26
Judul Essay : Implementasi Kewaspadaan Nasional Oleh Pejabat Kementerian Pertanian Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan. A. Pendahuluan. Kewaspadaan Nasional atau Padnas memberikan pemahaman kepada kita tentang suatu sikap dalam hubungannya dengan nasionalisme yang dibangun dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab serta perhatian kita sebagai warga negara terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari suatu potensi ancaman. Kewaspadaan Nasional juga sebagai suatu kualitas kesiapan dan kesiagaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk mampu mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Padnas dapat juga diartikan manispestasi kepedulian dan rasa tanggung jawab bangsa Indonesia terhadap keselamatan dan kedudukan bangsa dan negara Kesatuan R.I. 1 Dari uraian di atas menyatakan bahwa subyek dari pada Kewaspadaan Nasional itu adalah seluruh warga negara bangsa Indonesia dengan tujuan terpeliharanya keselamatan dan kedudukan bangsa dan negara Kesatuan R.I dari berbagai bentuk dan potensi ancaman. 1 Lemhannas R.I., Pokja B.S. Padnas, TOR Essay Padnas PPRA XLVIII, Jakarta, 2012.

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

  • Upload
    voxuyen

  • View
    219

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

Judul Essay : Implementasi Kewaspadaan Nasional Oleh Pejabat Kementerian Pertanian Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan.

A. Pendahuluan.

Kewaspadaan Nasional atau Padnas memberikan pemahaman kepada kita

tentang suatu sikap dalam hubungannya dengan nasionalisme yang dibangun

dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab serta perhatian kita sebagai warga

negara terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara dari suatu potensi ancaman. Kewaspadaan Nasional juga sebagai

suatu kualitas kesiapan dan kesiagaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk

mampu mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegahan

berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Padnas dapat juga diartikan manispestasi kepedulian dan rasa

tanggung jawab bangsa Indonesia terhadap keselamatan dan kedudukan bangsa

dan negara Kesatuan R.I.1

Dari uraian di atas menyatakan bahwa subyek dari pada Kewaspadaan

Nasional itu adalah seluruh warga negara bangsa Indonesia dengan tujuan

terpeliharanya keselamatan dan kedudukan bangsa dan negara Kesatuan R.I

dari berbagai bentuk dan potensi ancaman.

Ancaman diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi baik alamiah

atau hasil rekayasa, berbentuk phisik atau non phisisk, berasal dari dalam atau

luar negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau

yang sudah nyata yang dapat membahayakan tatanan serta kelangsungan hidup

bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan nasional.

Bila dimasa perjuangan lalu, ketika Indonesia belum merdeka dan kemudian

merdeka sampai di era orde lama bentuk ancaman yang dihadapi oleh bangsa

dan negara ini adalah kolonialisme atau kaum penjajah yang masih ada di tanah

air Indonesia dan masih ingin kembali baik itu negara-negara Eropa (Belanda,

Inggris dan Portugis) maupun Jepang sebagai negara Asia. Disamping itu juga

sudah ada berbagai bentuk ancaman seperti pemberontakan paham Komunis,

DI/ TII dan PRRI Permesta. Begitu juga di era orde baru bentuk ancaman yang

1 Lemhannas R.I., Pokja B.S. Padnas, TOR Essay Padnas PPRA XLVIII, Jakarta, 2012.

Page 2: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

2

paling nyata diwaktu itu adalah bahaya laten komunis dan dibeberapa tempat

adanya kesenjangan pembangunan sehingga ada beberapa wilayah yang ingin

memisahkan diri dari Negara Kesatuan R.I seperti misalnya Gerakan Aceh

Merdeka (GAM) di Aceh dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua.

Disamping berbagai bentuk ancaman tersebut diatas sesuatu yang melanda

kebanyakan para pejabat di masa Orde Baru dan tampaknya sampai saat ini

adalah bentuk ancaman berupa napsu ingin memperkaya diri sendiri atau kroni

dan kelompoknya dengan mengambil keuangan negara dan atau pengelolaan

berbagai sumber kekayaan alam yang semestinya harus dimiliki oleh atau

keuntungannya untuk negara bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Tetapi senyatanya secara kasat mata pengelolaan sumber kekayaan alam ini

banyak dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu atau didominasi oleh pihak

asing seperti misalnya pengelolaan tambang baik minyak, gas, batu bara, emas,

ikan di laut, air minum dan lain-lain. Sugguhpun pengelolaan berbagai sumber

kekayaan alam baik yang berasal dari tanah, bumi dan air Indonesia yang

semestinya harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat

Indonesia tampaknya sah secara hukum, dikarenakan memang dibuat dasar

hukumnya sedemikian adanya, tetapi pada hakekatnya sudah mencederai

kepentingan seluruh rakyat Indonesia baik melalui nilai-nilai Idiologi Pancasila,

UUD 1945 dan sesungguhnya hal ini sebagai bentuk ancaman yang nyata dalam

kontek Kewaspadaan Nasional dan pada suatu waktu nanti akan menjadi

“petaka” bagi umat manusia Indonesia, apabila hal ini tidak segera dilakukan

perbaikan-perbaikan.

