 100% dan belum MDST; telah MD Khusus

    SULAWESI BARAT 1 PendingMALUKU UTARA 3 3 kec. Matching Grant: Tidak Terdanai APBDPAPUA 52IRIAN JAYA BARAT 26

    78 kec. PPK Pola Khusus (PPD)

    Total Belum MDST 7 Belum MDST : 7 kec.; 4 kec. diantaranya belum cair 100%Total Pending 21 Tersebar di 9 provinsi

    Total PPK Pola Khusus 168 Tersebar di 4 provinsi

    REKAPITULASI KEGIATAN & ALOKASI DANA PPK IIBerdasarkan data yang berhasil dirangkum, rekapitulasi hasil-hasil kegiatan PPK II per Mei 2007, mengalami sedikit perubahan pada Siklus VI. Sedangkan Siklus IV dan V tidak berubah. Akan tetapi dari sisi porsi (prosentase) kegiatan maupun dana yang terserap, masih menunjukkan komposisi yang tetap seperti tampak pada Tabel 8.

    Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari total dana PPK yang digunakan, yaitu sebanyak Rp2,283 trilyun, telah berhasil dilaksanakan sejumlah 56.889 kegiatan dimana 74% dari dana BLM dan 46% dari jumlah kegiatan tersebut digunakan untuk kegiatanpembangunan prasarana sarana (P/S). Masih besarnya kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan P/S di desa menyebabkan kegiatan P/S menjadi usulan yang dominan.

    Tabel 8. Kegiatan & Alokasi Dana PPK II

    Siklus IV Siklus V Siklus VIJenis

    Kegiatan JKRp

    (miliar) JKRp

    (miliar) JKRp

    (miliar)

    Total JK

    % Total JK

    Total Rp

    (miliar)

    % Total

    RpPrasarana/ Sarana 12.020 774,78 8.108 534,693 5.963 386,079 26.091 46% 1.695,552 74%

    UEP 3.650 101,67 1.801 61,113 1.322 44,849 6.773 12% 207,632 9%

    Pendidikan 1.780 59,95 1.366 57,901 1.416 64,031 4.562 8% 181,882 8%

    Kesehatan 794 20,75 496 16,989 390 16,279 1.680 3% 54,018 2%

    SPP 8.039 65,34 5.392 46,823 4.352 37,739 17.783 31% 149,902 7%Total 26.283 1.022,49 17.163 711,519 13.443 548,977 56.889 100% 2.282,986 100%

    Keterangan: JK= Jumlah Kegiatan; Rp= Besarnya dana yang terserap dalam miliar rupiah.

    Pemetaan Hasil Kegiatan Prasarana/SaranaKegiatan P/S cukup mendominasi pada PPK II dan menghasilkan sekitar 16.900 km jalan dan tak kurang dari 100 km jembatan dengan total 26.091 kegiatan. Untuk melihat kondisi prasarana yang dibangun PPK dan upaya pemeliharaannya, dilakukan pemetaan

  • Halaman 9 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    dengan data per Desember 2006. Hasil pemetaan yang ditampilkan berikut (Tabel 9)merupakan rangkuman yang berhasil disusun pada April 2007.

    Tabel 9. Hasil Pemetaan Kegiatan Prasarana/Sarana PPK II

    Indikator

    SiklusBanyaknya Prasarana

    yang dibangun

    Fungsi Prasarana

    (%)

    Kondisi Tim(%)

    Upaya Pemeliharaan

    (%)

    Kualitas Prasarana(%)

    Kategori Indikator 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5IV 12.020 90 9 1 34 58 7 28 64 7 27 48 17 5 3V 8.038 92 7 1 34 61 5 30 63 6 32 47 16 4 2VI 5.880 91 8 1 41 55 4 34 61 5 34 48 13 4 2

    Keterangan Indikator:a. Fungsi Prasarana : 1 = Berfungsi Seluruhnya; 2 = Berfungsi Sebagian; 3 = Tidak berfungsib. Kondisi Tim : 1 = Tim Aktif; 2 = Tim non aktif; 3 = Tim tidak aktifc. Upaya Pemeliharaan : 1 = Dipelihara terus; 2 = Kadang-kadang; 3 = Tidak pernahd. Kualitas Prasarana : 1 = Sangat baik; 2 = Baik; 3 = Sedang; 4 = Kurang; 5 = Buruk

    Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa ditinjau dari fungsinya, rata-rata 90% hasil kegiatan berfungsi dengan baik dan 61%-64% diantaranya masih dipelihara oleh sekitar 36% tim pemelihara yang aktif. Sedangkan dari sisi kualitas, hasil kerja masyarakat memberikan mutu 75-82 persen. Masih rendahnya keaktifan tim pemelihara dan upaya pemeliharaan perlu menjadi perhatian agar hasil kegiatan program selanjutnya dapat lebih terpelihara.

    Hasil Kegiatan Non-Prasarana/SaranaSementara itu, kegiatan non-P/S tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Kegiatan ini mengambil porsi 54% yang tersebar di tiga jenis kegiatan yaitu: ekonomi yang terdiri dari Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Simpan Pinjam khusus untuk Perempuan (SPP), pendidikan, dan kesehatan. Kegiatan pendidikan dan kesehatan terbagi pula dalam sub-kegiatan. Rincian kegiatan non-P/S ditunjukkan Tabel 10.

    Tabel 10. Kegiatan Ekonomi, Pendidikan, dan Kesehatan pada PPK II

    UEP PENDIDIKAN KESEHATANKEGIATAN JK KEGIATAN JK KEGIATAN JK

    UEP- 3.378Bangun Gedung Sekolah

    989Bangun Gedung Kesehatan

    216

    Peternakan 130Rehab Gedung Sekolah

    1.073Rehab Gedung Kesehatan

    48

    Perikanan 57 Bea Siswa 1.162 Pos Yandu 918Perkebunan 10 Lain-Lain 1.338 Lain-Lain 498Pertanian 73Industri Kecil 53Dagang 270

    Lain-Lain 2.802Total Pendidikan

    4.562 Total Kesehatan 1.680

    Total UEP 6.773 Total SPP 17.783

    II.3. PERKEMBANGAN KEGIATAN PPK IIISebagai gambaran umum, kegiatan PPK III terbagi menjadi dua slice, yaitu PPK III/a dan PPK III/b yang masing-masing terbagi menjadi dua siklus. Kegiatan ini biasa disebut

  • Halaman 10 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Siklus VII VIII untuk PPK III/a dan Siklus IX X untuk PPK III/b. Kegiatan Siklus VII telah dimulai sejak semester II tahun 2005 dan menggunakan dana t.a. 2005. Sedangkan Siklus VIII dan IX menggunakan dana t.a. 2006, dan Siklus X didanai dari DIPA t.a. 2007. Perkembangan kegiatan setiap siklus diuraikan pada bagian selanjutnya.

    Adapun perincian lokasi PPK III adalah:a. Siklus VII (592 kecamatan) berkurang satu kecamatan, yaitu Bokat (kab. Buol,

    Sulawesi Tengah); Lokasi PPD di Papua dan Papua Barat sebanyak masing-masing 6 distrik dilaporkan terpisah. Sehingga jumlah kecamatan pantauan sebanyak 579.

    b. Siklus VIII (592 kecamatan) berkurang 22 kecamatan yang terdiri dari: DIY (15 kecamatan bencana), Kalimantan Selatan (3 kecamatan di kab. Kotabaru mengundurkan diri), Sulawesi Tengah (1 kecamatan pending) dan Papua (3 distrik: Mappi, Asmat, Kota Jayapura tidak mendapat dana cost sharing) tetap dilaporkan terpisah. Ralat bulan lalu: saat ini perhitungan tahapan pada SIP untuk 4 kecamatan di provinsi NTT digabungkan dengan Siklus VIII;

    c. Siklus IX (557 kecamatan) berkurang 19 kecamatan yang terdiri dari: DIY (6 kecamatan), Jawa Tengah (5 kecamatan di kab. Klaten) dan NTT (4 kecamatan, sudah termasuk dalam Siklus VIII) merupakan lokasi bencana. Sedangkan Maluku Utara (3 kecamatan di kab. Kep. Sula) dan Lampung (1 kecamatan di kab. Lampung Barat) tidak mendapat alokasi dana cost sharing.

    SIKLUS VIIPenyelesaian kegiatan Siklus VII berkembang cukup pesat pada bulan Mei 2007 dimanabulan ini tersisa hanya 1 kecamatan di prov. NTT (Tabel 11). Hal ini dapat dimaklumi, mengingat banyaknya kecamatan yang berpartisipasi di NTT, yaitu 77 lokasi. Adapun lokasi yang menggunakan pola khusus, dilaporkan secara terpisah. Namun, secara umum kegiatan telah diselesaikan baik di Papua-Papua Barat maupun DI Yogyakarta.

