Upload
boi-hendratma
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asesmen
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan
kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Pada penilaian hasil
belajar siswa di sekolah, guru memberikan suatu evaluasi untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan materi yang telah dikuasai oleh siswa selama proses
belajar mengajar mengenai materi yang disampaikan.
Pada saat melaksanakan kegiatan evaluasi, berhasil atau tidaknya sangat
ditentukan oleh tepat atau tidaknya pelaksanaan ujian. Pelaksanakan ujian ini
memerlukan alat-alat. Bagi ujian tertulis maka alatnya adalah butir-butir soal
tertulis. Bagi ujian lisan maka alatnya adalah butir soal tertulis yang disediakan
bagi setiap testi, atau sekurang-kurangnya pokok pertanyaan yang sudah tertulis
dan dipersiapkan sebelumnya. Bagi ujian praktek, maka alatnya adalah lembar
pengamatan yang berisi segi-segi yang diamati beserta rentang skor masing-
masing.
Pendidikan yang baik diukur dari tingkat hasil belajar siswa. Sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar banyak metode, model, dan strategi
pembelajaran dilakukan. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran sesuai model
ditentukan oleh seberapa besar hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar dapat
diketahui saat siswa mengerjakan tes.
Hasil dari proses penilaian perlu dilakukan analisis, untuk melihat validitas
dan efektivitas instrument, serta untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
proses pembelajaran. Ada tiga sasaran pokok ketika guru melakukan analisis
1 | A s s e s s m e n t
terhadap hasil belajar, yaitu terhadap guru, siswa dan prosedur pembelajaran.
Fungsi analisis untuk guru terutama untuk mendiagnosis keberhasilan
pembelajaran dan sebagai bahan untuk merevisi dan mengembangkan
pembelajaran dan tes. Analisis soal hasil blajar sangat penting digunakan sebagai
instrument dalam mengukur hasil belajar benar-benar dapat menunjukkan hasil
belajar setiap siswa.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diperlukan suatu penyajian makalah
yang mengkaji permasalahan analisis soal. Pada kesempatan ini, penulis
menyajikan makalah dengan judul “ Validitas Isi dan Analisis Butir Soal Tes
Hasil Belajar”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah
dari makalah ini sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah cara menentukan validitas isi soal tes hasil belajar?
1.2.2 Bagaimanakah cara menganalisis butir soal hasil uji coba tes hasil belajar?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.3.1 Menjelaskan cara menentukan validitas isi soal tes hasil belajar.
1.3.2 Menjelaskan cara menganalisis butir soal hasil uji coba tes hasil belajar.
1.4 MAANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penyusunan tulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagi Penulis, memberikan pengetahuan mengenai konsep analisis
butir soal tes hasil belajar, serta implementasinya dalam pembelajaran
sains.
2. Bagi mahasiswa calon pendidik, dapat memberikan informasi
sehingga diharapkan mampu, mengerti, dan memahami mengenai analisis
butir soal tes hasil belajar, sehingga mampu membuat soal yang memiliki
kualitas baik sebagai instrument penelitian.
2 | A s s e s s m e n t
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 VALIDITAS ISI (PENELAAHAN SOAL)
Validitas isi adalah tingkat representatif sampling yang terdapat dalam
muatan suatu perangkat (Kerlinger, 2000). Validitas isi bagi sebuah instrument
menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi
pelajaran yang dievaluasi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan materi pelajaran yang
diberikan (Arikunto, 2006). Validitas isi tidak dapat dikuantisasi atau tidak
memerlukan uji coba dan analisis statistik (Sudjana & Ibrahim, 2004), sehingga
validitas isi tes ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Secara umum,
pertimbangan para ahli tersebut dilakukan dengan cara mengamati secara cermat
semua item dalam tes yang hendak divalidasi, kemudian item-item dalam tes
dikoreksi. Pada akhir perbaikan, para ahli juga diminta untuk memberikan
pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang
hendak diukur.
