makalah sistitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rumus Untuk Menghitung Mutu Pelayanan RS

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSistitis merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Yang merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya peradangan bacterial yang berkembangbiak di saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin. Sedangkan Sistitis sendiri merupakan peradangan pada kandung kemih itu sendiri tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum wanita, tapi tidak disadari adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat dan gejalanya cenderung sebagai gangguan yang biasanya tidak terlalu ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya, penderita akan sering ke belakang dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang telah menikah akan terganggu saat melakukan hubungan intim.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi vesika urinaria ?1.2.2 Apa definisi Sistitis ?1.2.3 Apa etiologi Sistitis ?1.2.4 Bagaimana klasifikasi Sistitis ?1.2.5 Bagaimana patofisiologis Sistitis ?1.2.6 Apa saja pemeriksaan diagnostik Sistitis ?1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan Sistitis ?1.2.8 Apa komplikasi dari Sistitis ?1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Sistitis ?

1.3 Tujuan penulisan1.3.1 Tujuan UmumTujuan umum dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas Sistem Perkemihan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sistitis.1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Untuk mengetahui definisi dari Infertilitas1.3.2.2 Untuk mengetahui etiologi dari Infertilitas1.3.2.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis Infertilitas1.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi Infertilitas1.3.2.5 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Infertilitas1.3.2.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan Infertilitas1.3.2.7 Untuk mengetahui Askep pada pasien Infertilitas

1.4 Metode penulisan Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi melalui buku referensi dan internet.

1.5 Sistematika PenulisanSistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan, terdiri dari : Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika penulisan. Bab II Pembahasan teori. Bab III Asuhan Keperawatan dan Bab IV penutup.

BAB IIPEMBAHASAN TEORI

2.1 Anatomi fisiologi Vesika Urinaria

Gambar 2.1 Anatomi Vesica Urinaria

Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos. Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200 300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong, berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :a. SerosaLapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal, rongga abdomino pelvis. Hanya di bagian atas pelvisb. Otot DetrusorLapisan tengah. Terdiri dari otot otot polos yang saling membentuk sudut. Berperan penting dalam proses urinasic. SubmukosaLapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor dengan lapisan mukosad. MukosaTerdiri dari epitel epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam keadaan relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuhKandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis mediusBagian vesika urinaria terdiri dari :a.Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.b.Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.c.Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.d.Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk oleh ginjal, dalam rangka untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat penting, karena sisa metabolisme ini kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik yang akan kontak dengan mukosa vesica urinaria yang berupa epitel transisional sehingga bisa menyebabkan neoplasi. Ditinjau dari fungsi vesika urinaria ini identik dengan rectum dalam sistem alimentary. 2.2 Definisi

Gambar 2.2 SistitisCystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing, 2004)Cystitis adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada kandung kemih dan disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter dan sistoskop. Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi yang di sebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nur Salam, 2008)2.3 Klasifikasi Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;a.Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.b.Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

2.4 Etiologi Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis :a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas.b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.c. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.Jalur infeksi :a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanitab. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya appendisitisd. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.2.5 Manifastasi Klinis Menifestasi klinis dari sistitis menurut (NurSalam, Fransisca, 2008), antara lain:1. Kemerahan pada kandung kemih2. Edema pada kandung kemih3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine 4. Disuri5. Eritema mukosa kandung kemih6. Hematuria 7. Demam8. Kondisi umum menurun9. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)

2.6 Patofisiologi Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra karena jarak uretra dan vagina pendek, kelainal periuretral, rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta efek kambuhan mikroorganisme gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika urinaria. Infeksi terjadi mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien.Bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah kolonisasi di vagina, defek mukosa uretra, vagina, atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi di suatu tempat diperiuretra dan masuk ke dalam kandung kemih. Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh Escherichia coli. Hubungan seksual berkaitan dengan UTI, terutama pada wanita yang gagal berkemih setelah berhubungan seksual. Berkemih dianggap dapat membersihkan bakteri dari kandung kemih. Infeksi juga dapat berkaitan kotrasepsi spernis-diafragma karena jenis kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi parsieluretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Selain itu kontrasepsi ini juga mengakibatkan perubahan pH dan flora normal vagina.Pada laki-laki abnormal sumbatan menyebabkan striktur dam hiperplasi prostatik. Infeksi saluran kemih bagian atas penyebab penyakit kandung kemih kambuhan. ( NurSalam, Fransisca 2008, hal : 112 )

