Upload
fitri-bramayanti
View
175
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NOMAL
A. Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (menurut
UNPAD, Obstetri Fisiologi, 2007).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluardari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu) tanpa disertai
adanya penyakt (APN, 2008).
Persalinan (labor) merujuk pada serangkaian proses pengeluaran hasil
konsepsi dari dalam uterus melalui jalan lahir. Ada 4 elemen penting dalam
persalinan dan kelahiran, yang disebut sebagai 4P, yaitu: Passageway (jalan
lahir), Passanger (janin), Power (kekuatan/ tenaga), dan Psyche (jiwa).
(Keperawatan Maternitas, 2011).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, persalinan
normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta dan selaput
ketuban) melalui jalan lahir pada usia kehamilan cukup bulan dan
berlangsungtanpa adanya komplikasi.
B. Etiologi Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan persalinan terjadi akibat faktor hormonal, struktur rahim,
sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
1. Teori Penurunan Hormone
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2
minggu sebelum partus dimulai. Estrogen meninggikan kerentanan
otot-otot rahim, sedangkan progesteron bekerja sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his apabila kadar progesteron menurun.
2. Teori kontrol endokrin janin
Pada maturitas janin yang tepat, kelenjar adrenal janin mensekresi
kortikosteroid yang akan menimbulkan kontraksi dan memicu
mekanisme persalinan.
3. Teori prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh desidua uteri, tali pusat dan amnion, yang
menjadi salah satu indikasi persalinan, dimana kontraksi prostaglandin
meningkat dalam cairan amnion dan darah metrnal sesaat sebelum
awitan persalinan.
4. Teori Plasenta menjadi tua
Plasenta yang menjadi tua menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah dan hal ini
akan menimbulkan kontraksi rahim.
5. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero- plasenta.
6. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan
timbul kontraksi uterus.
7. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hypofise pars posterior. Dengan
menurunnya kadar progesteron akibat tuanya kehamilan, maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat
dimulai.
8. Teori berkurangnya nutrisi janin
Teori ini menyatakan dimana berkurangnya nutrisi janin akibat tuanya
plasenta akan memberikan feedback ke otak bahwa hasil konsepsi harus
segera dikeluarkan.
C. Fisiologis Persalinan Normal
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos
miometrium yang relatif tenang, yang memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm.
Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi dan
mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur
menghilang pada periode post partum.
Persalinan dapat terjadi apabila didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Passageway (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin yang terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin
dan plasenta dapat melewati jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal.
2. Passanger (janin dan hasil konsepsi lain)
Yang dimaksud passanger disini adalah janin, plasenta dan selaputnya
serta cairan ketuban. Bagian yang paling besar dan keras dari janin
adalah kepala janin sehingga posisi dan besarnya kepala dapat
mempengaruhi jalannya persalinan.
3. Power (kekuatan mengejan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan, yang terdiri dari:
a. His (kontraksi uterus): gerakan memendek dan menebal otot – otot
rahim yang terjadi sementara waktu.
b. Retraksi: pemendekan otot – otot rahim yang menetap setelah terjadi
kontraksi.
c. Tenaga sekunder (meneran): kontraksi otot – otot dinding perut dan
diafragma serta ligamentous action terutama ligament rotundum.
d. Power merupakan tenaga primer yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retraksi otot – otot rahim.
4. Psikis wanita/ibu
Persalinan dipengaruhi oleh adanya pikiran positif dalam menjalani
persalinan.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan ataupun
dokter adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari skill dan kesiapan
penolong dalam menolong persalinan.
D. Tanda – Tanda Timbulnya Persalinan
1. His,
merupakan kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan
pembukaan serviks. Kontraksi rahim dimulai dari kedua pacemaker
yang letaknya di dekat kornu uteri bergeser ke tengah secara digital,
kemudian ke bawah dekat serviks. Kontraksi menjadi sirkuler.
Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat – serat otot rahim
ketika kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan
kecepatan tertentu disebut his efektif.
