29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Miliaria merupakan suatu bentuk yang umum untuk suatu sumbatan saluran keringat yang mengakibatkan air keringat tertahan didalam kulit yaitu pada epidermis dan papilla dermis, yang terjadi secara mendadak dan menyebar secara alami, hal ini terjadi pada kondisi panas dan lembab. (1) Miliaria dapat terjadi pada pria dan wanita, semua ras dan semua usia. Miliaria kristalina dan miliaria rubra relatif lebih sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, tetapi pada keadaan yang cocok semua bayi dapat terkena miliaria. Pajanan panas yang lama, lingkungan yang lembab seperti pada daerah tropis dan pekerjaan tertentu serta setelah sakit panas akan mendukung terjadinya miliaria. Juga celana yang tertutup rapat merupakan suatu keadaan yang disukai untuk berkembangnya miliaria misalnya pada daerah popok, terlalu lama berbaring. (1,3) 1

Lapsus Azet Kulit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus

Citation preview

Page 1: Lapsus Azet Kulit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Miliaria merupakan suatu bentuk yang umum untuk suatu sumbatan saluran

keringat yang mengakibatkan air keringat tertahan didalam kulit yaitu pada

epidermis dan papilla dermis, yang terjadi secara mendadak dan menyebar secara

alami, hal ini terjadi pada kondisi panas dan lembab.(1)

Miliaria dapat terjadi pada pria dan wanita, semua ras dan semua usia.

Miliaria kristalina dan miliaria rubra relatif lebih sering ditemukan pada bayi dan

anak-anak, tetapi pada keadaan yang cocok semua bayi dapat terkena miliaria.

Pajanan panas yang lama, lingkungan yang lembab seperti pada daerah tropis

dan pekerjaan tertentu serta setelah sakit panas akan mendukung terjadinya

miliaria. Juga celana yang tertutup rapat merupakan suatu keadaan yang disukai

untuk berkembangnya miliaria misalnya pada daerah popok, terlalu lama

berbaring.(1,3)

BAB II

1

Page 2: Lapsus Azet Kulit

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Miliaria

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi kelenjar keringat ekrin yang

ditandai dengan adanya vesikel milier.(1,3)

Miliaria crystallina adalah kondisi umum yang terjadi pada neonatus, dengan

puncaknya pada usia 1 minggu, dan pada individu yang demam atau mereka

yang baru saja pindah ke iklim panas dan lembab. Miliaria rubra juga umum

terjadi pada bayi dan orang dewasa yang pindah ke lingkungan tropis, bentuk ini

terjadi pada sebanyak 30 % dari orang yang terkena kondisi seperti itu. Miliaria

profunda adalah suatu kondisi langka yang terjadi pada hanya sebagian kecil dari

mereka yang telah berulang menderita miliaria rubra.(2)

Data terbaik tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir adalah dari

penelitian di Jepang dengan sampel lebih dari 5000 bayi. Survei ini

mengungkapkan bahwa miliaria crystallina terjadi pada 4,5% dari neonatus ,

dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus ,

dengan usia rata-rata 11-14 hari. Sebuah studi survei tahun 2006 dari Iran

menemukan kejadian miliaria 1,3 % pada bayi baru lahir. Sebuah survei pasien

anak di Northeastern India menunjukkan kejadian miliaria sebesar 1,6 %.

Di seluruh dunia, miliaria merupakan kelaianan kulit umum di lingkungan

tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan

yang memiliki temperature yang lebih tinggi. Miliaria menjadi masalah yang

signifikan bagi personil militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia

Tenggara dan Pasifik. (4)

Miliaria dapat terjadi pada individu dari semua ras, meskipun beberapa studi

menunjukkan bahwa orang Asia yang memproduksi keringat lebih sedikit

dibandingkan kulit putih, cenderung kurang mengalami miliaria rubra. Predileksi

jenis kelamin tidak ada bukti.(2)

2

Page 3: Lapsus Azet Kulit

Miliaria rubra dan miliaria crystallina dapat terjadi pada orang dari segala

usia, tetapi penyakit ini paling umum pada bayi. Dalam sebuah survei di Jepang

pada lebih dari 5.000 bayi, miliaria crystallina terjadi pada 4,5% dari neonatus,

dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus,

dengan usia rata-rata 11-14 hari.(3)