Diera saat ini jika kita melihat dari rumusan ancaman di atas, maka

sesungguhnya kesadaran akan Kewaspadaan Nasional semestinya semakin

harus ditingkatkan, karena bentuk ancaman semakin beragam. Seperti yang

akan dibahas dalam essay ini tentang Ketahanan Pangan dengan melihat

berbagai tantangan dan permasalahannya, apabila tidak ditangani dengan baik

akan berubah wujud menjadi ancaman yang membahayakan tatatanan dan

kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dalam rangka mencapai tujuan

nasional. Bahkan apabila masalah ketersediaan bahan pangan tidak dapat

diproduksi secara swadaya atau berkedaulatan, maka kedaulatan bernegarapun

akan tergadaikan kepada pihak-pihak atau negara-negara tertentu yang memang

Page 3: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

3

bisa memainkan peran melalui para pengusaha besar dibidang pangan, para

pejabat yang berkaitan dengan ekpor dan import pangan dan melalui aparat

Kementerian Pertanian yang dengan cara sengaja ataupun secara sembunyi-

sembunyi atau tidak langsung mengagalkan pembangunan dibidang pangan

dengan cara-cara melakukan KKN baik untuk menguntungkan diri sendiri, pihak

pengusaha import pangan atau oknum-oknum pejabat negara lainnya. Karena itu

identifikasi masalah dalam essay Kewaspadaan Nasional ini adalah : “Apakah

dengan Implementasi Kewaspadaan Nasional oleh Pejabat Kementerian

Pertanian dapat meningkatkan Ketahanan Pangan ?”. Dari identifikasi masalah

ini beberapa rumusan pokok masalah yang akan dikemukakan antara lain : 1.

Pemahaman terhadap pokok-pokok Kewaspadaan Nasional, 2. Tugas para

pejabat Kementerian Pertanian kaitannya dengan Ketahanan Pangan, 3.

Beberapa tantangan dan permasalahan Ketahanan Pangan dan 4. Analisis

Implementasi Kewaspadaan Nasional oleh para pejabat Kementerian Pertanian

dapat meningkatkan Ketahanan Pangan.

B. Pembahasan.

Dari uraian pendahuluan di atas telah dirumuskan beberapa pokok persoalan

dalam memecahkan masalah yaitu apakah dengan implementasi Kewaspadaan

Nasional oleh para pejabat Kementerian Pertanian dapat meningkatkan

Ketahanan Pangan. Tentu saja sebelum membahas masalah tersebut perlu

untuk diketahui tentang beberapa rumusan pokok masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman Terhadap Pokok-pokok Kewaspadaan Nasional.

Seperti telah disinggung di atas bahwa fakta sejarah mengajarkan

kepada kita bahwa bentuk ancaman dari era ke era bagi bangsa dan

negara Indonesia dapat berganti dan berubah sesuai dengan

perkembangan kemajuan berbangsa dan bernegara. Seperti dijelaskan

pada masa perjuangan kemerdekaan dan di awal kemerdekaan setelah

terbangun dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita

membangun Kewaspadaan Nasional dengan menempatkan penjajah atau

kolonial sebagai musuh atau sebagai ancaman utama. Kemudian sejalan

dengan perkembangan baik Indonesia dan lingkungan strategisnya

penjajahan ini berkembang dalam berbagai bentuk dan merambah pada

Page 4: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

4

berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek idiologi, politik, ekonomi, sosial

budaya dan Hankam (Panca Gatra). Modus ataupun cara dari berbagai

bentuk ancaman inipun semakin bervariasi mulai dari cara-cara yang halus

atau lunak sampai dengan cara-cara yang sangat kasar. Terkadang tidak

lagi mengindahkan hukum baik hukum formal, norma etika moral dan nilai-

nilai idiologi Pancasila serta tidak selalu dapat mengatas namakan negara

terhadap negara lain atau kelompok tertentu kepada negara lain

dikarenakan pengaruh globalisasi yang membawa dampak kaburnya

nasionalisme atau konsep nation suatu bangsa atau batas negara.

Globalisasi tampaknya telah mengubah geopolitik suatu bangsa

sesuai dengan perkembangannya dan dengan demikian Kewaspadaan

Nasional-pun harus menyesuaikan dengan perkembangan tersebut.

Pengertian Ancaman.

Dalam literatur dikemukakan bahwa selama di masa Orde Baru kita

sering menggunakan istilah ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan

atau disingkat (AGHT), sebagai cara memandang pihak-pihak tertentu yang

tidak sejalan dengan sistem pemerintahatau katakanlah rezim atau era

dimasa itu.

