24
BAB I PENDAHULUAN Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat menular, bakteri yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus., paling banyak terdapat pada daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi dan hygiene yang buruk. 1,2 Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi dapat juga menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5 tahun. 1,2,3,4 Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/ tillbury (tanpa gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan). 1,2,3,5,6,7 Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. 3 Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang khas. Diagnosis banding adalah pemfigus, varicela, 2,4 1

Lapsus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lapsus

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat

menular, bakteri yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus.,

paling banyak terdapat pada daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat

dengan keadaan social ekonomi dan hygiene yang buruk.1,2

Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi

dapat juga menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5

tahun.1,2,3,4

Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/

tillbury (tanpa gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan

gelembung berisi cairan).1,2,3,5,6,7

Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan

mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup

pakaian.3

Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang

khas. Diagnosis banding adalah pemfigus, varicela,2,4

Pentalaksanaan dari impetigo ini dapat ini dapat dilakukan baik secara umum

dan secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi

memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Secara khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.1,2,3,4

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit

yang superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai

oleh lepuh-lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang

tampak hipopion. Sinonim dari impetigo vesiko-bulosa, dan cacar

monyet. 1,2,3,4,5

B. EPIDEMIOLOGI

Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai  bayi dan anak-

anak, sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak

pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama

banyak,. 1,5

Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim

panas dengan debu, hygiene yang jelek dan malnutrisi.1,5

C. ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77

dan 55 yang memproduksi toksin epidermolisis. 1,2,3,5

D. PATOGENESIS

Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka

melalui transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus

ini memproduksi toksin (exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum

korenum sehingga menimbulkan vesikel.1,3,5

Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar

menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative

2

lebih tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan

akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan

mengendap. 1,5,6,7,8

E. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Hygiene yang kurang

2. Malnutrisi

3. Lingkungan yang kotor

4. Musim panas dengan banyak debu1,2,5

F. GAMBARAN KLINIS

Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan

dikarakteristik dengan pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang.

Beberapa dekade yang baru impetigo yang intersif (pemfigus neonatorum)/

ritter disease mengalami epidemic pada tempat-tempat perawatan bayi lahir.

Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari

epidermis lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning

yang menjadi kuning pekat dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya

halo eritematosa.

Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula

tersebut pecah dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta

yang berwarna coklat muda dan kuning keemasan yang tepinya masih

menunjukkan adanya lepuh dan tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi

sisner.

Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula

sudah pecah sehingga yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih

eritematos. Bula yang utuh mengandung staphylococcus.

3

Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung

dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak

tertutup pakaian. 1,2,3,4,5,6,7,8

G. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran

klinis yang khas berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang

eritem disekitarnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis

impetigo bulosa adalah berupa pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi,

dan kultur cairan. 1,5

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang

diagnosis yaitu:

1. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa

ditemukan adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif

berbentuk rantai atau kelompok

2. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan

sub korneum atau daerah formasi pada lapisan sub korneum atau

daerah stratum granulosum, terdapat sel akantolisis, edema dari papila

dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar

pembuluh darah pada plexus superficial

3. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau

dikombinasi dengan staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS)

atau kadang dapat berdiri sendiri.1,5,6,7

4

I. DIAGNOSIS BANDING

1. Impetigo Krustosa

2. Pemfigus

3. Varicela 2,3,5

J. PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan

khusus. Untuk pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep

mupirocin atau krim, penghapusan kerak, dan kebersihan yang baik adalah

cukup untuk menyembuhkan yang paling ringan sampai kasus moderat.

Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial.

Frekuensi isolasi kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti

pendekatan resonable pada kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan

yang tinggi. Desinfektan umum atau bacitracin tidak berperan dalam terapi

ini.

Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:

1. Umum

§  Menghindari dan mencegah faktor predisposisi

§  Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan

§  Meningkatkan daya tahan tubuh

2. Khusus

a. Topikal

Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan

selanjutnya dibersihkan dengan betadine dan dioleskan

dengan salep antibiotic, seperti kloramfenikol 2 % atau

eritromisin 3 %

5

b. Sistemik

Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk

perawatan yang tepat. Dalam orang dewasa dengan lesi

luas atau bulous, diberikan dicloxacillin (atau penisilin

serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali sehari, atau

erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4

x/hari.

Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika

streptococci terisolasi) juga.

Khusus single azitromisin oral (pada orang dewasa 500 mg pada hari

pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari berikutnya) telah terbukti menjadi

sama seefektif dicloxacillin untuk infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-

anak. Untuk impetigo yang disebabkan oleh erythromycin-resistant

Staphylococcus aureus, yang biasanya diisolasi dari lesi impetigo anak-anak,

amoxicillin ditambah clavucanis acid (25 mg / kg / hari) 3 x /hari.cephalexin

(40-50 mg / kg / hari) cefaclor (20 mg / kg / hari).1,2,3,4,5,6,7,8

K. PROGNOSIS

Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor

predisposisi dan mendapat terapi yang tepat.2

6

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : An. JH

Umur : 11 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Cerbonan, Banyubiru

Pekerjaan : -

No. CM : 085770

Tanggal periksa : 29 Agustus 2015

II. Anamnesis

A. Keluhan Utama

Kemerahan pada daerah leher

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar ibunya ke poli Kulit dan Kelamin RSUD

Ambarawa pada tanggal 29 Agustus 2015 dengan keluhan kemerahan

pada daerah leher kanan, sejak 3 hari yang lalu. Awalnya berawal dari

leher kanan dengan plenting-plenting berisi air 1 minggu yang lalu. Anak

menjadi rewel. Ibu pasien telah memberikan salep disolex, namun tidak

ada perbaikan. Gatal disangkal, demam disangkal, batuk dan pilek

disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

7

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini

E. Riwayat Alergi

Alergi Makanan : disangkal

Alergi obat : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

KeadaanUmum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

BB : 9,4 kg

Vital Sign :

TD : 90/60 mmHg

RR : 32 x/menit

Nadi : 126 x/menit

Kulit : Warna sawo matang

Kepala : Mesosephal

Mata : konjungtiva anemis(-/-), Reflek cahaya

(+/+), Pupil isokor 3mm/3mm

Hidung : Nafascuping (-), deformitas (-), sekret (-),

Telinga : Serumen (-/-),sekret (-/-)

Mulut : Sianosis (-), Stomatitis (-), hiperemis (-)

Leher : Pembesaran tiroid (-),otot bantu pernafasan (-)

Thorax :

Cor : tidak dilakukan pemeriksaan

Pulmo : tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan

8

St. Dermatologis

1. UKK : krusta

Ukuran : plakat, numular

Lokasi : leher bagian kanan

Konfigurasi : bentuk tidak teratur, batas tegas, permukaan

tidak rata.

9

IV. Resume

Pasien dengan keluhan kemerahan di leher, sejak 3 hari yang lalu.

Awalnya berawal dari leher kanan dengan plenting-plenting berisi air 1

minggu yang lalu. Pasien telah diberikan salep disolex, namun tidak ada

perbaikan. Gatal disangkal, demam disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, TD: 90/60

mmHg, RR: 32 x/menit, Nadi: 126 x/menit.

Pada status dermatologis didapatkan krusta bentuk tidak teratur, batas

tegas, permukaan tidak rata, ukuran plakat dan nummular, lokasi di leher

bagian kanan

V. Diferential Diagnosis

1. Impetigo bulosa2. Varisela3. Impetigo Krustosa4. Pemfigoid bulosa

10

VI. Pemeriksaanyang di usulkan

1. Pemeriksaan mikrobiologik

2. Laboraturium rutin

3. Pemeriksaan imunologis

VII. Diagnosis Kerja

Impetigo bulosa

VIII. Penatalaksanaan

Cefadroxil syr 2 x 125mg per oral

Mupirosin cream (pagi-siang-sore-malam) topical.

IX. Edukasi

Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan,

namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)

Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari

tetap pendek dan bersih

 Jauhkan diri dari orang dengan impetigo

Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah

dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar

matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci

dengan disinfektan.