PATHWAY SISTITISRefluk uretrovesikal, kontaminasi rektal, pemakaian kateter

Kolonisasi bakteri

Penyebaran M.O ke kandung kemih

sistitis

Kontraksi berlebih otot dekstrusor VUBakteri menginvasi pemb. darah

Respon inflamasiUsaha eliminasi M,OPemb. Darah mikro rusak

Jaringan degeneratif

prostaglandinSel T helper rilis Limfokindisurihematuria

Gg. pola eliminasi urinAnsietasRangsangan sensorik

Kemotaksis SDPNyeri persisten maupun berkemih

Diapedesis SDPKurang pengetahuanGg . rasa nyaman nyeri

Piuria

Kemotaksis makrofag dan metrofil

Fagositosis M.O

pyrogenik

Ubah setpoint hipotalamus

Suhu tubuh meningkat

hipertermi

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic sistitis menurut NurSalam, Fransisca, 20081. Urea dipstick : darah (ada)2. Mikroskopik : sel darah putih tanpa epitel (piuria)3. Kultur urine : untuk menguji sensitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui respon obat yang di sekresi di urine (konsentrasi meningkat).

2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut NurSalam, Fransisca, 20081. Uncomplicated sistitis : wanita harus diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3hari) sesuai hasil kultur. Obat pilihan yang sensitif terhadap E.coli : nitrofurantoin, trimetramopin-sulfametoksaksol, atau ampisilin. Laki-laki diterapi selama (7-10 hari) denagn antibiotik. Lakukan kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping : mual, diare, kemerahan, dan kandidiasis vagina.2. Antikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah hiperirritabilitas kandung kemih dan fennazopirridin hidroklorid sebagai anti septik saluran kemih2.9 Komplikasi Komplikasi menurut NurSalam, Fransisca, 20081. Pyelonefritis : infeksi pada medula dan korteks ginjal2. Infeksi bakteri melalui darah melalui penyebarab hematogen.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian 1. Data demografi Nama, jenis kelamin (perempuan 7x lebih sering dari pada laki-laki), umur (usia lanjut), status perkawinan (lebih banyak terjadi sudah menikah), suku bangsa (suku pedalaman), pekerjaan (supir).2. Riwayat kesehatan Keluhan utama :Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dan terasa panas saat berkemihRiwayat penyakit sekarang : Pasien mengalami sering berkemih, rasa panas dan nyeri saat bekemih, terasa nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan suprapubis.Riwayat penyakit dahulu :Pasien dengan sistitis sebelumnya pernah mengalami riwayat striktur ureter, infeksi prostat, epididimitis atau batu kandung kemih, sedangkan pada pasien wanita sebelumnya memiliki riwayat kontrasepsi spermisid-diafragma karena jenis kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi parsial uretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.Riwayat penyakit keluarga :Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan TTVa. TD : normal 120/80mmhgb. RR : Takipnea >18-20x/menitc. N : Takikardia > 80-100x/menitd. T: Hipertermi >36,5-37,5 C Pemeriksaan Head to Toea. BB : menurunb. Kulit : Hangat,turgor kulit kembali > 2 dtk.c. Kepala, leher : Rambut tipis, mengkilat, wajah tampak pucat, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroidd. Mata : amemis, tidak di sertai gangguan pengelihatane. Telinga : normal tidak ada gangguanf. Hidung : normal tidak ada gangguan,pernafasan sepontan.g. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitish. Paru-paru :Inspeksi : terdapat tarikan intercostae,simetris,takhipnea.Palpasi: vokal fremitus dada kanan dan kiri samaPerkusi : Suara paru sonor pada semua lapang paru,Auskultasi : suara nafas vesikuler i. Jantung:Inspeksi: tidak ada pembesaranPalpasi: teraba ictus kordis,takikardiPerkusi: bunyi jantung pekakAuskultasi : tidak ada bunyi tambahanj. Abdomen :Inspeksi: tidak ada pembesaran Auskultasi: bising usus normal (8-12x/menit)Palpasi: distensi hipogastrikPerkusi: timpanik. GenetaliaInspeksi: adanya kemerahan Palpasi: nyeril. Ekstrimitas : intoleransi aktivitas, tangan kiri terpasang infus

