Upload
lita-paramita
View
96
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Rob
yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua. Patutlah
kami bersyukur kepada Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan LBM 2 dalam blok Management of Oromaxillofacial Diseases and
Disorder.
Laporan LBM 2 ini membahas tentang etiologi dan patogenesis
kista dentigerous, manajemen perawatan kista dentigerous yang meliputi
indikasi dan teknik enukleasi serta kelainan-kelainan yang ditimbulkan.
Selain itu kami juga membahas penatalaksanaan kista dentigerous setelah
dilakukan bedah enukleasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, saran-saran dari tutor akan kami
terima dengan terbuka.
Semoga apa yang kami curahkan dalam laporan ini dapat memberi
pengetahuan/informasi untuk mengabdi kepada masyarakat kelak ketika
menjadi dokter gigi nantinya. Amin ya rabbal ‘alamin.
Jazakumullahi khoiru jaza’
Skenario LBM 2 BLOK 18
Yosi 53 year old have visitied RSIGM Unissula complaning of painless
golf-ball size swelling in the right molar region of the mandible. It was gradually
increasing in size for the last five years. Clinical examination revealed a soft
swelling fixed to the mandible. The obvious swelling in the lower jaw did not
concern him proviously, since it had been present for years.
Extraoral examination revealed facial asymetry, right facial swelling. Mass
(+), solid, no pain, no fluctuation, ping-pong ball phenomenon (+) was discovered
during extraoral palpation, intraoral examination revealedunerupted lower right
third molar with firm enlargement wxtending from the second molar. The
overlying mucosa had a normal aspect. Detailed examination of the second molar
revealed no mobility to tenderness to palpation . mass (+), solid no pain,
fluctuation (+) was detected during intraoral palpation.
The patient was consulted to radiology for suporting diagnose. The result
led to the conclusion that the definitive diagnose was a dentigerous cyst and were
managed by surgical enucleation.
I. PENDAHULUAN
Kista adalah rongga patologis yang dibatasi epitelium. Kista berisi
cairan atau setengah cairan yang bukan akumulasi dari pus atau darah.
Lapisan epitelium itu sendiri dikelilingi oleh jaringan ikat fibrokolagen.
Infeksi gigi yang kronis dapat menjadi salah satu faktor
terbentuknya kista. Diagnosa kista ditentukan dengan rontgen photo dan
pemeriksaan cairan untuk menemukan kristalkolestrol (kolestrin). Kista ini
dapat menjadi fokal infeksi dan ada jenis kista yang dapat berubah menjadi
maligna.
Pada stadium permulaan kista tidak menimbulkan keluhan-keluhan
sehingga kista yang kecil ditemukan secara kebetulan dari gambaran foto
rontgen. Tetapi lama-kelamaan kista ini akan bertambah dan akhirnya
pasien mengeluh karena adanya benjolan atau komplikasi-komplikasi yang
terjadi. Di daerah mulut, kista yang terjadi ada yang berasal dari jaringan
gigi dan adapula yang bukan berasal dari jaringan gigi.
Diagnosa ditegakkan melalui anamnesi, pemeriksaan klinis,
radiografik, pemeriksaan punksi aspirasi cairan kista, pengamatan selama
operasi pengangkatan kista, dan pemeriksaan histopatologik. Secara garis
besar kista dapat dibagi menjadi kista developmental dan kista
inflamatory. Kista developmental terbagi menjadi kista odontogenik yaitu
kista yang berasal dari sisa-sisa epitelium pembentuk gigi (epitelium
odontogenik) dan kista non odontogenik.