Gunakan cuttonbud saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat

yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu

Kontrol rutin.

X. Prognosis

11

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad comesticam : dubia ad bonam

BAB IV

12

PEMBAHASAN

Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang

superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-

lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.

Sinonim dari impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet. 1,2,3,4,5

 Diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa

dan pemeriksaan fisik. Dimana dari anamnesa dijumpai berupa krusta pada daerah

leher sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya berupa gelembung berisi cairan yang tidak

disertai rasa gatal dan nyeri sejak seminggu yang lalu. Demam tidak dijumpai. Hal ini

sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis dari impetigo

bulosa adalah berupa eritema, vesikel, pustula, dan bula hipopion. Ruam ini

dikelilingi bercak eritem dan berbatas tegas.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah impetigo bulosa, varisela, impetigo

krustosa, dan    pemfigoid. Impetigo bulosa biasanya berlokasi di ketiak, dada,

punggung dengan UKK eritema, vesikel, bula, dan bula hipopion, erosi, krusta tanpa

disertai demam. Impetigo krustosa biasanya berlokasi pada muka (disekitar lubang

hidung dan mulut), UKK yang diperoleh berupa eritem dan vesikel yang cepat

memecah, krusta tebal berwarna kuning seperti madu jika dilepaskan tampak erosi

dibawahnya. Varisela memiliki UKK papul eritem kemudian menjadi vesikel berubah

menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta dengan lokasi pada daerah badan

kemudian menyebar ke muka dan ekstremitas dan disertai dengan demam. Pemfigoid

bulosa merupakan suatu  penyakit umum autoimun kronik yang ditandai dengan bula

dapat bercampur dengan vesikel, berdinding tegang, sering disertai eritema, yang

berlokasi pada daerah ketiak, lengan bagian flexor, lipat paha.

Penatalaksanaan pada kasus ini secara umum adalah menghindari dan

mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Kemudian dioleskan antibiotic salep Mertus cream  (

13

Mupirocin 2 % ). Kemudian diberikan antibiotik sistemik yaitu Cefadroxil dengan

dosis per kg berat badan dengan dosis 2x sehari.  Hal ini sesuai dengan kepustakaan

yang menyatakan bahwa penatalaksanaan untuk impetigo secara umum adalah

menghindari dan mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan

lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh dan secara khusus adalah secara topical,

dapat diberikan antibiotic oral.

Prognosa dari pasien ini baik, apabila menghindari dan mencegah faktor

predisposisi dan mendapatkan terapi yang tepat.

14

BAB V

KESIMPULAN

Pasien An.JH usia 11 bulan datang diantar ibunya ke poli kulit dan kelamin

RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tanggal 29 Agustus 2015 dengan

keluhan kemerahan di leher, sejak 3 hari yang lalu. Awalnya berawal dari leher kanan

dengan plenting-plenting berisi air 1 minggu yang lalu. Pasien telah diberikan salep

disolex, namun tidak ada perbaikan. Gatal disangkal, demam disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, TD: 90/60 mmHg,

RR: 32 x/menit, Nadi: 126 x/menit.

Pemeriksaan status dermatologis didapatkan krusta bentuk tidak teratur, batas

tegas, permukaan tidak rata, ukuran plakat dan nummular, lokasi di leher bagian

kanan

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan status dermatologis tampak

pasien mengalami impetigo bulosa.

15

Daftar Pustaka

1. Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit

kulit. Jakarta. Hipokrates. Hal 46-49

2. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga.

Hal 27-29

3. Djuanda, A Hamzah M. 2007.  Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu

Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59

4. Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit

EGC. Hal 47-50

5. Riesthy R, Diana.  Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93

6. Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all

(eds) FitzPatrick’s Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2.

USA. Mc Graw Hill Companies, 1694-1698.

7. W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76

8. Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial

infection.

16

LAPORAN KASUS

IMPETIGO BULOSA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin

Diajukan Kepada :

dr. Hiendarto, Sp.KK

Disusun Oleh :

R. Prind Jati Prakasa H2A010042

Kepaniteraan Klinik

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

RSUD AMBARAWA

2015

17