38
PEMBAHASAN I. AGRESI A. Definisi Agresi Dewasa ini, sering terjadi berbagai bentuk kejahatan-kejahatan yang tidak manusiawi dan tidak dapat diterima oleh akal. Perilaku kejahatan yang biasa terjadi contohnya pembunuhan, penganiayaan, perampokan, dan perilaku-perilaku yang membawa kerugian bagi orang lain. Pada umumnya, masyarakat menyimpulkan bahwa pelaku dari kejahatan tersebut merupakan seseorang yang agresif. Tindakan seseorang yang agresif disebut juga sebagai agresi. Adapun pengertian agresi itu sendiri adalah: - Agresi (aggresion) merupakan perilaku fisik atau verbal yang bermaksud untuk menyakiti seseorang (Myers,2012). - Agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja . - Menurut KBBI, agresi adalah perasaan atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda. - Dollard dan Miller berpendapat bahwa agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi. 1

Makalah Interpersonal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dewasa ini, sering terjadi berbagai bentuk kejahatan-kejahatan yang tidak manusiawi dan tidak dapat diterima oleh akal. Perilaku kejahatan yang biasa terjadi contohnya pembunuhan, penganiayaan, perampokan, dan perilaku-perilaku yang membawa kerugian bagi orang lain. Pada umumnya, masyarakat menyimpulkan bahwa pelaku dari kejahatan tersebut merupakan seseorang yang agresif. Tindakan seseorang yang agresif disebut juga sebagai agresi.

Citation preview

Page 1: Makalah Interpersonal

PEMBAHASAN

I. AGRESI

A. Definisi Agresi

Dewasa ini, sering terjadi berbagai bentuk kejahatan-kejahatan yang

tidak manusiawi dan tidak dapat diterima oleh akal. Perilaku kejahatan yang

biasa terjadi contohnya pembunuhan, penganiayaan, perampokan, dan perilaku-

perilaku yang membawa kerugian bagi orang lain. Pada umumnya, masyarakat

menyimpulkan bahwa pelaku dari kejahatan tersebut merupakan seseorang

yang agresif. Tindakan seseorang yang agresif disebut juga sebagai agresi.

Adapun pengertian agresi itu sendiri adalah:

- Agresi (aggresion) merupakan perilaku fisik atau verbal yang bermaksud

untuk menyakiti seseorang (Myers,2012).

- Agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh

seseorang/institusi terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja .

- Menurut KBBI, agresi adalah perasaan atau tindakan kasar akibat

kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat

diarahkan kepada orang atau benda.

- Dollard dan Miller berpendapat bahwa agresi merupakan pelampiasan

dari perasaan frustrasi.

- Menurut Baron, agresi adalah tingkah laku yang dijlankan oleh individu

dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain.

- Murray dan Fine mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan

secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau objek-objek.

Dari beberapa definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa

agresi merupakan suatu perilaku secara fisik maupun secara verbal bertujuan

untuk menyakiti atau melukai objek (orang atau benda) sebagai pelampiasan

dari perasaan frustrasi.

1

Page 2: Makalah Interpersonal

B. Penyebab Agresi pada Manusia

Munculnya tindakan agresi dapat disebabkan beberapa faktor,

diantaranya:

Faktor Biologis

Ada beberapa faktor biologis yang dapat memunculkan perilaku agresi,

antara lain:

1. Gen, kode genetik dari orang tua menurun dan berpengaruh

pada sistem neural otak yang terbentuk pada anak. Secara tidak

langsung gen ini juga berpengaruh pada kepribadian seseorang. Jadi

dapat disimpulkan bahwa anak dari sesorang yang memiliki

kecenderungan berperilaku agresi tinggi, memungkinkan memiliki

perilaku yang hampir sama dengan orang tuanya.

2. Sistem otak, sistem ini akan membentuk pola berrfikir pada

seseorang. Jika seseorang yang memiliki kecenderungan pada sikap-

sikap yang mengarah pada perilaku agresi maka besar kemungkinan

seseorang ini lebih mudah memunculkan perilaku agresi.

3. Kimia darah, faktor ini bisa juga dipengaruhi oleh hormon

khususnya hormon seks yang memengaruhi munculnya perilaku agresi.

Faktor Belajar Sosial

Dengan menyaksikan perilaku-perilaku agresi seperti perkelahian dan

pembunuhan sedikit banyaknya akan muncul kemungkinan untuk

meniru perilaku model kekerasan tesebut, terutama pada orang-orang

yang memiliki kecenderungan berperilaku agresi. Sarana yang memiliki

peran besar terhadap munculnya agresi tersebut adalah media massa.

Sebagai contoh kasus Ryan di Jombang yang memutilasi beberapa orang,

kasus mutilasi ini kemudian sering sekali disiarkan diberita televisi.

Ternyata dari kasus ini menginspirasi seorang wanita bernama Rumiyati

yang sering mengikuti perkembangan kasus Ryan untuk membunuh

suaminya. Setelah ia membunuh suaminya, Rumiyati kemudian

mengikuti cara Ryan untuk menghilangkan barang bukti dengan

memutilasi suaminya dan menguburkannya. Selain kasus tersebut, kasus

lain yang tidak kalah mengejutkan adalah penganiayaan yang berujung

2

Page 3: Makalah Interpersonal

kematian yang dialami oleh seorang gadis bernama Ade Sara.

Penganiayaan ini dilakukan oleh mantan pacarnya dan kekasih mantan

pacarnya tersebut. Selang beberapa waktu terjadi pula kasus

penyerangan terhadap seorang gadis yang sedang berjalan dipinggir

jalan, ternyata salah satu dari pelaku penyerangan tersebut adalah

mantan kekasih gadis tersebut. Kecenderungan munculnya perilaku

agresif karena melihat dan mencontoh kejadian yang pernah ada, dapat

dijelaskan dengan teori modelling Bandura.

Faktor lingkungan

Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi munculnya

perilaku agresif, diantaranya:

1. Situasi, dalam hal ini suhu dan tingkat kepadatan manusia

disuatu tempat sangat memengaruhi munculnya perilaku agresif.

Sebagai contoh, saat mengadakan konser musik yang berada di ruang

terbuka dan terpapar sinar matahari, panitia penyelenggara akan

memberikan semprotan air kearah penonton. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi suhu panas yang ada, sehingga meminimalisir perilaku

agresif. Dengan udara yang lebih sejuk maka akan memunculkan

perasaan nyaman dari para penonton.

