Upload
risnarisyani
View
134
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PARASITOLOGI
Citation preview
TUGAS KELOMPOK
ANAPLASMA SP.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
BESSE RADITA DEWISARI NUR (O11112003)
RISNA RISYANI (O11112004)
NURUL RESQI HASRAH (O11112
CERDNAWAN (O11112108)
PRODI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Bismillahirrahmaanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan seluruh alam, shalawat beserta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW. Karena atas karunia dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini akan membahas tentang
Anaplasma sp.
Tetapi sangat dimungkinkan dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dalam penyajian materi maupun dalam penulisan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan, demi lebih
baiknya karya yang selanjutnya.
Penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.
Wassalamualaikum, wr. wb
Makassar, 19 November 2013
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Taksonomi Anaplasma sp.
B. Morfologi Anaplasma sp
C. Siklus Hidup
D. Hewan Rentan
E. Patogenesis
F. Epidemologi
G. Pengenalan Penyakit
H. Kelainan Pasca Matidan Diagnosa Banding
I. Perawatan
J. Pengendalian
K. Pengendalian Jika terjadi Outbreak
L. Pengobatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anaplasma sp. merupakan kelompok bakteri yang menyerang sel darah hewan
domestik.Sel darah yang diserang beragam, yaitu eritrosit, monosit, sel granulosit
dan trombosit. Anaplasma sp. merupakan parasit obligat intraseluler, bakteri Gram-
negatif dan hidup di dalam sel darah mamalia. Induk semangnya ialah sapi, kerbau,
kambing, domba, anjing, kuda bahkan manusia,sedangkan yang berperan sebagai
inang antara dalam penyebaran bakteri ini ialah caplak dari famili Ixodidae dan
Amblyommidae. Penyebaran Anaplasma sp. dapat terjadi di daerah tropis, sub
tropis, Eropa selatan, dan Amerika (Ashadi & Handayani 1992).
Anaplasmosis pertama kali dilaporkan menyerang sapi dan kerbau (1897), kemudian pada tahu (1912) di daerah Cileungsi (Bogor) menyerang kerbau. Pada tahun 1918 menyerang sapi di Sumatera Utara dan tahun 1934 juga menyerang sapi di daerah Bojonegoro dan Madiun, sampai saat ini Anaplasma sp sudah teridentifikasi menginfeksi hampir semua ternak berdarah panas.
Spesies Anaplasma sp. ditularkan baik secara mekanis maupun secara
biologis oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari
Anaplasma sp. melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang
mampu menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu
arthropoda yang dapat menularkan Anaplasma sp. di anjing ialah Rhipicephalus
sanguineus. Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau
transstadial (Tsachev 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Anaplasma?
2. Apa jenis-jenis Anaplasma?
3. Bagaimana siklus hidup Anaplasma?
4. Bagaimana patologi Anaplasma?
5. Bagaimana proses pengendalian dan pengobatan jika terinfeksi Anaplasma?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Anaplasma
2. Mengetahui jenis-jenis Anaplasma
3. Mengetahui siklus hidup Anaplasma
4. Mengetahui patologi Anaplasma
5. Mengetahui proses pengendalian dan pengobatan jika terinfeksi Anaplasma
6. Menambah wawasan mengenai Anaplasma sp
BAB II
PEMBAHASAN
A. TOKSONOMI ANAPLASMA SP.
Anaplasma sp. merupakan kelompok bakteri yang menyerang sel darah hewan domestik.Sel darah yang diserang beragam, yaitu eritrosit, monosit, sel granulosit dan trombosit. Anaplasma sp. merupakan parasit obligat intraseluler, bakteri Gram- negatif dan hidup di dalam sel darah mamalia. Induk semangnya ialah sapi, kerbau, kambing, domba, anjing, kuda bahkan manusia,sedangkan yang berperan sebagai inang antara dalam penyebaran bakteri ini ialah caplak dari famili Ixodidae dan Amblyommidae. Penyebaran Anaplasma sp. dapat terjadi di daerah tropis, sub tropis, Eropa selatan, dan Amerika (Ashadi & Handayani 1992).
Berdasarkan klasifikasi Gieszczkiewicz (1939) dalam Souslby (1982) Anaplasma masih tergolong dalam protozoa, filum Chiliophora, ordo Ricketsiales famili Ricketsiaceae. Namun, berdasarkan taksonomi terbaru yang terdaftar dalam Genbank, Anaplasma kini merupakan anggota dari filum Proteobakteria, kelas Alphaproteobacteria, ordo Rickettsiales, dan famili Anaplasmataceae (Rymaszewska & Grenda 2008)
Klasifikasi Anaplasma sp. :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alphaproteobacteria
Ordo : Rickettsiales
Famili : Anaplasmacetae
Genus : Anaplasma sp.
Spesies : Anaplasma marginale dan Anaplasma centrale
Habitat : Sel darah merah
Induk semang : Sapi, domba, unta, anjing
Vektor : Caplak Boophilus
Jenis-Jenis Anaplasma sp.:
Agen Penyebab
Penyakit Inang antara Induk semang
Sel yang
diinfeksi
Anaplasma bovis
Bovine anaplasmosis
Haemaphysalis sp
Rhipichepalus sp
Amblyoma sp
Ruminansia domestik,
ruminansia kecil
Monosit
Anaplasma ovis
Ovine anaplasmosis
Dermatocentor sp
Ixodes sp
Dermatocentor sp
Boophilus
microplus
Ruminansia kecil
Eritrosit
Anaplasma
marginale
Bovine anaplasmosis
Tabanus bovis
(Hornok et al.
