25
LAPORAN KASUS KISTA MAXILLARIS OLEH : Inna Sholati, S.Ked (G1A105027) KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI 1

LapSus Kista maxilaris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kasus dibuat oleh: Inna Sholati,S.Ked, KOAS di FK UNJA

Citation preview

Page 1: LapSus Kista maxilaris

LAPORAN KASUS

KISTA MAXILLARIS

OLEH :

Inna Sholati, S.Ked

(G1A105027)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI

2011

1

Page 2: LapSus Kista maxilaris

STATUS PASIEN

Identitas

Nama : E

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jambi

Agama : Islam

MRS : 17-01-2011

Anamnesa

Keluhan Utama :

Rasa sakit pada pipi bagian kiri

Riwayat Penyakit sekarang :

± 1 tahun yang lalu Os mengeluh sakit gigi dan bengkak pada gusi bagian kiri,

sakit hilang timbul. Os berobat kedokter, gigi yang sakit sudah dicabut tapi sakit

masih timbul.

± 3 bulan yang lalu Os mengeluh pipi sebelah kiri semakin bengkak, kepala

pusing dan gigi sakit hilang timbul.

Os mengaku tidak batuk, pilek.

Status Presen

- Sensorium : Compos mentis - Nadi : 84 x/menit

- Pernafasan : 20 x/menit - TD : 90/60 mmHg

- Suhu : 37º C - KU : Sedang

2

Page 3: LapSus Kista maxilaris

Hal-Hal Lain yang Penting

Hidung : Kanan Kiri

• Cairan :

Encer - -

Kental - -

Darah - -

Nanah - -

• Berbau : - -

• Tumpat : - -

• Penciuman : + +

• Sakit : - -

• Gatal : - -

• Bersin-bersin : - -

Telinga : Kanan Kiri

• Cairan:

Encer - -

Kental - -

Darah - -

Nanah - -

• Gatal : - -

• Dikorek : - -

• Sakit : - -

• Bengkak : - -

• Pendengaran : + +

• Tinitus : - -

• Mengunyah sakit : - -

3

Page 4: LapSus Kista maxilaris

Kerongkongan : Laring :

• Sakit leher : - - Suara serak : -

• Sakit menelan : - - Sesak nafas : -

• Sangkut menelan : - - Batuk : -

• Seperti ada benda : -

• Terasa kering : -

• Gatal : -

• Lendir : -

• Berbunyi : -

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala dan Leher

Bentuk : Normal

Kelenjar Regional : Normal

Telinga

Kanan Kiri

- Daun Telinga : Normal Normal

- Liang Telinga : Serumen (+) Serumen (+)

- Membran timpani : Normal, RC (+) Normal, RC (+)

- Retro auriculaur : Normal Normal

- Pre auriculaur : Normal Normal

Tes Pendengaran Kanan Kiri

Rinne : + +

Weber : Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)

Schwabach : = pemeriksa = pemeriksa

Kesimpulan : Pendengaran Normal

4

Page 5: LapSus Kista maxilaris

Hidung

• Bentuk : N

• Luka : -

• Cairan : -

• Krusta : -

• Bisul : -

• Fraktur : -

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi N N

Kavum nasi Sempit sempit

Selaput lendir Hiperemis+ Hiperemis +

Septum nasi Deviasi - Deviasi -

Lantai+dasar hidung Hiperemis - Hiperemis -

Konka inferior N N

Meatus nasi inferior N N

Konka media N N

Meatus nasi media N N

Polip - -

Korpus alienum - -

Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior : tidak dapat dinilai, karena os selalu merasa ingin muntah.

Transluminasi : sinus maxillaris sinistra (+)

Mulut

Selaput lendir mulut : Normal

Bibir : Mukosa bibir basah

Lidah : Ulkus (-), Warna merah muda

Gigi : Karies (+) di gigi Molar kiri atas, edema (+)

Kelenjar ludah : Normal

5

Page 6: LapSus Kista maxilaris

Faring

Uvula : bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)

Palatum mole : Normal

Palatum durum : Normal

Plika anterior : Hiperemis (-)

Tonsil : T0 – T0

Plika posterior : Hiperemis (-)

Mukosa orofaring : Hiperemis (-), bergranul (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Radiologi :

- Rontgen foto panoramic: suspek peri apical abses regio 2-5,

dd Tumor maxillaris sinistra.

- Rongten posisi waters: Tumor sinus maxillaris sinistra.

- CT-Scan: Tumor sinus maxillaris sinistra.