Miliaria pertama kali diuraikan oleh Robinson pada tahun 1884. Kelainan ini

berdasarkan tingkat sumbatan saluran keringat. Miliaria dibagi menjadi:

1. Miliaria kristalina (MK) atau sudamina disebabkan oleh obstruksi pada

saluran keringat pada stratum korneum, dan muncul sebagai vesikel kecil

jernih yang mudah pecah. Jenis ini mempunyai tanda khas, yakni vesikel

kecil-kecil jernih seperti Kristal dengan diameter 1-2 mm, menyerupai titik-

titik air pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya tanpa symptom dan diketahui

secara kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah

intertriginosa, seperti pada ketiak dan leher, serta badan. Vesikel

berkelompok, mudah pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan.

Pada miliaria kristalina obstruksi terjadi di antara stratum korneum.(3,4)

2. Miliaria rubra (MR) atau prickly heat, heat rash, licken tropicus terjadi

obstruksi lebih dalam pada stratum Malpighi dan muncul berupa papula

eritem yang gatal. Miliaria rubra adalah miliaria yang paling umum, ditandai

dengan papul eritem yang gatal di sekitar pori-pori keringat.12 Miliaria rubra

tidak mengenai muka dan bagian volar kulit, tetapi mengenai permukaan kulit

yang istrahat, terutama pada bagian punggung dan leher. Rasa gatal, dan

kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan

rangsangan yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang luas dan berat

dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas (heat exhaustion)

serta pingsan.(3)

3. Miliaria profunda (MP) merupakan hasil kebocoran keringat menuju dermis

menyebabkan nodul yang gatal. Miliaria profunda merupakan akibat dari

3

Page 4: Lapsus Azet Kulit

obstruksi saluran keringat pada zona dermo-epidermal junction. Miliaria

profunda ditandai dengan papul putih berukuran 1-3 mm, predileksi terutama

pada badan dan ekstremitas. Eritema dan gatal sangat ringan atau tidak ada

sama sekali.(4)

4. Miliaria pustulosa (M. Pus) menggambarkan pustula akibat inflamasi dan

infeksi sekunder.(1,2,4) Miliaria pustulosa merupakan varian dari miliaria rubra

yang mengalami respon inflamasi atau terjadi infeksi sekunder atau setelah

terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra sehingga terbentuklah miliaria

pustulosa dengan gejala papul putih yang dalam, sering terjadi pada ilkim

tropis.1

Terdapat beberapa pendapat mengenai penyebab miliaria, yaitu:

1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran

ekrin yang immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat

keluar. Ruptur ini mengakibatkan terjadinya miliaria.

2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada

individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini

4

Gambar 1. Klasifikasi Miliaria berdasarkan letak obstruksi saluran keringat

Page 5: Lapsus Azet Kulit

biasanya berubah setelah individu tinggal di kondisi panas dan lembab

selama beberapa bulan.

3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator,

dan demam mungkin dapat menyebabkan miliaria.

4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.

5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat

yang menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan

miliaria.

6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat

mencegah miliaria.

7. Pseudohipoaldosteronisme tipe I : PHA I merupakan gangguan akibat

resisten terhadap mineralokortikoid yang memicu kehilangan sodium klorida

secara besar melalui sekresi kelenjar ekrin. Hal ini berhubungan dengan

episode berulang miliaria rubra pustular.

8. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina

terjadi pada kulit yang terekspos sinar ultraviolet.(2,3)

Patogenesis miliaria kurang dimengerti, namun miliaria adalah akibat

obstruksi saluran keringat ekrin. Retensi keringat ini menyebabkan kebocoran

keringat menuju jaringan sekitar saluran keringat, menyebabkan erupsi.

Lokasi sumbatan dalam saluran keringat dapat menentukan tipe miliaria yang

timbul.

1. Sumbatan superfisial di dalam stratum korneum akan menghasilkan miliaria

kristalina. Saluran yang berada di bawah sumbatan pecah dan timbul vesikula

kecil putih seperti Kristal jernih. Atap vesikula terdiri dari stratum korneum.

2. Jika sumbatan lebih dalam yakni di dalam epidermis dan saluran keringat

yang pecah ada di dalam epidermis. Tipe ini dikenal dengan miliaria rubra.

Miliaria ini ditandai dengan eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat

dari vasodilatasi dan rangsangan reseptor gatal oleh enzim yang keluar dari

sel epidermis karena keringat yang masuk ke dalam epidermis.