    Tabel 11. Kecamatan Siklus VII Belum MDST

    PROVINSI JML KEC.

    KETERANGAN

    DI YOGYAKARTA 5 Kec: Samigaluh, Tepus, Rongkop, Wonosari, dan Girisubo; perkembangannya dilaporkan secara khusus

    NUSA TENGGARA TIMUR 1 Kec: LarantukaSULAWESI TENGAH 1 Pending, kec. BokatPAPUA 6IRIAN JAYA BARAT 6Total 19

    12 kec. PPK Pola Khusus (PPD) +5 kec. Pola Rehabilitasi Pasca Bencana1 kec. Belum MDST, 1 kec. pending

    SIKLUS VIII Kegiatan Siklus VIII yang menggunakan dana t.a. 2006 ditargetkan dapat menyelesaikan kegiatan pada Maret 2007 lalu. Akan tetapi, penyelesaian kegiatan ini tidak dapat mencapai target karena banyak lokasi mengalami keterlambatan dalam pencairan dana cost sharing daerah. Akibatnya pencairan dana BLM pusat pun jadi terlambat yang berimplikasi pada terlambatnya pelaksanaan kegiatan. Di samping itu, proses persiapan PNPM-PPK yang melibatkan lokasi lebih banyak menyita perhatian konsultan di lapangan.

    Namun demikian, upaya penyelesaian terus dilakukan dan pada akhir Mei 2007 berhasil menambah daftar kecamatan yang belum MDST sebanyak 8 kecamatan. Alhasil, 10provinsi yang telah menuntaskan kegiatan 100% dan total 519 kecamatan telah

  • Halaman 11 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    menyelesaikan MDST serta 535 kecamatan telah membentuk Tim Pemelihara. Adapun rincian kecamatan belum MDST disajikan Tabel 12.

    Tabel 12. Kecamatan Siklus VIII Belum MDST

    PROVINSI JML KEC.

    KETERANGAN

    SUMATERA UTARA 2 Kec. Batang Natal dan PalipiSUMATERA BARAT 3 Kec. Koto PGD, Lubuk Sikaping, RaoLAMPUNG 1 Kec. Sungkai SelatanJAWA BARAT 3 Kec. Kadupandak, Salawu, PusakanagaraDI YOGYAKARTA 15 Pola Khusus: Rehabilitasi Pasca Bencana

    NUSA TENGGARA TIMUR 26 Kab. Sumba Barat, Sumba Timur, TTS, TTU, Kupang, Belu, Flores Timur, Ngada, Manggarai, Lembata

    KALIMANTAN SELATAN 3 Tidak dialokasikan dana CSGORONTALO 1 Kec. Batudaa PantaiSULAWESI UTARA 3 Kec. Tombasian, Wori, DimembeSULAWESI TENGAH 1 Pending, kec. BokatSULAWESI TENGGARA 1 Kec. KolakaMALUKU UTARA 2 Kec. Ibu, Bacan TimurPAPUA 6IRIAN JAYA BARAT 6Total 73

    9 kec. PPK Pola Khusus (PPD) + 6 kec. tidak ada dana CS15 kec. Pola RPB (DIY)42 kec. Belum MDST, 1 kec. pending

    REKAPITULASI KEGIATAN & ALOKASI DANA PPK III/AKegiatan PPK III/a melibatkan 592 provinsi, namun dalam implementasinya beberapa kecamatan mengalami kendala seperti diuraikan di atas. Hingga Mei 2007, rekapitulasi kegiatan tidak mengalami perubahan. Dengan menggunakan dana sebesar Rp870 miliardan swadaya Rp109,178 miliar, telah berhasil dilaksanakan sejumlah 21.438 kegiatan (Tabel 13) dengan penerima manfaat total berjumlah lebih dari 13 juta orang dan 8 juta orang diantaranya adalah masyarakat kurang mampu.

    Tabel 13. Kegiatan & Alokasi Dana PPK III/a

    Siklus VII Siklus VIIIJenis

    Kegiatan Jumlah Kegiatan

    Rp (miliar)

    Jumlah Kegiatan

    Rp (miliar)

    Total JK

    % Jumlah

    Kegiatan

    Total Rp (miliar)

    % Rp

    Prasarana/ Sarana 5.095 328,91 5.402 315,468 10.497 49% 644,378 74%UEP 0 0 0 0 0 0% 0 0%Pendidikan 800 45,31 904 53,609 1.704 8% 98,919 11%Kesehatan 389 17,43 389 18,153 778 4% 35,583 4%SPP 4.431 41,22 4.028 49,496 8.459 39% 90,716 11%Total 10.715 432,87 10.723 436,726 21.438 100% 869,596 100%

    Keterangan: JK= Jumlah Kegiatan; Rp= Besarnya dana yang terserap dalam miliar rupiah.

    Pada kegiatan PPK III, tidak dialokasikan kegiatan UEP mengingat pengalaman PPK II yang kurang berhasil karena rendahnya tingkat pengembalian pinjaman. Seperti tampak pada Tabel di atas, kegiatan masih didominasi oleh usulan pembangunan P/S dan disusul oleh kegiatan SPP. Pembangunan P/S telah menghasilkan lebih dari 5 km jalan dan 18 km jembatan. Sedangkan kegiatan SPP telah dirasakan manfaatnya oleh 156 ribu orang perempuan dan 16 ribu orang laki-laki. Di sisi lain, kegiatan pendidikan dan kesehatan dapat membantu masing-masing 300 ribu dan 400 ribu masyarakat kurang mampu.

  • Halaman 12 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    SIKLUS IXSeperti diuraikan sebelumnya, bahwa jumlah kecamatan partisipasi pada kegiatan Siklus IX (PPK III/b tahun I) sebanyak 557 kecamatan dan menggunakan dana t.a. 2006 tanpa adanya DIPA Luncuran. Karena berbagai kendala, pelaksanaan PPK terbagi menjadi dua pola, yaitu pola umum (reguler) dan pola khusus. Perkembangan kegiatan pola khusus dilaporkan dalam sub-bab terpisah. Pada Siklus IX, dari 557 kecamatan, 496 kecamatan melanjutkan kegiatan secara normal dan sisanya dengan pola khusus (diluar kecamatan yang tidak tersedia dana cost sharing).

    Namun, kegiatan tidak seluruhnya berjalan lancar di 496 kecamatan ini. Pemda Kota Ternate (Maluku Utara) ternyata tidak dapat memenuhi dana cost sharing (sebanyak 70% dari BLM) tepat pada waktunya. Akibatnya, sisa dana (30%) yang harus diambil di KPPN (dengan batas waktu tanggal 15 Desember 2006) tidak tercairkan. Artinya pencairan tahap III untuk 2 kecamatan di Kota Ternate tidak dapat dilakukan karena tidak ada DIPA Luncuran. Akhirnya, masyarakat harus menyelesaikan kegiatan dengan dana 70% dari BLM. Dana yang tidak tercairkan sebesar Rp525 juta untuk 2 kecamatan.

    Melihat perkembangan kegiatan selama Mei 2007, dari 45 kecamatan hanya 6 kecamatan yang berhasil melakukan MDST di seluruh desa terdanai sehingga banyaknya kecamatan yang telah menyelesaikan MDST sebanyak 457 kecamatan (lihat Lampiran). Sejumlah 39 kecamatan lainnya perlu segera menuntaskan MDST pada Juni mendatang.

    SIKLUS XSetelah terbitnya ketetapan lokasi PNPM-PPK 2007, yaitu sebanyak 1.993 kecamatan, pada Mei 2007 terbit pula NoL Bank Dunia mengenai alokasi DOK. Terbitnya NoL DOK ini menjawab keraguan untuk memulai kegiatan Siklus X di lapangan. Perkembangan kegiatan yang ditampilkan dalam Lampiran masih terbatas pada lokasi Siklus X (belum mencakup seluruh lokasi PNPM-PPK 2007) karena hanya sedikit provinsi yang melaporkan perkembangan di lokasi baru. Pada Lampiran juga ditunjukkan bahwa jumlah kecamatan partisipasi di provinsi Jawa Timur menjadi 63 kecamatan dari 83 kecamatan yang terdaftar dan di provinsi Gorontalo, dari 9 kecamatan berkurang 2 kecamatan(Limboto dan Telaga). Pengurangan ini terjadi karena kecamatan-kecamatan tersebut beralih menjadi lokasi sasaran PNPM-P2KP. Daftar kecamatan pada Siklus X yang berhasil diidentifikasi menjadi lokasi PNPM-P2KP ditampilkan Tabel 14.

