Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    1/24

    MAKALAH MATA

    TRAUMA TEMBUS MATA

    Oleh :

    Prima Yuriandro 0706301805

    Priska Asrana Baidah 0706301811

    DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    JAKARTA, DESEMBER 2008

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    2/24

    BAB I

    Ilustrasi Kasus

    IdentitasNama : Tn.T

    Usia : 49 tahun

    Alamat : Rawamangun, Jakarta Timur

    Pekerjaan : Buruh

    Tanggal Pemeriksaan di IGD RSCM : 18 Desember 2008

    Anamnesis

    Keluhan Utama :

    Mata Kanan pasien terkena pentalan paku satu setengah jam sebelum masuk rumah sakit

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    1,5 jam SMRS pasien sedang memasang paku (paku baru tidak berkarat) di

    tembok dengan menggunakan palu, tiba-tiba paku yang dipukul terpental ke arah

    mata kanan, pasien tidak sempat menutup matanya sehingga paku mengenai mata

    pasien dengan kecepatan tinggi. Setelah itu mata tidak dibilas dengan air, tidak

    diberi obat, hanay ditutup sapu tangan oleh pasien. Kemudian pasien langsung

    dibawa ke IGD mata RSCM. Mata pasien berdarah (-), merah (+), nyeri (+),

    berair (+), rasa mengganjal (+), rasa silau (+). Pasien merasa penglihatan mata

    kanan menjadi menurun (buram) sejak kejadian.

    Sejak tahun 1981 pasien mulai merasa silau saat menyetir malam hari sehingga

    pasien berhenti dari pekerjaannya sebagai supir antar kota. Riwayat Penyakit

    Dahulu :

    Riwayat DM, Hipertensi, alergi disangkal.

    Pasien mempunyai kebiasaan merokok hingga sekarang sekitar setengah

    bungkus/hari

    Keluhan penglihatan lain sebelum trauma tidak didapatkan.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    3/24

    Riwayat DM, hipertensi, alergi, glaukoma disangkal

    Pemeriksaan fisik

    Compos mentis, tampak sakit ringan

    Tanda vital:

    Tekanan darah : 130/90 mmHg

    Frekuensi nadi : 88x /menit

    Frekuensi nafas : 16x / menit

    Suhu : afebris

    Pemeriksaan oftalmologikus

    Visus: OD 0,5/60

    OS 6/6

    Tekanan intra okular: normal (digital) Pergerakan : ODS pergerakan baik ke segala arah

    Kedudukan kedua bola mata OD eksotrofia

    OD OS

    Tenang Palpebra Tenang

    Injeksi konjungtiva dan injeksi

    silier (+)

    Perdarahan subkonjungtiva (+)

    Konjungtiva Tenang

    Edema, Ruptur Kornea Jernih

    Dangkal, hipopion (-), hifema (-) Bilik mata depan DalamIridodialisis (+), Prolaps (+), warna

    coklat tua

    Iris

    Oval, sentral, RCL +/RCTL +Bentuk berupa garis, tertarik ke

    arah temporal inferior, RCL

    -/RCTL -

    Pupil

    Kekeruhan +, shadow tes sulit

    dinilai

    Lensa Keruh (+), Shadow test (+)

    Tidak bisa dinilai Badan kaca Jernih

    tak bisa dinilai Funduskopi Papil bulat, batas tegas, CDR

    0,3, aa/vv = 2/3, refleksmakula (+)

    Diagnosis :

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    4/24

    Ruptur full wall thickness e.c trauma tembus

    Katarak imatur ODS

    Tatalaksana :

    Suntik ATS/TT

    Injeksi Penisilin prokain 2 x 1,2 juta unit i.v

    Injeksi gentamisin 2 x 80 mg

    Floxa drops per 15 menit

    Rencanakan : rawat inap dan repair ruptur dengan tindakan pembedahan

    Ro thorax, Laboratorium DPL dan GDS, Konsul IPD dan anastesi

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    5/24

    BAB II

    Tinjauan Pustaka

    2.1 Definisi

    Salah satu bentuk dari trauma mata adalah trauma tembus. Menurut Birmingham Eye

    Trauma Terminology System definisi dari trauma tembus merupakan trauma mata yang

    menyebabkan kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness

    wound of the eyewall). Trauma tembus merupakan trauma mata terbuka (open globe

    injury) yang mengenai bola mata, sedangkan trauma mata tertutup merupakan luka

    penetrasi yang mengenai kornea. Trauma mata terbuka dapat berupa ruptur (diakibatkan

    benda tumpul) atau laserasi (luka penetrasi/tembus, perforasi, benda asing intraokular).

    Luka laserasi merupakan luka yang memiliki jalur masuk sedangkan luka perforasi

    merupakan luka dengan jalur masuk dan jalur keluar. Trauma tembus merupakan trauma

    laserasi tunggal akibat benda tajam.1

    2.2 Epidemiologi

    Trauma okular merupakan penyebab tersering kebutaan monokular pada anak-anak dan

    dewasa muda (< 40 tahun). Prevalensi tertinggi didapatkan pada remaja laki-laki. Di AS,

    lebih dari 2 juta trauma mata terjadi setiap tahun, dengan lebih dari 40000 kasus

    mengakibatkan berbagai derajat gangguan penglihatan permanen. Di Amerika Serikat

    trauma mata menjadi penyebab terbanyak kebutaan monokular dan memegang peranan

    dalam 7 persen kebutaan bilateral pada kelompok usia 20-64 tahun. 2 Pada tahun 2001, di

    Amerika Serikat diperkirakan 1.990.872 (6.98 per 1000 populasi) mengalami trauma

    mata dan memerlukan terapi di ruang gawat darurat, poliklinik atau praktek dokter

    umum.