2. Anonimitas, pada kota besar seperti Jakarta dan Bandung

menyajikan berbagai informasi dan stimulus lainnya yang

beranekaragam. Secara otomatis seseorang cenderung melakuakn

adaptasi terhadap stimulus yang berlebihan tersebut. Terlalu banyak

rangsangan indera kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal,

artinya antara satu orang dengan orang artinya tidak saling mengenal

dengan baik. Kondisi yang lebih buruknya adalah munculnya anonim

(tidak mempunyai identitas diri), bila seseorang merasa anonim maka ia

cenderung berperilaku semaunya sendiri dan tidak mengikuti norma

yang berlaku di masyarakat dan hal ini dapat memicu perilaku agresi.

3. Kebudayaan, ketika kita menyadari bahwa lingkungan juga

memiliki peran terhadap tingkah laku, maka dapat diperkirakan bahwa

munculnya perilaku agresi dapat juga dipengaruhi oleh faktor

kebudayaan. Pada penduduk pesisir/pantai memiliki karakter yang lebih

3

Page 4: Makalah Interpersonal

keras dari pada masyarakat yang hidup di pedalaman. Nilai dan norma

yang mendasari perilaku seseorang juga berpengaruh terhadap

agresivitas kelompok.

Faktor Frustrasi

Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam

mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau

tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespon terhadap

frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang

berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang

pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi

sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan

berperilaku agresi.

C. Hal yang Mempengaruhi Agresi

Faktor penyebab agresi tidak hanya frustrasi tetapi beberapa

pengalaman aversif atau pengalaman yang tidak menyenangkan seperti pain

(rasa sakit), uncomfortable heat (tekanan yang tidak nyaman/ panas), attack

(serangan), atau overcrowding (kesesakan).

1. Sakit (pain)

The pain-attack reaction yaitu ketika manusia atau hewan secara

spontan bereaksi ketika mendapat serangan atau sengatan dari

pihak luar misal tersengat arus listrik atau terkena dampak yang

menyakitkan diri, maka mereka secara spontan akan membalas

menyerang. Sebagai contoh ketika dalam pertandingan tinju kelas

berat antara Evander Holyfield dan Mike Tyson. Sudah 2 ronde

Mike Tyson kalah dan merasa “panas” karena tidak rela

dikalahkan oleh lawan yang dianggap masih ringan, untuk

membalas rasa sakit hati dan waktu itu kebetulan Holyfield

menubrukkan kepalanya ke lawannya, maka secara spontan Tyson

bereaksi dengan cara menggigit telinga lawannya.

4

Page 5: Makalah Interpersonal

2. Tekanan yang Tidak Nyaman /Panas

Variasi iklim yang berganti-2 juga dapat berpengaruh terhadap

perilaku. Bau yang menyengat, asap rokok, dan polusi udara

semuanya dapat berhubungan dengan perilaku agresif.

Berdasarkan studi, lingkungan yang sangat berpengaruh dan

sangat mengganggu yaitu lingkungan yang beriklim panas.

3. Serangan ( Attack)

Ketika seseorang merasa disakiti, dilukai, ataupun sekedar dihina

perlakuan tersebut sangat menyinggung perasaan, maka semua

ini akan memicu seseorang untuk melakukan serangan.

4. Kesesakan (crowding)

Yaitu perasaan subyektif yang merasa tidak memiliki cukup

tempat atau ruang untuk bertempat tinggal. Dalam keadaan

seperti ini seseorang akan mudah stres. Akibat dari stres inilah

orang akan mudah tersinggung dan cepat emosi yang bisa

berbuntut tindakan agresi.

D. Hal yang dapat Mengurangi Agresi

1. Catharsis (Katarsis)

Katarsis atau penyucian diri dapat dijadikan sebagai salah satu

cara untuk mengurangi perilaku agresi. Sebagaimana penjelasan

di atas bahwa konsep katarsis yaitu melepaskan energi-2 emosi

yang terpendam sekaligus penyucian diri karena dengan

berimajinasi jika sikap agresi akan terjadi pada dirinya, ia pasti

menderita. Dengan berpikir demikian seseorang yang hendak

bertindak agresi dapat diurungkan.

2. A learning social approach (Pendekatan Belajar Sosial)

Hampir semua agresifitas bersifat dari desakan hati, agresif yang

memanas, karena hasil dari sebuah argumen, hinaan, atau

serangan. Dengan demikian kita dapat mencegah sebelum

agresifitas itu terjadi. Kita harus belajar strategi-2 resolusi konflik

non-agresi. Hukuman bagi pelaku agresif tidak terlalu efektif

karena strategi ini akan berhasil hanya dibawah situasi tertentu.

5

Page 6: Makalah Interpersonal

II. PERILAKU MENOLONG

Perilaku menolong diartikan sebagai suatu tindakan yang menguntungkan orang

lain tanpa harus menguntungkan si penolong secara langsung, bahkan kadang

menimbulkan resiko terhadap si penolong (Baron, Byrne & Branscombe, 2006).

Maksud dari istilah altruistik adalah sifat seseorang yang memiliki kecendrungan

untuk menolong demi kesejahteraan orang yang ditolong, tanpa mengharap imbalan

(Widyarini,2009).

Perilaku menolong secara umum , tanpa membedakan motifnya , dalam

psikologi di sebut prososial.Berbeda dengan altruisme, perilaku menolong yang memiliki

motif menguntungkan diri sendiri cukup mudah dijumpai di masyarakat. Altruisme

memerlukan pengorbanan, sedangkan dalam perilaku menolong yang lain, perbuatan

menolong tersebut dilakukan karema kepeddulian terhadap diri sendiri.Kebaikan yang

dilakukan bukanlah pengorbanan, melainkan sebagai umpan atau modal. Pada

altruistik,tindakan seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang lain adalah

bersifat tidak mementingkan diri sendiri (selfless) bukan untuk kepentingan diri sendiri

(selfish).

Dalam studi tingkah laku prososial, dikenal konsep bystander yang didalamnya

ada efek bystander yaitu fenomena dimana orang-orang yang ada dalam kerumunan

mengabaikan orang lain yang sedang dalam bahaya karena dia berpikir orang itu akan

dibantu oleh orang lain. Fakta menunjukkan bahwa kecenderungan untuk berespons

prososial pada keadaan darurat dipengaruhi oleh jumlah bystander yang ada. Sejalan

dengan meningkatnya jumlah bystander, probabilitas bahwa seorang bystander akan

menolong menurun dan lamanya waktu sebelum pertolongan diberikan meningkat.