Ciri – ciri his efektif:
a. Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus uteri
b. Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis
c. Adanya intensitas kontraksi yang maksimal
d. Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his
e. Iramanya teratur dan frekuensinya semakin sering
f. Lama his berkisar antara 40 – 60 detik
2. Show,
Adalah keluarnya lendir bercampur darah yang lebih banyak akibat
robeknya pembuluh darah waktu pembukaan serviks.
3. Dialatasi dan efficement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur – angsur
akibat pengaruh his. Sedangkan, efficement adalah pendataran/
pemendekan kanalis servikalis.
Saat serviks belum mendatar, panjang servikalis adalah 4 cm, saat
serviks mendatar sebagian panjang kanalis servikalis adalah 2 cm
kemudian saat serviks sudah mendatar panjang kanalis servikalis
menjadi hilang sama sekali sehingga hanya tinggal osteum yang tipis
setipis kertas.
4. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada multipara tidak begitu terlihat.
5. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
6. Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
E. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke
dunia luar pada saat persalinan (Cunningham, Mc Donald & Gant, 1995).
Gerakan utama pada mekanisme persalinan:
1. Engagement (tertangkapnya kepala pada PAP):
a. diameter biparietal melewati PAP
b. nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
c. multipara terjadi permulaan persalinan
d. kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada
PAP, flexi ringan
2. Descent (turunnya kepala):
turunnya presentasi (kepala) pada inlet, dipengaruhi oleh tekanan cairan
ketuban, tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong, kontraksi
diafragma dan otot perut (kala II), melurusnya badan janin akibat
kontraksi uterus.
3. Flexi:
majunya kepala karena mendapat tekanan serviks, dinding panggul atau
dasar panggul sehingga terjadi flexi (dagu lebih mendekati dada).
4. Putaran paksi dalam:
a. bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
b. usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
(bidang tengah dan PBP)
c. terjadinya bersama dengan majunya kepala
d. rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala didasar
panggul
5. Ekstensi:
defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan ke atas.
6. Putaran paksi luar:
a. setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak
untuk menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam
b. ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP
7. Ekspulsi:
a. bahu depan sampai di bawah sympisis dan menjadi hypomoclion
untuk kelahiran bahu belakang,
b. bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan lahir.
F. Tahap – Tahap Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I,
merupakan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap (10 cm) yang berlangsung rata-rata 10 – 12
jam pada primigravida dan 4 – 6 jam pada multigravida. Pada kala I
terjadi penarikan serviks yang akan menyebabkan terjadinya
effacement, kepala janin turun ke dasar panggul, pelepasan selaput
amnion dan penonjolan ketuban.
In partu (partu dimulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis servikalis.
Proses persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase Laten,
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari
4 cm dan biasanya barlangsung dibawah 8 jam.
b. Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap kuat/memandai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Serviks
membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Terdiri dari 3 subfase:
1.) Akselerasi (fase percepatan): pembukaan dari 3 cm menjadi 4
cm yang membutuhkan waktu 2 jam.
2.) Dilatasi maksimal: pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam
waktu 2 jam.
3.) Deselarasi: pembukaan menjadi lambat, dari 9 cm menjadi 10
cm dalam waktu 2 jam.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada Kala I, antara lain:
a. Perubahan kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dialirkan dari uterus dan masuk
ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini menyebabkan curah jantung
meningkat 10 – 15 %.
b. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (systole naik ± 15
mmHg, diastole naik ± 5 – 10 mmHg). Rasa sakit, takut dan cemas
juga akan meningkatkan tekanan darah.
c. Perubahan pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian O2, terlihat dari
peningkatan frekuensi pernapasan.
d. Perubahan muskuloskeletal
Sistem mengalami stress selama persalinan. Nyeri punggung dan
nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai
akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm.
2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga
sebagai kala pengeluaran. His terkoordinir lebih cepat dan lama, kira-
kira 2 – 3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang
panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflek menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada rektum,
sehingga merasa seperti mau BAB dengan tanda anus terbuka. Pada
waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, dengan his dan mengedan yang terpimpin, lahirlah kepala
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala dua pada primigravida terjadi
selama 1 ½ - 2 jam dan pada multigravida ½ -1 jam.
