Upload
elmi-pamphilya-ieme
View
236
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
,
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Menurut Riyadi(2001) keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Kemudian menurut Handerson (1980) dalam Ali. Z (2001) menjelaskan
bahwa pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik sakit
maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat
secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat (1990) dijelaskan
bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat
(Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2005).
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap
individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian
lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan
dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan
asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan (Naomi, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
sehat (Yuddi, 2008). Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya,
yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan
(2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan
alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi
sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien dalam hal ini adalah masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan
yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kese ahteraan (Palestin,
2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen
yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam
mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk
mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Palestin, 2007).
4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide
baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Palestin, 2007). Sasaran dari
perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Effendy, 1998
B. Model Keperawatan Komunitas
Teori keperawatan berkaitan dengan kesehatan masyarakat menjadi acuan
dalam mengembangkan model keperawatan komunitas adalah teori Betty
Neuman (1972) dan Model Keperawatan Comunity as Partner (2000). Model
Neuman memandang klien sebagai sistem yang terdiri dari berbagai elemen
meliputi sebuah struktur dasar, garis kekebalan, garis pertahanan normal dan
garis pertahanan fleksibel (Neuman, 1994).
Model intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh Betty
Neuman melibatkan kemampuan masyarakat untuk bertahan atau beradaptasi
terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan diri masyarakat.
Kondisi kesehatan masyarakat ditentukan oleh kemampuan masyarakat
dalam menghadapi stressor. Intervensi keperawatan dilakukan bila masyarakat
tidak mampu beradaptasi terhadap stressor yang masuk kedalam garis
pertahanan (Clark, 1999).
Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah komunitas adalah
sebuah sistem. Pada awalnya Anderson dan McFarlane(1996) menggunakan
model “comunity as client”. Pada tahun 2000 model disempurnakan
menjadi “community as partner”. Model comunity as partner mempunyai makna
sesuai dengan filosofi PHC, yaitu fokus pada pemberdayaan masyarakat.
Model tersebut membuktikan ada hubungan yang sinergi dan setara antara
perawat dan klien. Pengkajian komunitas mempunyai 2 bagian utama yaitu
core dan 8 subsistem.
Model comunity as partner menekankan pada terjadinya stressor
yang dapat mengganggu keseimbangan sistem: pertahanan fleksibel, normal
dan resisten. Tehnik pengumpulan data dalam model tersebut adalah melalui
winshield survey (pengamatan langsung ke masyarakat dengan berkeliling
wilayah dan menggunakan semua panca indra), hasil wawancara, kuesioner
dan data sekunder(data statistik, laporan puskesmas, laporan kelurahan dan lain-
lain).
C. PERAN PERAWAT KOMUNITAS
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997).
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir
dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku
seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Helvie,
1997). Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005).
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat (Helvie, 1997).
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997). Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi
dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan
dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan
(Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie, 1997).
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan
(Helvie, 1997).
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan
pengumpulan data (Helvie, 1997).
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien
(Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien
menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau
pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternatif, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan
(Mubarak, 2005)
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian
atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari
peran perawat komunitas (Helvie, 1997).
D. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat,
maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap
kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya
manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan yang lebih
baik bagi masyarakat di desa Pamijen.
7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang
direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam
bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1) Wawancara atau anamnesa
2) Pengamatan
3) Pemeriksaan fisik
Menurut Anderson dan Elizabeth T (2006), dalam pengkajian sumber data
yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu :
1) Sensus
Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat
diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat.
Data Statistik Vital :
Data statistik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang tercatat
secara legal, seperti kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian, yang
dikumpulkan secara terus-menerus oleh badan pemerintahan.
2) Laporan Penyakit yang Terinformasikan
Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang dilaporkan oleh
departemen kesehatan baik pusat maupun daerah tentang penyakit-
penyakit yang dapat dilaporkan secara legal. Secara legal laporan penyakit
yang ditugaskan mungkin tidak mewakili seluruh kasus penyakit sehingga
laporan tersebut tidak menyajikan penjelasan yang valid tentang penyakit
yang terjadi di masyarakat. Dalam prakteknya, petugas kesehatan mungkin
gagal untuk memberikan laporan penyakit yang seharusnya dilaporkan.
3) Catatan Medis dan Rumah Sakit
Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam penelitian
kesehatan komunitas. Bagaimanapun catatan-catatan inipun tidak
menyajikan gambaran yang lengkap atau valid tentang kesehatan
komunitas.
4) Catatan Autopsi
Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien menderita sakit
yang parah dan meninggal dunia. Autopsy tidak dilakukan pada semua
kasus kematian. Catatan autopsy meliputi kasus-kasus kematian akibat
tindak kekerasan yang tidak proporsional dan penyebab kematian
seseorang yang tidak diketahui sampai autopsy dilakukan.
b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data denga
cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisis data
Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah :
1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam
berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan
kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat
tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,
pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau kepemilikan rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat pelayanan
kesehtan mental, dan sebagainya).
2) Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.
3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data.
Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam
pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan
menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang telah
dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis dari bukti
yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa keperawatan komunitas.
d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya
dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak
mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah
(Mubarak, 2005).
e. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah
(Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas
adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
No Kriteria Bobot kriteria 1-10 Masalah Bobot
1 - 10 Rasional Makna masalah
1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2 Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah
3 Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
5 Bertanya akibat jika masih tetap
6 Cepat masalah teratasi
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkinterjadi (potensial)
(Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu
problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau symtom (tanda gejala)
(Mubarak, 2005).
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan (Mubarak, 2005).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan
masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal
ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak,
2005).
5. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan
sebelumnya (Mubarak, 2005).