2008)
Ixodes sp
Ruminansia domestik
Eritrosit
Anaplasma centrale
Bovine anaplasmosis
Dermatocentor sp
Ruminansia domestik
Eritrosit
Anaplasma
phagotophilum
Granulotic
anaplasmosis
Ixodes sp
Dermatocentor sp
Ruminansia kecil,
ruminansia
Granulosit
domestik,
ruminansia liar, anjing,
kuda, manusia
Canine cyclic
thrombocytopenia
Riphicepalus
sanguensis
Anjing Platelet
Sumber: Rymaszewska & Grenda 2008 dengan beberapa penambahan
Seluruh stadium perkembangan caplak memiliki potensi untuk menyebarkan agen Anaplasma sp. Infeksi pada induk semang terjadi akibat gigitan caplak yang sebelumnya telah menggigit induk semang yang positif Anaplasmosis. Penyebaran akan cepat terjadi pada suatu kawasan yang menejemennya mencampurkan hewan yang positif anaplasmosis dan memiliki infestasi caplak bersamaan dengan hewan sehat lainnya. Anaplasmosis juga diaporkan mampu menyebar melalui kontaminasi silang peralatan pada prosedur dehorning, kastrasi,vasksinasi dan koleksi sampel darah .
Anaplasmosis pertama kali dilaporkan menyerang sapi dan kerbau (1897), kemudian pada tahu (1912) di daerah Cileungsi (Bogor) menyerang kerbau. Pada tahun 1918 menyerang sapi di Sumatera Utara dan tahun 1934 juga menyerang sapi di daerah Bojonegoro dan Madiun, sampai saat ini Anaplasma sp sudah teridentifikasi menginfeksi hampir semua ternak berdarah panas.
B. MORFOLOGI ANAPLASMA SP
Anaplasma sp. berukuran kecil dan berbentuk bulat seperti bola mempunyai diameter 0,5 μm dan berukuran 1-2 μm terletak di pinggir atau di tengah eritrosit dalam satu eritrosit biasanya terdapat satu Anaplasma sp., tetapi jika sudah dalam infeksi tingkat tinggi bisa mencapai empat Anaplasma sp. Dalam satu eritrosit (Seddon, 1966).
Dengan mikroskop cahaya, Anaplasma sp. berbentuk sperikal kecil dengan ukuran 0,2 – 0,5 mikron, dengan pewarnaan Romanowsky nampak berwarna merah gelap di dalam eritrosit. Tidak mempunyai sitoplasma, tetapi secara samar-samar terlihat adanya halo (suatu ruangan halus yang menge lilinginya).
Morfologi secara spesifik Anaplasma Centrale dan Anaplasma Marginale : (Ashadi, 1992).
a) Anaplasma centrale, Jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tengah
eritrosit.
Anaplasma centrale
b) Anaplasma marginale, jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tepi
atau pinggir dinding eritrosit. Anaplasma marginale dapat bertahan hidup
didalam tubuh lalat penghisap darah tidak lebih dari 30 menit, atau 6 jam
setelah penderita mati atau disembelih.
Anaplasma marginale
C. SIKLUS HIDUP
Anaplasma sp. relatif dalam bentuk yang non-patogen , infeksi Anaplasma
sp. secara murni jarang terjadi, biasanya infeksi Anaplasma sp. akan berasamaan
dengan Babesia sp. dan atau Theileria sp.. Anaplasma sp. mempunyai masa
inkubasi yang sama dengan Theileria sp.. Anaplasma sp. Ini diperkirakan
memperbanyak diri dalam eritrosit dengan cara pembelahan ganda dengan
pembentukan 8 badan-badan kecil “initial bodies” yang bulat (Tampubolon, 2004).
Diantaranya yaitu caplak, nyamuk, lalat kandang, dan serangga penggigit. Di
Australia ditemukan 20 species caplak Boophilus microplus yang berperan sebagai
vektor sedangkan di Amerika ditemukan lalat penghisap darah sebagai vektor
(Taylor et al. 2007). Lalat penghisap darah dari famili Tabanidae dilaporkan mampu
menjadi vektor mekanik dari Anaplasma marginale di kawasan Eropa-Timur.
D. HEWAN RENTAN
Anaplasmaosis telah diektahui dapat menyerang hampir semua hewan
berdarah panas, seperti : sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, unta, babi, kuda,
keledai, anjing dan hewan liar lainnya .Pada umumnya hewan tua lebih rentan
dibandingkan hewan muda dan hewan dengan umur lebih dari 6 bulan sangat peka
terhadap penyakit ini. Hewan muda yang mendapat infeksi ringan, setelah tua dapat
bertindak sebagai pembawa penyakit (carrier). Selain umur, bangsa serta asal hewan
mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap babesiosis.