Laboratorium : WBC : 21,3 x 103/mm3

RBC : 3,78 x 106/mm3

Hb : 10 gr/dl

Ht : 30,1 %

PLT : 197x 103/mm3

Patologi Anatomi : -

DIAGNOSA BANDING :

- Kista sinus maxillaris

- Sinusitis

DIAGNOSIS KERJA : Kista sinus maxillaris

6

Page 7: LapSus Kista maxilaris

PENATALAKSANAAN :

- Antibiotik

- Analgetik

- Anti inflamasi

- Rencana Operasi

Tgl 18/1/11 –> dilakukan operasi

Diagnosa pra op: Kista maxillaris

Diagnosa post op: Ekstirpasi kista maxillaris sinistra

Th/: Bedah CWL

Pemasangan tampon sinus maxilarris dan tampon anterior

Ciprofloxaxine

Asam mefenamat

Follow Up:

Tgl 19/1/2011.

Kel: nyeri pada luka bekas operasi, perdarahan (-)

KU : sedang

TD : - mmHg, N: 86x/mnt, RR : 18x/mnt, S: Afebris

Cek Lab DR ulang post op: WBC : 6,9 x 103/mm3

RBC : 4,93 x 106/mm3

Hb : 12,9 gr/dl

Ht : 40,6 %

PLT : 354 x 103/mm3

Dx : post op extirpasi kista sinus maxillaris hari ke-1

Tx : Obs. KU dan TTV dan perdarahanLanjutkan Tx

7

Page 8: LapSus Kista maxilaris

Tgl 22/1/2011.

Kel: nyeri pada luka bekas operasi, perdarahan (-)

KU : sedang

TD : - mmHg, N: 84x/mnt, RR : 17x/mnt, S: Afebris0C

Dx : post op extirpasi kista sinus maxillaris hari ke-4

Tx : Obs. KU dan TTV dan perdarahanTampon sinus maxilarris dan anterior dicabutAnalgetik

Tgl 25/1/2011.

Kel: nyeri (-), perdarahan (-)

KU : baik

TD : - mmHg, N: 87x/mnt, RR : 17x/mnt, S: Afebris0C

Dx : post op extirpasi kista sinus maxillaris hari ke-7

Tx : Pasien diperbolehkan pulangKontrol ulang ke poli THT

8

Page 9: LapSus Kista maxilaris

TINJAUAN PUSTAKA

KISTA SINUS MAXILLARIS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir

sinus maksila bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan

cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.

Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus adalah

permukaan fasial os maksila yang disebut fossa kanina, dinding

posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksial, dinding medialnya

ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita,

dan dinding inferiornya ialah prosessus alveolaris dan palatum. Ostium

sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:

1. Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi

rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang –

kadang juga gigi taring (C), dan gigi molar (M3), bahkan akar – akar gigi

tersebut dapat menonjol kedalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah

naik keatas menyebabkan infkesi.

2. Kista sinus maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.

3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga

drainase kurang baik, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum

yang sempit.

4. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dean

pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat

menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan kista.

9

Page 10: LapSus Kista maxilaris

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa

bersilia dan palut lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara

teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti

jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. Pada dinding lateral hidung

terdapat dua aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari

kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan

ke nasofaring di depan muara tuba eustaehius. Lendir yang berasal dari

kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfeno-etmoidalis, dialirkan

ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada

sinusitis didapati sekret pasca nasal (post nasal drip) tetapi belum tentu ada

sekret di rongga hidung.

Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara

lain; sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu

keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan

tekanan udara, dan membantu produksi mucus untuk membersihkan

rongga hidung.

10

Page 11: LapSus Kista maxilaris

Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang paling sering

kena, oleh karena :

1. Merupakan sinus paranasal yang terbesar.

2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase)

dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia.

3. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosessus olveolaris), sehingga

infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila maupun kista maxillaris.

4. Ostium sinus maksila terletak di meatus medius, disekitar hiatus

semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.

2. Pengertian

Kista sinus maksilaris adalah pertumbuhan jaringan abnormal

terletak di salah satu rongga yang terletak di belakang tulang pipi di kedua

sisi hidung. Rongga ini disebut sinus, dan mereka berada di rahang atas,

atau bagian atas rahang. Kista ditutup kapsul/jkantung berisi dengan

cairan, udara atau materi setengah padat, yang mirip dengan tumor dan

biasanya jinak. Kebanyakan kista tidak berbahaya dan membutuhkan

pengobatan hingga cukup besar dan mengganggu fungsi jaringan

sekitarnya.

3. Etiologi

Kista dapat terbentuk di manapun pada tubuh dan dapat disebabkan

oleh infeksi, reaksi inflamasi, penyumbatan cairan atau genetik. Kista juga

dapat disebabkan oleh adanya infeksi pada gigi.

