39
TUGAS KELOMPOK ANAPLASMA SP. DISUSUN OLEH : KELOMPOK II BESSE RADITA DEWISARI NUR (O11112003) RISNA RISYANI (O11112004) NURUL RESQI HASRAH (O11112 CERDNAWAN (O11112108) PRODI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Makalah Kelompok II (Anaplasma Sp)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PARASITOLOGI

Citation preview

TUGAS KELOMPOK

ANAPLASMA SP.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

BESSE RADITA DEWISARI NUR (O11112003)

RISNA RISYANI (O11112004)

NURUL RESQI HASRAH (O11112

CERDNAWAN (O11112108)

PRODI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Bismillahirrahmaanirrahim

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan seluruh alam, shalawat beserta salam

semoga tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW. Karena atas karunia dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini akan membahas tentang

Anaplasma sp.

Tetapi sangat dimungkinkan dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, baik dalam penyajian materi maupun dalam penulisan, untuk itu kritik dan

saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan, demi lebih

baiknya karya yang selanjutnya.

Penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Amiin.

Wassalamualaikum, wr. wb

Makassar, 19 November 2013

Kelompok 2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Taksonomi Anaplasma sp.

B. Morfologi Anaplasma sp

C. Siklus Hidup

D. Hewan Rentan

E. Patogenesis

F. Epidemologi

G. Pengenalan Penyakit

H. Kelainan Pasca Matidan Diagnosa Banding

I. Perawatan

J. Pengendalian

K. Pengendalian Jika terjadi Outbreak

L. Pengobatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anaplasma sp. merupakan kelompok bakteri yang menyerang sel darah hewan

domestik.Sel darah yang diserang beragam, yaitu eritrosit, monosit, sel granulosit

dan trombosit. Anaplasma sp. merupakan parasit obligat intraseluler, bakteri Gram-

negatif dan hidup di dalam sel darah mamalia. Induk semangnya ialah sapi, kerbau,

kambing, domba, anjing, kuda bahkan manusia,sedangkan yang berperan sebagai

inang antara dalam penyebaran bakteri ini ialah caplak dari famili Ixodidae dan

Amblyommidae. Penyebaran Anaplasma sp. dapat terjadi di daerah tropis, sub

tropis, Eropa selatan, dan Amerika (Ashadi & Handayani 1992).

Anaplasmosis pertama kali dilaporkan menyerang sapi dan kerbau (1897), kemudian pada tahu (1912) di daerah Cileungsi (Bogor) menyerang kerbau. Pada tahun 1918 menyerang sapi di Sumatera Utara dan tahun 1934 juga menyerang sapi di daerah Bojonegoro dan Madiun, sampai saat ini Anaplasma sp sudah teridentifikasi menginfeksi hampir semua ternak berdarah panas.

Spesies Anaplasma sp. ditularkan baik secara mekanis maupun secara

biologis oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari

Anaplasma sp. melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang

mampu menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu

arthropoda yang dapat menularkan Anaplasma sp. di anjing ialah Rhipicephalus

sanguineus. Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau

transstadial (Tsachev 2009).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud Anaplasma?

2. Apa jenis-jenis Anaplasma?

3. Bagaimana siklus hidup Anaplasma?

4. Bagaimana patologi Anaplasma?

5. Bagaimana proses pengendalian dan pengobatan jika terinfeksi Anaplasma?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Anaplasma

2. Mengetahui jenis-jenis Anaplasma

3. Mengetahui siklus hidup Anaplasma

4. Mengetahui patologi Anaplasma

5. Mengetahui proses pengendalian dan pengobatan jika terinfeksi Anaplasma

6. Menambah wawasan mengenai Anaplasma sp

BAB II

PEMBAHASAN

A. TOKSONOMI ANAPLASMA SP.

Anaplasma sp. merupakan kelompok bakteri yang menyerang sel darah hewan domestik.Sel darah yang diserang beragam, yaitu eritrosit, monosit, sel granulosit dan trombosit. Anaplasma sp. merupakan parasit obligat intraseluler, bakteri Gram- negatif dan hidup di dalam sel darah mamalia. Induk semangnya ialah sapi, kerbau, kambing, domba, anjing, kuda bahkan manusia,sedangkan yang berperan sebagai inang antara dalam penyebaran bakteri ini ialah caplak dari famili Ixodidae dan Amblyommidae. Penyebaran Anaplasma sp. dapat terjadi di daerah tropis, sub tropis, Eropa selatan, dan Amerika (Ashadi & Handayani 1992).

Berdasarkan klasifikasi Gieszczkiewicz (1939) dalam Souslby (1982) Anaplasma masih tergolong dalam protozoa, filum Chiliophora, ordo Ricketsiales famili Ricketsiaceae. Namun, berdasarkan taksonomi terbaru yang terdaftar dalam Genbank, Anaplasma kini merupakan anggota dari filum Proteobakteria, kelas Alphaproteobacteria, ordo Rickettsiales, dan famili Anaplasmataceae (Rymaszewska & Grenda 2008)

Klasifikasi Anaplasma sp. :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Alphaproteobacteria

Ordo : Rickettsiales

Famili : Anaplasmacetae

Genus :  Anaplasma sp.