Contoh: di tengah kerumunan orang banyak di pasar, seorang ibu terjatuh dan barang

belanjaannya tercecer kemana-mana. Dalam kondisi banyak orang seperti itu, besar

kemungkinan tidak ada yang menolong ibu tersebut karena terjadi penyebaran

tanggung jawab, suatu pendapat bahwa jumlah tanggung jawab yang diasumsikan

oleh bystander pada suatu keadaan darurat dibagi di antara mereka. Jika hanya ada 1

orang bystander, dia menanggung keseluruhan tanggung jawab. Jika hanya ada 2

orang bystander, masing-masing menanggung 50% dari tanggung jawab. Jika ada 100

6

Page 7: Makalah Interpersonal

orang bystander, masing-masing menanggung 1% tanggung jawab. Makin

banyak bystander, mereka makin merasa kurang bertanggung jawab untuk bertindak.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai perilaku menolong

(Sarwono,2012) :

A. Teori Evolusi

Menurut teori evolusi , inti dari kehidupan adalh kelangsungan hidup gen.

1. Perlindungan Kerabat (kin protection)

Orang tua yang mengutamakan kesejahteran anaknya dibandingkan

degnan kesejahteraan dirinya sendiri , gennya akan mempunyai peluang

lebih besar untuk bertahan dan lestari dibandingkan orang tua yang

mengabaikan anaknya. Hal ini berlaku juga untuk kerabat yang lebih jauh

dimana kedekatan gen-gen secara biologis membuat manusia terprogram

secara alami untuk lebih menolong orang yang masih tergolong

kerabatnya.

2. Timbal-balik biologik (biological reciprocity)

Maksud dari teori ini yaitu menolong utnuk memperoleh pertolongan

kembali. Seseorang menolong karena ia mengantisipasi kelak orang yang

ditolong akan menolongnya sebagai balasan, dan bila ia tidak menolong

maka kelak ia pun tidak akan mendapat pertolongan.

B. Teori Belajar

Sehubungan dengan sumbangan teori belajar terhadap tingakah laku menolong,

ada dua teori yang menjelaskan mengapa orang menolong, yaitu teori belajar

sosial dan teori pertukaran sosial

1. Teori belajar sosial (social learning theory)

Dalam teori belajar sosial tingkah laku manusia dijelasj=kan sebagai hasil

proses belajar terhadap lingkungan.Berkaitan dengan tingkah laku

menolong, seseorang menolong karena ada proses belajar melalui

observasi terhadap model prososialSelain peranan model prososial di

dunia nyata, model-model prososial di media juga cukup efektif dalam

membentuk norma sosial yang mendukung tingkah laku menolong.

7

Page 8: Makalah Interpersonal

Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak cenderung

merespons secara prososial setelah melihat model di media melakukan

tingkah laku menolong. Jika model prososial mendukung terjadinya

tingkah laku menolong, maka sebaliknya model antisosial dapat

menghambat tingkah laku menolong (Baron, Byrne, dan Branscombe,

2006). Dengan begitu, seseorang dapat menjadi altruis karena lingkungan

memberikan contoh-contoh yang dapat diobservasi untuk bertindak

menolong. Menurut teori belajar, apa yang tampak sebagai altruis

sesungguhnya dapat mempunyai kepentingan pribadi yang

terselubung.Misalnya, orang dapat merasa lebih baik setelah memberikan

pertolongan, atau menolong untuk menghindari perasaan bersalah atau

malu jika tidak menolong.

2. Teori pertukaran sosial (social exchange theory)

Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial bergantung pada untung

dan rugi yang terjadi. Teori ini melihat tingkah laku sosial sebagai

hubungan pertukaran dengan memberi dan menerima.Apa yang

dipertaruhkan dapat berupa materi (seperti uang atau perhiasan),

ataupun non-materi ( seperti penghargaan, dan penerimaan).

Menurut teori ini sama halnya dengan teori belajar sosial ,menyatakan

secara tidak langsung bahwa tingkah laku menolong juga bisa semata-

mata hanya untuk menutupi kepentingan pribadi seseorang.

C. Teori Empati

Empati merupakan renspons yang kompleks, meliputi komponen afektif dan

kognitif. Dengan komponen afektif, berarti seseorang dapat merasakan apa

yang orang lain rasakan dan dengan komponen kognitif seseorang mampu

memahami apa yang orang lain rasakan beserta alasannya.

1. Hipotesis empati-altruisme (emphaty-altruism hypothesis) yaitu sebuah

dugaan bahwa tingkah laku prososial hanya dimotivasi oleh keinginan

untuk menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan.

2. Model mengurangi perasaan negatif ( negative-state-relief model)

menyatakan bahwa perilaku prososial di motivasi oleh keinginan

bystander untuk mengurangi emosional negatifnya sendiri. Orang-orang

8

Page 9: Makalah Interpersonal

kadang menolong karena mereka berada pada suasana hati yang jelek dan

ingin membuat diri sendiri merasa lebih baik.

3. Hipotesis kesenangan empatik (emphatic joy hypohthesis) menyatakan

bahwa perilaku prososial dimotivasi oleh emosi positif yang diantisipasi

penolong untuk dimiliki sebagai hasil dari memiliki pengaruh

menguntungkan pada hidup seseorang yang membutuhkan. Penolong

berenspons pada kebutuhan korban karena dia ingin merasa enak karena

berhasil mencapai sesuatu.

4. Hipotesis determinisme genetis (genetic determinism hypothesis)

menyatakan bahwa tingkah laku didorong oleh atribut genetis yang

berevolusi karena atribut tersebut meningkatkan kemungkinan untuk

mewariskan gen seseorang pada generasi berikutnya

D. Teori Norma Sosial

Teori ini menyebutkan bahwa orang menolong karena diharuskan oleh

norma-norma dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga macam norma sosial

yang biasa dijadikan pedoman untuk berperilaku menolong, yaitu:

1. Norma timbal-balik (Reciprocity norm). Inti dari norma ini menyebutkan

bahwa kita harus membalas pertolongan dengan pertolongan.

2. Norma tanggung jawab sosial (Social responsibility norm). Dalam hal ini

norma tanggung jawab sosial mengharuskan bahwa kita wajib menolong

orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun dimasa depan.