Prosedur yang hendak ditempuh agar suatu tes hasil belajar mampu
mencerminkan domain isi secara komprehensif adalah dengan menyusun kisi-kisi
tes (terlampir). Contoh kisi-kisi tes dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Contoh Kisi-kisi Tes
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
No Butir Perjenjang Kemampuan Jml ButirC1 C2 C3 C4 C5 C6
1………………
1.1 ……… 1 2, 3 4, 5 6 7 8 8
1.2 ……… 9, 10 11, 12 13 14 15 16 8
1.3 ……… 17 18, 19 20 21,22 23 24 8
……………… …. … … …. … … …….
N
3 | A s s e s s m e n t
Jumlah Butir 5 25 5 5 5 5 50
Keterangan: C1 = hafalan, C2 = pemahaman, C3 = penerapan, C4 = analisis, C5 =
sintesis, C6 = evaluasi
Validitas isi suatu tes hasil belajar tidak terlalu penting untuk
dikuantifikasi. Validitas isi cukup diestimasi berdasarkan pertimbangan ahli isi.
Sebagai ahli isi dapat ditunjuk seorang guru pada bidang studi yang sama yang
memiliki kualifikasi dan pengalaman kerja yang cukup. Pertimbangan ahli
tersebut dianggap cukup representatif sebagai dasar untuk memutuskan bahwa tes
yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi. Di samping pemeriksaan
oleh teman sejawat yang dianggap sebagai ahli, tes juga perlu diuji
keterbacaannya ditinjau dari pemakai (siswa). Prosedur ini dilakukan melalui uji
kelompok kecil dan kelas yang sesungguhnya.
2.2 ANALISIS HASIL UJI COBA TES HASIL BELAJAR
Proses selanjutnya setelah dilakukan validitas isi adalah uji coba tes. Uji
coba dilakukan pada siswa yang sudah pernah mempelajari materi yang
terkandung dalam tes. Setelah diperoleh hasil uji coba, kemudian dilakukan
analisis butir.
Analisis butir merupakan proses pengujian respon-respon siswa untuk
masing-masing butir tes dalam upaya menjustifikasi kualitas item. Kualitas item,
khususnya direpresentasi oleh daya beda item, tingkat kesukaran item, validitas
butir, dan reliabilitas tes (Mehrens & Lehmann, 1984).
2.2.1 Indeks Daya Beda (IDB)
Daya beda item adalah kemampuan suatu item/soal dalam memisahkan
antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai dalam suatu
kelompok (Arikunto, 2005). Sebelum menentukan daya beda item, terlebih dahulu
ditentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Penentuan masing-masing
kelompok dilakukan dengan mengurutkan nilai siswa dari skor tertinggi ke skor
terendah yang dicapai siswa. Daya beda item dapat dihitung dengan menggunakan
formulasi untuk pilihan ganda sebagai berikut.
4 | A s s e s s m e n t
IDB =
dengan IDB = Indeks Daya beda Butir, RKA = jumlah responden Kelompok Atas
yang menjawab benar, RKB = jumlah responden Kelompok Bawah yang menjawab
benar, dan T = jumlah responden seluruhnya.
Pada tes esai, daya beda item dapat diketahui dengan menggunakan
formulasi sebagai berikut.
IDB =
Keterangan
= jumlah skor kelompok atas,
= jumlah skor kelompok bawah,
N = jumlah responden kelompok atas atau kelompok bawah,
Scoremx = skor tertinggi butir, dan
Scoremin = skor terendah butir.
Klasifikasi daya beda yang umum digunakan adalah IDB = 0,00 yang
berarti sangat jelek; 0,00 < IDB 0,20 adalah jelek; 0,20 < IDB 0,40 adalah
cukup; 0,40 < IDB 0,70 adalah baik; dan 0,70 < IDB 1.00 adalah sangat
baik. Kriteria pengujiannya adalah item dikatakan mempunyai daya beda yang
baik jika IDB > 0,20 (Subana & Sudrajat, 2001).