    Trauma tembus mata lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dan lebih

    sering mengenai golongan usia yang lebih muda. Penyebabnya antara lain adalah

    serangan, kecelakaan domestik dan olah raga.

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    6/24

    2.3 Klasifikasi Trauma Mata

    Birmingham Eye Trauma Terminology System (BETTS) merupakan standar sistem

    komprehensif yang dipakai.3

    * Keterangan dengan box ganda menunjukkan diagnosis yang biasanya digunakan

    dalam praktek klinis

    Keterangan:3

    Trauma mata tertutup (Closed globe injury)

    Trauma mata tanpa kerusakan seluruh dinding mata (kornea dan sklera) atau No

    full-thickness wound of eyewall. Trauma mata tertutup terdiri dari:

    o Kontusio: tidak terdapat luka pada dinding mata, tetapi dapat terjadi

    kerusakan intraokular seperti ruptur koroid atau perubahan bentuk bola

    mata. Hal ini dikarenakan energi kinetik langsung yang dikirimkan oleh

    benda.

    o

    Laserasi lamelar. Trauma yang menyebabkan kerusakan parsial dindingmata.

    Trauma mata terbuka (Open globe injury).

    Trauma yang menyebabkan kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata

    (kornea dan/atau sklera) atau Full-thickness wound of the eyewall. Trauma mata

    terbuka terdiri atas:

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    7/24

    o Ruptur: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat cedera benda

    tumpul

    o Laserasi: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata yang disebabkan oleh

    benda tajam

    Penetrasi/luka tembus: trauma laserasi tunggal yang disebabkan

    benda tajam.

    Perforasi: ditandai oleh adanya luka masuk dan luka keluar. Kedua

    luka disebabkan oleh benda yang sama.

    Benda asing intraokular: terdapat benda asing yang tertinggal

    dalam bola mata.

    2.4 Etio-Patogenesis

    Penyebab tersering ruptur mata pada dewasa dapat terjadi setelah trauma tumpul akibat

    kecelakaan kendaraan bermotor, aktivitas olahraga, penganiayaan atau trauma lain.

    Trauma tembus atau perforasi dapat terjadi akibat tembakan senapan, luka tusuk,

    kecelakaan di tempat kerja atau kecelakaan lain yang melibatkan benda tajam atau

    proyektil yang menembus jaringan mata.3 Trauma tembus pada kecelakaan sering terjadi

    akibat partikel kecil yang masuk ke dalam mata dengan kecepatan tinggi.4 Beratnya

    trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan kecepatan pada saat

    bertumbukan.5

    Ruptur bola mata dapat terjadi saat benda tumpul mengenai orbita, menyebabkan

    kompresi antero-posterior dan meningkatkan tekanan intraokular sampai menimbulkan

    robekan sklera. Ruptur akibat trauma tumpul biasanya terjadi pada tempat di mana sklera

    paling tipis, pada insersi otot ekstraokular, pada limbus, dan sekitar nervus optikus.

    Benda tajam atau yang melaju dengan kecepatan tinggi dapat secara langsung

    menimbulkan perforasi pada bola mata. Benda asing kecil dapat menembus mata dan

    tertinggal dalam bola mata. Kemungkinan ruptur bola mata harus dipikirkan dan

    disingkirkan saat mengevaluasi semua kasus trauma tumpul dan trauma tembus mata

    begitu pula pada kasus yang melibatkan proyektil berkecepatan tinggi dengan potensi

    penetrasi okular.3

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    8/24

    Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola

    mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang/meloncat, beratnya

    kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya pada peluru pistol

    angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik

    yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan

    pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan

    menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan beratnya kerusakan lebih ringan

    dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.5

    2.5 Gejala Klinis

    Tajam penglihatan akan menurun akibat terdapatnya kekeruhan media

    penglihatan secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus tersebut. 3 Namun

    cedera akibat partikel berukuran kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan dari tindakan

    menggerinda dan memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan

    penglihatan.5 Bila terdapat perforasi kornea akan terlihat bilik mata yang dangkal.

    Jaringan uvea akan menempel pada kornea atau malahan akan terlihat jaringan iris yang

    prolaps keluar. Akibat perlengketan iris dengan bibir luka kornea akan terdapat bentuk

    pupil yang lonjong atau terjadinya perubahan bentuk pupil. Kadang-kadang terdapat

    hifema, Hal ini menunjukkan terjadinya ruptur iris atau badan siliar oleh trauma tembus

    tersebut. Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka tembus

    atau malahan badan kaca dapat keluar.3 Tanda-tanda lain adalah kemosis hemoragik,

    laserasi konjungtiva, atau kamera anterior yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil

    yang eksentrik.5

    Selain ruptur dinding sklera, gaya kontusif pada bola mata dapat menimbulkan

    gangguan motilitas, perdarahan subkonjungtiva, edema kornea, iritis, hifema, glaukoma