Ancaman. Diartikan tindakan, potensi, atau kondisi yang mengandung bahaya dan bersifat konseptual, baik tertutup maupun terbuka yang bertujuan mengubah Pancasila dan UUD 45 dan menggagalkan pembangunan nasional.

Gangguan. Diartikan adalah potensi atau kondisi yang mengandung bahaya dan tidak bersifat konseptual. Gangguan itu berasal dari luar diri sendiri yang bersifat merongrong pengamalan, mengurangi kemurnian pelaksanaan UUD 45, dan mengurangi kelancaran pembangunan nasional.

Hambatan. Diartikan tindakan, potensi atau kondisi yang mengandung bahaya dan tidak konseptual. Hambatan itu berasal dari dalam diri sendiri, dalam arti tidak mengamalkan Pancasila, menentang UUD, dan tidak berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

Tantangan adalah tindakan, potensi, atau kondisi baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri yang membawa masalah untuk diselesaikan serta dapat menggugah kemampuan diri.

Pengertian-pengertian di atas tentunya tidak hanya pengertian yang berdiri sendiri tanpa ada latar belakang tertentu yang membuat pengertian itu diacu dan dipedomani. Paling tidak pengertian-pengertian di atas mengait erat dengan situasi dan kondisi yang berlaku, keberadaan dan kewenangan institusi serta peraturan perundang-undangan yang berlaku pada eranya

Page 5: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

5

seperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada.

Pada era reformasi ini, pengertian di atas apakah masih relevan dan masih bisa kita pedomani ? Pertanyaan itu sudah tentu harus dijawab karena mengait dengan langkah-langkah atau konsepsi kewaspadaan nasional yang perlu kita siapkan pada era reformasi ini.

Hakikat Ancaman. Sesuai undang undang RI no 02 tahun 2003 tentang Pertahanan maka ancaman ada 2 (dua) macam yaitu ancaman militer dan ancaman non militer. Yang dimaksud dengan ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Sedangkan yang dimaksud dengan ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Ancaman itu sendiri dapat berasal, baik dari luar maupun dalam negeri. Kedua-duanya selalu memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi sehingga sulit untuk dapat dipisahkan. Ancaman yang datang dari luar negeri seperti invasi atau agresi dari negara lain berdasarkan perkiraan, ancaman dalam bentuk itu kecil kemungkinannya. Oleh karena itu, perkiraan ancaman yang lebih memungkinkan adalah ancaman non militer, yaitu setiap aksi yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dan negara kesatuan RI. 2

Ancaman yang paling mungkin dari luar negeri terhadap Indonesia adalah kejahatan yang terorganisasi yang dilakukan oleh aktor-aktor nonnegara untuk memperoleh keuntungan dengan memanipulasi kondisi dalam negeri dan keterbatasan aparatur pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk didalamnya masalah kemampuan negara dalam mengadakan pangan untuk individu, rumah tangga dan masyarakat dalam kaitannya dengan Ketahanan Pangan sangat memungkinkan menjadi ancaman terhadap kedaulatan pangan dan berujung pada kedaulatan bangsa

2 Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja B.S Padnas, Padnas Pasca Orde Baru, Jakarta, 2012, hal. 5.Melihat pengertian-pengertian ini sesungguhnya sangat baik, tetapi berdasarkan realita justru bermasalah pada tataran pelaksanaan yang hanya disesuikan dengan kehendak para “penguasa” saat itu, justru kelompok-kelompok kritis yang ingin mengoreksi pemerintah digolongkan sebagai “ancaman”, seperti misalnya Petisi 50. Dalam pembelajaran fakta ini sebaiknya dikemukakan untuk menumbuhkan pemahaman bahwa sebuah ketentuan yang baik dalam pelaksanaannya semestinya tidak boleh diputar balikkan sehingga berakibat pada nilai-nilai yang baik tersebut dianggap tidak baik, padahal yang tidak baik adalah para pelakunya.

Page 6: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

6

karena tindakan “manipulasi” yang dilakukan oleh aparat atau pejabat pemerintah termasuk Kementerian Pertanian.

Konsep Nation Suatu Negara.

Agar lebih jernih dapat melihat hakikat ancaman yang kita hadapi dalam kehidupan bernegara tanpa keterikatan dengan pengertian-pengertian kaku dan tekstual yang pernah dimiliki dulu tentang ancaman itu, ada baiknya kembali melihat apa itu negara yang menggunakan konsep nation seperti Indonesia ini.