2.2.2 Indeks Kesukaran Butir (IKB)
Indeks kesukaran butir bertujuan untuk menentukan apakah suatu
instrumen terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa, sehingga item benar-benar
dapat menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa yang akan diukur
kemampuannya. Penghitungan terhadap tingkat kesukaran butir tes pada pilihan
ganda dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut.
IKB = 100%
dengan IKB = Indeks Kesukaran Butir, R = jumlah responden yang menjawab
benar, dan T = jumlah responden seluruhnya.
Pada tes esai digunakan rumus berikut.
5 | A s s e s s m e n t
IKB =
Keterangan :
= jumlah skor Kelompok Atas (KA),
= jumlah skor Kelompok Bawah (KB),
N = jumlah responden pada KA atau KB,
Scoremax = skor tertinggi butir, dan
Scoremin = skor terendah butir
Klasifikasi tingkat kesukaran yang umum digunakan adalah IKB = 0,00
berarti butir soal terlalu sukar, 0,00 < IKB 0,30 adalah sukar, 0,30 < IKB
0,70 adalah sedang, 0,70 < IKB < 1,00 adalah mudah, dan IKB = 1,00 adalah
terlalu mudah. Kriteria pengujiannya adalah suatu butir dapat digunakan apabila
dapat memenuhi 0,20 < IKB < 0,80, yang berarti tingkat kesukarannya berada
pada tingkat sedang (Subana & Sudrajat, 2001).
a. Contoh Analisis IDB dan IKB pada Pilihan Ganda
Langkah-langkah dalam melakukan analisis butir adalah sebagai berikut.
1. Hasil pekerjaan siswa diperiksa dan diberikan skor secara teliti dan cermat,
kemudian skor-skor tersebut dimasukkan ke dalam Tabel 2.
Tabel 2. Skor butir tes pilihan ganda
No. Resp
Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 42 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 56 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 37 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 59 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 310 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6
6 | A s s e s s m e n t
2. Indeks daya beda (IDB) dan indeks kesukuran butir (IKB) dianalisis dengan
melakukan berbagai hal berikut.
a) Hal yang pertama dilakukan adalah mengurutkan skor siswa dari yang
tertinggi hingga yang terendah. Langkah ini dilakukan hanya dengan
mengubah skor-skor pada Tabel 2 dengan mengurutkan dari skor tertinggi
hingga terendah, seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Skor butir tes pilihan ganda setelah skor responden diurutkan
No. RespSkor Perbutir Skor
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 102 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 610 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 57 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 51 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 46 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 39 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3
Jumlah 6 8 8 6 7 3 4 3 3 4 52
b) Kelompok atas (KA) dan kelompok bawah (KB) ditetapkan dari skor-skor
siswa yang telah diurutkan seperti pada Tabel 3. Jumlah KA atau KB
disesuaikan dengan jumlah responden seluruhnya. Pada jumlah responden
relatif banyak (sekitar 100), dapat digunakan angka 30%, 27%, 25%.
Tetapi untuk jumlah responden relatif sedikit, jumlah tersebut dapat
disesuaikan, bahkan jika hanya 40 orang, maka KA atau KB dapat
ditetapkan 20.
Tabel 4. Kelompok Atas
No. RespSkor Perbutir Skor
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 102 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
7 | A s s e s s m e n t
No. RespSkor Perbutir Skor
Total3 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 610 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
Jumlah 3 4 3 4 5 3 3 2 2 3 32
Tabel 5. Kelompok Bawah
No. RespSkor Perbutir Skor
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 107 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 51 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 46 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 39 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3
Jumlah 3 4 5 2 2 0 1 1 1 1 20
c) Jumlah siswa pada KA maupun pada KB dihitung untuk masing-masing
pilihan jawaban.
d) Sebagai contoh, misalkan jumlah responden seluruhnya adalah 10, maka
KA = 5 dan KB = 5. Jumlah siswa pada KA dan KB yang menjawab pada
masing-masing pilihan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran jumlah siswa pada masing-masing pilihan
----------------------------------------------------------------------------------------------
Pilihan A B C* D E tidak memilih
KA 0 1 3 1 0 0
KB 1 0 2 1 1 0
---------------------------------------------------------------------------------------------
-
Keterangan :
*) berarti kunci jawaban
e) Indeks Kesukaran Butir (IKB) dihitung dengan formula
Berdasarkan contoh pada Tabel 4, maka IKB = 100% = 50% = 0,50
8 | A s s e s s m e n t
Berdasarkan kriteria IKB tersebut, maka butir yang memiliki IKB = 0,50
termasuk butir sedang.
f) Indek Daya beda Butir (IDB) dihitung dengan formula berikut.
