26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Pada penilaian hasil belajar siswa di sekolah, guru memberikan suatu evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang telah dikuasai oleh siswa selama proses belajar mengajar mengenai materi yang disampaikan. Pada saat melaksanakan kegiatan evaluasi, berhasil atau tidaknya sangat ditentukan oleh tepat atau tidaknya pelaksanaan ujian. Pelaksanakan ujian ini memerlukan alat-alat. Bagi ujian tertulis maka alatnya adalah butir-butir soal tertulis. Bagi ujian lisan maka alatnya adalah butir soal tertulis yang disediakan bagi 1 | A s s e s s m e n t

Makala h

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asesmen

Citation preview

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya dalam

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan

kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Pada penilaian hasil

belajar siswa di sekolah, guru memberikan suatu evaluasi untuk mengetahui

sejauh mana penguasaan materi yang telah dikuasai oleh siswa selama proses

belajar mengajar mengenai materi yang disampaikan.

Pada saat melaksanakan kegiatan evaluasi, berhasil atau tidaknya sangat

ditentukan oleh tepat atau tidaknya pelaksanaan ujian. Pelaksanakan ujian ini

memerlukan alat-alat. Bagi ujian tertulis maka alatnya adalah butir-butir soal

tertulis. Bagi ujian lisan maka alatnya adalah butir soal tertulis yang disediakan

bagi setiap testi, atau sekurang-kurangnya pokok pertanyaan yang sudah tertulis

dan dipersiapkan sebelumnya. Bagi ujian praktek, maka alatnya adalah lembar

pengamatan yang berisi segi-segi yang diamati beserta rentang skor masing-

masing.

Pendidikan yang baik diukur dari tingkat hasil belajar siswa. Sebagai

upaya meningkatkan hasil belajar banyak metode, model, dan strategi

pembelajaran dilakukan. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran sesuai model

ditentukan oleh seberapa besar hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar dapat

diketahui saat siswa mengerjakan tes.

Hasil dari proses penilaian perlu dilakukan analisis, untuk melihat validitas

dan efektivitas instrument, serta untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan

proses pembelajaran. Ada tiga sasaran pokok ketika guru melakukan analisis

1 | A s s e s s m e n t

Page 2: Makala h

terhadap hasil belajar, yaitu terhadap guru, siswa dan prosedur pembelajaran.

Fungsi analisis untuk guru terutama untuk mendiagnosis keberhasilan

pembelajaran dan sebagai bahan untuk merevisi dan mengembangkan

pembelajaran dan tes. Analisis soal hasil blajar sangat penting digunakan sebagai

instrument dalam mengukur hasil belajar benar-benar dapat menunjukkan hasil

belajar setiap siswa.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diperlukan suatu penyajian makalah

yang mengkaji permasalahan analisis soal. Pada kesempatan ini, penulis

menyajikan makalah dengan judul “ Validitas Isi dan Analisis Butir Soal Tes

Hasil Belajar”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah

dari makalah ini sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimanakah cara menentukan validitas isi soal tes hasil belajar?

1.2.2 Bagaimanakah cara menganalisis butir soal hasil uji coba tes hasil belajar?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.

1.3.1 Menjelaskan cara menentukan validitas isi soal tes hasil belajar.

1.3.2 Menjelaskan cara menganalisis butir soal hasil uji coba tes hasil belajar.

1.4 MAANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penyusunan tulisan ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagi Penulis, memberikan pengetahuan mengenai konsep analisis

butir soal tes hasil belajar, serta implementasinya dalam pembelajaran

sains.

2. Bagi mahasiswa calon pendidik, dapat memberikan informasi

sehingga diharapkan mampu, mengerti, dan memahami mengenai analisis

butir soal tes hasil belajar, sehingga mampu membuat soal yang memiliki

kualitas baik sebagai instrument penelitian.