    Tabel 14. Daftar Kecamatan Teridentifikasi Lokasi PNPM-P2KP

    PROVINSI JML KEC. KETERANGAN

    SUMATERA SELATAN 1 Kec. Kota Kayu AgungJAWA BARAT 3 Kec. Cibadak, Bojongsoang, Plered

    JAWA TENGAH 7 Kec. Ngemplak, Mojolaban, Karanganyar, Tasikmadu, Kebakkramat, Lasem, Lebaksiu

    JAWA TIMUR 5 Kec. Panarukan, Kapongan, Besuk, Mojowarno, GalisBANTEN 2 Kec. Panongan, PakuhajiBALI 4 Kec. Blahbatuh, Klungkung, Dawan, BulelengNUSA TENGGARA BARAT 3 Kec. Labuapi, Kediri, PrayaNUSA TENGGARA TIMUR 1 Kec. Kota WaingapuKALIMANTAN TIMUR 1 Kec. NunukanGORONTALO 2 Kec. Limboto, TelagaSULAWESI UTARA 1 Kec. AirmadidiSULAWESI SELATAN 1 Kec. BantaengSULAWESI BARAT 1 Kec. BanggaeMALUKU UTARA 2 Kec. Pulau Ternate dan Ternate UtaraPAPUA 1 Kec. AbepuraTOTAL 35 Kec.

  • Halaman 13 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Alhasil, total kecamatan pantauan saat ini adalah 496 kecamatan (sama dengan Siklus IX) dikurangi 22 kecamatan (di Jawa Timur dan Gorontalo) atau 474 kecamatan. Dari 474 kecamatan, 419 diantaranya telah melaksanakan MAD I, 357 kecamatan telah melakukan penggalian gagasan, dan 155 kecamatan berhasil menyelenggarakan MAD II. Sedangkan MAD III baru terlaksana di 8 kecamatan.

    II.4. PERKEMBANGAN KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATANSelama Mei 2007, perhatian pada kegiatan pendidikan dan kesehatan difokuskan pada persiapan Pilot Pendidikan dan PNPM Generasi. Unit Pendidikan (tidak ada termasuk unit kesehatan karena tidak ada spesialis bidang Kesehatan), sedang berusaha menyusun panduan supervisi dan monitoring kegiatan pendidikan di PNPM-PPK agar pelaksanaan kegiatan pendidikan di lapangan sesuai dengan tujuannya. Adapun rekapitulasi kegiatan (baik pendidikan maupun kesehatan) yang dilaporkan pada bulan ini masih sama dengan bulan sebelumnya dikarenakan belum ada perkembangan laporan dari provinsi.

    KEGIATAN PENDIDIKAN DI PPKKegiatan PPK III yang mulai menyelesaikan kegiatannya adalah Siklus VII, VIII, dan IX.Sedangkan kegiatan Siklus X, masih dalam tahap perencanaan. Berdasarkan data SPC yang diterima dari 30 Korprov, kegiatan pendidikan yang diusulkan masyarakat selama tiga siklus sebanyak 2.523 kegiatan.

    Pembangunan gedung sekolah/madrasah masih mendominasi pilihan kegiatan, yaitu berjumlah 1.399 kegiatan, diikuti oleh lain-lain pendidikan yang meliputi: pemberian paket-paket pendidikan untuk siswa maupun guru. Masih banyaknya usulan masyarakat untuk membangun gedung sekolah menunjukkan bahwa sarana pendidikan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kebutuhan gedung sekolah tidak semua dapat terpenuhi oleh Depdiknas. Ditinjau dari jumlah pemanfaat dan dana yang dialokasikan, hasil kegiatan pendidikan dapat dinikmati oleh sekitar 900 ribu orang dan menyerap dana PPK sebesar Rp148 miliar. Kegiatan ini tidak lepas dari swadaya masyarakat yang mencapai Rp18,71 miliar (Tabel 15).

    Tabel 15. Rekapitulasi Kegiatan Pendidikan pada PPK III

    KegiatanBangun Gedung Sekolah

    Rehab Gedung Sekolah

    BeasiswaLain-lain

    Pendidikan Total

    Jumlah Kegiatan 1.399 498 61 565 2.523

    Pemanfaat(orang)

    408.914 191.111 9.669 283.557 893.251

    Laki-laki (orang) 198.733 89.271 4.683 243.436 536.123Perempuan (orang)

    210.181 101.840 4.986 40.121 357.128

    Orang miskin(orang)

    243.436 106.240 10.039 51.058 410.773

    Biaya (miliar Rp) 111,905 33,844 2,932 18,098 166,780

    PPK (miliar Rp) 99,507 29,388 2,613 16,562 148,070

    Swadaya(miliar Rp)

    12,398 4,456 319,200 1,536 18,710

  • Halaman 14 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    KEGIATAN KESEHATAN DI PPKKegiatan kesehatan masyarakat pada PPK mendanai 4 jenis kegiatan yakni pembangunan gedung kesehatan, rehab gedung kesehatan, posyandu dan lain-lain kesehatan yang terdiri dari: Polindes, peralatan Posyandu, obat-obatan, pos obat desa, pelatihan kader, pengelolaan sampah, penyuluhan kesehatan, dan makanan tambahan.

    Sama halnya dengan kegiatan pendidikan, kegiatan kesehatan pada PPK II tidak mengalami perubahan dan telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya (rekapitulasi kegiatan PPK II). Sedangkan hasil kegiatan PPK III yang berhasil dirangkum merupakan data SPC Siklus VII IX dengan hasil diuraikan tabel berikut:

    Tabel 16. Rekapitulasi Kegiatan Kesehatan PPK III

    KegiatanBangun Gedung

    Kesehatan

    Rehab Gedung

    KesehatanPosyandu Lain-lain

    KesehatanTotal

    Jumlah Kegiatan 66 16 671 426 1.179Pemanfaat(orang)

    253.238 18.990 346.759 373.648 992.635

    Laki-laki (orang) 191.344 9.274 150.788 179.789 531.195Perempuan (orang)

    61.894 9.716 195.971 193.859 461.440

    Orang miskin(orang)

    40.056 9.835 266.380 268.833 585.104

    Biaya (miliar Rp) 4,482 0,854 29,805 23,029 58,170

    PPK (miliar Rp) 4,046 0,759 27,416 20,743 52,964

    Swadaya(miliar Rp)

    0,436 0,095 2,389 2,286 5,206

    Untuk kegiatan PPK III, sejumlah 1.179 kegiatan berhasil dituntaskan dengan kegiatanterbanyak pada kegiatan posyandu sebanyak 671 kegiatan. Selanjutnya diikuti lain-lain kesehatan dan pembangunan gedung kesehatan dengan 66 kegiatan atau hanya 6% dari seluruh kegiatan kesehatan. kegiatan lain-lain kesehatan cukup banyak (36%) karena merupakan gabungan beberapa kegiatan seperti: Polindes, peralatan Posyandu, obat-obatan, pos obat desa, pelatihan kader, pengelolaan sampah, penyuluhan kesehatan, dan makanan tambahan.

    Besar dana yang terserap sebesar Rp58,170 miliar dengan serapan terbesar pada kegiatan Posyandu sebanyak Rp29,805 miliar atau 51,24%. Dari sejumlah dana tersebut, Kegiatan sebanyak Rp2,389 miliar merupakan swadaya masyarakat. Adapun pemanfaat kegiatan yang dapat menikmati hasil kegiatan ini terdata hampir mencapai satu juta orang yang terdiri dari 585 ribu orang miskin, 531 ribu orang laki-laki, dan 461 ribuorang perempuan.

    II.5. PERKEMBANGAN UPKUPK sebagai lembaga yang dibentuk PPK pada tingkat kecamatan, mengelola dana BLM untuk kegiatan pinjaman modal usaha bagi masyarakat. Dana ini tidak dikembalikan kepada pemerintah, tetapi akan menjadi milik masyarakat yang dikelola oleh UPK. Hingga saat ini, modal yang terkumpul oleh UPK lebih dari Tiga trilyun rupiah dengan tingkat pengembalian SPP dan UEP per Mei 2007 masing-masing sebesar 90% dan 71%. Laporan perkembangan pinjaman UEP dan SPP di setiap provinsi disampaikan pada Lampiran. Pada Lampiran tersebut, beberapa provinsi tidak tercantum karena belum mengirimkan laporannya.

  • Halaman 15 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Dalam melakukan pembinaan terhadap UPK, dilakukan pemetaan UPK dimana pada Desember 2006 tercatat 1.189 UPK dikategorikan potensial dan 375 UPK dinilai kurang potensial. Pada Maret 2007, dilakukan pemetaan kembali dan menghasilkan 1.263 UPK dinyatakan potensial dan 360 UPK kurang potensial (Tabel 17).