E. Teori Perkembangan Kognisi

Menurut teori ini tingkat perkembangan kognitif (dari Piaget) akan

berpengaruh pada perilaku menolong. Pada anak-anak perilaku menolong

lebih didasarkan pada pertimbangan hasil. Semakin dewasa anak itu, semakin

tinggi kemampuannya untuk berpikir abstrak, semakin mampu ia untuk

mempertimbangkan usaha atau biaya yang harus ia korbankan untuk perilaku

menolong itu.Artinya, menurut teori kognitif perilaku menolong akan semakin

meningkat seiring dengan perkembangan kognitif itu sendiri.

9

Page 10: Makalah Interpersonal

Faktor-faktor yang mendorong tindakan prososial ada 7, yaitu :

1. Daya tarik fisik. Apapun faktor yang dapat meningkatkan ketertariakn bystander

pada korban akan meningkatkan kemungkinan terjadinya respon prososial

apabila individu tersebutmembutuhkan pertolongan atau orang menolong

orang lain karena orang tersebut punya kemiripan dengan kita.

2. Atribusi pada korban. Contoh : ketika kita melihat seseorang terjatuh, dan

melihat ternyata dia sedang memegang botol minuman keras, maka kita akan

menilai bahwa orang tersebut karena kesalahannya sendiri sehingga tidak perlu

di tolong.

3. Pengalaman pada kejadian prososial. Contoh : Susi pernah membantu seorang

ibu-ibu yang terjatuh dipasar. Ternyata ibu tersebut adalah seorang pencopet

dan langsung merampas dompet Susi. Kejadian ini dapat mempengaruhi Susi

untuk melakukan tindakan prososial dimasa mendatang.

4. Kondisi emosional bystander . Kondisi suasana hati yang baik akan

meningkatkan terjadinya tingkah laku menolong orang lain, sedangkan kondisi

suasana hati yang buruk akan mengahmbat seseorang melakukan tindakan

menolong.

5. Empati-respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distressemosional

orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional

orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan

mengambil perspektif orang lain.

6. Faktor disposisional (gen,wanita). Wanita cenderung lebih mau menolong

daripada pria.

10

Page 11: Makalah Interpersonal

III. KETERTARIKAN DAN KEINTIMAN

Menurut Myers (2008), ada empat faktor hal yang dapat memicu

munculnya ketertarikan, yaitu proximity, physical attractiveness, similarity, dan

feeling liked.

1. Proximity

Proximity adalah kedekatan atau yang lebih tepatnya jarak fungsional

berkesempatan besar memunculkan rasa suka (Myers, 2008).

Sedangkan menurut Baron (2008), proximity adalah kedekatan

antara tempat tinggal dua individu, tempat duduk di kelas, lokasi

kerja, dan lain-lain.

2. Physical attractiveness

Menurut Myers (2008), physical attractiveness penting dalam

memunculkan rasa ketertarikan pada suatu pasangan.

3. Similarity

Byrne menemukan bahwa similarity atau likeness (kesamaan)

menjadi pemicu ketertarikan di antara individu bukan hanya pada

orang muda tetapi juga pada anak-anak dan orang tua.

4. Feeling liked

Meyukai seseorang sifatnya mutual. Ketika seseorang menyukai

orang lain maka dapat diprediksikan akan muncul rasa suka dari

orang lain tersebut (Myers, 2008).

A. Keintiman sebagai Isu Masa Remaja

Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan,

kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Di masa anak-anak,

hubungan persahabatan berorientasi pada kegiatan fisik saja misalkan bermain

bersama. Tetapi hubungan persahabatan di masa remaja memiliki dasar emosi yang

kuat yang membangun ikatan batin antara dua orang yang saling memperhatikan dan

saling memahami .

Alasan lain akan pentingnya keintiman di masa remaja adalah adanya perubahan

hubungan sosial yang alami di masa remaja. Di awal remaja mulai tumbuh kesadaran

11

Page 12: Makalah Interpersonal

tentang pentingnya teman sebaya, di usia remaja pertengahan dan remaja lanjut

tumbuh kesadaran akan pentingnya pasangan lawan jenis .

B. Teori Keintiman

Teori Sullivan tentang hubungan interpersonal

Sullivan memandang perkembangan hubungan interpersonal dipengaruhi

oleh kebutuhan berdasarkan perkembangan biologis seseorang yakni:

1. Masa Bayi (infancy) usia 0 sampai 2-3 tahun membutuhkan

bantuan orang lain dan kasih sayang dari ibunya.

2. Masa Anak awal (early childhood) 2-3 tahun sampai 6-7 tahun

membutuhkan teman peran serta orang yang lebih dewasa dalam

bermain.

3. Masa Anak pertengahan (middle childhood) 6-7 tahun sampai 8-10

tahun membutuhkan teman sebaya untuk bermain dan diterima di

masyarakat.

4. Masa Praremaja (preadolescence) usia 8-10 tahun sampai 12-14

tahun membutuhkan keintiman dengan teman

sebaya.

5. Masa Remaja awal (early adolescence) usia 12-14 tahun sampai 17-

18 tahun membutuhkan kontak seks dan keintiman dengan dengan

lawan jenisnya.

6. Masa Remaja lanjut (late adolescene) usia 17-18 tahun sampai

dewasa membutuhkan pencapaian manusia seutuhnya yang

diterima di masyarakat.

Dari teori tersebut menurut Sullivan kebutuhan akan keintiman

dimulai dari masa praremaja dengan teman sebaya baik sesama jenis

maupun lawan jenisnya dan di masa remaja awal dan lanjut semakin

adanya rangsangan seks dan kerinduan kebutuhan akan keintiman

berujung pada hubungan percintaan dengan pasangannya. Menurut

Sullivan tantangan utama di masa remaja adalah menggabungkan

kebutuhan akan keintiman dengan kebutuhan akan hubungan seks.

12

Page 13: Makalah Interpersonal

Teori Erikson tentang keintiman

Teori Erikson menyatakan bahwa perkembangan seseorang di masa

remaja berputar pada dua krisis psikososial yakni indentity crisis vs identity

confusion (krisis identitas vs kekacauan identitas) dan crisis of intimacy vs

isolation (keintiman vs isolasi).

Krisis identitas dimaknai bahwa masa remaja adalah masa dimana

remaja mulai merasakan suatu perasaan identitasnya sendiri, merasa unik, siap

untuk berperan dalam masyarakat. Mulai menyadari sifat-sifat yang melekat

pada dirinya sendiri seperti kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan yang dikejar

di masa datang, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri

sedangkan kekacauan identitas merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa.