Diagnosis pasti persalinan Kala II adalah dengan melakukan
pemeriksaan dalam, dan diperoleh hasil:
a. pembukaan serviks lengkap
b. kepala bayi terlihat pada introitus vagina
Perubahan fisiologis pada Kala II, antara lain:
a. Perubahan integumen
Jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus
vagina. Meskipun dapat meregang, namun dapat pula terjadi
robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina, sekaligus
tidak dilakukan episiotomi.
b. Perubahan muskuloskletal
Proses persalinan sendiri ataupun gerakan meluruskan jari-jari kaki
dapat menimbulkan kram kaki.
c. Perubahan neurologi
Endorphin endogen meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan
sedasi. Selain itu anestesi fisiologis jaringan perineum yang
ditimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan persepsi nyeri.
d. Perubahan pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering karena ibu bernapas melalui
mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.
Selama Kala II, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
pengosongan lambung menjadi lambat. Ibu seringkali merasa mual
dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin.
3. Kala III
Kala III persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir,
ukuran uterus berkurang dan mengalami kontraksi dan retraksi sehingga
plasenta terangkat dari dinding uterus.
Tanda-tanda lepasnya plasenta: perubahan bentuk dan tinggi fundus,
tali pusat memanjang, dan semburan darah tiba-tiba.
Perubahan fisiologis Kala II:
a. kontraksi terus berlangsung dan ukuran rongga uterus mengecil
karena terjadi pengurangan ukuran tempat melekatnya plasenta
b. sebagian dari pembuluh darah kecil akan robek saat plasenta
terlepas; tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga
seluruh uterus berkontraksi
c. setelah plasenta lahir, dinding uterus berkontraksi dan menekan
semua pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan dari
tempat melekatnya plasenta.
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama, yaitu pemberian
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
penegangan tali pusat terkendali, dan massase fundus uteri. Tujuan:
- Untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu
- Mencegah perdarahan
- Menghindari kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis
4. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum (setelah plasenta lahir). Dalam periode ini penting
untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi yang adekuat dan terus
menerus, dapat dibantu dengan pemberian oksitosin.
Perubahan fisiologis pada kala IV:
a. Letak fundus korpus uteri yang berkontraksi kira – kira
dipertengahan umbilicus dan symphisis atau sedikit lebih tinggi
b. Korpus uteri sebagian besar terdiri dari myometrium yang dibungkus
oleh serosa dan dilapisi oleh desidua
c. Dinding anterior dan posterior berada pada posisi erat (menempel),
masing-masing tebal 4 – 5 cm karena pembuluh darah tertekan oleh
kontraksi myometrium.
Pemantauan pada Kala IV meliputi:
a. kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
b. perkiraan pengeluaran darah
c. laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif:
- derajat I: mengenai mukosa dan perineum, tidak perlu dijahit;
- derajat II: mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum
(perlu dijahit);
- derajat III: mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani;
- derajat IV: mengenai mukosa vagina, kulit, perineum dan spinkter
ani yang meluas hingga ke rektum, durujuk segera.
d. keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu.
G. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada persalinan meliputi:
1. Pemeriksaan darah lengkap:
a. Haemoglobin/ Hematokrit: untuk mengkaji efek kehilangan darah
pada pendarahan (Hb normal = 11, 4 – 15, 1 gr / dl) dan faktor RH =
+/-
b. Tes golongan darah (A, B, AB, O), lama pendarahan (BT) dan waktu
pembekuan darah (CT)
2. Ultrasonografi : untuk mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly
janin, atau melokalisasi kantong amnion pada amniosintesis.
3. Kertas lakmus : bila merah menunjukan cairan mengandung urine yang
bersifat asam, bila biru menunjukan cairan mengandung air ketuban
yang bersifat basa.