Spesies :  Anaplasma marginale dan Anaplasma centrale

Habitat : Sel darah merah

Induk semang : Sapi, domba, unta, anjing

Vektor : Caplak Boophilus

Jenis-Jenis Anaplasma sp.:

Agen Penyebab

Penyakit Inang antara Induk semang

Sel yang

diinfeksi

Anaplasma bovis

Bovine anaplasmosis

Haemaphysalis sp

Rhipichepalus sp

Amblyoma sp

Ruminansia domestik,

ruminansia kecil

Monosit

Anaplasma ovis

Ovine anaplasmosis

Dermatocentor sp

Ixodes sp

Dermatocentor sp

Boophilus

microplus

Ruminansia kecil

Eritrosit

Anaplasma

marginale

Bovine anaplasmosis

Tabanus bovis

(Hornok et al.

2008)

Ixodes sp

Ruminansia domestik

Eritrosit

Anaplasma centrale

Bovine anaplasmosis

Dermatocentor sp

Ruminansia domestik

Eritrosit

Anaplasma

phagotophilum

Granulotic

anaplasmosis

Ixodes sp

Dermatocentor sp

Ruminansia kecil,

ruminansia

Granulosit

domestik,

ruminansia liar, anjing,

kuda, manusia

Canine cyclic

thrombocytopenia

Riphicepalus

sanguensis

Anjing Platelet

Sumber: Rymaszewska & Grenda 2008 dengan beberapa penambahan

Seluruh stadium perkembangan caplak memiliki potensi untuk menyebarkan agen Anaplasma sp. Infeksi pada induk semang terjadi akibat gigitan caplak yang sebelumnya telah menggigit induk semang yang positif Anaplasmosis. Penyebaran akan cepat terjadi pada suatu kawasan yang menejemennya mencampurkan hewan yang positif anaplasmosis dan memiliki infestasi caplak bersamaan dengan hewan sehat lainnya. Anaplasmosis juga diaporkan mampu menyebar melalui kontaminasi silang peralatan pada prosedur dehorning, kastrasi,vasksinasi dan koleksi sampel darah .

Anaplasmosis pertama kali dilaporkan menyerang sapi dan kerbau (1897), kemudian pada tahu (1912) di daerah Cileungsi (Bogor) menyerang kerbau. Pada tahun 1918 menyerang sapi di Sumatera Utara dan tahun 1934 juga menyerang sapi di daerah Bojonegoro dan Madiun, sampai saat ini Anaplasma sp sudah teridentifikasi menginfeksi hampir semua ternak berdarah panas.

B. MORFOLOGI ANAPLASMA SP

Anaplasma sp. berukuran kecil dan berbentuk bulat seperti bola mempunyai diameter 0,5 μm dan berukuran 1-2 μm terletak di pinggir atau di tengah eritrosit dalam satu eritrosit biasanya terdapat satu Anaplasma sp., tetapi jika sudah dalam infeksi tingkat tinggi bisa mencapai empat Anaplasma sp. Dalam satu eritrosit (Seddon, 1966).

Dengan mikroskop cahaya, Anaplasma sp. berbentuk sperikal kecil dengan ukuran 0,2 – 0,5 mikron, dengan pewarnaan Romanowsky nampak berwarna merah gelap di dalam eritrosit. Tidak mempunyai sitoplasma, tetapi secara samar-samar terlihat adanya halo (suatu ruangan halus yang menge lilinginya).

Morfologi secara spesifik Anaplasma Centrale dan Anaplasma Marginale : (Ashadi, 1992).

a) Anaplasma centrale, Jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tengah

eritrosit.

Anaplasma centrale

b) Anaplasma marginale, jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tepi

atau pinggir dinding eritrosit. Anaplasma marginale dapat bertahan hidup

didalam tubuh lalat penghisap darah tidak lebih dari 30 menit, atau 6 jam

setelah penderita mati atau disembelih.

Anaplasma marginale

C. SIKLUS HIDUP

Anaplasma sp. relatif dalam bentuk yang non-patogen , infeksi Anaplasma

sp. secara murni jarang terjadi, biasanya infeksi Anaplasma sp. akan berasamaan

dengan Babesia sp. dan atau Theileria sp.. Anaplasma sp. mempunyai masa

inkubasi yang sama dengan Theileria sp.. Anaplasma sp. Ini diperkirakan

memperbanyak diri dalam eritrosit dengan cara pembelahan ganda dengan

pembentukan 8 badan-badan kecil “initial bodies” yang bulat (Tampubolon, 2004).

Diantaranya yaitu caplak, nyamuk, lalat kandang, dan serangga penggigit. Di

Australia ditemukan 20 species caplak Boophilus microplus yang berperan sebagai

vektor sedangkan di Amerika ditemukan lalat penghisap darah sebagai vektor

(Taylor et al. 2007). Lalat penghisap darah dari famili Tabanidae dilaporkan mampu

menjadi vektor mekanik dari Anaplasma marginale di kawasan Eropa-Timur.

D. HEWAN RENTAN

Anaplasmaosis telah diektahui dapat menyerang hampir semua hewan

berdarah panas, seperti : sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, unta, babi, kuda,

keledai, anjing dan hewan liar lainnya .Pada umumnya hewan tua lebih rentan

dibandingkan hewan muda dan hewan dengan umur lebih dari 6 bulan sangat peka

terhadap penyakit ini. Hewan muda yang mendapat infeksi ringan, setelah tua dapat

bertindak sebagai pembawa penyakit (carrier). Selain umur, bangsa serta asal hewan

mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap babesiosis.

