25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum masa krisis moneter 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat, kurs rupiah cenderung relatif stabil. Demikian pula iklim investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun penanaman Modal asing (PMA) meningkat terus menerus. Stabilnya nilai rupiah ini membuat para investor dan pemerintah selaku pihak yang berperan besar dalam pembangunan ekonomi cenderung mengabaikan pinjaman terhadap mata uang asing, khususnya Dollar Amerika Serikat. Dengan tidak adanya perlindungan terhadap rupiah itu, belakangan membawa dampak yang kurang baik pada saat terjadinya resesi ekonomi secara global pada tahun 1998. Permasalahan krisis moneter ini bermula dari gonjang-ganjing krisis di sejumlah negara- negara Asia, seperti Jepang, Thailand, Malaysia dan sebagainya, termasuk Indonesia. Krisis di negara-negara maju dan berkembang pada masa itu diawali merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat. Gejolak ini membuat banyak bank- bank di Indonesia mengalami kerugian, terutama yang mempunyai pinjaman uang dalam bentuk mata uang asing. Kerugian ini di dukung pula oleh kurang tanggapnya pemerintah dalam mengantisipasi resesi ekonomi yang ditambah dengan memburuknya arus kas (cash flow) bank- bank selaku penyimpan dana masyarakat. Kenyataan ini berakibat pada sulitnya bank-bank untuk melakukan ii

Makalah krisis moneter

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah krisis moneter

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum masa krisis moneter 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat,

kurs rupiah cenderung relatif stabil. Demikian pula iklim investasi baik Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun penanaman Modal asing (PMA) meningkat

terus menerus. Stabilnya nilai rupiah ini membuat para investor dan pemerintah

selaku pihak yang berperan besar dalam pembangunan ekonomi cenderung

mengabaikan pinjaman terhadap mata uang asing, khususnya Dollar Amerika Serikat.

Dengan tidak adanya perlindungan terhadap rupiah itu, belakangan membawa dampak

yang kurang baik pada saat terjadinya resesi ekonomi secara global pada tahun 1998.

Permasalahan krisis moneter ini bermula dari gonjang-ganjing krisis di sejumlah

negara-negara Asia, seperti Jepang, Thailand, Malaysia dan sebagainya, termasuk

Indonesia.

Krisis di negara-negara maju dan berkembang pada masa itu diawali merosotnya nilai

tukar rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat. Gejolak ini membuat

banyak bank-bank di Indonesia mengalami kerugian, terutama yang mempunyai

pinjaman uang dalam bentuk mata uang asing. Kerugian ini di dukung pula oleh

kurang tanggapnya pemerintah dalam mengantisipasi resesi ekonomi yang ditambah

dengan memburuknya arus kas (cash flow) bank-bank selaku penyimpan dana

masyarakat. Kenyataan ini berakibat pada sulitnya bank-bank untuk melakukan

likuidasi, sehingga mendorong sejumlah nasabah menarik dananya dari bank secara

bersama-sama. Kepercayaan masyarakat terhadap bank pun menjadi suatu pertanyaan

besar, khususnya Bank Indonesia selaku Bank Sentral yang bertugas melakukan

pengawasan terhadap bank-bank konvensional maupun bank perkreditan,

sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan . 

B. Permasalahan

Permasalahan krisis moneter pada masa itu memang tidak mudah untuk diatasi oleh

pemerintah, mengingat bahwa pemerintah pada saat yang bersamaan harus pula

memikirkan permasalahan lain yang menjadi tuntutan perubahan masyarakat, seperti :

reformasi hukum, sosial, kesejahteraan, dan sebagainya.