4. Protein urine dan kadar glukosa darah serta urine reduksi
H. Penatalaksanaan Persalinan Normal
Faktor yang perlu dinilai dan dicatat dalam persalinan, yaitu:
1. Waktu terjadinya kontraksi uterus pertama kali, frekuensi kontraksi
uterus, lama terjadinya setiap kontraksi uterus, interval antara kontraksi
pertama dengan berikutnya, pada kontraksi
2. Keadaan selaput ketuban, riwayat perdarahan atau gangguan gerakan
pada janin, warna cairan ketuban, ketuban sudah menonjol / belum
3. Riwayat alergi ibu, medikasi, saat makan terakhir
4. Tanda – tanda vital dan keadaan umum ibu, pemeriksaan diagnostic
seperti protein urine dan glukosa
5. Denyut jantung janin (DJJ), presentasi dan tafsiran berat badan janin,
tinggi fundus uteri
6. Dilatasi dan pendataran serviks dan derajat penurunan bagian terendah
janin melalui pemeriksaan dalam (vagina toucher) kecuali bila terdapat
kontraindikasi melakukan VT (seperti perdarahan antepartum)
I. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PERSALINAN NORMAL
A. Pengkajian
Pengkajian Kala I:
1. Fase laten:
a. Integritas ego: senang atau cemas
b. Nyeri atau ketidaknyamanan:
- Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
- Kontraksi ringan masing – masing 5 – 30 menit berkisar 10 – 30
detik
c. Seksualitas:
serviks dilatasi 0 – 4 cm, rabas vagina sedikit, mungkin lendir merah
muda kecoklatan atau terdapat flek lendir.
2. Fase aktif:
a. Aktivitas/ istirahat: dapat menunjukkan kelelahan
b. Integritas ego:
dapat lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan; ketakutan
tentang pengendalian pernapasan (teknik relaksasi).
c. Nyeri/ kenyamanan:
kontraksi sedang tiap 3,5 – 5 menit berakhir 30 – 40 detik
d. Keamanan:
- irama jantung janin terdeteksiagak kebawah pusat pada posisi
vertex
- DJJ bervariasi dan perubahan periodic umumnya teramati pada
respon terhadap kontraksi palpasi abdominal dan gerakan janin
e. Seksualitas
- dilatasi serviks kira – kira 4 – 8 cm (1,5 cm / jam pada
multipara, 1,2 cm / jam pada nulipara)
- Perdarahan dalam jumlah sedang
- Janin turun ± 1 – 2 cm di bawah tulang iskial
Fase deselerasi:
a. Sirkulasi:
Tekanan darah meningkat 5 – 10 mmHg diatas nilai normal klien,
nadi meningkat.
b. Integritas ego:
Perilaku peka, dapat mengalami kesulitan mempertahankan
kontrol, memerlukan pengingat tentang pernapasan.
c. Eliminasi:
Dorongan untuk menghindari atau defekasi melalui fase janin pada
posisi posterior.
d. Makanan/ cairan:
Mual/ muntah dapat terjadi.
e. Nyeri/ ketidaknyamanan:
- kontraksi uterus kuat terjadi setiap 2 – 3 menit dan berakhir 45-
60 detik
- ketidaknyamanan tingkat hebat pada area abdomen/ sakral
- dapat menjadi sangat gelisah atau ketakutan
- dapat terjadi sensasi kesemutan pada ujung jari, ibu jari, dan
wajah
- tremor kaki dapat terjadi
f. Keamanan:
Diforetik, irama jantung janin terdengar di atas simpisis pubis.
g. Seksualitas:
- dilatasi serviks dari 8 – 10 cm
- penurunan janin dari +2 - +4
- tampilan darah dalam jumlah berlebihan
Pengkajian kala II
1. Aktivitas / istirahat:
melaporkan kelelahan, ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/
teknik relaksasi, letargi, lingkaran hitam di bawah mata.
2. Sirkulasi:
TD dapat dapat meningkat 5 – 10 mmhg diantara kontraksi.
