23
LAPORAN PENDAHULUAN SISTITIS A. Pengertian Sistitis adalah inflamasi kendung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth, 2002). Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. (Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432) Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal 1262) B. Klasifikasi Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu; 1. Sistitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. 2. Sistitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. C. Etiologi

LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTITIS

A. Pengertian

Sistitis adalah inflamasi kendung kemih yang paling sering disebabkan oleh

menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth, 2002).

Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh

penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari

uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian

kateter atau sistoskop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2.

hal.1432)

Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien

wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing.

Hal 1262)

B. Klasifikasi

Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;

1. Sistitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat

terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi

prostat dan striktura uretra.

2. Sistitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari

penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

C. Etiologi

       Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat

menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau

kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter,

serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa

komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada

infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan

manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.

Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari

meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi

yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena

adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik

bladder) atau karena infeksi dari usus.

D. Tanda dan Gejala

Pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada sistitis adalah ;

a)       peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal

b)       disuria karena epitelium yang meradang tertekan

c)       rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal

d)       rasa ingin buang air kecil

e)       hematuria

f)       demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah

E. Patofisiologi

            Sistitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum

disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul

dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian

bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.

1. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:

Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih

yang terinfeksi.

2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui

darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk

melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.

3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan

melalui helium ginjal.

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

        Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending.

Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang

rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara

mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi

akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di

tempat lain.

Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan

menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi

oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik

ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.

Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces

yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada

permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung

kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk

menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan

inflamasi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan

literatur yang ada adalah ;

1.   Pemeriksaan urine lengkap

2.   Pemeriksaan USG abdomen

3.   Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP

G. KOMPLIKASI

1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal

2) Gagal ginjal

H. PENGOBATAN

Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis interstisialis.

Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis

interstisialis:

- Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air)

- Obat-obatan (elmiron, nalmafen)

- Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)

- Antispasmodik

- Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

- Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat infeksi kandung

kemih)

- DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan

- Pembedahan.

Karena risiko infeksi menyebar ke ginjal dan karena tingkat komplikasi tinggi pada

populasi tua dan pada penderita diabetes, pengobatan yang cepat hampir selalu

disarankan. Hal ini disarankan untuk menghindari penetrasi vagina sampai infeksi telah

dibersihkan.

Obat yang digunakan :

Antibiotik digunakan untuk mengendalikan infeksi bakteri. Sangat penting bahwa

antibiotik, sekali dimulai, akan selesai. Sistitis juga bisa diobati dengan obat over-the-

counter, mana diri pengobatan yang tepat.

Umumnya antibiotik digunakan termasuk:

1. Nitrofurantoin

2. Trimetoprim-sulfametoksazol

3. Amoksisilin

4. Sefalosporin

5. Ciprofloxacin atau levofloksasin

6. Doksisiklin

7. Pemilihan antibiotik sebaiknya dipandu oleh hasil kultur urin.

Kronis atau ISK berulang harus ditangani secara menyeluruh karena kemungkinan

infeksi ginjal (pielonefritis). Antibiotik mengendalikan infeksi bakteri. Mereka mungkin

diperlukan untuk jangka waktu yang lama. Profilaksis dosis rendah antibiotik kadang-

kadang dianjurkan setelah gejala akut telah mereda.

Pyridium dapat digunakan untuk mengurangi pembakaran dan urgensi yang terkait

dengan sistitis.

Ada beberapa bukti bahwa membuat urin lebih asam basa baik (misalnya dengan asam

askorbat) atau lebih dapat menenangkan rasa sakit sistitis. jus Cranberry juga

mengandung tanin kental, Mannose – D dan proanthocyanidins yang telah ditemukan

menghambat aktivitas E. coli dengan mencegah bakteri menempel ke permukaan

lapisan mukosa kandung kemih dan usus, membantu bakteri jelas dari saluran kemih.

Tindak lanjut mungkin termasuk budaya urin untuk memastikan bahwa bakteri tidak

lagi hadir dalam kandung kemih.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

I. Pencegahan Sistitis

Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan ke belakang

dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari daerah dubur ke uretra.

Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil untuk

menyiram bakteri dari kandung kemih. Buang air kecil segera setelah melakukan

hubungan seksual dapat membantu menghilangkan bakteri yang mungkin telah

diperkenalkan selama hubungan seksual. Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu

yang lama memungkinkan bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang

air kecil dapat mengurangi risiko cystitis pada mereka yang rentan terhadap infeksi

saluran kemih.

Minum jus cranberry mencegah jenis tertentu dari bakteri yang melekat pada dinding

kandung kemih dan dapat mengurangi kemungkinan infeksi.

Tablet ekstrak cranberry juga telah ditemukan efektif dalam mencegah sistitis dan

merupakan alternatif yang mungkin bagi mereka yang tidak suka rasa jus cranberry.

Cauterisation pada lapisan kandung kemih melalui cystoscopy memberikan bantuan

jangka panjang (kadang-kadang beberapa tahun) dari kondisi ini.

1. Pemeriksaan Diagnostik Dan Diagnosa Banding

1. Urinalisis :

1. Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb sedimen air kemih

2. Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih

2. Bakteriologis

1)      Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102-103

organisme koliform/ml urine plus piuria

2)      Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna paa uji carik

1. Diagnosa banding:

1)      Uretritis (inflamasi pada uretra)

2)      Pielonefritis (inflamasi pada ginjal)

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SISTITIS

1. Pengkajian

1. Data biologis meliputi :

1)      Identitas klien

2)      Identitas penanggung

2. Riwayat kesehatan :

1)      Riwayat infeksi saluran kemih

2)      Riwayat pernah menderita batu ginjal

3)      Riwayat penyakit DM, jantung.

3. Pengkajian fisik :

1)      Palpasi kandung kemih

2)      Inspeksi daerah meatus

a)      Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine

b)      Pengkajian pada costovertebralis

4. Riwayat psikososial :

1)      Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan

2)      Persepsi terhadap kondisi penyakit

3)      Mekanisme kopin dan system pendukung

5. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga

1)      Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit

2)      Pemahaman tentang pencegahan, perawatan

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit

2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau

nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih

3. Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di

rumah.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

3. Intervensi Keperawatan

No NANDA: Nursing Diagnosis 2012-2014Nursing Care Plan / Intervensi

Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)

1 Nyeri Akut

Defenisi : Pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang

muncul akibat kerusakan jaringan yang

actual atau potensial atau digambarkan

dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(International for the Study of  Pain);

awitan yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir

yang dapat diantisipasi atau dipredisikan

dan berlangsung <6 bulan.

Batasan Karakteristik

Perubahan selera makan

Perubahan tekan darah

Perubahan frekuensi jantung

Perubahan frekuensi pernapasan

Laporan isyarat

Diaphoresis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. x 24 jam  klien  akan:

-          2102. Pain Level

-          1605. Pain control

-          2101. Pain : Disruptive Effects , yang

dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,

sering, atau selalu)

Kriteria Hasil :

-          Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

-          Melaporkan bahwa nyeri berkurang

dengan menggunakan manajemen nyeri

1400. Pain management

Aktivitas keperawatan:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon

nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

Perilaku distraksi (mis: berjalan

mondar-mandir, mencari orang

lain dan/ atau aktivitas lain,

aktivitas yang berulang)

Mengekspresikan perilaku (mis :

gelisah, merengek, menangis,

waspada, iritabilitas, mendesah)

Masker wajah (mis: mata kurang

bercahaya, tampak kacau, gerakan

mata berpencar atau tetap pada

satu focus, meringis)

Sikap melindungi area nyeri

Focus menyempit (mis: gangguan

persepsi nyeri, hambatan proses

berpikir, penurunan interaksi

dengan orang dan lingkungan)

Indikasi nyeri yang dapat diamati

Perubahan posisi untuk

menghindari nyeri

Sikap tubuh melindungi

Dilatasi pupil

Melaporkan nyeri secara verbal

Focus pada diri sendiri

-          Mampu mengenali nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

-          Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang

-          Tanda vital dalam rentang normal

 

8. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat

16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

2210.Analgegesic Administrasion

Aktivitas keperawatan:

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

Gangguan tidur

 