E. PATAGONESIS

Anaplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi

Anaplasma sp. dari filum Ehrlichiaceae. Anaplasma merupakan salah satu jenis

infeksi parasit darah pada anjing dan sapi. Spesies Anaplasma sp. awalnya dianggap

sebagai parasit protozoa, tetapi kemudian pada tahun 2001 klasifikasinya dirubah

dan termasuk dalam golongan rikettsia.Penyakit ini sama seperti Babesia sp. bersifat

intraselular pada sel darah merah. 

Di Indonesia spesies anaplasma sp. yang sering menyerang hewan ialah dari

Anaplasma maginale. Selain itu jenis anaplasma lainya yang menyerang hewan

ialah anaplasma centrale. Anaplasma marginale terjadi di sebagian besar negara

tropis dan subtropis, dan di beberapa daerah yang beriklim sedang (OIE 2010).

Laporan lainya menyebutkan bahwa agen penyebab anaplasmosis pada anjing

umumnya disebabkan oleh infeksi Anaplasma phagocytophilum (Tsachev 2009).

Anaplasma Marginale adalah yang paling patogen pada sapi (Smith B.P).

domba dan kambing hanya sedikit terganggu. Anaplasmosis juga disebut dengan

"kantung kuning" atau "penyakit kuning" karena pada hewan yang terserang akan

menunjukkkan gejala seperti sedang menderita penyakit kuning (jaundice).

Anaplasmosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan setidaknya 40 negara bagian di

Amerika Serikat telah melaporkan keberadaannya (Smith B.P). Penyakit ini

merupakan penyakit yang sudah umum terjadi di Amerika bagian selatan. Kejadian

tertinggi di negarar bagian Virginia sepertinya berpusat pada daerah Piedmont,

Virginia Tengah. Di Virginia, penyakit ini menjadi penting karena menyebabkan

outbreaks pada kawanan sapi, yang berakhir dengan kematina pada sapi dewasa.

Penyakit ini dapat bersifat akut maupun kronis. Infeksi Anaplasma sp.

biasanya ditandai dengan adanya demam, anemia, ikterus, dan kekurusan tanpa

hemoglobinuria. Ada tiga fase penyakit infeksi Anapalasma sp. Kerugian ekonomi

lainnya yaitu abortus, penurunan berat badan, pejantan mandul dan ongkos

perawatan.

Spesies Anaplasma sp. ditularkan baik secara mekanis maupun secara

biologis oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari

Anaplasma sp. melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang

mampu menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu

arthropoda yang dapat menularkan Anaplasma sp. di anjing ialah Rhipicephalus

sanguineus. Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau

transstadial (Tsachev 2009).

Fase awal saat anaplasma pertama kali dapat terinfeksi ialah pada saat 4-18

hari setelah infeksi dengan ukuran tubuhnya berkisar 1-6 µm. Identifikasi agen

anaplasmosisi dapat dilakukan dengan pengamatan pada preparast ulas darah yang

diwarnai dengan pewarna giemsa.

Pada anjing,Fase akut cenderung ringan dan terjadi 1 sampai 3 minggu

setelah anjing tersebut digigit oleh vektor yang terinfeksi. Anaplasma sp. mulai

masuk dalam sel darah merah, hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan

menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi, dan mengakibatkan penurunan sel

darah merah. Anjing dapat menjadi lesu, kurang nafsu makan, dan dapat

menyebabkan pembesaran pada kelenjar getah bening. Demam mungkin ada juga

terjadi. Fase ini jarang mengancam nyawa. Kebanyakan agen Anaplasma sp. akan

hilang sendiri setelah fase satu, tapi beberapa akan melanjutkan ke tahap berikutnya.

Tahap kedua dianggap sebagai "fase subklinis", di mana anjing terlihat

normal. Agen anplasma biasanya bersembunyi di limpa pada fase ini. Hal ini

menyebabkan umum ditemukan pembesaran limpa. Anjing bisa berada pada fase

subklinis selama berbulan-bulan atau bahkan hingga bertahun-tahun. Fase terakhir

adalah fase kronis ketika anjing sakit lagi. Selama fase ini hingga 60% anjing

terinfeksi akan mengalami anemia akibat berkurangnya sel darah merah.

F. EPIDEMOLOGI

Cara Penularan :

Anaplasmosis ditularkan oleh caplak, lalat penghisap darah seperti Tabanus,

Stomoxys dan nyamuk. Selain itu penularan Anaplasma sp. secara mekanik juga

terjadi pada saat pemotongan tanduk, kastrasi menggunakan alat yang sama tanpa

pembersihan terlebih dahulu. Juga penggunaan jarum suntik yang terus menerus

pada saat vaksinasi dan pengambilan darah dapat menularkan Anaplasma sp.. Ada

pun ciri –ciri hewan yang terkena Anaplasma sp. adalah ditandai dengan demam

tinggi, anemia, ichterus tanpa hemoglobinuria, di dalam eritrosit hewan penderita

terdapat agen penyakit yang bentuknya seperti ”titik“ yang disebut Anaplasma sp.,

biasanya yang patogen adalah Anaplasma marginal.  Penyakit ini lebih sering

menyerang ternak sapi dan kerbau.  Anaplasma sp. maupun Piroplasma termasuk

dalam golongan rikettsia yang ditularkan oleh lalat penghisap darah.