Kista dentigerous yaitu dari berkembangnya poliferasi enamel
yang tersisa atau pembentukan epitelium enamel, dapat bertambah besar
dan menyebabkan ekspansi sehingga meresorpsi tulang-tulang. Biasanya
primordial timbul dari pemecahan retikulum stelata organ enamel sebelum
terbentuk struktur gigi. Bermula adanya impaksi pada gigi akibat lengkung
rahang yang terlalu sempit. Adanya akumulasi cairan antara epitel email
yang tereduksi dan mahkota gigi, tekanan cairan akan mendorong dan
terjadi poliferasi epitel email yang tereduksi dalam kista. Email epitelium
yang tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi namun
terbentuk sempurna
II. RUMUSAN MASALAH
Dari scenario yang sudah kami baca sebagai latar belakang pada
LBM 2 ini, kami menganalisis dan mendapatkan beberapa masalah yang
timbul. Yaitu mengenai kista odontogeroud dan penatalaksanaannya.
Pada step pertama kami membahas mengenai kata-kata yang belum
di mengerti yang terdapat dalam scenario diatas terdapat kata bedah
enukleasi, kista dentigerous dan fenomenal bola ping-pong. Bedah
enukleasi adalah pengangkatan lesi kista tanpa terjadinya perpecahan pada
kista, lesi kista diambil sampai kapsulnya. Kista dentigerous adalah kista
yang terbentuk di sekitar mahkota gigi yang belum erupsi biasanya terjadi
secara bilateral juga dapat terjadi pada gigi supernumery, kista
odontogenik yang mengalami perkembangan mengelilingi mahkota gigi
yang tidak bererupsi terjadi akibat akumulasi cairan antara epitel email
yang tereduksi paling sering pada M3 RB, kantung yang terdiri dari
jaringan ikat yang berlapiskan epitel squamos berlapis yang mengelilingi
mahkota gigi yang tidak erupsi ataupun anomali, kista dentigerous
berkembang dari epitel folikular dan epitelium polikuler yang memiliki
suatu potensi untuk tumbuh besar berdiferensiasi (perkembangan yang
tidak teratur dan berubah membentuk suatu kantong baru) dan
berdegenerasi. Sedangkan fenomenal bola pingpong merupakan fenomena
yang terjadi pada saat palpasi dengan masa yang menonjol ikut bergerak
didalam suatu masa biasanya disertai dengan destruksi tulang yang tipis
dan apabila palpasi diangkat akan kembali seperti semula.
Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan berbagai
pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah utama yang sesuai
dengan scenario diatas. Di dapatkan ada 15 pertanyaan yang telah
disampaikan dan disetujui oleh semua anggota SGD kami. Pertanyaan
tersebut terdiri dari :
1. Etiologi kista dentigerous ?
2. Patofisiologi kista dentigerous ?
3. Indikasi dan teknik dari bedah enukleasi ?
4. Komplikasi dari kista dentigerous, Apakah kista dentigerous dapat
berpotensi menjadi ganas ?
5. Gambaran klinis dan radiografis dari kista dentigerous ?
6. Keuntungan dan kerugian enukleasi ?
7. Macam-macam kista secara umum ?
8. Bagaimana bisa terjadi fenomena bola pingpong ?
9. Mengapa pada EO tidak didapatkan fluktuasi tapi di IO ada fluktuasi,
mengapa bisa terjaid hal tersebut ?
10. Jenis dari kista dentigerous ?
11. DD dari kista dentigerous ?
12. Pemeriksaan menunjang dari kista dentigerous?
13. Apakah ada penatalaksanaan lain selain enukleasi, serta apakah
kelebihan dan kekurangannya?
14. Perawatan lanjutan setelah dilakukan bedah enukleasi ?
III. PEMBAHASAN
Macam-macam kista secara umum menurut WHO ada 2, yaitu
sebagai berikut :
a. Kista Developmental :
- Kista odontogenik yaitu kista yang berhubungan dengan mahkota
dan akar gigi, yang termasuk dalam kista odontogenik adalah kista
dentigerous, kista erupsi, kista lateral periodontal.