    Tabel 17. Kategori UPK Berdasarkan Pemetaan per Maret 2007

    KeteranganPemetaan Kategori Jumlah UPK Nilai Pemetaan Saldo Pinjaman di Masyarakat

    Potensial: 1.263 A 867 >6 >Rp300 jutaB 396 >6 Rp300 juta

    Non-Potensial: 360 C 199 6 >Rp300 jutaD 161 6 Rp300 juta

    II.6. PPK POLA KHUSUSKegiatan PPK yang dimulai sejak tahun 1998, dalam pelaksanaannya mengalami berbagai perubahan kebijakan seiring dengan berbagai pengalaman ataupun situasi dan kondisi yang ditemui. Pada akhir 2004, tsunami telah menerjang wilayah NAD dan Kep. Nias. Dua tahun kemudian (27 Mei 2006) terjadi gempa di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah (terutama kab. Klaten). Kerusakan prasarana/sarana yang sangat berat menyebabkan diterapkannya PPK Rehab-Rekons di lokasi-lokasi tersebut. Bencana lain terjadi di beberapa lokasi PPK, namun tidak sampai mengubah pola pelaksanaan PPK.

    Di samping bencana, karena kondisi geografis yang sangat sulitnya menyebabkan lambatnya perkembangan kegiatan di provinsi kepala burung. Alhasil, pengambil kebijakan menetapkan untuk diterapkannya PPK Pola Khusus di kedua provinsi tersebut. Laporan perkembangan kegiatan di setiap lokasi khusus disampaikan pada uraian selanjutnya.

    PPK DI NAD & NIASKegiatan PPK Rehab-Rekons di NAD dan Kep. Nias (Sumatera Utara) didanai dari hibah beberapa negara donor yang tergabung dalam MDTF (TF-055583-IND [70603301] dan TF-055628-IND [70604001]). Masing-masing lokasi tersebut mendapat alokasi sebesar Rp414,9 miliar dan Rp79 miliar untuk alokasi dana sosial dan alokasi umum (berupa perbaikan dan pembangunan prasarana-sarana). Kegiatan tahun 2007 ini difokuskan pada penyelesaian MDST. Di Kep. Nias, terdapat program tambahan yaitu R2PN yang diluncurkan pada akhir Februari 2007 oleh BRR. Perkembangan R2PN tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya, dimana beberapa spesialis (Training, Civil Engineer, dan Disbursement) belum direkrut. Namun demikian, kegiatan perencanaan tetap dilaksanakan hingga pembentukan tim survei dan verifikasi.

    PPK di Provinsi NADKegiatan PPK di provinsi NAD, terutama kegiatan yang menggunakan dana MDTF, per Mei 2007 belum seratus persen dapat melaksanakan MDST. Namun demikian, sejak medio Februari 2007, dana yang teralokasikan di NAD telah cair 100%, termasuk didalamnya terdapat dana sosial sebesar Rp25,728 miliar untuk 87 kecamatan bencana (Tabel 19). Dana BLM yang tersedia lebih dari 92% dialokasikan untuk kegiatan prasarana-sarana. Sisanya digunakan untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, PKM (Pelatihan Keterampilan Masyarakat), dan sosial.

    Berdasarkan laporan SIP, dari 221 kecamatan yang ada, baru 155 kecamatan yang berhasil menuntaskan MDST dengan jumlah desa 2.838 desa dari 3.014 desa yang mengajukan SPPB. Artinya masih terdapat 66 kecamatan yang belum menuntaskan

  • Halaman 16 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    kegiatan. Lambatnya penyelesaian kegiatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. kelangkaan material, terutama bahan kayu;2. penyalahgunaan dana dan prosedur dalam penyerapan dana;3. banyaknya aparat yang tidak kooperatif terhadap prosedur PPK;4. kurang maksimalnya tanggung jawab dan kesadaran konsultan dalam menjalankan

    program;5. kurangnya komitmen dan tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang

    terjadi, baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan;6. banyaknya revisi kegiatan yang berita acaranya tidak dikirimkan kepada provinsi,

    sehingga realisasi tidak sesuai dengan rencana.

    Tabel 18. Pencairan Dana di NAD per Mei 2007

    SUMBER DANA ALOKASI (Rp) PENCAIRAN (Rp) PENYERAPAN

    IBRD-4627-IND [10639501] 30.600.000.000 30.600.000.000 100% IDA-3806-IND [10680201] 10.000.000.000 100%TF-055583-IND [70603301] 335.500.000.000 100%TF-055628-IND [70604001] 79.370.000.000

    424.869.999.233100%

    TOTAL 455.470.000.000 455.469.999.233 100%

    Banyaknya kendala dan kasus-kasus yang terkait kode etik konsultan maupun penyimpangan dana di provinsi NAD ini perlu segera ditindaklanjuti dan menjadi perhatian bersama, mengingat banyaknya lokasi cakupan kegiatan sementara pengawasan dan pengendalian masih kurang optimal. PPK di Kep. NiasAkibat gempa yang terjadi di Kep. Nias (terdiri dari dua kabupaten, yaitu Nias dan Nias Selatan) pada tahun 2005, terjadi perubahan pelaksanaan PPK. Pola penanganan difokuskan pada rehabilitasi dan rekonstruksi dengan alokasi dana bersumber dari MDTF sebanyak Rp79 miliar. Alokasi dana untuk kab. Nias sebesar Rp50,5 miliar dan kab. Nias Selatan sebesar Rp28,5 miliar dengan total 22 kecamatan. Masing-masing kecamatan mendapat alokasi dana sebesar Rp2 4 miliar.

    Tabel 19. Penyaluran Dana dari UPK ke desa di Kep. Nias per Mei 2007

    SUMBER DANA ALOKASI (Rp) RENCANA (Rp) REALISASI (Rp)Persen-

    taseIBRD-4627-IND [10639501] 3.350.000.000 3.350.000.000 3.350.000.000 100,00%TF-055583-IND [70603301] 72.500.000.000 TF-055628-IND [70604001] 6.500.000.000

    Dana Sosial 13.284.855.400 13.247.912.750 99,72%Dana Alokasi Umum 65.715.144.600 56.887.858.310 86,57%

    TOTAL 82.350.000.000 79.000.000.000 69.529.806.601 88,78%

    Sejak akhir November 2006, dana tersebut telah 100% dicairkan ke rekening BPPK/UPK. Namun penyaluran dana ke desa baru mencapai 89% dengan komposisi 99,72% dana sosial dan 86,57% (kab. Nias menyerap dana sebanyak 96,77% dan Nias Selatan 74,62%) dana alokasi umum (Tabel 19). Dana sosial tidak dapat mencapai 100% karena terjadi kekeliruan pada penyerapan dana di kec. Tuhemberua yang berakibat sisa dana sebesar Rp1,78 juta tidak dapat diserap lagi.

  • Halaman 17 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Mulai tahun 2006, telah dipersiapkan program PPK-R2PN (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias) yang implementasinya baru dimulai pada tahun 2007. Program ini mencakup 9 kecamatan yang tersebar di dua kabupaten dengan total desa yang berpartisipasi sebanyak 113 desa. Kegiatan terbagi menjadi 4 jenis, yaitu berupa pembangunan perumahan, sekolah, dan gedung balai desa (given). Satu kegiatan lainnya bersifat openmenu berupa prasarana pendukung perdesaan. Adapun alokasi dana yang dianggarkan masing-masing untuk kab. Nias dan Nias Selatan sejumlah Rp217,05 miliar dan Rp164,986 miliar. Sehingga total dana sebesar Rp382,032 miliar untuk tahun anggaran 2007 dan 2008. Hingga Mei 2007, tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan adalah MAD Sosialisasi, Musyawarah Desa Sosialisasi, Pelatihan Kader Desa dan, Pembentukan Tim Survei-Verifikasi.

    PPK DI KLATEN & DI YOGYAKARTAPasca gempa, kab. Klaten (prov. Jawa Tengah) dan provinsi DI Yogyakarta mendapat dana untuk merehabilitasi infrastruktur di wilayah tersebut. Kab. Klaten mendapat alokasi Rp43,25 miliar untuk 24 kecamatan dan DI Yogyakarta memperoleh alokasi untuk seluruh kecamatan (51 kecamatan di 4 kabupaten) sebesar Rp82,75 miliar yang terdiri dari dana APBN sebesar Rp81,25 miliar dan APBD sebanyak Rp1,5 miliar. Seluruh dana di kedua lokasi tersebut telah terserap 99%.