    sudut sempit, midriasis traumatik, ruptur sfingter iris, iridodialisis, paralisis akomodasi,

    dislokasi lensa dan katarak. Cedera yang dialami struktur-struktur posterior adalah

    perdarahan korpus vitreus dan retina, edema retina, lubang pada retina avulsi dasar

    vitreosa, pelepasan retina, ruptur koroid atau avulsi saraf optik. Banyak cedera di atas

    tidak dapat dilihat melalui pemeriksaan eksternal. Sebagian misalnya katarak, mungkin

    belum terbentuk sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera.3

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    9/24

    2.5.1 Perdarahan Subkonjungtiva

    Perdarahan Subkonjungtiva adalah terdapatnya darah antara konjungtiva bulbi dengan

    sklera dan merupakan salah satu diagnosis banding mata merah. Perdarahan

    subkonjungtiva berasal dari perdarahan pembuluh darah konjungtiva atau episklera ke

    ruang subkonjungtiva. Perdarahan dapat akibat dari trauma, spontan, atau terkait dengan

    penyakit sistemik. Adanya Manuver valsava, Hipertensi/arteriosklerosis, Kelainan darah,

    diabetes, SLE, parasit, dan defisiensi vitamin C, penggunaan antibiotik, steroid,

    kontrasepsi, dan vitamin A dan D juga dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.

    Gejala klinisnya berupa mata merah, iritasi ringan, biasanya asimptomatik. Dari

    pemeriksaan fisik terlihat seperti bercak berwarna merah terang dengan sekelilingnya

    normal.6

    2.5.2 Prolaps Iris

    Hanya bagian akar iris yang terikat pada korpus siliaris, sedangkan sisanya tidak terikat.

    Adanya luka pada kornea akan menyebabkan iris keluar dari luka di kornea. Disebut iris

    inkarserata jika jaringan iris mencapai luka tetapi tidak keluar dari bola mata. Prolaps iris

    dapat juga pada intraoperative floppy iris syndrome (IFIS) selama operasi katarak atau

    trabekulektomi. Hal ini terkait dengan penggunaan antagonis adrenergik alfa-1 sistemik.

    IFIS ditandai dengan dilatasi pupil yang lambat dan konstriksi pupil yang progresif.7

    Prolaps iris dapat terjadi ketika kornea mengalami perforasi. Pada tahun 1995,

    Alan dengan menggunakan prinsip Bernoulli menjelaskan bahwa dengan adanya

    perforasi kornea, aquous humor akan keluar dengan cepat, akan tercipta suatu kondisi

    vakum yang relatif di depan iris yang akan memicu prolaps iris. 7

    Prolaps iris merupakan kondisi serius dan jika tidak ditanggulangi dapat

    menghasilkan infeksi dan kehilangan penglihatan. Prolaps iris yang terekspos

    memerlukan tindakan bedah secepatnya sedangkan prolaps iris yang masih ditutupi oleh

    konjungtiva, tindakan pembedahan secepatnya belum diperlukan.7

    Pada pemeriksaan fisik, pada jaringan iris yang prolaps di bagian perifer, iris

    tampak seperti tonjolan jaringan berwarna yang menghasilkan sinekia perifer. Ketika

    prolaps terjadi di sentral kornea, seluruh batas pupil dapat prolaps sehingga menghasilkan

    sinekia total anterior. Tergantung dari durasi terjadinya prolaps, bentuk iris dapat

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    10/24

    bervriasi. Pada prolaps yang baru, iris masih baik atau viable. Seiring dengan berjalannya

    waktu iris akan kering dan nonviable. 7

    Tekanan intraokuler dapat lebih rendah dari normal, tetapi hipotoni jarang terjadi

    setelah prolaps iris. Prolaps iris yang berlangsung lama dapat terjadi iridosiklitis kronik,

    edema makula sistoid, atau glaukoma.7

    2.6 Pemeriksaan

    2.6.1 Anamnesis 3

    Mekanisme trauma:

    Tentukan jenis trauma : tumpul, penetrasi atau perforasi.

    Tanyakan benda penyebab : bentuk dan ukuran benda.

    Tanyakan kemungkinan adanya benda asing pada bola mata karena dapat

    menimbulkan komplikasi nantinya seperti infeksi oleh benda organik.

    Keadaan saat terjadinya trauma:

    Waktu dan lokasi terjadinya trauma.

    Penggunaan kacamata koreksi atau pelindung mata lainnya karena benda-benda

    tersebut dapat melindungi atau malah berkontribusi pada trauma akut.

    Tanyakan apakah pasien mempunyai miopia berat karena mata miopia lebih

    rentan terhadap trauna kompresi anterior-posterior.

    Riwayat medis:

    Tanyakan riwayat trauma mata atau operasi mata sebelumnya karena dapat

    membuat jaringan lebih rentan ruptur.

    Tanyakan visus dan fungsi penglihatan sebelum trauma pada kedua mata.

    Tanyakan penyakit mata yang ada pada pasien saat ini.

    Tanyakan penggunaan obat saat initermasuk obat tetes mata dan alergi.

    2.6.2 Gejala3

    Nyeri : dapat tersamar oleh trauma lain dan dapat tidak berat pada awalnya pada

    trauma tajam, baik dengan atau tanpa benda asing.