Fungsional Gordon1. Pengkajian fungsional Gordona) Persepsi dan pemeliharaan kesehatanPasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.b) Pola nutrisi dan metabolikMakan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah .Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500ccc) Pola eliminasiBAK : Poliuria, hematuria, mengalami spasme berlebih pada kandung kemihBAB : normald) Pola aktivitas dan latihanPasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,e) Pola istirahat tidurPasien tidak bisa tidur dengan tenang karena merasa nyeri pada kandung kemih.f) Pola persepsi sensori dan kognitifPasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat g) Pola hubungan dengan orang lainPasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.h) Pola reproduksi / seksualPenuruanan libidoi) Pola persepsi diri dan konsep diriPasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi j) Pola mekanisme kopingPasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi daerah kandung kemih nyak) Pola nilai kepercayaan / keyakinanPasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.

3.2. Contoh Analisa DataNo Data Etiologi Problem

1Ds : pasien mengatakan nyeri saat berkemihDo :P : nyeri bertambah saat berkemihQ : nyeri tertusukR : regio hipogastrikS : skala nyeri 7T : nyeri persistenWajah tampak meringisTampak menahan sakit saat berkemih.Menarik nafas dalamLeukositosisKriteria mayor : Wajah tampak meringis Skala nyeri: sedangKriteria minor : Leukositosis TTV TD : normal 120/80mmhg RR : Takipnea >18-20x/menit N : Takikardia > 80-100x/menitT: Hipertermi >36,5-37,5 celciusProses peradanganGangguan rasa nyaman nyeri

2Kriteria mayor : Frekuensi kencing menurun Nyeri tekan pada suprapubisKriteria minor : Piuria Osmolaritas urine yang encerDs: pasien mengatakan susah berkemihDo:Pasien nampak cemasFrekuensi berkemih tiap -1/2 jam sekaliAdanya bakteri pada kandung kemih Gangguan pola eliminasi urin (disuri)

3Ds : pasien mengatakan badanya agak demamDo :KU lemasWajah tampak kemerahanDiaforesisSuhu > 36,5-37,5Leukositosis >12.000Proses inflamasi

Peningkatan suhu tubuh

3.3. Diagnosa keperawatan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi

3.4. Rencana KeperawatanNo DxTujuan & kriteria hasilIntervensiRasionalTTD

1Setelah dilakukan selama 2x24jam diharapkan nyeri berkurangKriteria hasil :K : klien mengerti penyebab nyeriA : klien menghindari posisi badan yang memicu nyeriP : klien mampu mendemonstrasikan teknik distraksi dan relaksasiP : skala nyeri berkurang 0-3, TTV dalam batas normal1. Kaji tingkat nyeri2. Berikan lingkungan yang tenang.3. Ajarkan teknik nafas dalam4. Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi1. Mengetahui tingkat rasa nyeri pada pasien.2. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman3. Mampu mengurangi rasa nyeri yang ada4. Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif5. Obat analgetik, memblok eksitasi serabut saraf nyeri

2Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan eliminasi urin kembali normalKriteria hasil :K : klien mengetahui penyebab disuriA : klien mau menjaga kebersihan genital eksterna dan perianalP : klien menjaga asupan cairan harianP : produksi urine dalam batasan normal (2,5-5ml/jam/BB)1. Jalin hubungan baik dengan klien2. Kaji TTV3. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih4. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam5. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam6. Kolaborasi :Ambil urine untuk kultur atau sensitivitas

1. Meningkatkan keefektifan intervensi2. Mengetahui keadaan umum pasien3. mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put4. Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.5. Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.6. menentukan jumlah bakteri urine dan gejala komplikasi

3Kriteria mayor : Takikardi Suhu > 36,5-37,5 cKriteria minor : Wajah tampak kemerahan Diaforesis Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam diharapkan suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : K : pasien mengerti penyebab demamA : pasien mau mendiskusikan bila demam semakin tinggiP : klien mampu melakukan teknik kenyamanan terhadap suhu tubuh dengan nonfarmakologiP : TTV dalam batas normalTD : 120/80mmhgRR : 18-20x/menitN : 80-100x/menitS: 36,5-37,5 celcius

1. Bina hubungan baik dengan kli2. Berikan kompres hangat dan ajarkan cara untuk memakai handuk pada tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan paha3. Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat4. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik., antibiotika1. Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan.2. Pemberian kompres hangat merangsang penurunan suhu tubuh.3. Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar4. Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan

5. Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.