Anaplasma Marginale bisa menyebar melalui 2 jalann. Pertama, apabila

secara mekanik sapi peka terkena sel darah merah dari sapi penderita. Hal ini bisa

terjadi melalui, jarum suntik, pemotong tanduk, alat pemasang ear tags, pisau

kastrasi atau alat bedah lain, dan instrumen tato. Penyebaran mekanik juga bisa

terjadi melalui mulut sapi yang terluka karena gigitan serangga, seperti lalat

penggigit. Lalat muka, lalat rumah dan sreangga bukan penggigit lainnya tidak

menyebarkan penyakit ini. Lalat tanduk, meskipun mereka menggigit,

karakteristiknya tidak hinggap dari satu hewan ke hewan lainnya, jadi mereka tidak

ikut menyebarkan penyakit ini. Penyebaran mekanis dari sel darah merah yang telah

terinfeksi harus berlangsung selama beberapa menit setelah sel darah tersebut

meninggalkan hospes terinfeksi, karena parasit darah tidak dapat bertahan hidup

lebih dari beberapa menit di luar hospes mereka.

Kedua, Anaplasma sp. bisa disebarkan melalui vektor biologis. Parasit ini

menerima nutrisi, dan bahkan mungkin bermultiplikasi pada vektor biologi. Vektor

biologi untuk Anaplasmosis adalah Dermacentor, atau kutu kayu. Sekali saja berada

di dalam kutu, parasit ini dapat bertahan tetap hidup dalam siklus kehidupan dari

kutu tersebut dan bisa di sebarkan beberapa bulan kemudian.

Sekali saja sapi rentan terkena infeksi Anaplasma sp., kemudian organisme

ini bermultiplikasi pada laju darah dan menempel pada sel darah merah. Sistem

immunitas hewan kemudian akan menghancurkan sel darah merah yang telah

terinfeksi. Ketika jumlah sel darah merah yang dihancurkan melebihi kapasitas

produksi sel darah merah dalam tubuh hospes tersebut, maka hewan akan tampak

anemis. Membutuhkan waktu sekitar 3 - 6 minggu untuk timbulnya gejala klinis

pada hewan penderita

Walaupun seringnya outbreak anaplasmosis terjadi pada musim semi dan

musim panas, tapi outbreak bisa saja terjadi pada setiap saat. Banyaknya jalur

penyebaran dan banyaknnya hewan yang berpotensi untuk menjadi carrier membuat

sumber outbreak menjadi sulit untuk di ketahui. Jika outbreak terjadi pada musim

panas atau semi, maka sumber infeksi bisa di duga berasal dari vektor serangga.

Jikalau outbreak terjadi setelah 3 - 6 minggu sapi dirawat, maka di duga sapi

tersebut tertular dari sapi yang telah terjangkiti selama proses perawatan. Jika

outbreka terjadi pada waktu yang lainnya, kedatangan sapi baru at5au meningkatnya

faktor stress  harus di pertimbangkan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya

infeksi. Ketika banyak terjadi outbreak, maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hewan carrier pada kawanan sapi mu, atau milik tetangga, karena hewan carrier

adalah sumber infeksi yang efisien.  (eriks et al ). Hewan carrier membawa

anaplasma dalam tubuh mereka, tapi tidak menunjukkan gejala klinis dan mampu

menginfeksi hewan lainnya. Kemudian, hewan yang tampak sakit secara klinis

menjadi sumber penyebaran penyakit ini.

G. PENGENALAN PENYAKIT

Gejala Klinis :

Anaplasmosis adalah kejadian yang tidak biasa karena gejala klinis yang

paling parah terjadi pada ternak yang sudah dewasa. Anak sapi dengan umur kurang

dari satu tahun yang terinfeksi A.Marginale biasanya tidak menunjukkan gejala

klinis, tapi kemudian akan menjadi carrier penyakit. Hewan carrier memiliki

immunitas, sehingga jika dalam perjalanan hidupnya kemudian dia terinfeksi

A.Marginale, biasanya hewan hewan tersebut tidak mudah sakit. Sapi dengan umur

1 - 3 tahun akan menunjukkan gejala klinis yang terus memburuk. Hewan yang

sembuh, kemudian juga akan menjadi carrier. Ternak dengan umur 3 tahun atau

lebih tua jikalau terinfeksi oleh A. Marginale akan menunjukkan gejala klinis yang

parah, dan 30 - 50 % hewan tersebut akan mati jika tidak dirawat dengan segera.

Dengan pengamatan yang seksama, kematian sapi biasanya merupakan

peringatan terhadap kejadian outbreak anaplasmosis. Jikalau dilakukan obeservasi

dengan seksama, kelemahan adalah gejala pertama yang muncul barkaitan dengan

anaplasmosis. Ternak yang terinfeksi akan menyendiri dari kawanannya dan tidak

ada nafsu untuk makan ataupun minum. Sapi yang memiliki karakteristik kulit yang

tipis akan kelihatan pucat pada daerah sekitar mata dan sekitar hidung, dan

kemudian warna tersebut akan berubah menjadi kekuningan ("jaundice"). Warna

kuning ini ("jaundice" =  penyakit kuning) disebabkan oleh penghancuran sel darah

merah dan isi sel darah merah yang di hancurkan tersebut barcampur dengan aliran

darah. Penurunan berat badan terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Sapi akan

menjadi liar (aggressive) pada saat kekurangan oksigen karena anemia yang terjadi.