    Tajam penglihatan biasanya berkurang jauh

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    11/24

    Diplopia : akibat terjepitnya otot ekstraokular, akibat truma saraf kranial,

    monokular diplopia akibat dari dislokasi atau subluksasi lensa.

    2.6.3 Pemeriksaan Fisik3

    Trauma tembus mungkin dapat tampak dengan mudah atau tertutupi oleh luka

    yang lebih superficial sehingga sebaiknya dicari dengan teliti.

    Hindari memberikan tekanan pada bola mata yang mengalami trauma tembus

    untuk mencegah mengalir keluarnya cairan bola mata.

    Pemeriksaan segmen posterior mungkin sulit dilakukan karena trauma yang

    terjadi dapat menghalangi pemeriksaan segmen posterior.

    Pemeriksaan harus dilakukan dengan sistematis dengan tujuan mengidentifikasi

    dan melindungi mata.

    Hindari manipulasi mata yang berlebihan untuk pemeriksaan untuk menghindari

    kerusakan lebih lanjut dan minimalisasi kemungkinan ekstrusi intraokular.

    Tajam penglihatan dan gerak bola mata:

    Periksa tajam penglihatan kedua mata.

    Tajam penglihatan dapat turun banyak.

    Periksa gerak bola mata kedua mata, jika terganggu harus dievaluasi

    kemungkinan adanya fraktur orbita.

    Bola Mata

    Harus dievaluasi apakah ada deformitas tulang, benda asing dan gangguan

    kedudukan bola mata.

    Benda asing yang menembus bola mata harus dibiarkan sampai tindakan bedah.

    Apabila terdapat trauma tembus bola mata dapat timbul enoftalmus.

    Kelopak mata

    Trauma kecil pada kelopak mata tidak menyingkirkan kemungkinan adanya

    trauma tembus bola mata.

    Perbaikan kelopak harus ditunda sampai kemungkinan adanya trauma tembus

    bola mata dapat disingkirkan.

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    12/24

    Konjungtiva

    Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan adanya ruptur bola

    mata.

    Laserasi konjungtiva bisa terjadi bersamaan dengan trauma sklera yang serius

    Kornea dan sklera.

    Luka tembus kornea atau sklera merupakan suatu trauma tembus bola mata, dapat

    diperiksa dengan Seidels Test.

    Pada luka tembus kornea dapat terjadi prolaps iris. Laserasi pada kornea dan

    sklera bisa menunjukkan adanya perforasi bola mata dan harus dipersiapkan untuk

    ditatalaksana di ruang operasi.

    Prolaps iris dengan laserasi kornea bisa terlihat diskolorasi gelap pada daerah

    trauma

    Penonjolan sklera merupakan indikasi ruptur dengan ekstrusi isi okular

    Tekanan intraokular biasanya rendah akan tetapi pemeriksaan tekanan bola mata

    dikontraindikasikan untuk mencegah penekanan bola mata.

    Pupil

    Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan RAPD.

    Adanya deformitas bentuk pupil dapat menjadi tanda adanya trauma tembus bola

    mata. Pupil biasanya midriasis.

    Lensa

    Dapat timbul dislokasi lensa.

    Bilik Mata Depan

    Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan kelainan

    yang berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris (red reflex gelap

    karena perdarahan vitreous), laserasi kornea, prolaps iris, hifema dari disrupsisiliar dan kerusakan lensa termasuk dislokasi atau subluksasi

    Bilik mata yang dangkal bisa jadi merupakan satu-satunya tanda adanya ruptur

    bola mata dan merupakan petanda prognosis buruk. Ruptur posterior bisa terjadi

    dan ditunjukkan dengan bilik mata depan yang dalam karena adanya ekstrusi

    vitreous ke segmen posterior

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    13/24

    Temuan lain

    Adanya reflex fundus negatif akibat perdarahan vitreus dapat menjadi tanda

    adanya trauma tembus bola mata.

    Ditemukannya prolaps uvea pada permukaan bola mata merupakan tanda trauma

    tembus bola mata.

    Pada trauma tembus dapat juga ditemukan hifema.

    Perdarahan vitreous setelah trauma menunjukkan adanya robekan retina atau

    khoroid avulsi nervus optikus atau benda asing.

    Robekan retina, edema, pelepasan retina dan perdarahan bisa mengikuti ruptur

    bola mata.

    2.6.4 Pemeriksaan Penunjang3

    Pemeriksaan Laboratorium

    o Pemeriksaan koagulasi dan darah perifer lengkap dilakukan pada pasien yang

    memiliki kelainan perdarahan.

    o Pemeriksaan laboratorium diindikasikan untuk kasus dengan trauma yang koeksis

    dan gangguan medikal lain

    CT-Scan

    o CT-Scan adalah pemeriksaan penunjang yang paling sensitif untuk

    mendeteksi ruptur bola mata, kerusakan saraf optic, mendeteksi benda asing dan

    memberi gambaran bola mata dan orbita.

    o Kurang dapat mendeteksi adanya benda asing non-logam.

    Foto Rontgen

    o Foto polos tiga posisi Waters, Caldwell dan lateral lebih bermanfaat untuk

    mengetahui kondisi tulang dan sinus daripada keadaan bola mata.

    MRIo MRI berguna untuk mendeteksi kerusakan jaringan lunak.

    o MRI juga berguna untuk mendeteksi benda asing non-logam.

    o MRI dikontraindikasikan bagi kecurigaan benda asing logam.