E. PATAGONESIS
Anaplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi
Anaplasma sp. dari filum Ehrlichiaceae. Anaplasma merupakan salah satu jenis
infeksi parasit darah pada anjing dan sapi. Spesies Anaplasma sp. awalnya dianggap
sebagai parasit protozoa, tetapi kemudian pada tahun 2001 klasifikasinya dirubah
dan termasuk dalam golongan rikettsia.Penyakit ini sama seperti Babesia sp. bersifat
intraselular pada sel darah merah.
Di Indonesia spesies anaplasma sp. yang sering menyerang hewan ialah dari
Anaplasma maginale. Selain itu jenis anaplasma lainya yang menyerang hewan
ialah anaplasma centrale. Anaplasma marginale terjadi di sebagian besar negara
tropis dan subtropis, dan di beberapa daerah yang beriklim sedang (OIE 2010).
Laporan lainya menyebutkan bahwa agen penyebab anaplasmosis pada anjing
umumnya disebabkan oleh infeksi Anaplasma phagocytophilum (Tsachev 2009).
Anaplasma Marginale adalah yang paling patogen pada sapi (Smith B.P).
domba dan kambing hanya sedikit terganggu. Anaplasmosis juga disebut dengan
"kantung kuning" atau "penyakit kuning" karena pada hewan yang terserang akan
menunjukkkan gejala seperti sedang menderita penyakit kuning (jaundice).
Anaplasmosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan setidaknya 40 negara bagian di
Amerika Serikat telah melaporkan keberadaannya (Smith B.P). Penyakit ini
merupakan penyakit yang sudah umum terjadi di Amerika bagian selatan. Kejadian
tertinggi di negarar bagian Virginia sepertinya berpusat pada daerah Piedmont,
Virginia Tengah. Di Virginia, penyakit ini menjadi penting karena menyebabkan
outbreaks pada kawanan sapi, yang berakhir dengan kematina pada sapi dewasa.
Penyakit ini dapat bersifat akut maupun kronis. Infeksi Anaplasma sp.
biasanya ditandai dengan adanya demam, anemia, ikterus, dan kekurusan tanpa
hemoglobinuria. Ada tiga fase penyakit infeksi Anapalasma sp. Kerugian ekonomi
lainnya yaitu abortus, penurunan berat badan, pejantan mandul dan ongkos
perawatan.
Spesies Anaplasma sp. ditularkan baik secara mekanis maupun secara
biologis oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari
Anaplasma sp. melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang
mampu menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu
arthropoda yang dapat menularkan Anaplasma sp. di anjing ialah Rhipicephalus
sanguineus. Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau
transstadial (Tsachev 2009).
Fase awal saat anaplasma pertama kali dapat terinfeksi ialah pada saat 4-18
hari setelah infeksi dengan ukuran tubuhnya berkisar 1-6 µm. Identifikasi agen
anaplasmosisi dapat dilakukan dengan pengamatan pada preparast ulas darah yang
diwarnai dengan pewarna giemsa.
Pada anjing,Fase akut cenderung ringan dan terjadi 1 sampai 3 minggu
setelah anjing tersebut digigit oleh vektor yang terinfeksi. Anaplasma sp. mulai
masuk dalam sel darah merah, hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan
menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi, dan mengakibatkan penurunan sel
darah merah. Anjing dapat menjadi lesu, kurang nafsu makan, dan dapat
menyebabkan pembesaran pada kelenjar getah bening. Demam mungkin ada juga
terjadi. Fase ini jarang mengancam nyawa. Kebanyakan agen Anaplasma sp. akan
hilang sendiri setelah fase satu, tapi beberapa akan melanjutkan ke tahap berikutnya.
Tahap kedua dianggap sebagai "fase subklinis", di mana anjing terlihat
normal. Agen anplasma biasanya bersembunyi di limpa pada fase ini. Hal ini
menyebabkan umum ditemukan pembesaran limpa. Anjing bisa berada pada fase
subklinis selama berbulan-bulan atau bahkan hingga bertahun-tahun. Fase terakhir
adalah fase kronis ketika anjing sakit lagi. Selama fase ini hingga 60% anjing
terinfeksi akan mengalami anemia akibat berkurangnya sel darah merah.
F. EPIDEMOLOGI
Cara Penularan :
Anaplasmosis ditularkan oleh caplak, lalat penghisap darah seperti Tabanus,
Stomoxys dan nyamuk. Selain itu penularan Anaplasma sp. secara mekanik juga
terjadi pada saat pemotongan tanduk, kastrasi menggunakan alat yang sama tanpa
pembersihan terlebih dahulu. Juga penggunaan jarum suntik yang terus menerus
pada saat vaksinasi dan pengambilan darah dapat menularkan Anaplasma sp.. Ada
pun ciri –ciri hewan yang terkena Anaplasma sp. adalah ditandai dengan demam
tinggi, anemia, ichterus tanpa hemoglobinuria, di dalam eritrosit hewan penderita
terdapat agen penyakit yang bentuknya seperti ”titik“ yang disebut Anaplasma sp.,
biasanya yang patogen adalah Anaplasma marginal. Penyakit ini lebih sering
menyerang ternak sapi dan kerbau. Anaplasma sp. maupun Piroplasma termasuk
dalam golongan rikettsia yang ditularkan oleh lalat penghisap darah.