Kesulitan dalam mendapatkan oksigen pada induk yang sedang bunting akan

mengakibatkan abortus pada janin yang sedang dikandungnya. Konstipasi, demam

tinggi, dan kesulitan bernafas sangat jelas bisa di amati. Periode paling kritis terjadi

pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 9 dari pertama kali gejala klinis muncul.

(Richey dan Palmer : Richey, 1992) sapi yang bisa bertahan dalam periode kritis

tersebut, biasanya memiliki peluang hidup yang lebih baik.

Masa inkubasi 6 – 38 hari dengan gejala bisa : Perakut, akut, Subaku dan

Kronis tergantung dari umur dan status kekebalannya.

1) Perakut, hewan mati beberapa jam setelah memperlihatkan gejala sakit,

biasanya terjadi pada hewan berumur 2 – 3 tahun atau lebih.

2) Akut, gejala yang teramati : gangguan sistem respirasi dan Sirkulasi (demam

(panas tubuh 39,5 – 42,5oC), anemi (kulit dan selaput lendir menjadi kuning

pucat)), pernafasan cepat dan berat, busung disekitar mata, kepala dan leher)

sistim syaraf (jalannya kaku), Gangguan sistim ekresi ( sering kencing dengan

warna urine normal), sistem pencernaan (kadang-kadang terjadi konstivasi

dengan tinja bercampur darah dan lendir), kelenjar pertahanan (kelenjar limfe

membengkak). Gejala umum lainnya : nampak, letih, kurang atau tidak

mememah biak, hilang nafsu makan, rambut kasar. Kejadian biasanya pada

hewan berumur antara 1 – 2 tahun .

3) Subakut sampai Kronis, kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari (4 – 10

hari) disusul dengan demam intermiten dan suhunya jarang melampaui 40oC.

Teramati anemia hebat, kondisi tubuh menurun walaupun kdang-kadang

masih mau makan. Pada hewan bunting dapat terjadi keguguran. Pada anak

sapi sampai umur 1 tahun, biasanya terjadi gejala ringan.

Pada hewan penderita yang tidak menampakkan gejala klinis, Anaplasma sp.

dapat bertahan dalam tubuh sampai 2 tahun, walaupun dalam darah perifer sulit

ditemukan. Jika ada stres, maka hewan tersebut dapat berperan sebagai pembawa

penyakit.

H. KELAINAN PASCA MATI DAN DIAGNOSA BANDING

ORGAN/

JARINGAN

PERUBAHAN ANATOMI

Jantung Membesar dan terdapat titik-titik perdarahan (ptechiae)

Paru - paru Anemik diserta enfisema

Kelenjar

Pertahanan

Limpa, membesar dan lembek, Limfe membesar dan terjadi edema

Ginjal Pembendungan

Hati Membesar, berwarna merah kekuningan atau oranye tua penuh

empedu dan lunak

Usus Gasteroenteritis kataralis

Lainnya Peruban menonjol adalah gambaran darah yang mengalami anemia

dan ikterus. Karkas anemik, kaheksia dan ikterus

Anaplsmosis perakut atau akut menyerupai Anthrax, pneumonia, keracunan,

gangguan pencernaa akut, sampar sapi dan pasteurellosis. Bilamana anemianya

menonjol, maka penyakit ini harus dibedakan dengan leptospirosis dan

haemoglobinuria basiler akut. Adanya demam, anemia dan ikterus, menyebabkan

penyakit ini mudah keliru dengan Babesiosis dan Tripanosomiosis.

I. PERAWATAN

Perawatan terhadap penyakit anaplasmosis paling efektif jika dilakukan

pada saat awal kejadian penyakit. Dosis Tunggal "long Acting" Oxytetracycline

(misal LA-200) diinjeksikan secara subkutan dengan ukuran 9 mg per pon berat

badan. Transfusi darah kadang diperlukan. Hewan yang sakit pada stasium yang

lebih lanjut biasanya tampak sangat anemik, sehingga handling selama pengobatan

hewan tersebut malah akan membuat stress hewan tersebut dan membunuhnya. Juga

terdapat bukti bahwa pengobatan dengan antibiotik pada stadium lanjut ini tidaklah

efektif. (Richey, 1999) Sehingga, tidak di rekomendasikan pengobatab

menggunakan antibiotik pada ternak penderita yang sudah sangat lemah dan tidak

berdaya.  Hubungi dokter hewan segera jika ada dugaan keberadaan anaplasmosis.

Dengan begitu maka diagnosa pasti tentang anaplasmosis dapat segera diketahui dan

metodde treatment (perawatan) terbaik dapat segera dimulai.