3. Integritas ego:
dapat merasa kehilangan control/ sebaliknya.
4. Eliminasi
- adanya keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada
kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus
- distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan
selama upaya mendorong.
5. Nyeri / ketidaknyamanan:
Dapat merintih/ menangis selama kontraksi; melaporkan rasa terbakar/
meregang pada perineum; kaki dapat gemetar selama upaya
mendiorong; kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit.
6. Pernapasan:
frekuensi napas meningkat
7. Keamanan:
Diaphoresis, bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi.
8. Seksualitas:
serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%, peningkatan perdarahan
pervaginam, penonjolan rectum dengan turunnya janin, membran dapat
rupture jika masih utuh, peningkatan pengeluaran cairan amnion selama
kontraksi.
Pengkajian kala III
1. Aktivitas / istiraha: perilaku senang sampai keletihan.
2. Sirkulasi:
- TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali
normal dengan cepat
- Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgesic
- Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
3. Makanan/ cairan: kehilangan darah (normal : 250 – 300 cc).
4. Nyeri/ ketidaknyamanan: tremor kaki dan menggigil
5. Keamanan:
inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya
robekan/ laserasi; perluasan episiotomy/ laserasi jalan lahir mungkin
ada.
6. Seksualitas:
darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya 1 – 5 menit setelah bayi lahir; tali pusat
memanjang.
Pengkajian kala IV
1. Aktivitas/ istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk/ berenergi.
2. Sirkulasi:
- Nadi biasanya lambat (50 – 70 dpm) karena hipersensitivitas vagal
- TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
(HKK)
- Mungkin edema pada ekstremitas dan wajah
- Kehilangan darah selama persalinan 400 – 500 ml
3. Integritas ego:
reaksi emosional bervariasi : seperti eksitasi, tidak berminat (lelah),
kecewa; takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera
pada neonatal
4. Eliminasi:
haemoroid sering ada dan menonjol, kandung kemih mungkin teraba di
atas simpisis pubis atau terpasang kateter, diuresis terjadi jika tekanan
bagian presentasi menghambat aliran urine
5. Makanan/ cairan: haus, lapar, mual
6. Neurosensori:
sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anastesi spinal,
hiperfleksi.
7. Nyeri/ ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor.
8. Keamanan:
suhu tubuh meningkat sedikit (rehidrasi, pengerahan tenaga)
9. Seksualitas:
- Fundus keras terkontraksi
- Drainase vagina/ lochea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan
beberapa bekuan kecil
- Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis
- Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
- Payudara lunak, puting tegang
B. Diagnosa Keperawatan
Kala I
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, tekanan pada jaringan
sekitar, dilatasi jaringan/ hipoksia, stimulasi ujung saraf simpatis dan
parasimpatis.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan masukan,
perpindahan cairan, perubahan hormonal, kompresi mekanik kandung
kemih.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, transmisi interpersonal dari
orang lain, kebutuhan tidak terpenuhi.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pola
napas (napas mulut), penurunan masukan, kelebihan retensi cairan,
pemberian cairan parenteral yang cepat.
5. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan,
hiperkapnea/ infeksi.
Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi
semakin intensif.
2. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik,
peningkatan kebutuhan energi, kebutuhan psikologis/ emosional yang
besar, adanya nyeri.
3. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
kompresi mekanis kepala/ tali pusat, penurunan perfusi plasenta,
persalinan yang lama, hiperventilasi maternal.
Kala III
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang/
pembatasan oral, muntah, diaforesis, peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, atonia uterus, laserasi jalan lahir, tertahannya
fragmen plasenta.
Kala IV
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis /edema jaringan.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/ peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan myometrium dari mekanisme homeostatik
C. Intervensi Keperawatan
Kala I, prioritas masalah:
1. Nyeri akut
2. Perubahan eliminasi urine
3. Ansietas
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
5. Resiko tinggi cedera pada janin
Intervensi:
Dx.1:
1. Kaji derajat nyeri secara verbal dan nonverbal
R/ mengetahui derajat nyeri pasien sehingga dapat ditentukan intervensi
yang tepat
2. Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan durasi pola kontraksi
uterus setiap 30 menit.