Anaplasma Marginale bisa menyebar melalui 2 jalann. Pertama, apabila
secara mekanik sapi peka terkena sel darah merah dari sapi penderita. Hal ini bisa
terjadi melalui, jarum suntik, pemotong tanduk, alat pemasang ear tags, pisau
kastrasi atau alat bedah lain, dan instrumen tato. Penyebaran mekanik juga bisa
terjadi melalui mulut sapi yang terluka karena gigitan serangga, seperti lalat
penggigit. Lalat muka, lalat rumah dan sreangga bukan penggigit lainnya tidak
menyebarkan penyakit ini. Lalat tanduk, meskipun mereka menggigit,
karakteristiknya tidak hinggap dari satu hewan ke hewan lainnya, jadi mereka tidak
ikut menyebarkan penyakit ini. Penyebaran mekanis dari sel darah merah yang telah
terinfeksi harus berlangsung selama beberapa menit setelah sel darah tersebut
meninggalkan hospes terinfeksi, karena parasit darah tidak dapat bertahan hidup
lebih dari beberapa menit di luar hospes mereka.
Kedua, Anaplasma sp. bisa disebarkan melalui vektor biologis. Parasit ini
menerima nutrisi, dan bahkan mungkin bermultiplikasi pada vektor biologi. Vektor
biologi untuk Anaplasmosis adalah Dermacentor, atau kutu kayu. Sekali saja berada
di dalam kutu, parasit ini dapat bertahan tetap hidup dalam siklus kehidupan dari
kutu tersebut dan bisa di sebarkan beberapa bulan kemudian.
Sekali saja sapi rentan terkena infeksi Anaplasma sp., kemudian organisme
ini bermultiplikasi pada laju darah dan menempel pada sel darah merah. Sistem
immunitas hewan kemudian akan menghancurkan sel darah merah yang telah
terinfeksi. Ketika jumlah sel darah merah yang dihancurkan melebihi kapasitas
produksi sel darah merah dalam tubuh hospes tersebut, maka hewan akan tampak
anemis. Membutuhkan waktu sekitar 3 - 6 minggu untuk timbulnya gejala klinis
pada hewan penderita
Walaupun seringnya outbreak anaplasmosis terjadi pada musim semi dan
musim panas, tapi outbreak bisa saja terjadi pada setiap saat. Banyaknya jalur
penyebaran dan banyaknnya hewan yang berpotensi untuk menjadi carrier membuat
sumber outbreak menjadi sulit untuk di ketahui. Jika outbreak terjadi pada musim
panas atau semi, maka sumber infeksi bisa di duga berasal dari vektor serangga.
Jikalau outbreak terjadi setelah 3 - 6 minggu sapi dirawat, maka di duga sapi
tersebut tertular dari sapi yang telah terjangkiti selama proses perawatan. Jika
outbreka terjadi pada waktu yang lainnya, kedatangan sapi baru at5au meningkatnya
faktor stress harus di pertimbangkan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya
infeksi. Ketika banyak terjadi outbreak, maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hewan carrier pada kawanan sapi mu, atau milik tetangga, karena hewan carrier
adalah sumber infeksi yang efisien. (eriks et al ). Hewan carrier membawa
anaplasma dalam tubuh mereka, tapi tidak menunjukkan gejala klinis dan mampu
menginfeksi hewan lainnya. Kemudian, hewan yang tampak sakit secara klinis
menjadi sumber penyebaran penyakit ini.
G. PENGENALAN PENYAKIT
Gejala Klinis :
Anaplasmosis adalah kejadian yang tidak biasa karena gejala klinis yang
paling parah terjadi pada ternak yang sudah dewasa. Anak sapi dengan umur kurang
dari satu tahun yang terinfeksi A.Marginale biasanya tidak menunjukkan gejala
klinis, tapi kemudian akan menjadi carrier penyakit. Hewan carrier memiliki
immunitas, sehingga jika dalam perjalanan hidupnya kemudian dia terinfeksi
A.Marginale, biasanya hewan hewan tersebut tidak mudah sakit. Sapi dengan umur
1 - 3 tahun akan menunjukkan gejala klinis yang terus memburuk. Hewan yang
sembuh, kemudian juga akan menjadi carrier. Ternak dengan umur 3 tahun atau
lebih tua jikalau terinfeksi oleh A. Marginale akan menunjukkan gejala klinis yang
parah, dan 30 - 50 % hewan tersebut akan mati jika tidak dirawat dengan segera.
Dengan pengamatan yang seksama, kematian sapi biasanya merupakan
peringatan terhadap kejadian outbreak anaplasmosis. Jikalau dilakukan obeservasi
dengan seksama, kelemahan adalah gejala pertama yang muncul barkaitan dengan
anaplasmosis. Ternak yang terinfeksi akan menyendiri dari kawanannya dan tidak
ada nafsu untuk makan ataupun minum. Sapi yang memiliki karakteristik kulit yang
tipis akan kelihatan pucat pada daerah sekitar mata dan sekitar hidung, dan
kemudian warna tersebut akan berubah menjadi kekuningan ("jaundice"). Warna
kuning ini ("jaundice" = penyakit kuning) disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah dan isi sel darah merah yang di hancurkan tersebut barcampur dengan aliran
darah. Penurunan berat badan terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Sapi akan
menjadi liar (aggressive) pada saat kekurangan oksigen karena anemia yang terjadi.