Semua hewan yang terpapar terhadap penyakit ini harus di berikan akses

sebebas bebasny terhadap pakan dan air, dan harus ditempatkan pada kandang yang

bebas dari gangguan (faktor stress). Dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk hewan

penderita supaya dapat sembuh. Dan keduanya, baik hewan yang di obat maupun

yang tidak, setelah sembuh akan menjadi carrier. Hewan carrier dapat di bebaskan

dari anaplasma dengan pemberian "long actingZ" Oxytetracycline secara injeksi

denan dmi barengi dengan pemberian Chlortertracycline yang di campur dengan

pakan.

J. PENGENDALIAN

Program pengendalian terhadap anaplasmosis akan berbeda beda tergantung

pada level prevalensi penyakit ini pada setiap area. Prevalensi penyakit ini dapat

dikategorikan sebagai berikut :

Daerah yang terinfeksi berat

Pada beberapa area di suatu negara, anaplasmosis tersebar dengan

meratanya sehingga memiliki kemungkinan 100% hewan pada suatu peternakan

adalah carrier. Hal ini akan mengurangi jumlah kematina pada hewan dewasa

karena  hewan dewasa ini sudah tidak rentan lagi terhadap penyakitini. Hal ini bisa

terjadi secara alami karena hewan terekspose pada saat masih muda dan tidak

menunjukkan gejala kklinis. Terdapat resiko jika pada saat muda hewan tersebut

tidak terekspose terhadap penyakit ini sehingga akan menjadmi rentan pada saat

hewan ini sudha dewasa.

Untuk mencegah agar hewan tidak kebal, hewan dengan umur lebih dari 6

bulan atau hewan yang baru masuk harus terlebih dahulu di berikan vaksinasi

terhadap anaplasmosis yang berarti menjadikan mereka sebagai hewan carrier, atau

dengan mencempurkan chlortetracycline pada pakan, yang mana tidak akan

mencegah infeksi, tapi akan mencegah kematian ternak. Proses vaksi tidak akan

mencegah proses infeksi, namun akan menurunkan level keparahan gejala

klinisnya. Proses vaksinansi dilakukan dengan suntikan vaksinasi yang pertama,

baru kemudian di ulang lagi setelah 4 minggu. Kedua vaksinasi tadi, harus

dilakukan 2 minggu sebelum mulainya musim vektor penyakit ini, dan dari

instruksi pabrik, vaksinasi harus di ulang lagi setiap tahun sekali.

Kekurangan dari program ini adalah adanya peraturan federal yang

mengatur tentang pergerakan hewan carrier anaplasmosis diadalam suatu daerah.

Hewan yang telah di vaksin akan menunjukkan hasil positif ketika di uji, dan

mereka sulit di bedakan dengan hewan yang menderita anaplasmosis yang berasal

dari proses infeksi.  Bagi para peternak sapi atau siapapun yang meperjual belikan

sapi, hewan yang dijual haruslah negatif terhadap anaplasmosis, tapi terlindung dari

penyakit tersebut.Chlortetracycline bisa ditambahkan kedalam campuran mineral

pakan setiap hari untuk mencegah peyakit ini. Tapi, bisa saja sapi masih terinfeksi

dan terdeteksi positif pada uji deteksi anaplasmosis. Hewan hewan carrier ini bisa

dibebaskan dari infeksi anaplasmosis dengan menerapkan sistem penggunaan

antibiotic, tapi kebanyakan akan menunjukkan hasil tes yang positif beberapa bulan

setelah pengobatan, jadi mereka harus di uji +/- terhadap medikasi beberapa bulan

sebelum hewan tersebtu dijual. Mencegah penjualan hewan carrier, selama musim

vektor bisa saja digunakan chlortetracycline dengan dosis yang lebih tinggi. Di

samping itu, haruslah di perhatikan agar hewan yang sedang mengalami treatment

supaya tidak terjual.

Daerah yang terinfeksi sedang

Pada daerah tingkat infeksinya tergolong sedang, terdapat 2 strategi untuk

menganganinya. Pertama, adalah untuk menjaga agar kawanan hewan kita tetap

negatif terhadap anaplasmosis, tetapi juga disertai dengan upaya untuk

membnetengi hewan hewan tesebut terhadap anaplasmosis dengan jalan

mencampurkan chlortetracycline ke dalam pakan, atau dengan injeksi

oxytetracycline menjelang dan selama musim vektor di Virginia, pada umumnya

program penanganan anaplasmosis di tujukan untuk mengeliminasi anaplasma

tersebut dari kawanan ternak yang ada. Satu metode pencegahan adalah dengan

mengendalikan vektor serangga. Walaupun tidak semua serangga dapat di basmi,

namun mengurangi jumlah serangga yang berperean sebagai vektor akan

mengurangi resiko terjadinya outbreak pada kawanan hewan ternak kita.

Penyemprotan secara berkala, tas debu, dan punggung karet  adalah metode

sederhana yang gampang untuk di kerjakan.

Pemilihan padangan bisa jadi sangat membantu. Di atur, sehingga hewan

tersebut pada musim semidan musim panas merumput pada daerah yagn sudha

diketahui memiliki serangga dengan jumlah yang paling rendah (padang rumput

daerah perbukitan), dan ketika musim semi dan hujan, pindahkan mereka untuk

merumput pada padangan yang memiliki jumlah serangga tertinggi pada saat

musim semi dan panas ( padang rumput di sekitar asungai atau kolam )ketika

serangga tersebut sudah tidak ada lagi.Strategi kedua adalah dengan melakukan

vaksinasi pada smua ternak  yang berumur lebihdari 6 bulan. Hal ini akan

melindungi ternak dari infeksi, namun disisi lain, para peternak akan mengalami

kesulitan yang sama dengan para peternak di daerah terinfeksi berat, dalam hal

penjualan ternaknya.