5

Page 6: Lapsus Azet Kulit

3. Jika sumbatan terletak lebih dalam lagi, dibagian dermo-epidermal junction,

vesikula terjadi terletak di dalam dermis bagian superfisial, ini dikenal

dengan miliaria profunda. Apabila miliaria rubra terjadi berulang atau terjadi

infeksi sekunder maka terbentuk miliaria pustulosa.(1,2,4)

2.2. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,

disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopi pada keluarga

atau penderita.(5)

DA cenderung diturunkan. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih

dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan

meningkat menjadi 79% jika kedua orang tua menderita atopi. (5)

Berbagai faktor berpengaruh terhadap patogenesis DA, misalnya faktor

genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik. Namun konsep dasar

patogenesis DA adalah mekanisme imunologik, dibuktikan oleh peningkatan kadar

IgE dan eosinofil. Terdapat 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi: (5)

-       Kelas I        : gen predisposisi untuk atopi dan respon umum IgE.

-       Kelas II       : gen yang berpengaruh pada respon IgE spesifik.

-       Kelas III      : gen yang mempengaruhi mekanisme non-inflamasi

-       Kelas IV       : gen yang mempengaruhi inflamasi yang tidak diperantarai IgE.

Kulit umumnya kering, pucat, kadar lipid epidermis berkurang, dan

kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin. Gejala utama

DA adalah pruritus (gatal) yang hilang timbul, umumnya lebih hebat malam hari,

akibatnya penderita akan menggaruk. Hal ini dapat menimbulkan kelainan kulit

berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. (5)

DA dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu DA infantil (usia 2 bulan sampai 2

tahun), DA anak (usia 2 sampai 10 tahun), dan DA pada remaja dan dewasa. Pada

fase bayi lesi terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu. Umumnya,

6

Page 7: Lapsus Azet Kulit

lesi DA infantil eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta, dan dapat mengalami

infeksi. Pada tipe anak, terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku dan

lutut. Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, sedikit

likenifikasi, dan skuama. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat

menghambat pertumbuhan. Sedangkan pada tipe dewasa lebih sering dijumpai pada

tangan, kelopak mata dan areola mamma, berupa papul eritematosa dan berskuama,

atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi di lipat siku, lutut,

dan samping leher, dahi, dan disekitar mata. Pada DA dewasa, distribusi lesi kurang

karakteristik. (5,7)

Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat

atopic. Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA, misalnya kriteria

Hanifin dan Rajka, kriteria Williams, kriteria UK Working Party, SCORAD (the

scoring of atopic dermatitis) dan EASI (the eczema area and severity index). Selama

2 dekade terakhir ini, berbagai upaya dilakukan untuk membuat standar evaluasi DA.

Idealnya, kriteria ini harus efisien, sederhana, komprehensif, konsisten, dan fleksibel.

Selain itu juga dapat menilai efektivitas terapi yang diberikan. Tetapi, kriteria yang

sering digunakan karena relatif praktis ialah kriteria Hanifin dan Rajka. Pada criteria

ini, diagnosis DA dietegakkan bila setidaknya dijumpai 3 kriteria mayor dan 3 kriteria

minor sebagai berikut: (5)

Kriteria

Mayor

1.     Pruritus Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan

anak

2.     Dermatitis di fleksura pada dewasa

3.     Dermatitis kronis atau residif

4.     Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kritera Minor1.     Xerosis

2.     Infeksi kulit (S.aureus dan virus herpes simpleks)

7

Page 8: Lapsus Azet Kulit

3.     Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki

4.     Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris

5.     Pitiriasis alba Dermatitis di papila mamme

6.     White dermographism dan delayed blanch response

7.     Keilitis Lipatan infra orbital Dennie-Morgan

8.     Konjungtivitis berulang

9.     Keratokonus Katarak subkapsular anterior

10. Orbita menjadi gelap

11. Muka pucat atau eritem

12. Gatal bila berkeringat

13. Intolerens terhadap wol atau pelarut lemak

14. Aksentuasi perifolikular

15. Hipersensitif terhadap makanan

16. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

atau emosi

17. Tes kulit alergi tipe dadakan positif

18. Kadar IgE di dalam serum meningkat

19. Awitan pada usia dini Hetok sign

Terapi berupa hidrasi kulit untuk mengatasi kulit kering dan fungsi sawar

yang berkurang, yang dapat berakibat mempermudah masuknya mikroorganisme

patogen, bahan iritan, dan alergen. Kortikosteroid topikal paling sering digunakan

sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Dapat digunakan juga immunomodulator topikal,

juga preparat ter sebagai anti-pruritus dan anti-inflamasi pada kulit. Antihistamin

topikal tidak dianjurkan karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. (5)