Kesulitan dalam mendapatkan oksigen pada induk yang sedang bunting akan
mengakibatkan abortus pada janin yang sedang dikandungnya. Konstipasi, demam
tinggi, dan kesulitan bernafas sangat jelas bisa di amati. Periode paling kritis terjadi
pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 9 dari pertama kali gejala klinis muncul.
(Richey dan Palmer : Richey, 1992) sapi yang bisa bertahan dalam periode kritis
tersebut, biasanya memiliki peluang hidup yang lebih baik.
Masa inkubasi 6 – 38 hari dengan gejala bisa : Perakut, akut, Subaku dan
Kronis tergantung dari umur dan status kekebalannya.
1) Perakut, hewan mati beberapa jam setelah memperlihatkan gejala sakit,
biasanya terjadi pada hewan berumur 2 – 3 tahun atau lebih.
2) Akut, gejala yang teramati : gangguan sistem respirasi dan Sirkulasi (demam
(panas tubuh 39,5 – 42,5oC), anemi (kulit dan selaput lendir menjadi kuning
pucat)), pernafasan cepat dan berat, busung disekitar mata, kepala dan leher)
sistim syaraf (jalannya kaku), Gangguan sistim ekresi ( sering kencing dengan
warna urine normal), sistem pencernaan (kadang-kadang terjadi konstivasi
dengan tinja bercampur darah dan lendir), kelenjar pertahanan (kelenjar limfe
membengkak). Gejala umum lainnya : nampak, letih, kurang atau tidak
mememah biak, hilang nafsu makan, rambut kasar. Kejadian biasanya pada
hewan berumur antara 1 – 2 tahun .
3) Subakut sampai Kronis, kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari (4 – 10
hari) disusul dengan demam intermiten dan suhunya jarang melampaui 40oC.
Teramati anemia hebat, kondisi tubuh menurun walaupun kdang-kadang
masih mau makan. Pada hewan bunting dapat terjadi keguguran. Pada anak
sapi sampai umur 1 tahun, biasanya terjadi gejala ringan.
Pada hewan penderita yang tidak menampakkan gejala klinis, Anaplasma sp.
dapat bertahan dalam tubuh sampai 2 tahun, walaupun dalam darah perifer sulit
ditemukan. Jika ada stres, maka hewan tersebut dapat berperan sebagai pembawa
penyakit.
H. KELAINAN PASCA MATI DAN DIAGNOSA BANDING
ORGAN/
JARINGAN
PERUBAHAN ANATOMI
Jantung Membesar dan terdapat titik-titik perdarahan (ptechiae)
Paru - paru Anemik diserta enfisema
Kelenjar
Pertahanan
Limpa, membesar dan lembek, Limfe membesar dan terjadi edema
Ginjal Pembendungan
Hati Membesar, berwarna merah kekuningan atau oranye tua penuh
empedu dan lunak
Usus Gasteroenteritis kataralis
Lainnya Peruban menonjol adalah gambaran darah yang mengalami anemia
dan ikterus. Karkas anemik, kaheksia dan ikterus
Anaplsmosis perakut atau akut menyerupai Anthrax, pneumonia, keracunan,
gangguan pencernaa akut, sampar sapi dan pasteurellosis. Bilamana anemianya
menonjol, maka penyakit ini harus dibedakan dengan leptospirosis dan
haemoglobinuria basiler akut. Adanya demam, anemia dan ikterus, menyebabkan
penyakit ini mudah keliru dengan Babesiosis dan Tripanosomiosis.
I. PERAWATAN
Perawatan terhadap penyakit anaplasmosis paling efektif jika dilakukan
pada saat awal kejadian penyakit. Dosis Tunggal "long Acting" Oxytetracycline
(misal LA-200) diinjeksikan secara subkutan dengan ukuran 9 mg per pon berat
badan. Transfusi darah kadang diperlukan. Hewan yang sakit pada stasium yang
lebih lanjut biasanya tampak sangat anemik, sehingga handling selama pengobatan
hewan tersebut malah akan membuat stress hewan tersebut dan membunuhnya. Juga
terdapat bukti bahwa pengobatan dengan antibiotik pada stadium lanjut ini tidaklah
efektif. (Richey, 1999) Sehingga, tidak di rekomendasikan pengobatab
menggunakan antibiotik pada ternak penderita yang sudah sangat lemah dan tidak
berdaya. Hubungi dokter hewan segera jika ada dugaan keberadaan anaplasmosis.
Dengan begitu maka diagnosa pasti tentang anaplasmosis dapat segera diketahui dan
metodde treatment (perawatan) terbaik dapat segera dimulai.
Semua hewan yang terpapar terhadap penyakit ini harus di berikan akses
sebebas bebasny terhadap pakan dan air, dan harus ditempatkan pada kandang yang
bebas dari gangguan (faktor stress). Dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk hewan
penderita supaya dapat sembuh. Dan keduanya, baik hewan yang di obat maupun
yang tidak, setelah sembuh akan menjadi carrier. Hewan carrier dapat di bebaskan
dari anaplasma dengan pemberian "long actingZ" Oxytetracycline secara injeksi
denan dmi barengi dengan pemberian Chlortertracycline yang di campur dengan
pakan.