Terjadinya krisis moneter yang berkepanjangan telah mendorong terjadinya

ii

Page 2: Makalah krisis moneter

pembelian valas asing secara besar-besaran oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah

melalui kewenangan yang ada padanya akhirnya menerapkan kebijakan dengan

mewajibkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memindahkan dananya ke bank-

bank swasta untuk membantu finansial bank yyang masih dimungkinkan untuk

diselamatkan. Pemerintah juga melakukan pelebaran sayap dengna cara melakukan

intervensi pasar (intervension market) pada bulan juli 1997. Namun, fluktuasi nilai

rupiah semakin tidak teratasi, bahkan kebijakan pemerintah cenderung menyebabkan

terjadinya kelangkaan likuiditas di perbankan. 

Sedikit banyaknya lahirnya krisis moneter yang tidak terkendali pada era 1998 adalah

bagian dari keteledoran pengawasan pemerintah, terutama menyangkut kurangnya

pengawasan pemerintah terhadap lembaga-lembaga finansial, seperti bank. Deregulasi

perbankan tidak didukung oleh peraturan yang ketat dan, kuat dan objektif, sehingga

pada saat bank-bank melakukan pinjaman luar negeri, justru nilai rupiah tidak

dilindungi dari kurs mata uang asin, khususnya terhadap Dollar Amerika Serikat.

Melihat konteks diatas, dalam hubungannya dengan upaya-upaya pemerintah dalam

mengatasi krisis moenter yang pernah terjadi pada masa satu dasawarsa yang lalu,

maka tulisan ini ada baiknya membatasi diri pada uraian deskriktif analitts berkenaan

dengan upaya-upaya dan atau peranan pemerintah dalam mengatasi permasalahan

krisis moneter.

ii

Page 3: Makalah krisis moneter

BAB II

PEMBAHASAN

A. Krisis Moneter dan Penyebabnya 

Krisis moneter 1998 merupakan suatu sejarah baru dalam pencapaian ekonomi

global, sekaligus babak baru dalam sistem ekonomi liberal yang membawa

dampak langsung terhadap perekonomian negara-negara berkembang, seperti

Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada sejak pertengahan 1997, bahkan

berkembang menjadi krisis ekonomi dan telah menjadi krisis kepercayaan pula.

Masyarakat mempunyai mosi tidak percaya terhadap pemerintahan yang ada. Hal

ini ditandai dengan runtuhnya Rejim Orde Baru yang nota bene dimata dunia

dianggap sebagai salah satu pemerintahan yang dipandang sebagai rejim yang

membangun ekonomi Indonesia secara pesat. Sehingga, dimasa rejim ini tidak

heran apabila Indonesia dipandang negara yang menyandang predikat

swasembada dalam berbagai sektor kehidupan. 

Kondisi krisis moneter yang dialami pada masa 1998 merupakan masa-masa sulit

yang sangat berbeda dengan kondisi sebelum-sebelumnya. Hal ini dapat dilihat

dari pertumbuhan ekonomi kurun waktu antara tahun 1969 - 1997 yang tidak

pernah mengalami penurunan, bahkan berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia

merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi paling pesat,

bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Pertumbuhan

Domestik Bruto (PDB) perhitungan pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang lebih

secara merata 7 persen pertahun masa itu. Demikian pula pendapatan perkapita

menggambarkan tingkat kemakmuran bangsa naik sebesar 5 persen pertahun.

Sedangkan dalam kurun waktu 1985 – 1997 dapat diketengahkan disini, bahwa

pertumbuhan ekonomi mencapai 7,5 persen pertahun dengan pendapatan

perkapita naik sebesar 5,8 persen pertahun. Sementara itu dari sisi sumber daya

manusia, angkatan kerja semakin dapat ditampung oleh lapangan pekerjaan yang

tersedia, seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi dalam rangka

memenuhi kebutuhan ekspor Indonesia terhadap negara asing lainnya. Perlu

ditambahkan pula, bahwa pada masa-masa itu, nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing relatif konstan. Bahkan yang lebih mencegangkan lagi, pada masa

antara tahun 1993 – 1994 pendapatan negara mengalami surplus. 

ii

Page 4: Makalah krisis moneter

Berdasarkan perhitungan angka-angka grafik diatas, seharusnya secara fakta

pemerintah Indonesia mampu dengan mudah mengatasi krisis moneter yang

terjadi pada tahun 1998. Namun kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan,

karena krisis yang melanda dibarengi dengan multi-dimensi krisis (crisis

multidimetion) seperti semakin melemahnya daya saing ekonomi nasional

terhadap ekonomi negara asing, dan adanya faktor-faktor pemicu krisis, seperti :

rendahnya produktivitas kerja, minimnya upah pekerja, pengawasan keuangan

yang tidak pada trek yang tepat, dan bermunculan praktek oligopoli maupun

monopoli dalam berbagai situasi pasar. 