2 | A s s e s s m e n t

Page 3: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 VALIDITAS ISI (PENELAAHAN SOAL)

Validitas isi adalah tingkat representatif sampling yang terdapat dalam

muatan suatu perangkat (Kerlinger, 2000). Validitas isi bagi sebuah instrument

menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi

pelajaran yang dievaluasi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila

mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan materi pelajaran yang

diberikan (Arikunto, 2006). Validitas isi tidak dapat dikuantisasi atau tidak

memerlukan uji coba dan analisis statistik (Sudjana & Ibrahim, 2004), sehingga

validitas isi tes ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Secara umum,

pertimbangan para ahli tersebut dilakukan dengan cara mengamati secara cermat

semua item dalam tes yang hendak divalidasi, kemudian item-item dalam tes

dikoreksi. Pada akhir perbaikan, para ahli juga diminta untuk memberikan

pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang

hendak diukur.

Prosedur yang hendak ditempuh agar suatu tes hasil belajar mampu

mencerminkan domain isi secara komprehensif adalah dengan menyusun kisi-kisi

tes (terlampir). Contoh kisi-kisi tes dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Contoh Kisi-kisi Tes

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

No Butir Perjenjang Kemampuan Jml ButirC1 C2 C3 C4 C5 C6

1………………

1.1 ……… 1 2, 3 4, 5 6 7 8 8

1.2 ……… 9, 10 11, 12 13 14 15 16 8

1.3 ……… 17 18, 19 20 21,22 23 24 8

……………… …. … … …. … … …….

N

3 | A s s e s s m e n t

Page 4: Makala h

Jumlah Butir 5 25 5 5 5 5 50

Keterangan: C1 = hafalan, C2 = pemahaman, C3 = penerapan, C4 = analisis, C5 =

sintesis, C6 = evaluasi

Validitas isi suatu tes hasil belajar tidak terlalu penting untuk

dikuantifikasi. Validitas isi cukup diestimasi berdasarkan pertimbangan ahli isi.

Sebagai ahli isi dapat ditunjuk seorang guru pada bidang studi yang sama yang

memiliki kualifikasi dan pengalaman kerja yang cukup. Pertimbangan ahli

tersebut dianggap cukup representatif sebagai dasar untuk memutuskan bahwa tes

yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi. Di samping pemeriksaan

oleh teman sejawat yang dianggap sebagai ahli, tes juga perlu diuji

keterbacaannya ditinjau dari pemakai (siswa). Prosedur ini dilakukan melalui uji

kelompok kecil dan kelas yang sesungguhnya.

2.2 ANALISIS HASIL UJI COBA TES HASIL BELAJAR

Proses selanjutnya setelah dilakukan validitas isi adalah uji coba tes. Uji

coba dilakukan pada siswa yang sudah pernah mempelajari materi yang

terkandung dalam tes. Setelah diperoleh hasil uji coba, kemudian dilakukan

analisis butir.

Analisis butir merupakan proses pengujian respon-respon siswa untuk

masing-masing butir tes dalam upaya menjustifikasi kualitas item. Kualitas item,

khususnya direpresentasi oleh daya beda item, tingkat kesukaran item, validitas

butir, dan reliabilitas tes (Mehrens & Lehmann, 1984).

2.2.1 Indeks Daya Beda (IDB)

Daya beda item adalah kemampuan suatu item/soal dalam memisahkan

antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai dalam suatu

kelompok (Arikunto, 2005). Sebelum menentukan daya beda item, terlebih dahulu

ditentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Penentuan masing-masing

kelompok dilakukan dengan mengurutkan nilai siswa dari skor tertinggi ke skor

terendah yang dicapai siswa. Daya beda item dapat dihitung dengan menggunakan

formulasi untuk pilihan ganda sebagai berikut.

4 | A s s e s s m e n t

Page 5: Makala h

IDB =

dengan IDB = Indeks Daya beda Butir, RKA = jumlah responden Kelompok Atas

yang menjawab benar, RKB = jumlah responden Kelompok Bawah yang menjawab

benar, dan T = jumlah responden seluruhnya.

Pada tes esai, daya beda item dapat diketahui dengan menggunakan

formulasi sebagai berikut.

IDB =

Keterangan

= jumlah skor kelompok atas,

= jumlah skor kelompok bawah,

N = jumlah responden kelompok atas atau kelompok bawah,

Scoremx = skor tertinggi butir, dan

Scoremin = skor terendah butir.

