27
MyWorld Selasa, 24 April 2012 Askep Pertusis pada Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertusis (batuk rejan) adalah penyakit saluran pernapasan akut. Penyakit ini biasa ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapas-an akut lainnya,pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit tersebut dapat merupakan salah satu penyebab tinggi-nya angka kesakitan terutama di daerah padat penduduk. Sirkulasi bakteripertusis di daerah padat penduduk di Indonesia belum di- ketahui secara pasti. Penyakit inidapat dicegah dengan imunisasi DPT. Vaksinasi pertusis lebih efektif dalam melindungi terhadap penyakit daripada melindungi infeksi. Perlindungan yang tidak lengkap terhadap penyakit pada anak yang telah divaksinasi dapat menurunkan keganasan penyakit. Infeksi alam memberi kekebalan mutlak terhadap pertusis selama masa kanak-kanak, sedangkan perlindungan akibat imunisasi kurang lengkap karena masih ditemukan pertusis pada anak yang telah mendapatimunisasi lengkap walaupun dengan gejala ringan. Proporsi populasi yang rentan terhadappertusis ditentukan oleh: tingkatkelahiran bayi, cakupan imunisasi, efektivitas vaksinyangdigunakan, insiden penyakit dan derajat penurunan kekebalan setelah imunisasi atau sakit.

Lp Pertusis Pada ANAK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lp Pertusis Pada ANAK

MyWorld

Selasa, 24 April 2012

Askep Pertusis pada Anak

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar belakangPertusis (batuk rejan) adalah penyakit saluran pernapasan akut. Penyakit ini biasa

ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Seperti halnya penyakit infeksi saluran

pernapas-an akut lainnya,pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit tersebut dapat

merupakan salah satu penyebab tinggi-nya angka kesakitan terutama di daerah padat penduduk.

Sirkulasi bakteripertusis di daerah padat penduduk di Indonesia belum di-ketahui secara pasti.

Penyakit inidapat dicegah dengan imunisasi DPT. Vaksinasi pertusis lebih efektif dalam

melindungi terhadap penyakit daripada melindungi infeksi. Perlindungan yang tidak lengkap

terhadap penyakit pada anak yang telah divaksinasi dapat menurunkan keganasan penyakit.

Infeksi alam memberi kekebalan mutlak terhadap pertusis selama masa kanak-kanak, sedangkan

perlindungan akibat imunisasi kurang lengkap karena masih ditemukan pertusis pada anak yang

telah mendapatimunisasi lengkap walaupun dengan gejala ringan. Proporsi populasi yang rentan

terhadappertusis ditentukan oleh: tingkatkelahiran bayi, cakupan imunisasi, efektivitas

vaksinyangdigunakan, insiden penyakit dan derajat penurunan kekebalan setelah imunisasi atau

sakit.

Diseluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setenah juta

meniggal. selama masa prafaksin tahun 1922-1948, pertusis adalah penyebab utama kematian

dari penyakit menular pada anak dibawah usia 14 tahun di America serikat. Penggunaan vaksin

pertusis yang meluas menyebabkan penurunan kasus yang dramatis insiden penyakit yang tinggi

di Negara-negara sedang berkembang dan maju. Di America penerapan kebijakan yang lemah

sebagia  n menyebabkan naiknya insiden pertusis pertahun sampai 1,2 kasus/100000 populasi

dari tahun 1980-1989 dan pertusis dibanyak Negara bagian

Pada tahun 1989-1990 dan 1993. Lebih dari 4500 kasus yang dilaporkan pada pusat

pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 1993 merupakan insiden tertinggi sejak tahun

Page 2: Lp Pertusis Pada ANAK

1967. Masa pravaksinasi dan dinegara-negara seperti jerman, swedia dan Italy dengan imunisasi

terbatas,insiden puncak pertusis adalah pada anak umur 1-5 tahun, bayi sebelum umur 1 tahun

meliputi kurang dari 15% kasus. Sebaliknya hamper 5000 kasus pertusis dilaporkan di America

serikat selama tahun 1993, 44% berumur sebelum 1 tahun, 21% berumur antara 1-4 tahun, 11%

berumur 5-9 tahun, dan 24% berumur 12 tahun atau lebih. Untuk mereka yang berumur sebelum