Tiga syarat mendasar keberadaan sebuah negara meliputi wilayah, pemerintahan dan rakyat. Apabila ada kekhawatiran dan perlu diwaspadai akan adanya ancaman terhadap kelangsungan negara ini (NKRI), seharusnya hal yang harus diwaspadai adalah hal-hal yang menyangkut keutuhan wilayah (kedaulatan wilayah), pemerintahan dengan berbagai sistem yang digunakan serta rakyat dengan berbagai kemajemukannya harus dikerahkan untuk mencegah agar tidak terjadi ancaman terhadap wilayah NKRI. Kita sudah sepakat bahwa konsep Wawasan Nusantara kita tidak akan melakukan perluasan wilayah, tetapi akan mempertahankan walau sejengkal wilayah Indonesia dari ancaman sampai titik darah penghabisan.

Dari ketiga syarat mendasar eksistensi sebuah negara itulah, kita dapat mengidentifikasi berbagai macam ancaman yang akan dihadapi dikaitkan dengan kepentingan nasional negara serta lingkungan negara dengan negara-negara lain di dunia (perkembangan lingkungan strategis). Selama ini kacamata yang digunakan dalam mengidentifikasi sasaran ancaman yang akan kita hadapi selalu menggunakan kacamata Panca Gatra yaitu ipoleksosbud hankam. Lemhannas RI menggunakan istilah Asta Gatra yang meliputi Tri Gatra yaitu geografi, demografi, sumber kekayaan alam dan Panca Gatra yaitu ipoleksosbudhankam.

Kacamata apa pun yang akan digunakan untuk dapat mengidentifikasi berbagai jenis ancaman yang akan dihadapi dan diwaspadai, proyeksinya tetap harus mengarah kepada upaya

Page 7: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

7

perlindungan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, serta penciptaan tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Selain itu pemerintahan yang bersih dan berwibawa akan membawa seluruh rakyat menuju cita-cita nasionalnya sesuai dengan amanat pembukaan UUD 45.

Nasionalisme dan Integrasi Nasional.Nasionalisme adalah suatu paham yang dibangun dari

konsepsi nation yang melahirkan bangsa baru. Konsepsi nation bangsa Indonesia melekat pada asas bahwa sekalipun bangsa ini terdiri dari bermacam-macam kemajemukan, tetapi semuanya terikat dalam satu ke-Indonesiaan. Atas dasar itu bangsa Indonesia sepakat dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Pada hakikatnya nasionalisme itu sendiri mengandung unsur-unsur wawasan, paham, dan semangat kebangsaan. Satu dan lainnya saling berpengaruh dan saling tergantung. Kesamaan paham akan membawa pengaruh terhadap kesamaan wawasan dan semangat, begitu juga sebaliknya satu dengan yang lainnya. Kesenjangan antara yang satu dan yang lainnya akan berpengaruh terhadap kualitas dari nasionalisme itu sendiri. Kita, bangsa Indonesia, memang sudah memiliki paham nasional yang disebut dengan Pancasila. Kita juga sudah punya wawasan kebangsaan yang disebut dengan Wawasan Nusantara. Kita pun seharusnya punya semangat kebangsaan, semangat mencintai, dan membela tanah air Indonesia. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kualitas nasionalisme itu pada era reformasi (Pasca Orde Baru). Pertanyaan yang sulit dan relatif untuk dapat dijawab, tetapi sebetulnya apabila kita masih memiliki kesamaan wawasan, paham dan semangat. Jika kita melihat kondisi sehari-hari dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, pertanyaan itu begitu mudah untuk dijawab dengan kata-kata "masih memprihatinkan". Hal itulah yang harus kita waspadai karena memicu lahirnya konflik-konflik berkepanjangan menuju keterpurukan bangsa yang menempatkan kita semakin jauh menuju cita-cita nasional.3

Cara memandang bentuk ancaman ini disamping dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan seperti di atas dijelaskan juga harus lebih kita tekankan kepada sikap dan perilaku aparat pemerintah yang justru memperkaya diri sendiri, keluarga atau kelompoknya. Cara-cara yang dilakukan seperti yang tampak saat ini adalah dengan KKN baik pada tataran pembuatan peraturan perundang-undangan yang akan menjadi dasar operasional jalannya pembangunan nasional maupun pada tataran implimentasi penegakan hukum itu sendiri.

3 Ibid, hal. 35.

Page 8: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

8

Ancaman Integrasi Nasional.

Dalam literatur dikemukakan hal-hal yang positif antara lain dikatakan bahwa Pimpinan nasional selama Orde Baru secara terus menerus menyerukan perlunya pembinaan Integrasi Nasional. Namun, bukan semangat Integrasi Nasional yang terwujud dalam praksis, tetapi “kekuasaan” untuk melayani kepentingan penguasa beserta kroni-kroninya sebagai faktor yang dominan (monopoli, KKN, feodalisme, birokrasi, dan represi).