Berbagai kelemahan-kelemahan yang menyebabkan sulitnya diatasi krisis moneter

sebagaimana disebutkan diatas, yang dipacu pula oleh situasi politik yang tidak

menentu. Pada akhirnya, keseluruhan faktor-faktor pemicu krisis tersebut

merupakan bentuk nyata dari ketidaksigapan Indonesia (baca : pemerintah) dalam

mengatisipasi krisis. Bahkan apabila dihubungkan dengan cadangan devisa, maka

telah terbukti bahwa pemerintah tidak mempunyai modal yang cukup untuk

mengatasi krisis yang berkepanjangan. Hal ini ditandai dengan ditandaganganinya

Nota Kesepahaman pinjaman Luar Negeri yang diajukan oleh pemerintah

Indonesia yang selanjutnya disetujui oleh International Moneter Fund (IMF).

Tujuan dana talangan tersebut adalah untuk menyelamatkan bank-bank yang

dimungkinkan dilakukan penyehatan.

Implikasi dari berbagai kelemahan yang dinyatakan diatas, adalah :

1) Aliran modal berbalik arah dari arus masuk (capital inflow) menjadi keluar

(capital outflow) ;

2) Terjadinya kontraksi PDB yang bersumber dari menurunnya permintaan

domestic ;

3) Meningkatnya jumlah pengangguran dan setengah pengangguran ; 

Ketiga implikasi ini, telah mengurangi dan menurunkan kesejahteraan rakyat

terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah. Faktor-faktor

penyebab krisis moneter tersebut telah secara merata menggangu sector kehidupan

mayarakat secara luas. Bahkan setelah satu dasawarsa lebih sejak krisis terjadi,

dampak krisis masih begitu mencengkeram, hal ini ditandai dengan masih

cenderung tingginya nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing,

khususnya Dollar Amerika Serikat.

ii

Page 5: Makalah krisis moneter

B. Kebijakan Pemerintah Mengatasi Krisis 

Kebijakan ekonomi dengan berbagai dampak negatif sebagaimana uraian diatas,

secara serius telah diupayakan diatasi dengan melaksanakan kebijakan ekonomi,

baik makro maupun mikro. Dalam jangka pendek kebijakan ekonomi pemerintah

sejak masa krisis dimaksudkan memiliki dua sasaran strategis, yakni pertama :

mengurangi dampak negatif krisis terhadap masyarkata berpendapatan rendah dan

rentan, dan kedua : pemulihan pembangunan ke jalur semula.

Upaya-upaya yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam rangka memulihkan

perekonomian negara dari dampak krisis moneter 1998 diatas diuraikan sebagai

berikut :

1. Kebijakan Ekonomi Makro 

Kebijakan ekonomi makro yang telah dilaksanakan pemerintah dalam upaya

menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing

adalah melalui kebijakan moneter yang ketat disertai anggaran berimbang,

dengan membatasi anggaran sampai pada tingkat yang dapat diimbangi

dengan tambahan dana dari pinjaman luar negeri, seperti Bantuan Likuiditas

Bank Indonesia (BLBI) walaupun pada akhirnya sebagian dana BLBI tesebut

ditemukan banyak penyimpangan dalam penggunaannya. Kebijakan moneter

yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi selain dimaksukan untuk

menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,

juga dimaksudkan untuk menahan permintaan aggregate dan mendorong

masyarakat untuk meningkatkan tabungan di lembaga perbankan, sehingga

dalam hal ini dibutuhkan deregulasi aturan perbankan yang ketat agar

masyrakat si pemilik dana mempunyai kepercayaan terhadap bank. 