J. PENGENDALIAN
Program pengendalian terhadap anaplasmosis akan berbeda beda tergantung
pada level prevalensi penyakit ini pada setiap area. Prevalensi penyakit ini dapat
dikategorikan sebagai berikut :
Daerah yang terinfeksi berat
Pada beberapa area di suatu negara, anaplasmosis tersebar dengan
meratanya sehingga memiliki kemungkinan 100% hewan pada suatu peternakan
adalah carrier. Hal ini akan mengurangi jumlah kematina pada hewan dewasa
karena hewan dewasa ini sudah tidak rentan lagi terhadap penyakitini. Hal ini bisa
terjadi secara alami karena hewan terekspose pada saat masih muda dan tidak
menunjukkan gejala kklinis. Terdapat resiko jika pada saat muda hewan tersebut
tidak terekspose terhadap penyakit ini sehingga akan menjadmi rentan pada saat
hewan ini sudha dewasa.
Untuk mencegah agar hewan tidak kebal, hewan dengan umur lebih dari 6
bulan atau hewan yang baru masuk harus terlebih dahulu di berikan vaksinasi
terhadap anaplasmosis yang berarti menjadikan mereka sebagai hewan carrier, atau
dengan mencempurkan chlortetracycline pada pakan, yang mana tidak akan
mencegah infeksi, tapi akan mencegah kematian ternak. Proses vaksi tidak akan
mencegah proses infeksi, namun akan menurunkan level keparahan gejala
klinisnya. Proses vaksinansi dilakukan dengan suntikan vaksinasi yang pertama,
baru kemudian di ulang lagi setelah 4 minggu. Kedua vaksinasi tadi, harus
dilakukan 2 minggu sebelum mulainya musim vektor penyakit ini, dan dari
instruksi pabrik, vaksinasi harus di ulang lagi setiap tahun sekali.
Kekurangan dari program ini adalah adanya peraturan federal yang
mengatur tentang pergerakan hewan carrier anaplasmosis diadalam suatu daerah.
Hewan yang telah di vaksin akan menunjukkan hasil positif ketika di uji, dan
mereka sulit di bedakan dengan hewan yang menderita anaplasmosis yang berasal
dari proses infeksi. Bagi para peternak sapi atau siapapun yang meperjual belikan
sapi, hewan yang dijual haruslah negatif terhadap anaplasmosis, tapi terlindung dari
penyakit tersebut.Chlortetracycline bisa ditambahkan kedalam campuran mineral
pakan setiap hari untuk mencegah peyakit ini. Tapi, bisa saja sapi masih terinfeksi
dan terdeteksi positif pada uji deteksi anaplasmosis. Hewan hewan carrier ini bisa
dibebaskan dari infeksi anaplasmosis dengan menerapkan sistem penggunaan
antibiotic, tapi kebanyakan akan menunjukkan hasil tes yang positif beberapa bulan
setelah pengobatan, jadi mereka harus di uji +/- terhadap medikasi beberapa bulan
sebelum hewan tersebtu dijual. Mencegah penjualan hewan carrier, selama musim
vektor bisa saja digunakan chlortetracycline dengan dosis yang lebih tinggi. Di
samping itu, haruslah di perhatikan agar hewan yang sedang mengalami treatment
supaya tidak terjual.
Daerah yang terinfeksi sedang
Pada daerah tingkat infeksinya tergolong sedang, terdapat 2 strategi untuk
menganganinya. Pertama, adalah untuk menjaga agar kawanan hewan kita tetap
negatif terhadap anaplasmosis, tetapi juga disertai dengan upaya untuk
membnetengi hewan hewan tesebut terhadap anaplasmosis dengan jalan
mencampurkan chlortetracycline ke dalam pakan, atau dengan injeksi
oxytetracycline menjelang dan selama musim vektor di Virginia, pada umumnya
program penanganan anaplasmosis di tujukan untuk mengeliminasi anaplasma
tersebut dari kawanan ternak yang ada. Satu metode pencegahan adalah dengan
mengendalikan vektor serangga. Walaupun tidak semua serangga dapat di basmi,
namun mengurangi jumlah serangga yang berperean sebagai vektor akan
mengurangi resiko terjadinya outbreak pada kawanan hewan ternak kita.
Penyemprotan secara berkala, tas debu, dan punggung karet adalah metode
sederhana yang gampang untuk di kerjakan.
Pemilihan padangan bisa jadi sangat membantu. Di atur, sehingga hewan
tersebut pada musim semidan musim panas merumput pada daerah yagn sudha
diketahui memiliki serangga dengan jumlah yang paling rendah (padang rumput
daerah perbukitan), dan ketika musim semi dan hujan, pindahkan mereka untuk
merumput pada padangan yang memiliki jumlah serangga tertinggi pada saat
musim semi dan panas ( padang rumput di sekitar asungai atau kolam )ketika
serangga tersebut sudah tidak ada lagi.Strategi kedua adalah dengan melakukan
vaksinasi pada smua ternak yang berumur lebihdari 6 bulan. Hal ini akan
melindungi ternak dari infeksi, namun disisi lain, para peternak akan mengalami
kesulitan yang sama dengan para peternak di daerah terinfeksi berat, dalam hal
penjualan ternaknya.