Timbullah peluang, antara lain kecemburuan, ketidakpuasan, ketidakadilan, konflik sosial, gagasan separatisme di berbagai lapisan masyarakat dan di daerah-daerah. Maka, bangkitlah era reformasi yang penuh ephoria demokrasi, tetapi belum mampu mengatasi hal-hal tersebut khususnya menyangkut kepastian hukum walaupun pelaksanaan otonomi daerah sudah berjalan. Terpuruknya semangat Integrasi Nasional tetap merupakan agenda prioritas tingkat nasional dan daerah untuk perlu dibina dan ditingkatkan lagi.

Tantangan Integrasi Nasional tersebut meliputi antara lain ; 1) ketidakadilan; 2) penegakan hukum; 3) eksploitasi; 4) aspirasi masyarakat yang tidak tersalur; 5) kesenjangan sosial; 6) KKN; 7) diskriminasi; 8) kemiskinan; 9) keterasingan.

2. Tugas Kementerian dan Para Pejabat Kementerian Pertanian.

Setelah kita melihat tentang beberapa hal pokok yang menyangkut

Kewaspadaan Nasional baik menyangkut ancaman, hakikat ancaman,

nasionalisme dan integrasi nasional serta tantangan integrasi bangsa

Indonesia, kita perlu melihat bagaimana sesungguhnya tugas Kementerian

dan para pejabat Kementerian Pertanian dalam kaitannya dengan

Ketahanan Pangan, sehingga dengan implementasi Kewaspadaan Nasional

di atas dapat meningkatkan Ketahanan Pangan.

Dalam literatur lama dikemukakan bahwa Menteri Pertanian dengan Departemen Pertanian (saat ini disebut Kementerian Pertanian) mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pertanian.

Departemen Pertanian menyelenggarakan fungsi :

Page 9: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

9

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang pertanian;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;

c. pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. 4

Visi Kementerian Pertanian :Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani.

Misi Kementerian Pertanian:

a. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.

b. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.

c. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.

d. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.

e. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi.

f. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri.

g. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.

h. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.

i. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.

j. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

Struktur organisasi Kementerian Pertanian.

4 http://www.deptan.go.id/, diunduh pada hari Selasa, 24 April 2012.

Page 10: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

10

5

Kemudian lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan dalam pasal 2 yang mengatur tentang Ketersediaan Pangan dalam ayat (3) diatur sebagai berikut : Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, perindustrian dan perdagangan, kesehatan, koperasi, permukiman dan prasarana wilayah, pemerintahan dalam negeri, keuangan, dan riset dan teknologi, sesuai tugas dan kewenangan-nya masing-masing.6

Ini menunjukkan bahwa masalah Ketahanan Pangan merupakan tanggung

jawab bersama beberapa Kementerian khususnya Kementerian Pertanian. Lebih

lanjut dalam Peraturan Presiden R.I Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan

Ketahanan Pangan dalam pasal 3 yang mengatur tentang Susunan Organisasi

dikatakan Ketua Dewan Ketahanan Pangan : Presiden R.I dan Ketua Hariannya

adalah Menteri Pertanian, sedangkan Sekretaris merangkap anggota Dewan

adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.

Tugas dari Dewan Ketahan Pangan ini diatur dalam pasal 2 sebagai berikut:

(1) Dewan mempunyai tugas membantu Presiden dalam :a. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; b. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.

5 http://www.deptan.go.id/strukorg_deptan/images/strukorg-deptan2011.jpg, diunduh pada hari Selasa, 24 April 2012.6 ______ Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 , Pasal 2 ayat (3).

Page 11: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

11

(2) Tugas Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan di bidang penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi. 7

3. Masalah dan Tantangan Ketahanan Pangan Masa Kini dan Mendatang.

Berdasarkan beberapa literatur seperti misalnya bahan ajaran yang

disampaikan Dr. Ir. Hermanto, MS (Sekretaris Badan Ketahanan Pangan) kepada

para peserta PPRA 48 tanggal 28 Maret 2012 di Lemhannas R.I dan beberapa

literatur lain yang dapat kita kumpulkan secara umum permasalahan dan

tantangan Ketahan Pangan di Indonesia antara lain menyangkut beberapa

aspek, yaitu :

a. Aspek Kertersediaan Pangan. Masalah pokok dari aspek ini disebabkan

semakin terbatas dan menurunnya produksi dan daya saing pangan

nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor tehnis dan sosio-ekonomi, antara

lain.

1) Semakin berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih

fungsi lahan pertanian ke non pertanian seperti untuk kawasan industri

dan perumahan. Sebenarnya untuk menjaga ketersediaannya lahan

pertanian ini sudah ada undang-undang Nomor 41 tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan (PLPB), dimana salah

satu aparat yang bertugas menegakkan hukum ini adalah aparat Polri

disamping sebagi tugas pokok dari Kementerian Pertanian dan

Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan Kementerian

Pertanian.