R/ memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk
klien (agen anestetik dapat mengubah pola kontraksi uterus).
3. Bantu dalam penggunaan tekhnik pernapasan/ relaksasi dan distraksi
yang tepat, serta pada masase abdomen.
R/ tekhnik pernapasan membantu merilekskan pasien, meningkatkan
kontrol dan mengalihkan perhatian dari nyeri, memudahkan
kemajuan persalinan normal.
4. Bantu tindakan kenyamanan (mis. gosokan punggung, perubahan
posisi, tekanan sakral).
R/ meningkatkan relaksasi dan perasaan sejahtera (posisi miring kiri
menurunkan tekanan uterus pada vena cava, posisi secara periodik
mencegah kekakuan otot dan meningkatkan kenyamanan.
Dx. 2:
1. Pantau masukan/ haluaran, perhatikan berat jenis urine.
R/ masukan dan haluaran harus seimbang, konsentrasi meningkat sesuai
dengan peningkatan haluaran urine, waspada terhadap dehidrasi.
2. Pantau suhu setiap 4 jam, pantau TTV atau DJJ sesuai indikasi.
R/ dehidrasi dapat meningkatkan suhu, TD, nadi, pernapasan, dan DJJ.
3. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sedikitnya sekali
setiap hari 1 ½ - 2 jam.
R/ penurunan janin dapat terganggu bila terjadi distensi kandung kemih.
4. Kolaborasi dalam pemasangan kateter sesuai indikasi.
R/ mencegah terjadinya distensi kandung kemih yang dapat
menyebabkan atoni uteri, menghalang turunnya janin, menimbulkan
trauma pada presentasi janin.
Dx. 3:
1. Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak,
latar belakang budaya, dan peran orang terdekat/ pelatih.
R/ sebagai informasi dasar untuk pemberian intervensi selanjutnya.
2. Orientasikan klien pada lingkungan, staf dan prosedur, berikan
informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan
sesuai kebutuhan.
R/ pendidikan dapat menurunkan stress dan ansietas dan meningkatkan
kemajuan persalinan.
3. Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan
kenyamanan.
R/ menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas, memberikan
strategi koping.
4. Tentukan kebutuhan hiburan, anjurkan berbagai aktivitas hiburan.
R/ membantu mengalihkan perhatian dari persalinan, membuat waktu
yang dilewati terasa lebih cepat.
Dx. 4:
1. Pantau masukan/ haluaran cairan.
R/ masukan dan haluaran harus diperkirakan sama, tergantung pada
derajat hidrasi.
2. Pantau suhu setiap 4 jam, pantau TTV atau DJJ sesuai indikasi.
R/ dehidrasi dapat meningkatkan suhu, TD, nadi, pernapasan, dan DJJ.
3. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ mungkin diperlukan bila masukan oral tidak adekuat atau terbatas,
bertindak sebagai pengaman dalam kejadian dehidrasi atau
hemoragi;mengatasi beberapa efek negatif dari anestesi atau
analgesik.
4. Kolaborasi dalam memantau kadar hematokrit (Ht)
R/ Ht meningkat sesuai penurunan komponen plasma pada adanya
dehidrasi berat.
Dx. 5:
1. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi janin dan
presentasi.
R/ abnormalitas seperti presentasi wajah, dan posterior memerlukan
intervensi khusus untuk mencegah persalinan lama.
2. Pantau DJJ dengan sering, perhatikan variasi dan perubahan periodik
pada respons terhadap kontraksi uterus.
R/ DJJ harus direntang 120 – 160 dpm dengan variasi rata – rata,
percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal, gerakan janin
dan kontraksi uterus
3. Posisikan klien pada posisi miring kiri.
R/ meningkatkan perfusi plasenta; mencegah sindrom hipotensi
terlentang.