Daerah tidak terinfeksi
Monitoring adalah kegiatan yang bisa dilakukan pada daerah yang tidak
terinfeksi. Perhatikan dengan seksama akan keberadaan gejala klinis anaplasmosis.
Seorang dokter hewan harus memeriksa seekor sapi yang mati tanpa sebab yang
jelas. Seringkali yang mengawali peringatan outbreak adalahb kematian sapi.
Sayangnya, seringkali terjadi kematian yang tidak seharusnya dari beberapa sapi
karena diagnosa belum di teguhkan. Rekomendasi untuk melakukan monitoring
juga disertai dengan pengendalian serangga dan apabila ditemukan suatu indikasi
tertentu harus segera di tindak lanjuti.
K. PENGENDALIAN JIKA TERJADI OUTBREAK
Jikalau anaplasmosis sudah hadir dalam peternakan, sangat penting untuk
memiliki manajemen yang konsisten yang di dukung dengan program treatmen
untuk mencegah kejadian outbreak yagn merusak. Sangat essensial untuk bekerja
bersama sama dengan dokter hewan untuk menentukan treatment dan program
pencegahan. Selama terjadi outbreak, hewan yang sakit di treatment seperti yang
telah di jelaskan di atas, dan harus dipisahkan dari kawanannya. Jikala mungkin,
yang terbaik adalah dengan memindahkan hewan yang sehat kek andang lain,
sehingga hewan penderita tidak mengalami sstress vlebih jauh lagi. Semua ternak
harus di uji terhadap keberadaan anaplasmosis.
Sapi yang terinfeksi dalam berjumlah banyak. Jikalau sudah banyak sapi
yang terinfeksi, terdapat beberapa pilihan :
1. Sapi dipisahkan menjadi 2 golongan, yang belum dan yang telah terinfeksi.
Kekurangan dari sistem ini adalah karena kedua kelompok memiliki hubungan
kedekatan yang tertutup sehingga memungkinkan terjadinya infeksi silang.
Sistem ini juga membutuhkan majemen yang intensif di tambang dengan
penyimpanan data.
2. Hidup berdampingan dengan anaplasmosis dan melakukan vaksinasi terhadap
ternak yang akan tinggal di peternakan yang yang berumur 6 bulan atau yang
lebih tua walaupun mereka negatif. Hal ini kan menjadi menjadi kendala ketika
ternak ternak tersebut akan dijual, seperti hewan lainnya, bahkan yang masih
muda, akan menjadi positif terhadap keberadaan anaplasma. Hewan dapat
dibersihkan dari anaplasmosis dengan sebuah sistem penggunaan antibiotik,
namun kebanyakan dari hewan tersebut akan memberikan hasil positif ketika di
uji keberadaan anaplasmosis setelah beberapa bulan mengalami treatment, yang
menjadikan kendala ketika akan dijual. Kadangkala, sistem antibiotik ini harus
di ulang agar dapat membersihkan anaplasmosis (smith, et al). Juga, hewan
carrier akan menjadi bersih dari anaplasmosis, sehingga menjadikan mereka
hewan yang rentan terhadap infeksi klinis, sehingga melakukan uji secara
periodik sangat diperlukan.
3. Seluruh kawanan dapat dibersihkan dari anaplasmosis (lihat tabel 1).
Kekurangan dari program ini adalah masalah biaya, dan sistem pencegahan serta
sistem monitoring yang kontinu sangat diperlukan karena ternak dewasa akan
menjadi peka terhadap penyakit ini. Antibiotik prophilaktic bisa saja di
aplikasikan selama musim vektor sepanjang tahun untuk menjaga hewan
menjadi rentan terhadap penyakit.
Sapi yang terinfeksi berjumlah sedikit. Jika terdapat beberap ternak (sedikit)
yang terinfeksi, semua hewan carrier tersebut harus segera di bersihkan dari infeksi.
Lagi, hewan tersebut mungkin sebaiknya di beri prophylactic antibiotik. Terdapat
kelebihan dan kekurangan pada setiap program pengendalian yang disebutkan di
atas. Strategi yang dipilih ketika terjadi outbreak tidak hanya mempertimabangkan
jumlah hewan yang terinfeksi selama terjadinya outbreak, namun juga angka
prevalensi pada daerah tersebut. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, di Virginia,
hal yang paling di sukai adalah tidak ada kejadian anaplasmosis.
