Upload
rahmad-az
View
95
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Miliaria merupakan suatu bentuk yang umum untuk suatu sumbatan saluran
keringat yang mengakibatkan air keringat tertahan didalam kulit yaitu pada
epidermis dan papilla dermis, yang terjadi secara mendadak dan menyebar secara
alami, hal ini terjadi pada kondisi panas dan lembab.(1)
Miliaria dapat terjadi pada pria dan wanita, semua ras dan semua usia.
Miliaria kristalina dan miliaria rubra relatif lebih sering ditemukan pada bayi dan
anak-anak, tetapi pada keadaan yang cocok semua bayi dapat terkena miliaria.
Pajanan panas yang lama, lingkungan yang lembab seperti pada daerah tropis
dan pekerjaan tertentu serta setelah sakit panas akan mendukung terjadinya
miliaria. Juga celana yang tertutup rapat merupakan suatu keadaan yang disukai
untuk berkembangnya miliaria misalnya pada daerah popok, terlalu lama
berbaring.(1,3)
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Miliaria
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi kelenjar keringat ekrin yang
ditandai dengan adanya vesikel milier.(1,3)
Miliaria crystallina adalah kondisi umum yang terjadi pada neonatus, dengan
puncaknya pada usia 1 minggu, dan pada individu yang demam atau mereka
yang baru saja pindah ke iklim panas dan lembab. Miliaria rubra juga umum
terjadi pada bayi dan orang dewasa yang pindah ke lingkungan tropis, bentuk ini
terjadi pada sebanyak 30 % dari orang yang terkena kondisi seperti itu. Miliaria
profunda adalah suatu kondisi langka yang terjadi pada hanya sebagian kecil dari
mereka yang telah berulang menderita miliaria rubra.(2)
Data terbaik tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir adalah dari
penelitian di Jepang dengan sampel lebih dari 5000 bayi. Survei ini
mengungkapkan bahwa miliaria crystallina terjadi pada 4,5% dari neonatus ,
dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus ,
dengan usia rata-rata 11-14 hari. Sebuah studi survei tahun 2006 dari Iran
menemukan kejadian miliaria 1,3 % pada bayi baru lahir. Sebuah survei pasien
anak di Northeastern India menunjukkan kejadian miliaria sebesar 1,6 %.
Di seluruh dunia, miliaria merupakan kelaianan kulit umum di lingkungan
tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan
yang memiliki temperature yang lebih tinggi. Miliaria menjadi masalah yang
signifikan bagi personil militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia
Tenggara dan Pasifik. (4)
Miliaria dapat terjadi pada individu dari semua ras, meskipun beberapa studi
menunjukkan bahwa orang Asia yang memproduksi keringat lebih sedikit
dibandingkan kulit putih, cenderung kurang mengalami miliaria rubra. Predileksi
jenis kelamin tidak ada bukti.(2)
2
Miliaria rubra dan miliaria crystallina dapat terjadi pada orang dari segala
usia, tetapi penyakit ini paling umum pada bayi. Dalam sebuah survei di Jepang
pada lebih dari 5.000 bayi, miliaria crystallina terjadi pada 4,5% dari neonatus,
dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus,
dengan usia rata-rata 11-14 hari.(3)
Miliaria pertama kali diuraikan oleh Robinson pada tahun 1884. Kelainan ini
berdasarkan tingkat sumbatan saluran keringat. Miliaria dibagi menjadi:
1. Miliaria kristalina (MK) atau sudamina disebabkan oleh obstruksi pada
saluran keringat pada stratum korneum, dan muncul sebagai vesikel kecil
jernih yang mudah pecah. Jenis ini mempunyai tanda khas, yakni vesikel
kecil-kecil jernih seperti Kristal dengan diameter 1-2 mm, menyerupai titik-
titik air pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya tanpa symptom dan diketahui
secara kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah
intertriginosa, seperti pada ketiak dan leher, serta badan. Vesikel
berkelompok, mudah pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan.