4. Kolaborasi pemberian O2
R/ meningkatkan O2 ibu yang tersedia untuk ambilan fetal
Kala II, proritas masalah:
1. Nyeri akut
2. Keletihan
3. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin
Intervensi:
Dx. 1:
1. Kaji skala nyeri
R/ mengklarifikasikan kebutuhan, memungkinkan intervensi yang tepat.
2. Pantau dan catat aktivitas uterus setiap kontraksi
R/ memberi informasi tentang kemajuan kontinyu, membantu
mengidentifikasi pola kontraksi abnormal, memungkinkan
pengkajian dan intervensi segera.
3. Bantu pasien memiliki posisi optimal untuk meneran
R/ posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal mengoptimalkan
upaya mengejan, memudahkan kemajuan persalinan, menurunkan
ketidaknyamanan.
4. Kaji keefektifan upaya untuk mengejan, bantu klien untuk merilekskan
semua otot dan beristirahat di antara kontraksi.
R/ relaksasi di antara kontraksi meningkatkan istirahat dan membantu
membatasi regangan/ kelelahan otot.
5. Kolaborasi dalam pemberian anestesi dan posisikan blok sadel atau
anestesi spinal, lokal, pudendal sesuai indikasi.
R/ pemberian anestesi dan posisi yang tepat menjamin penempatan
tepat dari obat-obatan dan membantu mencegah komplikasi.
Dx. 2:
1. Kaji tingkat keletihan, dan perhatikan aktivitas/ istirahat segera sebelum
awitan persalinan.
R/ jumlah keletihan adalah kumulatif, seseorang yang tidak mengalami
istirahat pada awitan persalinan, dapat mengalami perasaan
kelelahan lebih besar.
2. Anjurkan istirahat/ relaksasi di antara kontraksi.
R/ menghemat energi yang dibutuhkan untuk upaya mendorong dan
melahirkan.
3. Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi.
R/ ketegangan otot meningkatkan rasa kelelahan dan tahanan terhadap
turunnya janin serta dapat memperpanjang persalinan.
4. Pantau turunnya janin, presentasi dan posisi.
R/ malposisi dan malpresentasi dapat memperlama persalinan dan
menyebabkan/ meningkatkan keletihan.
5. Kolaborasi dalam pemberian cairan dengan glukosa secara oral bila
diinginkan/ diizinkan atau secara parenteral bila klien pada situasi
perawatan akut.
R/ melengkapi cadangan yang mungkin telah menurun pada persalinan,
dan yang mungkin mengakibatkan hipoglikemia atau ketonuria.
Dx. 3:
1. Kaji station janin, presentasi dan posisi; bila janin pada posisi posterior
oksiput, tempatkan klien menyamping.
R/ malpresentasi seperti wajah, mentum (dagu) atau kening dapat
memperlama persalinan dan meningkatkan resiko terhadap hipoksia.
2. Kaji pola pernapasan klien.
R/ mengidentifikasi pola pernapasan tidak efektif.
3. Anjurkan klien untuk inhalasi dan ekshalasi setiap 10 – 20 detik selama
upaya mengejan.
R/ membantu mempertahankan kadar oksigen adekuat.
4. Posisikan klien pada rekumben lateral atau posisi tegak, atau miring
dari sisi ke sisi sesuai indikasi.
R/ meningkatkan perfusi plasenta, mencegah sindrom hipotensif supine,
dan memindahkan tekanan dan bagian presentasi dari tali pusat,
meningkatkan oksigenasi janin dan memperbaiki pola DJJ.
Kala III, prioritas masalah:
1. Nyeri akut
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
Intervensi:
Dx. 1:
1. Kaji skala nyeri
R/ mengetahui derajat nyeri sehingga dapat memberikan intervensi
yang tepat.
2. Bantu penggunaan teknik relaksasi
R/ pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari
ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi.
3. Beri kompres es pada perineum setelah bayi lahir
R/ mengkontriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, member
kenyamanan dan anastesi local.
4. Bantu dalam perbaikan episiotomy bila perlu
R/ penyambung tepi memudahkan penyembuhan.