Kawanan ternak yang terbebas dari anaplasmosis memiliki kelebihan yaitu
kemudahan dalam menjualnya dan ternak dewasa tidak memiliki resik untuk
tertular anaplasmosis dari ternak carrier. Sekali anda memiliki kawanan yang bebas
dari anaplasmosis, maka anda perlu untuk menerapkan standar manajemen
perawatan dan sistem monitoring yang baku. Segala terrnak baru yang masuk harus
berasal dari kawanan yang bebas dari anaplasmosis dan telah menunjukkan hasil
negatif terhadap uji anaplasmosis. Sistem manajemen terhadap pengontrolan
serangga dan teknik pengelolaan seperti yang telah di jelaskan tadi harus segera di
bakukan. Sebagai tambahan, bisa di berikan antibiotik melalui suntikan atau dengan
mencampurnya kedalam pakan untuk mencegah hewan menunjukkan gejala klinis
yang parah terhadap penyakit ini. Dokter hewan memiliki informasi terkini perihal
prevalensi penyakit pada suatu area, dan dapat membantu anda untuk memilih
antibiotik mana yang pas untuk digunakan, baik untuk digunakan sepanjang tahun
atau yang digunakan untuk menghadapi musim serangga. Untuk menjaga status
bebas suatu daerah, setidaknya 20 % dari kawanan ternak harus negatif terhadap uji
pada pengujian yang dilakukan setiap tahun.
L. PENGOBATAN
NO OBAT DOSIS dan APLIKASI
1 Zat warna
a. Trypan blue Larutan 1%, disuntikkan 100-200 ml secara iv
b. Acriflavin Larutan 5% dalam air, disuntikkan 20 ml/hewan, iv
5% dalam citrate, disuntikkan im
c. Euflavin Larutan 5%, disuntikkan 4 – 8 ml/100 kg bb iv
d. Trypaflavin Larutan 2%, disuntikkan 0,8 – 1,4/dewasa
Larutan 2%, disuntikkan 0,25 – 0,5/anak
2 Sediaan Quinolyl
Acaprin (Babesan,Lu
dobal, Pirevan, Zothe
Larutan 5%, disuntikkan 2,2 ml/kg bb secara iv atau
sc
lone)
3 Diamidin aromatik
a. Phenamidine dan
Phentamidine
Larutan 40%, disuntikkan mak. 13,5 mg/kg bb sc
b. Berenil (ganaseg) 3,5 mg/kg bb im atau sc
c. Amicarbalide
(Diampron)
Larutan 50%, disuntikkan 10 mg/kg bb
d. Imidocarb
(Imizol)
Larutan 4,6%, disuntukkan 1 mg/kg bb (babesia
bovis)
0,4 mg/kg bb (untuk babesia bigemina), 3,5 mg/kg
bb ( Anaplasma marginale) im atau sc
4 Antibiotika
Tetracycline
11 mg/kg bb im, sc atau iv (Babesiosis
22 mg/kg bb/hari selama 5 hari (Anaplasmosis)
5 Obat-obat lain
- Haemosporidin
- Novoplasmin
- Thiargen
- Sulfantrol
- Dithiosemicarzone
(gloxazone)
Larutan 2%, 0,25 ml/kg bb
Larutan 10%, disuntikkan 0,1 ml/kg bb
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan klasifikasi Gieszczkiewicz (1939) dalam Souslby (1982)
Anaplasma masih tergolong dalam protozoa, filum Chiliophora, ordo
Ricketsiales famili Ricketsiaceae. Namun, berdasarkan taksonomi terbaru yang
terdaftar dalam Genbank, Anaplasma kini merupakan anggota dari filum
Proteobakteria, kelas Alphaproteobacteria, ordo Rickettsiales, dan famili
Anaplasmataceae (Rymaszewska & Grenda 2008)
Klasifikasi Anaplasma sp. :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alphaproteobacteria
Ordo : Rickettsiales
Famili : Anaplasmacetae
Genus : Anaplasma sp.
Spesies : Anaplasma marginale dan Anaplasma centrale
Habitat : Sel darah merah
Induk semang : Sapi, domba, unta, anjing
Vektor : Caplak Boophilus
Jenis-jenis Anaplasma: Anaplasma bovis, Anaplasma ovis, Anaplasma marginale, Anaplasma centrale, Anaplasma phagotophilum.
Spesies Anaplasma sp. ditularkan baik secara mekanis maupun secara biologis
oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari Anaplasma
sp. melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang mampu
menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu arthropoda
yang dapat menularkan Anaplasma sp. di anjing ialah Rhipicephalus sanguineus.
Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau transstadial
(Tsachev 2009).
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat
menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Astyawati, T. 2005. Bahan Kuliah Protozoologi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor
Ashadi, G dan S. Partosoedjono. 1992. Penuntun Laboratorim Parasitologi I. Institut
Pertanian Bogor. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.
Brotowidjoyo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme,edisi pertama. Media Sarana Press.
Jakarta.
Direktorat Keswan. 1980. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid II.
Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen
Pertanian. Jakarta.
Hall, R. P. 1980. Disease and Parasites of Livestock in the Tropics. Longman Group
Ltd., London.
Levine, N.D. 1961. Protozoan Parasites of Domestic Animal and of Man. Burgess Publ.
Co. Minneapolis, USA.
Levine, N.D. 1992. Protozoologi Veteriner (terjemahan oleh: Ashadi, G.). Gadjah
Mada University. Press. Yogyakarta.
Subronto. 2006. Protozoologi Veteriner.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tampubolon, M. P. 2004. Protozoologi. Pusat Studi Ilmu Hayati, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Tsachev I. 2009. Canine Granulotic Anaplasmosis. Trakia Journal of Sciences 7 (1):
68-72.