1 tahun,79% sebelum umur 6 bulan dan manfaat sedikit dari imunisasi. Anak dengan pertusis

antara 7 bulan dan 4 tahun kurang terimunisasi. Proporsi anak belasan tahun dan orang dewasa

dengan pertusis naik secara bersama, kurang dari pada 20% pada masa pravaksinasi sampai 27 %

pada tahun 1992-1993. Pengendalian sebagian dengan vaksinasi telah menimbulkan epideniologi

pertusis sekarang di America serikat dan menyebabkan kerentanan kelompok umur yang belum

pernah terkena sebelumnya. Tanpa terinfeksi alamiah dengan B.pertusis atau vaksinasi booster

berulang, anak yang lebih tua dan orang dewasa rentan terhadap penyakit klinis yang terpajan,

dan ibu hanya memberikan sedikit proteksi pasif pada bayi muda.pengamatan yang terakhir

memberi koreksi pada pendapat lama bahwa ada sedikit proteksi transplasenta terhadap

pertusis.         

B.     Rumusan Masalah1.   Apa definisi pertusis?

2.   Bagaimana etiologi terjadinya pertusis?

3.   Bagaimana manifestasi klinis dari pertusis?

4.   Bagaimana cara penularan dari pertusis?

5.   Bagaimana patofisiologi terjadinya pertusis?

6.   Apa komplikasi dari pertusis?

7.   Bagaimana diagnose banding dari pertusis?

8.   Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pertusis?

9.   Bagaimana penatalaksanaan klien anak dengan pertusis?

10.  Bagaimana pencegahan dari pertusis?

11.  Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertusis meliputi  , pengkajian, diagnosis, intervensi ?

C.    Tujuana)      Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami bagaimana membuat Asuhan Keperawatan masalah Pernapasan dengan gangguan Pertusis.

Page 3: Lp Pertusis Pada ANAK

b)      Tujuan KhususMahasiswa akan mampu:

1.   Memahami definisi pertusis2.   Mengetahui etiologi terjadinya pertusis 3.   Mengetahui manifestasi klinis dari pertusis4.   Mengetahui cara penularan dari pertusis5.   Mengetahui patofisiologi terjadinya pertusis6.   Mengetahui komplikasi dari pertusis7.   Mengetahui diagnose banding dari pertusis8.   Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pertusis9.   Mengidentifikasi penatalaksanaan klien anak dengan pertusis10.  Mengetahui bagaimana pencegahan pertusis

11.  Merumuskan  asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertusis meliputi  pengkajian,diagnosis, intervensi

D.     ManfaatMahasiswa bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana gangguan pertusis terjadi, dan bagaimana cara mengobati serta bagaimana menyusun Asuhan Keperawatannya.

BAB II

KONSEP TEORI

A.       PengertianPertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah pertusis

(Nelson, 2000 : 960)Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusisa, nama lain

penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428)Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran pernafasan

akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.

B.        Etiologi

Page 4: Lp Pertusis Pada ANAK

Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak  bergerak,  dan ditemukan  dengan  melakukan  swab  pada  daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000)

Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:

1. Berbentuk batang (coccobacilus).2. Tidak dapat bergerak.3. Bersifat gram negatif.4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.5. Mati pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10ºC).6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik.7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap

penicillin.

Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :

1. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)2. Endotoksin (lipopolisakarida)

C.       Manifestasi klinikMasa tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium:

1. Stadium kataralis

Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan. Stadium ini menyerupai influenza.

2.      Stadium spasmodikBerlangsung selama 2 – 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah dan sianotik. Batuk terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan batuk panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum kental. Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva  dan  epistaksis. Tampak keringat, pembuluh darah leher dan muka lebar.

3.      Stadium konvalesensiBerlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.

D.    Cara Penularan

Page 5: Lp Pertusis Pada ANAK

Cara penularan pertusis, melalui:-          Droplet infection-          Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi

Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

E.        Patofisiologi

                                                             Bordetella pertusisInfeksiLewat udara dan dropletMenghasilkan bahan aktif seperti Hemaglutinin flamentosa (HAF) dan pertakinNempel pada saluran nafas bagian bawahFungsi silia menurunNekrosisLesi pada epitelMenghambat bersihan organismePeningkatan sputum sekretBersihan jalan nafas inefektifBatuk rejan yang lamaMuntah Berlangsung lamaPerubahan pola nafas 

Page 6: Lp Pertusis Pada ANAK

12.   