Kortikosteroid topikal sering dipakai pada pengobatan DA sebagai anti-

inflamasi lesi kulit. Pada bayi digunakan salap steroid potensi rendah, misalnya

hidrokortison 1%-2,5%. Pada anak dan dewasa biasa dipakai steroid berpotensi

8

Page 9: Lapsus Azet Kulit

menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka, daerah genitalia dan

intertriginosa digunakan steroid potensi rendah. Antihistamin (AH) yang bekerja

secara sistemik digunakan untuk mengurangi rasa gatal, terutama malam hari, yang

mengganggu tidur, sehingga digunakan AH berefek sedatif, misalnya hidroksisin atau

difenhidramin. (5)

2.3. Prurigo simpleks

Nama lain dari prurigo simpleks adalah Prurogo mitis. Jika warnanya lebih gelap, dapat

disebut prurigo pigmentosa.(6)

Prurigo simpleks bisa mengenai anak-anak maupun dewasa. Prurigo papul tampak

dalam macam-macam tingkat perkembangan dan ditemukan paling sering pada orang

dengan usia pertengahan.(6,9)

Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian ekstensor ekstremitas,

terbanyak pada tungkai dan bokong. Muka dan bagian kepala yang berambut juga dapat

terkena tersendiri atau bersama-sama dengan tempat lainnya. (6,9,10)

Gambaran klinis dapat bervariasi. Lesi biasanya muncul dalam kelompok-kelompok,

sehingga papul-papul, vesikel-vesikel dan jaringan-jaringan parut sebagai tingkat

perkembangan penyakit terakhir dapat terlihat pada saat yang bersamaan. Tampak

terdistribusi simetris, kecil, gatal yang terus menerus, dan terlihat sebagai papul beratap seperti

kubah dan kadang terdapat lepuh. Gatal yang parah dapat membuat pasien terus menggaruk

sehingga memberikan gambaran papul yang ekskoriasi disertai likenifikasi atau penebalan pada

kulit. Dapat menyebabkan stres karena rasa sangat gatal hingga sering membuat sulit tidur (6,8,9)

Beberapa variasi prurigo pemah dilaporkan. Prurigo melanotik Pierini dan Borda terjadi pada

wanita usia pertengahan berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris primer. Lesi

berupa hiperpigmentasi retikular, sangat gatal, terutama mengenai badan. Prurigo kulit kepala

yang berambut dapat terjadi secara sendiri atau bersama-sama dengan lesi prurigo di

tempat lain.(11)

9

Page 10: Lapsus Azet Kulit

Pengobatannya simtomatik, diberikan obat untuk mengurangi gatal seperti

antihistamin, baik sistemik (sedativa) maupun topikal.(11) Lesi juga berespon terhadap

pemberian kortikosteroid topikal, dan terapi UVA dan UVB untuk kasus tertentu.

Terdapat penelitian pada kasus prurigo simpleks subakut diterapi dengan ‘foil bath

PUVA’ pada konsentrasi 0.5 mg 8-methoxypsoralen/l. Terapi tersebut dinyatakan

aman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk prurigo simpleks subakut.(12)

BAB III

LAPORAN KASUS

10

Prurigo Simpleks

Page 11: Lapsus Azet Kulit

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Pensiun

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Bangsa/ Suku Bangsa : Palembang

Alamat : Jl. Pangeran Ratu

Tanggal kunjungan / jam : 19 Mei 2015/ 11.00 WIB

3.2. Anamnesis

Diperoleh secara autoanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang BARI

pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 11.30 WIB.

3.2.1 Keluhan utama :

Timbul bintil-bintil berwarna merah di lengan bawah kanan dan kiri

sejak 2 minggu yang lalu

3.2.2 Keluhan tambahan :

Gatal dan perih

3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit :

Kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien mengatakan pada lengan bawah

kanan dan kiri timbul bintil berwarna merah yang gatal sebesar jarum pentul.