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    14/24

    Ultrasonografi

    o Ultrasonografi memiliki resiko untuk memberikan tekanan pada bola mata

    apabila terjadi trauma tembus.

    o Dapat berguna untuk menentukan lokasi rupture dan untuk menyingkirkan

    kemungkinan adanya benda asing.

    2.7 Manajemen Perujukan pada Kasus Trauma

    Dokter umum tidak dapat memberikan terapi definitif pada kasus trauma yang

    berat sehingga diperlukan pengetahuan tentang kasus-kasus yang harus dirujuk dan

    pengetahuan tentang penanganan pertama pada setiap kasus.8

    True Emergency

    Kondisi ini memerlukan terapi dalam hitungan menit. Contoh kasusnya yaitu trauma

    bakar oleh bahan kimia pada konjungtiva dan kornea. Semua trauma kimia memerlukan

    terapi secepatnya dan irigasi yang banyak dan langsung dirujuk ke spesialis mata. 8

    Urgent Situation

    Situasi urgensi memerlukan terapi dalam hitungan jam. Contoh kasus urgensi antara lain8

    1. Trauma tembus bola mata, walaupun masih berupa kecurigaan langsung dipakaikanpelindung mata. Tidak diperbolehkan untuk memerban ataupun memberikan salep

    pada mata. Perlu dilakukan pemeriksaan imaging berupa foto x-ray atau CT scan. Ini

    merupakan kasus rujukan

    2. Benda asing di kornea atau konjungtiva. Adanya benda asing pada kornea dan

    konjungtiva memerlukan anestesi topikal yang diikuti dengan pengambilan benda

    asing baik dengan irigasi atau dengan aplikator berujung kapas.

    3. Abrasi kornea. Langkah yang dapat dilakukan adalah pemberian anestesi topikal,

    lakukan pemeriksaan secara menyeluruh termasuk pewarnaan dengan florescen,

    berikan antibiotik tetes dan siklopegik tetes untuk mengurangi sakit, tutup mata

    dengan peban yang lunak namun ketat untuk menjaga agar mata tetap tertutup, dan

    ujuk ke spesialis mata.

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    15/24

    4. Hifema. Perlu dirujuk secepatnya ke spesialis mata. Adanya peningkatan tekanan bola

    mata akan memerlukan tindakan medis atau bedah. Selain itu, hifema dapat juga

    merupakan tanda dari ruptur bola mata atau cedera serius lainnya sepeti dislokasi

    lensa atau ablasio retina.

    5. Laserasi kelopak mata. Dapat dijahit sendiri jika tidak dalam dan luka tidak mengenai

    margo palpebra atau kanalikuli. Jika luka dalam dan mengenai margo palpebra atau

    kanalikuli, maka harus dirujuk ke spesialis mata.

    Semiurgent Situation

    Merujuk pasien pada kondisi ini dapat dilakukan dalam 1-2 hari. Kasus yang termasuk

    dalam kondisi ini antara lain fraktur orbita dan perdarahan konjungtiva kecuali terdapat

    suspek ruptur bola mata atau perdarahan intraokuler. 8

    2.8 Tatalaksana Trauma Tembus

    Penilaian Awal

    Langkah awal yang harus segera dilakukan adalah menerapkan prinsip umum bantuan

    hidup lanjut pada kasus trauma, evaluasi untuk visual dilakukan sembari pertolongan

    bantuan hidup lanjut dilaksanakan.9 Pada trauma mata yang lebih berat dapat diperiksa

    fungsi aferen dan eferennya, ketajaman penglihatan, pergerakan bola mata, deformitas,

    perforasi, darah, kemosis, distopia, enoftalmus, eksoftalmus dan telekantus.10 Apabila

    terdapat ruptur dari bola mata, sebaiknya dihindari untuk menipulasi yang lebih lanjut

    hingga pembedahan dalam keadaan steril bisa dilaksanakan, yang biasanya dilakukan

    dengan anestesi umum. Tidak perlu diberikan siklopegik maupun antibiotik topikal

    sebelum operasi dilakukan, karena adanya toksisitas potensil terhadap jaringan yang

    terpapar. Mata diberi perlindungan, denganFox shield atau dengan gelas berbahan kertas

    yang dipotong pada sepertiga bawah yang ditutupkan ke mata, dan bisa diberikan

    antibiotik oral, seperti ciprofloxacin 2x500 mg. Analgesik, antiemetik, maupun anti

    tetanus dapat diberikan selama diperlukan. Anestetik topikal, pewarna, dan pengobatan

    topikal lain yang digunakan pada mata yang terkena trauma harus steril. Untuk tetrakain

    dan fluoresin terdapat juga yang steril, dengan unit dose. Agen neuromuscular blocking

    dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan dapat menyebabkan herniasi. Pada trauma