Untuk contoh pada Tabel 4, berarti RKA = 3, RKB = 2, maka IDB= =
1/5=0,20
Berdasarkan kriteria IDB tersebut, sehingga dapat dihitung IDB = 0,20,
yang berkategori rendah
b. Contoh Analisis IKB dan IDB Pada Tes Esai
Pada tes esai, analisis butir hanya menyangkut IKB dan IDB. Prosedur
analisisnya adalah sebagai berikut.
1. Semua jawaban responden pada semua butir tes dikoreksi kemudian ditabulasi
ke dalam tabel kerja, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. Pada Tabel 7,
dicontohkan skor maksimum tiap item adalah 7 dan skor minimumnya adalah
0.
Tabel 7. Skor-skor Butir Tes Esai
No. Resp
Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 312 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 473 3 3 3 2 2 2 2 5 4 1 274 1 1 1 0 0 0 2 3 4 5 175 3 3 3 3 4 5 3 4 2 0 306 4 4 4 2 2 3 3 3 1 2 287 3 3 2 1 2 2 2 4 5 3 278 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 449 4 4 4 4 4 4 2 2 2 5 3510 4 5 4 2 3 1 2 3 4 4
9 | A s s e s s m e n t
2. Skor-skor responden tersebut diurutkan dari yang tertinggi ke yang terendah,
seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Skor Butir Tes Esai Setelah Skor-skor Responden Diurutkan
No. Resp
Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 478 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 449 4 4 4 4 4 4 2 2 2 5 3510 4 5 4 2 3 1 2 3 4 4 321 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 315 3 3 3 3 4 5 3 4 2 0 306 4 4 4 2 2 3 3 3 1 2 283 3 3 3 2 2 2 2 5 4 1 277 3 3 2 1 2 2 2 4 5 3 274 1 1 1 0 0 0 2 3 4 5 17
3. Berdasarkan Tabel 6, dilakukan penetapan 50% dari urutan nomor 1 ke bawah
sebagai KA dan 50% dari urutan terakhir ke atas sebagai KB. Jumlah skor-
skor untuk masing-masing butir dihitung, baik pada KA maupun pada KB.
Tabel 9. Kelompok Atas
No. Resp
Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 478 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 449 4 4 4 4 4 4 2 2 2 5 3510 4 5 4 2 3 1 2 3 4 4 321 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 31
Jumlah 21 22 22 20 21 19 18 15 15 16
Tabel 10. Kelompok Bawah
No. Resp
Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 3 3 3 3 4 5 3 4 2 0 306 4 4 4 2 2 3 3 3 1 2 283 3 3 3 2 2 2 2 5 4 1 277 3 3 2 1 2 2 2 4 5 3 274 1 1 1 0 0 0 2 3 4 5 17
10 | A s s e s s m e n t
Jumlah 14 14 13 8 10 12 12 19 16 11
4. IKB dan IDB masing-masing ditentukan dengan formula-formula berikut.
IKB =
IDB =
Sebagai contoh, misalkan untuk menentukan IKB dan IDB soal nomor 1
adalah sebagai berikut.
IKB =
IDB =
Hasil analisis menunjukkan bahwa butir tes tersebut memiliki IKB dengan
kategori sangat sukar dan IDB yang berkategori sangat rendah.
2.2.3 Validitas Butir
Validitas butir merupakan derajat konsistensi pengukuran yang
ditampilkan oleh butir terhadap apa yang ingin diukur. Menurut Nazir (2003) dan
Riduwan (2006) validitas butir dengan skor total pada tes hasil belajar dapat
dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan
persamaan sebagai berikut.