Meskipun demikian pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa tingkat bunga

yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan ekonomi

dan bersifat kontradiktif terhadap PDB. Oleh karena itu, tingkat suku bunga

yang tinggi tidak akan selamanya dipertahankan, tetapi akan diturunkan secara

sewajarnya sampai ke level lajimnya seiring dengna menurunya laju inflasi.

Mekanisme pemberian suku bunga yang tinggi untuk penyimpanan dana oleh

nasabah merupakan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah sejak krisis

moneter, hal ini dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat menyimpan

dananya di bank, sehingga bank mempunyai modal yang cukup untuk

disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit).

ii

Page 6: Makalah krisis moneter

2. Kebijakan ekonomi Mikro 

Kebijakan ekonomi mikro yang ditempuh pemerintah adalah dengan

mengangkat kembali sektor-sektor usaha kecil - menegah masyarakat (pelaku

usaha) dengan mekanisme pemberian pinjaman dana dengan prioritas bunga

yang rendah. Tujuan pemerintah mengambil langkah ini dimaksudkan untuk : 

1. Untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok

penduduk berpenghasilan rendah dengan dikembangkannya jaringan

pengaman sosial yang meliputi penyediaan pokok dengan harga terjangkau,

mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan pada saat krisis,

serta penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli

kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Salah satu upaya yang ditempuh

pemerintah dalam mengatasi pengangguran saat krisis moneter adalah dengan

mencanangkan dan atau membuat program padat karya untuk menampung

tenaga kerja produktif. 

2. Menyehatkan sistem lembaga perbankan dan memulihkan kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga perbankan Indonesia. Upaya ini diwujudkan

oleh pemerintah dengan mencari dana talangan yang dipinjamkan ke bank-

bank yang mengalami krisis saldo-debet, sehingga dapat bertahan dari arus

krisis. Pemerintah pun melalui Bank Setral (Bank Indonesia) memberikan

kucuran dana ke bank-bank swasta yang diperoleh melalui pinjaman luar

negeri. 

3. Merestrukturisasi hutang luar negeri. Tindakan ini dimaksudkan pemerintah

untuk memprioritaskan pendanaan-pendanaan yang sangat urgen terhadap

perkembangan ekonomi untuk mengatasi krisis yang ada, sehingga dengan

adanya restrukturisasi utang maka pemerintah dapat melakukan penundaan

pembayaran utang luar negeri Indonesia. 

4. Mereformasi struktural di sektor rill, dan 

5. Mendorong ekspor.

ii

Page 7: Makalah krisis moneter

C. Upaya-Upaya Pemulihan Ekonomi 

1. Jaringan Pengaman Sosial

Dalam kaitan ini sejak krisis moneter 1998 pemerintah telah mengambil langkah-

langkah dengan menambah alokasi anggaran rutin (khususnya untuk subsidi

bahan baker minyak, listrik, dan berbagai jenis kebutuhan makanan pokok),

dilakukannya usaha untuk mempertajam sasaran alokasi anggaran dan

meningkatkan efisiensi anggaran pembangunan. Hal ini dilakukan melalui

peninjauan kembali terhadap kegiatan dan proyek pembangunan, antara lain

dengan : 

a) Menunda proyek-proyek dan kegiatan pembangunan yang belum mendesak

b) Melakukan realokasi dan menyediakan tambahan anggaran untuk bidang

pendidikan dna kesehatan.

c) Memperluas, penciptaan kerja dan kesempatan kerja bagi mereka yang

kehilangan pekerjaan, yang dikaitkan dengan peningkatan produksi bahan

makanan serta perbaikan dan pemeliharaan prasarana ekonomi, misalnya jalan,

irigasi,

d) Memperbaiki sistem distribusi agar berfungsi secara penuh dan efisien yang

sekaligus meningkatkan peranan pengusaha kecil, menengah dan koeperasi.