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    16/24

    yang berat, perlu diperhatikan untuk dokter selain dokter mata, untuk tidak melakukan

    pemeriksaan mata yang dapat menambah derajat keparahan penyakit.9

    Pada setiap trauma mata, perlu dilakukan system scoring. Hal ini diperlukan

    untuk apat mendeskripsikan beratnya trauma / luka, memberikan pelayanan triage yang

    efektif, membantu dalam hal kesiapan operasi, serta untuk memprediksikan prognosis

    penglihatan. Berikit disajikan tabel untuk menghitung skor pada trauma mata sesuai

    dengan BETT (Birmingham Eye Trauma Terminology), dengan memperhatikan enam

    aspek, meliputi ketajaman penglihatan awal, ada tidaknya rupture, ada tidaknya

    endoftalmitis, ada tidaknya perforasi, ada tidaknya retinal detachment, serta ada tidaknya

    RAPD (tabel 1)11

    Tabel 1. Perhitungan Ocular Trauma Score (OTS)11

    Pengobatan12

    1. Tanpa Operasi

    Pada luka tembus yang minimal, tanpa kerusakan intraokuler, tidak ada prolap,

    diberikan terapi antibiotik sistemik dengan atau topical, dengan observasi yang ketat

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    17/24

    2. Operasi

    a. Repair korneosklera

    Tujuan primer repair korneosklera adalah untuk memperbaiki integritas bola

    mata. Tujuan sekunder adalah untuk memperbaiki visus. Bila prognosis visus kurang baik

    dan mempunyai resiko oftalmia simpatis maka sebaiknya dilakukan enukleasi.

    Enukleasi primer lebih baik, bila perlu ditunda tidak lebih dari 14 hari untuk

    mencegah oftalmia simpatis. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan fungsi visus,

    vitroretina atau konsultasi ke subbagian plastic rekonstruksi.

    b. Anastesi

    Anastesi umum dipergunakan untuk repair bola mata, sebab anastesi retrobulber

    atau peribulber akan menin gkatkan tekanan bola mata. Diberikan pelumpuh otot yang

    cukup untuk menghindari prolapsnya isi bola mata.

    c. Langkah-langkah repair korneosklera

    - Anastesi umum

    - Eksisi prolap vitreous, fragmen lensa, benda asing transkornea

    - Reposisi prolap iris

    Jika prolaps berlangsung dalam 24-36 jam dan iris masih viabel, iris dapat

    direposisi. Jika iris tidak lagi viabel, maka iris di eksisi.7

    - Tutup laserasi kornea dengan limbus sebagai patokan

    - Selesaikan repair kornea secara watertight dengan nilon 10-0

    - Peritomi konjungtiva untuk memaparkan sklera

    - Eksisi prolap vitreous bagian posterior secara perlahan

    - Reposisi prolap uvea dan retina bagian posterior secara perlahan

    - Selesaikan penutupan sklera dengan nilon 9-0 atau silk 8-0

    - Selesaikan penutupan konjungtiva

    - Tutup konjungtiva

    - Antibiotik dan steroid subkonjungtiva

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    18/24

    d. Yang perlu diperhatikan

    Tidak dipasang fiksasi rektus karena repair palpebra kan menekan permukaan

    mata, maka selesaikan dulu repair kornea. Bila vitreous ata massa lensa prolap melui

    bibir luka , maka potong diatas kornea, tidak dengan menariknya keluar. Bila uvea atau

    retina menonjol keluar lakukan reposisi dengan bantuan vikoelastik secara hati-hati.

    Reposisi iris segera dilakukan setiap selesai jahitan untuk mencegah iris terjepit dibibir

    luka. Jahitan yang dikerjakan sebaiknya mendekati full thickness.

    Pada akhir operasi diberikan antibiotik subkonjungtiva (tobramisin 20 mg atau

    vankomisin 25 mg) dan kortikosteroid (deksametason 2 mg). Antibiotik intravitreal

    (vankomisin 1 mg atau amikacin 200 mcg) diberikan pada luka yang terkontaminasi

    menutupi vitreous. Diberikan antibiotik salep mata (kombinasi bacitasin-polimyxin)

    dan kemudian mata ditutup.

    e. Repair sekunder

    - Pengangkatan benda asing intraokuler, rekonstruksi iris, ekstraksi katarak, vitrektomi,

    insersi lensa intraokuler dan krioterapi pada robekan retina.

    - Bila kekeruhan lensa bertambah inflamasi intraokuler akan bertambah parah sehingga

    kesempatan untuk meletakkan lensa intraokuler akan hilang.

    - Bila benda asing terlihat di segmen anterior sebaiknya diangkat melalui lubang atau

    insisi limbal.

    - Bila pengangkatan lensa diperlukan perlu diketahui apakah kapsula posterior masih

    utuh atau tidak.

    - Perbaikan ruptur iris tidak hanya memperbaiki fungsi iris dan visus tapi juga

    mengembalikan iris pada tempatnya untuk menghindarkan sinekia. Bila terjadi

    iridodialis akan menyebabkan diplopia dan eksentrik pupil sehingga perlu reposisi.

    f. Pengobatan paska operasi

    - Terapi untuk cegah infeksi, supresi inflamasi, kontrol TIO dan hilangkan rasa sakit.

    - Antibiotik intravena sampai 3-5 hari. Antibiotik topikal sampai 7 hari sedangkan

    kortikosteroid dan sikloplegia dikurangi berdasarkan tingkat inflamasinya.