Keterangan:
rxy = koefesien korelasiN = jumlah sampelX = skor butirY = skor total
Menurut Long et al. (1985), klasifikasi pengujian yang digunakan adalah
rxy 0,30 berarti valid (dapat langsung digunakan); 0,10 rxy 0,30 berarti valid
(tetapi direkomendasikan untuk direvisi kembali); rxy 0,10 ataupun bernilai
negatif berarti tidak valid (gugur). Dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti
menggunakan soal yang memiliki rxy 0,30 dan 0,10 rxy 0,30.
11 | A s s e s s m e n t
a. Contoh Analisis Validitas Butir
Analisis validitas butir dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
berikut.
Tabel 11. Contoh Analisis Validitas Butir Nomor 1
No Resp X Y XY X2 Y2
1 0 4 0 0 162 1 8 8 1 643 0 7 0 0 494 0 6 0 0 365 1 5 5 1 256 1 3 3 1 97 1 5 5 1 258 0 5 0 0 259 1 3 3 1 910 1 6 6 1 36Σ 6 52 30 6 294
Syarat-syarat untuk menguji validitas butir soal:
a) Menggunakan persamaan korelasi product moment dengan angka kasar:
Di mana:
rXY adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
b) Derajat Kebebasan = 10-2 = 8
c) Harga “r” pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 8 adalah
0,701
Jika rxy (korelasi product moment) > dari “r” tabel, maka soal tersebut
dikatakan valid.
Jika rxy (korelasi product moment) < dari “r” tabel, maka soal tersebut
dikatakan tidak valid atau drop
12 | A s s e s s m e n t
Kesimpulan: dari analisis validitas nomor 1 diperoleh nilai korelasi product
momen sebesar -0,15945 lebih kecil dibandingkan r tabel, berarti soal nomor 1
tersebut tidak valid.
2.2.4 Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes merupakan derajat dari suatu tes dapat mengukur secara
konsistens apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila
diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Menurut Mehrens dan Lehman (1984), untuk dapat menggambarkan variasi dari
item-item tes untuk jawaban benar atau salah yang diberi skor 0 atau 1 (bersifat
dikotomis), maka digunakan Metode Kuder-Richardson 20 (KR-20).
Keterangan:
n = banyaknya butir soal atau pertanyaan
p = proporsi tanggapan yang benar
q = proporsi tanggapan yang salah = 1 - p
= varians dari skor
Menurut Long et al. (1985), kriteria yang dapat diacu adalah koefesien
reliabilitas 0,80 yang menyatakan tes tersebut acceptable. Oleh karena koefesien
reliabilitas secara wajar bergerak pada interval 0,00-1,00, maka kriteria-kriteria:
0,00-0,20 adalah sangat rendah, 0,20-0,40 rendah, 0,40-0,60 sedang, 0,60-0,80
tinggi, dan 0,80-1,00 sangat tinggi dapat pula diacu sebagai kriteria penolakan
atau penerimaan reliabilitas internal. Tes hasil belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yang memiliki indeks reliabilitas pada kategori sedang,
tinggi, atau sangat tinggi.
Apabila indek kesukaran butir soal (IKB) bersifat homogen, yang berarti
bahwa p relatif konstan untuk keseluruhan butir, maka indeks reliabilitas tes
dihitung dengan metode K-R 21 dengan formula:
13 | A s s e s s m e n t
dengan = nilai rata-rata responden. Metode K-R 21 juga digunakan untuk skor
butir yang bersifat dikotomis.
Apabila skor bersifat non dikotomis, maka koefisien reliabilitas tes
diestimasi berdasarkan koefisien alfa Cronbach. Koefisien alfa Cronbach dapat
dihitung dengan formula:
Dengan n = jumlah butir tes, S2i = varian butir, dan S2
x = varian total tes.