- Kista non odontogen yaitu kista yang tidak berhubungan dengan
gigi, misalnya kista fisural (nasolabial, kista median, kista globulo
maxilaris dan kista retensi) dan juga kista retensi (berupa mukokel
dari obstruksi kelenjar mino dan ranula obstruksi kelenjar mayor)
b. Kista Inflamatory adalah kista yang terjadi karena adanya
inflamasi, berikut adalah yang etrmasuk dalam kista inflamatory :
- Kista residual radikular --> terdapat pada pasien edentolous
(tidak punya gigi) terjadi bila gigi yang dicabut ada granuloma
atau kista kecil atau adanyasisia epitel maleseiz yang tertinggal
sehingga berkembang menjadi pesat.
- Kista radikular --> kista yang berasal dari sisa-sisa epitel
malaseiz yang terjadi karena infeksi pada gigi yang mengalami
nekrosis.
Selain dari klasifikasi kista yang ada diatas juga ada kista
paradental merupakan kista odontogenik yang mengalami peradangan
yang disebabkan oleh gigi molar 3 yang impaksi dan mengalami
perikoronitis.
Etiologi kista dentigerous yaitu dari berkembangnya poliferasi
enamel yang tersisa atau pembentukan epitelium enamel, dapat bertambah
besar dan menyebabkan ekspansi sehingga meresorpsi tulang-tulang.
Biasanya primordial timbul dari pemecahan retikulum stelata organ
enamel sebelum terbentuk struktur gigi. Bermula adanya impaksi pada gigi
akibat lengkung rahang yang terlalu sempit. Adanya akumulasi cairan
antara epitel email yang tereduksi dan mahkota gigi, tekanan cairan akan
mendorong dan terjadi poliferasi epitel email yang tereduksi dalam kista.
Email epitelium yang tereduksi yang berasal dari organ email dan
selubung gigi namun terbentuk sempurna. Akibat adanya odontoma yaitu
tumor yang berasal adanya reduksi dari enamel dentin sementum dan
jaringan pulpa yang belum matang.
Tanda dan gejala kista biasanya diketahui dari gambaran klinisnya,
berikut ialah gambaran klinis dari kista dentigerous :
a. Pasien mengalami asimetri wajah
b. Pembengkakan keras
c. Berkembang disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi
d. Tidak sakit kecuali ada infeksi
e. Terjadi pada gigi M3 RB caninus RA dan premolar RB karena
berpotensi mengalami impaksi
f. Terdapat krepitasi (padahal ada kerusakan pada tulangnya,
seperti memecahkan kulit telur)
g. Berkembang pada satu gigi tapi juga bisa menyerang beberapa
gigi yang berdekatan jika kistanya membesar juga dapat
menyebar ke tulang dan menyebabkan kerusakan
h. Kista dentigerous bersifat solitaire dan bisa multiple jika terjadi
bersama sindrom carcinoma sel basal nevoid
i. Kista yang dekat dengan permukaan akan berwarna biru terang
dan mukosa yang menutupinya sangat tipis
Gambaran histopatologi dari kista dentigerous adalah
ditemukannya fibrosa jaringan pendukung yang menunjukkan adanya
epitel squamos yang stratifikasi, pada kista dentigerous yang tidak
terinflamasi memiliki epitelium yang tidak berkeratin dan memiliki sel
layer kadang di temukan sel mukosa, sel siliasi dan sel sebaseus pada
epitelium lining. Pada pemeriksaan radiografik ditemukan tidak
adanya gambaran radiopak yang mengelilingi jika sudah terinfeksi.
Suatu lesi radiolusen yang terdemakasi dengan baik menyerang pada
sudut akut pada daerah suatu gigi yang tidak erupsi. Lesi berkembang
4-5 cm dalam waktu 3-4 tahun.