    PPK di KlatenDi kab. Klaten, PPK Rehabilitasi mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2006 setelah sebelumnya diselenggarakan workshop dan pelatihan pratugas bagi KM-Kab., FK/FT, dan PjOK. Sebanyak 24 kecamatan di Klaten mendapat alokasi dana PPK Rehabilitasi dengan total dana sebesar Rp43,25 miliar dan telah terserap 100%. Secara umum, tahapan kegiatan telah memasuki tahap akhir kegiatan dimana MDST telah dilaksanakan di 366 desa, dari 369 desa yang terdanai. Adapun jenis kegiatan dan alokasi dananya diperlihatkan Tabel 20.

    Tabel 20. Jenis Kegiatan dan Alokasi Dana di kab. Klaten

    No. Jenis Kegiatan Alokasi (Rp)1. Prasarana/Sarana 27.029.361.8352. Pendidikan 3.140.864.6383. Kesehatan 794.183.4904. Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) 10.126.263.8015. Operasional UPK (2%) 863.886.1046. Operasional TPK (3%) 1.295.440.132

    Total 43.250.000.000Swadaya Masyarakat 4.784.017.058

    PPK di DI YogyakartaKegiatan PPK Rehabilitasi di DI Yogyakarta melibatkan seluruh lokasi di provinsi tersebut, yaitu 51 kecamatan. Sejak Desember 2006, pencairan dana BLM telah mencapai 100% tetapi dana tersebut belum seluruhnya tersalurkan ke desa. Hingga Mei 2007, dana yang belum berhasil tersalurkan sebesar Rp110,266 juta atau 1% dari total BLM (Rp82,75 miliar) dan kegiatan di lapangan dalam tahap penyelesaian progres fisik dengan alokasi per kegiatan ditampilkan Tabel 21.

    Pada Tabel 21. tersebut, total dana BLM yang digunakan sebesar Rp82,738 miliar dan masih tersisa Rp12,262 juta. Sisa ini sedang ditelusuri penyebabnya dan untuk saat ini belum ada penjelasan dari provinsi.

  • Halaman 18 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Tabel 21. Jenis Kegiatan dan Alokasi Dana di DIY

    No. Jenis Kegiatan Alokasi (Rp)1. Prasarana/Sarana 43.999.033.0762. Pendidikan 14.095.974.4003. Kesehatan 4.657.722.8504. Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) 15.847.507.3005. Operasional UPK (2%) & TPK (3%) 4.137.500.000

    Total 82.737.737.626

    PPD DI PAPUA & PAPUA BARATKegiatan di provinsi Papua dan Papua Barat dalam tahap penyelesaian (MKST) dan pembentukan tim pemelihara. Namun untuk pelaksanaan PNPM, sempat terhambat akibat adanya perbedaan kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam hal alokasi dana. Akan tetapi, permasalahan tersebut akan segera diselesaikan dan skema pendanaan untuk kedua provinsi tersebut pada tahun 2008, akan dipertimbangkan secara khusus. Secara umum, kegiatan Siklus X belum dimulai sama sekali karena kendala di atas. Selain itu, masih terjadi kekosongan konsultan (FK/FT). Kekosongan ini akan segera diisi melalui hasil seleksi pelatihan pratugas yang direncanakan dapat terselenggara pada akhir Juni 2007.

    PPD di Provinsi PapuaPelaksanaan PPD di provinsi Papua terus mengalami perkembangan dan berusaha menyelesaikan progres kegiatan Siklus IV, V, dan VII IX dengan target bulan Juli 2007 seluruh distrik tuntas melakukan MKST. Pada Tabel 22. tampak bahwa secara umum, tahapan kegiatan dalam tahap penyelesaian. Namun, satu distrik di lokasi Siklus IV (Waropen Atas) terhenti pada pencairan dana tahap II karena terjadinya penyimpangan dana yang dilakukan oleh ketua UPK dan FK pada distrik tersebut. Sedangkan distrik Atsy di Siklus IX sedang dalam tahap penyaluran dana tahap III ke kampung, sehingga dari 8 kampung yang terdanai, belum satupun melaksanakan MKST.

    Tabel 22. Perkembangan kegiatan PPK di Papua

    Belum MKSTNo. Kegiatan Alokasi KecamatanKecamatan

    Aktif Distrik Kampung1. Siklus IV 56 53 1; Waropen Bawah 12. Siklus V 52 47 2; Yapen Timur, Waropen Bawah 13. Siklus VII 6 3 1; Merauke Kota 4; dari 254. Siklus VIII 6 3 1; Merauke Kota 7; dari 305. Siklus IX 35 35 5; Sukikai, Napan, Sinak, Atsy,

    Masirei13; dari 269

    PPD di Provinsi Papua BaratProvinsi Papua Barat telah berpartisipasi dalam PPK sejak fase I dengan jumlah distrik partisipasi sebanyak 35 distrik. PPK II tahun I (Siklus IV) melibatkan 30 distrik, tetapi 8 distrik diantaranya tidak melanjutkan kegiatan karena tidak tersedia dana MG. Siklus selanjutnya (tahun II, yang pelaksanaannya bersamaan dengan tahun III di lokasi lain) diikuti oleh 26 distrik dan hanya 16 distrik yang melaksanakan kegiatan hingga selesai.

    Sementara itu, kegiatan PPK III/a dan PPK III/b III terdiri dari 13 distrik (6 distrik PPK III/a dan 7 distrik PPK III/b), hanya 4 distrik di Siklus VII yang melanjutkan kegiatan. Sedangkan Siklus VIII dan IX, semua lokasi tersebut telah berhasil melakukan pencairan dana hingga 100% dan telah dilakukan MKST di seluruh lokasi tetapi tim pemelihara belum terbentuk di kab. Bintuni.

  • Halaman 19 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    III. PENINGKATAN KAPASITAS &PENGEMBANGAN PROGRAM

    Agenda Tim Training bulan ini difokuskan pada Supermon pelatihan penyegaran FK/PJOK di samping menyiapkan modul pelatihan pratugas dan evaluasi terhadap pelatihan sebelumnya. Sedangkan unit kelembagaan lokal merencanakan untuk melakukan pemetaan dan pelatihan UPK. Adapun proyek pilot, PNPM Generasi dan Pilot Pendidikan masih dalam tahap koordinasi dan persiapan implementasi.

    Secara umum, kegiatan Unit Training masih difokuskan pada pelatihan dalam rangka mempersiapkan konsultan KM/FK melalui pelatihan penyegaran dan pratugas. Pelatihan penyegaran berhasil dilaksanakan pada Mei 2007 dan dilanjutkan dengan evaluasi pelatihan. Adapun pelatihan pratugas masih menunggu NoL dari Bank Dunia. Akan tetapi persiapan dan perbaikan modul pelatihan pratugas KM/FK tetap dilakukan, termasuk materi Panduan Menggagas Masa Depan Desa dalam bentuk media cetak maupun audio visual.

    Untuk laporan, penggunaan DOK Pelatihan dan kegiatan peningkatan kapasitas, hingga bulan ini masih menampilkan laporan bulan sebelumnya karena tim training pada triwulan ke belakang sangat dipadati oleh kegiatan pelatihan konsultan untuk memenuhi kebutuhan konsultan baik di kabupaten maupun kecamatan.

    Permasalahan1. Pengaturan tim pelatih untuk Pelatihan Pratugas FK/FT mengalami kendala karena

    beberapa hal: (a) komposisi antara jumlah kelas yang dilatih dan tim pelatih di beberapa provinsi sangat tidak berimbang seperti di seluruh provinsi di Kalimantan dan hampir di seluruh Sumatera; (b) Provinsi Bangka Belitung dan Bengkulu tidak memiliki tim pelatih lokal karena merupakan lokasi baru, sehingga harus mendatangkan tim pelatih dari provinsi lain.

    2. Ketidakpastian NoL untuk pelatihan pratugas menyulitkan dalam persiapan, khususnya untuk masalah persiapan tempat pelatihan serta persiapan tim pelatih.

    3. Adanya rencana kegiatan pararel dengan Pelatihan/TOT PNPM Generasi, berdampak pada kesulitan mengatur jadwal pelatihan serta pengaturan tim pelatih karena beberapa orang yang telah ditetapkan untuk melatih di pelatihan Pratugas merupakan calon peserta TOT PNPM Generasi.

    Saran dan Tindak lanjut1. Pelaksanaan pelatihan dibagi menjadi 2 gelombang. Pelatihan gelombang I

    diprioritaskan untuk provinsi-provinsi yang kekurangan konsultan cukup banyak dan untuk lokasi-lokasi baru. Sedangkan gelombang II untuk provinsi-provinsi yang masih memiliki konsultan yang tidak mengalami kekosongan konsultan yang kritis.

    2. Perlu adanya kesepakatan antara Sekretariat dan Bank Dunia agar NoL pelatihan dapat segera dikeluarkan dan pelaksanaan pelatihan pratugas KM dan FK dapat segera dilaksanakan.

