20
LAPORAN PENDAHULUAN “HARGA DIRI RENDAH KRONIS” A. Masalah Utama Harga Diri Rendah Kronis B. Proses Terjadinya masalah 1. Pengertian Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998). Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult dan Videbeck, 1998). Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,1998). 2. Tanda dan Gejala Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah kronis. Mengkkkritik diri sendiri. Perasaan tidak mampu. Pandangan hidup yang pesimistis. Tidak menerima pujian. Penurunan produktivitas. Penolakan terhadap kemampuan diri. Kurang memperhatikan perawatan diri. Berpakaian tidak rapi. Selera makan berkurang. Tidak berani menatap lawan bicara.

Lp Hdrk Dan Isos

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH KRONISA. Masalah Utama

Harga Diri Rendah Kronis

B. Proses Terjadinya masalah

1. Pengertian Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998). Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult dan Videbeck, 1998). Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,1998).

2. Tanda dan GejalaBerikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah kronis. Mengkkkritik diri sendiri. Perasaan tidak mampu. Pandangan hidup yang pesimistis. Tidak menerima pujian. Penurunan produktivitas. Penolakan terhadap kemampuan diri. Kurang memperhatikan perawatan diri. Berpakaian tidak rapi. Selera makan berkurang. Tidak berani menatap lawan bicara. Lebih banyak menunduk. Bicara lambat dengan nada suara lemah

3. Rentang Respon

Respon Respon Adaptif Maldaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi diri positif rendah kronis identitas

Sumber : Keliat (1999)

4. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orangtua yang tidak realiisis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

5. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.

Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila telah memengaruhi seseorang baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap telah memengaruhi koping individu tersebut sehingga tidak menjadi efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi di mana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isoolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien asyik dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul risiko perilaku kekerasan.

6. Teori Para Ahli mengenai Harga Diri Rendah KronisPeplau dan Sulivan dalam keliat (1999) mengatakan bahwa pengalaman interpersonal di masa lalu atau tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan seperti good me, bad me, not me merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan kelak, akan menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah kronis.

Caplan dalam Keliat (1998) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman individu, dan adanyan perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan memengaruhi individu. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan stres dan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti harga diri rendah kronis.

C. Pohon Masalah

Risiko Tinggi (Risti) Perilaku Kekerasan

EffectPerubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi SosialHarga Diri Rendah Kronis

Core Problem

Cause Koping Individu Tidakk efektif

D. Masalah Keperawatan yang mungkin Muncul

1. Harga diri rendah kronis.2. Koping individu tidak efektif.3. Isolasi sosial.4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.5. Risti perilaku kekerasan

E. Data yang Perlu DikajiMasalah KeperawatanData yang Perlu Dikaji

Harga diri rendah kronisSubjektif: Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mamapu. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, atau toileting).

Objektif: Mengkriitik diri sendiri. Perasaan tidak mampu. Pandangan hidup yang pesimistis. Tidak menerima pujian. Penurunan produktivitas. Penolakan terhadap kemampuan diri. Kurang memperhatikan perawatan diri. Berpakaian tidak rapi. Berkurang selera makan. Tidak berani menatap lawan bicara. Lebih banyak menunduk. Bicara lambat dengan nada suara lemah

F. Diagnosa Keperawatan

Harga diri rendah kronis

G. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Rencana tindakan keperawatan pada klien. Tujuan/strategi pelaksanaan Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.b. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan.c. Membantu klien menentukan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien.d. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.f. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Tindakan keperawatan untuk klien.a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimliki klien.Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya.1) Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien.2) Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan klien.b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan.Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana.2) Bantu klien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien.3) Perlihatkan respons yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif.c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.1) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari.2) Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri. Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerluhan bantuan minimal dan bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Lakukan penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien.d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.1) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih klien) yang akan dilatihkan.2) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan klien.3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan diperlihatkan klien.e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, Saudara dapat melakukan hal-hal berikut.1) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.2) Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas.4) Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga.5) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkakan perasaannya setelah melaksanakan kagiatan.6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien.2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga. Tujuan/strategi pelaksanaanStrategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami klien beserta proses terjadinya.