Sebagian bintil berisi cairan bening. Kemudian pasien menggaruk terus-

menerus sampai gatalnya hilang namun menjadi perih. Pasien mengatakan

gatalnya timbul sewaktu-waktu, namun lebih meningkat saat pasien

berkeringat. Bintil meluas sampai ke badan, punggung dan belakang leher.

Pasien tidak memberikat obat apapun.

11

Page 12: Lapsus Azet Kulit

Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke

RSUD Palembang BARI.

3.2.4 Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama namun pada

kaki sekitar 2 bulan yang lalu. Setelah diobati di RSMH, pasien mengaku

keluhan membaik. Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat atopi, darah

tinggi, kencing manis, gangguan empedu, hipertiroidea maupun penyakit kronis

lainnya. Pasien mengatakan tidak punya riwayat alergi terhadap makanan dan

obat.

3.2.5 Riwayat penyakit dalam keluarga

Riwayat atopi dalam keluarga disangkal

1.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita tidak bekerja, penderita adalah seorang lansia yang tinggal

bersama istri di rumah, biaya pengobatan menggunakan BPJS (ASKES) kelas I,

kesan ekonomi menengah.

1.2.7 Riwayat Kebersihan

Penderita mandi 2-3 kali sehari, pagi dan sore dengan menggunakan

air PAM. Sebelum adanya keluhan pasien merasa higienitas terjaga dengan

baik.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Dermatologikus

12

Page 13: Lapsus Azet Kulit

Regio Antebrachii dextra et sinistra

Tampak papul eritem multipel miliar, tersebar diskret disertai vesikel eritem

multiple miliar, tersebar diskret.

.

13

Page 14: Lapsus Azet Kulit

Regio coli posterior

Tampak nodul eritem soliter, dikelilingi papul eritem multipel, miliar dan

vesikel eritem multipel miliar tersebar secara korimbiformis

3.3 Diagnosis Kerja

Miliaria

3.4 Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan dermatopathology

3.5. Diagnosis Banding

1. Miliaria Rubra

2. Prurigo Simpleks

3.6. Tatalaksana

Edukasi ke pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat,

kurangi pajanan panas, bilas bagian tubuh yang tidak tertutup pakaian bila

berkeringat.

Untuk mengurangi rasa gatal diberikan losio Faberi ditambahkan dengan

metholum.

14

Page 15: Lapsus Azet Kulit

3.7. Prognosis

Prognosis pada kasus ini adalah baik karena berdasarkan anamnesis, pruritus

pada pasien ini tidak disebabkan adanya penyakit yang mendasari serta status

psikologik pasien dalam keadaan baik.11

3.8 Resume

Pasien laki-laki, 58 tahun, datang ke Klinik Kulit dan Kelamin RSUD

Palembang BARI dengan keluhan utama yaitu timbul bintil kemerahan yang gatal

sejak 2 minggu yang lalu. Sebagian bintil berisi cairan. Pasien menggaruk terus-

menerus sampai gatalnya hilang sehingga kulit pasien menjadi lecet, kemudian bintil

berisi cairan pecah dan perih. Gatal sangat dirasakan saat berkeringat. Riwayat

penyakit dahulu yaitu pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Tidak ada

penyakit kronis, riwayat atopi, maupun gigitan serangga.

Dari status dermatologikus, pada regio antebrachii anterior dextra et sinistra

terdapat papul eritem multiple miliar tersebar diskret disertai vesikel eritem multiple

miliar tersebar diskret. Dan pada regio coli posterior terdapat nodul eritem soliter

dikelilingi oleh papul eritem multipel miliar dan vesikel eritem multipel miliar yang

tersebar korimbiformis.

Dari anamnesa dan status dermatologikus, diagnosa yang dapat ditarik adalah

miliaria, dimana rasa gatal dirasakan terutama pada saat berkeringat, efloresensi yang

monomorfik berupa papul dan vesikel eritem. Pengobatan miliaria dilakukan dengan

cara memberi edukasi terhadap pasien dan lotio fraberi.

15

Page 16: Lapsus Azet Kulit

BAB IV

ANALISA KASUS

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi kelenjar keringat ekrin yang

ditandai dengan adanya vesikel miliar.