13.   

Resiko kekurangan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhvolume cairan

F.     KomplikasiPada saluran nafas.

1)      Broncopneumonia.2)      otitis media sering pada bayi dan infeksi skunder ( pneumoni ).3)      Bronkitis.4)      Atelektasis.5)      Empisema pulmonum.6)      Bronkiektasis.7)      Aktivase tubercolusa.

Pada sistem saraf pusat.1)      Kejang, kongesti2)      Edema otak3)      Perdarahan otak

Pada sistem pencernaan.1)      Muntah berat.2)      Prolaps rectum ( hernia umbilikus serta inguinalis ).3)      Ulkus pada frenulum lidah.4)      Stomatitis.5)      Emasiasi

Komplikasi yang lain.

Page 7: Lp Pertusis Pada ANAK

1)      Epistaksis2)      Hemaptisis3)      Perdarahan sub konjungtiva

G.    Diagnosa Banding1.      Bordetella parapertusis lebih ringan kurang lebih 5% dari penderita pertusis.2.      Bordetella broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis, sering pada binatang.3.      Infeksi oleh clamydia.

Penyebab biasanya clamydia trachomatis.Pada bayi menyebabkan pneumonia oleh karena terkena infeksi dari ibu.

4.      Infeksi oleh adenovirus tipe 1, 2, 3, 5.      Gejala hampir sama dengan pertusis seperti pada penyebab penyakit sebelumnya.

5.      Trakhea bronkitis.       Adalah suatu sindrom yang terdiri dari batuk, suara paraudan stridor inspiratoir.

6.      Bronkiolitis.Merupakan penyakit infeksi paru akut ditandai dengan whizing ekspirator obstruksi broncioli.

7.      Infeksi bordetellah broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis sering pada binatang

H.    Pemeriksaan Penunjanga.    Pembiakan lendir hidung dan mulut.

b.   Pembiakan apus tenggorokan.

c.   Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai     sejumlah

besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara 20.000-50.000 sel / m³darah.

d.   Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.

e.   Tes ELISA (Enzyme – Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar secret Ig A.

f.    Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus, atelaktasis atau emphysema

I.       Penatalaksanaana.       Terapi Kausal.1)      Anti Mikroba.

Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40 – 50 mg/kg/34 jam secara oral dalam dosis terbagi empat (max. 29/24 jam) selama 14 hari merupakan pengobatan baku. Beberapa pakar lebih menyukai preparat estolat tetapi etil suksinal dan stearat juga manjur.

2)      Salbutamol.Cara kerja salbutamol :

(1)   Stimulan Beta 2 adrenalgik.(2)   Mengurangi proksimal.(3)   Mengurangi frekwensi apnea

        Dosis yang dianjurkan 0,3 – 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam 3 dosis.3)      Globulin imun pertusis

Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang pada bayi yang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat imunoglobulin jenis apapun tidak dibenarkan.

Page 8: Lp Pertusis Pada ANAK

b.      Terapi suportif (Perawatan Pendukung).1)      Lingkungan perawatan pasien yang tenang.2)      Pembersihan jalan nafas .3)      Istirahat yang cukup.4)      Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis. 5)      Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah-muntah

sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara parentral.

J.       Pencegahan

Imunisasi alotif diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang

telah dimatikan untuk mendapatkan imunitea aktif.

Vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus dosis pada

imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2 bulan. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur 1 bulan dengan hasil

yang baik. Sedang waktu epidemi diberikan lebih awal lagi yaitu umur 2 – 4 minggu.

Page 9: Lp Pertusis Pada ANAK

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.       Pengkajian

1)      Identitas ( Ngastiyah, 1997 ; 32 )

(1) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5th

(2) Lebih banyak anak laki –laki dari pada anak perempuan.

2)      Keluhan Utama.

Batuk disertai muntah.

3)      Riwayat Penyakit Sekarang.

Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi siang dan malam.

Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair disertai panas ringan, lama–kelamaan batuk

bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering, maka tampak benjolan, lidah menjulur dan dapat

terjadi pendarahan sub conjungtiva.

4)      Riwayat Penyakit Dahulu.

(1)   Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.

(2)   Batuk dan panas ringan, batuk mula-mula timbul pada malam hari, kemudian siang hari dan

menjadi hebat.

5)      Riwayat Penyakit Keluarga.

Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya,  biasanya didapatkan ada yang menderita penyakit

pertusis.

6)      Riwayat Imunisasi

JENIS UMUR CARA JUMLAH

BCG 0 – 2 bulan 1C 1x

DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x

Polio 1-5 bulan Refisi 4x

Capak 9 bulan 5C 4x

Heportits 0, 1, 6 bulan 1M 3x

Page 10: Lp Pertusis Pada ANAK

7)      Riwayat Tumbuh Kembang

1.   Personal Sosial

Ibu pasien mengatakan kalau dirumah anaknya lincah, tidak mau diam.

2.   Motorik Halus

Anak terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda kedalam mulutnya, menangkap

objek atau benda – benda, memegang kaki dan memegang kaki dan mendorong kearah

mulutnya.

3.   Motorik Kasar

Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak mendekati benda atau seseorang.

4.   Kognitif

Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan menjerit karena gembira bila

diajak bermain, mulai berbicara tapi belum jelas bahasanya.

USIA FISIK Motorik Kasar Motorik Halus Sosial Emosional

15 bln Berjalan sendiri      Pegang cangkir      Memasukkan jari

kelubang     Membuka kotak     Melempar benda

Bermain solitary play

18 bln      Lari jatuh     Menarik mainan     Naik dengan

tangga bantuan

     Menggunakan sendok     Membuka hal. Buku     Menyususn balok

24 bln      BB 4x BB lhr

      TB bauik

     Berlari sudah baik     Naik tangga

sendiri

     Membuka pintu     Membuka kunci     Menggunting     Menggunakan sendok

dengan baik

4. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal

a.       Antenatal

Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan untuk

mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-

jamuan dan obat yang pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.

Page 11: Lp Pertusis Pada ANAK

b.      Natal

Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara persalinan (spontan,

ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi

atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa

kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan atau tidak.

c.       Postnatal

Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan sistem,

masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama

neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi.

5. ADL.

a)         Nutrisi                         : muntah, anoreksia.

b)         Aktivitas                     : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas /  lelah

c)         Istirahat tidur              : terganggu, akibat serangan batuk panjang dan

                                             berulang-ulang.

d)        Personal hygiene         : lidah menjulur keluar dan gelisah yang

                                             berakibat keluar liur berlebihan.

e)         Eliminasi                     : sering terberak-berak, terkencing-kencing  bila sedang batuk

7. Pemeriksaan fisik.

(1) Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk     dalam waktu yang lama dan berkeringat

Kesadaran            :Composmetis,

TTV                      : nadi meningkat(120-125x/mnt),respirasi meningkat(30-35x/mnt)

(2) Head to toe

      Kepala             : tidak ada bekas luka ataupun bengkak.

      Rambut           :  warna rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak terdapat   ketombe.

      Wajah             : simetris, bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit

      Mata                : sklera berwarna putih,mata tampak menonjol

      Hidung            : lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat pernafasan cuping hidung.

      Mulut              : mukosa lembab, lidah menjulur

Page 12: Lp Pertusis Pada ANAK

      Telinga            : Daun telinga simetris, membran timpani putih mengkilat, tidak ada benda asing.

      Leher               : Tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda-tanda pembesaran kaku kuduk

dan pembesaran kelenjar tiroid.

      Dada    

     Inspeksi         : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepat        

     Palpasi           : Tidak ada krepitasi

: paru sonor, jantung dallnes

: Wheezing inspirasi                          

      Abdomen           

Inspeksi           :Terdapat distensi abdomen 

Auskultasi       : Bising usus 9x/mnt

Palpasi             : tidak terdapat pembesaran lien dan hepar, turgor kulit bisa menurun bisa normal.

Perkusi            : perut tidak kembung

      Ekstremitas

              Atas : tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.