Sebagai akibat dari peninjauan kembali seluruh program dan proyek

pembangunan, total anggaran meningkat secara tajam sejak krisis moneter tahun

1998. Sebagai implikasi dari jaringan pengaman sosial ini, yagn disertai

penyesuaian untuk mempertajam alokasi dan peningkatan efisiensi anggaran

pembangunan, pemerintah tidak dapat menghindari terjadinya defisit yang sangat

besar, lebih kurang pada masa itu 8,5 persen terhadap PDB, dalam revisi APBN

tahun 1998/99. Pemerintah sangat menyadari bahwa defisit anggaran sebesar 8,5

persen terahdap PDB tidak suistanable, itulah sebabnya mengapa diupayakan

penurunan anggaran minimal pada tahun 1999/2000 dan bertujuan pula untuk

melakukan pengimbangan anggaran untuk masa 3 tahuan kemudian (tahun 2003).

2. Penyehatan Sistem Perbankan

Untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan memulihkan kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan nasional, sekaligus untuk menghindari penarikan

dana secara besar-besaran oleh nasabah, maka langkah-langkah mendasar dari

kebijakan penyehatan dan resrukturisasi perbankan yang ditempuh oleh

ii

Page 8: Makalah krisis moneter

pemerintah reformasi terdiri dari dua prinsip pokok, yaitu : 

a) Kebijakan untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat guna

mendukung pemulihan ekonomi nasional, melalui :

1) Program peningkatan permodalan bank.

2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan antara lain, mencakup:

- Perijinan bank yang semula dibawah kewenangan Departemen Keuangan

dialihkan ke Bank Indonesia selaku bank sentral ;

- Investor asing diberikan kesempatan lebih besar untuk menjadi pemilik saham di

bank-bank (tak heran apabila sejak krisis moneter bank-bank swasta nasional

menjadi berstatus go public secara hukum)

- Rahasia bank yang semula menyangkut sisi activa dan pasiva diubah menjadi

hanya mencakup nasabah penyimpan dan simpanannya.

3) Penyempurnaan dan penegakan ketentuan kehati-hatian, antara lain :

a. Bank-bank diwajibkan menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio)

sebesar 4 % pada akhir tahun 1998, 8 % pada akhir tahun 1999 dan 10 % pada

tahun 2000, sebagaimana diumumkan oleh pemerintah.

b. Melakukan tindakan hukum yang lebih tegas terahdap pemilik dan pengurus

bank yangt telah terbukti melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

b) Kebijakan untuk menyelesaikan masalah perbankan yang telah terjadi dengan

melakukan pemulihan dan penyehatan perbankan. 

Langkah-langkah ayng telah ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini adalah : 1).

pemberian jaminan pembayaran kepada deposan dan kreditur ; 2). Di bentuknya

Badan Penyehatan Perbnakan Nasional yang bertugas untuk mengurus, mengelola

dan atau menjual asset-aset bank yang telah mengalami likuidasi, termasuk pula

membantu penyehatan bank-bank yang masih dapat ditolong ; 3). Melakukan due

diligence terhadap bank-bank yang diambilalih pengelolaannya dan terhadap

bank-bank lainnya ; 4). Disusunnya rancangan undang-undang yang berkenaan

dengan pendongkrakan pembaharuan ekonomi yang berkesinambungan, seperti :

UU Perbankan, Pasar Modal, Investasi Asing dan lain sebagainya. Khusus UU

Perbankan No. 10 Tahun 1998, penerapan pasal-pasal kerahasiaan bank,

pengawasan, pemilikan asing, kedudukan Bank Sentral lebih menekankan pada

terbukanya pasar sehingga peluang investasi lebih cepat berkembang.

ii

Page 9: Makalah krisis moneter

3. Restrukturisasi Utang Luar Negeri 

Hutang luar negeri swasta dan pinjaman antar bank-bank merupakan penyebab

utama dari ksrisis moneter di Indonesia, yang berakibat pada melemahnya nilai

tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing. Oleh karena itu, untuk

mengurangi permintaan mata uang asing dan sekaligus untuk memberikan

kesempatan kepada debitor untuk menyelesaikan utang-utangnya maka

pemerintah melalui mekanisme kesepakatan Frakrut tanggal 4 Juni 1998 telah

menyusun kerangka restrukturisasi utang dunia usaha, dan pengaturan pemberian

fasilitas perbankan untuk mengatasi defisit modal pembiayaan. 