Pada kasus ini pasien Tn. R berusia 58 tahun, dengan keluhan adanya bintil

kehitaman yang sebagian berisi cairan dan terasa gatal di tangan kiri dan kanan sejak

2 minggu yang lalu. Keluhan tersebut disertai rasa gatal dirasakan terutama saat

berkeringat. Diagnosis miliaria pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan status

dermatologikus.

Anamnesis

Miliaria Prurigo Kasus

- Sangat gatal

saat berkeringat

- Semua usia

- perih

- predileksi di

area banyak

berkeringat

-Rasa gatal yang kronis dan terus menerus

-semua usia

-biasanya disertai penyakit sistemik kronik

-predileksi di badan, ekstensor ektremitas dan bokong

- Sangat gatal saat

berkeringat

- 58 tahun

- Perih saat vesikel pecah

- Tangan, punggung,

badan dan belakang

leher

- Riwayat penyakit

kronik disangkal

16

Page 17: Lapsus Azet Kulit

Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami bersifat

Sewaktu-waktu dan hanya dirasakan saat berkeringat di tangan kanan dan kiri serta

badan dan punggung. Berdasarkan teori, anamnesis di atas adalah sesuai untuk

mendukung ke arah diagnosis miliaria.

Status Dermatologis

Miliaria Prurigo Kasus

- Tempat predileksi: area

yang sering

berkeringat

- Lesi papula-vesikel

eritem, dapat menjadi

pustula bila terjadi

infeksi sekunder

-Tempat predileksi di badan, ekstensor ekstremitas dan bokong

-Lesi papul, vesikel dan jaringan parut tersebar simetris dan dapat terjadi likenifikasi

Regio antebrachii dextra et

sinistra

Tampak papulo-vesikel

eritem multipel miliar,

sirkumskrip, diskret

Regio coli posterior

Tampak papulo-vesikel

eritem multipel miliar-

lentikular, sirkumskrip,

korimbiformis

Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung

pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya,

penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.

17

Page 18: Lapsus Azet Kulit

Pengobatan

Teori(3) Kasus

Umum

- Bertujuan untuk mencegah rasa

gatal, karena pada dasarnya

tindakan menggaruk lesi yang

terasa gatal justru akan

memperberat lesi, dan memperberat

gatal yang dirasakan. Penyebab

sistemik dari gatal harus

diidentifikasi

Khusus

- losio fraberri dicampur dengan mentol

0,25% untuk mengurangi rasa gatal

- gunakan bahan pakaian yang tipis dan

mudah menyerap keringat.

-kurangi pajanan langsung dengan sinar matahari- bilas area yang tidak tertutup pakaian dengan air bila berkeringat

Umum

- Mengurangi menggaruk daerah gatal

tersebut karena akan menimbulkan

perlukaan.

- Kontrol ke dokter teratur

Khusus

Lotio Faberi(3)

Disarankan memakai pakaian tipis dan

mudah menyerap keringat

Bilas lengan dengan air pada siang hari

bila banyak berkeringat.

18

Page 19: Lapsus Azet Kulit

DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin D. Ilmu Penyakit Kulit. Makasar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK-UNHAS. 2003.

2. Al-Hilo MM. Al-Saedy SJ. Alwan AI. Atypical Presentation of Miliaria in Iraqi Patients Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical Descriptive Study. Iraq: American Journal of Dermatology and Venereology. 2002.

3. Natahusada EC. Miliaria dalam Djuanda A: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013:223-224.

4. Levin NA. Dermatologic Manifestation of Miliaria. 2012. Akses dari: http://Emedicine.com. Tanggal. 21 Mei 2015.

5. Djuanda, Suria. Dermatitis dalam Djuanda, Adi: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2006:111- 117.

6. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen SimplexChronic/Prurigo7. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and

noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrew’s Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000: 69-94.

8. Wiryadi, Benny. Prurigo. dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Djuanda A. dkk. (Ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2007: 272-275.

9. Prurigo. Februari 14, 2011 (cited March 24, 2011) Available at http:// dermnetnz / Prurigo .html

10. Principles of Pediatric Dermatology chapter 36. Prurigo. (cited March 24, 2011) Available at http:// prurigo/chapter36 / Prurigo.htm

11. Prurigo. 2010 (cited March 24, 2011) Available at http:// dinar’s- site / Prurigo .htm

12. Prurigo. August 10, 2011 (cited March 24, 2011) Available at http:// medical- journal / Prurigo .htm

19