Menjadikan kadang remaja berada pada kondisi kekacauan identitas. Mereka

menjadi hampa, terisolasi, cemas dan bimbang. Mereka menjadi kacau, tingkah

lakunya tidak konsisten. Ingin masuk dunia kehidupan dewasa tapi masyarakat

menganggap belum mampu dan mereka merasa sudah bukan anak-anak lagi.

Jika tidak terselesaikan anak akan berada pada kondisi krisis identitas yang akan

mengembangkan identitas negatif pada dirinya yaitu dirinya hanya memiliki sifat

yang potensial buruk atau tidak berharga.

Sedangkan krisis keintiman mengandung arti bahwa remaja siap dan

ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain, mendambakan hubungan

akrab dengan lawan jenis dalam percintaan. Mengembangkan persaudaran,

menyiapkan daya untuk membina komitmen dan siap berkorban. Kebalikan dari

keintiman adalah muncul isolasi, kecenderungan untuk menghindari hubungan

karena tidak mau terlibat atau melibatkan diri dalam keintiman.

Dari dua pandangan tersebut menurut para ahli seakan bersaing namun

hasil penelitian membuktikan bahwa antar pengembangan identitas dan

pengembangan keintiman sejajar saling melengkapi.

Teori Attachment (kelekatan) pada Masa Remaja

Menurut teori attachment keintiman di masa remaja berhubungan erat

dengan masa lalu individu tersebut khususnya di waktu masa balita. Terdapat

bukti yang kuat bahwa seorang yang memiliki ikatan/attachment yang kuat

dengan pengasuhnya di waktu balita akan lebih mampu melakukan

persahabatan dengan teman sebaya di waktu kecil dan terbukti pula akan

13

Page 14: Makalah Interpersonal

memudahkan seseorang dalam melakukan keintiman di masa remaja dan

dewasa. Dan sebaliknya pula terbukti bahwa seseorang yang dengan mudah

melakukan keintiman dengan orang lain di masa remaja tidak dapat terpisahkan

dengan hasil persahaba tan di masa kecil.

C. Perkembangan Keintiman dalam Masa Remaja

Perubahan alami pada persahabatan

Pada masa anak-anak konsep persahabatan selalu berhubungan

dengan bermain. Teman yang baik adalah teman yang menemani

dalam bermain. Keintiman yang di dalamnya terdapat kehangatan,

kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan

muncul di masa remaja awal sampai dewasa.

Perubahan dalam menunjukkan keintiman

Remaja lebih berkepribadian di bandingkan waktu masih anak-anak.

Mereka menjelaskan bahwa seseorang di masa remaja lebih

tanggap, sedikit mengatur, dan lebih toleran dengan dengan teman.

Dibandingkan dengan anak kecil, seorang remaja lebih memahami

bagaimana perasaan teman ketika mereka mempunyai masalah.

Perubahan dalam sasaran keintiman

Menurut Sullivan, masa remaja adalah masa dimana remaja

berubahnya sasaran dalam perilaku keintiman. Di masa praremaja

dan remaja awal orang tua tergantikan oleh teman sebaya,

selanjutnya di masa akhir remaja teman sebaya tergantikan oleh

pasangan lawan jenisnya.

Persahabatan dengan teman lawan jenis

Persahabatan intim dengan teman lawan jenis akan menjadi lebih

penting ketika remaja menginjak dewasa. Ini mengandung arti

bahwa gender (perbedaan jenis kelamin) menjadi penentu utama

dan penting dalam berhubungan selama praremaja, dan juga

memainkan peranan yang lebih kuat dibandingkan latar belakang

ekonomi dan ras. Dari keintiman berhubungan dengan lawan

jenisnya mereka mempunyai fantasi tentang lawan jenisnya sampai

akhirnya terealisasi dengan meningkatnya usia. Ini merupakan

14

Page 15: Makalah Interpersonal

langkah awal menuju ke pengalaman romantis mereka di masa

datang.

D. Kencan dan Hubungan Romantis

Untuk membahas tentang hubungan romantis di masa remaja kita

kembali ke teori Sullivan yang menyatakan bahwa melakukan keintiman hubungan

dengan teman lawan jenis adalah tugas utama dalam perkembangan seseorang di

masa remaja. Keintiman persahabatan dengan lawan di masa remaja membawanya

ke dalam hubungan romantis.

Berkencan (dating) mempunyai arti yang bermacam-macam. Berkencan

bisa diartikan menghabiskan waktu dengan pasangan dalam kelompok atau

berbincang dengan pasangan lawan jenisnya untuk memantapkan sebelum menuju

ke pernikahan. Berkencan dapat berfungsi mengembangkan keintiman untuk saling

mengenal satu dengan yang lain.

Pemantapan hubungan menuju pernikahan melalui 4 fase :

1. Fase kegairahan

Ketertarikan pada pandangan fisik seseorang.

2. Fase status

Pemantapan status terhadap lingkungan sekitar.

3. Fase intim

Memantapkan kedekatan, hubungan emosional dan kehangatan.

4. Fase pengikatan

Komitmen untuk melangkah ke depan.

E. Perkembangan Keintiman dan Psikososial Remaja

Remaja yang mempunyai persahabatan yang intim umumnya

mempunyai kesehatan mental dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki

keintiman. Teman dekat dapat digunakan mencurahkan isi hati tentang harapan-

harapan di masa depan. Teman dekat juga dapat memberi nasihat dan dorongan-

dorongan dalam kehidupan. Namun dibalik itu semua teman dekat juga membuat

kita tidak nyaman, muncul konflik, kecemburuan dan ketidakpercayaan. Ini semua

terjadi karena tidak semua persahabatan adalah persahabatan yang baik.