Pada miliaria kristalina obstruksi terjadi di antara stratum korneum.(3,4)
2. Miliaria rubra (MR) atau prickly heat, heat rash, licken tropicus terjadi
obstruksi lebih dalam pada stratum Malpighi dan muncul berupa papula
eritem yang gatal. Miliaria rubra adalah miliaria yang paling umum, ditandai
dengan papul eritem yang gatal di sekitar pori-pori keringat.12 Miliaria rubra
tidak mengenai muka dan bagian volar kulit, tetapi mengenai permukaan kulit
yang istrahat, terutama pada bagian punggung dan leher. Rasa gatal, dan
kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan
rangsangan yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang luas dan berat
dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas (heat exhaustion)
serta pingsan.(3)
3. Miliaria profunda (MP) merupakan hasil kebocoran keringat menuju dermis
menyebabkan nodul yang gatal. Miliaria profunda merupakan akibat dari
3
obstruksi saluran keringat pada zona dermo-epidermal junction. Miliaria
profunda ditandai dengan papul putih berukuran 1-3 mm, predileksi terutama
pada badan dan ekstremitas. Eritema dan gatal sangat ringan atau tidak ada
sama sekali.(4)
4. Miliaria pustulosa (M. Pus) menggambarkan pustula akibat inflamasi dan
infeksi sekunder.(1,2,4) Miliaria pustulosa merupakan varian dari miliaria rubra
yang mengalami respon inflamasi atau terjadi infeksi sekunder atau setelah
terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra sehingga terbentuklah miliaria
pustulosa dengan gejala papul putih yang dalam, sering terjadi pada ilkim
tropis.1
Terdapat beberapa pendapat mengenai penyebab miliaria, yaitu:
1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran
ekrin yang immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat
keluar. Ruptur ini mengakibatkan terjadinya miliaria.
2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada
individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini
4
Gambar 1. Klasifikasi Miliaria berdasarkan letak obstruksi saluran keringat
biasanya berubah setelah individu tinggal di kondisi panas dan lembab
selama beberapa bulan.
3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator,
dan demam mungkin dapat menyebabkan miliaria.
4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.
5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat
yang menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan
miliaria.
6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat
mencegah miliaria.
7. Pseudohipoaldosteronisme tipe I : PHA I merupakan gangguan akibat
resisten terhadap mineralokortikoid yang memicu kehilangan sodium klorida
secara besar melalui sekresi kelenjar ekrin. Hal ini berhubungan dengan
episode berulang miliaria rubra pustular.
8. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina
terjadi pada kulit yang terekspos sinar ultraviolet.(2,3)
Patogenesis miliaria kurang dimengerti, namun miliaria adalah akibat
obstruksi saluran keringat ekrin. Retensi keringat ini menyebabkan kebocoran
keringat menuju jaringan sekitar saluran keringat, menyebabkan erupsi.
Lokasi sumbatan dalam saluran keringat dapat menentukan tipe miliaria yang
timbul.
1. Sumbatan superfisial di dalam stratum korneum akan menghasilkan miliaria
kristalina. Saluran yang berada di bawah sumbatan pecah dan timbul vesikula
kecil putih seperti Kristal jernih. Atap vesikula terdiri dari stratum korneum.
2. Jika sumbatan lebih dalam yakni di dalam epidermis dan saluran keringat
yang pecah ada di dalam epidermis. Tipe ini dikenal dengan miliaria rubra.
Miliaria ini ditandai dengan eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat
dari vasodilatasi dan rangsangan reseptor gatal oleh enzim yang keluar dari
sel epidermis karena keringat yang masuk ke dalam epidermis.