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.a. Melatih keluarga memperhatikan cara merawat klien harga diri rendah.b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah.Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga.a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang. Tindakan keperawatan untuk keluarga.a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.b. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.e. Demonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.f. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien dirumah.

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIALA. Masalah Utama

Isolasi Sosial

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian Suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, dan kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007). Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993). Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 2000). Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitang,2007). Suatu keadaan kesepianyang dilami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengacam (Townsend, 1998). Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan di mana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitatif dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri (Townsend, 1998). Kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif, dan mengganggu fungsi indifidu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998).2. Tanda dan GejalaBerikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial. Kurang spontan. Apatis (acuh terhadap lingkungan). Ekspresi wajah kurang berseri. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal. Mengisolasi diri. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya. Asupan makanan dan minuman terganggu. Retensi urine dan feses. Aktivitas menurun. Kurang energi. Rendah diri. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pola tidur).

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi, dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (Koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.

3. Rentang Respon

Respon AdaptifRespon MaladaptifMenyendiriOtonomiBekerja sama interdependenMenarik diriKetergantunganManipulasiCuriga Merasa sendiri DepesensiCuriga

Sumber: Townsend (1998)Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial. Reapons adaptifRespons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. Respons maladaptifRespons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respn maladaptif.a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga terganntung dengan orang lain.c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

4. Faktor Predisposisi Faktor Tumbuh KembangPada setiap Tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.

Tahap PerkembanganTugas

Masa BayiMenetapkan rasa percaya.

Masa BermainMengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri.

Masa PrasekolahBelajar menunjukkan inisiatif, ras tanggung jawab, dan hati nurani.

Masa SekolahBelajar berkmpetisi, bekerja sama, dan berkompromi.

Masa PraremajaMenjalin hubungan intim dengan teman lawan jenis atau bergantung pada orang lain.

Masa RemajaMenjadi intim dengan teman lawan jenis atau tergantung pada orang tua.

Masa Dewasa MudaMenjadi saling bergantung antara orangtua dan teman, mencari pasangan, menikah, dan mempunyai anak.

Masa Tengah BayaBelajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui.

Masa Dewasa TuaBerduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterkaitan dengan budaya

Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346

Faktor Komunikasi dalam KeluargaGangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan di mana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Faktor Sosial BudayaIsolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, di mana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya. Faktor BiologisFaktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic daerah kortikal.

5. Faktor presipitasiTerjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stresorpresipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut.

Faktor eksternalContohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. Faktor internalContohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

C. Pohon Masalah

Risti Mencederai Diri, Orang lain, dan Lingkungan

Defisit Perawatan DiriPSS: Halusinasi

Isolasi Sosial

Intolerannsi Aktivitas

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif Koping Keluarga Tidak Efektif

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Isolasi sosial.2. Harga diri rendah kronis.3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.4. Koping individu tidak efektif.5. Koping keluarga tidak efektif.6. Intoleransi aktivitas.7. Defisit perawatan diri.8. Risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

E. Data yang Perlu Dikaji

Masalah KeperawatanData yang Perlu Dikaji

Isolasi sosialSubjektif. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain. Tidak mau berkomunikasi. Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat).

Objektif: Kurang spontan. Apatis (acuh terhadap lingkungan). Ekspresi wajah kurang berseri. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal. Mengisolasi diri. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya. Asupan makanan dan minuman terganggu. Retensi urine dan feses. Aktivitas menurun. Kurang energy atau bertenaga. Rendah diri. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pola tidur).

F. Diagnosis KeperawatanIsolasi sosial.G. Rencana Tindakan Keperawatan1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien.Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial. Berdiskusi dengan klien tentangg keuntungan berinteraksi dengan orang lain. Berdiskusi dengan klien tentangg kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Mengajarkan kepada klien tentang cara berkenalan dengan satu orang. Menganjurkan kepada klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang. Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Memberi kesempatan kapada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih. Menganjurkan kepada klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga.Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial beserta proses terjadinya. Menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi sosial.Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi sosial. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial.Strategi pelaksanaan 3 (LP 3) untuk keluarga. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.