    - Jahitan kornea bila tak longgar dapat diletakkan sampai 3 bulan lalu diangkat bertahap

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    19/24

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    20/24

    BAB III

    Pembahasan Khusus

    Diagnosis

    Dari anamnesis, didapatkan terdapat riwayat trauma pada mata kanan oleh pentalan paku

    ketika pasien sedang bekerja 1,5 jam sebelum masuk rumah sakit. Dari pemeriksaan

    oftalmologi ditemukan adanya penurunan visus mata kanan yaitu 0,5/60, injeksi silier dan

    konjungtiva, edema dan ruptur kornea,bilik mata depan yang dangkal, iridodialisis serta

    prolaps iris, pupil yang berbentuk garis dan tertarik ke arah temporal-inferior. Menurut

    Birmingham Eye Trauma Terminology System, trauma mata dibagi menjadi dua jenisyaitu trauma tertutup dan trauma terbuka. Pada pasien ini telah terjadi ruptur kornea

    sehingga dikategorikan sebagai trauma mata terbuka (full-thickness wound of the

    eyewall). Trauma mata terbuka pada pasien ini dikategorikan sebagai laserasi karena

    terjadi akibat benda tajam yang menyebabkan luka tembus/penetrasi dan belum menjadi

    perforasi karena tidak adanya luka keluar.

    Trauma tembus pada kecelakaan sering terjadi akibat partikel kecil yang masuk

    ke dalam mata dengan kecepatan tinggi. Pada kasus ini, mata paien terkena pentalan paku

    yang kecepatannya cukup tinggi. Tajam penglihatan pasien menurun akibat terdapatnya

    kekeruhan media penglihatan secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus

    tersebut. Adanya bilik mata yang dangkal pada pasien akibat telah terjadinya ruptur

    kornea. Adanya ruptur kornea akan menyebabkan iris yang prolaps. Karena prolaps iris

    ini, akan terjadi perubahan bentuk dan letak pupil seperti yang terjadi pada pasien.

    Adanya gaya kontusif pada bola mata akan mengakibatkan terjadinya perdarahan

    subkonjungtiva, edema kornea, iridodialisis pada pasien. Bisa juga terjadi iritis, hifema,

    glaukoma sudut sempit, midriasis traumatik, ruptur sfingter iris, paralisis akomodasi,

    dislokasi lensa dan katarak.

    Pada lensa mata terdapat kekeruhan. Hal ini mengindikasikan adanya katarak.

    Pada mata kiri, terdapat katarak imatur karena shadow test (+), sedangkan pada mata

    kanan, harus dicari apakah katarak berupa katarak traumatik atau katarak senilis. Namun,

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    21/24

    pada pasien ini dipikirkan katarak pada mata kanan berupa katarak senilis, karena katarak

    traumatik belum terbentuk sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera.

    Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan antara lain CT scan karena

    pemeriksaan ini paling sensitif untuk mendeteksi ruptur bola mata, kerusakan saraf optik,

    mendeteksi benda asing, dan memberi gambaran bola mata dan orbita. Perlu juga

    dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk persiapan operasi.

    Tatalaksana

    Setiap dokter umum harus memilki pengetahuan tentang kasus-kasus mata mana

    sajakah yang harus dirujuk untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut. Trauma

    tembus mata termasuk kedalam kasus situasi urgensi yang memerlukan pentalaksanaan

    dalam hitungan jam. Oleh karena itu penting bagi dokter umum dapat mengenali kasus

    tembus bola mata ini dan segera merujuknya untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

    Namun tentunya sebelum merujuk kita harus melakukan penilaian awal terlebih dahulu

    dan memberikan perawatan awal yang adekuat untuk mencegah perburukan dari pasien.

    Pada pasien dengan trauma hendaknya kita melakukan evaluasi tanda-tanda vital

    terlebih dahulu, apabila didapatkan keadaan pasien yang stabil maka dilanjutkan dengan

    pemeriksaan oftalmologis tanpa manipulasi yang berlebihan agar tidak memperburuk

    cedera yang telah ada. Pada pasien ini pemeriksaan oftalmologis yang penting untuk

    dilakukan adalah pemeriksaan visus setelah trauma, pemeriksaan gerakan bola mata, dan

    inspeksi mata secara keseluruhan untuk mengetahui terdapatnya keadaan rupture kornea,

    iridodialisis dan prolap iris yang mana hal ini akan mempengaruhi tindakan bedah apa

    yang nantinya akan dikerjakan untuk pasien ini.

    Pada pasien didapatkan visus mata kanan yang menurun 0,5/60 tapi sebelumnya

    pasien dapat melihat dengan jelas tanpa keluhan, hal ini menandakan gangguan

    penglihatan yang dialami pasien saat ini merupakan akibat dari trauma tembus, apabila

    dilakukan perbaikan secara tepat maka diharapkan visus akan kembali seperti sediakala.

    Kemudian pasien datang periksa segera setelah kejadian trauma, yakni 1,5 jam setelah

    trauma, oleh karena itu iris yang prolap masih bersifat viabel untuk segera direposisi

    karena masih 24-36 jam setelah trauma.

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    22/24

    Sebelum dirujuk untuk ditatalaksana bedah, pada pasien diberikan tatalaksana berupa:

    1. Anti tetanus serum dan tetanus toksoid karena pada pasien tidak didapatkan

    riwayat imunisasi yang jelas.

    2. Antibiotik yang diberikan pada pasien hendaknya hanya berupa antibiotik oral

    spektrum luas seperti ciprofloxacin 2x500 mg. Dengan demikian pemberian

    antibiotic spesifik gram negatif (gentamisin) dan gram positif (Penisilin prokain)

    dapat ditunda hingga selesai repair sekunder.