3.5. Contoh Implementasi Hari/jam/tglNo dxImplementasiRespon klienTtd

Rabu/09.30/3/09/121,2Menjalin hubungan baik dengan klienDs : klien membalas sapaan perawatDo : klien kooperatif

09.351Memerikan lingkungan yang tenangDs : klien mengungkapkan kenyamananDo : keluarga klien kooperatif

09.402,3Mengobservasi tanda-tanda vitalDs : klien menanyakan apa yang perawat lakukanDo : TD: 120/80mmhgRR:>18-20x/mN: >80-100x/mS: >36,5-37,5 C

10.001Mengkaji skala nyeriDs : klien mengungkapkan sekala nyeri berkurang Do : skala nyeri 5, wajah pasien rileks.

10.202Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

Ds : - Do : klien koeperatif

10.302Melakukan palpasi pada kandung kemihDs : -Do : klien kooperatif

10.453.Menganjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringatDs : klien mengatakan iyaDo : klien kooperatif

10.501Mengajarkan teknik nafas dalamDs : klien mengungkapkan dapat melakukan nafas dalamDo : klien mampu mendemonstrasikan tehnik nafas dalam

11.001Mengajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksiDs : klien mengatakan nyeri dapat berkurangDo : klien dapat mendemonstrasikan tehnik distraksi

11.503Memberikan kompres hangat dan ajarkan cara untuk memakai handuk pada tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan pahaDs : klien mengatakan mengerti tentang tindakan yang dilakukan perawatDo : klien kooperatif

12.201,2,3Berkolaborasi pemberian analgetik, antipiretik, sesuai indikasiKloaborasi laboratorium :Tes urinDs : -Do : klien kooperatif

Hari /tglNo DxEvaluasi Ttd

Rabu/03/09/121.S : klien mengatakan nyeri berkurangO : Wajah tampak rileksKlien dapat istirahat skala nyeri berkurang 5, wajah pasien rileks.A : tujuan tercapai sebagianP : intervensi di lanjutkan

Rabu/03/09/122.S : klien mengatakan bisa berkemihO : urin normal (3 ml/jam/BB)Klien tidak gelisah saat ingin berkemihA : tujuan tercapai P : intervensi dihentikan

Rabu/03/09/123.S : klien mengatakan tubuhnya tidak panas O : wajah tampak tenangtidak ada diaforesisTD : 120/80mmhgRR : 20x/menitN : 80x/menitS: 370 CA :tujuan tercapaiP : intervensi di hentikan

BAB IVPENUTUP4.1. Kesimpulan1. Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing, 2004)2. Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis, Sering terjadi pada wanita karena saluran uretranya lebih pendek dari laki-laki menjadikan bakteri memudahkan untuk terjadinya infeksi.3. Klasifikasi sistisis ada 2 yaitu primer dan sekunder.4. Patofisiologi sistisis Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra karena jarak uretra dan vagina pendek, memungkinkan organisme masuk ke vesika urinaria. Infeksi terjadi mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien. Pada laki-laki abnormal sumbatan menyebabkan striktur dam hiperplasi prostatik. Infeksi saluran kemih bagian atas penyebab penyakit kandung kemih kambuhan.5. Manifestasi klinis sistisis meliputi : Kemerahan pada kandung kemih, Edema pada kandung kemih, Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine, Sering berkemih, Eritema mukosa kandung kemih, Hematuria, Demam, Mual, Muntah, Lemah , Kondisi umum menurun, Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)6. Pemeriksaan diagnostik sistisis Urea dipstick : darah (ada), sel darah putih: nitrat:infeksi, Mikroskopik : sel darh putih tanpa epitel (piuria), Kultur urine : untuk menguji sensitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui respon obat yang di sekresimdi urine (konsentrasi meningkat).7. penatalaksanaan sistis : Uncomplicated sistitis dan Antikolinergik (propantheline bromide)8. komplikasi sistisis adalah Pyelonefritis dan Infeksi bakteri melalui darah melalui penyebarab hematogen9. Asuhan keperawatan sistisis meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

4.2. Saran4.2.1. Bagi MahasiswaMeningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar4.2.2. Bagi PendidikanBagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.4.2.3. Bagi Kesehatan Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Sistisis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8. Jakarta. EGC.Kowalak, Jenniver P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC.Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.Nursalam, & Fransisca. (2009). Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.Prince, Sylvia Anderson. Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.

Makalah Asuham Keperawatan pada pasien dengan Sistitis8