Click here to load reader

Mading Edisi 11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Edisi 11/Tahun 1 Iklan Mading/Majalah Gazebo Hub. 085250295089 Muh. Hamzah, Mahasiswa semester IV Abdul Basith, Mahasiswa Semester VIII Wiwi Widyana, Mahasiswa Semester II Lembaga Pers Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kabupaten Kutai Timur Nur Muhabibudin, Mahasiswa Semester II Contact : 085255508935 Email : [email protected]

Citation preview

  • SENIN13 JUNI 2011 Mading Gazeb

    Mencerahkan Untuk menggerakkan

    Lembaga Pers MahasiswaSekolah Tinggi Agama Islam Sangatta

    Kabupaten Kutai Timur

    Edisi 11/Tahun 1

    Redaksi Gazebo menerima tulisan dalam bentuk artikel, opini, cerpen atau cerita bersambung. Tulisan max 1250 karakter. Kirim keemail: [email protected] atau langsung diserahkan ke Nur Habibudin - 085742989690

    Gazebo News-Dengan habis-nya masa kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam San-gatta (STAIS) Kutai Timur periode 2010/2011, kemarin (16/06) Panitia Pemilu Raya Mahasiswa (PRM) STAIS mengadakan pemi-lihan secara langsung Presiden BEM periode 2011/2012 di Gazebo dua STAIS. Acara yang diagendakan mulai jam 08.00 ini molor sampai jam 9.00, hal ini terjadi karena masih sedikitnya para mahasiswa yang datang untuk memberikan hak suar-anya. Menurut Ali Basuki, ketua panitia, sedikitnya mahasiswa yang datang karena mempunyai kesibukan sendiri-sendiri. Saya melihat antusias mahasiswa STAIS untuk mengikuti pesta demokrasi ini sangat kurang karena mayoritas mahasiswanya adalah pekerja, jadi mereka tidak mempunyai waktu untuk hal ini, ujar Ali Basuki.

    Pesta demokrasi yang sempat tertunda selama satu minggu

    karena pada awalnya calonnya hanya satu dan tidak sesuai dengan AD/ART BEM STAIS ini akhirnya dapat berjalan dengan lancer, yang diikuti dua kandi-dat, yaitu muchtar dan Guruh Suseno. Sebelum proses pemi-lihan dilakukan, para kandidat calon Presiden BEM terlebih dahulu diperkenankan menyam-paikan visi misinya serta tanya jawab dengan para mahasiswa pemilih tetap untuk beberapa saat. Terlihat sangat luar biasa visi misi dari dua kandidat, kar-ena dua-duanya mempunyai tujuan untuk memajukan STAIS Kutai Timur. Ada yang sangat menarik ketika dua kandidat diberi pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan apabila kalah dalam pencalonan, kedua kandidat pun menjawab siap menerima kekalahan dan akan mendukung progam kerja Presi-den BEM yang terpilih.

    Setelah selesai penyampaian visi misi dan tanya jawab, kemu-dian dimulailah acara pemilihan

    dengan cara mencontreng dari pada nama calon presiden BEM. Proses pencontrengan ini pun berlangsung hingga pukul 14.00 wita dan dilanjutkan dengan per-hitungan suara. Dari 370 daftar pemilih tetap (mahasiswa aktif di STAIS), ternyata hanya 86 yang memberikan hak suaranya. Set-elah perhitungan suara selesai, ternyata muchtar yang meme-nangkan pemilihan, dengan 54 suara, sementara Guruh Suseno mendapatkan 23 suara, dan yang abstaint 9 suara. Ketika ditemui setelah kemenangan ini, muchtar mengatakan akan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan maksimal. Saya akan melaksanakan tanggung jawab ini dengan sebaik-baiknya yang mengacu pada AD/ART BEM STAIS dan sesuai dengan visi misi STAIS Kutai Timur, kata muchtar.