5
3. Jika sumbatan terletak lebih dalam lagi, dibagian dermo-epidermal junction,
vesikula terjadi terletak di dalam dermis bagian superfisial, ini dikenal
dengan miliaria profunda. Apabila miliaria rubra terjadi berulang atau terjadi
infeksi sekunder maka terbentuk miliaria pustulosa.(1,2,4)
2.2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita.(5)
DA cenderung diturunkan. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih
dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan
meningkat menjadi 79% jika kedua orang tua menderita atopi. (5)
Berbagai faktor berpengaruh terhadap patogenesis DA, misalnya faktor
genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik. Namun konsep dasar
patogenesis DA adalah mekanisme imunologik, dibuktikan oleh peningkatan kadar
IgE dan eosinofil. Terdapat 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi: (5)
- Kelas I : gen predisposisi untuk atopi dan respon umum IgE.
- Kelas II : gen yang berpengaruh pada respon IgE spesifik.
- Kelas III : gen yang mempengaruhi mekanisme non-inflamasi
- Kelas IV : gen yang mempengaruhi inflamasi yang tidak diperantarai IgE.
Kulit umumnya kering, pucat, kadar lipid epidermis berkurang, dan
kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin. Gejala utama
DA adalah pruritus (gatal) yang hilang timbul, umumnya lebih hebat malam hari,
akibatnya penderita akan menggaruk. Hal ini dapat menimbulkan kelainan kulit
berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. (5)
DA dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu DA infantil (usia 2 bulan sampai 2
tahun), DA anak (usia 2 sampai 10 tahun), dan DA pada remaja dan dewasa. Pada
fase bayi lesi terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu. Umumnya,
6
lesi DA infantil eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta, dan dapat mengalami
infeksi. Pada tipe anak, terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku dan
lutut. Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, sedikit
likenifikasi, dan skuama. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat
menghambat pertumbuhan. Sedangkan pada tipe dewasa lebih sering dijumpai pada
tangan, kelopak mata dan areola mamma, berupa papul eritematosa dan berskuama,
atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi di lipat siku, lutut,
dan samping leher, dahi, dan disekitar mata. Pada DA dewasa, distribusi lesi kurang
karakteristik. (5,7)
Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat
atopic. Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA, misalnya kriteria
Hanifin dan Rajka, kriteria Williams, kriteria UK Working Party, SCORAD (the
scoring of atopic dermatitis) dan EASI (the eczema area and severity index). Selama
2 dekade terakhir ini, berbagai upaya dilakukan untuk membuat standar evaluasi DA.
Idealnya, kriteria ini harus efisien, sederhana, komprehensif, konsisten, dan fleksibel.
Selain itu juga dapat menilai efektivitas terapi yang diberikan. Tetapi, kriteria yang
sering digunakan karena relatif praktis ialah kriteria Hanifin dan Rajka. Pada criteria
ini, diagnosis DA dietegakkan bila setidaknya dijumpai 3 kriteria mayor dan 3 kriteria
minor sebagai berikut: (5)
Kriteria
Mayor
1. Pruritus Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan
anak
2. Dermatitis di fleksura pada dewasa
3. Dermatitis kronis atau residif
4. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kritera Minor1. Xerosis
2. Infeksi kulit (S.aureus dan virus herpes simpleks)
7
3. Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
4. Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris
5. Pitiriasis alba Dermatitis di papila mamme
6. White dermographism dan delayed blanch response
7. Keilitis Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
8. Konjungtivitis berulang
9. Keratokonus Katarak subkapsular anterior
10. Orbita menjadi gelap
11. Muka pucat atau eritem
12. Gatal bila berkeringat
13. Intolerens terhadap wol atau pelarut lemak
14. Aksentuasi perifolikular
15. Hipersensitif terhadap makanan
16. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