Daerah tidak terinfeksi

Monitoring adalah kegiatan yang bisa dilakukan pada daerah yang tidak

terinfeksi. Perhatikan dengan seksama akan keberadaan gejala klinis anaplasmosis. 

Seorang dokter hewan harus memeriksa seekor sapi yang mati tanpa sebab yang

jelas. Seringkali  yang mengawali peringatan outbreak adalahb kematian sapi.

Sayangnya, seringkali terjadi kematian yang tidak seharusnya dari beberapa sapi

karena diagnosa belum di teguhkan. Rekomendasi untuk melakukan monitoring

juga disertai dengan pengendalian serangga dan apabila ditemukan suatu indikasi

tertentu harus segera di tindak lanjuti.

K. PENGENDALIAN JIKA TERJADI OUTBREAK

Jikalau anaplasmosis sudah hadir dalam peternakan, sangat penting untuk

memiliki manajemen yang konsisten yang di dukung dengan program treatmen

untuk mencegah kejadian outbreak yagn merusak. Sangat essensial untuk bekerja

bersama sama dengan dokter hewan untuk menentukan treatment dan program

pencegahan. Selama terjadi outbreak, hewan yang sakit di treatment seperti yang

telah di jelaskan di atas, dan harus dipisahkan dari kawanannya. Jikala mungkin,

yang terbaik adalah dengan memindahkan hewan yang sehat kek andang lain,

sehingga hewan penderita tidak mengalami sstress vlebih jauh lagi. Semua ternak

harus di uji terhadap keberadaan anaplasmosis.

Sapi yang terinfeksi dalam berjumlah  banyak. Jikalau sudah banyak sapi

yang terinfeksi, terdapat beberapa pilihan :

1. Sapi dipisahkan menjadi 2 golongan, yang belum dan yang telah terinfeksi.

Kekurangan dari sistem ini adalah karena kedua kelompok memiliki  hubungan

kedekatan yang tertutup sehingga memungkinkan terjadinya infeksi silang.

Sistem ini juga membutuhkan majemen yang intensif di tambang dengan

penyimpanan data.

2. Hidup berdampingan dengan anaplasmosis dan melakukan vaksinasi terhadap

ternak yang akan tinggal di peternakan yang yang berumur 6 bulan atau yang

lebih tua walaupun mereka negatif. Hal ini kan menjadi menjadi kendala ketika

ternak ternak tersebut akan dijual, seperti hewan lainnya, bahkan yang masih

muda, akan menjadi positif terhadap keberadaan anaplasma. Hewan dapat

dibersihkan dari anaplasmosis dengan sebuah sistem penggunaan antibiotik,

namun kebanyakan dari hewan tersebut akan memberikan hasil positif ketika di

uji keberadaan anaplasmosis setelah beberapa bulan mengalami treatment, yang

menjadikan kendala ketika akan dijual. Kadangkala, sistem antibiotik ini harus

di ulang agar dapat membersihkan anaplasmosis (smith, et al). Juga, hewan

carrier akan menjadi bersih dari anaplasmosis, sehingga menjadikan mereka

hewan yang rentan terhadap infeksi klinis, sehingga melakukan uji secara

periodik sangat diperlukan.

3. Seluruh kawanan dapat dibersihkan dari anaplasmosis (lihat tabel 1).

Kekurangan dari program ini adalah masalah biaya, dan sistem pencegahan serta

sistem monitoring yang kontinu sangat diperlukan karena ternak dewasa akan

menjadi peka terhadap penyakit ini. Antibiotik prophilaktic bisa saja di

aplikasikan selama musim vektor sepanjang tahun untuk menjaga hewan

menjadi rentan terhadap penyakit.

Sapi yang terinfeksi berjumlah sedikit. Jika terdapat beberap ternak (sedikit)

yang terinfeksi, semua hewan carrier tersebut harus segera di bersihkan dari infeksi.

Lagi, hewan tersebut mungkin sebaiknya di beri  prophylactic antibiotik. Terdapat

kelebihan dan kekurangan pada setiap program pengendalian yang disebutkan di

atas. Strategi yang dipilih ketika terjadi outbreak tidak hanya mempertimabangkan

jumlah hewan yang terinfeksi selama terjadinya outbreak, namun juga angka

prevalensi pada daerah tersebut. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, di Virginia,

hal yang paling di sukai adalah tidak ada kejadian anaplasmosis.