Klasifikasi daya beda yang umum digunakan adalah IDB = 0,00 yang

berarti sangat jelek; 0,00 < IDB 0,20 adalah jelek; 0,20 < IDB 0,40 adalah

cukup; 0,40 < IDB 0,70 adalah baik; dan 0,70 < IDB 1.00 adalah sangat

baik. Kriteria pengujiannya adalah item dikatakan mempunyai daya beda yang

baik jika IDB > 0,20 (Subana & Sudrajat, 2001).

2.2.2 Indeks Kesukaran Butir (IKB)

Indeks kesukaran butir bertujuan untuk menentukan apakah suatu

instrumen terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa, sehingga item benar-benar

dapat menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa yang akan diukur

kemampuannya. Penghitungan terhadap tingkat kesukaran butir tes pada pilihan

ganda dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut.

IKB = 100%

dengan IKB = Indeks Kesukaran Butir, R = jumlah responden yang menjawab

benar, dan T = jumlah responden seluruhnya.

Pada tes esai digunakan rumus berikut.

5 | A s s e s s m e n t

Page 6: Makala h

IKB =

Keterangan :

= jumlah skor Kelompok Atas (KA),

= jumlah skor Kelompok Bawah (KB),

N = jumlah responden pada KA atau KB,

Scoremax = skor tertinggi butir, dan

Scoremin = skor terendah butir

Klasifikasi tingkat kesukaran yang umum digunakan adalah IKB = 0,00

berarti butir soal terlalu sukar, 0,00 < IKB 0,30 adalah sukar, 0,30 < IKB

0,70 adalah sedang, 0,70 < IKB < 1,00 adalah mudah, dan IKB = 1,00 adalah

terlalu mudah. Kriteria pengujiannya adalah suatu butir dapat digunakan apabila

dapat memenuhi 0,20 < IKB < 0,80, yang berarti tingkat kesukarannya berada

pada tingkat sedang (Subana & Sudrajat, 2001).

a. Contoh Analisis IDB dan IKB pada Pilihan Ganda

Langkah-langkah dalam melakukan analisis butir adalah sebagai berikut.

1. Hasil pekerjaan siswa diperiksa dan diberikan skor secara teliti dan cermat,

kemudian skor-skor tersebut dimasukkan ke dalam Tabel 2.

Tabel 2. Skor butir tes pilihan ganda

No. Resp

Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 42 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 56 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 37 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 59 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 310 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6

6 | A s s e s s m e n t

Page 7: Makala h

2. Indeks daya beda (IDB) dan indeks kesukuran butir (IKB) dianalisis dengan

melakukan berbagai hal berikut.

a) Hal yang pertama dilakukan adalah mengurutkan skor siswa dari yang

tertinggi hingga yang terendah. Langkah ini dilakukan hanya dengan

mengubah skor-skor pada Tabel 2 dengan mengurutkan dari skor tertinggi

hingga terendah, seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Skor butir tes pilihan ganda setelah skor responden diurutkan

No. RespSkor Perbutir Skor

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 102 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 610 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 57 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 51 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 46 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 39 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3

Jumlah  6 8 8 6 7 3 4 3 3 4 52

b) Kelompok atas (KA) dan kelompok bawah (KB) ditetapkan dari skor-skor

siswa yang telah diurutkan seperti pada Tabel 3. Jumlah KA atau KB

disesuaikan dengan jumlah responden seluruhnya. Pada jumlah responden

relatif banyak (sekitar 100), dapat digunakan angka 30%, 27%, 25%.

Tetapi untuk jumlah responden relatif sedikit, jumlah tersebut dapat

disesuaikan, bahkan jika hanya 40 orang, maka KA atau KB dapat

ditetapkan 20.

Tabel 4. Kelompok Atas

No. RespSkor Perbutir Skor

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 102 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

7 | A s s e s s m e n t

Page 8: Makala h

No. RespSkor Perbutir Skor

Total3 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 610 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5

Jumlah  3 4 3 4 5 3 3 2 2 3 32

Tabel 5. Kelompok Bawah

No. RespSkor Perbutir Skor

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 107 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 51 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 46 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 39 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3

Jumlah  3 4 5 2 2 0 1 1 1 1 20

c) Jumlah siswa pada KA maupun pada KB dihitung untuk masing-masing

pilihan jawaban.

d) Sebagai contoh, misalkan jumlah responden seluruhnya adalah 10, maka

KA = 5 dan KB = 5. Jumlah siswa pada KA dan KB yang menjawab pada

masing-masing pilihan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran jumlah siswa pada masing-masing pilihan