Ada 3 tipe cara kista mengenai gigi yang impaksi, ialah sebagai
berikut:
a. Tipe sentral diatas mahkota menggelembung pada mahkota
atas, yang paling banyak dan sering karena kista mengelilingi
mahkota secara simetris sehingga kista ini menggerakan gigi
kearah berlawanan dengan erupsi normal, bila terjadi pada m3
bawah maka gigi m3 bawah ditemukan pada tepi bagian bawah
pada ramus ascendens, apabila kista menyerang gigi kaninus atas
maka gigi kaninus akan tertekan pada dasar orbital atas, bila
menyerang insisiv atas maka gigi dapat sampai dasar sinus nasalis.
Terbentuk sebelum degenerasi dari email.
b. Tipe lateral disebelah mesial atau distal, meluas jauh dari gigi
namun hanya terjadi sekitar mahkota gigi kista ini dapat
memiringkan gigi atau menggantikan gigi ke arah sisi yang terlihat.
Terbentuk setelah bagian oklusal terdapat dental kutikel
c. Tipe circumferensial semua bagian gigi terkena tapi dimulai
dari bagian servical kebawah menuju akar, jadi pada tipe ini
seluruh email pada leher gigi dapat menjadi kista dentigerous.
Patofisiologi kista dentigerous ialah 50% dari kista odontogen
terutama dari M3 karena faktor predisposisi --> inflamasi (akumulasi cairan
folikuler terbentuk dan membuat kavitas kecil, sehingga terjadi peningkatan
volum dipicu adanya suatu foramen apikal yang diisi jaringan granulasi)-->
jaringan granulasi --> didukung kesadaran dari pasien yang kurang --> dari
granuloma membentuk suatu kista yang berisi cairan kolestrin --> berkembang
dan berpoliferasi --> voulumenya bertambah besar --> lalu membentuk
tekanan hidrostatik didalam rongga lebih besar daripada tekanan diluar -->
destruksi tulang terjadi (berawal dari kista yang menembus tulang berongga
kemudian menyebar ke korteks dan jaringan lunaknya apabila terus-menerus
dibiarkan) sehingga mengakibatkan adanya fluktuatif pada penampakan
klinisnya.
Patofisiologi kista secara umum yang terinfeksi : bisa melalu gigi
vital--> terdapat pocket pada jaringan periodontal dan pada gigi yang non vital
--> adanya nekrosis pulpa yang berasal dari bakteri yang masuk dari canalis
dentin ke foramen apikal lalu ke jariangan apikal dan menyebar secara
radialis) --> inflamasi (akumulasi cairan folikuler terbentuk dan membuat
kavitas kecil/tahap inisiasi, sehingga terjadi peningkatan volum dipicu adanya
sel malaseiz pada membran periodontal untuk berpoliferasi untuk membentuk
dan menutup tepi granuloma sampai terbentuk adanya lapisan pada inti
granulasi dan sel-sel isi infiltrasi, pada tahap poliferasi epitel terjadi
peningkatan area permukaan pada kapsul kista yang dipengaruhi adanya
aktivitas kolagenase yang meningkat disebut dengan tekanan hidrostatis) suatu
foramen apikal yang diisi jaringan granulasi --> kemudian dari granuloma
membentuk suatu kista yg berisi cairan kolestrin --> masuk ke tulang dan
memacu osteoclast sehingga destruksi tulang terjadi.
Infeksi odontogen melalui pembuluh darah akan berwarana ungu atau
biru tua. Pembesaran kista meliputi pembesaran volum, poliferasi epitel dan
adanya resorbsi tulang.
Terjadi fenomena bola pingpong dikarenakan kista yang lama-
kelamaan bisa menjadi besar dan adanya tekanan hidrostatik,
mengakibatkan erosi tulang kortikal sehingga terdengar krepitasi saat
palpasi karena terjadi penipisan pada tulang. Krepitasi dari kapsul akan
kembali kebentuk semula sehingga disebut fenomena bola pingpong
diakibatkan tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar.
Terdapat fluktuasi karena kista berada pada submukosa pada IO,
sedangakan tidak ada fluktuatif karena belom sampe subkutan sehingga
tidak terjadi fluktuasi pada EO. Fluktuatif terjadi karena ada
pembengkakan pada alveolar ridge.