    3. Mengganti calon pelatih pelatihan pratugas yang merupakan peserta TOT PNPM Generasi dengan pelatih lainnya.

  • Halaman 20 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    III.1. DOK TAMBAHANBanyaknya agenda unit Training dalam mempersiapkan pelatihan bagi konsultan yang akan segera didemobilisasi ke lokasi PNPM-PPK 2007, maka perkembangan penggunaan DOK Tambahan belum dapat di-update. Alhasil, laporan yang dapat disampaikan masih berdasarkan rekapitulasi per Februari 2007. untuk 638 kecamatan Siklus VI yang tersebar di 26 provinsi, baru 25 provinsi yang memberikan progres pelaksanaan pelatihannya. Sedangkan satu provinsi lagi (Maluku) belum melaporkan kegiatannya.DOK Tambahan digunakan untuk pelatihan dasar bagi pelaku PPK di masyarakat, yang terdiri dari: Kepala Desa (Kades) & BPD, Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3), Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan (BP-UPK), dan Tim Monitoring Desa.

    Akan tetapi, beberapa provinsi mengganti jenis pelatihan dengan pelatihan lain, seperti: Pelatihan kelompok (SPP), Pelatihan untuk Kader Desa (KD)/Kader Tenis (KT), dan Pelatihan untuk Tim Penulis Usulan (TPU). Hal ini didasarkan dari berbagai pertimbangan diantaranya karena sasaran yang ditargetkan pernah mendapat pelatihan terkait, sementara pelaku lain dirasakan kurang mendapatkan penguatan/pelatihan.Rekapitulasi pelatihan dengan menggunakan DOK Tambahan diuraikan Tabel 23.

    Tabel 23. Rekapitulasi Pelatihan dengan DOK Tambahan

    No. Jenis Pelatihan Jumlah peserta(orang)

    %*

    1. Kades/BPD 16.748 81

    2. TP3 15.255 76

    3. BP-UPK 2.819 75

    4. Tim Monitoring 14.172 73

    Pelatihan Pengganti: SPP, TPU, KD/KT 4.045 -Keterangan: *) yang dimaksud dengan prosentase (%) adalah porsi setiap jenis pelatihan yang telah dilaksanakan di kecamatan. Jika pelatihan untuk TP3 baru mencapai 76%, artinya pelatihan tersebut telah dilaksanakan di 76% x 638 kecamatan = 485 kecamatan.

    Waktu pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan DOK Tambahan Siklus VI ini sangat bervariatif, disesuaikan dengan kesiapan masing-masing kecamatan. Beberapa provinsi telah melaksanakan pelatihan sejak Bulan November/Desember 2005, tetapi di provinsi lainnya baru melakukan pelatihan pada tahun 2006. Kondisi ini terjadi dikarenakan beberapa alasan, seperti: waktu yang kurang tepat atau beberapa kecamatan mengalami phase out sehingga mengalami kekosongan FK/FT. Kasus lain ditemui, bahwa provinsi masih memiliki sisa dana sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk pelatihan tahap kedua. Provinsi yang telah menuntaskan pelatihan hingga 100% adalah:Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, dan NTB. Bagi provinsi yang belum menyelesaikan ataupun belum melaporkan kegiatan pelatihan diberi memorandum khusus dan selanjutnya dilakukan komunikasi (umpan balik) dengan SMIS serta Korprov maupun Sp. Training Regional.

    III.2. PENINGKATAN KAPASITAS DI PROVINSIKegiatan peningkatan kapasitas yang dilaporkan pada April ini merupakan rekapitulasi kegiatan pada bulan Februari dan Maret 2007. Pengumpulan laporan dari lapangan selama dua bulan tersebut relatif lambat. Kondisi ini dimungkinkan akibat banyaknya kegiatan yang dilakukan secara nasional pada Maret-April 2007, seperti pelatihan bagi calon Pelatih Tingkat Provinsi dan pelatihan Penyegaran bagi KM-Kab./KMT dan FK/FT.

  • Halaman 21 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka jumlah laporan yang diterima pada dua bulan tersebut relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Tabel 24.)

    Tabel 24. Jumlah Provinsi yang Mengirim Laporan CB

    No BulanJumlah Provinsiyang melapor

    Jumlah Provinsiyang belum melapor

    1. Februari 20 102. Maret 19 113. April 14 16

    Jenis kegiatan yang paling banyak dilakukan hampir sama seperti bulan-bulan sebelumnya, yaitu lebih kepada penguatan untuk para pelaku dalam bentuk OJT (On the Job Training). Jika dilihat dari banyaknya peserta (pelaku) pelatihan, baik pada Februari maupun Maret, terlihat bahwa pelaku masyarakat paling banyak mengikuti OJT. Sedangakan pelaku Pemerintah dan Konsultan lebih banyak mengikuti pelatihan Pratugas. Secara lebih rinci, jumlah pelaku dan jenis kegiatan peningkatan kapasitasdapat dilihat pada Tabel 25.

    Tabel 25. Jumlah Peserta Peningkatan KapasitasBerdasarkan Jenis Pelatihan terhadap Jumlah Pelaku

    Februari 2007 Maret 2007JENISKEGIATAN

    M P K Jumlah M P K Jumlah

    Pra Tugas 174 56 114 344 117 24 53 194Penyegaran 53 6 17 76 68 14 52 134IST 67 6 20 93 39 3 10 52OJT 324 11 63 398 419 22 31 472WS/Lokakarya 3 6 5 14 2 1 2 5Rakor Bulanan 11 8 19 38 17 6 22 45Rapat Kerja 0 0 2 2 3 0 4 7Hearing 0 0 0 0 0 0 0 0Lain-lain 24 5 21 50 13 1 3 17

    Jumlah 656 98 261 1.015 678 71 177 926

    Keterangan: M=Masyarakat; P=Pemerintah; K=Konsultan; Satuan angka pada tabel dalam (orang)

    Selama Februari dan Maret, banyaknya pelaku yang telah mengikuti penguatan masing-masing adalah berjumlah 1.017 dan 926 orang pelaku. Pelaku yang paling banyak dilatih pada bulan Februari untuk Kelompok Masyarakat adalah Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dan untuk bulan Maret Kelompok SPP. Sedangkan dari pelaku Konsultan dan Aparat Pemerintah, masing-masing terbanyak pada FK dan PJOK. Lebih rinci mengenai jumlah peserta pelatihan ditampilkan Tabel 26.

    Tabel 26. Jumlah Peserta Pelatihan per Februari Maret 2007

    Bulan Bulan BulanMasyarakatFeb Mar

    Aparat Pemerintah Feb Mar

    KonsultanFeb Mar

    FD 37 55 Kepala Desa 20 23 RMU 3 2TPU 65 35 BPD 11 10 KM Kab 19 22TPK 97 83 LPM 3 0 KM Teknis 18 24Tim Monitoring 8 13 Lain-lain Desa 5 8 FK 124 60Tim Verifikasi 39 30 PJOK 32 17 FT 79 59Tim Pemelihara 79 50 PJAK 2 0 P-UPK 18 10

  • Halaman 22 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    Bulan Bulan BulanMasyarakatFeb Mar

    Aparat Pemerintah Feb Mar

    KonsultanFeb Mar

    UPK 49 54 Camat 4 1 261 177PL 33 24 Lain-lain Kec. 3 2BP UPK 20 10 PJOKab 3 1Kader Desa 51 61 Setrawan Kab 1 0Kader Teknis 30 38 TK PPK Kab 2 7Pengurus MAD 7 14 DPRD Kab 0 0Kelompok SPP 68 86 Lain-lain Kab. 4 0Kelompok UEP 28 47 PJO Prov 2 1Lain-lain 47 78 Setrawan Prov 0 0

    658 678 TK PPK Prov 1 0DPRD Prov 0 0Lain-lain Prov. 5 1

    98 71Total 1.015 926

    Berdasarkan sumber pendanaan yang digunakan, pelatihan pada bulan Februari 2007 paling banyak bersumber dari Dana Lain-lain (diluar DOK, BOP UPK, swadaya masyarakat, ataupun swadaya konsultan) yaitu sebesar Rp421,23 juta untuk 38 kegiatan(Tabel 27). Sumber berikutnya DOK kecamatan, Swadaya Masyarakat, Swadaya konsultan, dan terakhir berasal dari BOP UPK.

    Tabel 27. Alokasi Dana dan Jumlah Kegiatan Peningkatan Kapasitas

    Alokasi Dana

    DOK Swadaya Konsultan

    Swadaya Masyarakat

    BOP UPK Lain-lainBln

    # Keg.

    Besarnya (juta Rp)

    # Keg.

    Besarnya (juta Rp)

    # Keg.

    Besarnya (juta Rp)

    # Keg.

    Besarnya (juta Rp)

    # Keg.

    Besarnya (juta Rp)

    Feb 244 414,547 40 3,480 119 6,800 4 6,608 38 421,227

    Mar 177 242,725 51 4,891 88 5,220 5 8,060 105 166,888

    Keterangan: #Keg. = Banyaknya kegiatan pelatihan dengan menggunakan dana terkait.