15

Page 16: Makalah Interpersonal

IV. HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Dalam kehidupannya manusia tidak pernah lepas dari lingkungan sekitarnya. Hal

ini sangat berkaitan dengan sifat manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk

sosial. Apa saja yang ada di sekeliling kita dapat menjadi tempat individu dalam

berinteraksi, dan dari interaksi itulah kemudian dapat menghasilkan berbagai dampak,

baik positif maupun negatif. Lingkungan sendiri diciptakan pada dasarnya diciptakan

agar dapat difungsikan oleh manusia dengan baik dan benar. Namun, oleh karena sifat-

sifat manusia yang sangat majemuk, termasuk juga sifat antroposentris yang selalu

menginginkan yang terbaik bagi dirinya, tidak selalu mampu memperlakukan alam dan

lingkungan dengan baik, sehingga tidak heran jika lingkungan alam menjadi rusak karena

ulah manusia sendiri, misalnya adanya kebakaran hutan, polusi udara, pencemaran air,

dan kerusakan alam lainnya yang sering justru sangat merugikan manusia bahkan

mungkin mengancam kelestarian bumi. Jadi, campur tangan manusia mempunyai andil

besar mengenai sumber masalah lingkungan. Namun demikian, manusia tidak selalu

menjadi sumber masalah lingkungan. Gejala-gejala alam yang tidak dapat dikendalikan

manusia juga dapat memgakibatkan kerusakan lingkungan, misalnya gempa bumi, tanah

longsor,dll. Dengan demikian baik perilaku manusia maupun gejala alam keduanya dapat

menjadi sumber masalah lingkungan.

Menurut Undang-Undang No.4/1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya

manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya ( Sarwono, 1995 ).

Lingkungan adalah suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari, dan

memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan

keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki

peranan yang lebih kompleks dan riil .Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya.

Lingkungan sangat penting bagi kehidupan manusia.Segala yang ada pada

lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup

manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk

16

Page 17: Makalah Interpersonal

mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan memiliki

arti penting bagi manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada,

tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.

2 .Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.

3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia.

4. Lingkungan member tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.

5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk

kebutuhan dan kebahagiaan hidup.

Dalam teori Kurt Lewin pertama kali memperkenalkan Field Theory yang

merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara

lingkungan dengan manusia.Lewin juga mengatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi

dari kepribadian dan lingkungan.Lewin mengajukan adanya kekuatan-kekuatan yang

terjadi dalam interaksi antara manusia dan lingkungan. Masing-masing komponen

tersebut bergerak suatu kekuatan-kekuatan yang terjadi di dalam medan interaksi, yaitu

daya tarik dan daya mendekat dan daya tolak dan daya menjauh.

Kemudian, menurut teori yang dikemukakan oleh William Stern, baik

pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting

didalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan di tentukan baik oleh

faftor yang dibawa sejak lahir (endogen) maupun faktor lingkungan (pengalaman dan

pendidikan) yang merupakan faktor eksogen. Kedua faktor tersebut sangat penting

untuk perkembangan individu dan perkembangan akan terhambat bila kedua faktor

tersebut tak seimbang. Misalnya Seorang anak dari kecil mempunyai bakat dalam

melukis namun apabila bakat tersebut tidak diasah dan dilatih maka bakat melukis itu

hanya sebatas bakat dan takkan berkembang seperti halnya yang diinginkan.Lingkungan

mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu dan teori ini pada

umumnya menunjukan kebenarannya.

17

Page 18: Makalah Interpersonal

Lingkungan secara garis besar dapat dibedakan:

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan yang berupa alam, misalnya tanah, keadaan musim dan

sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang

berbeda pula kepada individu.

2. Lingkungan Sosial

Lingkungan masyarakat yang adanya interaksi individu satu dengan individu

lain. Keadaan masyarakatpun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap

perkembangan individu. Lingkungan Sosial biasanya dibedakan, meliputi:

3. Lingkungan Sosial Primer

Lingkungan sosial dengan adanya hubungan yang erat antara anggota satu

dengan anggota yang lain.

4. Lingkungan Sosial Sekunder

Lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan yang lain agak

longgar.Antara manusia dan lingkungan memiliki hubungan ketergantungan

yang sangat erat.Manusia dalam hidupnya senantiasa berinteraksi dengan

lingkungan di mana manusia itu berada.Lingkungan hidup mencakup

keadaan alam yang luas.

Dalam kaitannya dengan hubungan manusia dengan lingkungan, terdapat

beberapa paham yang menjelaskan hakekat dai hubungan manusia dengan

lingkungannya, yaitu paham determinisme, posibilisme dan paham optimisme teknologi.

1. Paham Determinisme

Paham determinisme adalah paham yang menjelaskan bahwa manusia

dan perilakunya ditentukan oleh lingkungan. Tokoh-tokoh yang

mengembangkan paham determinisme diantaranya Charles Darwin, Frederich

Ratzel dan Elsworth Huntingon.

Charles Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup secara

berkesinambungan mengalami perkembangan dan dalam proses

perkembangan tersebut terjadi seleksi alam ( natural selection ). Makhluk

18

Page 19: Makalah Interpersonal

hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan mampu bertahan

dan lolos dari seleksi alam.

Frederih Razel ( 1844-1904 ) merupakan ilmuwan berkebangsaan

Jerman. Menurutnya manusia dan kehidupanyya sangat tergantung pada alam.

Perkembangan kebudayaan ditentukan oleh kondisi alam di prmukaan bumi.

Menurut Elsworth Huntington, iklim sangat menentukan

perkembangan kebudayaan manusia.

2. Paham Posibilisme

Paham posibilisme merupakan paham yang mengenalkan bahwa alam

itu tidak menjadi faktor yang menentukan, namun menjadi faktor pengontrol

memberikan kemungkinan atau peluang. Manusia berperan menentukan

pilihan dari peluang-peluang yang diberikan alam.

Ilmuwan yang menganut paham ini, diantaranya adalah ilmuwan

berkebangsaan Perancis bernama Paul Vidal de la Blanche ( 1845- 1919 ).

Menurutnya, faktor yang menentukan itu bukan alam melainkan proses

produksi yang dipilih manusia yang berasal dari produksi yang dipilih manusia

yang diberikan ala, seperti iklim, tanah, dan ruang di suatu tempat. Dalam hal

ini, manusia tidak lagi bersikap pasif atau pasrah menerima apapun yang

diberikan alam seperti yang diyakini oleh paham determinisme, tetapi aktif

dalam pemanfaatannya. Manusia dan kebudayaannya dapat memilih kegiatan

yang cocok sesuai dengan kemungkinan yang diberikan oleh alam.

3. Paham Optimisme Teknologi

Dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini, manusia sangat optimis

bahwa teknologi yang berkembang dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Teknologi bukan lagi menjad alternatif tetapi telah mengarah pada

ketergantungan teknologi dan mentuhankan teknologi. Teknologi telah

membuat manusia tidak lagi pecaya pda Tuhan. Padahal teknologi merupakan

ciptaan manusia dan bantuan pada manusia, bukan sebaliknya.