Lampiran: TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok adalah:
1. Core atau Inti
Tanyakan mengenai : data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
dari; umur yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2. Delapan Subsistem yang mempengaruhi komunitas
a) Perumahan
Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
kepadatannya merupakan stressor bagi penduduk(Lampiran Winshield
Survey)
b) Pendidikan komunitas
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuannya
c) Keamanan dan Keselamatan
Bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan tempat tinggal,
apakah tidak menimbulkan stress
d) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia
Untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau
f) Sistem komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang tersedia untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya televisi, radio,
koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g) Sistem ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR (Upah Minimum Regional) di bawah atau di atas sehingga
upaya pelayanan ditujikan pada anjuran untuk mengkonsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi masing-masing.
h) Rekreasi
Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, biayanya apakah terjangkau
komunitas atau tidak. Rekreasi hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk membantu mengurangi stressor.
B. Diagnosa Keperawatan
Ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen:
1. Problem
2. Etiologi
3. Simptom
C. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Komponen :
1. Prioritas Masalah
Kriteria-kriteria yang dapat membantu untuk penentuan skala prioritas
masalah dalam komunitas antara lain :
a) Kesadaran masyarakat terhadap masalah yang ada
b) Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang ada
c) Kemampuan perawat untuk berperan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah yang ada
d) Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah
e) Adanya kemungkinan untuk mengatasi masalah
f) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan karena masalah yang penting bagi
perawat belum tentu penting bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah
perbedaan persepsi antara perawat dengan masyarakat tentang masalah merokok
di ruangan. Perawat menganggap merokok merupakan masalah kesehatan. Tetapi
masyarakat menganggap bahwa merokok merupakan pilihan bagi setiap individu
dan merupakan kebebasan bagi setiap individu. Skala prioritas masalah ini
ditentukan berdasarkan jumlah skor masalah pada setiap masing-masing masalah
yang teridentifikasi. Masalah yang mempunyai skor masalah yang paling tinggi,
berarti masalah tersebut yang harus lebih dulu diselesaikan.
2. Merumuskan Tujuan
3. Berorientasi pada masyarakat
4. Kerangka waktu pencapaian
5. Merumuskan kriteria hasil
Kriteria
Standar
6. Menyusun Aktifitas/ Intervensi
Pendekatan 3 tingkat pencegahan
Kerjasama lintas program dan sector
7. Menetapkan Penanggung jawab
8. Menetapkan waktu pelaksanaan
9. Menetapkan tempat pelaksanaan
10. Menetapkan metode dan media yang digunakan
Intervensi keperawatan menggunakan model sistem Neuman
Bentuk pencegahan Primer
Tingkat pencegahan stressor
dan derajat reaksi.
Sebelum stressor terjadi, sebagian besar tersembunyi.
Hipotesis
Tujuan intervensi - Mencegah invansi stressor
- Mengurangi kemungkinan bertemu stressor.
- Mencegah stabilitas klien
Tindakan Keperawatan - Pendidikan kesehatan
- Memberikan informasi untuk memelihara atau
meningkatkan kekuatan klien.
- Motivasi terhadap kebaikan.
- Meningkatkan kepekaan yang ada atau potensi
bahaya stressor, misal memberikan kekebalan dan
modifikasi lingkungan.
- Membantu kemampuan koping yang positif.
- Menggunakan stressor sebagai strategi intervensi
yang positif, misal : antisipasi konseling seperti
premarital atau pra pensiun.
- Saran mengenai hal-hal yang berbahaya
Sekunder
Tingkat pencegahan stressor
dan derajat reaksi.
Mengikuti invasi stressor. Sebagian besar jelas
atau diketahui.
Dikenal dari gejala-gejala / mengenal faktor-
faktor
Tujuan intervensi Melindungi struktur dasar
Mencapai stabilitas klien
Tindakan keperawatan - Skrenning/penemuan kasus baru.
- Mobilisasi dan maksimalkan sumber internal/
eksternal terhadap stabilitas dan tenaga konservas,
misalm: tidur/ pola istirahat, nutrisi, aktifitas.
- Fasilitasi masuknya stressor dan rekasi stressor;
resiko tinggi dengan menghidarinya dan using
obat-obatan.
- Motivasi dan pendidikan klien .
- Fasilitas pengobatan yang tepat, misal : referal ke
fasilitas pelayanan pengobatan
- Mendukung faktor positif terhadap kebaikan
- Advokasi
Tersier
Tingkat pencegahan stressor
dan derajat reaksi
Sesudah ditangani / adaptasi kembali.
Sebagian besar jelas atau ketinggalan.
Hipotesis atau mengetahui gejala sisa atau faktor-
faktor
Tujuan intervensi Mencapai/memelihara tingkat maksimum dari
kebaikan dan kemampuan
Tindakan keperawatan - Pendidikan kesehatan dan orientasikan kembali
kebutuhan untuk mencegah kejadian yang akan
datang atau keburukan lebih lanjut.
- Mendukung klien/system klien dalam mencapai
tujuan.
- Koordinasi dan intervensi sumber kesehatan,
misal : mengarahkan kelompok untuk menolong
sendiri atau konseling terapi dan rehabilitas,
membantu dalam mendapatkan bantuan finansial.
- Menggunakan terapi modalitas seperti modifikasi
perilaku, orientasi realita.
- Advokasi klien.
D. Tahap Pelaksanaan
Adalah pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang telah direncanakan dengan
melibatkan kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan
tenaga kesehatan setempat dan tokoh-tokoh setempat, yang meliputi kegiatan:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan langsung
3. Home care
4. Rujukan
E. Tahap Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil
yang diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,
menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan
penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan
keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan
melalui proses asuhan keperawatan komunitas