----------------------------------------------------------------------------------------------

Pilihan A B C* D E tidak memilih

KA 0 1 3 1 0 0

KB 1 0 2 1 1 0

---------------------------------------------------------------------------------------------

-

Keterangan :

*) berarti kunci jawaban

e) Indeks Kesukaran Butir (IKB) dihitung dengan formula

Berdasarkan contoh pada Tabel 4, maka IKB = 100% = 50% = 0,50

8 | A s s e s s m e n t

Page 9: Makala h

Berdasarkan kriteria IKB tersebut, maka butir yang memiliki IKB = 0,50

termasuk butir sedang.

f) Indek Daya beda Butir (IDB) dihitung dengan formula berikut.

Untuk contoh pada Tabel 4, berarti RKA = 3, RKB = 2, maka IDB= =

1/5=0,20

Berdasarkan kriteria IDB tersebut, sehingga dapat dihitung IDB = 0,20,

yang berkategori rendah

b. Contoh Analisis IKB dan IDB Pada Tes Esai

Pada tes esai, analisis butir hanya menyangkut IKB dan IDB. Prosedur

analisisnya adalah sebagai berikut.

1. Semua jawaban responden pada semua butir tes dikoreksi kemudian ditabulasi

ke dalam tabel kerja, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. Pada Tabel 7,

dicontohkan skor maksimum tiap item adalah 7 dan skor minimumnya adalah

0.

Tabel 7. Skor-skor Butir Tes Esai

No. Resp

Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 312 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 473 3 3 3 2 2 2 2 5 4 1 274 1 1 1 0 0 0 2 3 4 5 175 3 3 3 3 4 5 3 4 2 0 306 4 4 4 2 2 3 3 3 1 2 287 3 3 2 1 2 2 2 4 5 3 278 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 449 4 4 4 4 4 4 2 2 2 5 3510 4 5 4 2 3 1 2 3 4 4

9 | A s s e s s m e n t

Page 10: Makala h

2. Skor-skor responden tersebut diurutkan dari yang tertinggi ke yang terendah,

seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Skor Butir Tes Esai Setelah Skor-skor Responden Diurutkan

No. Resp

Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 478 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 449 4 4 4 4 4 4 2 2 2 5 3510 4 5 4 2 3 1 2 3 4 4 321 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 315 3 3 3 3 4 5 3 4 2 0 306 4 4 4 2 2 3 3 3 1 2 283 3 3 3 2 2 2 2 5 4 1 277 3 3 2 1 2 2 2 4 5 3 274 1 1 1 0 0 0 2 3 4 5 17

3. Berdasarkan Tabel 6, dilakukan penetapan 50% dari urutan nomor 1 ke bawah

sebagai KA dan 50% dari urutan terakhir ke atas sebagai KB. Jumlah skor-

skor untuk masing-masing butir dihitung, baik pada KA maupun pada KB.

Tabel 9. Kelompok Atas

No. Resp

Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 478 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 449 4 4 4 4 4 4 2 2 2 5 3510 4 5 4 2 3 1 2 3 4 4 321 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 31

Jumlah 21 22 22 20 21 19 18 15 15 16  

Tabel 10. Kelompok Bawah

No. Resp

Skor Perbutir Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5 3 3 3 3 4 5 3 4 2 0 306 4 4 4 2 2 3 3 3 1 2 283 3 3 3 2 2 2 2 5 4 1 277 3 3 2 1 2 2 2 4 5 3 274 1 1 1 0 0 0 2 3 4 5 17

10 | A s s e s s m e n t

Page 11: Makala h

Jumlah 14 14 13 8 10 12 12 19 16 11  

4. IKB dan IDB masing-masing ditentukan dengan formula-formula berikut.

IKB =

IDB =

Sebagai contoh, misalkan untuk menentukan IKB dan IDB soal nomor 1

adalah sebagai berikut.

IKB =

IDB =

Hasil analisis menunjukkan bahwa butir tes tersebut memiliki IKB dengan

kategori sangat sukar dan IDB yang berkategori sangat rendah.