    Jumlah kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan selama bulan Februari berjumlah 501 kegiatan dengan jumlah provinsi yang paling banyak melakukan kegiatan adalah provinsi Jawa Tengah, yaitu sejumlah 103 kegiatan. Sedangkan untuk Maret 2007terbanyak berjumlah 130 kegiatan di provinsi DIY. Bila dilihat dari jenis kelamin peserta, peserta laki-laki lebih banyak dari peserta perempuan. Namun komposisinya tidak jauh berbeda (Tabel 28.).

    Tabel 28. Jumlah Peserta Pelatihan Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jumlah Peserta (orang)Bulan

    Jumlah Kegiatan Laki-laki Prosentase

    (%)Perempuan Prosentase

    (%)Februari 2007 501 7.428 57 5.571 43Maret 2007 742 5.240 45 6.459 55

    Adapun Isi materi penguatan adalah: Kebijakan, Tugas dan Fungsi, Konsepsi PPK, Penggalian Gagasan, MMD, Visi Desa, Pengenalan UPK & BKAD, Pembukuan Kelompok, dan Sistem Pelaporan.

  • Halaman 23 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    III.3. PENGEMBANGAN PROGRAMPPK yang dimulai sejak tahun 1998 telah melahirkan lembaga pengelola kegiatan baik di tingkat kecamatan maupun desa. Keberadaan lembaga ini perlu dipelihara dan dikembangkan karena manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam memelihara lembaga yang terbentuk adalah melalui kebijakan perlindungan dan pelestarian hasil-hasil PPK serta dikuatkan dengan PP No. 72/2005 mengenai BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa). Pada Mei 2007, KM-Nasional mencoba merumuskan strategi yang mendukung kebijakan pemerintah melalui: pemetaan kelembagaan dan pelatihan bagi UPK potensial.

    Selain itu, beberapa proyek percontohan diterapkan di lokasi PPK dengan menggunakan prinsip dan prosedur PPK seperti: P2SPP, Pilot Pendidikan, dan Pilot Kesehatan/Water Sanitation telah dilaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai departemen. Perkembangan kegiatan P2SPP pada Mei 2007 belum dapat dilaporkan karena personil KM-Nasional yang mengelola kegiatan ini cukup disibukkan oleh tugas-tugas persiapan PNPM-PPK yang diberikan oleh Tim Pengendali PNPM Nasional.

    PROYEK PERCONTOHAN P2SPPPada bulan April 2007, kegiatan P2SPP mulai mempersiapkan workshop nasional P2SPP yang meliputi: penyusunan TOR, penyusunan materi, rapat persiapan teknis, penyiapan agenda, penyiapan cheklist dll. Di samping itu koordinasi dengan TK-PPK/P2SPP Kabupaten dan provinsi lokasi P2SPP dilakukan untuk memantau progres P2SPP di lokasi lama dan persiapan workshop serta mempelajari beberapa PTO P2SPP lokasi baru, khususnya pada klausul-klausul spesifik. Adapun laporan perkembangan kegiatan P2SPP di lokasi lama hingga April 2007 diuraikan pada Tabel 29.

    Tabel 29. Perkembangan Kegiatan P2SPP per April 2007

    No. LokasiPenyaluran

    dana (miliar Rp)Prosen-tase (%)

    Progres Siklus II(ta. 2007)

    1. Batanghari 4,955 99,10 pelaksanaan P2SPP sampai pada persiapan musyawarah pendanaan kabupaten. Berdasarkan hasil Desain dan RAB yang telah disusun, ada 20 kegiatan fisik prasarana yang terdanai dengan total dana Rp4 miliar; dana SPP sebesar Rp1 miliar.

    2. Boyolali 5,000 100,00 musrenbang kabupaten yang merupakan rangkaian dari kegiatan forum SKPD/gabungan SKPD untuk menentukan prioritas usulan yang akan didanai dengan dana BLM P2SPP.

    3. Ngada 4,966 90,29 Musrenbang Kecamatan di seluruh kecamatan, dan persiapan pelaksanaan Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten

    4. Minahasa Selatan

    Musrenbang Kabupaten. Sekitar 40% usulan kecamatan telah divalidasi

    Untuk kab. Batanghari, Pada bulan April 2007 kegiatan P2SPP sesuai alur sampai padatahapan musyawarah pertanggungjawaban kecamatan (7 kecamatan), sedangkan satu kecamatan yakni Kecamatan Pemayung yang belum melaksanakan musyawarah pertanggungjawaban kecamatan karena progres fisik baru 80%. Sedangkan kab. Boyolali, seluruh desa telah melaksanakan musyawarah desa pertanggungjawaban II (cost sharing APBN) dan sebagian besar telah menyelenggarakan MAD pertanggungjawaban dan serah terima. Di kab. Ngada, rata-rata progres fisik yang dicapai secara akumulatif adalah 90,84% dan di kab. Minahasa Selatan, rata-rata

  • Halaman 24 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    progres fisik dan biaya telah mencapai 100%, kecuali pembangunan puskemas pembantu di desa Tondei (kecamatan Motoling) yang baru mencapai 95% dan pembangunan sarana air bersih di desa manilow, Kecamatan Tenga yang mencapai 90%.

    Permasalahan dan Rekomendasi1. Konsep integrasi belum dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat dan perangkat

    Desa/Kecamatan serta komponen pendukung belum secara optimal disiapkan oleh Pemerintah Daerah. Masih adanya Hasil Musrenbang Desa yang usulannya merupakan gabungan antara

    kebutuhan jangka pendek dan menengah. Komponen pendukung yang terkait dengan penentuan penganggaran belum

    diketahui pada saat Musrenbang baik di Desa maupun di Kecamatan, sehingga usulan yang mestinya cukup sampai di Desa dan Kecamatan tetap diusulkan sampai ke tingkat Kabupaten.

    Pendampingan kepada masyarakat terutama di tingkat Desa (Penggalian gagasan, Musyawarah Dusun dan Musyawarah Desa) yang independen belum dilakukan secara optimal bahkan cenderung dilepas (mengandalkan Aparat Desa yang kurang independen), termsuk pendokumentasian terhadap hasil pertemuan yang kurang.

    2. Kualitas Musrenbang di sebagian Kecamatan khususnya pada pembahasan dan penentuan skala prioritas belum secara optimal dilakukan secara demokratis, hal ini disebabkan karena : Kemampuan berfikir peserta Musrenbang yang terbatas untuk membahas usulan

    yang cukup banyak termasuk sumber dana yang belum dapat dipastikan. Biaya Musrenbang terbatas, sehingga keputusan yang ada setengah dipaksakan. Kurangnya persiapan panitia/fasilitator khususnya dalam hal indikator penilaian

    sebagai acuan penentuan skala prioritas.3. Peran/dukungan anggota DPRD dalam Musrenbang Kecamatan belum optimal,

    sehingga aspirasi masyarakat yang dibahas dalam Musrenbang tidak sepenuhnya dipahami oleh anggota DPRD dan akan berdampak pada tahapan di tingkat Kabupaten.

    4. Komitmen sebagian Satker dalam forum SKPD/Gabungan SKPD belum optimal, hal ini terlihat masih adanya Satker yang belum siap baik secara administrasi (Rencana Kerja) maupun personal (Delegasi yang mewakili Satker).

    Rekomendasi1. Agar model pembangunan partisipatif dapat terintegrasi dalam kebijakan

    manajemen pembangunan daerah dan kualitas Musrenbang lebih baik, maka: Perlu dilakukan peningkatan kapasitas bagi minimal Kepala Desa dan Ketua BPD

    dengan materi tentang Menejemen Pembangunan Partisipatif, target yang diharapkan Pemerintahan Desa mampu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Pendek dan Menengah (RPJP dan RPJM).

    Tersedia Alokasi Dana Desa (ADD) yang cukup untuk membiayai urusan yang menjadi kewenangannya dan informasi tersebut dapat diketahui pada saat Musrenbang Desa.

    Mengoptimalkan fungsi pendampingan khususnya bagi Setrawan baik Kecamatan maupun Kabupaten, termasuk Kader Desa, Pendamping Lokal Tingkat Kecamatan dan Kabupaten yang semuanya untuk memdampingi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian pembangunan.

    Perlu adanya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tingkat Kecamatan dan menyerahkan kewenangan pelaksanaan kepada masyarakat (secara swakelola)

  • Halaman 25 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    baik dari dana BLM maupun kegiatan kegiatan SKPD yang volumenya relatif kecil dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat.

