21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia. Salah satu penyakit yang mempunyai vektor nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat terhadap jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti selain demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic 1

Makalah Aedes aegypti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Parasitologi Makalah nyamuk Aedes aegypti

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia. Salah satu penyakit yang mempunyai vektor nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat terhadap jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti selain demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fever) di Indonesia (Supartha,2008).

Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Menurut WHO tahun 2006, Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada tahun 2005 di Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %).

Penyebaran penyakit DBD di suatu kawasan harus dikontrol sehingga penyakit tersebut mendapat penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol penyebaran penyakit yaitu dengan melakukan pemetaan vektor penyakit tersebut. Belum ditemukannya obat dan vaksin untuk mengatasi penyakit DBD mengakibatkan cara pencegahan melalui pemutusan rantai penularan dengan mengendalikan populasi vektor penyakit menjadi penting (Lestari,2010).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan nyamuk Aedes aegypti?

1.2.2 Bagaimanakah morfologi dari nyamuk Aedes aegypti?

1.2.3 Bagaimanakah morfologi dari telur nyamuk Aedes aegypti?

1.2.4 Bagaimanakah siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti?

1.2.5 Bagaimanakah tempat hidup dari nyamuk Aedes aegypti?

1.2.6 Bagaimanakah cara pencegahan penyakit oleh nyamuk Aedes aegypti?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui lebih yang dimaksud dengan nyamuk Aedes aegypti.

1.3.2 Untuk mengetahui morfologi dari nyamuk Aedes aegypti.

1.3.3 Untuk mengetahui morfologi dari telur nyamuk Aedes aegypti.

1.3.4 Untuk mengetahui siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti.

1.3.5 Untuk mengetahui tempat hidup dari nyamuk Aedes aegypti

1.3.6 Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit oleh nyamuk Aedes aegypti.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aedes aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virusdenguepenyebab penyakitdemam berdarah. Selaindengue, Aedes aegyptijuga merupakan pembawa virusdemam kuning (yellow fever) danchikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virusdengue, Aedesaegyptimerupakan pembawa utama (primaryvector) dan bersamaAedes albopictusmenciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakitdemam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakitdemam berdarah.

Aedes aegypti dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Golongan: Animalia

Filum: Arthropoda

Klas: Insecta

Ordo: Diptera

Familly: Culicidae

Genus: Aedes

2.2 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.

Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks.

Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisi. Abdomen nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap. Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih, membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing).

Secara morfologis Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip, berukuran tubuh kecil. Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempunyai ring putih di kaki. Namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Aedes albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya.

2.3 Morfologi Telur Aedes aegypti

Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti

Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 2 jam berubah menjadi hitam. Telur Aedes aegypti berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Telur tidak berpelampung dan diletakkan satu persatu terpisah di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya.

Telur tersebut diletakkan secara terpisah di permukaan air untuk memudahkannya menyebar dan berkembang menjadi larva di dalam media air. Media air yang dipilih untuk tempat peneluran itu adalah air bersih yang stagnan (tidak mengalir) dan tidak berisi spesies lain sebelumnya. Sejauh ini, informasi mengenai pemilihan air bersih stagnant sebagai habitat bertelur Aedes aegypti banyak dilaporkan oleh peneliti serangga vektor tersebut dari berbagai negeri. Laporan terakhir yang disampaikan oleh penelitian IPB Bogor bahwa ada telur Aedes aegypti yang dapat hidup pada media air kotor dan berkembang menjadi larva. Sementara Aedes albopictus meletakkan telurnya dipinggir kontener atau lubang pohon di atas permukaan air. Percobaan yang hati-hati menunjukkan bahwa cangkang telur memiliki pola mosaik tertentu. Telur Aedes dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu dan intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan, tetapi tetap hidup. Jika tergenang air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit, sedangkan yang lain mugkin membutuhkan waktu lama terbenam dalam air, kemudian penetasan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu.

Seekor nyamuk betina meletakkan telurnya rata-rata sebanyak 100 butir setiap kali bertelur. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2-24C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari pada kelembaban rendah. Telur diletakkan di air akan menetas dalam waktu 7 hari pada suhu 16C dan akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama. Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang hidup di dalam air.

2.4 Daur Hidup Aedes aegypti

Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yanag dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan.

Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya ada sepasang sisir subventral yang jaraknya tidak lebih dari bagian dari pangkal sifon dengan satu kumpulan rambut. Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Larva nyamuk semuanya hidup di air yang tahapannya terdiri atas empat instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari 2 minggu tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air persediaan makanan. Larva menjadi pupa membutuhkan waktu 68 hari.

Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan tapi tetap membutuhkan oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet).

Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di dekat permukaan air. Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu.

Setelah melelewati waktu itu maka pupa membuka dan melepaskan kulitnya kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang. Pupa sangat sensitife terhadap pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara jantan dan betina. Bentuk pada stadium pupa ini seperti bentuk terompet panjang dan ramping. Kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari.

Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur sekitar 20 30C. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies nyamuk. telur nyamuk tampak telah mengalami embriosasi lengkap dalam waktu 72 jam dalam temperatur udara 25 - 30C. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 27C dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10C atau lebih dari 40C.

Kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. Kelembaban udara yang berkisar 81,5 - 89,5% merupakan kelembaban yang optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk. Sedangkan tempat perindukan yang paling potensial dalam siklus hidup nyamuk adalah di kontainer atau tempat perindukan yang digunakan untuk keperluan sehari - hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya.

Nyamuk lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Tempat perindukan nyamuk (tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di dalam maupun di luar rumah. Tempat perindukan di dalam rumah yaitu tempat-tempat penampungan air antara lain bak air mandi, bak air WC, tandon air minum, tempayan, gentong air, ember, dan lain-lain. Tempat perindukan di luar rumah antara lain dapat ditemukan di drum, kaleng bekas, botol bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi air hujan dan lain-lain. Tempat perindukan nyamuk juga dapat ditemukan pada tempat penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-pelepah daun.

Aedes albopictus berkembang biak pada kontainer temporer tetapi lebih suka pada kontainer alamiah di hutan-hutan, seperti lubang pohon, ketiak daun, lubang batu dan batok kelapa, serta berkembang biak lebih sering di luar rumah di kebun dan jarang ditemukan di dalam rumah pada kontainer buatan seperti gentong dan ban mobil. Spesies ini memiliki telur yang dapat bertahan pada kondisi kering tetapi tetap hidup.

Nyamuk Aedes betina menghisap darah untuk mematangkan telurnya. Waktu mencari makan (menghisap darah) adalah pada pagi atau petang hari. Kebanyakan spesies menggigit dan beristirahat di luar rumah tetapi di kota-kota daerah tropis, Aedes aegypti berkembang biak, menghisap darah dan beristirahat di dalam dan sekitar rumah.

2.5 Tempat Hidup Aedes aegypti

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut kontainer atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah.

Survei yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, vasbunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya.

Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindungsinar matahari langsung.Tempat perindukan nyamuk ini yaitu tempat di mana nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah (indoor) maupun di luar rumah (outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling utama adalah tempat-tempat penampungan air: bak mandi, bak air WC, tandon air minum,tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember, drum, vas tanaman hias, perangkap semut, dan lain-lain. Sedangkan tempat perindukan yang ada di luar rumah (halaman): drum, kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi oleh air hujan, tandon air minum, dan lain-lain.

2.6 Pencegahan Penyakit oleh Aedes aegypti

Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi. Kegiatan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti yang dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu:

1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara :

a) Pengasapan (Fogging)

Pengasapan atau fogging dengan menggunakan jenis insektisida.

b) Repelen

Repelen yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan dari hewan atau manusia.

c) Teknik Serangga Mandul (TSM)

Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor yaitu untuk membunuh secara langsung dengan teknik desinfestasi radiasi dan membunuh secara tidak langsung yang lebih dikenal dengan Teknik Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor yang potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel.

2. Pemberantasan jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara :

a) Fisik Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukkan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada dasarnya ialah pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. PSN ini dapat dilakukan dengan :

1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama 7-10 hari.

2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain

3) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurangkurangnya seminggu sekali

4) Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

5) Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah

6) Membersihkan air yang tergenang diatap rumah

7) Memelihara ikan.

b) Kimia

Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida).

c) Biologi

Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata. Organisme tersebut dapat berperan sebagai patogen, parasit atau pemangsa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virusdenguepenyebab penyakitdemam berdarah. Panjang tubuh nyamuk 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempunyai ring putih di kaki. Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 2 jam berubah menjadi hitam. Telur Aedes aegypti berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Daur hidup nyamuk ini dimulai dari telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Pencegahan oleh penyakit yang disebabkan oleh Aedes aegypti yaitu dengan pemberantasan nyamuk dan pemberantasan jentik nyamuk.

3.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat untuk rutin mengadakan tindak pencegahan untuk pengendalian vektor DBD guna menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti

http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue

http://www.kolomsehat.com/10-tips-mencegah-demam-berdarah-dengue-dbd/

http://wisnutanaya2.blogspot.com/2013/07/aedes-aegypti.html

http://muhammadbaskoro.blogspot.com/2013/03/morfologi-nyamuk.html

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor bebera

pa penyakit

baik pada hewan mau

pun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia

dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari

agen

penyakitnya, seperti fil

ariasis dan malaria. Sebagian

s

p

e

sies nyamuk dari

genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan

penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk

antropofilik yang hanya menularkan penyak

it pada manusia. Salah satu

penyakit yang mempunyai vektor nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat

terhadap

jumlah

penderita dan semakin luas

daerah penyebarannya, sejalan dengan

meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit demam

yang

ditularkan oleh nyamuk

Ae

des

aegypti

selain demam berdarah dengue

(

Dengue Hemorrhagic Fever

) adalah demam

yang dikenal sebagai

Cikungunyah (Break Bone F

ever) di Indonesia (Supartha,2008).

Aedes aegypti

lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena

hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan

Aedes albopictus

di kebun,

sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Menurut WHO tahun 2006,

Indones

ia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada tahun 2005 di

Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %).

Penyebaran penyakit DBD di suatu kawasan harus dikontrol sehingga

penyakit tersebut mendapat penanganan yang tepat. Sa

lah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk mengontrol penyebaran penyakit yaitu dengan

melakukan pemetaan vektor penyakit tersebut. Belum ditemukannya obat dan