Didapatkan diagnosa banding dari kista dentigerous, berbagai
macam kelainan lainnya yang mempunyai kemiripan bentuk dengan kista
dentigerous, adalah sebagai berikut :
a. Ameloblastoma : gambaran radiografy mirip, tapi ameloblastoma
terdapat lobul sedangkan kista dentigerous tidak ada.
b. Kista Odontogenik keratosis : kista dentigerous dari epitel email yang
tereduksi, secara histologi sama, tapi odontogenik mengelilingi m3 RB
paling banyak dari sisa epitel gland of serous, giginya sudah tumbuh
karena adanya sisa-sisa epitel.
c. Ameloblastik fibroma : sama-sama terjadi pada posterior, ada lesi pada
ameloblastik fibroma
d. Kista erupsi : memiliki gambaran klinis yang sama hanya berbeda pada
etiologinya yaitu terdapat pada gigi decidui yang mengalami erupsi
e. Kista dentigerous : tipe circumverensial menyerupai kista redikular,
bedanyaa adanya infeksi pada gigi vital dan non vital pada kista
radikular, gambaran radiolusen sama.
Perbedaan ameloblastoma unikistik dengan kista dentigerous yaitu
jika ameloblastoma unikistik terdapat masa, sedangkan kista dentigerous
hanya cairan, selain itu dapat diketahui setalah dilakukan biopsi,pada
gambaran rediografik antara ameloblastoma unikistik dengan kista
dentigerous adalah sama.
Kista dentigerous bisa terjadi komplikasi, apabila tidak dirawat dan
tidak ditransformasi dari sel epitel lining sehingga dapat menjadi
ameloblastoma dan kemungkinan lagi bisa bertransformasi menjadi
karsinomatous.
Indikasi dari bedah enukleasi yaitu dilakukan pada kista yang
paling kecil kurang dari 2cm sehingga tidak melibatkan banyak struktur
jaringan, kista odontogenik keratosis karena dapat mengakibatkan rekurent
yang tinggi. Kontraindikasinya yaitu kista yang berukuran besar lebih dari
2cm membahayakan daerah sekitar. Berikut ini adalah teknik dari bedah
enukleasi sebagai berikut :
o Insisi flap mukoperiosteal akses ke kista(ukuran besar) dari
labial plate of bone, melakukan oseus window (pembukaan
akses ke kista)
o Lalu mengenukleasi kista dengan blate thin, permukaan yg
cekung harus menghadap ke tulang yang cembung untuk
melakukan pemotongan distal harus dengan hati-hati karena
dapat mengakibat rekurent
o Enukleasi tidak boleh hancur tulangnya, harus benar-benar
bersih
o Saat kista diangkat, kavitas harus benar diangkat..jika ada kista
yg tertinggal maka dilakukan irigasi lalu mengkuret jaringan
kista yang tertinggal
o Sebelum menutup kavitas agar dihaluskan tulang tsb dengan
bone file,
o Apabila terjadi detruksi tulang bisa direkontruksi dengan bone
graft
Keuntungan enukleasi yaitu sebagai pemeriksaan patologi dari
seluruh kista yang dapat dilakukan, jika akses flap mukoperiosteal sudah
sembuh pasien tidak merasa terganggu lebih lama, semua pelapis kista
dihilangkan oleh karena itu tidak ada kekhawatiran akan adanya perubahan
keganasan, dan dapat terjadi penyembuhan yang cepat. Sedangkan
kerugian dari enukleasi adalah adanya fraktur rahang, devitalisasi pada
gigi, banyak jaringan normal yang terlibat, kurang bersihnya kuretase
dapat terjadi komplikasi, dan untuk pasien usia muda benih gigi yang tidak
erupsi terlibat dengan kista ikut diekstraksi atau dihilangkan.