atau emosi
17. Tes kulit alergi tipe dadakan positif
18. Kadar IgE di dalam serum meningkat
19. Awitan pada usia dini Hetok sign
Terapi berupa hidrasi kulit untuk mengatasi kulit kering dan fungsi sawar
yang berkurang, yang dapat berakibat mempermudah masuknya mikroorganisme
patogen, bahan iritan, dan alergen. Kortikosteroid topikal paling sering digunakan
sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Dapat digunakan juga immunomodulator topikal,
juga preparat ter sebagai anti-pruritus dan anti-inflamasi pada kulit. Antihistamin
topikal tidak dianjurkan karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. (5)
Kortikosteroid topikal sering dipakai pada pengobatan DA sebagai anti-
inflamasi lesi kulit. Pada bayi digunakan salap steroid potensi rendah, misalnya
hidrokortison 1%-2,5%. Pada anak dan dewasa biasa dipakai steroid berpotensi
8
menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka, daerah genitalia dan
intertriginosa digunakan steroid potensi rendah. Antihistamin (AH) yang bekerja
secara sistemik digunakan untuk mengurangi rasa gatal, terutama malam hari, yang
mengganggu tidur, sehingga digunakan AH berefek sedatif, misalnya hidroksisin atau
difenhidramin. (5)
2.3. Prurigo simpleks
Nama lain dari prurigo simpleks adalah Prurogo mitis. Jika warnanya lebih gelap, dapat
disebut prurigo pigmentosa.(6)
Prurigo simpleks bisa mengenai anak-anak maupun dewasa. Prurigo papul tampak
dalam macam-macam tingkat perkembangan dan ditemukan paling sering pada orang
dengan usia pertengahan.(6,9)
Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian ekstensor ekstremitas,
terbanyak pada tungkai dan bokong. Muka dan bagian kepala yang berambut juga dapat
terkena tersendiri atau bersama-sama dengan tempat lainnya. (6,9,10)
Gambaran klinis dapat bervariasi. Lesi biasanya muncul dalam kelompok-kelompok,
sehingga papul-papul, vesikel-vesikel dan jaringan-jaringan parut sebagai tingkat
perkembangan penyakit terakhir dapat terlihat pada saat yang bersamaan. Tampak
terdistribusi simetris, kecil, gatal yang terus menerus, dan terlihat sebagai papul beratap seperti
kubah dan kadang terdapat lepuh. Gatal yang parah dapat membuat pasien terus menggaruk
sehingga memberikan gambaran papul yang ekskoriasi disertai likenifikasi atau penebalan pada
kulit. Dapat menyebabkan stres karena rasa sangat gatal hingga sering membuat sulit tidur (6,8,9)
Beberapa variasi prurigo pemah dilaporkan. Prurigo melanotik Pierini dan Borda terjadi pada
wanita usia pertengahan berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris primer. Lesi
berupa hiperpigmentasi retikular, sangat gatal, terutama mengenai badan. Prurigo kulit kepala
yang berambut dapat terjadi secara sendiri atau bersama-sama dengan lesi prurigo di
tempat lain.(11)
9
Pengobatannya simtomatik, diberikan obat untuk mengurangi gatal seperti
antihistamin, baik sistemik (sedativa) maupun topikal.(11) Lesi juga berespon terhadap
pemberian kortikosteroid topikal, dan terapi UVA dan UVB untuk kasus tertentu.
Terdapat penelitian pada kasus prurigo simpleks subakut diterapi dengan ‘foil bath
PUVA’ pada konsentrasi 0.5 mg 8-methoxypsoralen/l. Terapi tersebut dinyatakan
aman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk prurigo simpleks subakut.(12)
BAB III
LAPORAN KASUS
10
Prurigo Simpleks
3.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Pensiun
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Bangsa/ Suku Bangsa : Palembang
Alamat : Jl. Pangeran Ratu
Tanggal kunjungan / jam : 19 Mei 2015/ 11.00 WIB
3.2. Anamnesis
Diperoleh secara autoanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang BARI
pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 11.30 WIB.
3.2.1 Keluhan utama :
Timbul bintil-bintil berwarna merah di lengan bawah kanan dan kiri
sejak 2 minggu yang lalu
3.2.2 Keluhan tambahan :
Gatal dan perih
3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien mengatakan pada lengan bawah
kanan dan kiri timbul bintil berwarna merah yang gatal sebesar jarum pentul.