    3. Antibiotik topikal hendaknya ditunda pemberiannya sampai selesai operasi karena

    masih dicurigai dapat menimbulkan toksisitas pada jaringan yang terpapar.

    4. Pasien dapat diberikan analgetik dan antiemetik oral apabila dibutuhkan.

    5. Terakhir pasien diberikan pelindung mata untuk selanjutnya dirujuk.

    Pada setiap trauma mata, perlu dilakukan system scoring untuk mendeskripsikan

    beratnya trauma / luka, memberikan pelayanan triage yang efektif, membantu dalam hal

    kesiapan operasi, serta untuk memprediksikan prognosis penglihatan. Pada pasien ini

    didapatkan perhitungan ocular trauma score berupa : 100 23 = 77. Oleh karena itu

    setelah dilakukan repair bedah maka kemungkinan visus pasien menjadi lebih sama

    dengan 20/40 menjadi 41%.

    Untuk tindakan bedah pada pasien perlu dilakukan repair primer untuk

    memperbaiki integritas bola mata dan repair sekunder untuk memperbaiki visus pasien.

    Setelah dilakukannya tindakan bedah maka baru diberikan terapi untuk cegah infeksi

    berupa antibiotik intravena berupa vankomisin dan gentamisin iv selama 3-5 hari dan

    antibiotik topikal sampai 7 hari, supresi inflamasi, kontrol TIO dan hilangkan rasa sakit.

    Perlu juga dilakukan pemeriksaan segmen posterior karena risiko ablatio retina (bisa

    dengan menggunakan USG). Jahitan kornea bila tak longgar dapat diletakkan sampai 3

    bulan lalu diangkat bertahap

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    23/24

    Prognosis

    Prognosis pada pasien sangat dibantu dengan adanya OTS terutama yang

    berkaitan dengan fungsi penglihatan pasien. Untuk prognosis ad vitamnya bonam karena

    trauma mata jarang menyebabkan kematian. Untuk ad fungsionamnya berdasarkan OTS

    didapatkan dubia ad bonam karena walaupun didapatkan skor OTS 41%, pasien segera

    berobat sehingga iris masih viable dan diharapkan dengan tindakan repair primer dan

    sekunder dapat mengembalikan fungsi penglihatan pasien seoptimum mungkin. Untuk ad

    sanationam pada pasien bonam asalkan pasien dapat lebih berhati-hati dalam melakukan

    pekerjaan yang beresiko menimbulkan trauma mata nantinya, yakni dengan memakai alat

    perlindungan diri yang sesuai.

  • 7/22/2019 Makalah Final Trauma Tembus AndroBil

    24/24

    Daftar Pustaka

    1. American Society of Ocular Trauma. Birmingham Eye Trauma Terminology System

    (BETTS). Diunduh dari: http://www.asotonline.org/bett.html . Diakses tanggal 21

    Desember 2008.

    2. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:

    Indonesia;2006. Halaman.176-185.

    3. Robson J. Globe Rupture. Diunduh dari:

    http://www.emedicine.com/emerg/topic218.htm . Last update: 16 Februari 2007.

    Diakses tanggal: 21 Desember 2008.

    4. Vaughan D, Asbury T, Riordan P. Ocular and orbital trauma. Dalam: General

    Ophthalmology, Chapter 19. 17th ed. McGraw Hill Company: USA; 2007.

    5. Kanski jj. Clinical Ophtalmology. 4 th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann; 1999.

    Halaman 657-9.

    6. Subconjungtiva Bleeding. Diunduh dari www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 21

    Desember 2008.

    7. Prolaps Iris. Diunduh dari www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 21 Desember

    2008.

    8. Berson FG. Basic Ophthalmology for Medical Students and Primary Care Residents. 6ed

    .USA: American Academy of Ophthalmology. 1993.p82-4.

    9. Vaughan D, Asbury T, Riordan P. Ocular and orbital trauma. Dalam:General Ophthalmology,

    Chapter 19. 17th ed. McGraw Hill Company: USA; 2007.

    10. Mechanism and emergency management of blast eye/orbital injuries. Expert Rev Ophthalmol.

    2008;3(2):229-246. Diunduh dari: http://www.medscape.com . Diakses pada tanggal: 20

    Desember 2008

    11. Kuhn Ferenc, Maisiak Richard, Mann LoRetta, Morris Robert, Witherspoon Douglas C. The

    OTS: Predicting the final vision in the injured eye. Dalam: Kuhn, Ferenc; Pieramici, Dante C.Ocular trauma principles and practice.New York:Thieme Medical Publishers.2002. Hlm:9-11

    12. Ilyas S, Sukardi I, Harmani B, Sudiro SH, Gondowiardjo TD. Prosedur Diagnostik dan

    Penatalaksanaan Pengobatan di Sub Bagian Kornea, Lensa, dan Bedah Refraktif. Jakarta:

    Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI. 2000. p23-31.

    http://www.asotonline.org/bett.htmlhttp://www.emedicine.com/emerg/topic218.htmhttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.medscape.com/http://www.asotonline.org/bett.htmlhttp://www.emedicine.com/emerg/topic218.htmhttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.medscape.com/