Dalam restrukturisasi tersebut antara debitor dan kreditor (bank-bank)

menyepakati secara sukarela besarnya jumlah utang dan perubahan pinjaman

menjadi equity dan persyaratan pengembalian utang dalam jangka waktu delapan

tahun termasuk masa tenggang waktu tiga tahun, maka untuk merealisasikan

pelunasan utang swasta tersebut telah pula diluncurkan Prakarsa Jakarta yang

memungkinkan para kreditor – debitor menyelesaikan hutang piutang di luar

pengadilan niaga melalui restrukturisasasi modal perusahaan.

4. Reformasi Struktural di Sektor Perbankan 

Aspek reformasi structural yang diambil pemerintah dalam rangka pemulihan

pasca krisis monter dimulai dari efisiensi pengembangan sektor rill. Reformasi

structural ini mencakup : a). penghapusan berbagai praktek monopoli (terllihat

dengan dibentuknya UU Persaingan usaha, larangan monopoli saham dalam

perseroan, pembentukan komisi pengawas persaingan usaha) ; b). Deregulasi dan

debirokratisasi di berbagai bidang yang berkenaan dengan pembangunan

ekonomi, termasuk perdagangan luar negeri dan bidang investasi (mekanisme ini

antara lain : kemudahan dalam mengurus pendirian perseroan, kerjasama bilateral

dengan Negara-negara maju dalam penanaman modal, dsb) ; c). Privatisasi

BUMN (dalam hal ini privatisasi bertujuan untuk memperluas permodalan

perusahaan-perusahaan dalam hal pemerataan ekonomi dan keterbukaan investasi

di Indoensia). 

Salah satu penyebab krisis moneter sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa

kurang efisiensinya pengelolaan perseroan (badan usaha) terutama dalam

pengawasan hutang luar negeri. Ketidakefisienan ini dipengaruhi pula oleh faktor

birokrasi yang seringkali merugikan pihak penanam modal asing karena tingginya

ii

Page 10: Makalah krisis moneter

pembiayaan (cost) yang harus dikeluarkan sehubungan dengan pembiayaan

produksi maupun pendirian suatu perseroan. Lebih dari itu, penerapan sistem

birokrasi pemerintahan dalam memberikan ijin pendirian suatu perseroan tidak

efisien dan tidak efektif. Hal ini pula yang mendorong lahirnya UU No. 37 tahun

2008 tentang perseroan terbatas. UU ini juga merupakan bagian dari sarana

legalitas dan ekonomis untuk memberikan peluang besar terhadap penanaman

modal asing. 

Dalam kaitannya dengan aspek deregulasi dan debirokratisasi diatas, maka

pemerintah telah mencabut berbagai peraturan, antar lain : a). peraturan yang

menghalangi investasi asing sampai 49 % dari perusahaan-perusahaan yang telah

terdaftar di pasar modal ; b). merevisi daftar negatif investasi dengan pengurangan

jumlah bidang usaha yang tertutup bagi investor asing ; c). mencabut pembatasasn

investasi asing terhadap perkebunan, perdagangan eceran dna perdagangan besar,

dan d). mencabut ketentuan tata niaga yang reskriktif terhadap produksi industri ;

e). menerapkan perdagangan bebas, walaupun masih bersifat parsial, meliputi

daerah-daerah tingkat I dan II provinsi, serta memberikan kebebasan terbatas

kepada pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama investasi langsung dengan

pihak pemodal asing.