    2. Setelah dilaksanakannya Semiloka bagi semua anggota DPRD dan SKPD, sebagai bagian dari kegiatan pendukung P2SPP perlu ada evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan yang melibatkan Satker, Tokoh Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dll. Hal ini dimaksudkan agar anggota DPRD memperoleh informasi yang lengkap dan benar mengenai permasalahan atau aspirasi masyarakat dan secara bersama sama membahas strategi bila terjadi masalah.

    KELEMBAGAAN LOKALUPK sebagai salah satu lembaga yang dilahirkan oleh PPK mempunyai keunggulan pada aspek kualitas kegiatan kolektif selama program berlangsung. Hal ini tercermin dari adanya penjelasan status kepemilikan, mekasnisme keterwakilan, dan batas kewenangan. Namun setelah program berakhir, sangat dimungkinkan bahwa UPK tidak dapat bertahan lama. Pemerintah, dalam hal ini Dirjen PMD, telah berupaya untuk melestarikan UPK sebagai salah satu hasil PPK melalui PP No. 72/2005 yang menyatakan bahwa lembaga pengelola di kecamatan atau antardesa dikuatkan secara legal standingdalam bentuk Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD).

    Mengingat besarnya manfaat UPK yang dirasakan masyarakat dan untuk mendukung upaya pemerintah, KM-Nasional merencanakan pelatihan UPK-BKAD yang akan dilaksanakan pada bulan November Desember 2007 selama 3 hari efektif. Pelatihan ini ditujukan dalam rangka memperkuat legalitas dan operasional UPK-BKAD agar mampu mengembangkan diri secara organisasi dan sebagai pengelola keuangan (pinjaman), pelaksana program (fungsi participatory development agency), serta penguatan dan pembinaan TPK dan kelompok masyarakat.

    Sebelum dilakukan pelatihan, tingkat perkembangan kelembagaan PPK di tingkat kecamatan perlu diinventarisir kembali berdasarkan kategori yang telah ditetapkan. Pemetaan perkembangan lembaga ini juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kebijakan nasional dan pengambilan keputusan pembangunan di tingkat lokal, sebagaimana tertuang dalam kebijakan PTO PNPM-PPK 2007. Diharapkan pada Juli 2007, rekapitulasi pemetaan perkembangan kelembagaan PPK ini dapat dihasilkan.

    PENDIDIKAN DAN KESEHATANProyek percontohan yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan, akan digulirkan kembali dalam PNPM-PPK 2007. Untuk bidang pendidikan, disepakati akan menggulirkan kembali Pilot Pendidikan yang telah berhasil dilaksanakan di 4 provinsi lokasi PPK (Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat). Sedangkan Pilot Kesehatan tidak dilanjutkan kembali, tetapi akan diterapkan proyek pilot yang mengintegrasikan bidang kesehatan dan pendidikan, yaitu PNPM Generasi. Hingga Mei 2007, perkembangan kegiatan masih dalam tahap persiapan-persiapan.

    Pilot PendidikanSetelah melalui beberapa pembahasan, akhirnya disepakati bahwa kegiatan pilot pendidikan akan dilanjutkan kembali untuk periode satu tahun. Untuk itu, perlu disusun kembali PTO Pilot Pendidikan dan anggaran dana kegiatan untuk tahun 2007 2008. Selain itu, anggaran dana dan modul pelatihan penyegaran untuk FK-Pendidikan perlu dikaji ulang. Hal yang cukup penting juga dalam menerapkan kembali pilot ini adalah pembuatan nota kesepakatan (MoU) antara Depdiknas dan Ditjen PMD, di samping pengajuan DIPA untuk BLM Pilot Pendidikan sebesar Rp9,618 milliar atau sebesar $1,057 juta plus sisa dana DIPA 2006.

  • Halaman 26 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    PNPM Generasi PNPM Generasi akan segera diterapkan tahun ini. Kegiatan akan menggunakan dana hibah negeri Belanda sebesar Rp45,542 miliar atau $5,005 juta untuk 21 kecamatan dan 108 lainnya merupakan pinjaman. Berbagai persiapan terus diupayakan, diantaranya:a. Memproses dana untuk masuk dalam DIPA dan telah selesai bagi lokasi PNPM

    Generasi tambahan sebanyak 21 Kecamatan;b. Pembahasan modul pelatihan TOT dan pelatihan pra tugas FK khusus PNPM Generasi;c. Perbaikan anggaran untuk PNPM Generasi, terutama untuk pelaksanaan TOT dan

    pelatihan Pratugas FK;d. Persiapan dokumen dan kelengkapan lainnya sebagai persyaratan terbitnya NoL Bank

    Dunia untuk kegiatan TOT PNPM Generasi dan pelatihan Pratugas FK PNPM Generasi.

    Masalah dan RekomendasiImplementasi kegiatan pilot pendidikan belum dapat segera direalisasikan karena sampai saat ini dana BLM Pilot Pendidikan belum masuk ke dalam DIPA. Diharapkan PMD segera membuat surat penetapan lokasi Pilot Pendidikan dan memasukkan BLM pada DIPA. Untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan pendidikan maupun kesehatan, perlu alat monitoring yang efektif. Perlu kerjasama yang solid di antara pihak-pihak yang terkait (Depdiknas, Depkes, Ikatan Bidan Indonesia, Sekretariat PMD dan konsultan PPK) untuk merumuskan alat monitoring, di samping kerjasama dalam pengelolaan program. Akan tetapi, kerjasama (antara PMD dengan Departemen Kesehatan) dalam pelaksanaan PNPM Generasi belum terwujud.

  • Halaman 27 dari 39 Laporan KM-Nasional PPK Bulan Mei 2007

    IV. MONITORING DAN EVALUASI

    Indikator kinerja monev masih terus dibahas, mengingat perannya sangat penting dalam mengawal program. Salah satu alat evaluasi, yaitu laporan tahunan 2006 dan laporan akhir PPK II sedang disusun dan dalam tahap finalisasi. Hingga Mei 2007, berhasil dilakukan audit di 268 kabupaten dan 2.006 kecamatan dengan temuan selisih dana yang belum dapat dipertanggungjawabkan oleh UPK sejumlah Rp17,381 miliar.

    Tim monitoring dan evaluasi (monev) masih harus menyelesaikan agenda finalisasi laporan tahunan dan laporan akhir kegiatan PPK II. Kegiatan ini terhambat akibat banyaknya agenda persiapan PNPM, terutama pelatihan. Di samping itu, terkait dengan akan diterapkannya PNPM oleh dua program yaitu PPK dan P2KP, Bappenas mengundang KM-Nasional untuk membahas indikator kegiatan monitoring dan evaluasi. KM-Nasional berprinsip bahwa kegiatan monev adalah untuk memastikan seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan prinsip/prosedur yang ditetapkan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan program. Selain itu, monev ditujukan untukmelihat kinerja semua pelaku program.

    IV.1. KUNJUNGAN LAPANGANPelatihan penyegaran untuk FK dan PJOK mulai diselenggarakan pada bulan ini. Beberapa provinsi dipandang penting untuk diberi dukungan dan pemantauan dalam pelaksanaannya sebagai sampel evaluasi terhadap kegiatan pelatihan. Tercatat 12 jenis tujuan lain dari kunjungan lapangan yang menghabiskan waktu sebanyak 161 hari kerja.Tujuan perjalanan yang mendominasi adalah supervisi monitoring pelatihan (7 orang) dan supervisi monitoring bersama TKPPK (9 orang) seperti ditunjukkan Tabel 30.Sebanyak 22 orang (61% dari 36 personil KM-Nasional) melakukan perjalanan dinas ke 20 provinsi dan yang paling banyak dikunjungi adalah Sumatera Utara untuk empat tujuan yang berbeda.

    Tabel 30. Realisasi Kunjungan Lapangan Per Mei 2007

    LOKASINO. NAMA

    PROVINSI

    KEGIATAN YANG DILAKUKAN

    Lama (hari)

    TotalPerja-lanan

    Prosen-tase(%)

    1 Chamiyatus Sidqiyah

    Jawa TimurSupervisi dan Monitoring

    Pelatihan Penyegaran FK dan PJOK

    6 6 19

    2 Soenoe Widjajanti Jawa TengahSupervisi dan Monitoring

    Pelatihan Penyegaran FK dan PJOK

    6 6 19

    3 Nofrizal Sulawesi Tenggara

    Supervisi dan Monitoring Pelatihan Penyegaran FK dan

    PJOK6 6 19

    4 Suudi Noor Nanggroe Aceh Darussalam

    Supervisi dan Monitoring Pelatihan Penyegaran FK d