Sebagian bintil berisi cairan bening. Kemudian pasien menggaruk terus-
menerus sampai gatalnya hilang namun menjadi perih. Pasien mengatakan
gatalnya timbul sewaktu-waktu, namun lebih meningkat saat pasien
berkeringat. Bintil meluas sampai ke badan, punggung dan belakang leher.
Pasien tidak memberikat obat apapun.
11
Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke
RSUD Palembang BARI.
3.2.4 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama namun pada
kaki sekitar 2 bulan yang lalu. Setelah diobati di RSMH, pasien mengaku
keluhan membaik. Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat atopi, darah
tinggi, kencing manis, gangguan empedu, hipertiroidea maupun penyakit kronis
lainnya. Pasien mengatakan tidak punya riwayat alergi terhadap makanan dan
obat.
3.2.5 Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat atopi dalam keluarga disangkal
1.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita tidak bekerja, penderita adalah seorang lansia yang tinggal
bersama istri di rumah, biaya pengobatan menggunakan BPJS (ASKES) kelas I,
kesan ekonomi menengah.
1.2.7 Riwayat Kebersihan
Penderita mandi 2-3 kali sehari, pagi dan sore dengan menggunakan
air PAM. Sebelum adanya keluhan pasien merasa higienitas terjaga dengan
baik.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologikus
12
Regio Antebrachii dextra et sinistra
Tampak papul eritem multipel miliar, tersebar diskret disertai vesikel eritem
multiple miliar, tersebar diskret.
.
13
Regio coli posterior
Tampak nodul eritem soliter, dikelilingi papul eritem multipel, miliar dan
vesikel eritem multipel miliar tersebar secara korimbiformis
3.3 Diagnosis Kerja
Miliaria
3.4 Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan dermatopathology
3.5. Diagnosis Banding
1. Miliaria Rubra
2. Prurigo Simpleks
3.6. Tatalaksana
Edukasi ke pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat,
kurangi pajanan panas, bilas bagian tubuh yang tidak tertutup pakaian bila
berkeringat.
Untuk mengurangi rasa gatal diberikan losio Faberi ditambahkan dengan
metholum.
14
3.7. Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik karena berdasarkan anamnesis, pruritus
pada pasien ini tidak disebabkan adanya penyakit yang mendasari serta status
psikologik pasien dalam keadaan baik.11
3.8 Resume
Pasien laki-laki, 58 tahun, datang ke Klinik Kulit dan Kelamin RSUD
Palembang BARI dengan keluhan utama yaitu timbul bintil kemerahan yang gatal
sejak 2 minggu yang lalu. Sebagian bintil berisi cairan. Pasien menggaruk terus-
menerus sampai gatalnya hilang sehingga kulit pasien menjadi lecet, kemudian bintil
berisi cairan pecah dan perih. Gatal sangat dirasakan saat berkeringat. Riwayat
penyakit dahulu yaitu pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Tidak ada
penyakit kronis, riwayat atopi, maupun gigitan serangga.
Dari status dermatologikus, pada regio antebrachii anterior dextra et sinistra
terdapat papul eritem multiple miliar tersebar diskret disertai vesikel eritem multiple
miliar tersebar diskret. Dan pada regio coli posterior terdapat nodul eritem soliter
dikelilingi oleh papul eritem multipel miliar dan vesikel eritem multipel miliar yang
tersebar korimbiformis.
Dari anamnesa dan status dermatologikus, diagnosa yang dapat ditarik adalah
miliaria, dimana rasa gatal dirasakan terutama pada saat berkeringat, efloresensi yang
monomorfik berupa papul dan vesikel eritem. Pengobatan miliaria dilakukan dengan
cara memberi edukasi terhadap pasien dan lotio fraberi.
15
BAB IV
ANALISA KASUS
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi kelenjar keringat ekrin yang
ditandai dengan adanya vesikel miliar.
Pada kasus ini pasien Tn. R berusia 58 tahun, dengan keluhan adanya bintil
kehitaman yang sebagian berisi cairan dan terasa gatal di tangan kiri dan kanan sejak
2 minggu yang lalu. Keluhan tersebut disertai rasa gatal dirasakan terutama saat
berkeringat. Diagnosis miliaria pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan status
dermatologikus.