5. Pembaharuan Hukum Sebagai Bagian dari Pembangunan Ekonomi 

Sebagaimana diketahui bahwa secara fatual maupun teoritis bahwa peranan

hukum dalam mewujudkan pembangunan ekonomi Negara merupakan salah satu

syarat mutlak. Dengan kata lain, hukum (baca sistem hukum) merupakan fondasi

yang berfungsi menopang pembangunan ekonomi, khususnya ekonomi yang

berkelanjutan dan mempunyai daya saing secara global dengan Negara-negara

lainnya. 

Sejak berlangsungnya masa krisis moneter di Indonesia pada era 1998-an, maka

pemerintah telah pula mengambil langkah-langkah dengan menetapkan kebijakan

di bidang hukum, baik itu penggantian peraturan maupun perubahan, khususnya

menyangkut kebijakn moneter. Hal ini sangat logis, mengingat salah satu pemicu

krisis pada tahun 1998 itu sendiri adalah kurangnya kebijakan normative-yuridis

yang melindungi iklim pertumbuhan ekonomi. 

ii

Page 11: Makalah krisis moneter

Belajar dari pengalaman krisis moneter ini, pemerintah pun semakin cermat dalam

menerapkan kebijakan melalui pemberlakuan peraturan perundang-undangan

(reforamsi hukum) yang bertujuan untuk menjaga kestabilan ekonomi makro dan

mikro. Upaya mempertahankan kestabilan ekonomi makro, mencakup : kebijakan

moneter, fisikal, dan nilai tukar. Sementara itu dibidang mikro, kebijakan yang

harus ditetapkan meliputi : pengembangan infrastruktur ekonomi, seperti : pasar

modal, perbankan sebagaiman telah disinggung sebelumnya. Yang mana dua

diantara kebijakan tersebut telah beralih menjadi tugas pemerintah melalui bank

Indonesia sejak krisis moneter berlangsung. 

Krisis yang berasal dari melemahnya ekonomi mikro secara luas telah

mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, terutama sektor riil. Padahal, sector rill

merupakan salah satu pangsa pasar yang merupakan bagian dari kegiatan usaha

perkreditan bank. Kurangnya manajemen kredit telah pula mempengaruhi tingkat

kecukupan modal bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga ketika

krisis terjadi lembaga perbankan kewalahan mengatasi besarnya jumlah arus kas

yang dipinjamkan dalam bentuk kredit bila dibandingkan kas masuk. 

Pemerintah sejak masa krisis moneter telah melakukan pembaharuan peraturan

hukum yang berkenaan baik secara langsung maupun tidka langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi, walaupun disadari bahwa usaha yang demikian itu belum

sepenuhnya dapat terrealisasi dan membwa hasil yang menggembirakan. Hal ini

ditandai dengan kebijakan dasar dari UU Hak Cipta adalah memberikan

perlindungan bagi pencipta atau ciptaannya. Kebijakan dibidang kepailitan, UU

bertujuan untuk membebaskan debitor yang tidak mampu akibat dampak dari

krisis moneter yang terjadi, disamping adanya usaha lain berupa bantuan dari

pemerintah untuk mengambil kembali apa yang menjadi hak kreditor terhadap

debitor yang mampu.

Pembaharuan dibidang hukum ini mencakup usaha luas dari pemerintah, mulai

dari pembaharuan sistem hukum, penataan ulang lembaga hukum, seperti

diciptakannya lembaga peradilan yang bersifat khusus (ad hock), contoh :

Peradilan Niaga, Hubungan Industrial, Perikanan dan sebagainya. 

ii

Page 12: Makalah krisis moneter

Pemberlakuan kebijakan di bidang perbankan sendiri sudah lebih selektif karena

adanya batasan-batasan dan ukuran-ukuran tingkat kesehatan bank, laporan

berkala bank swasta nasonal maupun BUMN tentang transaksi, batasan

kerahasiaan bank dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian uang.  Usaha

pembaharuan hukum oleh pemerintah dalam rangka pemulihan negara dari deraan

krisis moneter, sedikit banyaknya telah membawa dampak yang lebih positif,

meskipun kenyataan ini tidak sebanding dengan pengalaman empiris bila

dibandingkan dengan Negara-negara berkembang lainnya. Namun paling tidak,

pemerintah melalui kelembagaannya telah menciptakan iklim perubahan kearah

yang lebih baik terutama dalam rangka membina pelaku usaha untuk membangun

perekonomian Negara. 