Dx. 2:
1. Pantau tanda kehilangan cairan berlebihan (syok)
R/ hemoragie dihubungkan dengan kehilangan cairan > 500 ml,
dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis,
disilentasi, peka rangsang, penurunan kesadaran.
2. Monitor TTV
R/ efek samping oksitosin yang sering terjadi adalah hipertensi.
3. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta
R/ pelepasan harus terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran. Lebih
banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas dan lebih banyak
dimana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.
4. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
R/ membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi organ vital.
Kala IV, prioritas masalah:
1. Nyeri akut
2. Perubahan proses keluarga
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
Intervensi:
Dx. 1:
1. Kaji sifat dan derajat kenyamanan
R/ membantu mengidentifikasi factor yang memperberat nyeri.
2. Beri informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama post partum.
R/ informasi dapat mempengaruhi ansietas berkenaan dengan rasa takut
tentang ketidaktahuan yang dapat memperberat persepsi nyeri.
3. Inspeksi perbaikan episiotomi/ laserasi.
R/ trauma dan edema meningkatkan derajat nyeri dan menyebabkan
sters pada garis jahitan.
4. Ajarkan teknik relaksasi
R/ meningkatkan kontrol terhadap nyeri.
5. Kolaborasi pemberian analgesic sesuai kebutuhan.
R/ menurunkan persepsi nyeri dengan bekerja pada pusat otak.
Dx. 2:
1. Fasilitasi interaksi antar klien/ pasangan dan bayi baru lahir sesegera
mungkin setelah melahirkan.
R/ membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di antara
anggota-anggota keluarga.
2. Berikan klien dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan
segera setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.
R/ kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan antara bayi
dengan kedua orangtuanya.
3. Catat pengungkapan/ perilaku yang menunjukan kekecewaan atau
kurang minat atau kedekatan
R/ datangnya anggota keluarga baru menciptakan periode disekulibrium
sementara melakukan pengabungan anak baru dalam kelurga
Dx. 3:
1. Kaji nadi dan TD tiap 15 menit
R/ bila perpindahan cairan terjadi dan darah direduksikan ke dalam
vena, penurunan sedang pada sistolik dan diastolik TD dan takikardi
ringan dapat terlihat.
2. Kaji jumlah, warna dan sifat lochea tiap 15 menit
R/ mengidentifikasi laserasi yang potensial terjadi pada vagina dan
serviks yang dapat mengakibatkan aliran berlebihan dan merah
terang.
3. Catat lokasi dan konsistensi fundus tiap 15 menit
R/ aktivitas miometrium uterus menimbulkan homeostasis dengan
menekan pembuluh darah endometrial.
4. Masase fundus bila lunak secara perlahan.
R/ merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
5. Panggul tempatkan pada posisi rekumben
R/ mengoptimalkan aliran darah serebral dan memudahkan pemantauan
fundus dan aliran vaginal.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksitosin
R/ merangsang kontraktilitas miometrium, menutup pembuluh darah
yang terpajan pada sisi bekas plasenta dan menurunkan kehilangan
darah.
D. Implementasi Keperawatan
Merupakan penerapan dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat, dimana
tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi
E. Evaluasi Keperawatan
Kala I
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pola eliminasi urine kembali normal
3. Ansietas hilang atau berkurang sampai pada kondisi yang dapat
ditangani
4. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
5. Tidak terjadi cedera pada janin
Kala II
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien dapat berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas mengejan
3. Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas pada janin
Kala III
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kala IV
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku kesiapan terhadap perubahan
proses keluarga.
3. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. dan Mary Frances Moorhouse. Rencana Perawatan
Maternal/ Bayi: Pedoman untuk Perencenaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien Edisi 2. Jakrta: EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung Bagian Obstetric dan
Gynecology. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Asuhan Persalinan Normal (APN).
Jakarta: DEPNAKES.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Reeder, Martin. 2011. Keperawatan Meternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga, Edisi 18. Jakarta : EGC