Anamnesis
Miliaria Prurigo Kasus
- Sangat gatal
saat berkeringat
- Semua usia
- perih
- predileksi di
area banyak
berkeringat
-Rasa gatal yang kronis dan terus menerus
-semua usia
-biasanya disertai penyakit sistemik kronik
-predileksi di badan, ekstensor ektremitas dan bokong
- Sangat gatal saat
berkeringat
- 58 tahun
- Perih saat vesikel pecah
- Tangan, punggung,
badan dan belakang
leher
- Riwayat penyakit
kronik disangkal
16
Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami bersifat
Sewaktu-waktu dan hanya dirasakan saat berkeringat di tangan kanan dan kiri serta
badan dan punggung. Berdasarkan teori, anamnesis di atas adalah sesuai untuk
mendukung ke arah diagnosis miliaria.
Status Dermatologis
Miliaria Prurigo Kasus
- Tempat predileksi: area
yang sering
berkeringat
- Lesi papula-vesikel
eritem, dapat menjadi
pustula bila terjadi
infeksi sekunder
-Tempat predileksi di badan, ekstensor ekstremitas dan bokong
-Lesi papul, vesikel dan jaringan parut tersebar simetris dan dapat terjadi likenifikasi
Regio antebrachii dextra et
sinistra
Tampak papulo-vesikel
eritem multipel miliar,
sirkumskrip, diskret
Regio coli posterior
Tampak papulo-vesikel
eritem multipel miliar-
lentikular, sirkumskrip,
korimbiformis
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung
pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya,
penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.
17
Pengobatan
Teori(3) Kasus
Umum
- Bertujuan untuk mencegah rasa
gatal, karena pada dasarnya
tindakan menggaruk lesi yang
terasa gatal justru akan
memperberat lesi, dan memperberat
gatal yang dirasakan. Penyebab
sistemik dari gatal harus
diidentifikasi
Khusus
- losio fraberri dicampur dengan mentol
0,25% untuk mengurangi rasa gatal
- gunakan bahan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat.
-kurangi pajanan langsung dengan sinar matahari- bilas area yang tidak tertutup pakaian dengan air bila berkeringat
Umum
- Mengurangi menggaruk daerah gatal
tersebut karena akan menimbulkan
perlukaan.
- Kontrol ke dokter teratur
Khusus
Lotio Faberi(3)
Disarankan memakai pakaian tipis dan
mudah menyerap keringat
Bilas lengan dengan air pada siang hari
bila banyak berkeringat.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Amiruddin D. Ilmu Penyakit Kulit. Makasar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK-UNHAS. 2003.
2. Al-Hilo MM. Al-Saedy SJ. Alwan AI. Atypical Presentation of Miliaria in Iraqi Patients Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical Descriptive Study. Iraq: American Journal of Dermatology and Venereology. 2002.
3. Natahusada EC. Miliaria dalam Djuanda A: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013:223-224.
4. Levin NA. Dermatologic Manifestation of Miliaria. 2012. Akses dari: http://Emedicine.com. Tanggal. 21 Mei 2015.
5. Djuanda, Suria. Dermatitis dalam Djuanda, Adi: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2006:111- 117.
6. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen SimplexChronic/Prurigo7. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrew’s Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000: 69-94.
8. Wiryadi, Benny. Prurigo. dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Djuanda A. dkk. (Ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2007: 272-275.
9. Prurigo. Februari 14, 2011 (cited March 24, 2011) Available at http:// dermnetnz / Prurigo .html
10. Principles of Pediatric Dermatology chapter 36. Prurigo. (cited March 24, 2011) Available at http:// prurigo/chapter36 / Prurigo.htm
11. Prurigo. 2010 (cited March 24, 2011) Available at http:// dinar’s- site / Prurigo .htm
12. Prurigo. August 10, 2011 (cited March 24, 2011) Available at http:// medical- journal / Prurigo .htm
19