Faktor Yang Berhubungan :

Agen cedera (mis., biologis, zat

kimia, fisik, psikologis)

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri

6. Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk

pengobatan nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan

gejala (efek samping)

 

2 Gangguan Eliminasi Urine

Defenisi : Disfungsi pada eliminasi urine

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. x 24 jam  klien  akan:

-          0502. Urinary Continence

0590. Urinary Elimination Management

Aktivitas keperawatan:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

Batasan Karakteristik :

Disuria

Sering berkemih

Anyang-anyangan

Inkontinensia

Nokturia

Retensi

Dorongan

 

Faktor yang berhubungan:

Obstruksi anatomic

Penyebab multiple

Gangguan sensori motorik

Infeksi saluran kemih

-          0410. Urinary Elimination, yang

dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,

sering, atau selalu)

Kriteria Hasil :

-          Klien tidak mengalami disuria,

-          Klien tidak mengalami nokturia,

-          Klien tidak mengalami inkontinensia,

-          Klien tidak mengalami urgensi dan

frekuensi

-          Klien tidak mengalami retensi

-          Klien dapat berkemih setiap 3 jam

-          Klien tidak kesulitan pada saat

berkemih

-          Klien dapat bak dengan berkemih

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan factor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon

nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang keefektifan kontrol

nyeri masa lampau

7. Bantu klien dan keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan

8. Kontrol factor lingkungan yang

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

9. Kurangai factor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penangan nyeri

(farmakologi, nonfarmakologi dan

interpersonal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

 

 

menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(bio feedback, TENS, hipnotis, relaksasi,

distraksi dll)

13. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri

14. Rencanakan penggunaan PCA

15. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

16. Tingkatkan istirahat

17. Kolaborasikan dengan dokter jika ada

komplain dan tindakan nyeri tidak

berhasil

18. Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri.

 

4120. Fluid Management

Aktivitas keperawatan:

1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat

3. Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat, tekanan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

darah ortostatik ), jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan makanan / cairan dan

hitung intake kalori harian

6. Kolaborasikan pemberian cairan IV

7. Monitor status nutrisi

8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

9. Dorong masukan oral

10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai

output

11. Dorong keluarga untuk membantu pasien

makan

12. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )

13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul meburuk

14. Atur kemungkinan tranfusi

15. Persiapan untuk tranfusi

 

3 Defisiensi Pengetahuan

Definisi :

Ketiadaan atau defisiensi informasi

kognitif yang berkaitan dengan topik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. x 24 jam  klien  akan:

-          1803. Kowlwdge : disease process

-        1805. Kowledge : health behavior, yang

5602. Teaching : Disease Process

Aktivitas keperawatan:

1. Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

tertentu.

Batasan karakteristik :

Perilaku hiperbola

Ketidakdaruratan mengikuti

perintah

Ketidakdaruratan melakukan tes

Perilaku tidak tepat (mis ; histeria,

bermusuhan, agitasi, apatis)

Pengungkapan masalah

Faktor yang berhubungan :

Keterbatasan kognitif

Salah interpretasi informasi

Kurang pajanan

Kurang minat dalam belajar

Kurang dapat mengingat

Tidak familiar dengan sumber

informasi

 

dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,

sering, atau selalu)

Kriteria Hasil :

-          Klien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan

-          Klien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara

benar

-          Klien dan keluarga mampu menjelaskan

kembali apa yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara yang

tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara

yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

7. Hindari harapan yang kosong

8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

atau mendapatkan second opinion dengan

cara yang tepat atau diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan, dengan cara yang

tepat

 

 

 

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN sistitis

4. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam

rencana perawatan klien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka

perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap

intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

5. Evaluasi

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan Sistitis adalah, mengacu pada tujuan yang

hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Nyeri yang menetap atau bertambah

2. Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi

3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedkikit-sedikit, perasaaan ingin berkemih, menetes

setelah berkemih.

4. Kultur urine menunjukan tidak ada bakteri

5. Perubahan warna urine

6. Mengerti tentang kondisi ,pemeriksaan dignostik, rencana pengobatan ,tindakan perawatan diri

preventif