Click here to load reader
Upload
th
View
616
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB V
PEMBAHASAN
Bahan pangan jarang sekali dijumpai dalam keadaan steril, walaupun ada
beberapa bahan pangan di mana beberapa jenis mikroorganisme tidak dapat
tumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam
bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia, atau biologis, yaitu sifat-sifat dari bahan
pangan itu sendiri (faktor intrinsik), perubahan dari mikroflora awal sebagai
akibat dari cara pengolahan bahan pangan (faktor pengolahan), kondisi
lingkungan dari penanganan dan penyimpanan bahan pangan (faktor ekstrinsik),
dan sifat-sifat dari organisme itu sendiri (faktor implisit) (Buckle et al., 1987).
Pemanasan merupakan salah satu proses pengolahan yang digunakan dalam bahan
pangan. Kebanyakan bahan pangan yang diolah dengan pemanasan dianggap telah
steril secara komersial, yaitu makanan telah diproses dengan pemanasan untuk
membinasakan semua mikroorganisme yang mampun mengakibatkan kerusakan
pada kondisi penyimpanan yang normal. Bahan pangan ini masih mengandung
mikroorganisme yang masih dapat hidup.
Mikroorganisme yang masih dapat hidup pada bahan pangan yang telah
mengalami proses pengolahan dengan pemanasan adalah mikroorganisme
thermodurik atau thermofil. Menurut Buckle dkk (1987), mikroorganisme dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan ketahanannya terhadap panas,
yaitu sel-sel vegetatif dan spora-spora dari ragi dan jamur, dan spora-spora bakteri
dimana banyak diantaranya yang tahan pada pemasakan dalam air mendidih untuk
jangka waktu yang lama. Mikroorganisme thermofil mungkin masih dapat tumbuh
pada kisaran suhu 65 sampai 820C. Umumnya bakteri akan terbunuh pada suhu
antara 82 sampai 930C, meskipun demikian spora bakteri tidak akan terbunuh
pada suhu air mendidih 1000C selama 30 menit (Anonim, 2008).
Pada praktikum tentang uji thermodurik kali ini, sampel yang digunakan
adalah ayam baker, sosis daging asap “Kimbo”, ikan mackerel “Cap Ayam”, dan
susu “Ultra”. Medium yang digunakan adalah Plate Count Agar (PCA) untuk
menghitung jumlah mikroorganisme aerobik per gram sampel dan menggunakan
larutan pengencer NaCl fisiologis. Pada pengenceran 10-1, tabung reaksinya
diletakkan dalam water bath dengan suhu 62 ± 1o C selama 15 menit dengan
tujuan agar hanya terdapat mikoorganisme thermofil yang terdapat di dalamnya
dan untuk memperoleh suhu optimum pertumbuhannya karena menurut Fardiaz
(1992), kelompok bakteri thermofil mempunyai suhu optimum pertumbuhan
minimal di atas 45oC, biasanya 55oC atau lebih. Pembuatan isolat menggunakan
metode agar tuang.
Pada sampel ayam bakar, dapat diketahui nilai SPCnya adalah < 3,0 x 103
(2,6 x 103). Ayam bakar merupakan bahan pangan yang diolah dengan pemanasan
dan pengasapan. Daging mudah rusak dan merupakan media yang cocok bagi
pertumbuhan mikroba, karena tingginya kandungan air dan gizi seperti lemak dan
protein (Djafar dan Rahayu, 2007). Berdasarkan nilai SPC yang tidak terlalu
tinggi, dapat diketahui bahwa ayam bakar tersebut kemungkinan sudah tidak
mengandung bakteri pathogen seperti Salmonella.
Pada sampel sossis daging asap “Kimbo”, dapat diketahui nilai SPC-nya
adalah < 3,0 x 103 (9,0 x 102). Berdasarkan nilai SPC, dapat diketahui bahwa nilai
SPC-nya lebih rendah daripada ayam bakar. Hal ini dapat disebabkan karena
sossis tidak hanya diolah dengan pemanasan, tetapi juga dengan penggaraman
(curing). Selain itu, sossis juga dibungkus dengan casing dan dimasukan ke dalam
retort yang bersuhu antara 121-122˚C dengan tekanan sebesar 2,5 kgs selama 7
menit yang akan membunuh mikroorganisme dalam produk.
Pada sampel ikan mackerel “Cap Ayam” atau ikan sardin, dapat diketahui
nilai SPC-nya adalah < 3,0 x 103 (3,0 x 102). Berdasarkan nilai SPC, dapat
diketahui bahwa nilai SPC-nya lebih rendah dari kedua sampel di atas. Hal ini
disebabkan karena ikan sardin tidak hanya diolah dengan pemanasan, tetapi juga
menggunakan pengemasan dengan pengalengan. Pengalengan didefinisikan
sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap
terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang
kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen
(penyebab penyakit) dan pembusuk (Sianturi, 2003).
Pada sampel susu “Ultra”, dapat diketahui nilai SPC-nya adalah < 3,0 x
103 (3,0 x 102). Berdasarkan nilai SPC, dapat diketahui bahwa nilai SPC-nya sama
dengan sampel ikan sardine. Hal ini disebabkan karena susu yang baru diperah
mengandung sejumlah bahan antibakteri yang dapat mencegah tumbuhnya
mikroorganisme dalam ambing selama beberapa jam pertama sesudah susu itu
diambil dari ambingnya (Buckle dkk, 1987) langsung diolah dengan pemanasan
secara pasteurisasi untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim.
Pasteurisasi yang dilakukan menggunakan proses Ultra High Temperature (UHT)
yang dipanaskan sampai 125oC selama 15 detik atau 131oC selama 0,5 detik.
Selain itu, dapat disebabkan juga karena susu tersebut menggunakan pengemasan
yang cukup steril dengan menggunakan alumunium foil.
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam
bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia, atau biologis, yaitu faktor
intrinsik, faktor pengolahan, faktor ekstrinsik, dan faktor implicit.
Kebanyakan bahan pangan yang diolah dengan pemanasan dianggap telah
steril secara komersial.
Mikroorganisme yang masih dapat hidup pada bahan pangan yang telah
mengalami proses pengolahan dengan pemanasan adalah mikroorganisme
thermodurik atau thermofil.
Mikroorganisme thermofil mungkin masih dapat tumbuh pada kisaran
suhu 65 sampai 820C
Kelompok bakteri thermofil mempunyai suhu optimum pertumbuhan
minimal di atas 45oC, biasanya 55oC atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pemanasan. (Available at www.ilmupangan.com (diakses 18 Mei
2008)).
Buckle KA, Edward RA, Fleet GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo H,
Adiono, penerjemah. UI Press. Jakarta. Terjemahan dari: Food Science.
Djafar, T. F. dan S. Rahayu. 2007. Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian,
Penyakit yang Ditimbulkan, dan Pencegahannya. (Available at
www.pustaka-deptan.go.id (diakses 24 April 2008)).
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.