4. Gejala Klinis

Gejala seperti sakit kepala, nyeri wajah, termasuk di gigi atau

mata; infeksi sinus kronis, tekanan, dan pembengkakan dapat dialami jika

kista sinus maksilaris tumbuh terlalu besar atau terletak di daerah sensitif.

Kista ini dapat terbentuk di ostium, sebuah tabung yang memungkinkan

sinus untuk menguras, dan dapat menutup pembukaan. Hal ini

11

Page 12: LapSus Kista maxilaris

menyebabkan peningkatan nyeri wajah dan bengkak karena drainase

terganggu.

Jika infeksi tidak sudah ada, itu sangat mungkin bahwa

penyumbatan seperti ini akan mengarah ke satu dengan cepat. Terlepas

dari ukuran atau lokasi, mungkin bahwa kista akan menjadi terinfeksi dan

menyebabkan gejala tambahan atau peningkatan keparahan gejala yang

ada seperti pembengkakan, nyeri dan demam. Infeksi dari buruk busuk

atau abses gigi dapat menyebar ke daerah itu, terutama setelah bedah

mulut, karena lokasi sinus rahang atas.

5. Diagnosis

Diagnosis kista sinus maxillaris dibuat berdasarkan anamnesis

yang cermat, pemriksaan rinoskopi anterior dan posterior, serta

pemeriksaan penunjang berupa transluminasi untuk sinus maksila,

pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila,

pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu

dilakukan sinoskopi, pemeriksaan meatus medius dan meatus superior

dengan menggunakan naso-endoskopi dan pemeriksaan CT Scan.

X-ray, CT scan dapat menentukan diagnosis kista, dengan

mengetahui lokasi sangat penting dan dapat ditampilkan dalam gambar

tampak di sinus maksilaris dengan bayangan perselubungan pada sinus,

sebagian besar tepi yang jelas. Foto polos x-Ray (posisi water) tampak

sebagai penebalan dinding sinus, foto polos tak dapat membedakan antara

penebalan mukosa dan gambaran fibrotik beserta pembentukan jaringan

parut. Ketika ada kerusakan tulang, harus dibedakan dari tumor ganas.

Tumor ganas tulang osteolitik kehancuran, rasa sakit dan lebih buruk lagi,

ditandai dengan pertumbuhan yang cepat, CT jelas dapat menunjukkan

bentuk tumor dan struktur tulang dinding sinus. Mayoritas kista lendir di

CT ditampilkan sebagai kepadatan rendah atau massa isodense dengan

hanya sejumlah kecil lendir yang tercermin oleh tingginya tingkat

kepadatan tinggi, lesi yang bulat atau oval, tepi halus, garis yang jelas,

12

Page 13: LapSus Kista maxilaris

ketika tulang di sekitar penekanan tumor kualitatif perluasan keterbatasan

penipisan atau deformasi cacat penyerapan, kista masih kontur mulus,

meningkatkan scan menunjukkan bahwa dinding antara kista dan mukosa

sinus menunjukkan peningkatan retribusi cincin, tetapi kista tidak

menunjukkan peningkatan, untuk mengidentifikasi dengan tumor ganas.

6. Penatalaksanaan

Kista di sinus maksilaris jarang menimbulkan gejala, observasi dan

pengobatan asimtomatik tetapi ketika kista menghalangi jalan napas atau

penyebab penyumbatan maka operasi menjadi perlu. Indikasi operasi: ①

kista sinus maksilaris yang berhubungan dengan sakit kepala, nyeri pipi

atau tekanan di ② hidung selalu mengeluarkan sekret yang

mempengaruhi aktivitas; ③ merusak tulang.

Metode operasi kista sinus maxilarris:

a. Pembedahan Radikal Yaitu dengan mengangkat mukosa yang patologik

dan membuat drainase dari sinus yang terkena. Operasi pada sinus maksila

adalah operasi Caldwell-Luc. (1,2,6,8).

Bedah Caldwell-Luc. Caldwell-Luc adalah fenestration dari

dinding anterior dari sinus maksilaris dan drainase bedah sinus ini ke

dalam hidung melalui sebuah antrostomy. Prosedur ini dilakukan di bawah

anestesi umum. Potong kecil dibuat antara bibir atas dan gusi untuk

memberikan akses ke rahang atas sinus, di dinding anterior dari sinus

maksilaris. Pembukaan alami dari sinus ke rongga hidung sering

diperbesar pada saat yang sama untuk memperbaiki drainase sekresi

normal dan mengurangi kemungkinan berulang penyakit. Komplikasi

umum yang biasa terjadi pasca bedah caldwell-luck: Wajah bengkak ,

13

Page 14: LapSus Kista maxilaris

Nyeri/mati rasa pada wajah (neurapraxia infra-orbital), terjadi sementara

jarang menetap dan Sakit (sementara / permanen) dari gigi dan gusi atas.

b. Pembedahan Non Radikal Yaitu metode operasi sinus paranasal dengan

menggunakan endoskopi yang disebut “bedah sinus endoskopik

fungsional” (BSEF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah

kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi,

sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium

alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali normal. (1,2,6,8).