              Bawah : tidak ada odem, tidak ada bekas luka.

      Genetalia         : bersih, tidak berbau tak sedap, tidak terdapat varises atau odem.

      Anus

Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.

Palpasi : tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.

8.      Pemeriksaan penunjang

(1)    Melakukan pemeriksan hapusan skret di nasofaring / lendir yang  dimuntahkan.

(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20.000 – 50.000 sel / mm3 darah) dengan limfositosis

yang predominan ( 60 %).

(3)  Pemeriksaan serologis (imunofluorecent antibody) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kuman.

B.  Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul.

1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan penumpukan secret

2)      Pola napas tidak efektif b/d dispnea

3)      Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang

4)      Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan muntah

yang lebih dan anoreksi.        

Page 13: Lp Pertusis Pada ANAK

C.  Rencana Keperawatan

1 Dx Kep I

Tujuan   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, status ventilasi saluran pernafasan

baik

Kriteria Hasil   : 

1.      Keluarga mampu mengetahui ttg sakit yang dialami anaknya

2.      Px mengungkapkan pernafasan menjadi mudah

3.      Px mampu melakukan batuk efektif

4.      Rata-rata pernafasan normal(16-24x/mnt)

 Intervensi       :

1.      Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada .

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak simetriks sering terjadi karena

ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan/ cairan paru

2.      Auskultasi area paru.

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi dengan cairan. Bunyi napas

bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsulodasi. Krekes,ronki,dan

mengi terdengar pada inspirasi dan/ ekspirasi pada respon terhadap pengumoulan cairan, secret .

3.      Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/ bantu pasien melakukan batuk, misalnya menekan

dada dan batuk efektif.

Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil.

Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan

jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk

memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat.

4.      Pengisapan sesuai indikasi

Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak

mampu melakukan karena

5.       Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada

dingin.

Rasional : cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.

Page 14: Lp Pertusis Pada ANAK

6.       Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Rasional : untuk menurunkan sekresi secret dijalan napas dan menurunkan resiko keparahan

2 Dx Kep II.

                            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien menunjukkan pola napas

efektif

Kriteria hasil                  :

1.      Keluarga mampu mengerti ttg sesak yg dialami anaknya

2.      Px mengungkapkan  sesak berkurang

3.      Px mampu melakukan napas dalam

4.      Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi

  Intervensi         :

1.      kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk

penggunaan otot bantu.

Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas (pada

awal /hanya tanda EP subakut). Kedalaman pernafasan biasanya bervariasi tergantung derajat

gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan/ nyeri dada

pleuritik.

2.      Auskultasi bunyi napas

Rasional : bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap

perdarahan,bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelaktasis). Ronki dan mengi menyertai

obstruksi jalan napas/kegagalan pernafasan

3.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan

ambulasi sesegera mungkin

Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan. Pengubahan

posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki

difusi gas

Page 15: Lp Pertusis Pada ANAK

4.      Observasi pola batuk dan karakter secret

Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputu berdarah dapat

diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau antikoagulan berlebihan

5.       Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. Pengisapan peroral atau naso trakeal

bila diindikasikan.

Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah

ketidak nyamanan upaya bernafas.

6.      Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila diindikasikan.

Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

3 Dx Kep III

Tujuan                         : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil               :1.      Keluarga mengerti ttg penyebab kekurangan cairan2.      Px mengungkapkan sudah tidak merasa dehidrasi3.      Px sudah Nampak tidak lemah4.      Turgor kulit membaik, membrane mukosa baik

Intervensi1.      Observasi turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir dan lidah)

R/ indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan

2.      Pantau masukan dan haluaran,catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairanR/ memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian

3.      Catat cairan Intake dan OutputR/untuk mengetahui keseimbangan cairan

4.      Berikan dan anjurkan untuk memberikan minum sesering mungkinR/ Mengurangi tingkat dehidrasi

5.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi cairanR/ Untuk mengatasi rehidrasi yang dialami pasien

4  Dx. Kep IVTujuan                         : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria Hasil               : 5.      Keluarga mengerti ttg pentingnya nutrisi6.      Px mengungkapkan nafsu makannya bertambah7.      Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan  porsi yang   dibutuhkan / diberikan, 8.      BB meningkat, membrane mukosa lembab

            Intervensi                    :1.      Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang dialami klien.