Pemeriksaan menunjang yang dilakukan dalam menangani kista
dentigerous adalah dengan rontgen, cek laborat histopatologi, biopsi
(dilakukan pada lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui
etiologi dasarnya, inflamasi yang tidak dapat merespon perawatan lokal,
lesi-lesi yang memiliki tanda-tanda keganasan), selain itu juga dapat
dilakukan aspirasi cairan.
Penatalaksanaan lain selain enukleasi yaitu dapat dilakukan
marsupialisasi untuk memperkecil resiko rekurent. Kekurangan dari
enukleasi yaitu sulit dilakukan, karena pasien harus di irigasi berulang-
ulang. Indikasi dari enukleasi yaitu untuk membuka jaringan luka yang
dekat dengan struktur vital, membentuk kantong dan diambil isinya. Jika
dilakukan kuretase harus benar-benar bersih dan hati-hati.
Perawatan lanjutan setelah dilakukan bedah enukleasi bisa
dilakukan medikasi yang meliputi pemberian antibiotik profilaksis
(dengan premedikasi sistemik), antiinflamasi, dan juga analgesik.
Medikasi tersebut bertujuan untuk mengguraksi infeksi bakteri serta
mengurani pembengkakan dan rasa nyeri yang timbul setelah dilakukan
pembedahan enukleasi. Saat operasi impaksi kurang bersih dalam kuretase
dapat mengakibatkan kista rekurent.
IV. CONCEPT MAPPING
Infeksi Odontogen
Kista Dentigerous Pemeriksaan
Etiologi Molar 3 unerupted Subjektif IO EO Penunjang
Tipe-tipe Kista dentigerous DD
Gambaran Klinis
Patofisiologi
Perawatan
Enukleasi(lesi kecil) Marsupialisasi(lesi besar)
Keuntungan Kekurangan
Buruk
Recurent
V. KESIMPULAN
Macam-macam kista secara umum menurut WHO ada 2, yaitu yang
pertama Kista Developmental meliputi Kista Odontogenik yaitu kista yang
berhubungan dengan mahkota dan akar gigi, yang termasuk dalam kista
odontogenik adalah kista dentigerous, kista erupsi, kista lateral periodontal)
dan Kista non odontogen yaitu kista yang tidak berhubungan dengan gigi,
misalnya kista fisural (nasolabial, kista median, kista globulo maxilaris dan
kista retensi) dan juga kista retensi (berupa mukokel dari obstruksi kelenjar
mino dan ranula obstruksi kelenjar mayor). Yang kedua adalah Kista
Inflamatory yaitu Kista Residual dan Kista Radikular. Infeksi odontogen
melalui pembuluh darah akan berwarana ungu atau biru tua. Pembesaran kista
meliputi pembesaran volum, poliferasi epitel dan adanya resorbsi tulang.
Kista Dentigerous bisa terjadi komplikasi, apabila tidak dirawat dan
tidak ditransformasi dari sel epitel lining sehingga dapat menjadi
ameloblastoma dan kemungkinan lagi bisa bertransformasi menjadi
karsinomatous. Penanganan kista Dentigerous sebaiknya dilakukan bedah
enukleasi. Pemeriksaan menunjang yang dilakukan dalam menangani Kista
Dentigerous adalah dengan rontgen, cek laborat histopatologi, biopsi
(dilakukan pada lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui
etiologi dasarnya, inflamasi yang tidak dapat merespon perawatan lokal, lesi-
lesi yang memiliki tanda-tanda keganasan), selain itu juga dapat dilakukan
aspirasi cairan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
- Burket. Oral Medicine diagnosa & treatment 10th edition. BC Decker.
Inc.London : 2003
- Bhalaji. Oral and maxillofacial surgery
- White SC & Pharoah. Oral radiology 5th ed. Mosby. St Louis. 2000
- Peterson. Contemporary oral and Maaxillofacial Surgery. 2nd ed. CV
Mosby Comapany. 1993