    Muh. Hamzah,Mahasiswa semester IV

    PESTA DEMOKRASI STAIS MINIM PEMINAT

    Sudah lebih dari sepuluh kali majalah dinding ini terbit, su-dah banyak tulisan dan ide-ide dari teman-teman yang tercurah, semua itu bukan tanpa tujuan dan tanpa makna, justru di da-lamnya banyak sekali manfaat yang bisa diambil tentang ber-bagai pengetahuan. Jerih payah pengurus LPM serta para penulis yang telah meluangkan waktu-nya demi terbitnya mading ini tidak harus dibayar dengan uang atau, semuanya bekerja dengan tulus tanpa pamrih, satu yang mungkin mereka harapkan, ter-ciptanya sebuah kampus dengan nuansa ilmiah yang kental, ber-pengetahuan luas, munculnya cendekiawan-cendekiawan muda yang bisa dibanggakan. Na-mun rasanya ada sesuatu yang kurang, majalah dan madding yang terbit terasa hampa, seolah bertepuk sebelah tangan, gayung tak bersambut, jerih payah mere-ka seolah tak ada guna, madding yang ditempel setiap minggu tak pernah mendapat respon positif dari para pembaca, sepi, lengang, kertas mading yang sebenarnya penuh dengan ide-ide segar seo-lah hanya menjadi hiasan dinding belaka, kusut dan akhirnya jatuh terhembus angin.

    Kenapa hal tersebut terjadi? Apakah karena mahasiswa sudah terlalu pandai sehingga tidak bu-tuh sodoran ide-ide baru? Atau-kah karena para penulis yang kurang terkenal? Ataukah karena sajian yang kurang menarik?

    Sebagai pemeluk Islam, agama yang begitu getol menggembor-kan pentingnya ilmu dan penge-tahuan, mestinya hal tersebut tidak boleh terjadi, sejenak kita kaji apa yang sebenarnya disam-paikan oleh Al-Quran, kitab suci tuntunan kita, wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk membaca, memahami dan selalu menambah pengetahuan, dalam banyak ayat lain juga dis-inggung tentang hal tersebut, hal ini menunjukkan betapa pent-ingnya membaca, karena dengan membaca tentu pengetahuan akan bertambah. Dalam ban-yak hadits juga dianjurkan hal tersebut, betapa tingginya derajat mereka yang berilmu dibanding orang-orang bodoh disekeliling-nya. Dalam kehidupan nyata juga bisa dilihat betapa pengetahuan mempunyai peranan penting da-lam kehidupan, sebuah contoh nyata bagaimana upah seorang tukang lebih tinggi daripada kuli/pembantunya, gaji direktur

    jauh di atas gaji pegawai biasa, seorang guru lebih terhormat disbanding tukang kebun, sudah pasti hal tersebut tidak lain Kar-ena perbedaan ilmu dan penge-tahuan mereka. Akal pasti lebih unggul daripada okol (tenaga), orang yang menggunakan otak akan bisa mengendalikan orang yang Cuma menggunakan otot.

    Dimanapun orang pandai akan selalu mengalahkan orang bodoh. Kalau manusia ingin me-nang, unggul, terhormat, sukses, sudah barang tentu ilmu dan pengetahuan harus ia dapatkan sebanyak mungkin, dan dari-mana ilmu dan pengetahuan bisa didapat kalau kita tidak mau membaca? Membaca buku, mem-baca tulisan, ide-ide, membaca situasi, membaca peluang dan sebagainya. Jadi apa alasan kita untuk tidak mau membaca?? Kecuali kalau seseorang ingin menjadi si dungu tanpa pengeta-huan, hanya bisa dikendalikan dan tidak mungkin bisa mengen-dalikan. Cuma bisa jadi wayang, tidak mungkin bisa jadi dalang.

    Abdul Basith,Mahasiswa Semester VIII

    Iklan Mading/Majalah GazeboHub. 085250295089

    FOKUSKENAPA KITA HARUS

    MEMBACA

    Majalah Gazebo Edisi 3Segera Terbit

    Berpartisipasi silahkan kirimkan Artikel, Cerpen, Opini, Resensi

    atau Puisi ke email: [email protected]

    Contact : 085255508935Email : [email protected]

    Bangsa Indonesia yang merupakan sebuah bangsa yang besar, bangsa yang majemuk dengan berbagai sudut pan-dang perbedaan suku, ras, agama dan sebagainya. Berbagai macam perbedaan yang disatukan dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia. Dengan sebuah semboyan luhur pemersatu bangsa Bhineka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Maksud dari semboyan ini ialah sebagai sebuah sem-boyan pemersatu berbagai bentuk sudut pandang perbedaan yang ada. Kemudian

    perberbeda-perbedaan tersebut disatukan dalam sebuah bangsa yaitu bangsa Indo-nesia. Perbedaan itu luntur dan mencam-pur dengan adanya rasa cinta tanah air

    dalam jiwa patriotisme terhadap bangsa Indonesia.