2.2.3 Validitas Butir

Validitas butir merupakan derajat konsistensi pengukuran yang

ditampilkan oleh butir terhadap apa yang ingin diukur. Menurut Nazir (2003) dan

Riduwan (2006) validitas butir dengan skor total pada tes hasil belajar dapat

dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan

persamaan sebagai berikut.

Keterangan:

rxy = koefesien korelasiN = jumlah sampelX = skor butirY = skor total

Menurut Long et al. (1985), klasifikasi pengujian yang digunakan adalah

rxy 0,30 berarti valid (dapat langsung digunakan); 0,10 rxy 0,30 berarti valid

(tetapi direkomendasikan untuk direvisi kembali); rxy 0,10 ataupun bernilai

negatif berarti tidak valid (gugur). Dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti

menggunakan soal yang memiliki rxy 0,30 dan 0,10 rxy 0,30.

11 | A s s e s s m e n t

Page 12: Makala h

a. Contoh Analisis Validitas Butir

Analisis validitas butir dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah

berikut.

Tabel 11. Contoh Analisis Validitas Butir Nomor 1

No Resp X Y XY X2 Y2

1 0 4 0 0 162 1 8 8 1 643 0 7 0 0 494 0 6 0 0 365 1 5 5 1 256 1 3 3 1 97 1 5 5 1 258 0 5 0 0 259 1 3 3 1 910 1 6 6 1 36Σ 6 52 30 6 294

Syarat-syarat untuk menguji validitas butir soal:

a) Menggunakan persamaan korelasi product moment dengan angka kasar:

Di mana:

rXY adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan

b) Derajat Kebebasan = 10-2 = 8

c) Harga “r” pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 8 adalah

0,701

Jika rxy (korelasi product moment) > dari “r” tabel, maka soal tersebut

dikatakan valid.

Jika rxy (korelasi product moment) < dari “r” tabel, maka soal tersebut

dikatakan tidak valid atau drop

12 | A s s e s s m e n t

Page 13: Makala h

Kesimpulan: dari analisis validitas nomor 1 diperoleh nilai korelasi product

momen sebesar -0,15945 lebih kecil dibandingkan r tabel, berarti soal nomor 1

tersebut tidak valid.

2.2.4 Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes merupakan derajat dari suatu tes dapat mengukur secara

konsistens apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai

taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila

diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Menurut Mehrens dan Lehman (1984), untuk dapat menggambarkan variasi dari

item-item tes untuk jawaban benar atau salah yang diberi skor 0 atau 1 (bersifat

dikotomis), maka digunakan Metode Kuder-Richardson 20 (KR-20).

Keterangan:

n = banyaknya butir soal atau pertanyaan

p = proporsi tanggapan yang benar

q = proporsi tanggapan yang salah = 1 - p

= varians dari skor

Menurut Long et al. (1985), kriteria yang dapat diacu adalah koefesien

reliabilitas 0,80 yang menyatakan tes tersebut acceptable. Oleh karena koefesien

reliabilitas secara wajar bergerak pada interval 0,00-1,00, maka kriteria-kriteria:

0,00-0,20 adalah sangat rendah, 0,20-0,40 rendah, 0,40-0,60 sedang, 0,60-0,80

tinggi, dan 0,80-1,00 sangat tinggi dapat pula diacu sebagai kriteria penolakan

atau penerimaan reliabilitas internal. Tes hasil belajar yang digunakan dalam

penelitian ini adalah yang memiliki indeks reliabilitas pada kategori sedang,

tinggi, atau sangat tinggi.

Apabila indek kesukaran butir soal (IKB) bersifat homogen, yang berarti

bahwa p relatif konstan untuk keseluruhan butir, maka indeks reliabilitas tes

dihitung dengan metode K-R 21 dengan formula:

13 | A s s e s s m e n t

Page 14: Makala h

dengan = nilai rata-rata responden. Metode K-R 21 juga digunakan untuk skor

butir yang bersifat dikotomis.

Apabila skor bersifat non dikotomis, maka koefisien reliabilitas tes

diestimasi berdasarkan koefisien alfa Cronbach. Koefisien alfa Cronbach dapat

dihitung dengan formula:

Dengan n = jumlah butir tes, S2i = varian butir, dan S2

x = varian total tes.