Rasional :Mengetahui / menetapkan cara menentukan tindakan perawatan dan      cara mengatasinya.

Page 16: Lp Pertusis Pada ANAK

2.      Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak digoreng.Rasional:  Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.

3.      Berikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah.            Rasional :Pemberian makanan dan minuman setelah batuk dan muntah membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.

4.      Catat jumlah / porsi       makanan yang dihabiskan oleh klien.                Rasional :Mengetahui sejkauh mana pemenuhan nutrisi klien.

5.      Timbang BB klien tiap hari.               Rasional :  Mengetahui status gizi klien.

6.      Hindarkan pemberian makanan yang sulit ditelan                Rasional : Makanan cair atau lunak menghindari adanya aspirasi.

7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan nutrisi parenteral.Rasional :Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan oleh klien terutama jika intake peroral  sangat minim.

Page 17: Lp Pertusis Pada ANAK

BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan

            Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah sebagai

berikut :

1.      Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah pertusis

(Nelson, 2000 : 960)

2. Pertusis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Bordotella

pertusis.

3. Manifestasi klinik dari pertusi dibagi menjadi 3 tahap yaitu stadium kataralis,stadium

spasmodic,stadium konvalesensi

4. Patofisiologi pertusis: Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri

Bordetella pertusis. Perubahan inflamasi dipandang sebagai organisme proliferasi di

mukosa sepanjang saluran pernafasan, terutama di dalam bronkus dan bronkiolus,

mukosa yang padat dan disusupi dengan neutrofil, dan ada akumulasi lendir lengket dan

leukosit di lumina bronkial. gumpalan basil terlihat dalam silia epitel trakea dan bronkial,

di bawahnya yang ada nekrosis dari apithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak lendir

di saluran pernapasan

5. Cara penularan pertusis, melalui: Droplet infection, Kontak tidak langsung dari alat-alat

yang terkontaminasi

6. Komplikasi dari pertusis dapat menyebabkan gangguan pada saluran nafas,system saraf

pusat , dan saluran pencernaan,

7. Diagnosa banding dari pertusis adalah infeksi oleh clamydia,Infeksi oleh adenovirus tipe

1, 2, 3, 5,trakhea bronchitis,bronkiolitis,dan infeksi bordetellah broncoseptica

8. Pemeriksaan penunjang dari pertusis adalah pembiakan lendir hidung dan mulut,

pembiakan apus tenggorokan dan  pembiakan darah lengkap

9. Penatalaksanaan dari pertusis adalah terapi kausal: antimikroba,salbutamol,globulin imun

pertusis dan terapi suportif (Perawatan Pendukung).

Page 18: Lp Pertusis Pada ANAK

10. Pencegahan dari pertusis adalah dengan Imunisasi alotif diberikan vaksin pertusis yang

terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitea

aktif.

11. Asuhan keperawatan pada penderita pertusis secara garis besar adalah menjaga

kebersihan jalan napas agar terbebas dari bakteri pertusis.

B.         Saran

Sebagai perawat diharapkan mampu untuk  melakukan asuhan keperawatan terhadap

penderita pertusis dan diftei. Karena seringkali pada penderita pertusis dan difteri disertai dengan

komplikasi. Keadaan ini akan menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu,

penyakit batuk rejan dan difteri perlu dicegah. Cara yang paling mudah adalah dengan pemberian

imunisasi bersama vaksin lain yang biasa disebut DPT dan polio.

Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan

mengenai pentingnya  imunisasi dan imunisasi akan berdaya guna jika dilakukan sesuai dengan

program. Selain itu perawat  harus memberikan  pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit

pertusis secara jelas dan lengkap.Terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan

pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :Salemba MedikaNgastiah.2005.Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta:EGCStaf  Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Info Medika

Page 19: Lp Pertusis Pada ANAK

Suriadi, dan Yuliani Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta : PT Fajar Interpratama.

Nuzulul Zulkarnain Haq.2011. ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PERTUSIS.17/04/2012.Jam 20:00. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35517-Kep%20Respirasi-Askep%20Pertusis.html