2) Produktifitas pertanian yang relatif rendah dan tidak meningkat. a) Laju

peningkatan produksi cenderung melandai dengan pertumbuhan

dibawah 1 percent pertahun sedangkan pertumbuhan penduduk

sebesar 1,2 percent pertahun. b) Belum berkembangnya kapasitas

produksi pangan daerah dengan tehnologi sesuai dengan spesifik

lokasi dikarenakan hambatan infrastruktur pertanian. c) Petani

umumnya sekala kecil memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar yang

berjumlah sekitar 13,7 juta KK menhyebabkan akses terbatas untuk

7 ______ Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006, Pasal 2 dan 3.

Page 12: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

12

mendapatkan permodalan, tehnologi, sarana produksi dan pasar. d)

Banyak dijumpai terhambatnya distribusi sarana produksi seperti pupuk

bersubsidi dengan berbagai alasan.

3) Penggunaan tehnologi produksi yang belum efektif dan efisien.

4) Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah selama krisis dan

kemampuannya semakin menurun. Hal tersebut disebabkan juga

karena penurunan lahan pertanian yang diperkirakan 106.000 hektar/ 5

tahun. Menurunnya atau difisit air karena pembukaan lahan hutan

sebagai daerah tangkapan air. Sejak tahun 1995 sampai 2000 defisit

air di Pulau Jawa saja dikatakan mencapai 52,8 miliar M3 per tahun

dan sejak 10 tahun terakhir sering terjadi banjir dengan erosi yang

amat besar dan hebat diwaktu musim hujan dan dimusim kemarau

terjadi kekeringan.

5) Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca

panen (10-15%).

6) Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang

berdampak pada musim kering yang panjang di wilayah Indonesia dan

banjir.

7) Penyediaan sarana produksi yang belum sepenuhnya terjamin oleh

pemerintah

8) Sulitnya mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam produksi pangan

karena besarnya jumlah petani (21 juta rumah tangga petani) dengan

lahan produksi yang semakin sempit dan terfragmentasi (laju

0,5%/tahun).

9) Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang

wajar dari pemerintah kecuali beras.

10)Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk kebijakan

tarif impor yang melindungi kepentingan petani.

11)Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif terakhir bagi

penyediaan pangan.

b. Aspek Distribusi Pangan.

Page 13: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

13

1) Belum memadainya infrastruktur, prasarana distribusi darat dan antar

pulau yang dapat menjangkau seluruh wilayah konsumen.

2) Belum merata dan memadainya infrastruktur pengumpulan,

penyimpanan dan distribusi pangan, kecuali beras.

3) Sistem distribusi pangan yang belum efisien.

4) Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar

musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi

pangan agar pangan tersedia sepanjang waktu diseluruh wilayah

konsumen. 

5) Belum berperannya kelembagaan pemasaran hasil pangan secara

baik dalam menyangga kestabilan distribusi dan harga pangan.

6) Masalah keamanan jalur distribusi dan pungutan resmi pemerintah

pusat dan daerah serta berbagai pungutan lainnya sepanjang jalur

distribusi dan pemasaran telah menghasilkan biaya distribusi yang

mahal dan meningkatkan harga produk pangan.

c. Aspek konsumsi Pangan.

1) Belum berkembangnya teknologi dan industri pangan berbasis sumber

daya pangan lokal.

2) Belum berkembangnya produk pangan alternatif berbasis sumber

daya pangan lokal.

3) Tingginya konsumsi beras per kapita per tahun (tertinggi di dunia >

100 kg, Thailand 60 kg, Jepang 50 kg).

4) Kendala budaya dan kebiasaan makan pada sebagian daerah dan

etnis sehingga tidak mendukung terciptanya pola konsumsi pangan

dan gizi seimbang serta pemerataan konsumsi pangan yang bergizi

bagi anggota rumah tangga.

5) Rendahnya kesadaran masyarakat, konsumen maupun produsen atas

perlunya pangan yang sehat dan aman.

6) Ketidakmampuan bagi penduduk miskin untuk mencukupi pangan

dalam jumlah yang memadai sehingga aspek gizi dan keamanan

pangan belum menjadi perhatian utama.

d. Aspek Pemberdayaan Masyarakat.

Page 14: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

14

1) Keterbatasan prasarana dan belum adanya mekanisme kerja yang

efektif di masyarakat dalam merespon adanya kerawanan pangan,

terutama dalam penyaluran pangan kepada masyarakat yang

membutuhkan.

2) Keterbatasan keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap

sumber daya usaha seperti permodalan, teknologi, informasi pasar dan

sarana pemasaran meyebabkan mereka kesulitan untuk memasuki

lapangan kerja dan menumbuhkan usaha.

3) Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarakat yang selama ini

bersifat top-down karena tidak memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan

kemampuan masyarakat yang bersangkutan.

4) Belum berkembangnya sistem pemantauan kewaspadaan pangan dan

gizi secara dini dan akurat dalam mendeteksi kerawanan pangan dan

gizi pada tingkat masyarakat.

e. Aspek Manajemen.