Dari ketiga paham tersebut, masing-masing memiliki komponen

kebenaranya. Sebagian aktivitas manusia sangat ditentukan oleh alam,

terutama yang memanfaatan alam secara langsung misalnya aktivitas

pertanian. Aktivitas tersebut sangat ditentukan oleh kondisi cuaca dan iklim,

19

Page 20: Makalah Interpersonal

walaupun dalam perkembangannya anusia mulai mengguanakan teknologi

untuk mengaturnya seperti rumah kaca. Akaian manusia dalam banyak hal

juga tergantung pada kondisi cuaca. Hal ini merupakan bukti paham

determinisme lingkungan. Namun demikian, seiring dengan kemajuan

peradaban, manusia banyak melakukan upaya rekayasa untuk

mengoptimalkan pemanfaatan alam.

Hubungan manusia dengan lingkungannya sangat bertimbal balik, manusia

dapat mempengaruhi lingkungan, dan juga lingkungan dapat mempengaruhi

manusianya itu sendiri. Jika lingkungnannya buruk, maka manusianya pun turut buruk

pula, begitupun sebaliknya. Bila lingkungannya baik, maka manusianyapun juga baik.

Untuk mrnghasilkan suatu interaksi yang baik, manusia haruslah dapat membaur

dengan lingkungannya baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

V. PERILAKU MANUSIA SECARA UMUM

A. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti

orang berjalan,berlari, naik sepeda, dll. Perilaku terdiri dari aktivitas- aktivitas

yang berlangsung, baik didalam maupun diluar.

Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks kadang-

kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang sehingga

menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah

alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku tersebut.

Menurut Skinner , perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang

te rhadap stimulus ( rangsangan dari luar . pengertian itu dikenal dengan teori

S-O-R (stimulus-organisme-respons).skiner membedakan respons tersebut

menjadi 2 jenis, yaitu respondent response (reflexive) dan operant response

(instrumental response). Secara lebih proposional perilaku dapat diartikan

suatu respons organisme atau seseoang terhadap rangsangan (stimulus) dari

luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam, yakni:

20

Page 21: Makalah Interpersonal

Bentuk pasif adalah respon internal yaitu terjadi didalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Misalnya berpikir ,

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku

itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata makan disebut overt behaviour.

B. Jenis-Jenis Perilaku Manusia

1. Perilaku Refleks

Perilaku refleks dilakukan oleh manusia secara otomatis. Perilaku ini diluar

lapangan kemampuan manusia serta terjadi tanpa dipikir atau diinginkan, dan

bisa terjadi tanpa disadari sama sekali. Perilaku refleks ini secara umum

mempunyai tujuan menghindari ancaman yang merusak keberadaan individu

sehingga individu tersebut dapat berperilaku dengan normal.

2. Perilaku refleks bersyarat

Merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan tertentu. Reaksi ini

wajar dan merupakan pembawaan dari manusia dan bisa dipelajari atau dapat

dari pengalaman. Dengan demikian gerak refleks adalah kesatuan kelakuan dan

berdasarkan kelakuan itu tersusunlah kelakuan manusia yang kompleks dengan

segala tingkatan. Apabila timbulnya rangsangan berulang-ulang maka perilaku

refleks bersyarat akan lemah.

3. Perilaku yang mempunyai tujuan

Yaitu perilaku naluri adalah gerak refleks yang kompleks atao merupakan

rangkaian tahap-tahap yang banyak, masing-masing tahap merupakan perilaku

refleks yang sederhana. Ada tiga gejala yang menyertai perilaku bertujuan yaitu

pengenalan, perasaan atau emosi, dorongan, keinginan, atau motif.

C. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Manusia

1. Keturunan

Keturunan adalah pembawaan/karunia dari Tuhan. Keturunan sering

disebut dengan pembawaan, heredity-teori Mendel ( yang dikenal dengan

hipotesan genetika ) menyatakan bahwa :

a. Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor lingkungan.

b. Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunannya.

21

Page 22: Makalah Interpersonal

c. Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah dan

menerima pasangan faktor keturunan.

2. Lingkungan

Lingkungan sering disebut miliu, environment atau nurture. Lingkungan

dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri

individu dalam berperilaku. Lingkungan turut berpengaruh terhadap

perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia.

3. Emosi

Merupakan konsep dasar dalam pembentukan perilaku. Perubahan perilaku

manusia dapat ditimbulkan akibat kondisi emosi. Perubahan yang didasari

memungkinkan mengubah sifat atau perilakunya. Emosi menunjukkan

kegoncangan organisme yang disertai oleh gejalagejala kesadaran, keperilakuan,

dan proses fisiologis.

4. Persepsi

Organisasi pengamatan membentuk perilaku yang berbeda karena

pengamatannya berbeda. Pengalaman yang dihasilkan dari indra penglihatan,

pendengaran, penciuman ,dsb, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda

meskipun obyeknya sama.

5. Motivasi

Daya dorong , menjadi penguat terhadap perilakunya. Dorongan untuk

bertindak guna mencapai suatu tujuan, sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan

fisiologi, psikologi dan sosial.

6. Belajar

Ketika orang sudah matang masa perkembangannya otomatis akan

mempengaruhi perkembangan psikis seseorang. Kematangan dan

perkembangan menampilkan kemampuan seseorang sesuai kebutuhannya.

7. Intelegensi

Ketika seseorang mempunyai intelegensi tinggi akan memberikan

keanggunan pada perilakunya. Kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.

22

Page 23: Makalah Interpersonal

D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN

A. Definisi

1. Tuhan berada di luar jangkauan pikiran dan akal seluruh alam semesta

yang tak terhingga terbentang di hadapan mata kita. Tetapi di balik

semuanya itu terdapat kekuatan Maha Gaib yang mendalangi semua

‘permainan’. Bahkan orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran

agama mereka tidak menyangkal bahwa kekuatan Yang Maha Gaib itu

memang ada. Tuhan tidak dapat dibatasi waktu, Ia luhur dan mandiri.

Seluruh ciptaanNya mentaati perintahNya. Namun Ia bukanlah

pelakuNya. Ia tak berbentuk, Ia Maha Ada dan memelihara segala

sesuatu. Ia pencipta, tak bergerak, Maha Kuasa, Abadi, Penebus Dosa,

Tak Terpahamkan, Tak Terjangkaukan, Tanpa Awal, Kekal dan Ia adalah

Kesadaran murni. Ia Tak terkalahkan dan Gudang pengetahuan,

Swadaya, Ia lautan kenikmatan.