Kriteria yang dapat diacu adalah koefesien reliabilitas ≥ 0,80 menyatakan tes
tersebut acceptable (Long et al, 1985). Oleh karena koefesien reliabilitas
secara wajar bergerak pada interval 0,00-1,00, maka kriteria-kriteria: 0,00-0,20
adalah sangat rendah, 0,20-0,40 rendah, 0,40-0,60 sedang, 0,60-0,80 tinggi,
dan 0,80-1,00 sangat tinggi dapat pula diacu sebagai kriteria penolakan atau
penerimaan reliabilitas internal. Tes hasil belajar dengan indek reliabilitas
berada pada kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi ditoleransi untuk
diterima sebagai perangkat tes yang relatif baku.
a. Contoh Analisis Reabilitas Tes
Analisis reabilitas tes sesuai langkah-langkah seperti berikut.
Tabel 12. Analisis Reabilitas Tes
No. RespSkor Perbutir Skor
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 42 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 56 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 37 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 59 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3
14 | A s s e s s m e n t
No. RespSkor Perbutir Skor
Total10 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6 Jumlah 6 8 8 6 7 3 4 3 3 4 52
Proposisi Menjawab benar (P)
0.6 0.8 0.8 0.6 0.7 0.3 0.4 0.3 0.3 0.4
Proposisi Menjawab salah (q)
0.4 0.2 0.2 0.4 0.3 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6
P*Q 0.24 0.16 0.16 0.24 0.21 0.21 0.24 0.21 0.21 0.24 2.12STDV 1.61933
Analisis reabilitas dilakukan dengan menggunakan persamaan
,
di manaP adalah proposi siswa yang menjawab benarq adalah proposi siswa yang menjawab salahs adalah standar deviasirn adalah reliabilitas tes secara keseluruhan yang dihitung dengan rumus
KR-20.Sehingga dalam analisis reabilitas pada data ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis reabilitas yang dilakukan diperoleh nilai 0,21
dengan katagori rendah. Sehingga tes hasil belajar yang dianalisis tidak dapat
diterima sebagai perangkat tes yang relatif baku.
2.2.5 Efektivitas Pengecoh (Distractor)
Analisis efektivitas pengecoh (distractor) atau analisis pola jawaban
dilakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih tiap alternatif jawaban
pada masing-masing butir. Kriteria pengecoh yang baik adalah apabila pengecoh
tersebut dipilih oleh sedikitnya 5% dari peserta tes (Candiasa, 2010a).
15 | A s s e s s m e n t
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Validitas isi adalah tingkat representatif sampling yang terdapat dalam
muatan suatu perangkat (Kerlinger, 2000). Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan
materi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2006).
3.1.2 Analisis hasil uji coba tes hasil belajar dapat meliputi IKB (menunjukkan
tingkat kesukaraan soal), IDB (menunjukkan indek pembeda siswa yang
pintar dan kurang), Validitas Butir (soal tes hasil belajar benar-benar
menunjukkan tingkat hasil belajar), dan Reabilitas Tes (konsistensi soal
dalam melakukan pengukuran).
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Bagi pembaca diharapkan dapat menambah referensi mengenai analisis uji
coba instrumen hasil belajar.
3.2.2 Bagi mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengaplikasikan kajian uji
validitas isi dan analisis butir soal pada saat pembuatan instrument
penelitian agar dapat mencapai hasil optimal dalam pembelajaran.
16 | A s s e s s m e n t
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Candiasa, I M. 2010a. Pengujian instrument penelitian disertai aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbitan Universitas Pendidikan Ganesha
Gay, L. R. 1987. Education research, Competencies for analysis and application. Third edition. Columbus: Merrill Publishing Company.
Kerlinger. 2000. Asas-Asas Penelitian Behaviorial. UGM: Yogyakarta.
Long, T. J., Convey, J. J., & Chwalek, A. R. 1985. Completing dissertation in the behavioral sciences and education. London: Jossey-Bass Publishers.
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. 1984. Measurement and evaluation in education and psychology, Third edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Subana, M. dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensido.
Wiersma, W. 1991. Research methods in education. Fifth edition. Boston: Allyn and Bacon.
17 | A s s e s s m e n t
18 | A s s e s s m e n t