Kriteria yang dapat diacu adalah koefesien reliabilitas ≥ 0,80 menyatakan tes

tersebut acceptable (Long et al, 1985). Oleh karena koefesien reliabilitas

secara wajar bergerak pada interval 0,00-1,00, maka kriteria-kriteria: 0,00-0,20

adalah sangat rendah, 0,20-0,40 rendah, 0,40-0,60 sedang, 0,60-0,80 tinggi,

dan 0,80-1,00 sangat tinggi dapat pula diacu sebagai kriteria penolakan atau

penerimaan reliabilitas internal. Tes hasil belajar dengan indek reliabilitas

berada pada kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi ditoleransi untuk

diterima sebagai perangkat tes yang relatif baku.

a. Contoh Analisis Reabilitas Tes

Analisis reabilitas tes sesuai langkah-langkah seperti berikut.

Tabel 12. Analisis Reabilitas Tes

No. RespSkor Perbutir Skor

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 42 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 74 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 65 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 56 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 37 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 58 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 59 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3

14 | A s s e s s m e n t

Page 15: Makala h

No. RespSkor Perbutir Skor

Total10 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6 Jumlah 6 8 8 6 7 3 4 3 3 4 52

Proposisi Menjawab benar (P)

0.6 0.8 0.8 0.6 0.7 0.3 0.4 0.3 0.3 0.4  

Proposisi Menjawab salah (q)

0.4 0.2 0.2 0.4 0.3 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6  

P*Q 0.24 0.16 0.16 0.24 0.21 0.21 0.24 0.21 0.21 0.24 2.12STDV                     1.61933

Analisis reabilitas dilakukan dengan menggunakan persamaan

,

di manaP adalah proposi siswa yang menjawab benarq adalah proposi siswa yang menjawab salahs adalah standar deviasirn adalah reliabilitas tes secara keseluruhan yang dihitung dengan rumus

KR-20.Sehingga dalam analisis reabilitas pada data ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis reabilitas yang dilakukan diperoleh nilai 0,21

dengan katagori rendah. Sehingga tes hasil belajar yang dianalisis tidak dapat

diterima sebagai perangkat tes yang relatif baku.

2.2.5 Efektivitas Pengecoh (Distractor)

Analisis efektivitas pengecoh (distractor) atau analisis pola jawaban

dilakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih tiap alternatif jawaban

pada masing-masing butir. Kriteria pengecoh yang baik adalah apabila pengecoh

tersebut dipilih oleh sedikitnya 5% dari peserta tes (Candiasa, 2010a).

15 | A s s e s s m e n t

Page 16: Makala h

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.1.1 Validitas isi adalah tingkat representatif sampling yang terdapat dalam

muatan suatu perangkat (Kerlinger, 2000). Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan

materi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2006).

3.1.2 Analisis hasil uji coba tes hasil belajar dapat meliputi IKB (menunjukkan

tingkat kesukaraan soal), IDB (menunjukkan indek pembeda siswa yang

pintar dan kurang), Validitas Butir (soal tes hasil belajar benar-benar

menunjukkan tingkat hasil belajar), dan Reabilitas Tes (konsistensi soal

dalam melakukan pengukuran).

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diajukan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Bagi pembaca diharapkan dapat menambah referensi mengenai analisis uji

coba instrumen hasil belajar.

3.2.2 Bagi mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengaplikasikan kajian uji

validitas isi dan analisis butir soal pada saat pembuatan instrument

penelitian agar dapat mencapai hasil optimal dalam pembelajaran.

16 | A s s e s s m e n t

Page 17: Makala h

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Candiasa, I M. 2010a. Pengujian instrument penelitian disertai aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbitan Universitas Pendidikan Ganesha

Gay, L. R. 1987. Education research, Competencies for analysis and application. Third edition. Columbus: Merrill Publishing Company.

Kerlinger. 2000. Asas-Asas Penelitian Behaviorial. UGM: Yogyakarta.

Long, T. J., Convey, J. J., & Chwalek, A. R. 1985. Completing dissertation in the behavioral sciences and education. London: Jossey-Bass Publishers.

Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. 1984. Measurement and evaluation in education and psychology, Third edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Subana, M. dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensido.

Wiersma, W. 1991. Research methods in education. Fifth edition. Boston: Allyn and Bacon.

17 | A s s e s s m e n t

Page 18: Makala h

18 | A s s e s s m e n t