Keberhasilan pembangunan ketahanan dan kemandirian pangan

dipengaruhi oleh efektifitas penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen

pembangunan yang meliputi aspek perencanan, pelaksanaan,

pengawasan dan pengendalian serta koordinasi berbagai kebijakan dan

program. Masalah yang dihadapi dalam aspek manajemen adalah:

a. Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten , dipercaya dan

mudah diakses yang diperlukan untuk perencanaan pengembangan

kemandirian dan ketahanan pangan.

b. Belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen

kecil di bidang pangan.

c. Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim egosentris dalam lingkup

instansi dan antar instansi, subsektor, sektor, lembaga pemerintah dan

non pemerintah, pusat dan daerah dan antar daerah.

4. Analisis Implementasi Kewaspadaan Nasional Oleh Para Pejabat

Kementerian Pertanian Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan.

Dari beberapa fakta di atas khususnya yang menguraikan tentang

tugas pokok Kementerian Pertanian baik secara khusus sebagai lembaga

Kementerian pembantu Presiden di bidang pertanian maupun dalam

Page 15: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

15

organisasi Ketahanan Pangan menegaskan kepada kita bahwa

Kementerian Pertanian dengan seluruh sumber daya manusianya dan

tentu seluruh pejabatnya merupakan “pemain utama” dalam masalah

Ketahanan Pangan. Tentu saja peran ini harus didukung secara sinergi

oleh berbagai Kementerian yang lain sebagaimana diatur dalam

keanggotaan Dewan Ketahan Pangan itu sendiri, yaitu seperti

Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Perindustrian,

Perdagangan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Perhubungan,

Pekerjaan Umum, Kesehatan, Sosial, Pendidikan, Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah, Kementerian Perencanaan Pembnagunan Nasional/

Bappennas, BUMN, Kemnakertrans, Kepala BPS dan Kepala BPOM.

Demikian juga berdasarkan fakta tentang tantangan dan

permasalahan Ketahanan Pangan dewasa ini dan kedepan menunjukkan

betapa besar peran Kementerian Pertanian untuk mengatasi masalah-

masalah Ketahanan Pangan ini. Permasalahan-permasalahan yang ada

sangat memungkinkan berkembang menjadi ancaman bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Beberapa permasalahan yang dapat berkembang menjadi

ancaman misalnya adalah : Masalah ketersediaan pangan. Produksi

pangan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk

dikarenakan lahan semakin berkurang. Padahal sudah ada undang-

undang Nomor 41 tahun 2009 tentang PLPB, dimana peralihan fungsi

lahan pertanian dilakukan sangat selektif dan harus ada pergantiannya

sebagai upaya pengadaan lahan yang berkelanjutan. Kemungkinan

adanya penyelewengan tugas oleh pejabat Kementerian Pertanian baik di

level daerah dan pusat sangat besar. Jika para pejabat ini memahami

terhadap berbagai ancaman dalam konteks Kewaspadaan Nasional maka

kemungkinan penyelewenangan akan dapat dikurangi dan Ketahanan

Pangan akan meningkat. Infra struktur pertanian seperti irigasi tidak

bertambah dan justru kemampuan yang ada semakin berkurang karena

usia, maka disini peran pejabat untuk meningkatkan fungsi irigasi ini

sangatlah dominan. Demikian juga masalah proporsi kehilangan hasil

penanganan panen pasca penen yang masih besar (10-15 percent).

Page 16: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

16

Peran para petugas dan pejabat Kementerian Pertanian dilapangan untuk

memberikan penyuluhan kepada petani kecil sangatlah besar artinya.

Dimikian juga apabila kita lihat dari permasalahan distribusi pangan.

Misalnya masalah belum merata dan memadainya infra struktur

pengumpulan, penyimpanan dan distribusi pangan kecuali untuk beras

dan itupun daerah-daerah tertentu. Hal ini dapat disebabkan karena

adanya permainan para pedagang besar dengan oknum-oknum yang

mengelola dibidang pertanian, sehingga berdampak pada kerugian para

petani dan pada gilirannya kemampuan pengadaan bahan pangan secara

swadaya akan rentan dan pada ujungnya negara menggantungkan pada

kemampuan mengimport bahan pangan.

Masalah ketersediaan pangan dengan cara mengimport ini

memang sangat rawan dan dapat menjadi bentuk ancaman nyata bagi

kemandirian bangsa. Lawan yang harus dihadapi oleh pemerintahpun

tidak hanya karena nakalnya para oknum pejabat yang berkewenangan

membuat regulasi, tetapi para pengusaha import pangan yang besar baik

itu yang dikuasai oleh orang asing maupun pengusaha dalam negeri yang

tidak menutup kemungkinan mereka juga adalah para pejabat di legislatif,

eksekutif yang juga menguasai industri media sebagai salah satu pilar

demokrasi untuk menjadi alat kontrol.