Kawanan ternak yang terbebas dari anaplasmosis memiliki kelebihan yaitu

kemudahan dalam menjualnya dan  ternak dewasa tidak memiliki resik untuk

tertular anaplasmosis dari ternak carrier. Sekali anda memiliki kawanan yang bebas

dari anaplasmosis, maka anda perlu untuk menerapkan standar manajemen

perawatan dan sistem monitoring yang baku. Segala terrnak baru yang masuk harus

berasal dari kawanan yang bebas dari anaplasmosis dan telah menunjukkan hasil

negatif terhadap uji anaplasmosis.  Sistem manajemen terhadap pengontrolan

serangga dan teknik pengelolaan seperti yang telah di jelaskan tadi harus segera di

bakukan.  Sebagai tambahan, bisa di berikan antibiotik melalui suntikan atau dengan

mencampurnya kedalam pakan untuk mencegah hewan menunjukkan gejala klinis

yang parah terhadap penyakit ini.  Dokter hewan memiliki informasi terkini perihal

prevalensi penyakit pada suatu area, dan dapat membantu anda untuk memilih

antibiotik mana yang pas untuk digunakan, baik untuk digunakan sepanjang tahun

atau yang digunakan untuk menghadapi musim serangga. Untuk menjaga status

bebas suatu daerah, setidaknya 20 % dari kawanan ternak harus negatif terhadap uji

pada pengujian yang dilakukan setiap tahun.

L. PENGOBATAN

NO OBAT DOSIS dan APLIKASI

1 Zat warna

a. Trypan blue Larutan 1%, disuntikkan 100-200 ml secara iv

b. Acriflavin Larutan 5% dalam air, disuntikkan 20 ml/hewan, iv

5% dalam citrate, disuntikkan im

c. Euflavin Larutan 5%, disuntikkan 4 – 8 ml/100 kg bb iv

d. Trypaflavin Larutan 2%, disuntikkan 0,8 – 1,4/dewasa

Larutan 2%, disuntikkan 0,25 – 0,5/anak

2 Sediaan Quinolyl

Acaprin (Babesan,Lu

dobal, Pirevan, Zothe

Larutan 5%, disuntikkan 2,2 ml/kg bb secara iv atau

sc

lone)

3 Diamidin aromatik

a. Phenamidine dan

Phentamidine

Larutan 40%, disuntikkan mak. 13,5 mg/kg bb sc

b. Berenil (ganaseg) 3,5 mg/kg bb im atau sc

c. Amicarbalide

(Diampron)

Larutan 50%, disuntikkan 10 mg/kg bb

d. Imidocarb

(Imizol)

Larutan 4,6%, disuntukkan 1 mg/kg bb (babesia

bovis)

0,4 mg/kg bb (untuk babesia bigemina), 3,5 mg/kg

bb ( Anaplasma marginale) im atau sc

4 Antibiotika

Tetracycline

11 mg/kg bb im, sc atau iv (Babesiosis

22 mg/kg bb/hari selama 5 hari (Anaplasmosis)

5 Obat-obat lain

- Haemosporidin

- Novoplasmin

- Thiargen

- Sulfantrol

- Dithiosemicarzone

(gloxazone)

Larutan 2%, 0,25 ml/kg bb

Larutan 10%, disuntikkan 0,1 ml/kg bb

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan klasifikasi Gieszczkiewicz (1939) dalam Souslby (1982)

Anaplasma masih tergolong dalam protozoa, filum Chiliophora, ordo

Ricketsiales famili Ricketsiaceae. Namun, berdasarkan taksonomi terbaru yang

terdaftar dalam Genbank, Anaplasma kini merupakan anggota dari filum

Proteobakteria, kelas Alphaproteobacteria, ordo Rickettsiales, dan famili

Anaplasmataceae (Rymaszewska & Grenda 2008)

Klasifikasi Anaplasma sp. :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Alphaproteobacteria

Ordo : Rickettsiales

Famili : Anaplasmacetae

Genus :  Anaplasma sp.

Spesies :  Anaplasma marginale dan Anaplasma centrale

Habitat : Sel darah merah

Induk semang : Sapi, domba, unta, anjing

Vektor : Caplak Boophilus

Jenis-jenis Anaplasma: Anaplasma bovis, Anaplasma ovis, Anaplasma marginale, Anaplasma centrale, Anaplasma phagotophilum.

Spesies Anaplasma sp. ditularkan baik secara mekanis maupun secara biologis

oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari Anaplasma

sp. melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang mampu

menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu arthropoda

yang dapat menularkan Anaplasma sp. di anjing ialah Rhipicephalus sanguineus.

Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau transstadial

(Tsachev 2009).

B. SARAN

Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari

makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat

menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Astyawati, T. 2005. Bahan Kuliah Protozoologi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Ashadi, G dan S. Partosoedjono. 1992. Penuntun Laboratorim Parasitologi I. Institut

Pertanian Bogor. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.

Brotowidjoyo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme,edisi pertama. Media Sarana Press.

Jakarta.

Direktorat Keswan. 1980. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid II.

Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen

Pertanian. Jakarta.

Hall, R. P. 1980. Disease and Parasites of Livestock in the Tropics. Longman Group

Ltd., London.

Levine, N.D. 1961. Protozoan Parasites of Domestic Animal and of Man. Burgess Publ.

Co. Minneapolis, USA.

Levine, N.D. 1992. Protozoologi Veteriner (terjemahan oleh: Ashadi, G.). Gadjah

Mada University. Press. Yogyakarta.

Subronto. 2006. Protozoologi Veteriner.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tampubolon, M. P. 2004. Protozoologi. Pusat Studi Ilmu Hayati, Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Tsachev I. 2009. Canine Granulotic Anaplasmosis. Trakia Journal of Sciences 7 (1):

68-72.