Dengan peraturan perundang-undangan yang merupakan pondasi pembangunan

ekonomi setelah pasca krisis moneter, maka diharapkan akan memelihara dan

menumbuhkan iklim investasi tanpa harus mengabaikan kepentingan nasional,

terutama kepentingan masyarakat secara luas. 

Perbankan sebagai salah satu pintu masuk untuk memperbaiki perekonomian

negara pasca krisis moneter harus benar-benar dilindungi dan sekaligus diatur

secara ketat, baik pengelolaannya maupun pendiriannya mengingat perbankan

sebagai lembaga yang menggerakkan roda perekonomian. Untuk kepentingan itu,

UU Perbank harus selalu disesuaikan dengan perubahan tuntutan kebutuhan dalam

suatu sistem ekonomi, terutama ekonomi kerakyatan yang tercermin dalam pasal

33 UUD 1945. Sarana hukum (UU) yang menjadi katalisator kebijakan di bidang

ekonomi disamping sebagai tolok ukur kepatutan, juga berfungsi sebagai pencita

daya saing ekonomi terhadap Negara asing, khususnya iklim investasi.

ii

Page 13: Makalah krisis moneter

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis uraikan diatas, maka disimpulkan beberapa

langkah yang ditempuh pemerintah sehubungan dengan pemulihan ekonomi

pasca krisis moneter 1998, antara lain : 

1. Kebijakan dibidang ekonomi, bersifat makro dan mikro. Dikatakan bersifat

makro mencakup langkah-langkah : pemberian bantuan dana talangan kepada

lembaga perbankan dalam rangka mengimbangi tingkat kecukupan modal, dan

mempertahankan bank-bank yang masih dapat diselamatkan. Kebijakan yang

bersifat struktural, antara lain : fisikal, moneter, pengelolaan, dan melakukan

restrukturisasi utang luar negeri. 

2. Kebijakan dibidang pembaharuan aturan hukum (reformasi hukum),

dilakukan melalui penggantian dan atau pembaharuan aturan hukum yang

telah ada, terutama UU yang mempunyai hubungan langsung dengan

pembangunan ekonomi kerakyataan, seperti : UU Perseroan Terbatas,

PMA/PMDN, UU Perbankan, Niaga, HAKI, dsb.

B. Saran

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu saran dan kritik yang

sifatnya membangun sangat kami harapkan dari pembaca.

ii

Page 14: Makalah krisis moneter

DAFTAR PUSTAKA

1. http://m.politikana.com/baca/2011/01/22/pemulihan-ekonomi-indonesia-setelah-

pasca-krisis-ekonomi

2. http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/10/09/krisis-global-2011-implikasi-

terhadap-perekonomian-indonesia/

3. http://vellynuroctavia.blogspot.com/2011/11/4-penyebab-krisis-ekonomi-

indonesia.html

4. http://lilspace4dreams.wordpress.com/tugas-kampus-2/damapak-perekonomian-

indonesia-pasca-krisis-ekonomi-global/

ii

Page 15: Makalah krisis moneter

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

B. permasalahan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

A. Krisis Moneter dan penyebabnya................................................................3

B. Kebijakan Pemerintah Pengatasi Krisis.......................................................5

C. Upaya-Upaya Pemulihan Ekonomi..............................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Kualitas Pendidikan Di Indonesia...............................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

ii

Page 16: Makalah krisis moneter

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah berjudul

Perencanaan / planning dalam pemerintahan. kami menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Raha, Juni 2013

Penyusun

ii