Bedah endoskopi fenestration kista rahang atas, menggunakan alat

medis yang fleksibel, endoskopi, untuk memungkinkan dokter untuk

melihat bagian dalam hidung dan sinus, kemudian dapat menghilangkan

kista dengan memotong dan melakukan pengisapan. Keuntungan adalah:

①posisi akurat, luka bedah di kecil, pemulihan pascaoperasi cepat, dan

efektif mempertahankan tulang sinus dan mukosa sinus untuk

mempertahankan fungsi normal fisiologis dan mengurangi komplikasi

pasca operasi gas akan; ② setelah pengeboran dapat diamati melalui

14

Page 15: LapSus Kista maxilaris

meatus inferior rongga sinus maksilaris pada situasi dan membersihkan

sisa penyakit sinus dan mengurangi tingkat relaps; ③ Metode ini

sederhana, hanya diperlukan anestesi, perdarahan kurang adalah ringan,

sakit kurang, pasien mudah diterima di bedah rawat jalan, mengurangi

biaya medis.

7. Komplikasi

Jika kista sinus maxillaris tidak diobati maka akan timbul

komplikasi, antaralain lesi kista yang semakin besar/luas dapat

menyebabkan serangkaian gejala seperti sakit kepala dan

ketidaknyamanan, hidung tersumbat, pilek, seperti kista sekitar kompresi

saraf dapat terjadi setelah migrain, nyeri pipi dan mati rasa, kista pecah

sendiri dapat menyebabkan aliran fluida intermiten hidung, kista terus

memperluas ekspansi luar dari pertumbuhan dapat sinus, dinding sinus

penipisan tulang/kerusakan, dan akhirnya masuk ke area pembentukan

tulang yang disebabkan oleh kista yang menyebar, menyebabkan gejala

seperti deformasi mengangkat struktur wajah yang berdekatan, proptosis,

gejala intrakranial dan sebagainya.

Komplikasi pasca bedah caldwell-luck yang jarang terjadi:4

Facial asimetri karena gigih wajah bengkak dikaitkan dengan

jaringan parut dan penebalan jaringan wajah (mungkin karena

cairan limfatik melarikan diri dari yang limfatik saluran yang rusak

berikut pencabutan berlebihan pipi).

sinusitis.

perdarahan dari sinus / hidung membutuhkan kemasan sinus /

hidung.

Infeksi pada kantung naso-lakrimal (dacryocystitis) (2ndary untuk

naso-lakrimal saluran obstruksi).

15

Page 16: LapSus Kista maxilaris

Hipersensitivitas Post-op atau 'terbakar' rasa sakit selama gusi pipi,

atau gigi(Hypæsthesia / dysæsthesia dari saraf Infra-Orbital).

Kebutaan (jika rongga mata dimasukkan) & mengurangi ketajaman

visi & gerakan mata (disfungsi okular).

16

Page 17: LapSus Kista maxilaris

TINJAUAN PUSTAKA

1. Soepardi E.A., H., dr., Sp.THT., Iskandar, H., Prof., dr., Sp.THT.,

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher,

Ed 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2001 ; 115 – 24.

2. Adam Boies Higler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Ke-6. Cetakan I.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1994; 240 – 60.

3. Jian-Ming Dong. Resection of inferior meatus maxillary cyst fenestration [J]. Chinese Journal of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 2007,14:302. www.altheweb.com

4. Zhao Xiao. Maxillary cyst by endoscopic observation [J] . Third Military Medical University School, 2007,29:1264. www.altheweb.com

5. Australia & New Zealand Journal of Surgery 2008. Komplikasi Of The Operasi Caldwell-Luc Dan Cara Hindari Them.

6. Slack R. Bates G. American Academy of Family Physicians. In:

Http://www.aafp.org/afp/980901ap/slack/Functional_endoscopy_sinus

_surgery/htm

7. Rasad S., Toraks dan Sinus Paranasal dalam Radiologi Diagnostik,

Ed-2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2005 ; 85 – 163 ; 431 – 46.

8. Http://www.yahoo.id/search/cache?/

PARANASAL_SINUSES_AND_DISORDERS-

Dr_G_K_HEBBAR`S_ENT_ENDOSCOPY_CENTRE.htm.

17