Demikian juga permasalahan pada aspek konsumsi, pemberdayaan

masyarakat dan aspek manajemen, peran sumber daya manusia

Kementerian Pertanian khususnya para pejabatnya sangatlah dominan

untuk mengatasi permasalah-permasalahan tersebut. Peran yang dapat

diberikan setidaknya adalah pemahaman terhadap berbagai ancaman

yang merupakan bagian dari Kewaspadaan Nasional yang dengan

demikian itu sikap dan semangat kecintaan terhadap tanah air atau

nasionalisme akan semakin kuat.

C. Penutup.Dari analisis di atas khususnya masalah Ketahanan Pangan merupakan

tanggung jawab Pemerintah dan merupakan salah satu domain tugas pokok dari

Kementerian Pertanian, disamping berdasarkan beberapa peraturan perudang-

Page 17: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

17

undangan seperti UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, UU Nomor 41 tahun

2009 tentang Penyediaan Lahan Pertanian Berkelanjutan, Peraturan Pemerintah

Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan dan Peraturan Presiden

Nomor 83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan harus dibantu oleh

beberapa Kementerian terkait.

Berdasarkan fakta tantangan dan permasalahan Ketahanan Pangan

apabila tidak diatasi dengan baik akan berujung pada permasalahan kemampuan

negara dalam menyediakan bahan pangan secara swadaya. Sungguhpun

negara mampu untuk menyediakan pangan misalnya melalui import bahan

pangan pada suatu saat apabila permasalahan pangan menjadi permasalahan

regional atau global maka kedaulatan pangan bangsa Indonesia akan menjadi

persoalan dan pada ujungnya adalah kedaulatan berbangsa dan bernegara. Jika

ini terjadi maka bentuk ancaman nyata terhadap kehidupan berbangsa dan

bernegara secara nyata telah terancam yang pada ujungnya bisa saja

berdampak kepada kepercayaan warga bangsa kepada pemerintah akan hancur

dan persatuan serta kesatuan hidup berbangsa dan bernegara akan goyah atau

bahkan bisa saja hancur.

Melihat tugas pokok, visi dan misi dari Kementerian Pertanian khususnya

yang berkaitan dengan masalah Ketahanan Pangan, peran dan fungsi dari para

pejabat dan sumber daya manusia Kementerian Pertanian untuk mengatasi

permasalahan Ketahan Pangan sangatlah penting dan menentukan. Peran dan

fungsi penting ini dapat dilihat dari setiap aspek permasalahan Ketahan Pangan

seperti pada aspek ketersediaan pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan,

pemberdayaan masyarakat dan manajemen.

Karena itulah sesungguhnya pemahaman, penghayatan dan

implementasi terhadap Kewaspadaan Nasional oleh setiap sumber daya manusia

dan pejabat Kementerian Pertanian sangatlah penting dan strategis menentukan

untuk mewujudkan Ketahan Pangan dan Kemandirian Bangsa yang tentunya hal

ini akan memberikan kontribusi pada terwujudnya Ketahanan Nasional. Seperti di

atas dalam pemahaman Kewaspadaan Nasional dikemukakan beberapa hal

yang menjadi tantangan Integrasi Nasional antara lain ; ketidakadilan, penegakan

hukum, eksploitasi, aspirasi masyarakat yang tidak tersalur, kesenjangan sosial,

KKN, diskriminasi, kemiskinan dan keterasingan. Untuk itu diharapkan setiap

sumber daya manusia dan khususnya para pejabat Kementerian Pertaian harus

Page 18: LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi … · Web viewseperti keberadaan Kopkamtib, Bakorstanas serta UU Subversi yang pada era reformasi ini sudah tidak lagi ada. Pada era reformasi

18

betul-betul memperhatikan akan hal ini seperti misalnya harus bersikap adil

dalam memperlakukan setiap petani yang ada dan pengusaha dibidang

pertanian. Janganlah sesekali memperlakukan perbedaan kepada pengusaha

yang memang bisa “membayar” dengan yang tidak. Demikian juga dalam

menegakkan hukum seperti misalnya masalah penyediaan lahan pertanian

berkelanjutan. Dalam mengekploitasi lahan ataupun berbagai sumber kekayaan

alam yang ada haruslah betul-betul memperhatikan untuk kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke, bukan hanya untuk oknum-

oknum pejabat tertentu. Janganlah sekali-kali melakukan KKN, karena KKN inilah

salah satu sumber yang menimbulkan permasalahan pada kehidupan berbangsa

dan bernegara saat ini termasuk dibidang Ketahanan Pangan.

Jakarta, April 2012

Drs. Zulkarnain

Nomor Urut Absen : 82Kelompok : A/ PPRA-48/ 2012