Pemikiran filsafat mencakup ruang lingkup yang berskala makro yaitu:

kosmologi, ontology, philosophy of mind, epistimologi, dan

aksiologi.Untuk melihat bagaimana sesungguhnya manusia dalam

pandangan filsafat pendidikan, maka setidaknya karena manusia

merupakan bagian dari alam semesta (kosmos). Berangkat dari situ

dapat kita ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang pada

hakekatnya sebagai abdi penciptanya (ontology). Agar bisa

menempatkan dirinya sebagai pengabdi yang setia, maka manusia diberi

anugerah berbagai potensi baik jasmani, rohani, dan ruh (philosophy of

mind). Sedangkan pertumbuhan serta perkembangan manusia dalam hal

memperoleh pengetahuan itu berlajan secara berjenjang dan bertahap

(proses) melalui pengembangan potensinya, pengalaman dengan

lingkungan serta bimbingan, didikan dari Tuhan (epistimologi), oleh

karena itu hubungan antara alam lingkungan, manusia, semua makhluk

ciptaan Allah dan hubungan dengan Allah sebagai pencipta seluruh alam

raya itu harus berjalan bersama dan tidak bisa dipisahkan. Adapun

manusia sebagai makhluk dalam usaha meningkatkan kualitas sumber

daya insaninya itu, manusia diikat oleh nilai-nilai illahi (aksiologi),

sehingga dalam pandangan FPI, manusia merupakan makhluk alternatif

23

Page 24: Makalah Interpersonal

(dapat memilih), tetapi ditawarkan padanya pilihan yang terbaik yakni

nilai illahiyat. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa manusia itu makhluk

alternatif (bebas) tetapi sekaligus terikat (tidak bebas nilai).

2. Manusia adalah subyek pendidikan, sekaligus juga obyek pendidikan.

manusia dewasa yang berkebudayaan adalah subyek pendidikan yang

berarti bertanggung jawab menyelenggareakan pendidikan. mereka

berkewajiban secara moral atas perkembangan probadi anak-anak

mereka, yang notabene adalah generasi peneruis mereka. manusia

dewasa yang berkebudayaaan terutama yang berfrofesin keguruan

(pendidikan) bertanggung jawab secara formal untuk melaksanakan misi

pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang dikehendaki

bangsa itu.

Manusia yang belum dewasa, dalam proses perkembangan

kepribadiannya, baik menuju pembudayaan maupun proses kematangan

dan intregitas, adalah obyek pendidikan. Artinya mereka adalah sasaran

atau bahan yang dibina. Meskipun kita sadarai bahwa perkembangan

kepribadian adalah self development melalui self actifities, jadi sebagai

subjek yang sadar mengembangkan diri sendiri.

B. Hubungan Manusia dengan Tuhan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran, serta

hati. Secara psikologi karakter manusia terbentuk dari tiga unsur, yaitu

pikiran, hati nurani, dan hawa nafsu. Ketiganya ini harus barjalan dengan

seimbang dan saling mengendalikan satu sama lain untuk menjadikan

karakter yang baik pada manusia tersebut.Maka, manusia semasa hidupnya

dalam setiap pekerjaan dan kegiatannya selalu menggunakan ketiga unsur

tersebut. Sejak dilahirkan, manusia tentu saja telah memilki karakter

bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai macam pengalaman

semasa hidupnya sampai dia dewasa.

Hubungan manusia dengan Tuhan dapat digambarkan dengan

kelemahan manusia dan keinginan untuk mengabdi kepada yang lebih

agung. Manusia yang lemah memerlukan pelindung dan tempat mengadu

segala permasalahan. Terkadang memang permasalahan yang tidak pelik

mudah dan dapat diselesaikan oleh manusia sendiri. Namun, tak jarang

24

Page 25: Makalah Interpersonal

persoalan himpitan hidup, rasa putus asa, hilangnya harapan dan lain

sebagainya tak mungkin diselesaikan sendiri. Maka ia butuh sesuatu yang

sempurna, yaitu Tuhan. Tempat mengadu segala persoalan hidup. Tanpa-

Nya, manusia bisa jadi kehilangan arah dan tujuan hidup.

Aktivitas kehidupan manusia di dalam menyembah Tuhannya

merupakan pokok ajaran utama agama yang ada, namun pertanggung

jawabannya adalah secara individu, artinya dalam aktivitas ini manusia

bertanggung secara pribadi kepada Tuhannya.

Sebagai contoh adalah:

- Aktivitas penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

- Aktivitas yang berhubungan dengan pemantapan mental spiritual agama,

misalnya puasa dan sebagainya.

Relasi yang kompleks secara konseptual dapat dianalisis berdasarkan

empat bentuk utama relasi antara Tuhan dan manusia, antara lain:

a. Relasi ontologis, yaitu antara Tuhan sebagai sumber eksistensi

manusia yang utama dan manusia sebagai representasi dunia wujud

eksistensinya berasal dari Tuhan atau dengan kata lain hubungan

Pencipta dengan makhluk.

b. Relasi komunikatif, yaitu Tuhan dan manusia dibawa ke dalam

korelasi yang sangat dekat satu sama lain dan melalui komunikasi timbal

balik.

c. Relasi Tuhan-hamba, relasi ini melibatkan Tuhan sebagai di pihak

Tuhan sebagai Tuan (Rabb), semua konsep yang berhubungan dengan

keagunganNya, sedangkan manusia sebagai hamba yang patuh.

d. Relasi etik, relasi ini didasarkan pada perbedaan dasar antara dua

aspek yang berbeda yang dapat dibedakan dengan konsep tentang

Tuhan itu sendiri dan manusia sendiri.

25

Page 26: Makalah Interpersonal

DAFTAR PUSTAKA

Baron, B., Byrne D.(2006). Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Diahsari,E.(2001). Penganter Psikologi Lingkungan. Yogyakarta: Lembaga Penerbitan

Universitas Ahmad Dahlan

Gerungan, W.A.(2009). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama

Myres, D. G..(2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Santoso, Slamet, (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama

Sarwono S. W. .(2012). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika

Steinberg, L.. (2002). Adolescence. New York : McGraw –Hill Humanities

Walgito, Bimo. 2002. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Penerbit ANDI

Yogyakarta.

Wawan. (2010). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Widyarini, N. (2009). Relasi Orang Tua dan Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo

http://siti-rifaah-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-73066-Umum-Psikologi.html

http://hadipranotostarz.blogspot.com/2013/02/agresi-dalam-psikologi-sosial.html

26