    Dimasa sekarang dimana sebuah per-bedaan bukan lagi menjadi sebuah ajang untuk saling membeda-bedakan. Namun rasa cinta tanah air dan jiwa patriotisme yang semakin minim dan luntur. Hal ini dikarenakan oleh banyak hal diantaran-ya adalah lunturnya kepercayaan terh-adap pemerintahan bangsa ini. Wacana yang sedang marak dengan berbagai tin-dak pembangkangan terhadap bangsa ini

    seperti halnya munculnya faham NII dan terorisme yang merajalela.

    Kegiatan terorisme yang pada awal-nya merupakan sebuah wacana yang muncul dari Timur Tengah dengan menggaris besarkan sebuah faham agama yaitu faham jihad. Di Indonesia sendiri istilah tersebut menjadi semakin popular di khalayak ramai akhir-akhir ini. Tindak terorisme tidak lagi mengacu kepada pengeboman terhadap turis asing maupun bangsa asing yang singgah di Indonesia dan dianggap kafir dan wajib dibinasakan. Pemerintahan pun men-jadi target sasaran aksi mereka. Bahkan Polisi yang notabenenya sebagai apara-tur keamanan bangsa menjadi incaran teroris ini. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia. Bukan lagi meneruskan perjuangan para

    Pahlawan di masa lalu utuk membangun Negara, namun malah terjadi hal seba-liknya yaitu adanya upaya-upaya untuk menghancurhan ketertiban tatanan bangsa ini.

    Pada dasarnya keadaan seperti ini terjadi karena lunturnya rasa cinta ta-nah air dan jiwa patriotism terhadap bangsa Indonesia. Hal ini karena kurang adanya pemahaman terhadap penum-buhan rasa cinta tanah air dan jiwa pa-triotism bangsa. Pada tingkat pendidikan konsep dan upaya untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan jiwa patriotism yang diberikan ialah dengan memberikan materi Pancasila dan Kewarganegaraan.

    Nur Muhabibudin,Mahasiswa Semester II

    Lunturnya Jiwa Patriotisme Bangsa

    Bermodalkan Semangat Tanpa Duit

    Gazebo News-Pandai berbahasa Ing-gris kini menjadi sesuatu yang popular dikalangan anak sekolah. Orang tua pun tak segan-segan merogoh kocek hingga ratusan ribu rupiah untuk kursus berba-hasa Inggris. Berbeda dengan di Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta (STAIS) Kutai Timur , belajar Bahasa Inggris tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.

    Diawali dari ide kreatif salah satu mahasiswa STAIS untuk belajar bersama dan membuat study club. Ide ini pun disambut dengan senang hati oleh mahasiswa lain yang gemar belajar bahasa Inggris. Belajar bersama ini bukan bagian dari Unit Kerja Mahasiswa (UKM) maupun Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), kegia-tan ini semata-mata hanya untuk mengisi waktu luang maha-siswa dengan kegiatan yang bermanfaat sekaligus menyalur-kan kemampuan berbahasa Inggris salah seorang mahasiswa yang menjadi pelopor beserta guru dari kegiatan itu. Bermodal-kan buku panduan modul dan keahlian Berbahasa Inggrisnya ia dengan gigih menyalurkan ilmunya tersebut.

    Pandai berbicara bahasa inggris dengan baik dan benar merupakan visi dari kegiatan tersebut. Tak pandang latar be-lakang, semuanya sama rata, belajar dari awal. Walaupun pe-sertanya tidak banyak namun yang terpenting adalah antusias untuk bisa berbahasa Inggris, ujar Yusuf.

    Sistem dan mutu pengajaran yang disampaikan Yusuf pun tak jauh beda bahkan sama saja dengan apa yang di ajarkan di kursus-kursus speaking bahasa Inggris yang membutuhkan biaya berkisar ratusan ribu rupiah lainnya. Yang membedakan yaitu rungan pembelajarannya, jika kursus pada umumnya di dalam ruangan tertutup bahkan ada yang ber-AC, berbeda dengan belajar bahasa Inggris dengan Yusuf yang hanya di ga-zebo kampus STAIS yang terbuka.

    Wiwi Widyana,Mahasiswa Semester II